BAB I gizi kurang

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007). . Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah gizi kurang, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Di dunia, penyebab kematian utama pada bayi di bawah 5 tahun adalah pneumonia (18%), diare (15%), komplikasi akibat kelahiran prematur (12 %) dan

description

faktor risiko gizi kurang

Transcript of BAB I gizi kurang

Page 1: BAB I gizi kurang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber

daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang

tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Apabila

gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam

pembangunan nasional (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007). .

Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan

masalah gizi kurang, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya

mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta

perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat (Profil Kesehatan Indonesia,

2013).

Di dunia, penyebab kematian utama pada bayi di bawah 5 tahun adalah

pneumonia (18%), diare (15%), komplikasi akibat kelahiran prematur (12 %) dan

asfikisia saat lahir (9 %). Gizi kurang adalah penyebab utama lebih dari setengah

kematian bayi di bawah 5 tahun (Stalin P, Bazroy J, dkk, 2013).

Afrika tenggara, Asia Pasifik, Afrika Utara dan Asia Timur memiliki

sejumlah besar anak-anak dengan gizi kurang. Di antara daerah tersebut, wilayah

dengan populasi terbanyak anak-anak dengan gizi kurang adalah Ethiopia,

Indonesia, Nigeria dan China (Sarbib JL, 2006).

Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asean, Indonesia berada pada

urutan ke-4 setelah Timor Leste, Kamboja, dan Myanmar untuk persentase balita

dengan gizi kurang yaitu sebesar 28%. (The State od The World’s Children,

2007).

Page 2: BAB I gizi kurang

Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-gizi

kurang antara 20,0-29,0 %, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ≥30 %

(WHO, 2010). Secara nasional, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita

tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen

gizi kurang. Angka tersebut menunjukkan bahwa masalah gizi buruk-gizi kurang

di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena mendekati

prevalensi tinggi (Riskesdas, 2013).

Kesepakatan global berupa Millenium Development Goals (MDGS)

menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan

kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Untuk Indonesia, indikator yang

digunakan adalah presentase anak berusia di bawah 5 tahun (balita) yang

mengalami gizi kurang (moderate underweight). (Profil Kesehatan Indonesia,

2013). Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5 persen maka

prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1

persen dalam periode 2013 sampai 2015. (Bappenas, 2012).

Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk-

gizi kurang di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2 persen

sampai dengan 33,1 persen. Kalimantan Barat termasuk di dalamnya dan berada

pada urutan ke 18 dari 19 provinsi (Riskesdas, 2013).

Status gizi anak balita juga dilihat berdasarkan BB/TB. Masalah kesehatan

masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10%-14%, dan

dianggap kritis bila ≥15,0 persen (WHO 2010). Sedangkan di Indonesia,

prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1 persen, yang artinya masalah kurus

di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius

(Riskesdas, 2013).

Terdapat 17 provinsi dimana prevalensi kurus diatas angka nasional, dengan

urutan dari prevalensi tertinggi sampai terendah. Kalimantan Barat termasuk di

dalamnya menempati urutan pertama dan termasuk dalam 4 provinsi kategori

kritis, selain Maluku, Aceh dan Riau (Riskesdas, 2013).

Page 3: BAB I gizi kurang

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal tahun 2015 menunjukan bahwa

angka balita dengan gizi kurang masih cukup tinggi di UPTD Puskesmas

Kecamatan Pontianak Barat. Dari bulan Maret sampai Mei 2015 didapatkan

sekitar 10% balita dengan gizi kurang di Posyandu Kayu Manis. Seperti yang

disebutkan di atas, bahwa masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius

bila prevalensi kurus antara 10%-14%. (Profil Puskesmas, 2014).

Dari latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Faktor Risiko Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Ditinjau dari Pola

Makan, Pengetahuan Ibu, Infeksi, Pekerjaan Ibu, Status Ekonomi, dan Pola Asuh

Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat tahun

2014.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah pola makan adalah faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat?

1.2.2. Apakah pengetahuan ibu adalah faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita

di wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat?

1.2.3. Apakah infeksi adalah faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat?

1.2.4. Apakah pekerjaan ibu adalah faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat?

1.2.5. Apakah status ekonomi adalah faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat?

1.2.6. Apakah pola asuh ibu adalah faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat?

Page 4: BAB I gizi kurang

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor risiko pola makan terhadap kejadian gizi kurang

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat

tahun 2014.

b. Untuk mengetahui faktor risiko pengetahuan ibu terhadap kejadian gizi

kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak

Barat tahun 2014.

c. Untuk mengetahui faktor risiko infeksi terhadap kejadian gizi kurang pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat tahun

2014.

d. Untuk mengetahui faktor risiko pekerjaan ibu terhadap kejadian gizi kurang

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat

tahun 2014.

e. Untuk mengetahui faktor risiko status ekonomi terhadap kejadian gizi kurang

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat

tahun 2014.

f. Untuk mengetahui faktor risiko pola asuh ibu terhadap kejadian gizi kurang

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perum 1 Kecamatan Pontianak Barat

tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi

Dinas Kesehatan Prov. Kalimantan Barat khususnya bagi Puskesmas Kecamatan

Page 5: BAB I gizi kurang

Pontianak Barat serta pihak lain dalam menekan dan menangani kasus gizi kurang

pada balita.

1.4.2. Bagi Akademik

Hasil Penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan

menjadi salah satu sumber informasi bagi peneliti berikutnya.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Menjadi informasi untuk masyarakat mengenai faktor risiko kejadian gizi

kurang pada balita.

1.4.4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan dan pengalaman

peneliti dalam membuat suatu penelitian terutama yang berkaitan dengan Ilmu

Kesehatan Masyarakat.