BAB I Getah Bening
-
Upload
delina-damanik -
Category
Documents
-
view
83 -
download
4
Transcript of BAB I Getah Bening
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada manusia selain peredaran darah, terdapat juga peredaran limfe atau peredaran
getah bening. Peredaran getah bening merupakan peredaran terbuka, yaitu dimulai dari dalam
jaringan dan berakhir pada pembuluh balik bawah selangka (vena sub klavia).
Limfa merupakan limfoid terbesar pada tubuh manusia yang letaknya berada di antara
diagframa dan lambung yang berwarna ungu tua . limfa merupakan kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan cairan tubuh dan berhubungan erat dengan sistem transportasi
serta berfungsi manghancurkan sel-sel darah merah yang sudah tua atau mati.
Cairan ini berasal dari darah yang keluar melalui dinding kapiler lalu masuk ke ruang
antarsel, dan kemudian masuk ke pembuluh halus yang disebut pembuluh getah bening
(limfe). Dari pembuluh limfe kecil, kemudian berkumpul pada pembuluh getah bening yang
besar, dan yang terakhir masuk ke vena sub klavia.
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan
limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah..
yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian
dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan
dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi Susunan limfe : Mirip plasma, kadar protein lebih
kecil, penambahan oleh kelenjar limfe menjadikan kadar limfosit tinggi Komponen sistem
yang lain : saluran limfe dan kelenjar limfe (nodus limfe) Bersama organ limpa, hati dan
sumsum tulang membentuk Retikulo-Endotelial Sistem (RES).
Seperti aliran darah pada vena, aliran getah bening disebabkan oleh tekanan otot
rangka yang terdapat di sekitar pembuluh getah bening. Dan untuk menjaga agar aliran getah
bening dapat lancar, disepanjang pembuluh terdapat katup.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian dari Getah Bening ?
2. Bagaimana Cara Pemeriksaan pada Getah Bening ?
3. Bagaimana jenis Kelainannya dan Terapinya ?
4. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi dari Kelenjar Getah Bening ?
5. Bagaimana Etiologi pada Kelenjar Getah Bening ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memahami pengertian dari Getah Bening
2. Untuk Memahami Anatomi dan Fisiologi dari Kelenjar Getah Bening
3. Untuk mengetahui dan memahami cara pengobatan Kelenjar Getah Bening
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Limfa merupakan limfoid terbesar pada tubuh manusia yang letaknya berada di antara
diagframa dan lambung yang berwarna ungu tua . limfa merupakan kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan cairan tubuh dan berhubungan erat dengan sistem transportasi
serta berfungsi manghancurkan sel-sel darah merah yang sudah tua atau mati. Sistem limfa
berkaitan erat dengan sistem peredaran darah. Sistem limfa terdiri dari cairan limfa,
pembuluh limfa, dan kelenjar limfa.
Cairan limfa mengandung sel-sel darah putih yang berfungsi mematikan kuman
penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Cairan ini keluar dari pembuluh darah dan mengisi
ruang antarsel sehingga membasahi seluruh jaringan tubuh. Pembuluh limfa mempunyai
banyak katup dan terdapat pada semua jaringan tubuh, kecuali pada sistem saraf pusat.
Pembuluh limfa dibedakan menjadi dua macam yaitu pembuluh limfa kanan dan
pembuluh limfa kiri. Pembuluh limfa kanan berfungsi menampung cairan limfa yang berasal
dari daerah kepala, leher bagian kanan, dada kanan, dan lengan kanan. Pembuluh ini
bermuara pada vena yang berada di bawah selangka kanan. Pembuluh limfa kiri berfungsi
menampung getah bening yang berasal dari daerah kepala, leher kiri, dada kiri, dan lengan
kiri serta tubuh bagian bawah. Pembuluh ini bermuara pada vena di bawah selangka kiri.
Kelenjar limfa berfungsi untuk menghasilkan sel darah putih dan menjaga agar tidak
terjadi infeksi lebih lanjut. Kelenjar limfa terdapat di sepanjang pembuluh limfa, terutama
terdapat pada pangkal paha, ketiak, dan leher. Alat tubuh yang mempunyai fungsi yang sama
dengan kelenjar limfa yaitu limpa dan tonsil. Limpa merupakan sebuah kelenjar yang terletak
di belakang lambung dan berwarna ungu.
2.2 Jenis Kelainan
Pembesaran kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi lokal atau umum
(generalized). Pembesaran kelenjar getah bening umum didefinisikan sebagai pembesaran
kelenjar getah bening pada dua atau lebih daerah. Daerah-daerah terdapatnya kelenjar getah
3
bening adalah : Penyebab yang paling sering adalah Infeksi. Hasil dari proses infeksi dan
infeksi yang biasanya terjadi adalah infeksi oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas
(rinovirus, virus parainfluenza, influenza, respiratory syncytial virus (RSV), coronavirus,
adenovirus atau reovirus). Virus lainnya virus ebstein barr, cytomegalovirus, rubela, rubeola,
virus varicella-zooster, herpes simpleks virus, coxsackievirus, human immunodeficiency
virus. Bakteri pada peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta
hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan
caries dentis (gigi berlubang) dan penyakit gusi. Difteri, Hemofilus influenza tipe b jarang
menyebabkan hal ini. Bartonella henselae, mikrobakterium atipik dan tuberkulosis dan
toksoplasma.
Keganasan seperti leukimia, neuroblastoma, rhabdomyosarkoma dan limfoma juga
dapat menyebabkan limfadenopati. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah
limfadenopati adalah kawasaki, penyakit kolagen, lupus. Obat-obatan juga menyebabkan
limfadenopati umum. Limfadenopati daerah leher perah dilaporkan setelah imunisasi
(DPT,polio atau tifoid).
Masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran kelenjar
getah bening saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran kelenjar
getah bening.
Kanker Getah Bening
Klasifikasi dan Gejala-Gejala Kanker Getah Bening
1. Hodgkin's — Merupakan jenis limfoma yang ditandai dengan pembesaran kelenjar
getah bening dan limpa tanpa disertai rasa sakit. Kanker ini sangat progresif pada
beberapa jaringan limfoid dan pertumbuhan abnormal sel terjadi secara cepat. Faktor
resiko terkena kanker getah bening jenis Hodgkin's:
Pria atau wanita usia 15-38 tahun dan usia di atas 50 tahun.
Mempunyai kelainan dalam fungsi sistem kekebalan seluler tubuh (sel-T)
meskipun produksi antibodi normal.
Dan berikut adalah gejala-gejala terkena kanker getah bening jenis Hodgkin's:
Pembengkakan menyeluruh kelenjar getah bening di sekujur tubuh: Leher, ketiak,
dan lipat paha (tidak terasa nyeri).
Demam, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, dan berat badan turun.
4
Pada beberapa orang, kadang-kadang menyerang dada yang menyebabkan
gangguan pernafasan.
Semakin berkembang, sel-sel abnormal akan menyebar ke kelenjar getah
bening di sekitarnya dan mulai menyerang struktur lain termasuk paru-paru, hati, dan
organ-organ abdominal.
1. Non-Hodgkin — Merupakan kanker ganas yang berasal dari limfonodus dan jaringan
limfa lainnya. Gejala-gejala kanker getah bening jenis Non-Hodgkin:
Pembesaran kelenjar getah bening.
Pembesaran tonsil dan kelenjar adenoid, limfonodus di leher dan sekitarnya
menjadi kemerahan.
Limfoma yang berkembang menunjukkan gejala demam, berkeringat pada malam
hari, lelah, dan berat badan menurun.
Limfoma jenis ini lebih sering terjadi pada pria terutama pada usia di atas 50 tahun.
Semakin tua usia seseorang semakin tinggi resiko terkena limfoma
2.3 Ciri-ciri Limfa (Getah Bening)
Ada beberapa perbedaan yang cukup spesifik antara limfa dengan darah, antara lain
sebagai berikut :
1. sistem limfa berasal darah yang keluar dari pembuluh darah.
2. cairan limfa berwarna kuning keputih-putihan menyerupai susu.
Cairan ini disebabkan karena adanya kandungan lemak yang berasal dari usus. Hal
ini sangat berbeda dengan darah yang pada dasarnya berwarna merah karena
adanya hemoglobin pemberi pigmen merah pada darah.
3. Limfa hanya tersusun oleh satu sel yang disebut limfosit. Hal ini membedakan
limfa dengan darah, sebab darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Limfosit dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
a. Limfosit B
yaitu limfosit yang berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh
menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.
b. Limfosit T
5
yaitu limfosit yang terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke
dalam kelenjar thymus dan mengalami pembelahan serta pematangan. Di
dalam kelenjar thymus inilah limfosit T berusaha membedakan benda asing
dan bukan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Limfosit T yang sudah
matang atau dewasa akan meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam
pembuluh getah bening serta berfungsi menjadi bagian dari sistem
pengawasan kekebalan tubuh.
c. Sel-sel pemusnah Alami
Sel-sel limfosit ini mempunyai ukuran yang agak lebih besar di bandingkan
dengan limfosit B dan Limfosit T. Sel-sel ini dapat memusnakan mikroba dan
sel-sel kanker tertentu secara alami. Sel-sel ini akan selalu siap mematikan
sejumlah mikroba berbahaya secara langsung setelah sel-sel ini terbentuk
tanpa menalami proses pematangan seperti limfosit B dan Limfosit T.
4. Antibodi yang membentuk sistem kekebalan tubuh (imunitas) tubuh pada limfa di
bentuk oleh limfosit, sedangkan antibodi pada darah di bentuk oleh serum.
5. Kandungan protein yang terdapat pada cairan limfa jumlahnya lebih sedikit dari
pada kandungan protein yang terdapat pada plasma darah.
6. Cairan limfa mengandung lemak yang dihasilkan oleh usus sedangkan pada darah
yang sehat tidak terdapat lemak.
7. Limfa memiliki jumlah katup atau klep yang lebih banyak daripada pembuluh
darah kecuali pada bagian sistem saraf pusat.
8. Bagian ujung pembuluh limfa terbuka sedangkan bagian ujung pembuluh darah
tertutup.
9. Disepanjang pembuluh limfa terdapat kelenjar-kelnjar limfa (nodus) yang
berfungsi untuk menyaring atau mematikan kuman-kuman bibit penyakit yang
membahayakan kesehatan tubuh.
2.4 Fungsi Sistem Peredaran Getah Bening
Fungsi Sistem Peredaran Getah Bening, yaitu :
1. mengangkut cairan tubuh, cairan plasma, sel darah putih yang berada di luar
pembuluh darah dan protein dari jaringan tubuh ke dalam darah.
2. menghancurkan kuman dan bibit penyakit.
3. Menghasilkan antibodi sehingga berguna untuk sistem-sistem pertahanan tubuh.
6
4. Mengangkut emulsi lemak yang berasal dari usus ke dalam darah.
2.5 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Getah Bening
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal (limfadenopati
lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati
lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan
limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang
berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi
terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut:
Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher.
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai
(kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening
eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui
lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di
dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel.
Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubungkan simpai
dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh
darah dan syaraf.
Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang
juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui
hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus
cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen.
7
Skema kelenjar getah bening (KGB).
Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan
sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel
plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit
berperan terutama pada cell-mediated immunity.
Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks,
ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medula merupakan daerah yang
mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T.
Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa postnatal,
biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam germinal
centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol. Yang sebelumnya
dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang ditunjukan oleh Lukes dan Collins
(1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar
berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi immunoblas, diluar germinal center, dan
berkembang didalam sel plasma.
2.6 Cara- Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang apabila diperlukan.
a. Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat
penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.
Lokasi
8
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya
disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh
penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila
berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium,
Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.
Gejala penyerta
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi
saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan
mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas
penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit
kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian
obat-obatan atau produk darah.
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil
sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah
atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus;
dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri
anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus,
Epstein Barr Virus atau HIV.
Riwayat pemakaian obat
Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-
obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,
atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,
pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya
seluruh tubuh (limfadenopati generalisata).
Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan
infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberkulosis turut
membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan,
misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit
Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.
9
b. Pemeriksaan Fisik
KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar getah bening harus
diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
Ukuran : normal bila diameter <1cm (pada epitroclear >0,5cm dan lipat paha
>1,5cm dikatakan abnormal)
Nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan
Konsistensi : keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti
karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi;
fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan
Penempelan/bergerombol : beberapa KGB yang menempel dan bergerak
bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis, keganasan.
Pembesaran KGB leher bagian posterior (belakang) terdapat pada infeksi rubela dan
mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko
keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior. Pembesaran KGB
leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi virus.
Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran
KGB generalisata.
c. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya
kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk
mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai
sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm
atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula
pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan
sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.
10
d. Evaluasi laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal,
urinalisis.
Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 (enam) jenis pemeriksaan; yaitu
1) Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)
Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL,
wanita hamil 10-15 gram/dL
Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17
gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi
besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat,
hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet
vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam
asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya
adalah Hb < 5 gram/dL.
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung,
COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare,
eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi
yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
2) Hematokrit (Ht)
Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%.
Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma
darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali
hemoglobin.
Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang
menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar,
11
dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya
adalah Ht >60%.
Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal
jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi.
Ambang bahaya adalah Ht <15%.
3) Leukosit { hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential
count) }
Leukosit (Hitung Total)
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3.
Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-
18000 sel/mm3, Anak 10 tahun 4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata
6000-17000 sel/mm3, postpartum 9700-25700 sel/mm3.
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri,
virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
leukositosis, yaitu:
1) Anemia hemolitik
2) Sirosis hati dengan nekrosis
3) Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
4) Keracunan berbagai macam zat
5) Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin,
streptomisin, dan sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh
agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat,
infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan
postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi,
12
sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi
leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Leukosit (Hitung Jenis)
Nilai normal hitung jenis, yaitu :
1) Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)
2) Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
3) Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
4) Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
5) Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)
6) Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali
untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif
dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift
to the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan
infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat
menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-
penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan
merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif
dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai
shift to the right biasanya merupakan infeksi virus. Kondisi
noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara lain
keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
13
4) Hitung trombosit / platelet count
Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000
sel/mm3.
Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam
berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai
ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit
keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit
imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung.
Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000
sel/mm3.
5) Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)
Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam
pertama.
Nilai normal lansia pria <20 mm/jam pertama, wanita <30-40 mm/jam
pertama.
Nilai normal wanita hamil 18-70 mm/jam pertama.
Nilai normal anak <10 mm/jam pertama.
LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi,
penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit
keganasan.
LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis.
6) Hitung eritrosit (di beberapa instansi)
Nilai normal dewasa wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3, pria 4.5-6.2 juta
sel/mm3.
14
Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.
Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare,
luka bakar, perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia,
anemiasickle cell.
Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia,
kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma
multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol,
metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)
e. Rontgen foto toraks, CTscan toraks, abdomen, dan pelvis.
f. Biopsi sumsum tulang
g. Laparotomi dengan splenektomi untuk menentukan stadium
2.7 Etiologi
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah : Infeksi
Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti
Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV),
Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola,
Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah.
Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam
sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada
sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak.
Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup
A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan
penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.
2.8 Pengobatan
15
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus
dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain observasi.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik
dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
Terapi
Pengobatan inti Limfoma Non Hodgkin (LNH) saat ini meliputi kemoterapi, terapi
antibodi monoklonal, radiasi, terapi biologik dan cangkok sum-sum tulang. Penentuan jenis
terapi yang diambil amat bergantung kondisi individual pasien dan bergantung pada 3 faktor
utama :
1. Stadium
2. Ukuran
3. Derajat keganasan
Pada limfoma hodgkin maupun limfoma non-hodgkin diterapi dengan obat yang
disebut kemoterapi. Kemoterapi biasanya menggunakan lebih dari 1 jenis obat (obat
kombinasi), dan kadang diperlukan terapi dengan penyinaran (radioterapi).
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Getah Bening
Sistem getah bening berkaitan erat dengan sistem peredaran darah. Sistem getah
bening terdiri dari cairan getah bening, pembuluh getah bening, dan kelenjar getah
bening. Getah bening merupakan cairan yang terdapat dalam pembuluh getah bening
dari sistem limfatik yang terdiri dari air, protein plasma dan sel darah. Kelenjar getah
bening adalah organ kecil, seukuran kacang, yang terletak di seluruh tubuh, dengan
konsentrasi di leher, pangkal paha, dan ketiak. Kelenjar getah bening berfungsi untuk
menghasilkan sel darah putih dan menjaga agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut.
Kelainan pada getah bening salah satunya adalah limfoma yaitu kanker yang
tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal.
Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam
tubuh, termasuk kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang, darah ataupun organ lain.
Kanker sistem limfotik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu limfoma hodgkin dan
limfoma non-hodgkin (NHL). Keduanya meupakan kanker kelenjar getah bening atau
limfoma yaitu sekelompok penyakit keganasan yang berkaitan dan mengenai sistem
limfatik yakni bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang membentuk pertahanan
alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker.
Cara pemeriksaan kelainan getah bening yaitu dengan mencatat ada tidaknya nyeri
tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, ada tidaknya fluktuasi, konsistensi keras atau kenyal. Kemudian pasien
akan diminta menjalankan tes darah dan prosedur diagnostik sebagai berikut :
17
Pemeriksaan Fisik, yaitu dengan memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening
di leher, ketiak dan selangkangan serta memeriksa limpa dan hati untuk memastikan
ada tidaknya pembengkakan.
Tes darah, yaitu dengan melakukan pemeriksaan darah lengkap di laboratorium
untuk memeriksa jumlah sel-sel darah dan zat-zat lain, seperti Lactate
dehydrogenase (LDH). Limfoma menyebabkan tingkat LDH yang tinggi.
Sinar X untuk dada, yaitu dengan radiasi sinar X untuk memeriksa kelenjar getah
bening yang bengkak atau tanda-tanda penyakit lain di dada.
Biopsi: yaitu dengan pengambil jaringan untuk mencari sel-sel limfoma. Biopsi
adalah satu-satunya cara terbaik untuk mendiagnosis limfoma. Dokter bisa
mengangkat seluruh kelenjar getah bening (biopsi eksisi) atau hanya sebagian
kelenjar getah bening (biopsi insisional).
Pilihan terapi Limfoma Hodgkin diantaranya adalah :
Radiasi, diberikan hanya pada daerah tubuh tertentu saja bersamaan dengan
kemoterapi. Jika setelah diradiasi kanker kembali kambuh maka diperlukan
kemoterapi untuk mengatasinya;
Kemoterapi, dilakukan jika kanker sudah menyebar dan melibatkan kelenjar getah
bening yang lain atau organ lain;
Transplantasi Sumsum Tulang, dilakukan jika penyakit kembali kambuh setelah
remisi dicapai dengan kemoterapi inisial, maka kemoterapi dosis tinggi dan
transplantasi sumsum tulang atau sel induk perifer autologus (dari diri sendiri)
dapat membantu memperpanjang masa remisi penyakit.
Sedangkan pilhan terapi Limfoma non Hodgkin yaitu:
Kemoterapi, diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan sedang-tinggi dan
pada stadium lanjut;
Radiasi, diberikan untuk membunuh sel kanker dan mengecilkan ukuran tumor.
Terapi radiasi umumnya diberikan untuk limfoma derajat rendah dengan stadium
awal;
Transplantasi sel induk, umumnya digunakan untuk limfoma derajat sedang-tinggi
yang kambuh setelah terapi awal pernah berhasil;
Observasi; jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka dokter mungkin
akan memutuskan untuk observasi saja;
Terapi biologi; serta Radioimunoterapi.
18
Sehingga baik limfoma hodgkin maupun limfoma non-hodgkin diterapi dengan
kemoterapi. Kemoterapi biasanya menggunakan lebih dari 1 jenis obat (obat
kombinasi), dan kadang diperlukan terapi dengan penyinaran (radioterapi). Infeksi virus
seperti HIV, EBV, dan hepatitis merupakan faktor risiko yang dapat dihindari dengan
sering mencuci tangan, mempraktekkan seks yang aman , dan dengan tidak berbagi
jarum, pisau cukur, sikat gigi, dan barang-barang pribadi yang serupa yang mungkin
terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi atau cairan.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selain peredaran darah, pada manusia terdapat juga peredaran limfe atau peredaran
getah bening. Peredaran getah bening merupakan peredaran terbuka, yaitu dimulai dari dalam
jaringan dan berakhir pada pembuluh balik bawah selangka (vena sub klavia). Limfa
merupakan limfoid terbesar pada tubuh manusia yang letaknya berada di antara diagframa
dan lambung yang berwarna ungu tua . limfa merupakan kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan cairan tubuh dan berhubungan erat dengan sistem transportasi serta
berfungsi manghancurkan sel-sel darah merah yang sudah tua atau mati. Sistem limfa
berkaitan erat dengan sistem peredaran darah. Sistem limfa terdiri dari cairan limfa,
pembuluh limfa, dan kelenjar limfa.
Pemeriksaan limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang apabila diperlukan.
Pada limfoma hodgkin maupun limfoma non-hodgkin diterapi dengan obat yang
disebut kemoterapi. Kemoterapi biasanya menggunakan lebih dari 1 jenis obat (obat
kombinasi), dan kadang diperlukan terapi dengan penyinaran (radioterapi).
20