BAB I FBA
-
Upload
mega-hijriawati -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
Transcript of BAB I FBA
![Page 1: BAB I FBA](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071805/563db930550346aa9a9ae5ae/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
1.1 Deskripsi umum:
1.1.1 Deskripsi
Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia dan termasuk salah satu jenis
temu-temuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti
kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak telah
dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering
ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang alang-alang. Tanaman ini lebih
produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Dalimartha, 2007).
1.1.2 Morfologi
Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun,
berbatang basah yang merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa
pangkal daun yang terpadu. Tinggi tumbuhan temulawak sekitar 2 m. daun berbentuk
memanjang sampai lanset, panjang daun 50-55 cm dan lebarnya sekitar 15 cm, warna
daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap tumbuhan mempunyai 2 helai
daun. Tumbuhan temulawak mempunyai ukuran rimpang yang besar dan bercabang-
cabang. Rimpang induk berbentuk bulat atau bulat telur dan disampingnya terbentuk
3-4 rimpang cabang yang memanjang. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau
kuning tua, sedangkan warna daging rimpang kuning jingga atau jingga kecoklatan.
Perbungaan lateral yang keluar dari rimpangnya, dalam rangkaian bentuk bulir
dengan tangkai yang ramping. Bunga mempunyai daun pelindung yang banyak dan
berukuran besar, berbentuk bulat telur sungsang yang warnanya beraneka ragam
(Wijayakusuma, 2007).
![Page 2: BAB I FBA](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071805/563db930550346aa9a9ae5ae/html5/thumbnails/2.jpg)
1.1.3 Penamaan
Nama tanaman: Temulawak
Nama latin : Curcuma xanthorriza Roxb.
Sinonim : C. zerumbed majus Rumph.
Nama daerah : Sumatera: temulawak. Jawa: koneng gede, temu raya, temu besar, aci
koneng, koneng tegel, temulawak. Madura: temolabak. Bali: tommo.
Sulawesi selatan: tommon. Ternate: karbanga
Nama asing : Kiang huang (China), harida, haldi (IP), halud (Bengali), kurkum
(Arab), zardcchobacch (Persia), menjal (Tamil), kunong-huyung
(Indochina).
(Dalimartha, 2007).
1.1.4 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorriza Roxb.
(Wijayakusuma, 2007).
![Page 3: BAB I FBA](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071805/563db930550346aa9a9ae5ae/html5/thumbnails/3.jpg)
1.1.5 Habitat
Temulawak umumnya merupakan tumbuhan liar di tempat-tempat yang
terlindungi seperti di bawah hutan jati, tanah tegalan, padang alang-alang dan hutan
belantara lainnya. Temulawak mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah beriklim
panas (tropis). Temulawak dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi, yakni mulai dari 5 – 1,200 mdpl (Rukmana, 1995).
1.2 Analisis bentuk tanaman
1.2.1 Pemerian
Temulawak adalah kepingan akar Curcuma xanthorrhiza Kadar minyak atsiri
tidak kurang dari 8.0 % v/b. Kadar abu tidak lebih dari 7 %. Bau khas aromatic, rasa
tajam dan pahit (Depkes RI, 1995).
1.2.2 Makroskopik
Keping tipis bentuk bulat atau jorong, ringan, keras, rapuh, diameter sampai 6
cm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut; warna coklat kuning sampai
coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan,
tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan
korteks; korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm. bekas patahan berdebu, kuning
jingga samapi coklat jingga terang (Depkes RI, 1995).
1.2.3 Mikroskopik
Epidermis bergabus, terdapat sedikit rambut, berbentuk kerucut, bersel satu.
Hypodermis agak menggabus, bagian bawah terlihat periderm yang kurang
berkembang. Korteks dan silinder pusat parenkimatik; sel parenkim berdinding tipis,
berisi pati; dalam parenkim tersebar banyal sel minyak, berisi minyak warna kuning
dan zat warna jingga; idioblas hablur kalsium oksalat berbentuk jarum kecil. Butir
pati pipih, panjang 20 µm sampai 70 µm, lebar 5µm sampai 30µm, tebal 3µm sampai
![Page 4: BAB I FBA](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071805/563db930550346aa9a9ae5ae/html5/thumbnails/4.jpg)
10µm, lamela jelas, hilus ditepi. Berkas pembuluh kolateral, tersebar tidak beraturan
pada parenkim korteks dan pada silinder pusat, bergabung satu sama lain; pembuluh
didampingi oleh sel kelenjar, panjang sampai 200µm, berisi zatberbutir warna coklat
yang dengan besi (III) klorida LP menjadi lebuh tua. Serbuk: fragmen pengenal
adalah butir pati, fragmen parenkim adalah sel minyak, fragmen berkas pembuluh,
kuning intensif (Depkes RI, 1995).
1.3 Skrining fitokimia
1.3.1 Prinsip
Analisa kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan
(akar, batang, daun, bunga, buah, biji) yang bertujuan untuk mendapatkan kandungan
bioaktif yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosida jantung, kumarin, saponin
(steroid dan triterpenoid), tanin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), dan
sebagainya (Hayani, 2006).
1.3.2 Hasil
Hasil pengujian skrining fitokimia diperoleh bahwa dalam rimpang
temulawak terdapat, alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin triterpenoid dan glikosida.
No. Jenis pemeriksaan Hasil
1 Alkaloid ++++
2 Flavonoid ++++
3 Tanin -
4 Saponin +
5 Triterpenoid ++++
6 Steroid -
7 Glikosida ++++
8 Fenolik ++++
(Hayani, 2006).
![Page 5: BAB I FBA](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071805/563db930550346aa9a9ae5ae/html5/thumbnails/5.jpg)
1.4 Kandungan kimia
Rimpang temulawak mengandung zat warna kuning ( kurkumin), desmetoksi
kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri dari
d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol,
xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron,
artmeron, sabinen, germakron, atlantone (Wijayakusuma,2007).
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV .
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Hayani, Eni. 2006. Analisis Kandungan Kimia Rimpang Temulawak. Tersedia online
di http://balitnak.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_phocadownl
ad&view=category&id=70:3&download=1259:3&start=60&Itemid=1.
[Diakses tanggal 26 September 2015].
Rukmana, Rahmat. 1995. Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta:
Kanisius.
Wijayakusuma, M. Hembing. 2007. Penyembuhan dengan Temulawak. Jakarta:
Sarana Pustaka Prima.