Bab i II & III Seminar Arimbi
-
Upload
khozali-anwar -
Category
Documents
-
view
30 -
download
1
description
Transcript of Bab i II & III Seminar Arimbi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas (Azizah, 2011). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini
termasuk ke dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di
dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi
Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih diperkirakan akan meningkat dari
18,1 juta pada tahun 2010 menjadi 29,1 juta pada tahun 2020 dan 36 juta pada tahun 2025.
Distribusi penduduk lansia di Indonesia terbanyak di pulau Jawa, yaitu sekitar 66,84 % dari
seluruh penduduk lansia. Dilihat dari proporsi penduduk lansia dimasing-masing provinsi di
Indonesia, proporsi terbesar berturut-turut adalah mereka yang tinggal di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Timur, yaitu sebesar 12,58 % dan 9,46 %, lansia di kota Semarang
mencapai 165,375 lansia, jumlah tersebut terdiri atas pra lansia (45-59 tahun) sebanyak
48,055 orang, lansia sebanyak 42,787 orang, sedangkan proporsi terkecil adalah penduduk
lansia yang tinggal di Irian Jaya sebesar 1,65% (Depkes. RI., 2012).
Dilihat dari populasi lansia tersebut, pembangunan kesehatan di Indonesia sudah
cukup berhasil karena angka harapan hidup bangsa kita telah meningkat secara bermakna,
tetapi disisi lain dengan meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi
masyarakat karena populasi lanjut usia (lansia) meningkat. Hal ini berarti kelompok resiko
dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi. Meningkatnya populasi lansia ini bukan hanya
fenomena di Indonesia saja, tetapi juga secara global (Notoatmodjo, 2007)
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001 dalam Maryam 2008)
Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat
memperparah kondisi tersebut (Ulliya, dkk, 2009). Penurunan kemampuan muskuloskeletal
dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity), sehingga akan mempengaruhi lansia
1
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living atau ADL) (Ulliya
dkk., 2009). Memelihara kesehatan untuk hidup yang tidak bergantung dengan orang lain
besar kemungkinan harus memprioritaskan kekuatan otot (Broman dkk., 2006).
Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Keadaan ini menyebabkan munculnya penyakit degeneratif yang merupakan
penumpukan distorsi metabolik dan struktural (Darmojo dan Martono, 2009).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak tahan terhadap jejas, termasuk infeksi. Pada orang lanjut usia,
terdapat kemunduran organ tubuh seperti otot, tulang, jantung, dan pembuluh darah, serta
sistem saraf yang mengakibatkan orang tua mengalami penurunan keseimbangan. Senam
lansia dan senam otak merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut karena Senam lansia akan menambah penguatan otot,
daya tahan tubuh, kelenturan tulang dan sendi, sehingga sistem muskuloskeletal yang
menurun dapat diperbaiki. Selain itu senam lansia bermanfaat untuk memelihara kebugaran
jantung dan paru (Herawati dan Wahyuni, 2004)
Berdassarkan hasil pengkajian yang dilakukan di wisma Arimbi Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran didapatkan hasil lansia tau penerima manfaat dengan
mobilisasi aktif sebanyak 2 orang dengan bantuan alat/ wolker 2 orang, dan dengan
mobilisasi pasif terdiri dari 4 orang dari seluruh lansia/penerima manfaat yang berada di
wisma Arimbi pada tahun 2014.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah di berikan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan klien dapat
memahami dan mengetahui serta mampu melakukan senam lansia
2
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 25 menit diharapkan sasaran dapat :
a. Menyebutkan manfaat olahraga bagi lansia dengan benar
b. Menyebutkan prinsip olahraga bagi lansia dengan benar
c. Menyebutkan langkah-langkah olahraga bagi lansia dengan benar dan
Mendemonstrasikan langkah-langkah olahraga bagi lansia dengan benar
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian Lansia
Definisi usia tua beragam tergantung pada kerangka pandang individu. Orang tua
yang berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan muda bagi orang tuanya.
Orang sehat aktif berusia 65 tahun sebagai awal usia tua. Para gerontologis telah
mencoba memberikan perbedaan individual dengan menggunakan klasifikasi young old
untuk usia 65-75 tahun dan old-old untuk usia 75 tahun atau lebih (Smeltzer & Bare,
2001). Lansia adalah masa seseorang menghadapi perubahan-perubahan dimulai setelah
pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia atau lansia adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Kinsella & Taeuber, 1994 dalam Darmojo, 2011).
2. Batasan Lansia
World Health Organization atau (WHO) menggolongkan lanjut usia berdasarkan
usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age)
ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah umur antara 60
sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah umur antara 75 sampai 90 tahun. Usia sangat
tua (very old) ialah umur diatas 90 tahun (Bandiyah, 2009).
Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagai lanjut
usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Azizah, 2011).
3. Teori Proses Menua
Menurut Azizah (2011), teori penuaan secara umum dibedakan mejadi dua yaitu
teori penuaan secara biologi dan teori penuaan secara psikososial.
a. Teori Biologi
4
1) Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk mebelah 50 kali. Jika sebuah sel
pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan dari laboratorium, lalu di observasi
dan jumlah sel-sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Hal ini akan
memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan
menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan
jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem tersebut tidak dapat diganti jika
sel tersebut dibuang karena rusak atau mati, oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit
atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.
2) Teori “Genetic Clock”
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Dalam nuclei (inti sel) pada setiap spesies mempunyai satu jam
genetik yang telah diputar menurut tertentu, jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam
kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit akhir.
3) Teori Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami keunduran pada masa penuaan, walaupun
demikian kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih yang merupakan faktor yang berkontribusi dalam
proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri (self recogniton). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya
kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan
sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai
sel asing dan mengahancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun.
5
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
Teori ini menyebabkan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah orang yang
aktif dan banyak ikut dalam kegiatan sosial, mempertahankan hubungan antara
sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Identity atau kepribadian pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah
dimasyarakat, keluarga dan hubungan interpesonal. Teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pad seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimilikinya.
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini munyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini megakibatkan interaksi lanjut usia menurun,
baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda
yaitu kehilangan peran, kehilangan kontak sosial, berkurangnya komitmen.
4. Proses Menua dan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita, dengan begitu manusia secara progresif akan
kehlangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif (Darmojo, 2011).
Menurut Azizah (2011), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah:
a. Perubahan Fisik
Perubahan pada lansia yang terjadi secara fisik yaitu terjadi penurunan pada
sistem indera seperti pengelihatan karena lensa mata yang kehilangan elastisitasnya
dan kaku, sistem pendengaran mengalami gangguan karena hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, sistem integumen mengalami atrofi, kendur dan
tidak elastis, kering dan berkerut, perubahan pada sistem muskuloskeletal yaitu
6
berkurangnya kepadatan tulang karena penurunan jumlah dan ukuran serabut otot
mengakibatkan penurunan kekuatan dan sendi mengalami penurunan elastisitas.
Sistem kardiovaskuler juga mengalami penurunan yaitu masa jantung
menurun, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan peregangan jantung
berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan
klasifikasi SA nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. Konsumsi
oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun.
Penurunan pada sistem kardiovaskuler juga dapat berupa arteri kehilangan
elastisitasnya yang dapat menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah.
Pada sistem respirasi terjadi perubahan jaringan ikat pada paru, kapasitas
total tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan
ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi toraks mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang. Umur tidak berhubungan dengan
perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka otot toraks
menjadi tidak seimbang dan menyebabkan terjadinya distorsi dinding toraks selama
respirasi berlangsung. Di dalam sistem pernapasan, terjadi pendistribusian ulang
kalsium pada tulang kosta yang kehilangan banyak kalsium dan sebaliknya, kartilago
kosta berlimpah kalsium. Hal ini berhubungan dengan perubahan postural yang
menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru.
Penurunan pada sistem pencernaan dan metabolisme yang terjadi yaitu
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata, kehilangan gigi yang
disebabkan oleh peridental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, indera
pengecap menurun yaitu hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama
rasa asin asam dan pahit, pada lambung terjadi penurunan rasa lapar dan produksi
asam lambung berkurang, waktu pengososngan lambung menurun, peristaltik lemah
dan biasanya timbul konstipasi. Penurunan pada sistem perkemihan yaitu
kemunduran laju filtrasi ekskresi dan reabsorbsi oleh ginjal yang berefek pada
pemberian obat pada lansia karena terjadi kehilangan kemampuan untuk
mengekskresi obat atau produk metabolisme obat.
7
Sistem saraf mengalami penurunan seperti perubahan anatomi sistem saraf
dan atrofi yang progresif pada serabut saraf, sehingga terjadi penurunan persepsi
sensori, respon motorik pada susunan saraf pusat, koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. Perubahan sistem reproduksi ditandai dengan
menciutnya ovarium dan uterus, selaput lendir vagina menurun serta atrofi payudara.
Pada laki-laki produksi spermatozoa mengalami penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi kognitif
yang paling awal sering mengalami penurunan. Perubahan kognitif yang terjadi pada
lansia penurunan memori atau daya ingat terutama ingatan jangka pendek.
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analitis,
linear, sekuensial) dan perkataan verbal, tetapi mengalami penurunan pada persepsi
daya membayangkan (fantasi), mengingat daftar., memori bentuk geometri,
kecepatan menemukan kata, menyelesaikan masalah, kecepatan berespon, dan
perhatian yang cepat beralih. Penurunan IQ (Intellegent Quotient) pada lansia
disebabkan oleh kecepatan proses di pusat saraf menurun sesuai dengan pertambahan
usia.
c. Perubahan Spiritual
Pada lansia kehidupan keagamaannya semakin teratur, hal ini dapat dilihat
dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. Lansia yang telah mempelajari cara
perubahan hidup melelui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada tantangan
akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual
atau religius untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai
kematian.
d. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang biasanya dihadapi oleh lansia adalah pensiun
yaitu hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan yang membuat seorang lansia
pensiunan merasakan kekosongan dan secara tiba-tiba dapat merasakan begitu
banyak waktu luang di rumah disertai dengan sedikitnya hal-hal yang dapat dijalani.
Pada umumnya setelah orang memasuki masa lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian) dan
8
psikomotor (gerakan, tindakan, koordinasi) yang akan menyebabkan perubahan
aspek keperibadian. Pada lansia juga terjadi perubahan dalam peran sosial di
masyarakat dan perubahan minat.
e. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia seringkali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme
(misalnya diabetes mellitus) dan post operasi prostatektomi. Pada wanita erat
kaitannya dengan menopause yaitu penurunan fungsi berupa organ reproduksi yang
sudah tidak produktif. Faktor psikologis yang menyertai aspek seksualitas pada
lansia antara lain rasa tabu atau malu bila memepertahankan kehidupan seksualnya,
adanya kebosanan, pasangan hidup telah meninggal dan disfungsi seksual karena
parubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya seperti cemas, depresi,
demensia dan lain-lain.
f. Perubahan Tidur
Perubahan pola tidur pada usia lanjut banyak disebabkan oleh kemampuan
fisik usia lanjut yang semakin menurun. Kemapuan fisik menurun terkait oleh
kemampuan organ dalam tubuh yang menurun juga, seperti jantung, paru-paru, dan
ginjal. Penurunan tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan turut
berpengaruh. Pada usia lanjut biasanya insomnia lebih sering menyerang. Hal ini
terjadi sebagai efek samping (sekunder) dari penyakit lain, seperti nyeri sendi,
osteoporosis, payah jantung, parkinson atau depresi (Prasadja, 2009).
B. Senam Lansia
1. Pengertian
Senam lansia adalah satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik
terhadap tingkat kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar.
Senam atau latihan fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi
aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Senam merupakan
bagian dari usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah,
dan sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah menderita. (Depkes
RI, 2003:6)
9
2. Jenis-Jenis Senam Lansia Yang Biasa Diterapkan, Meliputi :
a. Senam kebugaran lansia
b. Senam otak
c. Senam osteoporosis
d. Senam hipertensi
e. Senam diabetes melitus
f. Olahraga rekreatif / jalan santai.
3. Tujuan
Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk membina dan
meningkatkan kesehatan serta kebugaran, kesegaran jasmani dan rohani.
Tujuan lain adalah:
a. Memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme.
b. Membangun kekuatan dan daya tahan.
c. Menurunkan lemak.
d. Meningkatkan kondisi otot dan sendi.
(Depkes RI, 1997:2)
4. Manfaat Senam
a. Sebagai pencegahan Untuk mencegah timbulnya suatu penyakit
b. Sebagai pengobatan (kuratif) Penyakit yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan
senam lansia adalah kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM, kelainan infark jantung,
kelainan insufisiensi, koroner, kelainan pembuluh darah tepi, thromboplebitis dan
osteoporosis
c. Sebagai rehabilisasi
Dengan senam yang baik akan mempengaruhi hal – hal sebagai berikut:
1) Memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan usia.
2) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan.
10
3) Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam bertambahnya
tuntutan (sakit).
5. Prinsip–Prinsip Olahraga Pada Lansia
a. Komponen kesegaran jasmani yang esensial dilatih adalah:
1) Ketahanan kardio – pulmonal.
2) Kelenturan (fleksibilitas)
3) Kekuatan otot
4) Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebihan)
b. Selalu mempertahankan keselamatan.
c. Latihan teratur dan tidak terlalu berat.
d. Permainan dalam bentuk ringan sangat diajurkan.
e. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah).
f. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
g. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan.
h. Lama latihan berlangsung 15-60 menit.
i. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali
j. Perhatikan kontra indikasi latihan:
1) Adanya penyakit infeksi
2) Hypertensi sistolik lebih dari 180 mmHg dan diastolik 120 mmHg.
3) Berpenyakit berat dan dilarang dokter.
6. Latihan Fisik Untuk Usia Lanjut Diarahkan Pada Beberapa Tujuan Yaitu:
a. Membantu tubuh agar tetap dapat bergerak.
b. Secara lambat laun menaikkan kemampuan fisik.
c. Memberi kontak psikologis lebih luas agar tidak terisolir dari rangsang.
d. Mencegah cedera.
Oleh karena itu sesuai perubahan – perubahan fisik yang ada lebih diarahkan pada:
a. Perbaikan kekuatan atot.
b. Perbaikan stamina (aerobic capacity).
c. Perbaikan fleksibilitas.
11
d. Perbaikan komposisi tubuh yang rasional ditambah dengan mempertahankan portus
yang baik.
7. Langkah-Langkah
a. Latihan kepala dan leher
1) Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
2) Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri.
3) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
12
b. Latihan bahu dan lengan
1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali
perlahan-lahan
2) Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurusdengan
bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat
lengan keatas kepala.
3) Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung
sejauhmungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangankanan dan kiri.
13
4) Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.
c. Latihan tangan
1) Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan kemeja.
2) Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan
untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali.
3) Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian setelah
menyentuh tiap jari.
14
4) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus mungkin.
d. Latihan punggung
1) Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi yang lain.
2) Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu
kekiridan kekanan.
15
e. Latihan pernafasan
1) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
2) Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam
maka terasadada mengambang.
3) Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan
menutup kembali
16
BAB III
SETRATEGI PELAKSANAAN
A. PELAKSANAAN
Pemberian terapi senam lansia di Wisma Arimbi akan dilaksanakan mulai dari hari
Juma’t tanggal 31 Januari 2014 sampai dengan Rabu 4 Februari 2013 di dalam Wisma
Arimbi, Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo. Senam ini di berikan kepada 8 lansia
penerima manfaat baik lansia dengan mobilitas aktif maupun mobilitas pasif.
B. Alat dan Bahan
1. Laptop
2. Sound
3. Gambar senam lansia
C. Kegiatan
Sebelum dilakukan senam senam lansia, lansia penerima manfaat diberikan pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan manfaat senam lansia selama 10 menit dan pengukuran tekanan
darah, kemudian dilanjutkan dengan senam lansia selama 15 menit.
Adapun langkah – langkah senam lansia adalah sebagai berikut:
1. Latihan kepala dan leher
a. Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiric
c. Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
2. Latihan bahu dan lengan
a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali perlahan-
lahan
b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurusdengan
bahu.Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat
lengan keatas kepala.
c. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung
sejauhmungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangankanandan kiri.
17
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.
3. Latihan tangan
a. Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan kemeja
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan
untuk menyentuh jari kelingking, kemudian tarik kembali
c. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian setelah
menyentuh tiap jari, kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari
selurus mungkin.
4. Latihan punggung
a. Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisiyang lain
b. Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu
kekiridan kekanan
c. Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.
5. Latihan pernafasan
a. Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks
b. Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam maka
terasa dada mengambang
c. Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup
kembali
D. Evaluasi
Prosedur evaluasi
1. Evaluasi dilakukan selama proses dan pada akhir kegiatan dengan memberikan
pertanyaan secara lisan sebagai berikut :
a. Sebutkan tentang pengertian senam lansia?
b. Sebutkan tujuan senam lansia?
c. Sebutkan manfaat senam lansia?
d. Sebutkan langkah-langkah senam lansia?
e. Demonstrasikan senam lansia tanpa instruktur?
18
2. Kriteria evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Menyiapkan SAP
2) Menyiapkan materi dan media
3) Melakukan kontrak waktu dengan penerima manfaat
4) Menyiapkan alat dan bahan
5) Menyiapkan tempat
6) Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1) Penerima manfaat memperhatikan selama diberikan instruksi tentang senam
lansia
2) Penerima manfaat aktif bertanya terhadap hal yang belum diketahui
3) Penerima manfaat menjawab pertanyaan pemberi materi
4) Penerima manfaat tidak meninggalkan tempat saat diberikan instruksi senam
lansia
5) Tanya jawab
c. Evaluasi hasil
1) Kegiatan senam lansia berhasil baik bila penerima manfaat mampu
mendemonstrasikan langkah-langkah senam lansia sendiri sampai 80%.
2) Kegiatan senam lansia dikatakan berhasil atau cukup baik bila penerima manfaat
mengetahui manfaat dan tujuan senam lansia.
3) Kegiatan senam lansia dikatakan kurang berhasil atau tidak baik apabila penerima
manfaat hanya mampu menjawab dan melakukan demonstrasi langkah-langkah
senam kurang dari 50%.
19