BAB I, II, III REVISI

download BAB I, II, III REVISI

If you can't read please download the document

description

uyye

Transcript of BAB I, II, III REVISI

BAB I

59

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

1 Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat penuaan. Katarak hingga kini masih dianggap sebagai salah satu penyebab paling menakutkan dari kebutaan yang diderita orang di seluruh dunia. Berdasar data organisasi kesehatan dunia (WHO), saat ini di seluruh dunia, ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan. Dari jumlah itu, 90% diantaranya berada di negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara. Sementara itu, 1,5 % penduduk Indonesia berada dalam kebutaan. Hal ini merujuk dari hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang dilakukan Departemen Kesehatan di 8 propinsi (Sumatra Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat). Salah satu gangguan pada mata tersebut pasti akan dialami pada kaum lanjut usia karena katarak tergolong penyakit degeneratif. Sehingga setiap tahun terdapat kira-kira lebih dari 210.000 penderita katarak baru, 16 % diantaranya diderita penduduk usia produktif. Hal ini tidak sebanding dengan kemampuan operasi katarak setiap tahunnya yang hanya mencapai 80.000 orang(Medicastore.com). Kebutaan adalah problema kesehatan masyarakat dan problema sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara, terutama negara berkembang tempat dimana sembilan dari sepuluh tuna netra berada. Pada 2020, diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua kali lipat, padahal 75 persen kebutaan di dunia dapat dicegah dan diobati. Hingga tahun 2003 lalu diperoleh data hampir 50% penyebab kebutaan di dunia dikarenakan penyakit ini. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan di dunia, khususnya di negara berkembang. Dalam catatan WHO, tingkat kebutaan di Indonesia berada di urutan ketiga dunia sebesar 1,47 persen. Ironisnya, Indonesia menjadi negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5 persen. Tingginya angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. Beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan, artinya, semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata. Hingga kini, penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8 %), glukoma (0,2 %), serta kelainan refraksi (0,14 %). Laporan dari WHO menyebutkan bahwa hingga kini setiap detik ada satu penderita kebutaan di dunia, sedangkan untuk anak-anak tiap satu menit ada satu anak yang mengalami kebutaan. Di Indonesia sendiri hingga kini telah ada tiga juta orang yang buta dengan penyebab kebutaan terbesar adalah katarak. Tiap tahun terdapat 210.000 kasus baru penderita buta katarak, sedangkan yang menjalani operasi katarak sebanyak 80.000 kasus per tahun (indoskripsi.com). Menurut Margono dalam http:///digilib.uns.ac.id, proses pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan Kecemasan. Respon cemas (anxietas) adalah reaksi normal terhadap ancaman stress dan bahaya terhadap perubahan status kesehatan yang dirasakan sebagai ancaman : ancaman kehidupan, kesehatan dan keutuhan tubuh, pemajanan dan rasa malu, ketidaknyamanan akibat nyeri dan keterbatasan gerak (medicastore.com). Selain itu, kecemasan bisa juga disebabkan oleh pengalaman perawatan di Rumah Sakit sebelumnya yang dirasakan menimbulkan trauma (Supartini, 2004). Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Ini menurut hasil suatu penelitian (Suhartina, 2008), yaitu pendidikan kesehatan merupakan suatu cara yang cukup efektif untuk mengatasi masalah kecemasan pada pasien pre operasi. Pada pasien pre operasi katarak, indikator pemberian pendidikan kesehatan yang dapat disampaikan pasien adalah kecemasan yang dialami pasien. Setelah dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 21 Februari 2010 di Ruang Bedah RSI Yatofa Lombok Tengah yang tercatat menjalani operasi katarak dalam 2 minggu terakhir sejumlah 39 orang. Setelah dilakukan observasi pada 8 orang pasien, didapatkan 1 orang pasien mengalami cemas ringan, 6 orang pasien mengalami cemas sedang, dan 1 orang pasien mengalami cemas berat. Solusi yang pernah dilakukan oleh Rumah Sakit adalah mensosialisasikan Prosedur Tetap persiapan pasien pre operasi namun masih ada perawat yang tidak patuh dalam pelaksanaan Prosedur Tetap persiapan pasien pre operasi. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Ruang Bedah RSI Yatofa Lombok Tengah.

Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Ruang Bedah RSI Yatofa Lombok Tengah.

Tujuan Dan Manfaat PenelitianTujuan penelitianTujuan umum:

Mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Ruang Bedah RSI Yatofa Lombok Tengah.Tujuan khusus:

Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak sebelum diberikan pendidikan kesehatan.Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak sesudah diberikan pendidikan kesehatan.Menganalisa pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Ruang Bedah RSI Yatofa Lombok Tengah.

Manfaat Penelitian Peneliti berharap nantinya setelah penelitian ini selesai, penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktik.

Manfaat TeoritisDapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti.Dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang prosedur tindakan yang akan diberikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sehingga mengurangi tingkat kecemasan pasien, meningkatkan kemandirian dan kepatuhan penderita.Manfaat PraktikHasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan informasi bagi instansi terkait dalam menetapkan strategi peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat khususnya pelayanan keperawatan.Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan.Dapat digunakan sebagai data dasar, acuan atau informasi untuk penelitian selanjutnya.

Keaslian Penelitian Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Suhartina (2008) di RSU dr. Soedjono Selong dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Terencana Di Ruang Bedah RSU dr. Soedjono Selong. Dimana desain penelitian yang digunakan adalah Quasi eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre test-post test dan teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan, jumlah pasien yang mengalami cemas sedang sebanyak 50% dan yang mengalami cemas berat sebanyak 50%. Sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, didapatkan 40% yang mengalami cemas ringan, 50% yang mengalami cemas sedang dan 1% mengalami cemas berat. Ini berarti pendidikan kesehatan merupakan salah satu alternatif mudah yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi terencana. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti mencoba ulang penelitian terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak. Dimana desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental design dengan rancangan penelitian pre test post test Design serta tehnik sampling yang digunakan adalah Acidental Sampling.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

PengertianKonsep Pendidikan KesehatanPengertian

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat (Machfoedz, dkk., 2006). Pendidikan kesehatan adalah unsur program kesehatan dan kedokteran yang di dalamnya terkandung rencana untuk mengubah perilaku perorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan (Effendi, 1998).

9

Tujuan

Menurut Machfoedz, dkk. (2006), tujuan pendidikan kesehatan dibagi menjadi dua, yaitu:Tujuan Kaitannya Dengan Batasan Sehat

Berdasarkan batasan WHO (1954) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan, maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Mengingat istilah prinsip sehat maka perlu kita mengetahui batasan sehat, seperti dikemukakan pada UU No. 23 tahun 1992, yakni bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk mencapai sehat seperti definisi tersebut di atas, maka orang harus mengikuti berbagai latihan atau mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-benar menjadi sehat, sehat dalam pengertian seperti dalam batasan sehat tersebut di atas. Mengubah Perilaku Kaitannya Dengan Budaya

Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat istiadat, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang telah menjadi norma atau nilai dari suatu kelompok masyarakat tidak segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu, memerlukan suatu proses yang panjang. Kebudayaan adalah suatu sikap dan perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui suatu proses belajar. Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat, namun perilaku tersebut ternyata mencakup hal yang luas, sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara mendasar. Perilaku kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 macam.Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.

Sedangkan menurut Nursalam, dkk. (2008), tujuan pendidikan kesehatan yaitu terjadi perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.Hakikat Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam, dkk. (2008), Hakikat pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut:Salah satu bentuk pemecahan masalah kesehatan dengan pendekatan pendidikan.Suatu bentuk penerangan pendidikan dalam pemecahan masalah kesehatan masyarakat.Suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan / perilaku untuk mencapai kesehatan secara optimal.Didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan; perubahan ke arah yang lebih baik, lebih dewasa, lebih matang pada diri individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat.Komponen vital dalam pendidikan kesehatan di komunitas disebabkan oleh peningakatan, pemeliharaan, dan perbaikan kesehatan mengandalkan klien untuk memahami syarat-syarat pemeliharaan kesehatan. Salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan.Salah satu peran yang harus dilaksanakan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan.

Sasaran

Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada program pembangunan Indonesia, adalah:Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja.Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.

Model Pendidikan Kesehatan

Banyak teori belajar yang dapat digunakan sebagai pendidikan kesehatan, yang lebih penting prinsipnya adalah situasi yang sesuai dengan individu, keluarga, dan kelompok terutama yang berhubungan dengan perilakunya. Perawat sebagai pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap perilaku subjek yang dapat memperkaya, memberikan informasi, dan melengkapi perilaku subjek yang diinginkan. Menurut Nursalam, dkk. (2008), model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat adalah sebagai berikut:Model Perilaku Individu

Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktor penentu dari perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan model promosi kesehatan. Secara mendasar model nilai kesehatan ditujukan untuk promosi peningkatan perilaku sehat dari pada menanggulangi faktor penyebab. Model ini berfokus pada orientasi mencegah penyakit yang spesifik. Dimensi yang digunakan pada model nilai kesehatan meliputi kepekaan, keparahan, penghalang yang dirasakan, variabel struktural, serta sosio-psikologinya. Sedangkan model promosi kesehatan oleh Pender (1987) merupakan modifikasi dari model nilai kesehatan dan lebih memfokuskan pada prediksi perubahan perilaku akibat dari promosi kesehatan.

Model Pemberdayaan Masyarakat

Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa dampak yang berarti pada perubahan perilaku di masyarakatnya. Sehingga perawat perlu membantu individu dan keluarga yang telah berubah perilakunya untuk ditampilkan pada komunitas. Fokus proses pemberdayaan masyarakat adalah komunikasi, informasi dan pendidikan kesehatan (WHO, 1994). Di Indonesia sering disebut dengan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang ditujukan kepada individu, keluarga dan kelompok. Strategi yang dapat digunakan oleh perawat dalam rangka KIE adalah pembelajaran pemecahan masalah (problem solving), memperluas jaringan kerja (networking), bernegosiasi dengan pihak lain yang bersangkutan (negotiating), pendekatan untuk mempengaruhi orang lain (lobbying), dan pencarian informasi (information seeking), untuk meningkatkan derajat kesehatan kliennya.

Tahap-Tahap Pendidikan Kesehatan

Tahap Sensitisasi

Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi dan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan. Kegiatan ini tidak memberikan peningkatan atau penjelasan mengenai pengetahuan, tidak pula mengarah pada perubahan sikap, serta tidak atau belum bermaksud agar masyarakat mengubah pada perilaku tertentu. Tahap Publisitas

Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi. Tahap Edukasi

Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap sensitisasi. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut.Tahap Motivasi

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan, benar-benar mengubah perilaku sehari-harinya, sesuai dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendidikan kesehatan pada tahap ini.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suatu Proses Pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan yaitu metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis (geocities.com).Metode Pendidikan Kesehatan

Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Menurut Notoatmodjo, dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara ini). Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)

Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).Wawancara (Interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.Metode Pendidikan Kelompok

Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :Diskusi KelompokCurah Pendapat (Brain Storming)Bola Salju (Snow Balling)Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)Memainkan Peranan (Role Play)Permainan Simulasi (Simulation Game)Metode Pendidikan Massa (Public)

Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain :Ceramah Umum (Public Speaking)

Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada waktu yang lalu.Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.

Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu (geocities.com).

Alat Bantu (Peraga)

Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.

Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga) :Alat Bantu Lihat (Visual Aids)

Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.Alat-alat yang tidak diproyeksikan :

Dua dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.Tiga dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.

Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)

Alat-alat bantu dengar (Audio Aids) ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

Alat Bantu Lihat-Dengar

Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA). Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.Alat peraga yang rumit (complicated), seperti film, film strip slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektorAlat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dan sebagainya.

Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka dan sebagainya.Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph, boneka wayang, dan sebagainya (geocities.com).

Konsep CemasPengertian

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan utnuk mengatasi ancaman (Kaplan and sadock, 1997) Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilau dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2008) Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh imajinasi khawatir disertai gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan syaraf otonomik. Kecemasan merupakan gejala umum tetapi non spesifik yang sering dari suatu fungsi emosi. Kecemasan yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap suatu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif (Kaplan and Sadock, 1998)Sumber kecemasanAncaman internal dan eksternal terhadap ego. Misalnya : ketidakmampuan fisiologis, gangguan terhadap kebutuhan dasar (makan, minum, dll).Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri.

Tidak menemukan integritas diriTidak menemukan presticeTidak memperoleh aktualisasi dan pengakuan dari orang lainMalu atau tidak kesesuain antara pandangan dan lingkungan (Stuart, 1987).

Teori Yang Menjelaskan Terjadinya KecemasanTeori Psikoanalitik

Cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada budaya.Teori Interpersonal

Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan cemas yang berat.

Teori Prilaku

Cemas merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap cemas merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunujukkan kemungkinan cemas yang berat pada kehidupan masa dewasanya (Stuart, 1991).Teori Keluarga

Gangguan cemas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan cemas dan antara gangguan cemas dengan depresi.Teori Biologis

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur cemas. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan cemas, sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas. Cemas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.Rentang Respon Cemas

Rentang respon individu terhadap ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif seperti terlihat pada gambar berikut:Respon Adaptif ------- Respon MaladapifAntisipasi Ringan Sedang Berat Berat SekaliTingkat kecemasan

Beberapa teori membagi cemas kedalam empat tingkat sesuai dengan rentang respon cemas yaitu:Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-sehari. Kecemasan ini akan menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.Kecemasan sedang

Pada kecemasan ini memungkinkan individu untuk berfokus kepada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.Kecemasan berat

Pada kecemasan berat, individu sangat mengurangi lapang persepsinya. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

Berat sekali

Tingkat kecemasan berat sekali mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.Tanda-tanda kecemasanFisiologis

Kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.Pernapasan : napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.Neuromuskular : reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.Gastrointestinal : kehilangan napsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare.Traktus urinarius : tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.Kulit : wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

Perilaku

Gelisah Ketegangan fisikTremorGugupBicara cepatKurang koordinasiCenderung mendapat cederaMenarik diri dari hubungan interpersonalMelarikan diri dari masalahMenghindar

Kognitif

Perhatian tergangguKonsentrasi burukPelupaSalah dalam memberikan penilaianHambatan berpikirBidang persepsi menurunKreativitas menurunProduktivitas menurunBingungSangat waspadaKesadaran diri meningkatTakut cedera atau kematian

Afektif

Mudah tergangguTidak sabarGelisah TegangNervusKetakutanTerorGugup

Penilaian tingkat kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan seseorang dapat digunakan alat ukur atau instrumen yang disebut Hamilton Rating Scale (HRS-A). Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan melalui teknik wawancara dan observasi langsung. Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok yang dirinci lebih spesifik diberi penilaian angka (score) adalah:0 = tidak ada (tidak ada gejala)1 = ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)2 = sedang (separuh dari gejala yang ada)3 = berat (lebih dari separuh gejala yang ada)4 = sangat berat (semua gejala) Dari masing-masing angka (score) keempat belas kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang yaitu : 14 20 = kecemasan ringan21 27 = kecemasan sedang28 41 = kecemasan berat42 56 = kecemasan berat sekali (Hawari, 2008)

Hamilton Rating Scale (HRS-A)Perasaan cemas (ansietas)Firasat burukTakut akan pikiran sendiriMudah tersinggungKeteganganMerasa tegangLesuTidak bisa istirahat tenangMudah terkejutMudah mengangisGemetarGelisah

KetakutanPada gelapPada orang asingDitinggal sendiriPada binatang besarPada keramaian lalu lintasPada kerumunan orang banyakGangguan tidurSukar masuk tidurTerbangun malam hariTidur tidak nyenyakBangun dengan lesuBanyak mimpi-mimpiMimpi burukMenakutkanGangguan kecerdasanSukar konsentrasiDaya ingat menurunDaya ingat buruk

Perasaan depresiHilangnya minatBerkurangnya kesenangan pada hobiSedihBangun dini hariPerasaan berubah sepanjang hariGejala somatik / fisik (otot)Sakit dan nyeri di otot-ototKakuKedutan ototGigi gemerutukSuara tidak stabilGejala somatik / fisik (sensorik)Tinnitus (telinga berdenging)Penglihatan kaburMuka merah atau pucat Merasa lemasPerasaan ditusuk-tusuk

Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)Denyut jantung cepatBerdebar-debarNyeri di dadaDenyut nadi mengerasRasa lesu/lemas seperti mau pingsanDetak jantung menghilang berhenti sekejapGejala respiratori (pernapasan)Rasa tertekan atau sempit di dadaRasa tercekikSering menarik napasNapas pendek atau sesakGejala gastrointestinal (pencernaan)Sulit menelanPerut melilitGangguan pencernaanNyeri sebelum dan sesudah makanPerasaan terbakar di perutRasa penuh atau kembungMualMuntahBab lembekSukar buang air besar (konstipasi)Kehilangan bbGejala urogenital (perkemihan dan kelamin)Sering buang air kecilTidak dapat menahan air seniTidak datang bulan (tidak ada haid)Darah haid berlebihanDarah haid amat sedikitMasa haid berkepanjanganMasa haid amat pendekHaid beberapa kali dalam sebulanMenjadi dinging (frigid)Ejakulasi diniEreksi melemahEreksi hilangImpotensi

Gejala autonom Mulut keringMuka merahMudah berkeringatKepala pusingKepala terasa beratKepala terasa sakitBulu-bulu berdiriTingkah laku (sikap) pada wawancaraGelisahTidak tenangJadi gemetarKerut keningMuka tegangOtot tegang / mengerasNafas pendek dan cepatMuka merah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

Menurut Soewandi dalam Kaplan and Sadock, 1997, tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over behavior), dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada tidak, dikutip dari Notoatmodjo (2003) bahwa sebelumnya orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti pengetahuan, lebih dahulu terhadap stimulus (objek)

Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul

Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi.

Trial, dimana subjek mulai mencooba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh stimulus.

Adoption, dimana subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju arah cita-cita tertentu (Nursalam, 2008). Menurut Mantra (1992), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (Nursalam, 2008). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercayai dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Hurlok, 2002). Dari segi kejiwaan dan perkembangan seseorang sangat penting dalam mengambil keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan dengan sikap pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Baik buruknya tingkat emosional seseorang tergantung dari umur (BKKBN, 1995).

Status pekerjaan

Status adalah urutan seseorang dalam suatu kelompok atau organisasi, status formal seseorang dalam suatu kelompok atau dalam suatu organisasi (Adam, 2000). Status pekerjaan dapat mempengaruhi pola interaksi manusia dalam suatu kelompok ataupun dalam suatu organisasi. Beberapa orang percaya bahwa batasan status pekerjaan rendah, sedang, berada dalam proses kehancuran (Crook, 1982) . Menurut Azwar (1996), jenis pekerjaan seseorang mempunyai pengaruh dalam hal kemampuan seseorang dalam menyediakan biaya pengobatan. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi perilaku seseorang pada saat mereka menderita sakit.Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenal suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak seperti halnya pada sikap, pengetahuan mengenal suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Sikap dapat dibentuk atau dirubah melalui 4 macam cara, antara lain:Adopsi

Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu mempengaruhi terbentuknya suatu sikap. Deferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambah juga pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia. Sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap. Menurut purwanto (1999), pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui proses tertentu, melalui kontak sosial, terus menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya.Pengalaman sebelumnya

Kebanyakan klien dan keluarganya memandang setiap tindakan keperawatan tanpa menghiraukan kompleksitasnya sebagai peristiwa besar dan mereka bereaksi dengan takut dan cemas pada tingkat tertentu (Carpenito, 1999).Jenis kelamin

Umumnya wanita lebih mudah mengalami stress, tetapi umur wanita lebih tinggi dari pada laki-laki.Status ekonomi

Status ekonomi yang rendah pada seseorang, akan menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami stress dibandingkan dengan mereka yang status ekonominya lebih tinggi (Kaplan and Sadock, 1997).

Konsep Katarak

Pengertian

Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (Brunner & Suddarth, 2002) Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Kapita Selekta, 2000). Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan (medicastore.com). Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya. Keadaan ini memperburuk penglihatan seseorang dan akan menjadi buta jika lewat, atau tidak dirawat (wikipedia.org)Penyebab

Katarak bisa disebabkan oleh: Paparan sinar ultraviolet jangka panjang (klinikmatanusantara.com)Cedera mata Penyakit metabolik (misalnya diabetes) Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid) (medicastore.com).

Gejala

Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap. Gangguan penglihatan bias berupa:Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap (Kapita Selekta, 2000)Kesulitan melihat pada malam hari Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).Sering berganti kaca mata Penglihatan ganda pada salah satu mata.Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata (glaukoma), yang bisa menimbulkan rasa nyeri (id.wikipedia.org).Warna-warna tampak kusam.Kesulitan saat membaca atau mengemudi di malam hari (klinikmatanusantara.com)

Pengelompokan Katarak

Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi: Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruhKatarak hipermatur : ada bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya (medicastore.com).

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah: Pemeriksaan mata standar, termasuk pemeriksaan dengan slit lamp USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak (medicastore.com).

Pengobatan

Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari (medicastore.com). Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan (medicastore.com). Saat ini, setidaknya ada tiga macam teknik operasi katarak, yaitu:Pembedahan Fakoemulsifikasi Teknik operasi ini paling banyak digunakan. Keuntungannya adalah lama operasi lebih singkat, yaitu kurang dari 30 menit. Selain itu, membutuhkan obat pemati rasa lebih sedikit dan tidak perlu penjahitan.

Pada fakoemulsifikasi, dengan menggunakan mikroskop operasi, ahli bedah mata akan melakukan sayatan yang sangat kecil pada permukaan mata, dekat dengan kornea. Kemudian, melalui sayatan tersebut dimasukkan bilah ultrasonik. Bilah tersebut akan bergetar dan menghancurkan lensa mata yang telah mengeruh. Lensa yang telah hancur berkeping-keping kemudian diisap keluar, juga melalui bilah ultrasonik tersebut. Setelah semua sisa lensa dikeluarkan, dipasang sebuah lensa buatan pada posisi yang sama dengan posisi lensa mata sebelumnya.Pembedahan ekstrakapsuler

Cara ini umumnya dilakukan pada katarak yang sudah parah, dimana lensa mata sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat dimana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebih lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Teknik ini membutuhkan penjahitan untuk menutup luka. Selain itu perlu penyuntikan obat pemati rasa di sekitar mata.Pembedahan intrakapsuler

Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebih besar lagi dibandingkan dengan teknik ekstrakapsuler. Pada teknik ini, ahli bedah akan mengeluarkan lensa mata besarta selubungnya. Berbeda dengan kedua teknik sebelumnya, pemasangan lensa mata buatan pada teknik pembedahan intrakapsuler bukan pada tempat lensa mata sebelumnya, tapi ditempat lain yaitu di depan iris. Teknik ini sudah jarang digunakan. Walaupun demikian, masih dilakukan pada kasus trauma mata yang berat (wartamedika.com). Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh (medicastore.com).

Perawatan diri setelah operasi katarak

Pembatasan aktivitas

DiperbolehkanMenonton TV / membaca tapi jangan terlalu lamaMengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangiPada awal, mandi waslap, selanutnya menggunakan bak mandi atau pancuran (dengan bantuan)Tidak boleh menunduk pada wastafel atau bak mandi, condongkan kepala sedikit ke belakang saat mencuci rambutKetika tidur, berbaring terlentang atau miringBerlutut atau jongkok pada saat mengambil sesuatu dari lantaiDihindari (paling tidak selama 1 minggu)Tidur pada sisi yang sakitMenggosok mata; menekan kelopak untuk menutup mataMengejan pada saat defekasi, batuk, bersin dan muntahMemakai sabun mendekati mataMengangkat benda yang lebih dari 7 KgMelakukan hubungan seksualMengendarai kendaraan, kalau bisaMenundukkan kepala sampai bawah pinggang

Obat dan perawatan mata

Pergunakan obat sesuai aturanCuci tangan sebelum dan sesudah memakai obatMembersihkan sekitar mata dengan kasa yang dibasahi dengan air steril; sapu kelopak mata dengan lembut dari sudut dalam ke luarUntuk meneteskan obat mata, duduklah dan kepala condong ke belakang; dengan lembut tarik ke bawah batas kelopak mata bawahMenggunakan semua obat mata tepat sesuai dengan resep sehingga dosis dapat dinilai dan disesuaikan oleh dokter pada kunjungan kontrol pertama

Melaporkan tanda dan gejala yang tidak biasa

Nyeri pada dan sekitar mata, nyeri kepala menetapSetiap nyeri tak berkurang dengan obat pengurang nyeri yang diberikanNyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairanNyeri dahi mendadak

Konsep Perioperatif

Perioperatif terdiri dari 3 tahap, yaitu:Pra Operatif

Keperawatan pre operasi dimulai ketika keputusan tindakan pembedahan di ambil, dan berakhir ketika klien di pindahkan ke kamar operasi. Dalam fase pre operasi ini dilakukan pengkajian pre operasi awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan pasien, melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara, memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operasi, persiapan anestesia, mengkaji kebutuhan klien dalam rangka perawatan post operasi, dan persiapan pembedahanIntraoperatif

Dimulai ketika klien masuk atau dipindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat klien dipindahkan ke ruang pemulihan.

Lingkup aktivitas perawat :Memasang IV-line (infus)Memberikan medikasi intravenaMelakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan.Menjaga keselamatan klienPascaoperatif

Dimulai dengan masuknya klien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.Lingkup aktivitas perawat :Mengkaji efek dari agens anesthesiaMemantau fungsi vitalMencegah komplikasiPeningkatan penyembuhan klien (wordpress.com)

Kerangka Konsep Terapi perilaku

Desensitisasi sistematisPembiasaan operanModelingPelatihan aserasiBiofeedbak

Pasien skizofrenia

Relaksasi

Faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan:

Pengetahuan PendidikanUsiaJenis kelamin Status pekerjaanSikapStatus ekonomiPengalaman sebelumnya

Kecemasan

Tanda-tanda kecemasanFisiologisPerilaku KognitifAfektif

Ringan Berat Sedang Berat sekali

Keterangan :

= Diteliti = Tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Lingkungan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Rehabilitasi RSJP Mataram.Hipotesis Ha : Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan

terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Ruang Bedah RSI Yatofa.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pre operasi katarak di Ruang Bedah RSI Yatofa.

Populasi dan SampelPopulasi Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang akan menjalani operasi katarak di Ruang Bedah RSI Yatofa.Sampel61

Sampel adalah bagian dari populasi yang telah di pilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien pre operasi katarak yang berjumlah 30 orang. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan acidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini peneliti menetapkan kriteria sampel yang dipilih yaitu:Penderita yang bersedia diteliti.Penderita yang akan menjalani operasi pertama kali (tidak ada riwayat operasi sebelumnya).Penderita yang bisa membaca Penderita dengan usia minimal 20 tahun

Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu rancangan yang bisa digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003). Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental dengan rancangan one group pre test post test design (pra-pasca dalam satu kelompok) yang bertujuan mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan satu kelompok subjek (Sugiyono, 2009).

Tehnik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2006). Instrumen dalam penelitian ini meliputi :Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pengumpulan data dengan kuesioner digunakan untuk menilai sejauh mana pemahaman pasien mengenai materi pendidikan kesehatan yang telah diberikan.Observasi

Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data dengan observasi digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mewawancarai secara langsung dari responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung, dan dapat dilakukan apabila ingin tahu hal-hal dari responden secara mendalam serta jumlah responden sedikit (Alimul, 2002). Pengumpulan data dengan wawancara digunakan oleh peneliti untuk mendukung hasil observasi.Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dengan tujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan nantinya, jika responden bersedia selanjutnya dilakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat kecemasan responden, kemudian responden diberikan pendidikan kesehatan 1 kali sehari selama 3 hari dalam waktu 30 menit setiap pemberian pendidikan kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit. Selanjutnya peneliti mengukur kembali tingkat kecemasan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit.Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya masing-masing gejala diberikan penilaian, apabila saat diobservasi dan wawancara terdapat gejala maka diberi nilai 1, jika tidak terdapat gejala maka diberikan nilai 0. Data yang sudah diberikan penilaian kemudian diskor yaitu:< 25% = kecemasan ringan25-49 = kecemasan sedang50-74 = kecemasan berat75-100 = kecemasan berat sekali (Arikunto, 1998)

Identifikasi Variabel Dan Definisi OperasionalIdentifikasi VariabelVariabel yaitu perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll)(Suparto, dkk. 2000)

Variabel independent

Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan.Variabel dependent

Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel Dependen dalam penelitaian ini adalah tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak.Definisi OperasionalDefinisi operasional adalah definisi berdasarkan karakterisik yang dapat diamati (diukur) untuk diobservasi atau pengukuran secara cermat terhadap situasi obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2003).

Pendidikan kesehatan

Suatu proses pembelajaran yang diberikan kepada pasien pre operasi katarak untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat.Kecemasan

Suatu keadaan khawatir, gelisah yang dialami oleh pasien pre operasi katarak.Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak

VariabelDefinisiOperasionalParameterAlat UkurSkalaSkorIndependent

Pendidikan kesehatan Suatu proses pembelajaran yang diberikan kepada pasien pre operasi katarak untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat. Pelaksanaan pendidikan kesehatanKuesionerOrdinalDikategorikan penilaian derajat tingkat pengetahuan sebagai berikut:Baik:76-100%Cukup :55-75%Kurang:< 55%

Dependent

Tingkat kecemasan Suatu keadaan khawatir, gelisah yang dialami oleh pasien pre operasi katarak.Tanda-tanda kecemasanFisioligisPerilakuKognitifAfektif

Observasi dan wawancaraOrdinal Dikategorikan penilaian derajat tingkat kecemasan sebagai berikut:< 25 % = Kecemasan ringan25-49% = Kecemasan sedang50-74% = Kecemasan berat> 74 % = Kecemasan berat sekaliAnalisa Data Untuk menganalisa pengaruh antara kedua variabel maka dilakukan uji statistik dengan SPSS dengan analisa t-test dengan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :Md= mean dari perbedaan pre test dengan post test (post test-pre test)Xd= devisi masing-masing subjek(d-Md)d= jumlah kuadrat devisiN= subjek pada sampel

Kerangka Kerja Penelitian Ruang Rehabilitasi RSJP Mataram

Popuasi : semua pasien skizofreniaSample : sebagian pasien skizofreniaLembar persetujuan

Purposive sampling

Pre test tingkat kecemasan pasien Skizofrenia menggunakan observasi dan wawancara

Hasil

Terapi perilaku (Relaksasi)Uji T

Post test tingkat kecemasan pasien skizofrenia menggunakan observasi dan waancara

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak Di Ruang Bedah RSI Yatofa Lombok Tengah.

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang Bedah RSI Yatofa Lombok Tengah dari tanggal 9 Agustus 2010 21 Agustus 2010.

Masalah Etika Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari Ketua STIKES Mataram kemudian dilanjutkan dengan mengajukan permohonan ijin kepada Direktur RSI Yatofa Lombok Tengah. Untuk mendapat persetujuan selanjutnya peneliti melakukan pendekatan dengan Kepala Ruang Bedah RSI Yatofa Lombok Tengah untuk koordinasi, kemudian peneliti menekankan pada responden mengenai masalah etika yang meliputi :

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Setelah responden diberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan, kemudian bila responden bersedia diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden tidak bersedia atau menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden.

Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memiliki kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti antara lain:

Terbatasnya kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan sehingga kedalaman isi penelitian kurang sempurna.Keterbatasan refrensi sehingga penelitian ini jauh dari kesempurnaan.Ketidak kemampuan peneliti dalam mengontrol variabel-variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan yang dirasakan pasien.