BAB I FBA

8
BAB I 1.1 Deskripsi umum: 1.1.1 Deskripsi Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia dan termasuk salah satu jenis temu-temuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak telah dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang alang-alang. Tanaman ini lebih produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Dalimartha, 2007). 1.1.2 Morfologi Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun, berbatang basah yang merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa pangkal daun yang terpadu. Tinggi tumbuhan temulawak sekitar 2 m. daun berbentuk memanjang sampai lanset, panjang daun 50-55 cm dan lebarnya sekitar 15 cm, warna daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap tumbuhan mempunyai 2 helai

Transcript of BAB I FBA

Page 1: BAB I FBA

BAB I

1.1 Deskripsi umum:

1.1.1 Deskripsi

Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia dan termasuk salah satu jenis

temu-temuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti

kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak telah

dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering

ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang alang-alang. Tanaman ini lebih

produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulai

dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Dalimartha, 2007).

1.1.2 Morfologi

Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun,

berbatang basah yang merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa

pangkal daun yang terpadu. Tinggi tumbuhan temulawak sekitar 2 m. daun berbentuk

memanjang sampai lanset, panjang daun 50-55 cm dan lebarnya sekitar 15 cm, warna

daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap tumbuhan mempunyai 2 helai

daun. Tumbuhan temulawak mempunyai ukuran rimpang yang besar dan bercabang-

cabang. Rimpang induk berbentuk bulat atau bulat telur dan disampingnya terbentuk

3-4 rimpang cabang yang memanjang. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau

kuning tua, sedangkan warna daging rimpang kuning jingga atau jingga kecoklatan.

Perbungaan lateral yang keluar dari rimpangnya, dalam rangkaian bentuk bulir

dengan tangkai yang ramping. Bunga mempunyai daun pelindung yang banyak dan

berukuran besar, berbentuk bulat telur sungsang yang warnanya beraneka ragam

(Wijayakusuma, 2007).

Page 2: BAB I FBA

1.1.3 Penamaan

Nama tanaman: Temulawak

Nama latin : Curcuma xanthorriza Roxb.

Sinonim : C. zerumbed majus Rumph.

Nama daerah : Sumatera: temulawak. Jawa: koneng gede, temu raya, temu besar, aci

koneng, koneng tegel, temulawak. Madura: temolabak. Bali: tommo.

Sulawesi selatan: tommon. Ternate: karbanga

Nama asing : Kiang huang (China), harida, haldi (IP), halud (Bengali), kurkum

(Arab), zardcchobacch (Persia), menjal (Tamil), kunong-huyung

(Indochina).

(Dalimartha, 2007).

1.1.4 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorriza Roxb.

(Wijayakusuma, 2007).

Page 3: BAB I FBA

1.1.5 Habitat

Temulawak umumnya merupakan tumbuhan liar di tempat-tempat yang

terlindungi seperti di bawah hutan jati, tanah tegalan, padang alang-alang dan hutan

belantara lainnya. Temulawak mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah beriklim

panas (tropis). Temulawak dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik di dataran

rendah sampai dataran tinggi, yakni mulai dari 5 – 1,200 mdpl (Rukmana, 1995).

1.2 Analisis bentuk tanaman

1.2.1 Pemerian

Temulawak adalah kepingan akar Curcuma xanthorrhiza Kadar minyak atsiri

tidak kurang dari 8.0 % v/b. Kadar abu tidak lebih dari 7 %. Bau khas aromatic, rasa

tajam dan pahit (Depkes RI, 1995).

1.2.2 Makroskopik

Keping tipis bentuk bulat atau jorong, ringan, keras, rapuh, diameter sampai 6

cm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut; warna coklat kuning sampai

coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan,

tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan

korteks; korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm. bekas patahan berdebu, kuning

jingga samapi coklat jingga terang (Depkes RI, 1995).

1.2.3 Mikroskopik

Epidermis bergabus, terdapat sedikit rambut, berbentuk kerucut, bersel satu.

Hypodermis agak menggabus, bagian bawah terlihat periderm yang kurang

berkembang. Korteks dan silinder pusat parenkimatik; sel parenkim berdinding tipis,

berisi pati; dalam parenkim tersebar banyal sel minyak, berisi minyak warna kuning

dan zat warna jingga; idioblas hablur kalsium oksalat berbentuk jarum kecil. Butir

pati pipih, panjang 20 µm sampai 70 µm, lebar 5µm sampai 30µm, tebal 3µm sampai

Page 4: BAB I FBA

10µm, lamela jelas, hilus ditepi. Berkas pembuluh kolateral, tersebar tidak beraturan

pada parenkim korteks dan pada silinder pusat, bergabung satu sama lain; pembuluh

didampingi oleh sel kelenjar, panjang sampai 200µm, berisi zatberbutir warna coklat

yang dengan besi (III) klorida LP menjadi lebuh tua. Serbuk: fragmen  pengenal

adalah butir pati, fragmen parenkim adalah sel minyak, fragmen berkas pembuluh,

kuning intensif (Depkes RI, 1995).

1.3 Skrining fitokimia

1.3.1 Prinsip

Analisa kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan

(akar, batang, daun, bunga, buah, biji) yang bertujuan untuk mendapatkan kandungan

bioaktif yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosida jantung, kumarin, saponin

(steroid dan triterpenoid), tanin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), dan

sebagainya (Hayani, 2006).

1.3.2 Hasil

Hasil pengujian skrining fitokimia diperoleh bahwa dalam rimpang

temulawak terdapat, alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin triterpenoid dan glikosida.

No. Jenis pemeriksaan Hasil

1 Alkaloid ++++

2 Flavonoid ++++

3 Tanin -

4 Saponin +

5 Triterpenoid ++++

6 Steroid -

7 Glikosida ++++

8 Fenolik ++++

(Hayani, 2006).

Page 5: BAB I FBA

1.4 Kandungan kimia

Rimpang temulawak mengandung zat warna kuning ( kurkumin), desmetoksi

kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri dari

d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol,

xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron,

artmeron, sabinen, germakron, atlantone (Wijayakusuma,2007).

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV .

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Hayani, Eni. 2006. Analisis Kandungan Kimia Rimpang Temulawak. Tersedia online

di http://balitnak.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_phocadownl

ad&view=category&id=70:3&download=1259:3&start=60&Itemid=1.

[Diakses tanggal 26 September 2015].

Rukmana, Rahmat. 1995. Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta:

Kanisius.

Wijayakusuma, M. Hembing. 2007. Penyembuhan dengan Temulawak. Jakarta:

Sarana Pustaka Prima.