BAB I Geo Lingkungan

download BAB I Geo Lingkungan

of 10

description

klhasanksdbfusjflkh izohcozxlkcnzxkjnczxczcnzkcbzxkczxjkczxjbcjzxcbbvuivhvbmn,mn ,vbvvvhvvhhvhvvhvhasoi

Transcript of BAB I Geo Lingkungan

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangPembangunan berkelanjutan telah ditetapkan sebagai landasan operasional pelaksanaan pembangunan, seperti tercantum dalam RPJP dan RPJM Nasional. Lebih dari itu, selain UUD 45, UU tentang Lingkungan Hidup, UU tentang Penataan Ruang serta UU Otonomi Daerah telah menegaskan arti pentingnya lingkungan hidup. Secara filosofis maupun fenomena real, pendekatan konsep keruangan sangat identik dengan fenomena lingkungan hidup yang dinamis dan sistemik. Fenomena ini menjadi dasar argumentasi perhatian pada lingkungan hidup dalam konstelasi pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah melalui implementasi UU Penataan Ruang. Oleh karena itu, setiap proses perumusan pembangunan sampai dengan pelaksanaannya - yang memerlukan alokasi kegiatan di suatu lokasi atau kawasan tertentu akan senantiasa mengandung kepentingan pelestarian lingkungan hidup. Dalam konteks mekanisme implementasi strategi pembangunan, perhatian pada lingkungan hidup ini seyogyanya ditempatkan sejak awal proses penetapan strategi sampai dengan pelaksanaannya. Sejumlah studi dan upaya untuk mengenalkan serta menerapkan kajian lingkungan hidup strategis telah dilakukan sejak 5 (lima) tahun terakhir atas inisiatif KLH, Bappenas, dan Depdagri. Orientasi kegiatan tidak saja menyangkut pembangunan regional dan pembangunan daerah tetapi juga pembangunan sektoral, serta pengujian konsep, kebijakan, metode, dan teknis analisis. Menyadari bahwa instrumen lingkungan hidup yang tersedia saat ini baru pada tingkat proyek (pelaksanaan AMDAL), maka masih dibutuhkan satu alat kaji pada tingkat strategis, setara dengan strategi pembangunan nasional maupun daerah. Bahkan dalam Peraturan Pemerintah tentang AMDAL dinyatakan bahwa salah satu instrumennya yaitu AMDAL Regional telah dihapuskan, sehingga sebuah format kajian mengenai lingkungan hidup pada aras strategis dalam konteks pembangunan semakin diperlukan. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau yang secara internasional dikenal sebagai Strategic Environmental Assessment (SEA), dalam satu dekade terakhir dapat dikatakan masih dalam tahap awal pengembangan di Indonesia. Yang dimaksud dengan tahap awal adalah bahwa KLHS baru dalam tahap penapisan (screening) dan pelingkupan (scoping) serta masih dalam bentuk kajian yang belum diimplementasikan secara riel. Dengan kata lain, KLHS belum menjadi bagian dari kebijakan pembangunan nasional. Namun dari pengalaman selama ini, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa KLHS sudah sampai pada taraf sangat dibutuhkan, dan perlu segera diterapkan secara riel serta diformalkan dalam konteks kebijakan nasional maupun daerah.Sebagai satu konsep yang baru tetapi sangat dibutuhkan maka sejumlah alternatif mekanismepenerapannya dalam konteks substansi, konstitusi, kelembagaan maupun pendekatan, metode, dan teknis pelaksanaannya telah dicoba untuk dirumuskan. Tentunya alternatif-alternatif ini perlu diujicoba pula, khususnya dalam konteks kebijakan penyelenggaraannya.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa yang menjadi Peranan Bappenas dalam pembangunan yang berkelanjutan ? Apa saja Tujuan dari Bappenas dalam pembangunan yang berkelanjutan ?

3. Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Geografi Lingkungan dan Sumber Daya, tapi juga bertujuan diantaranya untuk : Untuk memaparkan lebih jauh mengenai peranan Bappenas dalam pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mengetahui tujuan dari Bappenas dalam pembangunan yang berkelanjutan.

BAB IIPEMBAHASAN1. Peranan BAPPENASSejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas seluruh instansi pemerintah, termasuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang diberi tugas dalam perencanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan sesuai dengan penataan keruangan, untuk mengatasi permasalahan dan tantangan tersebut. Peran Bappenas sangat strategis, karena perencanaan merupakan pijakan awal untuk menentukan arah pembangunan nasional yang berkelanjutan dengan mengoptimalkan sumber daya dan melibatkan para pelaku pembangunan nasional. Untuk itu, Bappenas dituntut memiliki kemampuan untuk menjembatani kesenjangan dan menekan egoisme yang dapat menghambat pencapaian target dan tujuan pembangunan nasional sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Masyarakat Indonesia Adil dan Makmur. Peran dan tugas Bappenas di atas adalah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, terdapat 5 (lima) tujuan pelaksanaan sistem perencanaan pembangunan nasional, yaitu: a) untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antardaerah, antarruang, antarwaktu, dan antarfungsi pemerintah, serta antara pusat dan daerah; c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; d) mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan e) menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.Untuk mencapai kelima tujuan tersebut, maka Bappenas harus melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) secara optimal dan akuntabel. Mengacu pada landasan di atas, pelaksanaan tugas Bappenas mengerucut menjadi 4 (empat) peran yang saling terkait, yaitu peran sebagai (1) pengambil kebijakan/keputusan (policy maker), (2) koordinator, (3) think-tank, dan (4) administrator. Keempat peran tersebut dijabarkan ke dalam pelaksanaan berbagai kegiatan strategis. Sebagai pengambil kebijakan/keputusan, Bappenas menentukan kebijakan dan program dalam rencana pembangunan nasional baik jangka panjang (RPJP), menengah (RPJM) maupun tahunan (RKP). Untuk rencana kerja pemerintah (RKP) yang bersifat tahunan, disusun berikut perkiraan anggarannya, sedangkan perkiraan anggaran untuk RPJM dimulai sejak RPJM 2010-2014. Selain tugas perencanaan tersebut, Bappenas juga berperan dalam turut menentukan kebijakankebijakan penanganan permasalahan yang mendesak dan berskala besar, seperti penanganan pasca bencana alam dan perubahan iklim (climate change). Bappenas melakukan kajian/telaahan/ evaluasi kebijakan pembangunan baik sebagai masukan untuk penyusunan rencana pembangunan nasional maupun untuk perumusan kebijakan - kebijakan strategis lainnya. Sebagai koordinator, Bappenas antara lain melakukan berbagai kegiatan koordinatif dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) baik dalam rangka pelaksanaan tugas utama di bidang perencanaan maupun tugas tugas lainnya dari Presiden/Pemerintah seperti penanganan pasca bencana yang memerlukan koordinasi antar instansi pemerintah dan dengan lembaga lain.Selama periode 2004-2009, pelaksanaan keempat peran tersebut telah diupayakan secara optimal. Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan persoalan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan, antara lain belum sepenuhnya selaras antara rencana pembangunan (RPJPN, RPJM, RKP,) dengan pelaksanaannya baik di pusat maupun daerah. Terkait dengan munculnya berbagai masalah baru dan mendesak, seperti penanganan bencana alam, penanggulangan kemiskinan, penanganan terhadap dampak pemanasa global, dan antisipasi terhadap fluktuasi harga bahan bakar minyak, yang mempengaruhi beban subsidi pemerintah, Bappenas dituntut untuk antisipatif dan proaktif serta mampu mengembangkan sistem pendeteksian dini (early warning system) sehingga pencapaian tujuan pembangunan nasional tetap terjamin.Dalam pelaksanaan peran Bappenas, optimalisasi sumber daya manusia yang ada perlu terus ditingkatkan secara solid dan terintegrasi agar dapat meningkatkan kualitas hasil analisa, telaahan, dan kajian kebijakan pembangunan untuk membantu perumusan kebijakan pembangunan nasional yang tepat, terarah dan dapat dilaksanakan. Salah satu masalah strategis yang harus juga diselesaikan Bappenas adalah membangun dan mengintegrasikan sistem manajemen pembangunan yang selama ini melibatkan berbagai instansi, perguruan tinggi dan organisasi profesi, diatur dengan kebijakan atau peraturan yang belum terintegrasi dengan baik. Berdasarkan kondisi obyektif, kapasitas Bappenas sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional perlu diperkuat agar dapat memastikan berjalannya proses pembangunan nasional secara baik. Bappenas harus semakin mampu menjadi fasilitator dalam mengarahkan proses pembangunan secara efektif dan efisien dengan mempertimbangkan dinamika heterogenitas sumber daya, persepsi, dan kepentingan sektoral dan kedaerahan. Keberhasilan dalam memfasilitasi dan mempertemukan komitmen para pemangku kepentingan akan semakin meningkatkan kinerja institusi dan sekaligus memantapkan keberadaannya. Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, dan keterkaitan (interrelasi) antarbudaya dan negara, menuntut Bappenas untuk dapat melakukan evaluasi dan mengadaptasinya dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, dinamika perubahan lingkungan strategis berpengaruh terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan Bappenas. Berikut ini beberapa kondisi eksternal yang berpengaruh terhadap Bappenas.a. Peraturan Perundang-undanganb. Sumber Daya Manusia Perencanac. Desentralisasi dan Otonomi Daerahd. GlobalisasiDi samping faktor eksternal, juga terdapat beberapa faktor internal yang juga berpengaruh terhadap pelaksanaan peran Bappenas. Keberadaan sumber daya Bappenas yang meliputi sumber daya manusia (SDM), anggaran, sarana dan prasarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan menjadi faktor penentu keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas dan peran Bappenas dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis. Namun sumber daya tersebut harus dapat dimanfaatkan secara optimal agar pencapaian tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan visi, misi dan tujuannya. Beberapa masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya tersebut harus segera diatasi agar potensi-potensi yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu contoh adalah potensi sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan yang sangat memadai.Dengan SDM yang berpendidikan tinggi, Bappenas diharapkan dapat melaksanakan tugas-tugas lembaga dan unit kerjanya secara lebih baik. Di samping potensi-potensi positif dari SDM tersebut, Bappenas juga dihadapkan pada beberapa potensi permasalahan, yaitu:a) SDM tersebut belum sepenuhnya diarahkan kepada pencapaian tujuan dan sasaran organisasi;b) Pola pembinaan pegawai, sejak rekrutmen, mutasi, rotasi dan promosi hingga pensiun masih belum sepenuhnya berbasiskan pada kompetensi;c) Penerapan sistem merit dalam manajemen sumber daya manusia masih belum optimal, dan perlu terus ditingkatkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan pegawai.Selain masalah sumber daya manusia, permasalahan lainnya adalah pengelolaan anggaran yang belum sepenuhnya berbasis kinerja, sarana dan prasarana sebagai alat mobilitas dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan yang masih terbatas, pedoman kerja yang relatif masih terbatas, serta masalah kelembagaan (struktur organisasi) yang masih memerlukan penataan.Perubahan lingkungan strategis baik yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang telah diuraikan di atas akan berdampak kepada pelaksanaan peran Bappenas dalam periode 2010-2014. Berbagai permasalahan di atas, baik eksternal maupun internal merupakan tantangan yang harus di atasi Bappenas. Untuk itu, Bappenas menyusun Rencana Strategis Tahun 2010-2014, yang berisi visi, misi dan tujuan organisasi Bappenas pada periode 2010-2014 dan berbagai kebijakan, program dan kegiatan serta indikator kinerja utama (key performance indicators) dari lembaga hingga unit kerja eselon II. Salah satu solusi atau tindak lanjut strategis di internal Bappenas untuk mengatasi permasalahan dan tantangan tersebut adalah dengan membangun dan menerapkan manajemen kinerja, yang menghubungkan antara kinerja lembaga, unit kerja hingga kinerja individu secara terpadu dalam suatu sistem manajemen kinerja. Untuk kinerja lembaga dan unit kerja, sudah ada Renstra, Renja dan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP, walaupun perlu disempurnakan). Sedangkan kinerja pegawai masih menggunakan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang sulit digunakan untuk menilai kinerja pegawai secara akuntabel. Walaupun manajemen kinerja yang mengintegrasikan kinerja lembaga, unit kerja dan individu sangat diperlukan dan sejalan dengan kebijakan anggaran berbasis kinerja, namun secara nasional hingga saat ini belum ada kebijakan yang mendorong pengembangan manajemen kinerja tersebut. Dalam hal ini, Bappenas, berinisiatif untuk mengembangkan dan menerapkan manajemen kinerja seperti dimaksud di atas.Berdasarkan peranan Bappenas, Bappenas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional dituntut untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas terutama produk berupa rencana pembangunan nasional. Untuk itu, disusun visi dan misi Bappenas yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan pelaksanaan kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Dalam hal ini, yang disusun harus dikaitkan dengan RPJM 2010-2014 sehingga terlihat keterkaitan antara tujuan dan kegiatan Bappenas dengan keberhasilan pelaksanaan RPJM 2010-2014 dan RKP, yang menjadi tanggung jawab semua kementerian/lembaga atau Kabinet Indonesia Bersatu II. Keterkaitan tersebut menunjukkan bahwa tujuan dan kegiatan Bappenas harus diarahkan untuk dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dan RKP. Hal ini juga berlaku bagi kementerian/lembaga lainnya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.2. Tujuan BappenasUntuk mewujudkan peran Bappenas dalam pembangunan berkelanjutan maka ditetapkan 2 (dua) tujuan yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan sesuai dengan peta strategi, sebagai berikut:1. Terwujudnya rencana pembangunan nasional (RPJM dan RKP) yang berkelanjutan.2. Terlaksananya penugasan lainnya dari Presiden/Pemerintah dalam kaitan kebijakan pembangunan nasional.Tujuan Pertama adalah sesuai dengan tugas pokok Bappenas di bidang perencanaan pembangunan. Dalam hal ini, Bappenas diharapkan mampu menghasilkan rencana pembangunan nasional yang berkelanjutan sesuai penataan keruangan, baik berupa RPJM maupun RKP. Sedangkan Tujuan Kedua, terkait dengan tugas-tugas lain (penugasan khusus) yang diberikan Presiden atau Pemerintah kepada Bappenas, misalnya dalam hal penanganan masalah-masalah yang memerlukan penanganan lintas instansi dan lintas sektor/bidang dengan skala besar, misalnya koordinasi penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias; serta penilaian terhadap perkiraan kerusakan dan kerugian (damages and losses assessment) yang diakibatkan oleh bencana gempa bumi Sumatera Barat, sekaligus menilai kebutuhan (needs assessment) pemulihan pasca bencana; koordinasi penanganan perubahan iklim (climate change), dan sebagainya.

BAB IIIPENUTUP

1. KesimpulanPembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang yang di jalankan oleh Bappenas meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan Undangundang Dasar 1945. Dalam melaksanakan pembangunan nasional perlu memperhatikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan secara seimbang. Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Namun demikian, sumberdaya alam mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan di indonesia, keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan dan begitu juga aturan yang mestinya ditaati sebagai landasan melaksanakan pengelolaan suatu usaha dan kegiatan mendukung pembangunan berkelanjutan yang diprogramkan oleh Bappenas sehingga dapat berjalan dengan lancar.2. Saran Seharusnya pembangunan berkelanjutan yang memanfaatkan sumber daya alam dilakukan berdasarkan AMDAL dan Tata Ruang. Apabila Tata Ruang yang belum tersusun, maka pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan untuk pembangunan harus berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan mempehatikan : (1) keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup; (2) keberlanjutan produktifitas lingkungan hidup; dan (3) keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.3.

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2005. RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional)Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional untukPembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.http://bappenas.go.id/node/145/1225/ http://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=60&Itemid

4