BAB I-III

55
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan dan elektrolit tubuh (Permenkes, 2010). Prinsip dari hemodialisis sendiri yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Dialisis dilakukan apabila Kadar kreatini serum biasanya diatas 6 mg/100 ml ada laki-laki atau 4 mg/100ml pada wanita, dan GFR kurang dari 4ml/menit (Suharyanto dan Madjid, 2009). Pasien Hemodialisa (HD) di Indonesia jumlahnya terus mengalami peningkatan. Tahun 2012, tercatat sebanyak 17.035 pasien yang aktif menjalani program hemodialisis di Unit Hemodialisa yang terdaftar dalam Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Pasien sebanyak 7902 diantaranya menjalani terapi hemodialisis sebanyak 2 kali dalam seminggu atau sekitar 47% dari keseluruhan. Hal tersebut merupakan persentase terbanyak dalam hemodialisis yang dilakukan secara rutin. Jumlah

description

kti

Transcript of BAB I-III

36

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangHemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan dan elektrolit tubuh (Permenkes, 2010). Prinsip dari hemodialisis sendiri yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Dialisis dilakukan apabila Kadar kreatini serum biasanya diatas 6 mg/100 ml ada laki-laki atau 4 mg/100ml pada wanita, dan GFR kurang dari 4ml/menit (Suharyanto dan Madjid, 2009).Pasien Hemodialisa (HD) di Indonesia jumlahnya terus mengalami peningkatan. Tahun 2012, tercatat sebanyak 17.035 pasien yang aktif menjalani program hemodialisis di Unit Hemodialisa yang terdaftar dalam Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Pasien sebanyak 7902 diantaranya menjalani terapi hemodialisis sebanyak 2 kali dalam seminggu atau sekitar 47% dari keseluruhan. Hal tersebut merupakan persentase terbanyak dalam hemodialisis yang dilakukan secara rutin. Jumlah tindakan hemodialisis dalam satu tahun tercatat untuk hemodialisis yang dilakukan secara rutin yaitu sebanyak 717.497 tindakan (PERNEFRI, 2012).

1Berdasarkan data registrasi Ginjal Indonesia, jumlah pasien hemodialisis atau cuci darah tahun 2012 pada usia 1-14 tahun sebesar 0.19 %. Kemudian, jumlah pasien pada usia 15-24 tahun sebesar 2.87 %, usia 25-34 tahun sebesar 8.70 %, usia 35-44 tahun sebesar 18.85 %, usia 45-54 tahun 29.21 %, 55-64 tahun 26.06 %, serta usia di atas 65 tahun sebesar 14.11 % (Okezone, 2014).

1Berdasarkan data dari PERNEFRI (2012) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercatat sebanyak 907 pasien menjalani terapi hemodialisis secara aktif. Distribusi pada frekuensi tiap minggu pasien yaitu sebanyak 139 pasien menjalani hemodialisis 1 kali dalam seminggu, 616 pasien menjalani hemodialisis 2 kali dalam seminggu, 137 pasien menjalani hemodialisis 3 kali dalam seminggu dan 6 pasien menjalani hemodialisis lebih dari 3 kali dalam seminggu. Selain itu pasien menjalani hemodialisis secara tidak tentu.Data dari PMI DIY didapatkan Unit Hemodialisa PMI DIY memiliki 12 unit mesin hemodialisa, jumlah pasien tiap bulan sebanyak 40-45 orang dengan frekuensi 2-3 kali seminggu yaitu Senin-Kamis, Selasa-Jumat, dan Rabu-Sabtu yang terbagi dalam 2 shift yaitu pagi dan siang. Rata-rata 13-15 pasien datang 2 kali dalam seminggu untuk hemodialisa. Ketika seseorang memulai terapi ginjal pengganti (hemodialisis) maka ketika itulah klien harus merubah seluruh aspek kehidupannya. Di Indonesia, berdasarkan Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (2009), jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut. Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan hemodialisa atau cuci darah. Pada Unit Hemodialisis, diagnosa penyakit utama pasien hemodialisis baru di Indonesia pada Tahun 2011 adalah Gagal Ginjal Akut/ARF sebanyak 6%, Gagal Ginjal Terminal/ESRD sebanyak 87% dan Gagal Ginjal Akut pada GGK sebanyak 7% (IRR, 2011).Pasien hemodialisis mengalami banyak masalah yang timbul karena bertambah parahnya penyakit. Salah satu masalah yang terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah kecemasan. Kecemasan merupakan simtom utama atau penyebab dari simtom-simtom yang lain. Perlu diketahui bahwa kecemasan merupakan simtom dalam bermacam-macam gangguan yang lain (Semiun, 2006). Menurut Gunarsa (2008), tidak seorang pun bebas dari kecemasan semua orang pasti merasakan kecemasan dalam derajat tertentu. Kecemasan yang menyebabkan seseorang putus asa dan tidak berdaya sehingga mempengaruhi seluruh kepribadiannya adalah kecemasan yang negatif.Seperti halnya pada sakit fisik lainnya, kecemasan pada pasien penyakit ginjal kronik stadium terminal sering dianggap sebagai kondisi yang wajar terjadi. Penyakit ginjal kronik (PGK) stadium terminal menyebabkan pasien harus menjalani hemodialisis. Selain oleh karena penyakit PGK itu sendiri, biaya hemodialisis yang cukup mahal mengakibatkan kecemasan maupun depresi pada pasien bertambah, sehingga sangat dibutuhkan dukungan sosial terhadap para penderita ini.Pada kecemasan, pasien mengalami perasaan sangat tidak nyaman dan takut akan kematian. Akibatnya pasien selalu berfikiran buruk sehingga penyakit dapat bertambah parah atau menyebabkan kematian. Banyak orang yang mengalami kecemasan dan mengalami stres yang dapat mengakibatkan hipertensi atau penyakit jantung. Pasien dengan kecemasan berlebihan menyebabkan gangguan dalam hubungan sosial, pasien menjadi takut dan merasa tidak nyaman saat berkumpul dalam lingkungan karena kecemasan tentang keadaan dirinya.Rasa cemas yang terus menerus membuat pasien sulit berkonsentrasi sehingga pasien sulit mengambil keputusan, tetapi setelah mengambil keputusan mereka merasa khawatir yang terus menerus juga bahkan saat menjelang tidur sehingga mereka menjadi mudah lelah, mudah tersinggung (Aulia, 2013). Menurut Rizka (2014), pasien dengan kecemasan yang berlebihan menanggapi respon tubuh mereka secara negatif dan berlebihan sehingga mereka menjadi sangat sensitif dalam merespon rasa nyeri. Pada saat menjalani hemodialisa, pasien menjadi ketakutan saat akan ditusuk jarum.Melihat permasalahan yang dihadapi para pasien yang menjalani hemodialisa peneliti ingin melakukan penelitian tentang kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisis agar dapat mengetahui gambaran kecemasan yang dihadapi.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu: Bagaimana gambaran tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa PMI DIY?C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa PMI DIY

2. Tujuan Khususa. Mengetahui karakteristik responden hemodialisis, meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pekerjaan, frekuensi hemodialisa perminggu, dan lama menjalani hemodilisa.b. Mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien hemodialisisD. Ruang LingkupPenelitian ini dalam ruang lingkup Ilmu Keperawatan khususnya termasuk dalam ruang lingkup Mata Ajar Keperawatan Jiwa yang menitikberatkan pada permasalahan kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa PMI DIY.E. Manfaat Penelitian1. Manfaaat TeoritisHasil penelitian dapat mengembangkan teori Ilmu Keperawatan mengenai kecemasan, terutama kecemasan yang dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisis.2. Manfaat Praktisa. Bagi respondenMengetahui tingkat kecemasan yang dialami responden sebagai dasar untuk mengatasi kecemasan yang dialami. b. Bagi profesi keperawatanSebagai dasar pertimbangan bagi perawat untuk lebih aktif dalam upaya memberikan dukungan psikososial bagi penderita yang menjalani hemodialisis.

c. Bagi pelayanan kesehatanSebagai dasar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam hal psikososial bagi pasien hemodialisis.d. Bagi peneliti lainMenambah informasi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah psikososial terutama mengenai kecemasan.F. Keaslian PenelitianSebatas pengamatan peneliti, penelitian mengenai tingkat kecemasan sudah banyak dilakukan. Berikut beberapa penelitian yang terkait, yaitu:1. Veni Witria Saputri (2013) dengan judul Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien HemodialisaDi Ruangan Hemodialisis RSI Siti Rahmah Padang. Jenis penelitian yang digunakan teknik survey analitik dengan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian disebutkan bahwa ada hubungan antara umur, jenis kelamin, biaya dengan tingkat kecemasan.Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah judul, tempat penelitian, teknik penelitian menggunakan deskripsi, menggunakan satu variabel, teknik sampling dengan total sampling.2. Nadia (2011) dengan judul Kecemasan pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di Laboratorium Dialisis Rumah Sakit Pusat TNI AU Dr. Esnawan Antariksa. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani hemodialisa di Laboratorium Dialisis Rumah Sakit Pusat TNI AU Dr. Esnawan Antariksa. Hasil penelitian disebutkan bahwa respon kognitif lebih banyak dialami penderita dibanding respon-respon fisiologis dan psikis.Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah judul, tempat penelitian, teknik penelitian survei, dan variable yang diteliti.3. Andaru Setiyowati dan Weni Hastuti (2014) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruhpasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian disebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien.Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah judul, tempat peneliti, etnis penelitian menggunakan deskripsi, menggunakan satu variabel.4. Has Fran Septedi Budi Setyawati (2010) dengan judul Gambaran Kecemasan Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan metode survei. Hasil penelitian disebutkan gambaran kecemasan tergolong kecemasan sedang sebesar 40%.Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah judul, tempat penelitian, dan teknik sampel yang digunakan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori1. Konsep Hemodialisaa. Pengertian HemodialisaMenurut Baradero (2009), hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuh melalui dialiser yang terjadi secra difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi ke dalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializen (tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit, dan zat sisa tubuh) serta dialiser. Ada lima cara memperoleh akses ke sirkulasi darah pasien antara lain: Fistula arteriovena, graft arteriovena, shunt (pirai)arteriovena eksternal, keteterisasi vena femoralis, dan kateterisasi vena subklavia.Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen (Suharyanto dan Madjid, 2009).

8Cuci darah (Hemodialisa, sering disingkat HD) adalah salah satu terapi pada pasien dengan gagal ginjal yang dimana dalam hal ini fungsi pencucian darah yang seharusnya dilakukan oleh ginjal diganti dengan mesin. Dengan mesin ini pasien tidak perlu lagi melakukan cangkok ginjal, pasien hanya perlu melakukan cuci darah secara periodik dengan jarak waktu tergantung dari keparahan dari kegagalan fungsi ginjal (LCK, 2012). b. Prinsip HemodialisaTujuan Hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien (Suharyanto, 2009).Ada tiga prinsip yang mendasari kerja Hemodialisa, yaitu: difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air (Baradero dkk, 2008).c. Efek sampingEfek samping yang dapat terjadi pada pasien hemodialiasis adalah keram pada otot, pusing lemah, mual, muntah, infeksi pada pembuluh darah, berkunang kunang, kelainan ritme jantung, perdarahan, gangguan pencernaan (LCK, 2012).d. Pendidikan KesehatanPendidikan kesehatan bagi pasien hemodialisa sangatlah penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Hal-hal penting dalam program pendidikan pasien hemodialisa antara lain:1) Tujuan terapi dialisis2) Hubungan antara obat-obat yang diresepkan dan dialisis3) Efek samping obat4) Perawatan akses vaskuler: pencegahan, pendeteksian, dan penatalksanaan komplikasi5) Diet dan pembatasan cairan6) Pencegahan dan penatalaksanaan kelebihan cairan7) Strategi untuk pendeteksian, penatalaksanaan dan pengurangan gejala pruritus, neuropati, dan gejala lain.8) Penatalaksanaan komplikasi dialisis9) Strategi untuk menngani atau mengurangi kecemasan serta ketergantungan pasien dan anggota keluarga10) Pengaturan finansial untuk dialisis11) Mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan keluarga

2. Konsep Kecemasan a. Definisi KecemasanKecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom; perasaan takut yang disebabkan oleh respon terhadap bahaya. Keceamsan merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2012).Kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stres) seperti perasaan (frustasi) dan petentangan batin (konflik batin) (Prasetyono, 2005).Menurut Stuart (2013), kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas berat tidak sejalan dengan kehidupan. Dapat dilihat dalam suatu rentang:RENTANG RESPONS ANSIETASRespon adaptifRespon Maladaptif

AntisipasiRingan SedangBerat PanikSkema 2.1 Rentang Respon KecemasanSumber : Stuart, 2013

b. Teori Kecemasan Menurut Stuart (2013), berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan. Teori-teori mengenai kecemasan antara lain:1) Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego dan Aku, berfungi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.2) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.3) Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan: konflik menimbulkan kecemasan, dan keceamsan menimbulkan perasaan tidak berdaya yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA) yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor.c. Etiologi Kecemasan1) Faktor PresipitasiStuart (2013) menyatakan bahwa stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal, dikelompokkan dalam dua kategori :

a) Ancaman terhadap integritas fisikDisabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.b) Ancaman terhadap sistem diriMembahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasanMenurut Soewadi (2005) tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:a) Potensial stressorStressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut perlu mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul sesuai dengan berat ringannya stress.b) Maturitas Individu yang matur yaitu individu yang memiliki kematangan kepribadian sehingga akan lebih tahan mengalami gangguan akibat stress sebab individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul. Sebaliknya individu yang belum matur adalah individu yang tergantung dan peka terhadap rangsang sehingga sangat mudah mengalami gangguan akibat adanya stress.

c) Status pendidikan dan status ekonomiStatus pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah baru (Notoatmodjo, 2007). Menurut Soewadi (2005), status konomi dan status pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang mudah mengalami stress.d) Keadaan fisikIndividu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit badan, operasi aborsi, cacat badan mudah mengalami stress. Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga lebih mudah mengalami stress.e) Tipe kepribadian Orang dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat adanya stress daripada orang dengan tipe kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah tersinggung, mudah tersinggung, mudah gelisah, tidak dapat tenang, otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri berlawanan dengan tipe kepribadian A, karena tipe kepribadian B adalah orang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.f) Sosial budayaCara hidup di masyarakat juga mempengaruhi timbulnya stress. Individu yang mempunyai cara hidup yang sangat teratur dan mempunyai falsafah hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar mengalami stress. Demikian juga keyakinan agama yang kuat jauh lebih sukar mengalami stress dibanding mereka yang keyakinan agama lemah.g) Lingkungan atau situasiOrang yang berada di daerah asing ternyata lebih mudah mengalami stress.h) UmurGangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-50 tahun.i) Jenis KelaminGangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Umumnya wanita lebih mudah mengalami stress tetapi jangkauan umur wanita lebih tinggi daripada pria.

d. Respon Terhadap Kecemasan 1) Respon Fisiologisa) Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.b) Pernapasan : napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.c) Neuromuskular : refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal.d) Gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.e) Saluran perkemihan : tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.f) Kulit : wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh2) Respon Perilaku, Kognitif, dan Afektifa) Perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat waspadab) Kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.c) Afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati ras, rasa bersalah, malue. Tingkat KecemasanAda empat tingkat kecemasan menurut Stuart (2013) sebagai berikut:1) Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.2) Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.3) Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.4) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.f. Alat Ukur KecemasanAdapun instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan itu sendiri ada beberapa macam, yaitu:1) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)Tes ini dikembangkan di tahun 1937 oleh Starke Hathaway, seorangahli psikologi dan J. Charnley Mckinley, seorang dokter psikiatri. MMPI adalah inventarisasi yangdilaporkan oleh pasien sendiri (Self-report) terdiri atas 500 lebih pernyataan dan 17 skala.2) TaylorManifest Anxiety Scale(TMAS)Alat ini merupakan alat pengukur kecemasan yang pertama kali, diciptakan tahun 1950 oleh Janet Taylor, tes ini disebut TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Taylor mula-mula menggunakan TMAS untuk mengungkap:a) Variasi tingkat dorongan {drive) yang berhubungan dengan internal anxiety atau emosionality.b) Intensitas kecemasan, yang diketahui dari tingkah laku yang keluar atau melalui gejala-gejala reaksi kecemasan3) Anxiety scale institute for Personality and Ability Testing(IPAT)Sesuai dengan perkembangan teori yang membedakan state dan traitanxiety maka pengukuran kecemasanpun dibedakan menjadi dua macam. State anxiety untuk kecemasan yang temporer atau terpengaruh olehsituasi yang ada, sedangkan trait anxiety menunjukkan proneness atau kecenderungan individu untuk bersikap cemas. Cattel dan Scheierkemudian mengembangkan IPAT (Anxiety scale pada institute forpersonality and Ability testing). Tes ini untuk mengukur general anxiety(kecemasan umum) yang disebut juga dengan free floating atau manifestanxiety. 4) State-Traite Anxiety Inventory(STAI)Dikembangkan oleh Spielberger. Skala ini untuk mendapatkan self report (melapor sendiri) pada format jenis Likert yang relatif singkat dan cukup untuk mengukur baik State Anxiety (A-State) maupun Trait Anxiety (A-Trait). Testini disusun berdasarkan atas dua komponen yaitu:a) State anxiety (A-State) : kecemasan sesaat.b) Trait anxiety (A-Trait) : kecemasan relatif permanen.5) Hamilton AnxietyRating Scales (HARS)Hamilton AnxietyRating Scales (HARS) adalah instrumen yang diperkenalkan oleh Max Hamilton pada tahun 1959, digunakan secara luas dan diterima untuk mengukur kecemasan dalam uji klinis secara internasional dengan skala pengukuran interval yang terdiri dari 14 item pertanyaan terstruktur dengan nilai terendah adalah 6 dan nilai tertinggi adalah >27.

3. Hubungan Hemodialisa dengan tingkat kecemasanMenurut Maivona (2013), hemodialisa merupakan suatu proses pengobatan yang kompleks dan dapat menyebabkan perilaku maladaptif karena pasien dengan hemodialisa harus menghadapi suatu penyakit yang harus berlangsung seumur hidup dan melemahkan secara kronik, membutuhkan ketergantungan pada suatu mesin yang rumit dan membutuhkan banyak waktu. Reaksi psikologis dan emosional yang biasanya dialami klien adalah masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang, kecemasan dan ketakutan terhadap kematian.Kecemasan sering terjadi pada klien gagal ginjal kronik ketika memulai hemodialisa, maupun beberapa bulan setelah menjalaninya. Hal ini disebabkan karena ketidaknyamanan yang berhubungan dengan prosedur tindakan invasif seperti penusukan jarum hemodialisa, ketidakpastian tentang berapa lama dialisis akan diperlukan sepanjang hidupnya, serta kesadaran dari klien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan.

B. Kerangka Teori Penelitian

Ringan

Sedang Kecemasan hemodialisis

Berat

Prinsip HemodialisisPanik

Efek samping

Respon kecemasan:FisiologisKardiovaskularPernapasanNeuromuskularGastrointestinalSaluran perkemihanKulit Perilaku, kognitif, dan afektifFaktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan:Potensial stressorMaturitasStatus pendidikan dan status ekonomiKeadaan fisikTipe kepribadian Sosial budayaLingkungan atau situasiUmurJenis kelaminTeori kecemasan: Pandangan psikoanalitisPandangan interpersonalPandangan perilakuKajian keluargaKajian biologis

Gambar 2.2 KerangkaTeori PenelitianSumber : Stuart G.W (2013); Suharyanto, T. & Madjid, A (2009);

C. Karakteristik :UsiaJenis kelaminPekerjaanTingkat pendidikanTingkat penghasilanFrekuensi menjalani hemodialisaLama menjalani hemodialisaKecemasanTidak ada kecemasanKecemasan beratKecemasan ringan Kecemasan sedang Respon terhadap kecemasan:Respon fisiologisGejala KardiovaskularGejala PernapasanGejala NeuromuskularGejala GastrointestinalGejala PerkemihanGejala Kulit Respon perilaku, kognitif, afektifKerangka Konsep Penelitian

Keterangan:: diteliti: tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

D. Pertanyaan Penelitian Bagaimana tingkat kecemasan berdasarkan karakteristik pada pasien yang menjalani hemodialisis?

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis PenelitianPada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang bertujuan mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan (Nursalam, 2011). Penelitian ini menggambarkan tentang tingkat kecemasan pasien hemodialisis di Unit Hemodialisa PMI DIY.B. Desain PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian survei adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut penelitian noneksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifar deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat.C. Populasi dan sampel1. Populasi

24Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2008). Menurut Nursalam (2011), populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien hemodialisis di Unit Hemodialisa di PMI DIY. Jumlah populasi yang ada sebesar 43 orang.2. SampelSample adalah begian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Menurut Nursalam (2011), sample terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagian subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling adalah teknik penentuan sample dengan mengambil semua dari populasi yaitu sebesar 43 responden.D. Waktu dan tempat penelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 yang bertempat di Unit Hemodialisa PMI DIY.E. Variabel penelitian dan Definisi Operasional1. Variabel PenelitianVariabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain. Variable dikarakteristikan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan (Nursalam, 2011). Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu gambaran tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa.2. Definisi OperasionalNotoatmodjo (2011), definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan. Definisi operasional berfungsi untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variable-variable yang diamati/diteliti dan untuk mengarahkan pengukuran atau pengamatan terhadap variable yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur). Variable dalam penelitian ini adalah kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis.a. Karakteristik pasien adalah pasien yang menjalani hemodialisis di PMI DIY, saat dilakukan penelitian dikategorikan menurut:1) Umur Yaitu usia responden saat dilakukan penelitian yang diketahui dari identitas diri klien berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan skala interval.2) Jenis kelamin Yaitu perbedaan gender penelitian yang diketahui dari identitas diri klien berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan skala nominal.3) PekerjaanPekerjaan adalah suatu aktivitas sehari-hari yang menetap sebagai mata pencaharian. Diketahui dari identitas diri klien berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan skala nominal.4) Tingkat pendidikanTingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani dan mendapatkan ijazah. Diketahui dengan wawancara dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan skala ordinal.5) Tingkat penghasilanTingkat pengahasilan adalah hasil dari seseorang yang bekerja dalam satu bulan. Diketahui dengan wawancara menggunakan alat ukur kuesioner dan dengan skala interval.6) Frekuensi hemodialisisFrekuensi adalah berapa kali pasien menjalani hemodialisis dalam satu minggu. Diketahui dari jadwal hemodialisis dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan skala interval.7) Lama menjalani hemodialisisLama menjalani merupakan rentang waktu responden dari pertama kali menjalani hemodialisis sampai waktu penelitian. Diketahui dari wawancara dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan skala nominal.b. Tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis adalah suatu tingkatan kecemasan yang dimanifestasikan oleh pasien hemodialisis dalam merespon keadaan yang ditimbulkan dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Tingkat kecemasan diukur menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scales (HARS) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti menjadi 42 pertanyaan dengan pilihan tidak pernah, pernah, sering, dan sangat sering sebagai pilihan jawaban dalam kuesioner. Tingkat kecemasan dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan sangat berat (panik). Tingkat kecemasan ini menggunakan skala interval.

Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariableDefinisi OperasionalAlat Ukur/ Cara pengukuran Hasil UkurSkala pengukuran

Kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis 1. Karakteristik respondena. Umur : usia saat dilakukan penelitian

Kuesioner

Kelompok umur < 21 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun > 60 tahun

Interval

b. Jenis kelamin

c. Pekerjaan : aktivitas sehari-hari sebagai mata pencaharian

d. Tingkat pendidikan : jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani

e. Tingkat penghasilan : hasil dari pekerjaan per bulan

f. Frekuensi hemodialisis : banyaknya menjalani selama seminggu

g. Lama menjalani hemodialisis: jenjang waktu dari pertama sampai saat ini

2. Tingkat kecemasan : tingkatan yang dimanifestasi pasien dalam merespon keadaan Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner1. Laki-laki2. Perempuan

1. PNS2. Karyawan swasta3. Wiraswasta4. Buruh5. IRT6. Tidak bekerja

1. SD2. SMP3. SMA4. PT

< 1.000.0001.000.000 1.500.0001.500.000 2.000.000 > 2.000.000

1 kali 1-2 kali 2-3 kali >3 kali

1. 1 tahun2. > 1 tahun

Kecemasan ringan, jika skor 1-31Kecemasan sedang, jika skor 32-63Kecemasan berat, jika skor 64-95Kecemasan sangat berat( panik), jika skor >95Nominal

Nominal

Ordinal

Interval

Interval

Nominal

Interval

F. Instrumen dan bahanInstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner bagi pasien. Kuesioner diadaptasi dari kuesioner HARS dan digunakan untuk mendapatkan data mengenai gambaran tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa PMI DIY :1. Identitas respondenIdentitas responden meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, penghasilan perbulan, frekuensi melakukan hemodialisis, dan lama menjalani hemodialisis.2. Alat ukurAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan yaitu Hamilton Anxiety Rating Scales (HARS) yang telah dimodifikasi peneliti. Jenis kuesioner yang digunakan adalah pertanyaan tertutup dalam bentuk check list terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan 42 item pertanyaan dari kuesioner HARS yang sudah dimodifikasi oleh peneliti, responden tinggal memberi tanda check () pada kolom sesuai dengan yang dirasakan responden pada saat menjalani hemodialisis. Setelah kuesioner terisi penuh, akan dihitung dengan menggunakan skor yang nantinya akan menentukan tingkat kecemasan yang dialami oleh responden. Terdapat empat tingkatan kecemasan yaitu, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan sangat berat atau panik.

Tabel 3.2 Kisi-kisi pertanyaan kuesionerIndikatorSub IndikatorNomor Soal

FavorableUnfavorable

Perasaan cemas

Ketegangan

Ketakutan

Gangguan tidur

Gangguan kecerdasan

Perasaan depresi

Gejala somatik

Gejala sensorik

Gejala kardiovaskular

Gejala pernapasan

Gejala gastrointestinal

Gejala urogenital

Gejala vegetatif/autonom

Perasaan saat ini Firasat buruk, takut dengan fikiran sendiri, mudah tersinggung

Merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat beristirahat dengan nyenyak, mudah menangis, gemetar, gelisah

Pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing

Sulit untuk memulai tidur, terbangun pada malam hari, mimpi buruk

Daya ingat buruk, sulit berkonsentrasi, sering bingung

Kehilangan minat, sedih

Nyeri di otot, kaku

Telinga berdenging, penglihatan kabur, merasa lemas

Denyut jantung cepat, berdebar-debar, rasa lemas seperti mau pingsan

Rasa tertekan, perasaan tercekik, sesak

Sulit menelan, mual muntah, sulit buang air besar, rasa panas di perut, perut terasa penuh/kembung

Sering kencing, tidak dapat menahan kencing, frigiditas

Mulut kering, mudah berkeringat, pusing/sakit kepala

Tidak tenang, napas pendek dan cepat2,3,4

5,7,8,10

13

14,15,16

17,18

20

21

24,25,26

27,29

32,33

35

38,39

42

1

6,9

11,12

19

22,23

28

30,31,34

36,37

40

41

Total2616

3. Uji Pemahaman Akan dilakukan uji pemahaman kepada 10 responden di luar populasi dengan karakteristik yang sama.G. Prosedur penelitian1. Jenis data Jenis data dari penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian melalui kuesioner.2. Cara pengumpulan dataa. Meminta ijin penelitian kepada kepala PMI setempat.b. Merekrut asisten peneliti yaitu mahasiswa Poltekkes berjumlah satu orangc. Menyamakan persepsi penelitian dan pembagian tugas pada asisten penelitid. Peneliti menyeleksi responden dengan bantuan Perawat melalui jadwal pasien hemodialisise. Mendatangi responden pada setelah akses hemodialisis terpasang.f. Menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur dari penelitian gambaran tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis.g. Memberikan informed consent.h. Pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh asisten peneliti yang telah disamakan persepsinya.

H. Manajemen data1. Pengolahan dataAda beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui proses sebagai berikut (Setiadi, 2007) :a. Editing/ memeriksaEditing bertujuan untuk memeriksa daftar pertanyaan/ pernyataan yang telah diserahkan oleh responden terhadap kelengkapan jawaban dan relevansi jawaban. Editing juga bertujuan untuk menghindari penghitungan atau pengukuran yang salah dan memperjelas pengecekan.b. Coding/ Memberi tanda kodeData yang sudah terkumpul kemudian diedit selanjutnya diberi kode untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengolahan data. Pada kuesioner HARS peneliti memberikan kode 1 jika tidak pernah; kode 2 jika pernah; kode 3 jika sering; dan kode 4 jika sangat sering pada setiap item tersebut.c. Memasukkan data (Entry Data)Memasukkan data dan dihitung distribusi frekuensinya yang dilakukan secara manual.d. TabulatingKegiatan memasukkan kode ke dalam tabel induk (master tabel), yang selanjutnya digunakan untuk tahap analisa data, dengan cara menghitung frekuensi data.

2. Analisa data Gambaran tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis dianalisa dalam bentuk distribusi frekuensi menggunakan rumus menurut Sugiyono (2007), yaitu:P= a/b x 100Keterangan:P : Persentasea : jumlah yang mengalami kecemasan sesuai kriteriab : jumlah respondenSetelah hasil persentase dikategorikan, data penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang karakteristik yang diteliti dan tingkat kecemasan.I. Etika PenelitianEtika adalah norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah laku atau kumpulan asas atau nilai moral/kode etik. Semua penelitian kesehatan harus memenuhi asas / nilai moral kode etik. Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data, yaitu:1. Menghargai harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)Peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality) Peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan responden. Nama responden menggunakan inisial dan identitas lain menggunakan kode.3. Manfaat / berbuat baik ( beneficence ) dan tidak merugikan (nonmaleficence)Meminimalkan risiko/kerugian, do no harm ( tidak menyakiti ), menjaga kesejahteraan/ keselamatan, kepentingan individu ( subyek penelitian ) tidak boleh dikalahkan oleh kepentingan masyarakat. Manfaat untuk mengetahui tingkat kecemasan.4. Keadilan ( justice )Pembagian beban dan manfaat secara merata, tanpa membedakan sosial dan budayanya. Keikutsertaan kelompok yang akan dapat manfaat dan ketersediaan obat / intervensi setelah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia. (2013). Psikosomatik, Kecemasan Berlebihan Terhadap Kondisi Tubuh. Diunduh tanggal 3 Februari 2015 dari http://www.motherandbaby.co.id/article/2013/8/15/789/Psikosomatik-Kecemasan-Berlebihan-Terhadap-Kondisi-TubuhBaradero,M., Daryit, M.W., & Siswadi, Y. (2009). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCBrooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC Has Fran Septedi Budi Setyawati. (2010). Gambaran Kecemasan Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta : Poltekkes YogyakartaHerdman, T.H. (2012). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGCIndonesian Renal Registry (IRR). 2011. Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Diunduh tanggal 2 Januari 2015 dari http://www.pernefri-inasn.org/Laporan/4th%20Annual%20Report%20Of%20IRR%202011.pdfLKC. (2012). Mengenal Cuci Darah (Hemodialisa). Diunduh tanggal 4 Januari 2014 dari http://www.lkc.or.id/2012/06/11/mengenal-cuci-darah-hemodialisa/Maivona, R. 2013. Hubungan Kemampuan Koping Dengan Tingkat Kecemasan Pasien GGK Di Instalasi Hemodialisa. Diunduh tanggal 9 Februari 2015 dari https://plus.google.com/100617532390085476856/posts/9EU3Yqjr24g Nadia. (2011). Kecemasan pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di Laboratorium Dialisis Rumah Sakit Pusat TNI AU Dr. Esnawan Antariksa. Jakarta : Universitas GunadharmaNawawi, Q. (2013). Populasi Penderita Gagal Ginjal Terus Meningkat di 2013. Diunduh tanggal 4 Januari 2015 dari http://lifestyle.okezone.com/read/2013/06/28/482/829210/populasi-penderita-gagal-ginjal-terus-meningkat-di-2013%20jam%200.51%204/1/15Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka CiptaNursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba MedikaPrasetyono, D. S. (2005). Kiat Mengatasi Cemas Dan Depresi. Yogyakarta: TUGU PublisherRasjidi. (2008). Panduan Pelayanan Medik Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: EGCSaputra, H.A. (2014). Usia Bertambah, Fungsi Ginjal Semakin Menurun. Diunduh pada tanggal 9 Februari 2015 dari http://lifestyle.okezone.com/read/2014/03/13/482/954569/usia-bertambah-fungsi-ginjal-semakin-menurun Saputra, L. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Tangerang: Binarupa AksaraSaputri, V.W. (2013). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa Di Ruangan Hemodialisis RSI Siti Rahmah Padang. Padang : Stikes Mercu Bakti Jaya PadangSetiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha IlmuSetiyowati, A & Hastuti, W. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : Stikes PKU Muhammadiyah SurakartaSoewadi. (2005). Stres dalam Kerja. Yogyakarta: FK UGMStuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Ed.5. Jakarta: EGCSudoyo, A. W. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUISuharyanto, T., &Madjid, A. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: TIMUlfah, Rizka. 2014. Hati-Hati Rasa Cemas Berlebihan. Diunduh tanggal 3 Februari 2015 dari http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2014/01/01/hati-hati-rasa-cemas-berlebihan-621368.html