Bab i, II, III Riwayat Ponek

45
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu yang disebabkan oleh kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena kecelakaan. Berdasarkan target Millenium Development Goals (MDGs) Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015 sebesar 102/100.000 kelahiran hidup (kh). Di Asia AKI sebesar 323/100.000 kh pada tahun 2006 (DepKes RI, 2006). Sedangkan di Indonesia AKI pada tahun 2007 dilaporkan sebanyak 228/100.000 kh; tahun 2008 sebanyak 248/100.000 kh; tahun 2009 sebanyak 226/100.000 kh (SDKI, 2007). Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se- Jawa Timur capaian AKI dapat digambarkan sebagai berikut: pada tahun 2008 sebesar 83/100.000 kh; tahun 2009 meningkat sebesar 90,7/100.000 kh; tahun 2010 meningkat lagi sebesar 101,4/100.000 kh; tahun 2011 meningkat sebesar 104,3/100.000 kh; dan di tahun 2012 menurun menjadi 97,43/100.000 kh (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). AKI di Kabupaten Jombang tahun 2007 sebanyak 94,5/100.000 kh; menurun menjadi 80,92/100.000 kh pada tahun 2008; menurun lagi menjadi 68,76/100.000 kh pada tahun 2009; tahun 2010 meningkat menjadi 79,34/100.000 kh; tahun 2011 meningkat lagi menjadi 128,5/100.000 kh; tahun 2012 menurun menjadi 102,91/100.000 kh (Profil Kesehatan Kabupaten Jombang, 2012).

Transcript of Bab i, II, III Riwayat Ponek

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu

    yang disebabkan oleh kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena

    kecelakaan. Berdasarkan target Millenium Development Goals (MDGs)

    Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015 sebesar 102/100.000

    kelahiran hidup (kh). Di Asia AKI sebesar 323/100.000 kh pada tahun

    2006 (DepKes RI, 2006). Sedangkan di Indonesia AKI pada tahun 2007

    dilaporkan sebanyak 228/100.000 kh; tahun 2008 sebanyak 248/100.000

    kh; tahun 2009 sebanyak 226/100.000 kh (SDKI, 2007).

    Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se-

    Jawa Timur capaian AKI dapat digambarkan sebagai berikut: pada tahun

    2008 sebesar 83/100.000 kh; tahun 2009 meningkat sebesar 90,7/100.000

    kh; tahun 2010 meningkat lagi sebesar 101,4/100.000 kh; tahun 2011

    meningkat sebesar 104,3/100.000 kh; dan di tahun 2012 menurun menjadi

    97,43/100.000 kh (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012).

    AKI di Kabupaten Jombang tahun 2007 sebanyak 94,5/100.000 kh;

    menurun menjadi 80,92/100.000 kh pada tahun 2008; menurun lagi

    menjadi 68,76/100.000 kh pada tahun 2009; tahun 2010 meningkat

    menjadi 79,34/100.000 kh; tahun 2011 meningkat lagi menjadi

    128,5/100.000 kh; tahun 2012 menurun menjadi 102,91/100.000 kh (Profil

    Kesehatan Kabupaten Jombang, 2012).

  • 2

    Trias penyebab kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam

    kehamilan (Preeklampsia-Eklampsia), dan infeksi maternal (Bobak, 2004).

    Tahun 2010-2012, penyebab kematian ibu yakni terjadi peningkatan pada

    faktor PreEklamsia/Eklamsia (PE/E) dan faktor lain-lain, sedangkan faktor

    pendarahan dan infeksi mengalami penurunan tiap tahun. Faktor jantung

    mengalami kenaikan pada tahun 2011, tetapi pada tahun 2012 mengalami

    penurunan. Pada tahun 2012, faktor PE/E masih menjadi faktor dominan

    (34,88%) penyebab kematian ibu di Jawa Timur (Profil Kesehatan

    Provinsi Jawa Timur, 2012).

    Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

    kehamilan disertai dengan proteinuria(Prawirohardjo,2009). Preeklampsia

    merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan

    postpartum (Prawirohardjo, 2009).

    Angka kejadian preeklampsia menurut World HealthOrganization

    (WHO) sekitar 0,51% - 38,4%. Angka kejadian Preeklampsia di Indonesia

    cenderung meningkat yaitu 1,0% - 1,5% pada sekitar 1970-1980

    meningkat menjadi 4,1% - 14,3% pada sekitar 19902000 (Safoewan,

    2003).Menurut LKI (Laporan Kematian Ibu) Kabupaten/Kota se-Jawa

    Timur angka kejadian Preeklampsia/Eklampsia tahun 2010 sebesar

    26,92%, meningkat menjadi 27,27% pada tahun 2011, dan meningkat lagi

    sebesar 34,88% pada tahun 2012 (Profil Kesehatan Provinsi Jatim, 2012).

    Berdasarkan data dari PONEK RSUD Jombang kejadian preeklampsia

    pada tahun 2012 sebanyak 301 orang dengan rincian PEB sebanyak 197

    orang dan PER sebanyak 104 orang. Tahun 2013 sebanyak 310 orang

  • 3

    dengan rincian PEB sebanyak 181 orang dan PER sebanyak 129 orang.

    Sedangkan data terakhir tahun 2014 pada bulan Januari dan Februari

    sebanyak 38 orang yakni PEB sebanyak 20 orang dan PER sebanyak 18

    orang (Data RSUD Jombang, 2014).

    Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah

    terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab

    penyakit ini, tapi tidak ada yang memberikan jawaban memuaskan

    (Wiknjosastro, 2006). Walaupun demikian, didapatkan faktor risiko

    penyebab preeklampsia yaitu: (1)Umur yang ekstrim, (2)Primigravida,

    (3)Primipaternitas, (4)Hiperplasentosis, misalnya molahidatidosa,

    kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar,

    (5)Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil,

    (6)Obesitas, (7)Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia

    (Prawirohardjo, 2009).

    Riwayat preeklampsia-eklampsia pada ibu atau nenek penderita,

    faktor resiko meningkat sampai 25% (Dewi,dkk., 2011). Telah terbukti

    bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya

    akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 6% anak menantu

    mengalami preeklampsia (Prawirohardjo, 2009).

    Menurut Lie et al (1998) menyimpulkan bahwa ada hubungan

    genetik yang telah ditegakkan, riwayat keluarga ibu atau saudara

    perempuan meningkatkan resiko preeklampsia 4 sampai 8 kali (Chapman,

    2006).

  • 4

    Sedangkan Chesley dan Chooper (1986) mempelajari saudara,

    anak, cucu dan menantu perempuan dari wanita penderita preeklampsia

    yang melahirkan di Margareth Hague Maternity Hospital selama jangka

    waktu 49 tahun, yaitu dari tahun 1935 sampai 1984. Mereka

    menyimpulkan bahwa preeklampsia-eklampsia bersifat sangat diturunkan,

    dan bahwa model gen tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik unuk

    menerangkan hasil pengamatan ini; namun demikian, pewarisan

    multifaktorial juga dipandang mungkin (Cunningham, 2006).

    Sibai (1991a) menemukan adanya frekuensi preeklampsia dan

    eklampsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklampsia,

    yang menunujukkan gen resesif autosom yang mengatur respon imun

    maternal. Anak wanita dan saudara wanita ibu preeklampsia memiliki

    kecenderungan lebih tinggi untuk terkena preeklampsia daripada ibu yang

    tidak memiliki riwayat preeklampsia pada keluarganya (Obrien, 1992

    dalam Bobak, 2004).

    Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Nuril MA, dkk di

    RSUD dr. Sayidiman Magetan tahun 2011 dapat disimpulkan bahwa ibu

    yang memiliki riwayat keturunan preeklampsia mempunyai risiko terjadi

    preeklampsia 4 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat

    keturunan preeklampsia.

    Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan (2007) di

    Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal dapat disimpulkan bahwa ibu

    hamil yang mempunyai keturunan preeklampsia mempunyai resiko 7 kali

  • 5

    untuk terjadi preeklampsia berat dibandingkan dengan seorang ibu hamil

    yang tidak ada riwayat keturunan preeklampsia.

    Untuk memenuhi target MDGs mengenai penurunan AKI tahun

    2015 sebanyak 102 per 100.000 kh, maka diperlukan kerja keras yakni

    perlu adanya antisipasi terhadap faktor resiko yang dapat menyebabkan

    kematian. Caranya adalah melakukan ANC sesuai standar minimal 4 kali

    selama hamil, masing-masing sekali pada trimester I dan II, dan dua kali

    pada trimester III. Dengan ANC secara teratur dan sejak awal kehamilan

    diharapkan deteksi dini preeklampsia dapat meminimalisir kemungkinan

    komplikasi bagi ibu dan janin (Wiknjosastro, 2006). Perlu juga adanya

    pendidikan kesehatan secara intensif untuk melakukan sosialisasi tentang

    pentingnya pencegahan, deteksi dini serta beberapa risiko yang dapat

    ditimbulkan dari kejadian preeklampsia. Diharapkan ibu juga mampu

    melakukan pencegahan faktor risiko terhadap dirinya sejak sebelum masa

    kehamilan (Rozikhan, 2007). Selain itu juga dilakukan upaya pencegahan

    nonmedikal dan medikal (Prawirohardjo, 2009).

    Berdasarkan masalah tersebut diatas, penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga

    denganKejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang karena angka

    kejadian Preeklampsia tertinggi di Kabupaten Jombang dan merupakan

    Rumah Sakit rujukan.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian maternal.

    Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.

  • 6

    Tetapi didapatkan faktor risiko penyebab preeklampsia yakni umur yang

    ekstrim, primigravida, primipaternitas, hiperplasentosis, molahidatidosa,

    kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar, penyakit-

    penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, obesitas dan

    riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia pada kehamilan yang

    lalu. Faktor riwayat preeklampsia pada keluarga disebabkan oleh gen

    resesif tunggal atau gen dominan yang bersifat multifaktorial yang secara

    otomatis dapat diwariskan pada anggota keluarga sehingga semakin

    banyak penderita preeklampsia dan ancaman kematian maternal semakin

    meningkat pula, maka dari itu penulis tertarik untuk mengetahui hubungan

    riwayat preeklampsia dengan kejadian preeklampsia.

    1.3 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah Hubungan

    Riwayat Preeklampsia pada Keluarga dengan Kejadian Preeklampsia di

    PONEK RSUD Jombang?.

    1.4 Batasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, batasan masalah hanya pada ibu

    hamil yang mengalami preeklampsia di PONEK RSUD Jombang.

    1.5 Tujuan Penelitian

    1.5.1 Tujuan Umum

    Menganalisa Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga

    dengan Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang.

  • 7

    1.5.2 Tujuan Khusus

    1. Mengidentifikasi Riwayat Preeklampsia pada Keluarga di PONEK

    RSUD Jombang.

    2. Mengidentifikasi Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang.

    3. Menganalisa Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga dengan

    Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang .

    1.6 Manfaat Penelitian

    1.6.1 Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka

    menurunkan angka kematian pada ibu dan mencegah terjadinya

    preeklampsia.

    1.6.2 Manfaat Praktis

    1. Bagi Peneliti

    Menambah wawasan dan pola pikir ilmiah sehingga peneliti mampu

    mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki di lapangan.

    2. Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian

    lebih lanjut bagi yang membutuhkannya.

    3. Bagi Institusi Kesehatan

    Meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar agar angka mortalitas

    ibu menurun dan dapat meningkatkan program kesehatan ibu hamil.

    4. Bagi Responden

    Sebagai informasi tentang Kejadian Preeklampsia terutama faktor

    resiko yang dapat menyebabkannya.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Riwayat

    2.1.1 Definisi Riwayat

    Riwayat adalah turun-menurun; warisan; sejarah; (Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, 2005).

    2.1.2 Komponen Riwayat Kesehatan Keperawatan

    Menurut Kozier (2009) komponen riwayat kesehatan keperawatan

    antara lain :

    1. Data Demografi

    Meliputi : nama klien, alamat, usia, jenis kelamin, status perkawinan,

    pekerjaan, agama yang dianut, biaya perawatan kesehatan, dan sumber

    perawatan medis yang biasanya.

    2. Keluhan Utama atau Alasan Kunjungan

    Keluhan yang dirasakan klien sampai datang ke rumahsakit atau klinik

    untuk mencari bantuan medis.

    3. Riwayat Penyakit Saat ini

    Meliputi : kapan gejala mulai muncul, awitan gejala datang tiba-tiba

    atau bertahap, seberapa sering masalah terjadi, lokasi yang terganggu,

    aktivitas yang dilakukan klien saat terjadi masalah, faktor yang

    memperburuk atau meringakan masalah.

    4. Riwayat Penyakit Dahulu

    Meliputi : riwayat penyakit masa kanak-kanak, riwayat imunisasi,

    alergi terhadapa obat, binatang, atau agen lingkungan lainnya.

    8

  • 9

    5. Riwayat Penyakit Keluarga

    Untuk memastikan faktor risiko terhadap penyakit tertentu, usia,

    saudara kandung, orang tua dan kakek-nenek serta status kesehatan saat

    ini atau (jika mereka telah meninggal) penyebab kematian harus

    didapatkan. Perhatian khusus harus diberikan terhadap gangguan seperti

    penyakit jantung, kanker, diabetes, hipertensi, obesitas, alergi, artritis,

    tuberkulosis, perdarahan, alkoholisme, dan tiap gangguan kesehatan

    mental.

    6. Gaya Hidup

    a. Kebiasaan pribadi, meliputi : jumlah/ frekuensi dan durasi

    penggunaan zat kimia, tembakau, alkohol, kopi, kola, teh, dan obat-

    obatan terlarang.

    b. Diet : penjelasan jenis diet tipikal pada hari biasa atau adnya diet

    khusus, jumlah makanan dan kudapan setiap hari.

    c. Pola tidur atau istirahat : kebiasan waktu bangun/ tidur, kesulitan

    tidur dan bat-obatan yang digunakan untuk menangani kesulitan

    tidur tersebut.

    d. Aktivitas harian : tiap kesulitan yang dialami dalam aktivitas dasar

    eperti makan, berpakaian, berhias, eliminasi, dan lokomosi.

    e. Rekreasi/ hobi : aktivitas olahraga dan toleransinya, hiburan lainnya.

    7. Data Sosial

    Meliputi : hubungan keluarga atau teman, afiliasi etnis, riwayat

    pendidikan, riwayat pekerjaan, status ekonomi.

  • 10

    2.2 Konsep Riwayat Preeklampsia pada Keluarga

    2.2.1 Definisi Riwayat Medis / KesehatanKeluarga

    Riwayat medis keluarga adalah adanya sifat genetik atau penyakit

    yang pernah dialami dan cenderung menurun menurut garis darah,

    kebiasaan dan pajanan pada penyakit menular yang dapat mempengaruhi

    anggota keluarga (Marcia, 2007).

    Riwayat kesehatan keluarga adalah identifikasi penyakit tertentu

    yang pernah diderita dan diwariskan kerabat tingkat pertama (orang tua,

    saudara kandung, anak), dan kerabat tingkat kedua (kakek, nenek, cucu,

    paman dan bibi, keponakan laki-laki dan perempuan (Wheeler, 2003).

    2.2.2 Definisi Riwayat Preeklampsia pada Keluarga

    Riwayat Preeklampsia pada keluarga adalah penyakit yang

    berhubungan dengan tekanan darah tinggi disertai proteinuria selama masa

    hamil yang lalu pada keluarga, signifikan pada ibu atau saudara

    perempuan (Wheeler,2003).

    Riwayat preeklampsia pada keluarga adalah riwayat preeklampsia

    pada kehamilan yang lalu dalam keluarga (Mitayani, 2009).

    2.2.3 Keluarga yang dapat mewarisi preeklampsia

    Menurut Chesley dan Cooper (1986) dalam Cunningham (2006),

    seorang wanita yang menderita preeklampsia diwarisi dari keluarganya :

    1. Ibu kandung

    2. Nenek

    3. Saudara perempuan

    4. Mertua perempuan

  • 11

    2.3 Konsep Preeklampsia

    2.3.1 Pengertian Pre-Eklampsia

    Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa

    berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktifitas endotel yang

    ditandai dengan proteinuria dan hipertensi (Cunningham, 2006).

    Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

    kehamilan disertai dengan proteinuria. Hipertensi yang dimaksud adalah

    tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90mmHg, pengukuran tekanan

    darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan darah

    sistolik 30 mmHg dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg sebagai

    parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi. Adapun proteinuria adalah

    300 mg protein dalam urine selama 24 jam atau sama dengan 1+ dipstick.

    Dan Edema, dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda

    preeklampsia, tetapi sekarang tidak dipakai lagi kecuali edema generalisata

    (anasarka) (Prawirohardjo, 2009).

    Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

    edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini

    umumnya terjadi pada triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi

    sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2006).

    Preeklampsia didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi pada

    paruh kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah pelahiran, ditandai

    dengan kemunculan sedikitnyadua dari tiga tanda utama yaitu :hipertensi,

    edema, dan proteinuria (North et al, 1999, Higgins & de Swiet 2001 dalam

    Billington, Mary, dkk., 2009).

  • 12

    2.3.2 Patofisiologi Preeklampsia

    Menurut Wiknjosastro (2006) penyebab preeklampsia sampai

    sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba

    menerangkan sebab musababnya, tetapi tidak ada yang memberikan

    jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima, harus dapat

    menerangkan hal-hal berikut :

    1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,

    hidramnion dan mola hidatidosa.

    2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.

    3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian

    janin dalam uterus.

    4. Sebab jarangnya trjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan

    berikutnya.

    5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.

    Sedangkan menurut Prawirohardjo (2009) penyebab hipertensi

    kehamilan sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori

    telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi

    tidak satupun teori yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang

    banyak dianut adalah :

    1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta

    Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran

    darah dari cabang-cabang arteri uterina dan ovarika. Kedua pembuluh

    darah tersebut menembus miometrium melewati arteri arkuarta, radialis

    dan menembus endometrium melewati arteri basalis, spiralis.

  • 13

    Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi

    trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis yang menimbulkan

    degenerasi lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis,

    jaringan matriks menjadi gembur danmemudahkan lumen arteri spiralis

    mengalami distensi dan dilatasi, sehinggamemberi dampak penurunan

    tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran

    darah pada daerah uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah janin cukup

    banyak dan perfusi jaringan meningkat, sehingga dapat menjamin

    pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan remodelling

    arteri spiralis.

    Pada hipertensi dalam kehamilan, proses diatas tidak terjadi.

    Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi

    kegagalan remodelling arteri spiralis, sehingga aliran darah

    uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.

    2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel

    Padahipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan remodelling

    arteri spiralis, akibatnya plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang

    mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut

    juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa

    penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron tidak

    berpasangan.

    Salah satu oksidan penting yang dihasilkan adalah radikal

    hidroksil yang sangat toksik, khususnya terhadap membran sel endotel

    pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel yang

  • 14

    mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.

    Peroksida lemak akan merusak membran sel, juga akan merusak

    nukleus, dan protein sel endotel. Disfungsi sel endotel akan

    mengakibatkan gangguan metabolisme prostaglandin, agregasi sel-sel

    trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan, perubahan

    sel endotel pada glomerulus, peningkatan permeabilitas kapiler,

    peningkatan bahan-bahan vasopresor dan peningkatan faktor koagulasi.

    3. Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin.

    Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak

    adanya hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya

    Human Leukocyte Antigen Protein G (HLA-G), sehingga plasenta dapat

    melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu

    dan mempermudah invasi sel trovoblas ke dalam jaringan desidua ibu.

    Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan

    ekspresi HLA-G sehingga menghambat infasi trovoblas ke jaringan

    desidua, merangsang produksi sitikon yang menyebabkan mudahnya

    terjadi reaksi inflamasi dan kemungkinan terjadi Immune

    Maladaptation pada preeklampsia.

    4. Teori Adaptasi Kardiovaskuler.

    Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-

    bahan vasopresor. Refrakter seperti pembuluh darah tidak peka

    terhadap rangsangan bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar

    vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokonstriksi.

    Terjadinya refrakter tersebut akibat dilindungi oleh adanya sintesis

  • 15

    prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan

    bahwa daya refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi

    prostaglandin sintesa inhibitor. Prostaglandin ini dikemudian hari

    ternyata adalah prostasiklin.

    5. Teori Genetik.

    Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal.

    Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan

    secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti

    bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak

    perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya

    6% anak menantu mengalami preeklampsia.

    6. Teori Defisiensi Gizi (Teori Diet)

    Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan

    defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan.

    Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan,

    termasuk minyak hati halibut dapat mengurangi risiko

    preeklampsia.Minyak ikan banyak mengandung asam lemak yang tidak

    jenuh yang dapat menghambat tromboksan, menghambat aktivasi

    trombosit, dan mencegah vasokontriksi pembuluh darah.

    Beberapa peneliti menganggap bahwa defisiensi kalsium pada

    perempuan hamil mengakibatkan terjadinya preeklampsia-eklampsia.

    Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi

    suplemen kalsium cukup, kasus yang mengalami preeklampsia 14%

    sedang yang diberi glukosa 17%.

  • 16

    7. Teori Stimulus Inflamasi.

    Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas

    didalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses

    inflamasi.

    Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam

    batas wajar, sehingga batas inflamasi juga masih normal. Berbeda

    dengan proses apoptosis dalam preeklampsia, dimana pada

    preeklampsia terjadi peningkatan stres oksidatif, sehingga produksi

    debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak

    sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda,

    maka reaksi stres oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa

    debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan

    beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar,

    dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal.

    Sedangkan menurut Cunningham (2006), vasospasme merupakan

    dasar patofisiologi preeklampsia-eklampsia. Penyempitan vaskuler

    menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses terjadinya

    hipertensi arterial. Kemungkinan vasospasme membahayakan pembuluh

    darah sendiri, karena peredaran darah dalam vasa vasorum terganggu,

    sehingga terjadi kerusakan vaskuler. Pelebaran segmental, yang biasanya

    disertai penyempitan arteriol segmental, mungkin mendorong lebih jauh

    timbulnya kerusakan vaskuler mengingat keutuhan endotel dapat

    tergangguoleh segmen pembuluh darah yang melebar dan teregang. Lebih

    lanjut angiotensin II tampaknya mempangaruhi langsung sel endotel

  • 17

    dengan membuatnya berkontraksi. Semua faktor ini dapat menimbulkan

    kebocoran sel antar-endotel, sehingga melalui kebocoran tersebut unsur-

    unsur pembentuk darah seperti trombosit dan fibrinogen tertimbun pada

    lapisan sub-endotel (Bruner dan Gavras, 1975). Perubahan vaskuler yang

    disertai dengan hipoksia pada jaringan tempat dan sekitarnya, diperkirakan

    menimbulkan perdarahan, nekrosis dan kelainan organakhir lainnya yang

    sering dijumpai pada preeklampsia berat (McKay, 1965).

    2.3.3 Faktor Risiko Pre Eklampsia

    Menurut Prawirohardjo (2009) faktor risiko terhadap hipertensi

    kehamilan/ preeklampsia adalah :

    1. Umur yang Ekstrim.

    2. Primigravida.

    3. Primipaternitas.

    4. Hiperplasentosis, misalnya molahidatidosa, kehamilan multipel,

    diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.

    5. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/ eklampsia.

    6. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.

    7. Obesitas.

    2.3.4 Manifestasi Klinis Pre-Eklampsia

    Menurut Cunningham (2006) aspek klinis preeklampsia antara lain :

    1. Kenaikan Tekanan Darah

    Kenaikan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol,

    sehingga tidak mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling

    bisa diandalkan adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan darah

  • 18

    sistolik dan diastolik 140/90mmHg. Pengukuran tekanan darah

    sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.

    2. Kenaikan Berat Badan

    Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului

    serangan preeklampsia, bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan

    merupakan tanda pertama pada sebagian wanita. Kenaikan berat badan

    terutama disebabkan oleh retensi cairan. Peningkatan berat badan 1 pon

    (0,45 kg) per minggu adalah normal, tetapi bila melebihi 2 pon dalam

    semingguatau 6 pon dalam satu bulan, maka kemungkinan

    preeklampsia harus dicurigai.

    3. Proteinuria

    Derajat proteinuria sangat bervariasi, pada preeklampsia awal mungkin

    hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang

    paling berat, proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai 10gr/lt.

    4. Nyeri Kepala

    Nyeri kepala jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering

    terjadi pada kasus-kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa

    pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan

    pemberian analgesik biasa.

    5. Nyeri Epigastrium

    Nyeri epigastrium atau nyeri kudran kanan atas merupakan keluhan

    yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menunjukkan

    serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini disebabkan oleh

    regangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.

  • 19

    6. Gangguan Penglihatan

    Bermacam-macam gangguan penglihatan, mulai dari pandangan yang

    sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan sebagian atau total, dapat

    menyertai preeklampsia. Gangguan ini mungkin disebabkan oleh

    vasospasme, iskemia dan perdarahan petikie pada korteks oksipital

    (Brown dkk.,1988 dalam Cunningham, 2006).

    2.3.5 Pencegahan Preeklampsia

    Menurut Prawirohardjo (2009) yang dimaksud pencegahan ialah

    upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada wanita hamil yang

    mempunyai resiko terjadinya preeklampsia. Pencegahan dapat dilakukan

    dengan cara :

    1. Pencegahan dengan nonmedikal

    Pencegahan nonmedikal adalah pencegahan dengan tidak

    memberikan obat. Cara yang paling sederhana adalah melakukan tirah

    baring. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan bagi mereka yang

    mempunyai risiko tinggi terjadinya preeklampsia meskipun tirah baring

    tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia dan mencegah

    persalinan preterm.

    Hendaknya juga melakukan diet ditambah suplemen yang

    mengandung (a) minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak

    jenuh, misalnya omega-3 PUFA, (b) antioksidan: vitamin C, vitamin E,

    -karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik, dan (c) elemen logam

    berat: zinc, magnesium, kalsium.

  • 20

    2. Pencegahan dengan medikal

    Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat

    meskipun belum ada bukti yang kuat dan shahih, diantaranya :

    a. Pemberian diuretik, tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia

    bahkan memperberat hipovolemia.

    b. Antihipertensi, tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia.

    c. Pemberian kalsium : 1.500-2.000mg/hari dapat dipakai sebagai

    suplemen pada risiko tinggi preeklampsia.

    d. Pemberianzinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/ hari.

    e. Obat antitrombotik, yang dianggap dapat mencegah preeklampsia

    ialah aspirin dosis rendah rata-rata dibawah 100 mg/hari, atau

    dipiridhamole.

    f. Dapat juga diberikan obat-obat antioksidan, misalnya vitamin C,

    vitamin E, -karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik.

    Selain itu pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan

    pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-

    tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan

    semestinya. Perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan

    adanya faktor-faktor predisposisi. Walaupun timbulnya preeklampsia tidak

    dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan

    pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang

    baik pada wanita hamil (Wiknjosastro, 2006).

  • 21

    Perlu juga adanya pendidikan kesehatan secara intensif untuk

    melakukan sosialisasi tentang pentingnya pencegahan, deteksi dini serta

    beberapa risiko yang dapat ditimbulkan dari kejadian preeklampsia.

    Diharapkan ibu juga mampu melakukan pencegahan faktor risiko terhadap

    dirinya sejak sebelum masa kehamilan (Rozikhan, 2007).

    2.3.6 Penanganan Preeklampsia

    Menurut Wiknjosastro (2006) pengobatan hanya dapat dilakukan

    secara simptomatis karena etiologi preeklampsia dan faktor-faktor apa

    dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum diketahui.

    Tujuan utama penanganan adalah:

    1. Mencegah terjadinya preeklampsia berat dan eklampsia.

    2. Melahirkan janin hidup.

    3. Melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

    Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri pengobatan medik dan

    penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan

    bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam

    kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus.

    2.3.7 Klasifikasi Preeklampsia

    Menurut Prawirohardjo (2009) Pre-Eklampsia dibagi 2 yaitu :

    1. Pre-Eklampsia Ringan (PER)

    a. Definisi

    Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan

    dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya

    vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.

  • 22

    b. Diagnosis

    Diagnosis preeeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas

    timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah

    kehamilan 20 minggu.

    1) Hipertensi: sistolik/diastolik 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik

    30 mmHg dan kenaikan diastolik 15 mmHg tidak dipakai lagi

    sebagai kriteria preeklampsia.

    2) Proteinuria: 300 mg/24 jam atau 1+ dipstik.

    3) Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,

    kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.

    c. Manajemen umum preeklampsia ringan.

    Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit,

    makaselalu dipertanyakan, bagaimana:

    1) Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau

    terapi medikamentosa.

    2) Sikap terhadap kehamilanya, berarti mau diapakan kehamilan ini :

    a) Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?

    Disebut perawatan kehamilan konservatif atau ekspektatif.

    b) Apakah kehamilan diakhiri (diterminasi)?

    Disebut perawatan kehamilan aktif atau agresif.

    d. Tujuan utama preeklampsia

    Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah

    gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat.

  • 23

    e. Rawat jalan (ambulatoir)

    Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara

    rawat jalan. Dianjurkan ibu hamli banyak istirahat ( berbaring/ tidur

    miring), tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring.

    Pada umur kehamilan diatas 20 minggu, tirah baring dengan

    posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior,

    sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah

    jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ

    vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi

    glomeruli dan meningkatkan diuresis. Diuresis dengan sendirinya

    akan meningkatkan ekskresi natrium, menurunkana reaktivitas

    kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah

    jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim.

    f. Rawat inap ( dirawat di rumah sakit).

    Pada keadaan tertentu, ibu hamil dengan preeklampsia ringan

    perlu dirawat di rumah sakit. Kriteria preeklampsia ringan yang perlu

    dirawat dirumah sakit adalah :

    1) Tidak ada perbaikan padatekanan darah, kadar protein selama 2

    minggu.

    2) Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat.

    Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan

    fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa

    pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi

    pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion. Pemeriksaan nonstress

  • 24

    test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan bagian mata,

    jantung dan lain-lain.

    g. Perawatan Obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilan.

    Menurut Williams, kehamilan preterm adalah kehamilan

    antara 22 miggu sampai 37 minggu.

    1) Pada kehamilan preterm (37 minggu), persalinan ditunggui sampai

    onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi

    persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat

    dilakukan secara spontan; bila perlu memperpendek kala II.

    2. Pre-Eklampsia Berat (PEB)

    a. Definisi

    Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah

    sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg

    disertai proteinuria lebih 5 gr/24 jam.

    b. Diagnosis

    Preeklampsia digolongkan menjadi preeklampsia berat, bila

    ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :

    1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekana darah diastolik

    110 mmHg; tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu

    hamil sudah dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah

    baring.

  • 25

    2) Proteinuria 5 mg/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.

    3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.

    4) Kenaikan kadar kreatinin plasma.

    5) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,

    skotoma dan pandangan kabur.

    6) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen

    (akibat teregangnya kapsula Glisson).

    7) Edema paru-paru dan sianosis.

    8) Hemolisis mikroangiopatik.

    9) Trombositopenia berat:

  • 26

    d. Perawatan dan Pengobatan Preeklampsia Berat.

    Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup

    pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan pelayanan,

    pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat

    yang tepat untuk persalinan.

    e. Monitoring selama di rumah sakit.

    Pemeriksaan sangat teliti dan diikuti dengan observasi harian

    tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri

    epigastrium dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu

    dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria,

    pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan

    pemeriksaan USG dan NST.

    f. Manajemen umum perawatan preeklampsia berat.

    Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan

    preeklampsia ringan, dibagi mejadi dua unsur:

    1) Sikap terhadap penyakitnya yaitu pemberian obat-obatan atau

    terapi medisinalis.

    a) Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit

    untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring ke satu sisi

    (kiri).

    b) Pemberian obat anti kejang.

    c) Diuretikum.

    d) Obat antihipertensi

    e) Glukokortikoid.

  • 27

    2) Sikap terhadap kehamilannya adalah :

    a) Aktif (agressif management): berarti kehamilan segera

    diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian

    pengobatan medikamentosa.

    b) Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap

    dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan

    medikamentosa.

    2.3.8 Komplikasi Preeklampsia

    Menurut Mitayani (2009) komplikasi preeklampsia sebagai berikut:

    1. Pada ibu

    a. Eklampsia.

    b. Solusio plasenta.

    c. Perdarahan subkapsula hepar.

    d. Kelainan pembekuan darah (DIC).

    e. Sindrom HELLP (Hemolisis,Elevated,Liver, enzymes, dan Low

    Platelet count).

    f. Ablasio retina.

    g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.

    2. Pada janin

    a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.

    b. Prematur.

    c. Asfiksia neonatorum.

    d. Kematian dalam uterus.

  • 28

    2.4 Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga dengan kejadian

    Preeklampsia

    Riwayat Preeklampsia pada keluarga adalah penyakit yang

    berhubungan dengan tekanan darah tinggi disertai proteinuria selama masa

    hamil yang lalu pada keluarga, signifikan pada ibu atau saudara

    perempuan (Wheeler,2003).

    Kecenderungan untuk preeklampsiaeklampsia akan diwariskan.

    Chesley dan Chooper (1986) dalam Cunningham (2006)mempelajari

    saudara, anak, cucu dan menantu perempuan dari wanita penderita

    preeklampsia yang melahirkan di Margareth Hague Maternity Hospital

    selama jangka waktu 49 tahun, yaitu dari tahun 1935 sampai 1984. Mereka

    menyimpulkan bahwa preeklampsia-eklampsia bersifat sangat diturunkan,

    dan bahwa model gen tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik unuk

    menerangkan hasil pengamatan ini; namun demikian, pewarisan

    multifaktorial juga dipandang mungkin.

    Penyakit yang diturunkan secara dominan dan disebabkan oleh gen

    tunggal akan ditransformisikan dari generasi yang satu ke generasi

    berikutnya dalam suatu garis keturunan langsung, sehingga setiap individu

    yang terkena mempunyai orangtua yang terkena dan tidak ada generasi

    yang lolos dari keadaan ini. Ada kemungkinan 50% bahwa anak dengan

    salah satu orangtua terkena, akan terkena juga. Anak yang terkena itu

    selanjutnya akan meneruskan cacat tersebut kepada separuh dari

    keturunannya (Cunningham, 2006).

  • 29

    Seperti dibicarakan diatas, kecenderungan untuk menderita

    preeklampsia akan diwariskan. Cooper dan Liston (1979) memeriksa

    kemungkinan kerentanan terhadap preeklampsia yang diturunkanmelalui

    suatu gen resesif tunggal. Mereka menghitung frekuensi kehamilan

    pertama anak perempuan dari wanita yang menderita eklampsia dengan

    menantu perempuan berfungsi sebagai kontrol. Frekuensi yang mereka

    hitung sangat mendekati frekuensi yang diamati secara nyata oleh Chesley

    dkk. (1968) pada anak dan menantu perempuan dari wanita yang

    menderita preeklampsia. Selanjutnya Chesley dan Cooper(1986)

    menganalisis kembali data-data Chesley yang luas dan menyimpulkan

    bahwa hipotesis gen tunggal sangat sesuai, tetapi pewarisan yang bersifat

    multifaktorial tidak dapat dikesampingkan (Cunningham, 2006).

    Warisan genetik pada kehamilan dengan hipertensi dapat

    didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi

    yang tidak lengkap. Preeklampsia selama kehamilan dari ibu merupakan

    faktor risiko terjadinya preeklampsia selama kehamilan anak

    perempuannya (Cooper & Liston, 1979 dalam Robert dan Cooper, 2001).

    Sibai (1991a) dalam Bobak (2004)menemukan adanya frekuensi

    preeklampsia dan eklampsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki

    riwayat eklampsia, yang menunjukkan gen resesif autosom yang mengatur

    respon imun maternal. Ada faktor keturunan dan familial dengan model

    gen tunggal. Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam

    kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.

  • 30

    2.5 Konsep Teori Keperawatan Betty Neuman

    Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman ini adalah

    model konsep Health Care System yaitu suatu model konsep yang

    menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan

    penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel

    atau normal maupun resistan.

    Gambar 2.1 Model keperawatan Betty Neuman (Paula, 2009)

  • 31

    Keyakinan menurut Neuman :

    1. Keperawatan: membantu klien ke arah stbilitas melalui pengurangan

    faktor-faktor stres dan megubah kondisi-kondisi yang mengurangi

    fungsi optimum.

    2. Klien: individu, keluarga, atau kelompok dengan stressor yang

    teridentifikasi atau terduga yang dapat mengganggu kesejahteraan

    normal atau kestabilan sistem.

    3. Kesehatan: garis normal pertahanan dalam keadaan stabil yang dinamis

    yang bervariasi dengan jumlah simpanan energi yang tersedia dan / atau

    yang digunakan untuk mempertahankan kestabilan sistem.

    4. Lingkungan: stressor internal dan eksternal dan faktor-faktor resistensi

    yang mengelilingi klien saat itu; pengaturan tempat perawat-klien tidak

    digambarkan.

    Neuman menguraikan intervensi keperawatan menjadi tiga tingkat

    pencegahan : primer, sekunder, tersier.

    1. Pencegahan primer meliputi berbagai tindakan keperawatan untuk

    mengurangi kemungkinan berhadapan dengan stressor dan menguatkan

    garis fleksibel pertahanan.

    2. Pencegahan sekunder meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat

    menemukan kasus awal dan pengobatan gejala.

    3. Pencegahan tersier dapat meliputi readaptasi, reedukasi untuk

    mencegah kekambuhan dimasa mendatang dan pemeliharaan

    kestabilan.

  • 32

    2.6 Kerangka Konseptual

    Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

    antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur)

    melalui penelitian yang dimaksud (Soekidjo, 2010).

    Keterangan :

    : Diteliti

    : Tidak diteliti

    : Berhubungan

    : Berhubungan tetapi tidak diteliti

    Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hubungan Riwayat Preeklampsia pada

    Keluarga dengan Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD

    Jombang

    Faktor Predisposisi :

    1. Usia

    2. Primigravida

    3. Primipaternitas

    4. Hiperplasentosis, misalnya

    molahidatidosa, kehamilan multipel,

    diabetes mellitus, hidrop fetalis, bayi

    besar

    5. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/

    eklampsia

    6. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi

    yang sudah ada sebelum hamil

    7. Obesitas

    Pencegahan Primer

    Preeklampsia

    1. Preeklampsia Ringan 2. Preeklampsia Berat

    Pencegahan Sekunder

    1. Sikap terhadap penyakitnya yakni terapi medisinalis

    a. Obat antihipertensif b. Obat diuretik c. Glukokortikoid

    2. Sikap terhadap kehamilannya a. Perawatan konservatif (ekspektatif) b. Perawatan aktif (agressif)

    Pencegahan Tersier

    1. Terminasi kehamilan

  • 33

    2.7 Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

    pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini

    adalah:

    H1 diterima, H0 ditolak : ada hubungan riwayat preeklampsia pada keluarga

    dengan kejadian preeklampsia di PONEK RSUD

    Jombang.

    H1 ditolak,H0 diterima: tidak ada hubungan riwayat preeklampsia pada

    keluarga dengan kejadian preeklampsia di

    PONEK RSUD Jombang.

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

    memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

    mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti

    dalam perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan atau

    menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2013).

    Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah

    penelitian analitik korelasi. Penelitian analitik yaitu penelitian yang

    mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu

    terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena

    atau antara faktor risiko dengan faktor efek (Soekidjo, 2010). Sedangkan

    penelitian korelasi adalah penelitian atau penelaahan hubungan antara dua

    variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Untuk mengetahui

    korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut diusahakan

    dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian

    diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat

    apakah ada hubungan antara keduanya (Soekidjo, 2010).

    Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    studi retrospektif (retrospective study). Studi retrospektif adalah penelitian

    yang melihat ke belakang, artinya pengumpulan data dimulai dari efek

    atau akibat yang terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri ke

    belakang tentang penyebabnya (Soekidjo, 2010).

    34

  • 35

    3.2 Kerangka Kerja

    Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan

    dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian hingga

    analisis datanya (Hidayat, 2010).

    Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Riwayat Preeklampsia pada

    Keluarga dengan Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang

    Populasi

    Semua Ibu hamil yang menderita preeklampsia pada 9 April-14 Mei

    tahun 2014 di PONEK RSUD Jombang berjumlah 35 orang

    Sampling

    Total sampling

    Pengumpulan data

    Wawancara dan buku KIA

    Sampel

    Semua Ibu hamil yang menderita preeklampsia di PONEK RSUD Jombang

    berjumlah 35 orang

    Pengolahan dan Analisa Data

    Editing, Coding, Scoring, Tabulating dan Analisis uji Mann-Whitney

    Kesimpulan dan Saran

    Variabel yang Diteliti

    Riwayat preeklampsia pada keluarga dan Preeklampsia

    Desain Penelitian

    Analitik korelasi dengan pendekatan studi retrospektif

    Penyusunan proposal

  • 36

    3.3 Populasi, Sampel dan Sampling

    3.3.1 Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

    diteliti (Soekidjo, 2010).Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu

    hamil aterm yang mengalami preeklampsia di PONEK RSUD Jombang

    pada 9 April 14 Mei tahun 2014 sebanyak 35 orang.

    3.3.2 Sampel

    Objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dalam

    penelitian tersebut (Soekidjo, 2010).

    Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu preeklampsia yang

    mengalami preeklampsia di PONEK RSUD Jombang sebanyak 35 orang.

    3.3.3 Sampling

    Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

    mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini

    menggunakan totalsampling yakni pengambilan sampel yang dilakukan

    dengan mengambil semua responden sesuai dengan konteks penelitian

    (Soekidjo, 2010).

    3.4 Identifikasi Variabel, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional

    Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang

    didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi

    suatu penelitian (Nursalam, 2013).

  • 37

    3.4.1 Variabel Independen (Bebas)

    Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan

    variabel lain (Nursalam, 2013).Dalam penelitian ini variabel

    independennya adalah Riwayat Preeklampsia pada keluarga.

    3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)

    Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel

    lain. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati

    dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

    pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013).Variabel dependen

    dalam penelitian ini adalah kejadian preeklampsia.

    3.4.3 Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel

    yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang

    bersangkutan (Soekidjo, 2010).

  • 38

    Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga

    dengan Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang

    No Variabel Definisi

    Operasional Parameter

    Alat

    Ukur Skala Kategori

    1. Variabel

    Independen

    Riwayat

    Preeklampsia

    pada Keluarga

    Keluarga

    pernah

    menderita

    penyakit

    hipertensi

    disertai

    dengan

    proteinuria

    pada usia

    kehamilan

    >20 minggu

    pada

    kehamilan

    yang lalu.

    Seorang wanita

    yang menderita

    preeklampsia

    diwarisi

    keluarganya

    yaitu :

    1. Ibu kandung 2. Nenek 3. Saudara

    perempuan

    4. Mertua perempuan

    W

    A

    W

    A

    N

    C

    A

    R

    A

    N

    O

    M

    I

    N

    A

    L

    1. Ya : skor 1

    2. Tidak : skor 0

    Total skor 0 :

    tidak ada

    riwayat

    Total skor 1 :

    ada riwayat

    2. Variabel

    dependen

    Preeklampsia

    Penyakit

    dengan tanda-

    tanda

    hipertensi dan

    proteinuria

    pada

    kehamilan

    usia > 20

    minggu.

    1. Preeklampsia

    Ringan

    a. TD:

    140/90

    mmHg.

    b. Proteinuria:

    300 mg/24

    jam atau 1+

    dipstik.

    2. Preeklampsia

    Berat

    a. TD :

    160/110

    mmHg.

    b. Proteinuria

    5 g/24jam

    atau 3+

    dipstik.

    B

    U

    K

    U

    K

    I

    A

    I

    B

    U

    O

    R

    D

    I

    N

    A

    L

    1. Preeklampsia

    Ringan

    2. Preeklampsia

    Berat

  • 39

    3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di PONEK RSUD Jombang mulai 9 April-

    14 Mei tahun 2014.

    3.6 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

    3.6.1 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk

    mengumpulkan data yang akan dilakukan penelitian (Hidayat, 2010).

    Proses pengumpulan data :

    a. Mengurus perizinan surat pengambilan data dan surat pengantar

    penelitiaan kepada institusi pendidikan STIKES PEMKAB Jombang.

    b. Mengurus perizinan surat pengambilan data dan surat pengantar

    penelitian ke RSUD Jombang.

    c. Mencari responden ke PONEK RSUD Jombang.

    d. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila

    bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani

    informed consent.

    e. Melakukan penelitian kepada responden dengan cara mewawancarai

    dan mengobservasi buku KIA.

    f. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa dan dievaluasi adakah

    hubungan antara riwayat preeklampsia pada keluarga dengan kejadian

    preeklampsia .

  • 40

    3.6.2 Instrumen Penelitian

    Instrumen adalah suatu alat ukur yang digunakan dalam

    pengumpulan data (Soekidjo, 2010).

    Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada

    penelitian ini meliputi :

    a. Instrumen Riwayat Preeklampsia pada Keluarga yang digunakan dalam

    pengukuran adalah wawancara.Wawancara adalah suatu metode yang

    dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan

    keterangan atau informasi secara lisan dari responden (Soekidjo, 2010).

    Dalam penelitian ini menggunakan wawancara terpimpin

    (structured interview), yakni interview yang dilakukan berdasarkan

    pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-

    masak sebelumnya. Sehingga interviewer tinggal membacakan

    pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada interviewee (Soekidjo, 2010).

    b. Instrumen Preeklampsia yang digunakan dalam pengukuran adalah

    observasidata sekunder yakni buku KIA ibu.

    3.7 Teknik Analisis Data

    Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui

    tahapan Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating.

    1. Editing

    Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

    diperoleh atau data yang dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

    tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2010).

  • 41

    2. Coding

    Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

    data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2010).Peneliti

    memberikan kode berupa angka, yaitu :

    a. Data Umum :

    1) Pendidikan terakhir ibu

    a. Dasar (SD, SMP) PD1

    b. Menengah (SMA, SMK, MA) PD 2

    c. Tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi) PD 3

    2) Umur

    a. < 20 tahun U 1

    b. 20-35 tahun U 2

    c. > 35 tahun U 3

    3) Pekerjaan ibu saat ini

    a. Bekerja PK 1

    b. Tidak bekerja PK2

    4) Kehamilan saat ini

    a. Primigravida PR 1

    b. Multigravida PR2

    c. Grande multipara PR3

    5) Kapan mulai diketahui mengalami preeklampsia

    a. Trimester II T 1

    b. Trimester III T2

  • 42

    b. Data Khusus :

    1) Riwayat preeklampsia pada keluarga

    a. Ibu Kandung R1

    b. Saudara Perempuan Kandung R2

    c. Nenek R3

    d. Mertua Perempuan R4

    e. Tidak ada R5

    f. Ibu Kandung dan Saudar Perempuan Kandung R1+R2

    2) Kategori Riwayat

    a. Ada Riwayat AR1

    b. Tidak ada Riwayat AR2

    3) Preeklampsia

    a. PER P1

    b. PEB P2

    2. Scoring

    Menentukan skor atau nilai terhadap hasil pengamatan yang

    diperoleh. Setelah semua data terkumpul kemudian diberi skor pada

    setiap jawaban responden dengan menggunakan skala ordinal, yaitu

    data yang disusun atas jenjang dalam atribut tertentu (Nursalam, 2008).

    Skor untuk riwayat preeklampsia pada keluarga yaitu dengan

    penilaian:

    a. Jawaban ya : skor 1

    b. Jawaban tidak : skor 0

  • 43

    3. Tabulating

    Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

    dalam master tabelkemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

    (Hidayat, 2010).

    Jawaban wawancara yang dikumpulkan dari responden kemudian

    dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi. Dan hasil pengolahan

    diinterpretasikan dengan skala :

    1. 100% seluruhnya

    2. 76-99% hampir seluruhnya

    3. 51-75% sebagian besar

    4. 50% setengah

    5. 26-49% hampir setengah

    6. 1-25% sebagian kecil

    7. 0% tidak satupun (Arikunto, 2010)

    4. Analisis data :

    a. Riwayat Preeklampsia pada Keluarga

    Riwayat Preeklampsia pada keluarga dinilai menggunakan skala

    Guttman dengan skor penilaian:

    1) Ya : skor 1

    2) Tidak:skor 0

    Kemudian analisis skor diinterpretasikan dalam :

    a). Ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada keluarga jika skor 1-4

    b). Ibu tidak mempunyai riwayat preeklampsia pada keluarga jika

    skor 0.

  • 44

    b. Untuk variabel preeklampsia pada ibu hamil dianalisis dengan

    menggunakanbuku KIA ibu hamil.

    1) Preeklampsia Ringan

    2) Preeklampsia Berat

    c. Hubungan antara Riwayat Preeklampsia pada Keluarga dengan

    Kejadian Preeklampsia.

    Untuk mengetahui hubungan kedua variabel, dilakukan uji

    Mann Whitneydengan tingkat signifikan 0,05 untuk mengetahui ada

    tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan

    variabel tergantung yang berskala nominal dan ordinal (Nursalam,

    2013). Jika < 0,05 maka H1 diterima, H0 ditolak artinya ada

    hubungan antara riwayat preeklampsia pada keluarga dengan

    kejadian preeklampsia di PONEK RSUD Jombang.

    3.8 Etika Penelitian

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan

    kepada pihak terkait. Setelah itu baru melakukan penelitian pada responden

    dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :

    1. Informed Consent (Lembar persetujuan).

    Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek

    penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika

    subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

  • 45

    2. Anonimity (Tanpa nama)

    Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar

    pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden atau inisial saja

    untuk menjamin kerahasiaan identitas.

    3. Confidentiality (Kerahasiaan)

    Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin

    kerahasiaan oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya

    ditampilkan pada forum akademis.

    3.9 Keterbatasan dalam penelitian

    3.9.1 Responden

    a. Dalam melakukan penelitian mengalami kesulitan karena responden

    sulit menerima penjelasan dan pernyataan dalam wawancara sehingga

    penjelasan dilakukan berulang kali sampai responden mengerti.

    b. Membutuhkan waktu yang lama karena harus menunggu penderita

    datang ke PONEK RSUD Jombang bahkan menunggu pembukaan

    sampai persalinan selesai.

    3.9.2 Peneliti

    a. Tempat penelitian yang jauh dari tempat tinggal dan sekolah

    mengakibatkan resiko yang semakin besar untuk sampai ke tempat

    penelitian.

    b. Waktu penelitian 24 jam jadi peneliti harus siap sewaktu-waktu datang

    ke PONEK RSUD Jombang jika diberi informasi ada responden datang.