BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... (...

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dimulai dari pinggiran termasuk dari desa merupakan salah satu nawacita pemerintahan Jokowi-JK, yang harus dilakukan secara berkelanjutan serta dilakukan dengan gotong royong bersama masyarakat, swasta dan pemerintah untuk kesejahteraan bersama. Untuk itu diperlukan sebuah pemerintahan yang baik (Good Governance) di tingat desa demi untuk mewujudan kesejahteraan rakyat, salah satu aspek penting perwujudan pemerintahan yang baik adalah adanya peluang masyarakat untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan pembangunan atau keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan termasuk dalam tingkat masyarakat desa. Pembangunan desa harus memberikan peran masyarakat yang besar, misalnya pembangunan partisipatoris berpusa pada rakyat atau lebih populer bersifat “people centered development” yang menjadi alternatif bagi paradigma pembangunan daerah di era desentralisasi. Sejak dikeluarkannya Undang Undang Desa No. 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa dalam pasal 4, negara memberikan pengakuan dan penghormatan atas keberagaman sebelum dan sesuadah terbentuk negara Indonesia serta mendorong prakarsa, gerakan, serta partisipasi masyarakat desa untuk mengembangkan potensi untuk kesejahteraan warga Desa. Artinya bahwa negara

Transcript of BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... (...

Page 1: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan yang dimulai dari pinggiran termasuk dari desa merupakan salah

satu nawacita pemerintahan Jokowi-JK, yang harus dilakukan secara berkelanjutan

serta dilakukan dengan gotong royong bersama masyarakat, swasta dan pemerintah

untuk kesejahteraan bersama. Untuk itu diperlukan sebuah pemerintahan yang baik

(Good Governance) di tingat desa demi untuk mewujudan kesejahteraan rakyat,

salah satu aspek penting perwujudan pemerintahan yang baik adalah adanya

peluang masyarakat untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan pembangunan

atau keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan termasuk dalam

tingkat masyarakat desa. Pembangunan desa harus memberikan peran masyarakat

yang besar, misalnya pembangunan partisipatoris berpusa pada rakyat atau lebih

populer bersifat “people centered development” yang menjadi alternatif bagi

paradigma pembangunan daerah di era desentralisasi.

Sejak dikeluarkannya Undang – Undang Desa No. 6 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Desa dalam pasal 4, negara memberikan pengakuan dan

penghormatan atas keberagaman sebelum dan sesuadah terbentuk negara Indonesia

serta mendorong prakarsa, gerakan, serta partisipasi masyarakat desa untuk

mengembangkan potensi untuk kesejahteraan warga Desa. Artinya bahwa negara

Page 2: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

sangat memberikan kebebasan masyarakat untuk menentukan arah kebijakan

pemerintahan desa karena memang negara Indonesia dengan dikeluarkanya UU

Desa No 6 mengharapkan partisipasi masyarakat untuk kesejahteraannya masyarkat

desa sendiri, negara disini hanya berperan untuk mewadahi kepentingan

masyarakat, pola hubungan antara masyarakat- masyarakat- pemerintah desa ini

seringkali memunculkan sebuah budaya

Sebelum negara terbentuk banyak kelompok masyarakat di Indonesia

mempunyai hubungan yang unik antar pranata sosial dan masyarakatnya sifatnya

masih tradisional dan berdampak menghasilkan sebuah budaya yang diyakini oleh

seluruh masyarakat di wilayah tertentu. dengan kondisi inilah masyarakat yang

mana kesadaran politik tinggi mampu menentukan keputusan yang dibuat antar

hubungan masyarakat itu sendiri contohnya adalah masyarakat desa. Ini merupakan

sebuah contoh sebuah hubungan antar masyaraat yang menghasilkan pranata

politik, seperti terbentuknya kepala adat maupun kepala desa secara tradisional

Seorang sosiologis politik Prourdhon (1851) menggagas teori tentang negara,

dalam kenyataanya negara itu memberikan kekuasaan untuk dirinya sendiri, namun

kenyataanya negara berasal dari kondisi sosial, dengan mengungkapkan dan

melembagakan suatu hubungan sosial dalam heirarki dan ketidaksamaan, ia

meninggalkan masyarakat, merampas kekuasaan masyarakat, sementara ia berada

diluar masyarakat, ia memperoleh kekuasaan kolektif.

Hubungan masyarakat dan negara seperti halnya hubungan tenaga kerja dan

kapital, hubungan masyarakat dan negara bilamana negara menjadi aktor totaliter

Page 3: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

menutup hubungan antar masyarkat yang dalam menentukan kebijakan oleh negara,

hubungan radikal ini dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Kehidupan Sosial Pertukaran Hukum Timbal balik

Negara Kewenangan Kendala Tidak Timbal Balik

Lebih dari sekedar ketidaksamaan yang dibentuk oleh negara, Proudhon bahkan

menekankan oposisi antara masyarkat dan negara yang bersifat ganda (kehidupan

sosial yang dicirikan oleh Pluralitas hubungan antar- kelompok) dan yang tunggal

(negara cenderung memaksaakan ketunggalan-nya). Teori Proudhon tentang politik

menekankan permintaan akan kebutuhan untuk memahami pergerakan melalui

mana masyarakat menciptakan negara untuk menangkap hubungan antara negara

dan masyarakat secara keseluruhan, untuk melihat negara sebagai pengungkapan

resmi ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai perangkat melanggengkan

ketidaksamaan yang dibangunnya ( George. 1987)

Menimbang Teori Pourdhon (1851) dimana negara dan masyarakat yang

berkontradiski antar masyarakat dan negara, penulis beranggapan bahwa Negara

menurut Purdhon sangat diktator dan cenderung otoritarian, Dinegara yang

mengesampingkan aspirasi dan partsipasi masyarakat atau negara menjadikannya

sebagai agen utama pembangunan masyarakat teori Poudhon bisa mungkin di

yakini sebagai teori yang pantas.

Page 4: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Di Desa Jumo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, terjadi pola hubungan

asimilasi antara masyarakat dan Pemerintahan . Pola hubungan tersebut terbentuk

dalam sebuah budaya yang disebut Sidang Syuro. Sidang Syuro adalah sebuah

tradisi rutin masyarakat Jumo yang bertujuan mempertemukan masyarakat Desa

dengan perangkat pemerintah Desa, dan uniknya Sidang Syuro dilakukan di tiap-

tiap Dusun di Desa Ini, dengan mempertemukan Antara Kepada Desa, Kepala BPD

serta beberapa Stake holder yang bertujuan untuk menjaring aspirasi masyarakat,

dan setiap masyarakat di tiap dusun di Desa Ini berhak menyalurkan aspirasinya

kepada pihak yang bersangkutan.

Peran Masyarakat Desa Jumo sangatlah besar dalam menentukan pembangunan

desa Jumo, terlebih ciri dari komunitas masyarakat yang cenderung memiliki

kedekatan antar kepala desa dan masyarakat menyebabkan Desa Jumo memiliki

sebuah budaya partisipasi yang tinggi terhadap arah pembangunan desa. Sidang

Syuro dilakukan pada bulan Muharamm di bulan Hijriah yang pasti dihadiri oleh

banyak lapisan masyarakat, Masyarakat dapat menyalurkan aspirasi, dari pihak

pemerintah desa juga berkewajiban memberikan laporan program kerja desa yang

sudah dilakukannya, sidang syuro berbeda dengan Musrenbang dan Laporan Akhir

tahun, karena Sidang Syuro Lebih diartikan sebagai budaya yang sakral dan secara

temurun diturunkan bahkan sebelum ada sistem otonomi daerah maupun teori

demokrasi dari barat. Bisa diartikan bahwa partispasi masyarakat dalam budaya

masyarakat seringkali sudah ada sebelum teori dari barat masuk ke indonesia.

Tingkat kesatuan politik yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat pada

hakikatnya mencerminkan kaitan antara lembaga politik dan modal sosial yang

Page 5: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

membentuknya, modal sosial dibentuk melalui kekuatan sosial seperti kelompok

etnis, keagamaan, teritorial, ekonomis dan status. Pada dasaranya modernisasi

melibatkan peningkatkan jumlah dan penganekaragaman kekuatan sosial di

masyarakat, tetapi kekuatan sosial harus diwadahi dengan organisasi politik,

organisasi politik merupakan sarana peraturan untuk mempertahankan tata,

menyelesaikan perselisihan, memilih tokoh- tokoh pimpinan yang memiliki

wibawa sehingga dengan demikian berarti pila menciptakan persatuan kekuatan

sosial atau lebih. Suatu aliansi politik sederhana dapat mempunyai landasan etnis

keagamaan atau bidang pekerjaan tertentu, dan tidak banyak mempunyai landasan

etnis keagamaan atau bidang pekerjaan tertentu, sehingga untuk menampung

keberagamaan masyarkat diperlukannya lembaga politik yang kuat. Durkheim

mengemukakan komunitas atau kelompok masyarakat memiliki persatuan dan

kesatuan soliditas mekanis (Hunington, 2014). namun apabila Strukur masyarakat

semakin kompleks dan majemuk, maka upaya pembinaan komunitas politik akan

semakin tergantung pula dari sepak terjang lembaga- lembaga politik

Pembangunan negara khususnya di desa dapat dicapai oleh suatu masyarakat

sebagai besar tergantung dari sejauh mana orang- orang aktif berkecimpung di

dunia politik. Jelasnya kekuasaan dan pengaruh berbagai kekuataan sosial berbeda

satu dengan yang lain. Di dalam suatu masyarakat dimana semua anggota tercakup

dalam suatu komunitas politik yang berbeda dengan adanya perbedaan etnis,

agama, kelompok pekerjaan atau kelompok yang majemuk dan kompleks, tidak

satupu kekuatan sosial dapat memerintah, apalagi menciptakan sebuah persatuan,

apabila suatu kondisi masyarakat yang majemuk tanpa adanya lembaga politik

Page 6: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

maka yang terjadi adalah kekuatan sosial tersebut akan melahirkan “orang yang

paling kuat” (Rousseau, 1762) “ biasanya tidak pernah kuat untuk selalu menjadi

tuan, kecuali apabila ia mampu mengubah kekuatan menjadi hak dan ketaatan

menjadi kewajiban” di dalam masyarakat yang komplek, kekuasaan yang dimiliki

kelompok akan mengalami perubahaan, tetapi agar masyarakat benar- benar

menjadi suatu komunitas, kekuasaan yang berada di dalam tangan setiap kelompok

harus dilaksanakan melalui lembaga politik yang dapat memperluas, memperlunak

serta mengarahkan kembali kekuasaan sehingga pengaruh satu kekuataan sosial

akan sejajar dengan yang lain.

Sidang Syuro sebagai salah satu budaya partisipasi politik masyarakat desa

Jumo, serta sebagai salah satu modal sosial masyarakat dengan model

pembangunan Desa yang berpusat pada rakyat dianggap lebih baik dan merupakan

unsur pemerintahan yang baik ( Good Governance ) sebagai Desa yang memiliki

keberagaman corak seperti agama dan banyaknya infrasturuktur desa seperti

terpenuhinya setiap rumah ibadah yang ada di desa Jumo, pelayanan pendidikan

dan kesehatan yang sudah baik, menjadi salah satu alasan keberhasilan pemerintah

desa dalam pembengunannya dengan diikuti partisipasi masyarakat desa.

Dengan adanya Undang – Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, tentu akan

menimbulkan penyesuaian tata kelola desa yang masih memegang nilai- nilai

tradisi lama, seperti halnya tradisi sidang syuro. Menimbang aturan formil ada

kegiatan yang bernama Forum Musyawarah Desa, Forum Musyawarah Desa

termuat di pasal 54 Undang- Undang No 6 tahun 2014 yang isinya mempertemukan

antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan masyarakat dalam

Page 7: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Forum Musyawarah Desa. Walaupun mempunyai kemiripan antara Sidang Syuro

dan Forum Musyawarah Desa, namun melihat faktor sejarah dan budaya pastinya

memiliki perbedaan yang mendasar, karena Sidang Syuro muncul dari budaya

masyarakat itu sendiri, sementara Forum Musyawarah desa muncul sejak Tata

Kelola Pemerintahan Modern hasil dari kebijakan pemerintah Pusat sampai ke

tingkat desa.

Dalam aturan Undang- Undang No 6 Tahun 2014 tentang desa juga termuat

Desa Adat, namun dalam aturan desa adat hanya dikhususkan bagi desa yang masih

memegang aturan tradisi lokal dan belum tersentuh tata kelola modern, sangat

berbeda dengan desa yang sudah terakulturasi dengan tata kelola pemerintahan

modern seperti halnya di desa Jumo Kabupaten Temanggung. Pemerintah desa

dengan masyarakat masih menjalankan tradisi tersebut sampai sekarang dan tidak

terkikis oleh modernisasi.

Dengan penerapan tata kelola Pemerintahan yang semakin termodernisasi, tidak

mungkin sistem tata kelola modern meninggalkan konteks masyarakat lokal

setempat dengan budaya dan kearifan lokal yang berbeda- beda. Oleh karena itu

Peneliti ingin mengambil judul “Sidang Syuro : Melacak Praktek Community

Governance di Masyarakat Desa Jumo Kabupaten Temanggung”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan diskripsi di atas, maka masalah penulis akan melihat permasalahan

yang dinilai menarik yakni :

Page 8: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

1. Bagaimana Praktik Budaya Sidang Syuro

menguatkan Community Governance di masyarakat

Desa Jumo Kabupaten Temanggung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari penjelasan tentang praktik budaya

Sidang Syuro sebagai bentuk community Governance di masyarakat Desa Jumo

Kabupaten Temanggung. Mengingat sekarang ini peran Swasta dan Organisasi

Masyarakat sangat signifikan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan

keadaan social masyarakat mengimbangi kekuatan sektor pemerintah, oleh karena

itu perlu adanya kajian yang meneliti tentang komunitas dalam hal ini adalah

praktek Community Governance .

Melihat dari kajian yang dilakukan Wijaya (2009) tentang Modal Sosial

Perempuan di Sulaa Kabupaten BauBau yang menggambarkan adanya pergeseran

peran yang dilakukan Lembaga Perempuan dalam kegiatan- kegiatan di daerah

Sulla menggeser peran pemerintah karena kuatnya modal sosial. Sebagaimana

Putnam (1993) menekankan bahwa ”community” lebih baik dalam mengambarkan

kepopuleran modal sosial dalam tata kelolo pemerintahan “Good Governance”

karena komunitas lebih bisa melihat gambaran kepentingan kelompok ketimbang

kepentingan secara pribadi. Oleh karena itu peneliti ingin memfokuskan penelitian

tentang praktik community governance melalui budaya sidang Syuro di Desa Jumo,

karena budaya tidak terikat dengan Organisasi Formal dan tidak terpengaruh oleh

tata kelola modern dari barat.

Page 9: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas sebagai tambahan

referensi serta wawasan apabila ada penelitian maupun kajian yang memiliki topik

dan tema yang sama. Dan juga memberikan penjelasan tentang jalannya

Commmunity Governance di Desa Jumo Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Terdapat beberapa Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang Community

Governance seperti penelitian yang dilakukan ( Bowles dan Gintis, 2002) dalam

jurnal “The Economic Jurnal “ tentang Modal Sosial dan Tata Kelola Komunitas

“Social Capital and Community Governance”. Selanjutnya, penelitian dari Wijaya

(2016) tentang Modal Sosial untuk kapasitas Community Governance (studi kasus

perempuan pesisir kelurahan sulaa Kota BauBau). Penelitian ini dilakukan untuk

menambah referensi yang telah ada tentang Community Governance. Serta untuk

Pemangku Kebijakan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar penentuan

kebijakan yang berhubungan dengan Peran Masyarakat dalam Pembangunan

masyarakat di aspek sosial- politik.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Community Governance

Community Governance adalah hal yang hampir mirip dengan partisipasi

komunitas, kelompok, grup atau masyarakat, mengikutserakan masyarakat maupun

Page 10: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

kelompok dalam pengambilan kebijakan publik. Serta Community Governance

juga berhubungan dengan tata kelola peran masyarakat lokal, peran pemerintah di

bidang sosial, peran pemeritah dalam hubungan jejaring (networking), dan

partisipasi masyarakat. (Amstrong dan Francis, 2002)

Community Governance didefiniskan sebagai proses manajemen tahap

komunitas dalam pengambilan keputusan, dengan mempertemukan komunitas

dengan pemangku kebijakan. Fokus dari komunitas seperti perusahaan, organisasi,

pemerintah lokal dan komunitas sektor publik dengan ciri mempertemukan kedua

belah pihak (vis a vis). (Totikidis, Armstrong dan Francis, 2005).

Masyarakat dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah ketika Pasar

mengalami kegagalan dan Kebijakan Pemerintah tidak berdampak terhadap kondisi

masyarakat, dengan tidak adanya kepercayaan dengan pemerintah dan Swasta maka

peran masyarakat untuk saling bekerjasama dan menguntungkan antar sesama

dengan perangkat norma dan kebiasaan akan menutupi gagalnya pihak pemerintah

dan Swasta. (Arrow, 1971)

Selama kurun waktu dua dekade ini, aktifitas kolektif dari masyarakat lapisan

bawah untuk meningkatkan derajat sosial-ekonomi mereka semakin meningkat.

Beberapa organisasi terbentuk secara spontan, dan biasanya terbentuk dari

masyarakat itu sendiri. Namun, juga ada organisasi yang terbentuk karena faktor

eksternal.(Craig dan Mayo, 1995)

Konsep Freirian atau sering disebut konsep “conscientazation” menyerukan

untuk membangkitkan kesadaran dengan melihat cerminan diri dari orang-orang itu

Page 11: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

sendiri daripada mendidik atau mengindoktrinasi mereka, karena dapat merangsang

tindakan kolektif yang digerakkan mereka sendiri untuk mengubah realitas sekitar.

Serta, dapat memberi mereka kekuatan untuk menegaskan suara mereka dan untuk,

mempengaruhi program akar rumput. (Rahman, 1985)

Di banyak gerakan partisipatif masyarakat, kelompok dan organisasi

masyarakat menyediakan bantuan kepada masyarakat itu sendiri. Adanya

partisipasi masyarakat diprakarsai pertama kali melalui jaringan lingkungan

masyarakat dengan sekitarnya “neighbourhood”. Sehingga peran mereka mampu

untuk memfasilitasi mobilisasi masyarakat secara lebih umum (Craig dan Mayo,

1995)

Community governance adalah kesadaran dari dalam masyarakat untuk

menggerakan masyarakat itu sendiri secara kolektif, dengan tujuan untuk merubah

keadaan sosial- ekonomi masyarakat setempat dengan mempertimbangakn peran

pemerintah dan swasta.

Community Governance dalam prakteknya tidak mungkin terpisahkan dari

konsep modal sosial (social capital). Banyak Teori yang menjelaskan tentang apa

itu modal sosial (social Capital). Pertama, Pieree Boudieu (1986) mengemukaan

bahwa modal sosial sebagai keseluruhan sumberdaya, baik aktual maupun potensial

yang terkait dengan kepemilikan jaringan hubungan kelembagaan yang tetap

didasarkan pada rasa saling kenal dan saling mengakui.

Selanjutnya, Hanifan(1916) memperkenalkan konsep modal sosial yang

mengatakan modal sosial bukanlah modal dalam arti harta kekayaan atau uang,

Page 12: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

tetapi lebih mengandung arti yang implisit. Modal Sosial (Social Capital)

merupakan aset nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat, termasuk kemauan

baik, rasa bersahabat, saling empati, hubungan sosial, kerjasama dan sebagainya.

(Alfitri, 2011)

Fukuyama (1999) juga menyoroti tentang modal sosial yang didefiniskan

sebagai serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama di antara para

anggota suatu kelompok komunitas maupun masyarakat yang memungkinkan

terjalinnya kerjasama diantara mereka.

Berikut dibawah ini merupakan tabel yang membedakan tujuan antara sektor

Komunitas, Sektor Publik dan Perusahaan :

Tabel 1.1

Tujuan dari Komunitas, Sektor Publik dan Perusahaan

Tata Kelola Sektor Kelompok Tujuan

Komunitas

Organisasi Non-

Profit, Organisasi

Non- Pemerintah,

Sosial, lingkungan

dan pertumbuhan

ekonomi (ruang

lingkup komunitas) Komunit

as

Sektor

Publik

Page 13: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Sumber dari “Concept of Community Governance” (Totikidis, Francis, and Amstrong, 2005)

Terlihat dalam diagram, alasan utama kenapa batas antara tata kelola

pemerintah dan sektor komunitas saling bersinggungan karena tujuannya saling

berhubungan dalam perbaikan masyarakat( sosial dan lingkungan hidup). Kramer

(2000) menegaskan bahwa batas antara pemerintah dan komunitas bersinggungan

karena bisa terjadi sebuah hubungan kerja sama ataupun hubungan yang bisa saling

mengaburkan. Contoh dari hubungan ini terjadi di tiga fungsi: pelayanan publik,

mempromosikan budaya dan seni dan advokasi masyarakat sipil.

kelompok Pekerja,

kelompok lainnya

Sektor Publik Pemerintah Sosial, lingkungan

,pertumbuhan

ekonomi ,

kebijakan tenaga

kerja(ruang lingkup

Nasional dan

negara)

Perusahaan Bisnis Perbaikan Ekonomi

(personal,

pemegang saham

dan perusahaan

Perusaha

an

Page 14: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

1.5.1.1 Model dan Perspektif Community Governance

Tata pengelolaan komunitas muncul karena fragmentasi dalam sektor

pemerintah lokal, fragmentasi ini muncul bersama dengan lembaga- lembaga yang

mempunyai tujuan khusus misalnya kesehatan, pendidikan dan sektor pertanian

yang menciptakan fragmentasi dengan mengaburkan tanggung jawab dari bagian-

bagian dari fungsi pemerintah itu sendiri. Fragmentasi karena tata kelola komunitas

lebih rumit karena bersinggungan dengan fungsi dan tujuan dari sektor publik

sendiri. Clarke dan Stewart (1998) mengusulkan enam prinsip tata kelola komunitas

oleh pemerintah lokal :

1. Perhatian dari otoritas lokal harus memaksimalkan pelayanan

publik dengan tujuan kesejahteraan masyarakat daerah

2. Peran Pemerintah lokal dalam tata kelola komunitas hanya

dibenarkan jika perannya memberdayakan komunitas itu sendiri

dan juga warga sekitar

3. Pemerintah lokal harus mengakui kontribusi organisasi swasta

dan sukarela dan tidak mengintevensi kontribusi dari organisasi

lain

4. Pemerintah lokal harus memastikan bahwa seluruh Sumber daya

di masyarakat digunakan untuk kesejahteraan daerah

5. Pemerintah lokal harus bisa meninjau dengan seksama

kebutuhan paling penting untuk dipenuhi masyarkat dan

menyiapkan langkah untuk mewujudkannya

Page 15: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

6. Dalam menunjukan pengaruh kepemimpinannya, pemerintah

lokal harus berusaha untuk mendamaikan, menyeimbangkan

keragaman kepentingan di semua sektor

Clarke dan Stewart (1998) menyimpulkan bahwa prinsip- prinsip mendasar dan

pendekatan terhadap tata kelola komunitas merupakan kebutuhan akan kekuasaan

yang harus sedekat mungkin dengan masyarakat dan komunitas lokal. Hal ini

diprakarsai oleh proses desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat ke tingkat

daerah dalam usaha penyelesaian permasalahan di tingkat lokal dan lebih kepada

masyarakat itu sendiri.

Hutchinson juga mendukung community governance sebagai "fungsi yang sah

dan penting dari pemerintah daerah" (1999) . Hutchinson menyatakan bahwa

'pembangunan komunitas' adalah pusat dari tata kelola komunitas:

Pembangunan komunitas adalah nilai dari sebuah pemerintahan. Ini merupakan

upaya pemerintah dalam menciptakan dukungan dan koneksi di tengah ruang

lingkup masyarakat lokal dan global yang semakin tidak jelas dan terfragmentasi.

Ketika kita "membawa komunitas masyarakat ke dalam milenium baru" tugas

kepemimpinan untuk memastikan hubungan dan partisipasi, dari semua anggota

komunitas kita, akan menjadi wajah penting dari peran pemerintahan lokal

(Hutchinson, 1999)

Page 16: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Bowles dan Gintis (2002) menggunakan istilah community governance sebagai

alternatif "modal sosial" yang mengklaim bahwa lebih baik pemerintahan

memfokuskan perhatian pada apa yang kelompok lakukan daripada apa yang

dimiliki orang. Menurut mereka: "Masyarakat adalah bagian dari pemerintahan.

karena mereka mengatasi masalah-masalah tertentu yang tidak dapat ditangani oleh

individu atau oleh pasar dan pemerintah"

Tabel 1.2

Tata kelola masyarakat

Kepemimpinan Komunitas Pemberdayaan

Komunitas

Kepemilikan

Komunitas

Kepemimpinan Komunitas

mencerminkan konsep

individu dan kelompok yang

bekerja bersama untuk

mencapai tujuan bersama dan

visi.

Komunitas yang

diberdayakan adalah

komunitas yang

memiliki atau dapat

mengakses sumber

daya. Sumber daya

diperlukan untuk

memenuhi berbagai

kebutuhan dasar

(misalnya makanan,

tempat tinggal,

pendapatan) ke

Elemen dari model ini

meliputi cara di mana

orang berhubungan

dengan komunitas

mereka sehingga

mereka merasa bahwa

mereka memiliki dan

merasa ingin menjaga

komunitas mereka.

Page 17: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

kebutuhan tingkat yang

lebih tinggi (misalnya

interaksi sosial,

dukungan,

pengembangan

masyarakat). Hubungan

antara modal sosial dan

ekonomi, menjadi

sangat jelas di sini

1. visi dan pemahaman

bersama

2. partisipasi komunitas

3. perilaku

kooperatif

4. advokasi masyarakat

1. akses ke

sumber daya

2. Berbagi

kekuatan

3. devolusi

pengambilan

keputusan

1. Rasa

memiliki

2. rasa peduli

3. rasa tempat

yang sama

4. menghargai

keragaman

Sumber dari (Auckland City Council)

Model lain dalam tata kelola komunitas yang terjadi di hampir semua negara

bagian Amerika Serikat, pendekatan dan keikutsertaan masyarakat seperti dalam

isu kejahatan kekerasan anak- anak, kondisi lingkungan masyarakat, dan

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan tentunya pelayanan publik. Dalam

Page 18: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

model ini ada tiga elemen tata kelola yang efektif yaitu; keikutsertaan masyarakat;

tolak ukur kinerja; kebijakan pemerintah dan penerapan kebijakan

Tabel 1.3

Elemen dari model tata kelola yang efektif

Elemen Definisi

Keikutsertaan

masyarakat

Keterlibatan masyarakat, dalam arti luas

penggunaan masyarakat untuk menerjemahkan,

individu, kelompok, organisasi non-profit dan

masyarakat ekonomi

Tolak ukur kinerja indikator dan pengumpulan data untuk

menggambarkan, melaporkan, dan menganalisis

kinerja. Pengukuran dapat dilakukan untuk

pelayanan publik atau kondisi komunitas

(misalnya, kondisi fisik atau lingkungan,

kesehatan dan keselamatan publik, atau kondisi

ekonomi dan sosial) atau keduanya.

Kebijakan Publik dan

implimentasinya

Perkembangan keputusan kebijakan publik

tentang isu yang dipilih pemerintah untuk diatasi

seperti, strategi yang digunakan, sumber daya

yang dilakukan, dan tindakan yang diperlukan

untuk melaksanakan keputusan ini. Elemen ini

Page 19: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

meliputi perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, dan evaluasi pemerintah

Sumber dari Jurnal dari “Concept of Community Governance” (Totikidis, Francis,

and Amstrong, 2005)

Peran organisasi komunitas didefinisikan bahwa organisasi non-pemerintah

memainkan peran penting dalam tata kelola sosial dan pengembangan kebijakan

dan program sosial. Organisasi masyarakat yang diargumentasikan sangat

berhubungan dengan kebutuhan dan kekuatan masyarakat, dapat memberikan

dukungan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan dapat memberikan

struktur formal untuk memberikan umpan balik dari masyarakat kepada

pemerintah. (Stanley, 2004)

1.5.1.2 Local Content sebagai salah satu bentuk community governance

Konten lokal (Local content) adalah proses membentuk modal ekonomi dan

modal sosial baik di tingkat nasional maupun daerah. Pada mulanya local content

ini mengupayakan keuntungan dalam kegiatan industrialisasi minyak, gas, dan

aktivitas tambang terhadap perekonomian lokal serta memberikan dampak kepada

masyarakat lokal. Di beberapa negara di dunia peraturan tentang konten lokal (local

content) atau undang undang yang mewajibkan pemberian kesempatan bagi

perusahaan untuk menggunakan produk, bisnis, sumberdaya, dan pekerja lokal.

Peraturan tentang local content juga memberikan para pengaruh bagi stake holders

lokal untuk mengakses kesempatan dalam jaringan ekonomi yang lebih luas, seperti

apakah masyarakat dapat mengakses pekerjaan, dan juga kesempatan dalam keikut

sertaaan didalam rantai pasokan atau penyediaan layanan dukungan terkait lainnya.

Page 20: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Kebijakan konten lokal (local content) berupaya untuk mengikutsertaan stake

holders lokal dalam arus pertumbuhan ekonomi nasional untuk masuk di ruang

lingkup kota, kabupaten, desa, bahkan unit ekonomi terkecil milik masyarakat.

Kebijakan ini berdampak kepada partisipasi lokal untuk menyediakan pasokan

barang, jasa, dan tenaga kerja dalam kegiatan perekonomian. (Esteves dan Barclay;

2013)

Konten Lokal pada umumnya tidak selalu memfokuskan dalam hal teknologi

dan ekonomi masyarakat setempat namun juga tetap memperhatikan aspek sosial

masyarakat seperti tradisi dan budaya masyarakat lokal

Local content yang tujuannya adalah mengikutsertakan stake holders lokal

dalam aspek tradisi dan budaya masyarakat lokal. Bentuk partisipasi masyarakat

melalui tradisi dan budaya masyarakat local lebih baik dari pada pendekatan pasar

didalam keputusan pembuat kebijakan. Partisipasi yang dikonseptualisikan dengan

variasi yang beragam dari masyarakat “citizens” dalam keterlibatan mereka ke

sektor publik merupakan filosofi dari demokrasi masyarakat yang sejati

“philosophical statements concerning in the true meaning of democracy in mass

society” (Pateman 1970); Pennock and Chapman; 1975)

Sidang Syuro Sebagai budaya masyarakat Desa Jumo menjadi hal yang

menarik jika konten lokal berupa tradisi dan kearifan lokal masyarakat desa diikut

sertakan dalam upaya mengikutsertakan dalam pembangunan Desa. Hubungan

antara pemerintah dengan masyarakat desa akan memunculkan nilai gotong-royong

Page 21: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

dalam pembangunan desa, dan juga pasti dampaknya akan dirasakan langsung oleh

masyarakat desa itu sendiri.

1.5.2 Village Governance

Governance merupakan paradigma baru dalam tata kelola pemerintahan

menggeser arti lama yaitu governant. Governance merupakan bentuk interaksi

antara negara dan masyarakat sipil ( Leftwich, 1994; Rhodes, 1997 )

Governance tidak sama dengan governant (pemerintah) dalam arti sebagai

lembaga , tetapi governance adalah proses kepemerintahan yang mempunyai arti

luas. Jon Pierre dan Guy Peters memahami governance sebagai sebuah konsep yang

berada dalam konterks hubungan antara sistem politik dan lingkungannya.

Perspektif baru tentang pemerintah – perubahan peran pemerintah dalam

masyarakat dan kemampuan mewujudkan kepentingan bersama di bawah batasan

internal maupun eksternal merupakan jantung governance

Dalam demokrasi kontemporer, masyarakat sipil menentukan tingkat

demokrasi sebuah masyarakat termasuk di tataran masyarakat desa. Eksistensi

masyarakat sipil semakin diperitungkan dan juga mempunyai nilai tawar dengan

pemangku kebijakan dalam arti pemerintah. Organisasi non Pemerintah, akademisi,

maupun organisasi kemasyarakatan dipandang sebagai pilar masyatakat sipil.

Mereka tidak hanya ada di tingkat nasional namun sudah berhasil menancapkannya

di tingkat desa.

Pada masyarakat desa, karakter masyarakat sipil dapat dilihat melalui

organisasi- organisasi lokal yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,

Page 22: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

modal sosial (norma, tradisi, jejaring sosial, dan nilai lokal lainnya), gaya

kepemimpinan lokal serta mekanisme pengelolaan konflik. (Dwipayana AAGN

Ari, Sutoro Eko). Keempat elemen dalam masyarakat sipil inilah yang banyak

mempengaruhi pola partisipasi masyarakat, baik dalam ranah ekonomi- sosial

maupun kehidupan politik negara.

Good governance dimaknai secara beragam oleh banyak tokoh maupun

lembaga. UNDP mengidentifikasi 6 karakter good governance (1) partisipatif; (2)

transparan dan bertanggung jawab ;(3) efektif dan berkeadilan; (4) mempromosikan

supremasi hukum; (5) memastikan bawa prioritas sosial, ekonommi, dan politik

didasarkan pada konsensus dalam masyarakat; dan (6) memastikan bahwa suara

penduduk misikin dan rentan didengarkan dalam proses pembuatan keputusan.

Rochman Acwan berpendapat bahwa Good Governance bukan semata- mata

mencangkup relasi dalam pemerintahan, melainkan mencakup relasi sinergis dan

sejajar antara pasar, pemerintah, dan masyarakat sipil. Gagasan kesejajaran ini

mengandung arti akan pentingnya redifinisi peran dan hubungan ketiga institusi ini

dalam mengelola sumberdaya ekonomi, poliik dan kebudayaan yang tersedia dalam

masyarakat.

Kerangka Good Governance yang bersifat makro diatas bisa dimodifikasi

bila dikontekstualisasikan pada level desa. Cara pandang ini menegaskan

Governence yang meletakan masyarakat sebagai basis politik dan komunitas

(kolektivitas) sebagai basis ekonomi. Dalam konteks yang ditekankan adalah

desetralisasi dan demokrasi politik; serta demokratisasi ekonomi.

Page 23: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Good Governance dalam lingkup desa menurut AAGN Dwipayana (2003), ada

dua isu yang perlu diperhatikan. Pertama, isu pemerintahan demokratis

(democratic governance), yaitu pemerintah desa yang berasal “dari” (partisipasi)

masyarakat; dan dimanfaatkan sebaik- baiknya untuk masyarakat. Kedua.

Hubungan antar elemen governance di desa yang didasarkan pada prinsip

kesajajaran, keseimbangan dan kepercayaan (trust). Kedua isu ini ibarat mata uang

yang berbeda tetapi saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Nilai mata uang itu

adalah keterlibatan (partisipasi) masyarakat dalam pengelolaan Pemerintah dan

Pembangunan demi mencapai kebaikan bersama (common good). Pola hubungan

antara elemen bisa sejajar dan seimbangbila pemerintahan desa dikelola dengan

cara partisipatif, transparan, akuntabel dan responsif. Sebaliknya Pemerintah yang

demokratis bisa semakin kokoh dan mampu bekerja secara efektif bila ditopang

dengan kesejajaran, keseimbangan dan kepercayaan antar elemen governance di

desa. Hal ini membutuhkan sebuah proses perluasan ruang- ruang publik melalui

dialog dialog (forum warga atau rembug desa) yang semarak dan berkelanjutan.

Ruang publik melalui forum warga meruupakan bentuk dari demokrasi deliberatif

(demokrasi permusyawaratan) yang secara empirik pernah diterapkan oleh

masyarakat desa dalam bentuk pemerintahan tradisional. Model demokrasi seperti

ini menekankan proses permusyawaratan untuk mencapai kesepakatan dan

kebaikan bersama, yang hasilnya digunakan seagai aturan main, traktat dan

kebijakan dalam pengelolaan governance di desa

Menurut AAGN Dwipayana dan Sutoro Eko (2003) Pemetaan Governance di

desa terdiri dari empat elemen; negara (pemerintah desa). Masyarakat politik

Page 24: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

(Badan Permusyawaratan Desa), masyarakat sipil (organisasi masyarakat, institusi

lokal dan warga masyarakat), serta masyarakat ekonomi (arena produksi dan

distribusi yang dilakukan oleh pelaku dan organisasi ekonomi desa

Tabel 1.4

Peta Governance di level Desa

Elemen

Governance

Aktor Arena Isu Relasional

Negara Kepala Desa dan

perangkat desa

Regulasi, kontrol

pada masyarakat,

pengelolaan

kebijakan,

keuangan,

pelayanan

Akuntabilitas,

transparansi,

responsivitas, dan

kapasitas

Masyarakat Politik Badan Perwakilan

Desa

Representasi,

artikulasi,

agregasi,

formulasi,

legislasi,

sosialisasi, kontrol

Kapasitas,

akuntabilitas dan

responsivitas

Masyarakat Sipil Institusi Sosial,

Organisasi sosial,

warga masyarakat.

Keswadayaan,

kerjasama, gotong-

royon, jejaring

sosial

Partisipasi (voice,

akses dan kontrol)

Masyarakat

Ekonomi

Pelaku dan

Organisasi

Ekonomi

Produksi dan

distribusi

Akses kebijakan,

akuntabilitas sosial

Page 25: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Sumber dari Intitute Research and Empowerment “ Membangun Good Governance

di Desa”

1.5.2.1 Undang- undang no 6 Tahun 2014

Didalam Undang – undang no 6 Tahun 2014 tentang Desa menjelaskan tentang

pembangunan desa yang dilakukan oleh aktor- aktor yang ada di desa seperti

Pemerintah, masyarakat dan swasta. Sejarah lahirnya Undang- Undang no 6 tahun

2014 menggeser dominasi kekuasaan Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam Undang-

Undang no 23 tahun 2014 yang menempatkan pemerintah desa hanya sebagai tugas

pembantuan. Dalam UU no 6 tahun 2014 ini mengatur tentang Kedudukan dan

Kewenangan Desa, Penataan Desa, Penyelenggaraan Pemerintah Desa dan

Peraturan Desa, Hak dan Kewajiban Masyaraakt Desa, Pembangunan Kawasan

Perdesaan dan kerjasama Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa, Badan Usaha Milik

Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa, Lembaga Desa Adat dan Ketentutan Khusus

Desa Adat. Dan berikut adalah penjalasan tentang isi dan Undang- undang no 6

desa tahun 2014 :

A. Kedudukan dan Kewenangan Desa

Pengaturan tentang Kedudukan Desa menempatkan Desa sebagai subjek

pembangunan bukan lagi objek pembangunan. UU desa dengan tegas menyebutkan

pembangunan dengan cara self-governing community dan local self government

(PATTIRO, 2014). Diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini

merupakan bagian dari wilayah desa ditata sedemikian rupa menjadi desa dan desa

adat. Ringkasnya asas rekognisi dan subsidiaritas telah mengubah pendekatan

Page 26: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

kontrol/ pengendalian negara terhadap desa dan menempatkan Desa sebagai subyek

pembangunan

Desa pada awalnya merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai

batas- batas wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk, dan mempunyai adat- istiadat

untuk mengelola dirinya sendiri disebut dengan self- governing community (Sutoro

Eko). Dilihat dari peran dan fungsinya desa dikategorikan ke dalam tiga jenis.

Pertama, Desa Adat (self-governing community). Desa Jenis ini adalah embrio desa

di Indonesia berbasis pada suku dan mempunyai batas- batas wilayah; memiliki

otonomi asli, struktur / sistem pemerintahan yang asli menuntut hukum adat, dan

menghidupi masyarakat sendiri secara komunal. Kedua. Desa otonom (local self

governmenti) mempunyai otonomi dan kewenangan dalam hal perencanaan,

pelayanan publik, kuanggan serta mempunyai sistem demokrasi lokal, ketiga, Desa

Administratif, yang mempunyai batas- batas wilayah yang jelas; dan berada dalam

subsistem dari pemerintah kabupaten/kota. Desa ini sering disebut sebagai (local

state government) Otonomi desa jenis ini sangat terbatas dan tidak jelas

Bhenyamin Hoessein (1993) menjelaskan bahwa pengaturan dapat diartikan

sebagai kewenangan. dengan kata lain, pengaturan berkaitan dengan kewenangan

membentuk kebijakan (rules making), sementara pengurusan dengan kewenangan

melaksanakannya (rules application). Oleh karena itu dengan dikeluarkannya UU

Desa pemerintah desa memiliki kewenangan pengaturan dan pengurusan sendiri

dapat dipandang sebagai pemerintah yang otonom.

Page 27: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Berkaitan dengan kewenangan pemerintah, Barton (2000) menyebutkan bahwa

dalam ekonomi pasar yang dikendalikan oleh pemerintahan yang dipilih secara

demokratis, hanya ada dua alasan bagi pemerintah untuk masuk ke dalam aktivitas

masyarakat, yaitu keadilan sosial (social equity) dan kegagalan pasar. Secara umum

peran pemerintahan dengan kebijakan publiknya adalah melakukan koreksi

kegagalan pasar untuk memperbaiki efisiensi produksi yakni:

a. Peran alokasi sumber daya. Hal ini mencaku soal penentuan ukuran absolut dan

relatif pemerintah dalam perekonomuan (keseimbangan sektor publik dan sektor

swasta) dan penyediaan barang- barang publik serta pelayanan kesejahteraan

sosial bagi masyarakat.

b. Peran regulator: hal ini mencakup undang- undang dan tata tertib yang

dibutuhkan masyarakat termasuk undang- undang yang mengatur dunia bisnis

yang memadai untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dan hak- hak kepemilikan

pribadi.

c. Peran kesejahteraan sosial, yang mencakup kebijakan- kebijakan yang

mendorong pemerataan sosial di negara yang bersangkutan seperti perpajakan,

jaminan sosial dan penyediaan sejumlah barang publik campuran bagi

masyarakat

Selain kedudukan desa sebagai kesatuan masyarakat yang mempunyai hak

untuk mengelola masyarakat itu sendiri, kewenangan desa juga berimplikasi

terhadap desa sebagai subjek pembangunan.

Page 28: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Berdasarkan PATTIRO Undang – Undang desa nomor 6 diturunkan dalam

enam peran atau fungsi pemerintahan desa yakni :

a. Mengelola pelayanan dasar. Dimensi ini mengukur kemampuan pemerintah

desa untuuk mengelola pelayanan dasar yang berada di dalam lingkup

kewenangannya

b. Mengelola pelayanan administrasi. Dimesi ini mengukur kemampuan

pemerintahan desa dalam mengelola pelayanan administrasi

c. Menyediakan infrastruktur dasar dimensi ini mengukur kemampuan

pemerintah desa dalam mengelola penyediaan infrastruktur dasar desa, seperti

air bersih, irigasi tersier dan jalan desa, listrik desa, polindes, sarana pendidikan

anak usia dini, kantor desa dan sarana olah raga

d. Memperkuat kelembagaan ekonmi. dimensi ini mengukur kemampuan

pemerintahan desa dalam memperkuat keberadaan lembaga sosial ekonomi

sebagai upaya memperkuat solidaritas sosial, seperti mendorong keberadaan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam pengelolaan dasar dan penguasaan

sumber daya alam lokal dan penguatan daya tawar kolektif.

e. Memperkuat kelembagaan sosial. Dimensi ini mengukur kemampuan

pemerintahan desa dalam memperkuat keberadaan lembaga sosial ekonomi

sebagai upaya memperkuat solidaritas sosial, seperti memperkuat organisasi

sosial seperti posyandu, lembaga amil zakat, penanganan bencanan dan

resolusi konflik.

f. Membuat regulasi. Dimensi ini mengukur kemampuan pemerintah desa dalam

mengelola proses pembatan regulasi sebagai salah satu bentuk kebijakan pubik,

Page 29: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

termasuk di dalamnya merevitalisasi aturan- aturan yang bersumber dari adat

istiadat.

B. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Peraturan Desa

Pemerintahan dalam pengertian yang sempit ialah segala aktivitas, tugas,

fungsi dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga yang berwenang mengelola

dan mengatur jalannya sistem pemeritnahan negara untuk mencapai tujuan negara.

Pemerintahan di Indonesia mulai dari Pemerintah pusat, provinsi, kebupaten/ kota

sampai desa.

Desa dengan segenap atribut pemerintahannya adalah arena yang berhadapan

langsung dengan rakyat. Pemerintahan desa adalah sentra kekuasaan politik lokal

yang di wakilkan lewat Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan

perangkatnya. Posisi pemerintahan desa juga sangat penting mengingat mayoritas

penduduk indonesia bermukim di pedesaan.

Penyelenggaran pemerintahan desa dilandasi konsep keberagaman mengacu ke

dalam landasan konstitusional. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menyebutkan

bahwa ‘setiap warga negara bersamaan kededukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya’ sehingga hak atas semua warga negara tanpa membedakan unsur

kelompok tertentu adalah sama.

Pasal 68 UU Desa mengatur sejumlah norma yang memberi hak kepada semua

warga desa untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil, punya hak

menyampaikan sarandan berpartisipasi, serta mendapatkan informasi mengenai

Page 30: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

penyelenggaraan pemerintahan desa. Pengaturan hak- hak masyarakat desa di satu

sisi, dan pengaturan kaedah norma bagi pemerinta desa disisi lain dimaksudkan

agar terselenggara tata pemerintah desa yang baik, Demi mencapai tujuan itu,

penyelenggaraan pemerintah desa juga harus mempertimbangkan karakteristik dan

pola yang berkembang di masyarakat dengan tidak bertentangan dengan Undang-

Undang Desa.

UU Desa juga meneggariskan bahwa pemerintah desa tetap dalam bingkai

Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan bentuk yang mirip dengan

struktur pemerintah Pusat, desa menjadi upaya mendekatkan diri dengan

masyarakat di lingkungan desa dengan membawa miniatur negara.

Penyelengaraan Pemerintahan desa dalam Undang- undang desa tidak bisa

dipisahkan dengan Partisipasi masyarkat desa. Partisipasi masyarakat tidak hanya

dilakukan di Pemilihan Umum di tingkat desa, Namun juga dilakukan di forum-

forum resmi yang diatur didalam Undang – Undang no 6 tahun 2014 tentang Desa.

Salah satu forum desa adalah Musyawarah Desa. Musyawarah Desa adalah

proses musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pemerintah desa

dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang

bersifat strategis. Musyawarah adalah forum pengambilan keputusan yang sudah

dikenal lama dan menjadi bagian dari konstitusi negara. Dalam sila Keempat

pancasila menyebutkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanakan

dalam permusyawaratan/ perwakilan. Dalam UU Desa disebutkan bahwa musdes

merupakan forum antar aktor masyarakat utnuk memusyawarahkan dan

menyepakati hal strategis dalam penyelenggaraan pemerintah Desa, hasil

Page 31: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

musyawarah desa dalam bentuk kesepakatan dituangkan dalam keputusan hasil

musyawarah dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan desa dan Pemerintah

Desa untuk menetapkan kebijakan Pemerintah Desa.

Pola hubungan antara masyarakat desa, pemerintah desa dan BPD adalah sama

dengan kedudukan yang saling terkait . Kedudukan dan korelasi itu dapat

digambarkan sebagai berikut;

Gambar 1.1

Keterkaitan para pemangku kepentingan

Pemerintah Desa

Masyarakat Desa

Badan Permusyawaratan Desa

Page 32: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Sumber: Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO)

Gambar tersebut memperlihatkan keterkaitan antara pemangku kepentingan

dan pelaksanaan musyawarah desa. Dengan kepentingan yang dibawa masing

masing pemangku kepentingan yang di ada desa sangat mungkin terjadi perbedaan

kepentingan tiap- tiap unsur yang membentuk Musdes.

Seperti yang disebutkan dalam pasal 54 UU Desa, Musyawarah desaa adalah

forum untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan

pemerintah. UU Desa telah menetapkan tujuh isu strategis sebagaimana tergambar

berikut:

Gambar 1.2

Isu- isu Strategis yang dibahas dalam Musyawarah Desa

Perencanaan Desa Penataan Desa Kerjasama Desa

Penambahan dan Pelepasan Aset Desa

Rencana Investasi yang masuk ke Desa

Pembentukan BUM Desa

Kejadian Luar Biasa

Page 33: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Sumber: Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO)

Partisipasi Publuk menjadi bagian dari pelaksanaan demokrasi di tingkat desa,

sekaligus penerapan prinsip transparasi pembuatan kebijakan. Dalam konteks

pembuatan peraturan Desa, partisipasi publik bersifat wajib meskipun implikasinya

tak selalu berimbas pada pembatalan peraturan. UU Desa mengatur tentang

konsultasi dan pemberian masukan dalam proses legislasi peraturan di tingkat Desa.

Konsultasi publik pada saat penyusunan rancangan Perdes perlu dilakukan

mengingat implementasi Perdes tak sekedar membutuhkan penempatan dalam

Berita Desa, tetapi juga pengakuan langsung dari masyarakat.

Pola pembahasan Rancangan peraturan Desa berbasis partisiapsi masyarakat

dapat digambarkan pada bagan berikut:

Gambar 1.3

Pola Pembahasan Rancagan Perdes berbasis partisipasi publik

Page 34: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Sumber: Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO)

Setiap warga desa berhak menyampaikan pendapat, masukan, saran lisan

maupun tertulis, untuk disampaikan dan dibahas dalam musyawarah Desa. Warga

bisa menitipkan, saran dan masukan itu melalui wakil- wakilnya. Masyarakat Desa

yang bisa menghadiri musyawarah Desa adaalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh

masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, nelayan, perajin,

perempuan, pemerhati dan perlindungan anak, dan kelompok masyarakat miskin.

Menginggat pentingnya peran Musdes dalam penyusunan Perdes isu- isu

strategis, maka mekanisme penyampaian aspirasi masyarakat perlu dijabarkan lebih

jauh agar memenuhi sejumlah kaedah, misalnya; (1)masyarakat sudah

mendapatkan informasi yang cukup mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa;

(2) setiap warga telah mendapatkan perlakuan yang sama dan adil baik untuk tampil

mewakili unsur- unsur masyarakat maupun untuk menyampaikan aspirasinya

Rancangan Perdes

1. Identifikasi Masalah

2. identifikasi landasan Hukum

3. Penulisan Ranperdes

4. Konsultasi Publik

5. Pembahasan/

Revisi

6. Sosialisasi

Page 35: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

melalui para wakil terpilih; (3) setiap warga terbebas dari Intimidasi dan tekanan

dalam menyampaikan pendapat, baik sebelum proses maupun selama dan setelah

proses musyawarah desa berlangsung.

C. Pembangunan Desa

1. Perencanaan Pembangunan Desa

Pasal 79 UU Desa menyebutkan bahwa Pemerintah Desa menyusun

perencanaan pembangunan Desa sesuai dengan kewenangan dengan mengacu pada

perencanaan pembangunan Kabupaten./ Kota. Perencanaan desa dilaksanakan

dengan menyusun dokumen:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam)

tahun; dan

b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja

Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Undang- undang Desa ini memiliki dua pendekatan, yaitu ‘Desa membangun’

dan ‘membangun Desa’. Penjelasan UU Desa menyebutkan bahwa kedua

pendekatan ini diintergrasikan dalam perencanaan Pembangunan Desa. Sebagai

konsekuensinya, Desa menyusun perencanaan pembangunan merupakan satu-

satunya dokumen perencanaan di Desa dan sebagai dasar penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa, Perencanaan pembangunan Desa diselenggarakan

dengan mengikutsertakan masyarakat Desa melalui Musyawarah perencanaan

Pembangunan Desa,

Page 36: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

2. Pelaksanaan pembangunan Desa

Pasal 81 UU Desa menyatakan bahwa pembangunan Desa di laksanakan sesuai

dengan rencana Kerja Pemerintah Desa dan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa

dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan semangat gotong royong serta

memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam Desa. Pada ayat (4) pasal 81

ini ditegaskan bahwa pemmbangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh

Desa. Sedangkan pelaksanakan program sektoral yang masuk ke desa

diinformasikan kepada Pemerintah desa untuk diintegrasikan dengan Pembangunan

Desa.

Pelaksanaan pembangunan desa mencantumkan secara eksplisit terkait dengan

modal sosial desa, yaitu’ gotong royong’ dan ‘kearifan lokal’, termaktub dalam

pasal 81 ayat (2) dan ayat (3). Namun, bagian penjelasan dari pasal ini tidak

mengatur lebih lanjut apa yang dimaksud dengan gotong royong dan kearifan lokal,

Kondisi ini perlu dipeertimbangkan dalam penyusunan aturan pelaksanaannya agar

kedua modal sosial ini diuraikan secara jelas, sehangga bisa diimplementasikan

dengan baik.

3. Pemantauan dan Pengawasan pembangunan Desa

Pasal 82 UU Desa menyatakan secara tegas hak masyarakat untuk

mendapatkan infromasi dan terlibat aktif mengawasi pelaksanaan pembangunan

serta melaporkan hasil pemantaunan dan berbagai keluhan terhadap pelaksanaan

Pembangunan Desa kepada Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Pasal ini juga mengatur kewajiban menginformasikan perencanaan dan

pelaksanaan RPJM Desa, RKP Desa, dan APBDes kepada masyarakat Desa.

Page 37: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

1.6 Definisi Konsep

1.6.1 Community Governance

Community Governance didefinisikan sebagai proses tata kelompok

masyarakat untuk mengikutsertakan dalam pengambilan keputusan publik. Serta

Community Governance juga berhubungan dengan peran pemerintah di bidang

sosial, peran pemerintah dalam hubungan jejaring (networking) dan partisipasi

masyarakat (Amstrong dan Francis, 2002)

Community Governance tidak bisa dipisahkan dari modal sosial. Menurut

Hanifan (1916) modal sosial bukanlah modal dalam arti harta kekayaan atau uang,

tetapi lebih mengandung artis implisit. Modal sosial (Social capital) merupakan aset

nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat, termasuk kemauan baik, rasa

bersahabat, saling empati, hubungan sosial, kerjasama dan sebagainya.

1.6.2 Village Governance

Dalam tata kelola desa menurut AAGN Dwipayana dan Sutoro Eko (2003)

terdapat elemen masyarakat sipil, masyarakat sipil dapat dilihat melalui organisasi-

organisasi desa baik formal maupun informal yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat, modal sosial (norma, tradisi, jaringan sosial dan milai lokal lainya,)

gaya kepemimpinan serta mekanisme pengelolaan konflik. Organisasi lokal mncul

sebagai asosiasi bersama yang berbasiskan agama, okupasi, kegemaran atau

aktivitas tertentu seperti tradisi.

1.6.3 Local Content

Page 38: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Menurut Esteves dan Barclay (2013) local content adalah mengikutsertakan

stake holders lokal dalam arus pertumbuhan ekonomi nasional untu masuk di ruang

lingkup kota, kabupaten, desa, bahkan unit ekonomi terkecil milik masyarakat.

Kebijakan ini berdampak kepada partisipasi lokal untuk menyediakan pasokan

barang, jasa, dan tenaga kerja dalam kegiatan perekonomian.

1.7. Definisi Operasional

1.7.1 Community Governance

Tata Kelola Komunitas (Community Governance) tata kelola komunitas untuk

mengikutsertakan masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik. Untuk itu dalam

tata kelola komunitas Sidang Syuro yang ada di jumo adalah pengaruh sidang Syuro

dalam pembuatan kebijakan pemerintah desa. oleh karena itu, pasti ada partisipasi

masyarakat melalui sidang Syuro yang berhubungan dengan pembuatan kebijakan

publik, serta akan memunculkan hubungan jejaring (networking) antara forum

Sidang Syuro dan element Pemerintah Desa.

Forum Sidang Syuro merupakan sarana penguat modal sosial yang ada di desa

Jumo. Modal sosial terbentuk karena hubungan sosial antara masyarakat yang akan

memunculkan kegiatan kolektif. Dalam hal ini modal sosial di Desa Jumo terbentuk

karena kepercayaan yang dilatarbelakangi oleh jaringan tetangga “neighbourhood”

dengan wadah forum Sidang Syuro

1.7.2 Village Governance

Dalam tata kelola Desa masyarakat sipil dapat dilihat melalui organisasi-

organisasi desa baik formal maupun informal yang tumbuh dan berkembang dalam

Page 39: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

masyarakat. Sidang Syuro yang ada di Desa Jumo merupakan forum Masyarakat

Sipil yang bertujuan mewadahi kepentingan masyarakat di tingkat dusun untuk

mengakomodir kepentingan ke Pemangku Kebijakan yang pasti akan menciptakan

upaya partisipasi masyarakat desa Jumo.

1.7.3 Local Content

Partisipasi masyarakat dusun di desa Jumo melalui forum Sidang Syuro pada

akhirnya akan diikutsertakan dalam pembangunan desa karena hubungan antara

Pemerintah Desa Jumo dan forum Sidang Syuro, beberapa Aspirasi dari masyarakat

dan Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan akan berdampak ke dalam

kondisi ekonomi masyarakat desa yang nantinya akan menguatkan modal sosial

masyarakat desa.

1.8 Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian merupakan bagian dari ilmu Pengetahuan yang

mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran. Metodologi juga dapat

didefinisikan sebagai model yang mengandung prinsip- prinsip teoritis dan

kerangka paradigma tertentu. Dengan kata lain metodologi merupakan

penerjemahan prinsip- prinsip dalam paradigman tertentu dalam bahasa penelitian

dan menunjukan bagaimana dunia dapat dijelaskan, ditangani, dan dipelajari

(Manzilati, 2017). Dalam dunia pendidikan metode penelitian yang terkenal terbagi

menjadi dua penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitian pada skripsi

ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian ini lebih

menekankan pada makna dan proses daripada hasil suatu fenomena.

Page 40: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

1.8.1 Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk

mengungkapkan suatu masalah atau keadaan tertentu sebagaimana adanya sehingga

dapat memberikan gambaran secara tepat tentang keadaan sebenarnya tentang

objek yang diteliti dalam rangka memecahkan masalah tertentu secara spesifik.

Penulis melakukan penelitan deskriptif kualitatif dengan maskud melakukan

penggambaran mengenai situwasi- situasi dan kejadian- kejadian (Suryabrata,

1985).

Jenis penelitian metode Kualitati deskriptif ini dilatar-belakangi oleh pemikiran

rasional dan menekankan pada objektivitas. Tujuan penelitian metode kualitatif

adalah untuk mengeksplor fenomena-fenomena di masyarakat yang tidak dapat

dikuantitatifkan. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang

mengungkap suatu situasi social tertentu dengan cara mendiskripsikan kenyataan

secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasar teknik pengumpulan dan analisa data

yang relevan dan diperoleh dari situasi ilmiah. (Satori dan Komarimah, 2009)

1.8.2 Tempat Penelitian

Tempat dalam penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan lokasi dimana Sumber

data didapatkan. Tempat penelitian dalam penyusunan penelitian tentang Sidang

Page 41: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

Syuro sebagai Community Governance secara garis besar dilaksanakan di Desa

Jumo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

1.8.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan informan atau narasumber yang akan dimintai

keterangan mengenai praktik Community Governance melalui Sidang Syuro di

desa Jumo Kabupaten Temanggung.

1.8.4 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari frasa- frasa informan dan bahan-bahan

tertulis yang bersumber dari buku-buku, laporan, komentar, dokumen-dokumen,

jurnal, literature, serta analisis maupun laporan yang dikemukakan oleh para ahli

yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun sumber data yang membantu

penelitian berupa:

1.8.4.1 Data Primer

Menurut Sugiyono (2009) Sumber Primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Data primer di dapat dari sumber

informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan

oleh peneliti. Data primer ini antara lain;

A. Catatan hasil wawancara.

B. Hasil observasi lapangan.

C. Data-data mengenai informan

Page 42: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

1.8.4.2 Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2009) Sumber Sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data ini digunakan untuk

mendukung informasi primer yang telah diperoleh contoh dari Sumber data

sekunder yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain

sebagainya.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisikan interviwe sebagai berikut. “a meeting of two

persons to exchange information and idea through questions and responses,

resulting in communication and joint construction of meaning about a particular

topic”. Wawamcara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam topik tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih

mendalam. Berikut informan yang akan menunjang penelitian ini :

1. Kepala Desa Jumo

Kabupaten

Temanggung

Page 43: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

2. Kepala Dusun di

masing masing

Dusun di wilayah

Desa Jumo

3. Tokoh Masyarkat

Desa Jumo

4. Masyarakat Desa

Jumo pada

umumnya

2. Studi Pustaka

Studi pustaka diperlukan untuk memperoleh data mengenai teoritis

permasalahan. Studi pustaka digunakan untuk melengkapi dari hasil wawancara

supaya ada sinkronisasi antara teori dan praktek dalam masyarakat. Dalam

penelitian ini, studi pustaka yang diperlukan adalah buku-buku, jurnal, serta

penelitian dahulu.

1.8.6 Analisis data dan Interpretasi data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan studi pustaka, sehingga

mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain

(Sugiyono, 2009). Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematid data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan sumber

lainnya. Dan berikut merupakan tahapan analisis data :

Page 44: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

1. Data reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data

akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal- hal

yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari polanya. Dengan

demikiran data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencari bila diperlukan (Sugiyono, 2009).

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitati adalah pada temuan.

2. Data display (penyajian data)

Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya dalah penyajian data. Penyajian

data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

bagan dan sejenisnya. (Sugiyono, 2009)

Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Conclusion (kesimpulan)

Hal yang terakhir dilakukan oleh peneliti adalah mencari kesimpulan.

Kesimpulan data dalam model penelitian kualitatif merupakan temuan yang

ditemukan dilapangan. Kesimpulan dilakukan dengan menghubungkan antara

Page 45: BAB I PENDAHULUANeprints.undip.ac.id/70336/2/BAB_I.pdfkapital, hubungan masyarakat dan negara ... ( atau simbolik) dari masyarakat , dan sebagai ... karena Sidang Syuro Lebih diartikan

konfigurasi data- data yang ditemukan dilapangan dengan proposisi,alur sebab-

akibat, dan pola hubungan lainnya. Kesimpulan final ditentukan dengan penemuan

data yang saling berhubungan