BAB I-III

download BAB I-III

of 9

Transcript of BAB I-III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat penting ada dalam suatu wilayah negara. Hal tersebut karena kesehatan merupakan hak asasi yang harus dimiliki seluruh masyarakat. Untuk meningkatkan derajat kesehatan suatu masyarakat, diperlukan adanya pelayanan kesehatan yang maksimal yang diberikan kepada masyarakat. Khususnya dalam wilayah negara Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200.000.000 jiwa ini, masalah pelayanan kesehatan masih menjadi polemik yang tak berujung. Intervensi pemerintah dalam hal pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dianggap belum maksimal. Hal ini dapat terlihat dari sulitnya masyarakat yang berekonomi rendah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Ada beberapa masalah kesehatan yang seharusnya pemerintah ikut campur tangan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang besar tanpa perlu adanya permintaan dari masyarakat. Pemerintah seharusnya peka terhadap masalah-masalah kesehatan apa saja yang membutuhkan intervensi dari pemerintah. Diantara masalah-masalah kesehatan yang seharusnya ada intervensi pemerintah dalam hal pelayanannya tanpa perlu adanya permintaan dari masyarakat itu sendiri yaitu masalah kesehatan yang merupakan public goods. Artinya, masalah kesehatan yang memang dibutuhkan masyarakat secara umum, seperti imunisasi pada balita, vaksinisasi, fogging DBD. Pelayanan kesehatan lain yang diperlukan intervensi dari pemerintah yaitu pelayanan kesehatan untuk menangani penyakit catastropic, seperti penyakit kanker dan jantung koroner. Kedua penyakit tersebut adalah penyakit yang sangat mahal pengobatannya dan kedua penyakit ini berkontribusi besar dalam hal penyakit penyebab kematian di Indonesia. Dalam makalah ini penulis mencoba menggambarkan masalahmasalah kesehatan yang membutuhkan intervesi pemerintah tanpa harus adanya demand dari masyarakat.

1

1.2 TujuanAda beberapa tujuan yang mendasari pembuatan makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana intervensi pemerintah terhadap masalah kesehatan di masyarakat. 2. Untuk mengetahui masalah kesehatan apa saja yang memerlukan intervensi pemerintah tanpa perlu adanya permintaan dari masyarakat. 3. Untuk memenuhi tugas ekonomi kesehatan mengenai demand pelayanan kesehatan.

2

BAB II PEMBAHASAN

Begitu banyak masalah dalam masyarakat yang khususnya dalam bidang kesehatan dikarenakan jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak sehingga sulit untuk menghentikan penyebaran penyakit. Diantara banyaknya masalah kesehatan yang ada, ada beberapa masalah kesehatan yang membutuhkan intervensi (campur tangan) dari pemerintah tanpa memandang demand masyarakat, yaitu masalah kesehatan yang menjadi public goods dan ataupun masalah kesehatan yang merupakan penyakit catastrhopic.

2.1 ImunisasiImunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalahmasalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan kerja sama lebih erat lagi antara masyarakat, orang tua, petugas kesehatan, pemerintah, LSM, maupun akademisi. Imunisasi merupakan program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat pencegahan penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur secara universal melalui berbagai kesepakatan yang difasilitasi oleh badan dunia seperti WHO dan UNICEF. Pertemuan international biasanya diselenggarakan secara teratur baik untuk tukar menukar pengalaman, evaluasi, perlu tidaknya bantuan dan lain sebagainya.

3

Mengingat betapa pentingnya pemberian imunisasi kepada balita Indonesia, maka sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap program imunisasi di Indonesia. Apakah pelaksanaannya sudah terlaksana dengan benar atau belum dan apakah seluruh anak balita Indonesia sudah mendapatkannya, jangan sampai ada anak balita yang tidak mendapatkan imunisasi. Bila perlu, diberikan imunisasi gratis bagi masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah. Dr Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A, Ketua Panitia Simposium, mengatakan, Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Di Indonesia sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak, ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak." Dr Theresia Sandra Dyah Ratih, Kasubdit Imunisasi Ditjen P2ML Kemenkes RI mengemukakan, Saat ini pemberian imunisasi untuk masyarakat dilakukan di tempattempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin, puskesmas, posyandu, dan praktek dokter swasta. Setiap tahun dilayani imunisasi rutin kepada sekitar 4,5 juta (4.485.000) anak usia 0-1 tahun (diberikan vaksin BCG satu kali, polio empat kali, DPT/HB tiga kali dan campak pada usia 9 bulan satu kali), imunisasi BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) campak dan Td (tetanus difteri) pada anak kelas satu, imunisasi Td (tetanus difteri) pada anak kelas dua dan tiga, dengan sasaran sekitar 12.521.944 anak sekolah (kelas satu sampai tiga), dan 4,9 juta (4.933.500) ibu hamil dari sekitar 74 juta (74.983.674) WUS (Wanita Usia Subur) untuk sasaran vaksin TT (Tetanus Toxoid).

2.2 Fogging DBDFogging merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Pemerintah untuk menanggulangi penyakit demam berdarah yang sudah menjadi wabah di Indonesia. Dalam sistem fogging, petugas menyemprotkan obat yang dapat membunuh nyamuk atapun jentik nyamuk yang menyebarkan virus penyakit demam berdarah tersebut. Fogging seharusnya dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan sebanyak 3 sampai 6 bulan sekali dalam satu tahun. Kebijakan fogging tersebut tergantung dari kebijakan pemerintah daerah setempat untuk melaksanakan atau tidak fogging. Namun4

yang sering terjadi di masyarakat Indonesia adalah ketika sudah banyak warga daerah situ yang terkena penyakit demam berdarah, barulah dilakukan fogging sehingga kurang efektif untuk pencegahan. Penyakit demam berdarah sendiri merupakan penyakit yang mematikan bila tidak ditangani secara cepat dan tepat. Untuk itulah pemerintah pusat sebagai penentu kebijakan bisa saja membuat peraturan untuk melakukan fogging paling lambat 6 bulan sekali sebagai upaya pencegahan. Sedangkan untuk daerah-daerah yang masyarakatnya adalah masyarakat golongan ekonomi ke bawah diharapkan bisa mendapatkan program fogging ini secara cuma-Cuma tanpa ada pungutan biaya sama sekali karena pemerintah yang akan menanggung biayanya.

2.3 HepatitisHepatitis sudah menjadi ancaman serius di dunia termasuk di Indonesia, hepatitis B dan hepatitis C harus menjadi perhatian, karena secara "diam-diam" virus hepatis B dan virus hepatitis C akan merusak organ hati (hepatitis kronis) hingga hati mengalami pengerasan (risoris) dan berkembang menjadi kanker hati.Hepatitis B dapat dicegah dengan memberi vaksin hepatitis B, sedangkan hepatitis C belum ada vaksinnya. Kedua penyakit ini membutuhkan pengobatan yang mahal. Jika seseorang sudah terjangkit dengan penyakit hepatitis, jika dia seorang yang kaya raya sekalipun akan jatuh miskin dikarenakan oleh pengobatannya yang mahal dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk proses penyembuhannya. Menimbang bahwa penyakit hepatitis ini sudah banyak menjangkiti masyarakat Indonesia dengan dampak yang sangat besar kepada produktivitas negara ini, maka diharapkan pemerintah untu lebih serius lagi dalam hal menangani penyakit mematikan ini. Pemerintah juga perlu campur tangan dalam pengobatan, penyembuhan dan terutama dalam hal pencegahan penyakit ini agar bisa meminimalisasikan jumlah orang yang terkena penyakit hepatitis ini.

2.4 Penyakit Jantung Koroner5

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Di belahan negara dunia, penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia. Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu saja mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner "the silence killer". Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %.

6

kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita. Penyakit jantung koroner ini selain dapat menyebabkan kematian, juga dapat menyebabkan kemiskinan pada orang kaya dan kemelaratan pada orang yang sudah miskin dikarenakan oleh mahalnya biaya pengobatan. Penyebab dari penyakit jantung koroner ini adalah gaya hidup masyarakat sekarang yang kurang memperhatikan aspek kesehatannya di setiap kegiatannya. Untuk itu, cara mencegah yang paling baik yaitu dengan adanya kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melaksanank pola hidup sehat. Pemerintah juga dapat memberikan himbauan-himbauan ataupun program-program untuk menjalankan pola hidup sehat agar tingkat penyakit jantung koroner ini dapat menurun. Sedangkan untuk orang-orang menengah ke bawah yang sudah terjangkit penyakit ini dapat diberikan asuransi ataupun jaminan kesehatan agar biaya pengobatannya tidak membebani kehidupannya yang sudah susah.

2.5 KankerKanker bukanlah satu penyakit, tetapi beberapa penyakit dengan patogenesis, gambaran klinik dan penyebab yang berbeda. Kanker ditandai dengan terjadinya pertumbuhan sel yang tidak normal. Sel-sel kanker tumbuh dengan tanpa kontrol dan tanpa tujuan yang jelas. Pertumbuhan ini akan mendesak dan merusak pertumbuhan sel-sel normal. Sel normal tumbuh dengan suatu tujuan yang tertentu berupa membentuk jaringan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar yang disebut tumor. Kanker adalah suatu penyakit yang mematikan. Namun tak jarang juga kanker dapat disembuhkan jika sudah terdeteksi sejak awal sehingga tidak terlalu sulit untuk pengobatannya karena belum menyebar ke organ tubuh yang lain. Di Amerika Serikat dan beberapa negara berkembang lainnya, kanker sekarang ini bertanggung jawab untuk sekitar 25% dari seluruh kematian.[2] Dalam setahun, sekitar 0,5% dari populasi terdiagnosa kanker.

Banyak penyebab yang memicu timbulnya kanker, selain karena degeneratif, kanker juga disebabkan oleh gaya hidup orang sekarang yang serba instan. Terutama dalam hal makanan, makanan yang instan kebanyakan mengandung zat-zat kimia yang akan menimbulkan kanker jika sudah terlalu menumpuk di dalam tubuh.7

Penyakit kanker tidak berbeda jauh dengan penyakit hepatitis ataupun PJK, karen mereka sama-sama membuat orang kaya menjadi miskin dan orang miskin menjadi melarat. Pengobatan kanker itu sangat mahal, seperti melakukan kemoterapi ataupun operasi pengangkatan sel kanker tersebut. Namun kebanyakan yang terjadi dalam masyarakat adalah bahwa walaupun sel kanker tersebut sudah tidak ada lagi di dalam tubuh, tapi tak menutup kemungkinan sel tersebut akan muncul kembali seperti semula atau bahkan lebih ganas dari sebelumnya. Pada masa sekarang sudah banyak anak-anak kecil yang terdiagnosa penyakit kanker sehingga mereka tidak dapat merasakan kehidupan seperti yang seharusnya dirasakan oleh anak seumurannya. Mengingat bahwa penyakit kanker adalah penyakit yang tidak pandang bulu, baik tua maupun muda, laki-laki atau perempuan semuanya dapat terkena penyakit tersebut, maka sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian khusus dalam penanganan masalah kanker ini. Jangan sampai calon penerus generasi bangsa Indonesia ini tergilas oleh penyakit kanker. Peranan pemerintah mungkin bisa dilakukan dengan jalan pemberian asuransi kanker bagi penderitanya. Dan untuk masyarakat miskin diberikan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan dengan harga pengobatan yang seminim mungkin. Pemerintah juga dapat melakukan penyuluhan-penyuluhan ke berbagai tempat tentang penyakit kanker itu sendiri dan cara pencegahannya agar masyarakat dapat mengerti dan dapat melakukan pencegahan dini terhadapa penyakit menyiksa tersebut.

8

BAB III PENUTUP

3.1 KesimpulanIntervensi Pemerintah dalam hal kesehatan yang menjadi public goods masyarakat ataupun yang tergolong kedalam penyakit catastropic sangat diperlukan meskipun tanpa demand dari masyarakat itu sendiri. Imunisasi yang merupakan salah satu cara untuk membuat tubuh kebal dari penyakit membutuhkan peranan pemerintah agar program tersebut dapat berjalan secara seharusnya, begitu juga dengan fogging untuk pencegahan penyakit demam berdarah. Penyakit-penyakit mamatikan seperti hepatitis, jantung koroner dan kanker yang kini memiliki banyak penggemar di Indonesia pun perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Karena penyakit-penyakit tersebut dapat membuat kehidupan masyarakat yang sudah sulit hidupnya semakin sulit karena perlu biaya pengobatan. Sehingga pemerintah dapat membuatkan asuransi dan juga melakukan penyuluhan untuk pencegahannya.

9