BAB I - Dr. Ngadimun Hd – Blog Alternatifku · Web viewsesuai dengan namanya, mata kuliah ini...

90
BAB I KETERAMPILAN MENULIS DAN KARYA TULIS ILMIAH (Pertemuan ke 1 - 2) SASARAN BELAJAR Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat : 1. menjelaskan perbedaan pengertian keterampilan menulis dalam arti sempit dan dalam arti luas. 2. menulis di papan tulis dan di buku dengan tulisan tangan secara benar. 3. menganalisis kesulitan menulis dengan tulisan tangan di papan tulis dan di buku 4. menjelaskan perlunya guru memiliki keterampilan menulis karya ilmiah kaitannya dengan pengembangan profesi guru SD PENDAHULUAN Sesuai dengan namanya, mata kuliah ini sangat menekankan dimilikinya keterampilan nyata oleh mahasiswa PGSD dalam menulis, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Pada bab ini mahasiswa dilatih agar memiliki keterampilan menulis dalam arti sempit, yaitu mulai dari terampil menuliskan huruf- huruf secara benar di buku atau di papan tulis, sampai terampil menuangkan pikirannya dalam bahasa

Transcript of BAB I - Dr. Ngadimun Hd – Blog Alternatifku · Web viewsesuai dengan namanya, mata kuliah ini...

BAB I

KETERAMPILAN MENULIS DAN KARYA TULIS ILMIAH

(Pertemuan ke 1 - 2)

SASARAN BELAJAR

Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat :

1. menjelaskan perbedaan pengertian keterampilan menulis dalam arti sempit

dan dalam arti luas.

2. menulis di papan tulis dan di buku dengan tulisan tangan secara benar.

3. menganalisis kesulitan menulis dengan tulisan tangan di papan tulis dan di

buku

4. menjelaskan perlunya guru memiliki keterampilan menulis karya ilmiah

kaitannya dengan pengembangan profesi guru SD

PENDAHULUAN

Sesuai dengan namanya, mata kuliah ini sangat menekankan dimilikinya

keterampilan nyata oleh mahasiswa PGSD dalam menulis, baik dalam arti

sempit maupun dalam arti luas. Pada bab ini mahasiswa dilatih agar memiliki

keterampilan menulis dalam arti sempit, yaitu mulai dari terampil menuliskan

huruf-huruf secara benar di buku atau di papan tulis, sampai terampil

menuangkan pikirannya dalam bahasa tulis sesuai EYD. Maka target

kompetensi yang perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa PGSD adalah agar

dapat memiliki tulisan yang baik dan benar dan dapat mengajarkan kepada

siswa tentang cara menulis yang baik dan benar. Sebagai pedoman baku dalam

berlatih menulis, mahasiswa agar mengacu kepada buku “Belajar Membaca

dan Menulis Permulaan”

1. Membuat Karya Tulis Ilmiah, Tidak Sulit

Jika disebutkan ‘keterampilan menulis’, bukan berarti hanya berhubungan

dengan cara atau teknik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan

menulis agar diperoleh bentuk tulisan yang rapih. Dalam pengertian sempit

‘keterampilan menulis’ hanya berarti kecakapan yang perlu dimiliki

seseorang untuk dapat menulis huruf-huruf atau angka yang benar, rapih,

dan indah dengan menggunakan pena, kapur, atau alat tulis lainnya.

Sedangkan dalam pengertian yang luas, ‘keterampilan menulis’ bukan

sekedar kecakapan menuliskan huruf atau angka secara indah. Keterampilan

menulis agar mencakup kemampuan (1) sekedar menuangkan buah

pikirannya dan isi hatinya ke dalam tulisan yang baik dan benar; dan (2)

melakukan karya tulis ilmiah, dapat berupa artikel, hasil penelitian ilmiah,

kajian ilmiah, atau karya tulis ilmiah lainnya.

Banyak orang mengatakan bahwa menulis atau membuat tulisan dalam arti

yang memiliki kadar ilmiah, yaitu yang dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah, adalah sulit. Sebenarnya tidak demikian, jika kita memiliki

jiwa yang optimistis, bukan pesimistis. Mari kita ikuti motto yang

mengatakan bahwa orang optimis akan memandang sesuatu itu sulit tetapi

sangat mungkin untuk dapat dilakukan, tentunya jika mau berusaha

mempelajari, menanyakan jika belum paham, melakukan latihan agar dapat

melakukannya. Jangan diikuti kata orang pesimistis yang mengatakan

bahwa sesuatu itu mungkin dapat dilakukan, tetapi sangat sulit, lalu enggan

bertanya, tidak mau mencoba dan melakukan latihannya, apalagi terbawa

oleh perasaan malas yang berkepanjangan.

2

Memang pada awalnya sering muncul pertanyaan-pertanyaan dari dalam

diri sendiri, yang nadanya menyurutkan motivasi (dorongan) dan kemauan

yang mulai timbul. Berbagai pertanyaan itu, misalnya “kapan saya akan

mulai menulis”, dapatkah saya menulis yang baik, bahan-bahan apa dan

bagaimana saya mengumpulkannya?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang

senada. Menulis tidak dimonopoli oleh mereka yang mempunyai bakat

menulis saja, mereka yang tidak mempunyai bakatpun jika mau berlatih,

dapat saja hasil tulisannya lebih baik daripada yang berbakat tetapi tidak

dikembangkan. Untuk memberi dorongan kepada mereka yang masih ragu-

ragu untuk memulai menulis, Imam Syafe’i memberikan dorongan seperti

berikut :

“Menulis adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Berbakat menulis saja, tanpa mau berusaha belajar tentu tidak menjamin seseorang akan menjadi penulis yang baik. Seseorang yang berbakat menulis atau tidak berbakat menulis sama-sama mempunyai kesempatan untuk menjadi penulis. Tinggallah kesungguh-sungguhannya dalam belajar menulis yang lebih banyak menentukan keberhasilannya menjadi seorang penulis”

2. Apakah guru perlu memiliki keterampilan menulis ?

Untuk mulai melangkah berlatih menulis, mari kita coba dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Guru sebagai agen pembaharuan, perlu

menyiapkan anak didiknya untuk siap bersaing secara ketat di era

globalisasi. Guna memenuhi tuntutan ini guru sebagai sumber daya

manusia, agar dapat ditingkatkan dan meningkatkan kemampuan di bidang

tugas profesionalnya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan

memiliki kemampuan membuat karya tulis. Membiasakan diri membuat

karya tulis ilmiah berarti terjadi proses belajar melakukan pengkajian,

meneliti dan melaporkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan bidang

3

tugasnya, selalu mencari cara-cara terbaik agar hasil belajar terus meningkat

kualitasnya.

Di samping itu, untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat jabatan

guru, untuk menduduki jabatan Guru Pembina Tk.I (IV/b) sampai dengan

Guru Utama (IV/e) diwajibkan memperoleh angka kredit dari bidang

pengembangan profesi. Pada petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru

dan angka kreditnya dikemukakan bahwa standar prestasi kerja Guru

Pembina sampai Guru Utama selain diperoleh dari bidang proses belajar-

mengajar juga agar ditambah dengan angka kredit dari bidang

pengembangan profesi (Depdikbud, 1993:6). Ketentuan secara rinci seperti

dikemukakan dalam petunjuk pelaksanaannya seperti pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Jenjang Jabatan, Pangkat, Golongan-Ruang dan Persyaratan Angkat Kreditnya

No. Jabatan Fungsional Guru Pangkat Golongan/

RuangAngka Kredit

Minimal1. Guru Pratama Pengatur Muda II/a 252. Guru Pratama Tingkat I Pengatur Muda Tingkat

III/b 40

3. Guru Muda Pengatur II/c 604. Guru Muda Tingkat I Pengatur Tingkat I II/d 805. Guru Madya Penata Muda III/a 1006. Guru Madya Tingkat I Penata Muda Tingkat I III/b 1507. Guru Dewasa Penata III/c 2008. Guru Dewasa Tingkat I Penata Tingkat I III/d 3009. Guru Pembina Pembina IV/a 400

10. Guru Pembina Tingkat I Pembina Tingkat I IV/b 55011. Guru Utama Muda Pembina Utama Muda IV/c 70012. Guru Utama Madya Pembina Utama Madya IV/d 85013. Guru Utama Pembina Utama IV/e 1.000

Sumber: Keputusan Mendikbud No. 25/1995 tgl.8-3-95 (Depdikbud, 1995:14)

Selanjutnya perlu dikemukakan sebaran angka kredit yang perlu

dikumpulkan untuk menduduki setiap golongan/ruang tertentu, dan

4

perhatikan jumlah angka kredit yang diperlukan untuk menduduki

golongan/ruang IV/b dan seterusnya, tabelnya seperti berikut.

Tabel 2. Jumlah Angka Kredit Komulatif Minimal untuk Kenaikan Pangkat Jabatan Guru Golongan-Ruang IV/a sampai dengan IV/e

Unsur Kegiatan Persentase Golongan Ruang dan Angka KreditIV/a IV/b IV/c IV/d IV/e

Unsur UtamaI. PendidikanII. Proses Belajar Mengajar

(PBM) atau Bimbingan III. Pengembangan Profesi

80%-

320-

-

42812

-

53624

-

64436

-

75248

Unsur Penunjang IV. Penunjang PBM atau Bimbingan

20% 80 110 140 170 200

Jumlah 100% 400 550 700 850 1000

Sumber: Lamp.II Keputusan Menpan No.84/1993 tgl.24-12-1993 (Depdikbud,1993:79)

Memperhatikan tabel di atas, terlihat bahwa sekalipun perolehan angka

kredit dari unsur utama A (Pendidikan), B (Proses Belajar Mengajar) dan

unsur D (Penunjang PBM dan Bimbingan) telah terpenuhi, tetapi jika unsur

utama C (Pengembangan Profesi) belum diperoleh angka kredit minimal 12,

maka persyaratan kenaikan pangkat ke golongan-ruang IV/b belum

terpenuhi. Selanjutnya untuk menduduki golongan-ruang IV/c diperlukan

angka kredit pengembangan profesi sebesar 24, ke IV/d dan IV/e masing-

masing diperlukan 36 dan 48.

3. Mengapa kita tidak mulai berlatih menulis sejak sekarang juga ?

Salah satu penyakit yang sering hinggap dan akan menghambat kemajuan

adalah sering mengulur-ulur waktu, menunda-nunda pekerjaan. Untuk jenis

penyakit atau kebiasaan buruk ini agar ditangkal dengan tindakan

5

lakukan/selesaikan sesuatu itu hari ini juga jika memang dapat, jangan

tunggu hari esok, karena besok mungkin akan datang sesuatu lain yang

juga perlu diselesaikan. Jangan tunggu sampai semua orang sudah pandai

menulis, mulailah belajar menulis dari hari ini juga, jika masih ada

kesalahan adalah hal yang wajar, sebab tidak akan pandai jika takut akan

datangnya kesalahan, asalkan kesalahan itu tak disengaja.

4. Dari mana saya harus memulai menulis ?

Prinsip-prinsip belajar antara lain mengatakan bahwa mulailah belajar dari

yang mudah baru mengarah kepada yang sulit-sulit, mulailah dari yang

sederhana menuju ke arah yang rumit. Dapat saja dimulai dari membuat

karangan sebelum membuat artikel. Berikutnya membuat makalah hasil

penelitian atau suatu ulasan, dan yang kadarnya lebih sulit membuat karya

tulis ilmiah hasil penelitian. Pada bab-bab berikut akan dibahas secara rinci

bagaimana guru harus membuat karya tulis ilmiah dalam kaitannya dengan

pengembangan kemampuan profesinya.

5. Penulis perlu memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar

Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dinyatakan mulai berlaku

sejak tanggal 17 Agustus 1972. Tetapi diberbagai media cetak ternyata

masih sering dijumpai kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, umumnya

dikarenakan penulis yang kurang cermat, seperti penggunaan istilah yang

kurang tepat, pemenggalan kata yang tidak mengindahkan kaidahnya, dan

sebagainya. Kondisi ini masih sering mengundang datangnya kritik yang

ditujukan kepada para penulis, juga kepada para guru di sekolah.

6

Kemampuan guru dalam membuat karya tulis ilmiah saat ini masih rendah,

ini antara lain terlihat masih sangat sedikitnya karya guru yang dimuat di

mass media cetak, baik terbitan ibukota atau daerah. Pada mahasiswa

PGSD baik mahasiswa pra jabatan maupun penyetaraan, masih sering

dijumpai kurang tepatnya penulisan kata-kata tertentu, misalnya

terimakasih atau terima kasih, fisik atau pisik, aktivitas atau aktifitas, dan

sebagainya. Upaya untuk meningkatkannya juga harus dimulai dengan

meningkatkan terus kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam

bahasa tulis. Tanpa adanya kemauan berlatih yang tinggi, sulit kemampuan

menulis yang baik dapat dimiliki guru.

RINGKASAN

Setiap orang yang mengaku dirinya sebagai guru, perlu memiliki keterampilan

menulis secara baik dan benar, baik di buku maupun di papan tulis. Tidaklah

pantas, jika ada guru tulisannya jelek. Di samping itu mereka agar dapat

mengajarkan cara menulis yang baik dan benar kepada para siswanya. Untuk

pengembangan profesinya, para guru juga dituntut agar dapat membuat karya

tulis ilmiah.

TUGAS LATIHAN

1. Mahasiswa mendiskusikan dalam kelompok masing-masing tentang :

a. pengertian keterampilan menulis dalam arti sempit dan luas, dan

b. teknik menulis di papan tulis/di buku agar diperoleh tulisan yang baik

dan benar.

2. Berlatih menulis di papan tulis dan di buku dengan tulisan tangan di luar

jam tatap muka, lalu menganalisis kesulitan dan kesalahan yang masih

sering terjadi pada guru atau murid.

7

3. Mendiskusikan perlunya guru memiliki keterampilan dan kebiasaan

menulis karya ilmiah, kaitannya dengan pengembangan profesi guru SD.

8

BAB II

KARYA TULIS ILMIAH UNTUK JABATAN GURU

(Pertemuan ke 3 - 5)

SASARAN BELAJAR

Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan tata tulis dalam penulisan karya ilmiah dalam segi ukuran

kertas (paper size), jenis huruf, spasi (line spacing), margin, dan

penomoran halaman dan bab/sub bab.

2. Menjelaskan format halaman sampul (cover), daftar isi, daftar tabel, dan

daftar gambar, serta cara penulisan kutipan, penyajian tabel-tabel dan

gambar-gambar dalam penulisan diktat.

3. Membuat kutipan dari berbagai buku sumber dalam penulisan diktat, dan

menuliskan daftar pustaka dengan benar.

4. Menjelaskan ruang lingkup karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan

penghargaan angka kreditnya.

5. Menulis diktat mata pelajaran di SD

6. Membuat out line buku pelajaran, modul, dan karya terjemahan.

PENDAHULUAN

Sebagai prasyarat dalam penyusunan karya tulis ilmiah, penulis perlu terlebih

dahulu memiliki wawasan dan keterampilan dalam tata tulis. Hal ini mencakup

pemahaman tentang ukuran kertas dan pengetikan dengan komputer. Bisa saja

seorang penulis tidak memiliki keterampilan menulis dengan komputer, hanya

terkadang menjadi sangat tergantung dengan orang lain. Maka alangkah

baiknya jika penulisan secara komputerisasi dapat dikuasai oleh setiap penulis,

sebab jika demikian konsep dan perbaikan akan dapat dilakukan secara cepat.

9

1. Ketentuan Umum Pengetikan

a. Ukuran kertas

Penggunaan kertas untuk penulisan karya ilmiah antara lain dengan

ketentuan sebagai berikut,

1) ukuran kertas A4: 21 cm x 29,7 cm

2) jenis kertas: HVS 80 gram, dan kertas sampul: buffalo, dan

3) warna kertas: putih, kecuali untuk sampul sesuai ketentuan khusus

b. Jenis huruf

1) Pengetikan dengan mesin ketik, untuk naskah dapat menggunakan

huruf pika (kapasitas 10 huruf per inci), dan untuk pengetikan tabel

atau keterangan gambar dapat digunakan huruf elit (kapasitas 12

huruf per inci) atau huruf mini (kapasitas 14 huruf per inci).

2) Pengetikan dengan komputer pemilihan huruf dapat dilakukan

secara lebih rinci, untuk naskah dapat menggunakan huruf times

new roman, atau Courier New ukuran 10 untuk program Word Star

dan ukuran 12 untuk program Windows. Keunggulan pengetikan

dengan komputer antara lain dapat dilakukan pengetikan miring

(Italic), tebal (Bold), dan simbol-simbol matematik, dan masih

banyak variasi dan kemudahan lainnya.

c. Margin dan Spasi

1) Margin adalah jarak antara huruf dengan tepi kertas. Biasanya

digunakan pola 4-3-3-3, artinya margin kiri 4 cm, sedangkan

margin atas, bawah dan kanan 3 cm. Judul bab diketik berjarak 6

cm dari tepi atas kertas. Untuk memudahkan pengontrolan margin,

pengetikan dengan mesin ketik agar menggunakan pola yang

diletakkan pada lembar kedua.

10

2) Spasi, pengaturannya sebagai berikutt :

- satu spasi untuk penulisan tabel, kutipan, judul, judul

tabel/gambar, bibliografi, abstrak, dan daftar pustaka.

- dua spasi untuk pengetikan naskah secara umum.

- tiga spasi untuk pengetikan antara naskah dengan tabel atau

gambar, antar tabel atau antar gambar.

- empat spasi untuk pengetikan antara nama penulis pada abstrak

dengan baris pertama naskah, antara kata “daftar tabel” dengan

baris pertama judul tabel, antara kata “daftar gambar” dengan

baris pertama judul gambar, antara judul bab atau sub bab dengan

naskah.

Penyetelan spasi, selain melihat petunjuk angka spasi, cekingnya

adalah jika rol mesin ketik diputar dua klek artinya satu spasi, tiga

klek adalah satu setengah spasi, dan seterusnya.

d. Penomoran halaman, bab dan bagian-bagiannya

1) Secara umum nomor halaman ditulis di sudut kanan atas tanpa

diapit dengan tanda apapun, berjarak 1 spasi di atas margin atas

dan 3 cm dari tepi kanan kertas.

2) Halaman bab baru tidak diberi nomor halaman, tetapi dihitung.

3) Mulai halaman pendahuluan sampai daftar pustaka diberi nomor

halaman dengan angka 1 dan seterusnya, sebelum halaman penda-

huluan diberi nomor angka Romawi kecil mulai dari angka i dan

seterusnya.

Penomoran Bab dan bagian-bagiannya dapat menggunakan satu jenis

pola di antara dua alternatif berikut, seperti :

11

BAB I

A. ...............

1 ...............

a. ...............

1) ...............

a) ...............

(1) ...............

(a) ...............

atau dapat menggunakan pola seperti berikut ini,

1. ...............

1.1 ...............

1.1.1 ...............

1.1.1.1 ...............

a. ...............

b. ............... (setelah lebih dari empat angka,

penomoran agar menggunakan huruf)

Penulis dapat memilih satu diantara keduanya, yang terpenting agar

konsisten (taat azas atau ajek) dalam menggunakannya. Masih banyak

ketentuan lain yang mengatur tentang tata-tulis dalam penulisan karya

tulis ilmiah, pembaca disarankan agar mempelajari hal tersebut dari

buku-buku sumber lainnya.

2. Ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah Jabatan Guru

Terlebih dahulu perlu dipahami, apakah yang dimaksud dengan

pengembangan profesi jabatan guru? Dalam buku Pedoman Penyusunan

Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dikemukakan seperti berikut :

12

Pengembangan Profesi adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu baik bagi proses belajar-mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1997:2).

Ruang lingkup karya tulis ilmiah di bidang pendidikan dalam

pengembangan profesi jabatan guru dikelompokkan menjadi:

1. Karya (tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan.

2. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidanag pendidikan.

3. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebar luaskan melalui media massa.

4. Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah.

5. Buku pelajaran atau modul. 6. Diktat pelajaran. 7. Karya penerjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat bagi

pendidikan (Depdikbud, 1997:4).

Perlu kita pahami bahwa besarnya angka kredit yang diberikan terhadap

karya tulis ilmiah seperti terlihat pada Tabel 3 di halaman berikut.

13

Tabel 3. Jenis Karya Tulis Ilmiah dan Angka Kreditnya

Unsur : Pengembangan ProfesiSub Unsur : Melaksanakan Kegiatan Karya Tulis/ Karya Ilmiah di Bidang PendidikanButir :

Ukuran Penilaian AngkaKredit

a. Karya Ilmiah hasil penelitian, pengkajian survey dan atau evaluasi di bidang pendidikan yang dipu-blikasikan1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan

diedarkan secara nasional2) Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh departe-

men yang bersangkutan

setiap karya 12,5

6

b. Karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan atau evaluasi di bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpus-takaan sekolah1) Dalam bentuk buku2) Dalam bentuk makalah

setiap karya 84

c. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang dipublikasikan1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan

diedarkan secara nasional2) Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh

departemen yang bersangkutan

setiap karya 8

4d. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil

gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah1) Dalam bentuk buku2) Dalam bentuk makalah

setiap buku 73,5

e. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa

setiap tulisan yang merupakan satu-kesatuan 2

f. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan, atau ulasan ilmiah dalam pertemuan ilmiah

setiap kali2,5

g. Buku peljaran atau modul1) Bertaraf nasional2) Bertaraf propinsi

setiap buku 53

h. Diktat pelajaran setiap diktat 1i. Mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah yang

bermanfaat bagi pendidikanSetiap buku/karya ilmiah 2,5

Sumber : Lampiran VIII Keputusan Mendikbud No. 25/1995 tgl.8-3-95 (Depdikbud, 1995:186-188)

Memperhatikan ruang lingkup karya ilmiah di bidang pendidikan di atas,

antara jenis satu dengan lainnya mempunyai tingkatan berbeda. Sebaiknya

14

guru agar memulai berlatih membuat karya tulis dari yang lebih mudah

(sederhana) menuju kepada yang lebih sulit. Misalnya, guru dapat berlatih

membuat diktat pelajaran terlebih dahulu, terus meningkat membuat tulisan

ilmiah populer (artikel) yang dapat dimuat di media massa, baru dilanjutkan

dengan membuat prasaran (makalah). Tahap berikutnya dapat berlatih

melakukan penelitian sederhana yang dilaporkan dalam bentuk karya tulis

ilmiah hasil penelitian, atau bagi yang menguasai bahasa asing dapat

menerjemahkan buku pelajaran dari bahasa asing ke dalam bahasa

Indonesia. Berikut ini akan dikemukakan ketentuan pembuatan karya tulis

ilmiah secara satu-persatu.

3. Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah Jabatan Guru

a. Karya ilmiah dalam bentuk buku

Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dapat berupa diktat, buku

pelajaran, modul, dan karya terjemahan. Agar karya tulis tersebut dapat

diberikan penghargaan angka kredit sesuai dengan Tabel 2 di atas,

penulisannya agar mengacu kepada kriteria penilaian yang telah diten-

tukan. Dalam buku Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang

Pendidikan (Depdikbud, 1997:63-63) dikemukakan sebagai berikut

1) Diktat Pelajaran

Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran yang dipersiapkan

guru untuk mempermudah atau memperkaya materi yang disampaikan

dalam proses belajar-mengajar. Persyaratan yang harus dipenuhi

dalam penyusunan diktat pelajaran adalah agar isinya berhubungan

dengan tugas guru yang bersangkutan, sesuai dengan kurikulum, dan

telah disetujui serta disahkan oleh kepala sekolahnya. Guru SD

15

sebagai guru kelas, dapat membuat diktat pelajaran sejumlah mata

pelajaran yang diajarkan, dan setiap diktat memperoleh angka kredit

masing-masing 1 poin.

Rambu-rambu yang perlu dipedomani dalam menyusun diktat ialah,a) biasanya diktat disusun untuk keperluan mengajarnya sendiri,b) jika diperbanyak, hanya diedarkan secara terbatas,c) ruang lingkup isi diktat terbatas hanya untuk beberapa kali

pertemuan (bila buku minimal mencakup satu catur wulan, dan d) kumpulan diktat setelah disempurnakan, dapat disusun dalam

bentuk buku pelajaran (Depdikbud, 1995:43)

Penyusunan diktat pelajaran minimal memuat hal-hal seperti berikut.

Bagian Pendahuluan meliputi:- Daftar isi- Kata pengantar, berupa penjelasan tentang tujuan diktat tersebut

Bagian isi memuat:- Judul Bab atau topik bahasan- Tujuan pembahasan topik bahasan- Uraian isi pelajaran- Penjelasan teori- Sajian contoh-contoh- Tugas atau soal latihan

Bagian Penunjang:- Daftar Pustaka

2) Buku pelajaran atau modul

Isi buku atau modul agar asli (bukan bajakan), dan sesuai dengan

kurikulum yang berlaku. Buku pelajaran yang bertaraf nasional agar

disetujui dan disahkan oleh Direktorat Sarana Pendidikan Ditjen

Dikdasmen, Depdikbud. Sedangkan buku pelajaran atau modul yang

bertaraf propinsi agar disetujui dan disahkan oleh Kepala Kanwil

16

Depdikbud di propinsinya, serta digunakan di seluruh sekolah pada

propinsi yang bersangkutan. Jika guru telah sampai kemampuannya

pada menyusun buku pelajaran, perlu dipahami bagaimana

penguasaan teknik penyusunannya, agar karya karya yang dihasilkan

‘benar’ dan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas hasil belajar.

Juga perlu memenuhi persyaratan untuk memperoleh angka kredit

bidang pengembangan profesi guru. Kerangkanya, minimal memuat

hal-hal seperti berikut:

Bagian Pendahuluan:- Kata Pengantar (memuat penjelasan tujuan buku pelajaran)- Daftar Isi- Petunjuk penggunaan buku

Bagian Isi:- Judul Bab dan topik bahasan - Tujuan Pembelajaran Khusus- Uraian isi pelajaran dan penjelasan teori- Sajian contoh-contoh- Ringkasan isi pelajaran- Soal latihan

Bagian Penunjang:- Daftar Pustaka- Lampiran-lampiran

3) Karya Terjemahan

Karya terjemahan ialah mengalih bahasakan buku pelajaran atau karya

ilmiah yang sesuai dengan kurikulum atau bermanfat bagi pendidikan,

dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya, dan dari

bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya. Karya

ilmiah ini agar disahkan kebenarannya oleh organisasi profesi atau

sekurang-kurangnya di tingkat kabupaten/kota.

17

RINGKASAN

TUGAS LATIHAN

1. Diskusi kelas tentang ruang lingkup karya tulis ilmiah dalam bentuk buku

dan penghargaan angka kreditnya.

2. Dalam kelompok, mahasiswa membuat diktat untuk mata pelajaran yang

sesuai dengan pembagian masing-masing, lalu didiskusikan dalam kelas.

3. Membuat out line buku pelajaran, modul, dan karya terjemahan.

18

BAB III

KARYA TULIS ILMIAH POPULER

(Pertemuan ke 6 - 7)

SASARAN BELAJAR

Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat :

1. membedakan berbagai jenis karya tulis ilmiah populer.

2. menjelaskan dan membuat out line karya tulis ilmiah populer.

3. membuat karya tulis ilmiah populer (dalam kerja kelompok) dan mendis-

kusikannya dalam kelas.

4. memproses karya tulis ilmiah populer yang layak muat untuk diusulkan di

mass media daerah atau ibukota.

5. menjelaskan jenis-jenis penelitian dan menyusun proposal penelitian.

PENDAHULUAN

1. Pengertian Tulisan Ilmiah Populer

Karya tulis ilmiah dalam bentuk tulisan ilmiah populer di bidang

pendidikan yang disebar luaskan melalui media massa, juga sering disebut

artikel. Apakah yang dimaksud dengan artikel? Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), artikel ialah karya tulis lengkap di majalah,

surat kabar, dan sebagainya (Depdikbud, 1990:49). Ditinjau dari isinya,

tulisan ilmiah populer ada berbagai jenis, misalnya tentang ekonomi,

teknik, elektronika, pendidikan dan sebagainya. Kadar ilmiah dari setiap

jenis tulisan ilmiah populer banyak ditentukan oleh latar belakang

pendidikan, wawasan dan tentunya pengalaman menulis dari setiap

penulisnya. Misalnya, tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan

19

selayaknya banyak ditulis oleh guru atau pendidik, karena merekalah orang-

orang yang memiliki wawasan luas dan mempunyai banyak pengalaman

tentang proses pendidikan di lapangan.

Pada tingkatan ini (menulis artikel) penulis dituntut agar dapat

mengerahkan kemampuan menulis yang lebih baik dibandingkan dengan

menyusun diktat pelajaran. Namun Among Kurnia Ebo (1995:13) memberi

dorongan kepada penulis seperti berikut:

Sebenarnya setiap orang terpelajar (termasuk guru), bisa menulis artikel atau tulisan ilmiah populer. Tetapi kenyataannya, mengapa tidak semua orang terpelajar, bahkan sarjana sekalipun, bisa menulis artikel? Jawabannya sangat sederhana, karena tidak semua orang terpelajar memiliki kebiasaan menulis artikel atau tidak memiliki kebiasan menulis. Berapa ratuspun teori teknis menulis artikel dipelajari, ia takkan pernah bisa menulis artikel jika tak pernah memaksa diri secara terus-menerus untuk menulis.

2. Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah Populer

Slamet Soeseno dalam buku Teknik Penulisan Ilmiah Populer dalam

Among Kurnia Ebo (1995:17) mengemukakan lima langkah pokok

penulisan artikel, yaitu penelaahan tema, memilih pola penggarapan,

pengumpulan petunjuk literatur (daftar pustaka), pengumpulan informasi

paling aktual, dan pembuatan catatan, barulah mulai menulis. Among

Kurnia Ebo (1995:17) mengemukakan langkah-langkah yang lebih

sederhana dan rinci, yang intinya seperti berikut:

Pertama, memilih topik, artinya memilih pokok permasalahan yang akan

disoroti, seperti tentang agama, pendidikan, politik, budaya, ekonomi, dan

sebagainya. Agar dipilih satu topik saja untuk satu artikel.

20

Kedua, menentukan tema. Setelah topik dipilih, lalu diteruskan dengan

menetapkan tema, karena tema adalah penyempitan dari topik. Tema

merupakan pikiran dasar, landasan cerita yang langsung menunjuk kepada

aspek-aspek permasalahan, yang dijabarkan ke dalam pembahasan dari

awal sampai akhir. Pembahasan agar jangan menyimpang dari tema sebagai

relnya. Contoh, tema yang dapat dikembangkan oleh guru SD, yaitu

tentang:

IKIP, PGRI, dan Kesejahteraan Guru. (Suparlan, Republika: 25

Nopember 1995).

Nasib Guru. (M. Amien Rais, Republika: 28 Nopember 1996).

Bagaimana Seharusnya Menafsirkan NEM. (Ngadimun Hd, Lampung

Post: 4 Agustus 1997).

Guru Masa Depan. (Sunanto, Buletin Dinas P dan K Tk.I Lampung:

Februari 1998).

Upaya meningkatkan gairah belajar siswa menjelang Ebtanas. Belum

dibuat

Ketiga, mengumpulkan bahan, artinya sebelum kita mulai menulis

terlebih dahulu perlu dilakukan pengumpulan bahan-bahan, data atau

keterangan yang diperlukan sebagai bahan atau data pendukung tulisan

yang akan disusun. Bahan-bahan yang perlu dikumpulkan berkaitan

dengan tema di atas, misalnya buku-buku tentang kiat belajar, keterang-

an-keterangan orang tua siswa, data yang menggambarkan ketatnya

persaingan merebut bangku di SLTP Negeri.

Keempat, membuat kalimat judul. Setelah topik, tema ditelaah secara

jelas, sambil mengumpulkan bahan-bahan, sebelum memulai membuat

outline (draf tulisan) sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu kalimat judul.

21

Ini akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan langkah-langkah

berikutnya. Namun dapat saja setelah penulisan berakhir, kalimat

judulnya perlu dirubah.

Kelima, memilih pola penggarapan, artinya model pembahasan yang

digunakan dalam menulis artikel. Menurut Slamet Soeseno dalam

Among Kurnia Ebo (1995:19) mengemukakan lima pola artikel, yang

intinya sebagai berikt.

a. pola pemecahan masalah, artinya penulis mengemukakan saran

pemecahan atau alternatif pemecahan suatu permasalahan,

b. pola pendapat dan alasan pemikiran, artinya pendapat-pendapat dan

pemikiran penulis tentang suatu hal yang memerlukan pendapat

publik,

c. pola kronologis, yaitu tulisan tentang jalannya peristiwa yang

dikemukakan secara kronologis (runtut) menurut waktu kejadian,

d. pola pembandingan, artinya penulis membanding-bandingkan antara

dua atau lebih hal, dengan tujuan untuk diketahui aspek untung-rugi-

nya, atau baik-buruknya, dan

e. pola abstraksi-deskripsi, artinya penulis mengabstraksikan dan meng-

gambarkan suatu peristiwa yang dituangkan ke dalam bentuk tabel,

grafik-grafik yang disertai penjelasan-penjelasan, dengan tujuan agar

pembaca mudah memahami tentang sesuatu.

Penulis dimungkinkan menggunakan lebih dari satu pola sekaligus, jika

memang diperlukan untuk membuat lebih menarik atau lebih

meyakinkan kadar ilmiah dari suatu karya tulis.

22

Keenam, membuat garis besar atau kerangka karangan (outline). Garis

besar atau kerangka karangan dibuat agar dapat digunakan sebagai

pedoman tentang aspek-aspek apa saja yang akan dibahas. Apa-apa yang

perlu dikemukakan dan bagaimana menyusun kalimat-kalimat pendahu-

luan, agar pembaca tertarik ingin mengetahui isi artikel. Pada bagian isi

hal apa dulu yang perlu dikemukakan, dilanjutkan dengan hal-hal apa

dan akhirnya apa-apa yang perlu dikemukakan pada bagian penutup.

Bagi orang yang telah terbiasa menulis, outline hanya dibuat sekedarnya

saja, bahkan ada yang langsung menulis. Sekedar contoh, outline dengan

tema ‘Bagaimana Seharusnya Menafsirkan NEM’, seperti berikut ini :

Bagaimana Seharusnya Menafsirkan NEM Judul

Pendahuluan- Isu di masyarakat tentang pembicaraan NEM di awal tahun ajaran Pendahuluan- Pengertian NEM

Bagaimana seharusnya menafsirkan NEM ?- Oleh Kepala Sekolah, Guru, dan Instansi terkait- Orangtua-pun perlu tahu menafsirkan NEM

Upaya peningkatan kualitas tamatan SD- Perlu program yang jelas- Ditentukan oleh usaha bersama dan terpadu

Beberapa pihak yang menentukan akan sejauh mana kualitas murid tamatan SD - Pengawas Isi- Kepala Sekolah- Guru kelas- Orang tua siswa

Kesimpulan - Kesimpulan pembahasan di atas, dan penekanan dengan kata-kata kunci Kesimpulan

Ketujuh, memulai atau membuka karangan. Bagi penulis pemula, sering

mengalami kesulitan saat memulai mengarang. Memang hanya untuk

membuka karangan sering dilakukan sampai berjam-jam, bingung apa-

apa yang akan ditulis terlebih dahulu, yaitu yang enak dan dapat menarik

23

perhatian pembaca. Untuk mengatasi hal ini Among Kurnia Ebo

(1995:19-20) memberi alternatif bahwa beberapa jenis intro (pembuka)

tulisan yang dapat digunakan antara lain intro statemen, intro abstraksi,

intro analogi, intro narasi, intro deskripsi, intro cuplikan kata mutiara

atau karya sastra, intro sapaan langsung, atau intro pertanyaan. Tinggal

memilih mana yang disukai dan sesuai dengan tema tulisan.

Kedelapan, membangun dan menutup karangan. Setelah penulis berhasil

membuka suatu tulisan, selanjutnya gagasan-gagasan berikutnya mudah

terus mengalir. Penulis tinggal menyusun dari kalimat ke kalimat dalam

satu alenia, dan dari alenia ke alenia, tentunya jika dapat tetap

berpedoman kepada outline. Dimungkinkan setelah penulisan berjalan,

penulis perlu merubah outline karena ternyata ada yang tidak sesuai.

Dalam menutup tulisan, pembaca diajak kepada kesimpulan dari semua

yang dikemukakan dalam pembahasan sehingga setelah selesai membaca

suatu tulisan, pembaca dapat memperoleh kesan atau memahami inti

permasalahannya.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa tulisan ilmiah populer (artikel)

yang kita susun agar tidak keluar dari spesialisasi keahlian kita masing-

masing. Satu contoh, guru SD tulisannya dengan topik seputar

pendidikan sekolah dasar, yang berpendidikan S1 Bahasa Indonesia agar

selalu memilih topik seputar bahasa Indonesia. Sebab jika menyimpang,

resikonya tidak akan dapat diperhitungkan untuk memperoleh angka

kredit di bidang pembinaan profesi. Mass media cetak siap menampung

tulisan kita, baik itu surat kabar, majalah atau buletin-buletin. Jika

diperlukan, dalam buku Kiat Menembus Kolom dan Rubrik Media Massa

24

(Among Kurnia Ebo, 1995:74-75) dimuat 49 alamat lengkap surat kabar

dan tabloid yang terbit di Indonesia.

RINGKASAN

TUGAS LATIHAN

1. Mahasiswa berlatih membuat out line karya tulis ilmiah populer.

2. Dalam kelompok, mahasiswa membuat karya tulis ilmiah populer dan

mendiskusikannya dalam kelas.

3. Mahasiswa memproses karya tulis ilmiah populer yang layak muat untuk

diusulkan di mass media cetak daerah atau ibukota.

25

BAB IV

TEKNIK PENELITIAN SEDERHANA BAGI JABATAN GURU

(Pertemuan ke 8 - 12)

SASARAN BELAJAR

Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat :

1. membedakan antara pengertian penelitian tindakan kelas, penelitian

deskriptif, dan penelitian evaluasi.

2. menjelaskan karakteristik penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif,

dan penelitian evaluasi.

3. menyusun satu proposal secara kelompok dengan jenis penelitian sesuai

tugas masing-masing kelompok.

4. memperbaiki proposal masing-masing kelompok berdasarkan masukan

dalam diskusi kelas.

1. Jenis-jenis Penelitian Ilmiah

Terlebih dahulu perlu dikemukakan apakah yang dimaksud dengan

‘penelitian ilmiah’ itu. Terlalu banyak hal dan banyak aspek yang perlu

dipelajari, jika kita ingin memiliki kemampuan untuk dapat memahami

seluk-beluk dan melakukan penelitian ilmiah. Dalam uraian berikut ini

dikemukakan Menurut Kerlinger (1990:17) penelitian ilmiah adalah

penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis, tentang

fenomen-fenomen alami, dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis

tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomen-fenomen itu.

Batasan lain mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu kegiatan

pengkajian terhadap suatu permasalahan yang dilakukan berdasarkan

26

metode ilmiah, bertujuan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dari hal

yang dipermasalahkan (Depdikbud, 1995:12). Memperhatikan batasan di

atas, disimpulkan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan dengan

menggunakan metode ilmiah, untuk memcari jawaban atas suatu

permasalahan.

Jenis penelitian apakah yang dapat dilakukan guru SD? Dalam buku

Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (Depdikbud, 1995:70-71) dike-

mukakan bahwa jenis penelitian seperti penelitian historis, penelitian

deskriptif, penelitian pengembangan, penelitian kasus dan penelitian

lapangan, penelitian korelasi, penelitian sebab-akibat, penelitian

eksperimen sungguhan, penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan

kelas (PTK). Memperhatikan kemampuan guru SD dalam membuat karya

ilmiah, diprediksikan belum dapat melaksanakan semua jenis penelitian

tersebut di atas. Mengingat kepentingannya untuk meningkatkan output

tamatan SD, agar diprioritaskan pada jenis penelitian tindakan kelas dan

penelitian deskriptif. Perlu dipahami bahwa langkah kerja penelitian untuk

memperoleh angka kredit pengembangan bagi jabatan guru perlu mendapat

bimbingan dan penilaian dari ahli di bidang penelitian pendidikan. Banyak

buku-buku penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan

pekerjaan penelitian, seperti Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di

Bidang pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru oleh

Depdikbud, Prosedur Penelitian, dan Manajemen Penelitian keduanya oleh

Suharsismi Arikunto. Untuk penelitian behavioral dapat merujuk buku

Asas-asas Penelitian Behavioral oleh Kerlinger Fred N (terjemahan),

Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Buku I-IV masing-

masing disusun oleh Suyanto, Sudarsono, F.X., Sumarno, dan Noeng

27

Muhajir, dan masih banyak lagi lainnya. Jika mau mempelajari berbagai

buku yang memberikan tuntunan cara melakukan penelitian,

mendiskusikannya bersama teman sejawat, dan tidak segan-segan bertanya

kepada para ahli di bidang penelitian serta mau melakukan latihan-latihan,

maka guru SD-pun dapat memiliki keterampilan meneliti yang memadai.

Penelitian yang dianjurkan bagi guru untuk pengembangan profesinya

adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research

(CAR).

2. Penelitian Tindakan Kelas

Dikemukakan oleh Wardani, dkk.(2003:1.4-1.6) bahwa yang dimaksud

dengan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di

dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya agar hasil belajar siswa meningkat. Adapun karakteristik PTK

paling tidak terlihat adanya ciri-ciri sebagai berikut.

a. Guru menyadari bahwa praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan

di kelas ada yang perlu diperbaiki atau dicari pemecahannya. Misalnya,

metode pembelajaran yang kurang tepat, tidak menggunakan alat bantu

mengajar, pemberian tugas yang kurang efektif, dan sebagainya.

b. Guru menemukan sendiri permasalahan itu melalui refleksi diri (self-

refelctive inquiry). Dalam melakukan refleksi diri, guru disarankan

mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri tentang:

1) Apakah penjelasan saya terlalu cepat atau bahkan hanya sedikit

2) Apakah saya sudah memberi contoh secara jelas?

3) Apakah saya sudah memberi tugas latihan dan memberi umpan

balik secara rutin? Dan sebagainya.

28

c. PTK hanya terfokus pada penelitian perilaku guru dan siswa dalam

interaksi pembelajaran di kelas.

d. PTK untuk memperbaiki mutu pembelajaran di kelas, dengan tujuan

agar prestasi dan hasil belajar siswa meningkat secara bertahap melalui

beberapa siklus.

e. Sistematika PTK minimal agar mencakup hal-hal seperti berikut.

SISTEMATIKA PTK

A. Judul PenelitianB. Bidang IlmuC. Latar Belakang MasalahD. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian -------- BAB IF. Manfaat PenelitianG. Kerangka Konseptual (Kajian Pustaka) ------------------------------- BAB II H. Metode Penelitian, memuat:

1. Waktu dan Tempat Penelitian 2. Populasi dan Sampel3. Perencanaan Tindakan dan Cara Melaksanakannya4. Jadwal Kegiatan ------- BAB III5. Personalia (Tim Peneliti)6. Biaya Penelitian

I. Hasil Penelitian dan Pembahasan -------------------------------------- BAB IVJ. Simpulan dan Saran ------------------------------------------------------ BAB V

A. Judul Penelitian

Dengan membaca kalimat judul, pembaca dapat memperoleh gambaran

umum tentang suatu penelitian. Penulisan kalimat judul agar memuat:

1. sifat atau jenis penelitian,

2. objek yang diteliti,

3. subjek penelitian,

4. tempat atau daerah penelitian, dan

29

5. waktu penelitian.

Judul suatu penelitian: “Peningkatan Penguasaan Konsep Ilmu Pengeta-

huan Sosial oleh Siswa Kelas VI SD Sukamaju Kecamatan Sukamakmur

Tahun Pelajaran 2001/2002”. Judul tersebut apakah telah memuat unsur

yang perlu ada, kita lihat dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di

bawah ini.

1. Jenis penelitiannya? Peningkatan Penguasaan Konsep2. Konsep apa? Ilmu Pengetahuan Sosial

3. Oleh siapa? oleh Siswa Kelas VI

4. Tempatnya dimana? di SD Sukamaju Kecamatan Suka-

makmur

5. Kapan waktunya? Tahun Pelajaran 2001/2002

B. BIDANG ILMU

Tentang bidang ilmu cukup ditulis bidang ilmu peneliti, untuk guru SD

adalah “Ilmu Pendidikan”

30

C. Latar Belakang Masalah

Maksud latar belakang masalah adalah hal-hal yang melatar-belakangi

perlunya dilakukan suatu penelitian. Uraian pada latar belakang masalah

agar memuat hal-hal seperti berikut.

1. Issu yang sedang berkembang di lembaga pendidikan sekolah dasar,

misalnya: penguasaan konsep ilmu pengetahuan sosial rendah, kemam-

puan membaca siswa SD rendah, keterampilan menulis siswa SD perlu

diperbaiki, motivasi belajar siswa, dan sebagainya.

2. Data pendukung pentingnya suatu penelitian perlu dilakukan. Untuk

memperoleh data pendukung, terlebih dahulu perlu dilakukan studi

pendahuluan, misalnya:

a. Rerata nilai Ebtanas IPS selama lima tahun terakhir lebih rendah

daripada mata pelajaran lainnya, maka perlu dilakukan PTK dengan

merubah cara belajar, metode mengajar, dan atau melengkapi alat

bantu;

b. Setelah dilakukan penilaian dalam praktik membaca ternyata ke-

mampuan membaca siswa rendah atau umumnya lambat, maka agar

dicari cara untuk meningkatkan keterampilan mebaca. Atas dasar ini

perlu dilakukan penelitian tindakan kelas.

3. Pentingnya suatu penelitian dilakukan. Pemecahan masalah harus benar-

benar penting bagi guru kelas/guru mata pelajaran serta bermakna dan

bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran, yang pada akhirnya

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan mengemukakan issu

yang berkembang dan didukung data lapangan yang objektif maka

peneliti dapat mengusulkan agar dilakukan suatu penelitian untuk

memecahkan masalah tersebut. Penelitian tersebut diharapkan akan

31

dapat menguak penyebab terjadinya suatu masalah dan merencanakan

bentuk tindakan yang perlu dilakukan, lalu dilaksanakanlah PTK.

D. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang masalah, yang perlu ditulis dalam rumusan

masalah adalah identifikasi masalah, lalu dilakukan perumusan masalah

poin demi poin secara jelas. Dalam melakukan identifikasi masalah, perlu

dikemukakan enam pertanyaan (FX. Sudarsono:1996), yaitu seperti berikut.

1. Masalah apa yang menjadi keprihatinan Anda? (guru, KS, pengawas);2. Mengapa Anda memprihatinkan masalah itu?;3. Menurut pikiran Anda, apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah?;4. Bukti-bukti apa yang dapat dikumpulkan agar dapat membantu

membuat penilaian tentang masalah yang terjadi? studi pendahuluan;5. Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?6. Bagaimana Anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan

keakuratan tentang apa yang terjadi?

Sekedar contoh, misalnya identifikasi suatu masalah seperti berikut.

1. Rendahnya nilai ujian apakah disebabkan oleh metode mengajar yang

digunakan guru selama ini hanya berkisar penggunaan metode ceramah,

siswa diberi tugas rumah tetapi tindak lanjutnya masih belum efektif. Ini

ditandai dengan belum dilibatkannya orang tua atau wali siswa dalam

penyelesaian pekerjaan rumah siswa, pekerjaan rumah tidak diperiksa dan

tidak diberi umpan balik.

2. Motivasi belajar sebagian siswa dalam menghafal dan memahami konsep

IPS terlihat rendah. Apakah penyebabnya karena siswa banyak yang

senang bermain play station, juga pengawasan orang tua yang banyak

terlihat masih lemah untuk menangkal penyebab rendahnya motivasi

belajar siswa. Atau rendahnya nilai ujian disebabkan oleh alat bantu yang

32

kurang memadai, bahkan guru tidak pernah menggunakan alat bantu dalam

menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

Maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah rendahnya nilai ujian mata pelajaran IPS disebabkan oleh

penggunaan metode mengajar yang digunakan guru kurang efektif?

(identifikasi masalah nomor 1)

2. Apakah rendahnya nilai ujian mata pelajaran IPS disebabkan oleh

rendahnya motivasi belajar? (identifikasi masalah nomor 2)

E. Tujuan Penelitian

Pada tujuan penelitian memuat rumusan singkat dengan menggunakan

kalimat operasional tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai atau temuan

yang akan diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini. Rumusan tujuan

terkait erat dengan rumusan masalah karena tujuan penelitian pada dasar-

nya akan mencari pemecahan masalah yang ada. Pada rumusan tujuan

penelitian, dapat diawali dengan kalimat seperti berikut. Tujuan penelitian

tindakan kelas ini adalah:

1. untuk memperoleh data sejauhmana kontribusi penggunaan metode

mengajar yang diperbaiki terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran IPS di kelas …

2. untuk memperoleh data sejauhmana peranan meningkatnya motivasi

belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS

di kelas …

33

F. Manfaat Penelitian

Yang dimaksud dengan manfaat penelitian adalah jika penelitian ini sudah

selesai dilakukan, apakah manfaat yang dapat dirasakan oleh berbagai

pihak, misalnya bagi siswa, guru, pengawas atau bagi dinas pendidikan.

Juga perlu dijelaskan manfaat apa yang akan didapat oleh masing-masing

pihak. Dalam penyusunan usulan (proposal) penelitian, uraian azas manfaat

yang tegas dan jelas memperoleh bobot penilaian yang tinggi. Ini dengan

pertimbangan, jangan suatu penelitian hanya berakhir pada selesainya

penyusunan laporan saja. Seharusnya hasil penelitian benar-benar berman-

faat bagi pemecahan suatu masalah dan juga benar-benar bermanfaat bagi

pihak-pihak lain.

Sekedar contoh penulisan manfaat penelitian, yaitu seperti berikut. Hasil

penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Siswa kelas …. , yang akan dapat memperoleh kesempatan melakukan

belajar secara sistematis, akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar

mereka;

2. Guru kelas, dapat digunakan sebagai bekal dasar untuk mengembangkan

kompetensi profesionalnya;

3. Kepala sekolah, digunakan sebagai dasar melakukan pembinaan kepada

guru-guru lain yang belum melakukan peningkatan mutu pembelajaran

di kelasnya;

4. Pengawas, merupakan masukan yang dapat digunakan sebagai dasar

melakukan supervisi kelas.

34

2. Penyusunan Proposal

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam pekerjaan penelitian

adalah menyusun proposal penelitian, yang terdiri dari: bab I memuat

latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, bab II memuat kajian pustaka, dan bab III memuat metode

penelitian. Untuk memperoleh koreksi dan masukan atas proposal yang

disusun, perlu diseminarkan yang dihadiri para ahli di bidang ilmu yang

dibahas. Selanjutnya, pengumpulan data dilakukan, dan diakhiri dengan

penyusunan laporan hasil penelitian.

Proposal penelitian mempunyai fungsi sangat penting, karena merupakan

perencanaan kerja penelitian yang mencakup tentang apa-apa dan

bagaimana melakukan kerja penelitian dari awal sampai akhir.

Sehubungan dengan hal ini Suharsimi Arikunto (1993:10) mengemuka-

kan bahwa proposal yang sudah mengandung isi sistimatika penelitian

yang akan dilakukan sebagai “cermin” dari kualitas penelitian yang akan

dilakukan. Tentang penyusunan proposal penelitian, beberapa pakar

penelitian mengemukakan hal-hal yang relatif sama, seperti oleh

Sanapiah Faisal (1982:45-75), Suharsismi Arikunto (1993:9-25), dan

Ruseffendi (1994:10-26). Mereka kemukakan, secara umum proposal

penelitian agar berisi latar belakang dan rumusan permasalahan, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metode penelitian.

Bagaimana menyusun proposal yang baik, dapat dilihat dengan

menjawab kata-kata kunci berikut (Suryanto,1991:11-13).

(1) Rumusan judul: apakah mencerminkan masalah yang akan dipecahkan?, (2) latar belakang: apakah memuat penjelasan, pen-tingnya penelitian itu dilakukan?, (3) rumusan masalah: apakah telah

35

dirumuskan dengan singkat dan spesifik berdasarkan adanya kesen-jangan, (4) rumusan tujuan: apakah telah dirumuskan dengan jelas?, (5) kajian pustaka: apakah cukup relevan dengan masalahnya?, (6) kerangka teoritis: apakah hipotesis telah di dasari dengan kerangka teoritis yang nalar?, (7) hipotesis: apakah telah dirumuskan sesuai dengan masalah penilitian?, (8) rancangan penelitian: apakah terinci jelas dan sesuai dengan masalah penelitian?, (9) responden: apakah ditentukan dengan prosedur yang jelas dan tepat?, (10) instrumen dan pengumpulan data: apakah cara pengumpulan data direncanakan dengan rinci?, (11) tehnik analisis data: apakah telah dipilih sesuai dengan skala pengukuran?.

Pekerjaan pengumpulan data, pengolahan, dan analisis data agar

dilakukan secara konsisten dengan perencanaan yang telah dituangkan

dalam proposal. Hasil penelitian disusun secara cermat, sistematis,

memenuhi kaidah yang ditentukan, dan ditulis dalam bentuk laporan

hasil penelitian.

Berikut ini dikemukakan penjelasan setiap komponen proposal dan

penulisan laporan hasil penelitian tindakan kelas.

a. Isi bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian.

1) Latar Belakang Masalah

Hal-hal yang perlu dikemukakan dalam latar belakang masalah

adalah menjelaskan mengapa permasalahan itu perlu diteliti, apa

pentingnya permasalahan itu diteliti, atau kesenjangan apakah yang

terjadi terhadap sesuatu sehingga perlu diteliti. Tentang kesenjang-

an, pengertiannya ‘adanya perbedaan antara keadaan yang ideal

atau yang seharusnya terjadi dengan kenyataan yang ada.

36

Suatu contoh, Matematika dianggap pelajaran sulit oleh siswa,

karena pelajaran ini didominasi oleh lambang-lambang sehingga

tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan pelajaran lainnya.

Salah satu cara untuk mengantisipasi kesulitannya adalah dengan

mengkonkritkan pokok bahasan melalui alat peraga. Untuk keper-

luan ini diperlukan belajar melalui berbuat sendiri, sehingga pema-

haman siswa terhadap matematika akan lebih baik. Dengan adanya

alat peraga dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap

pelajaran yang diberikan, dapat mengetahui sesuatu konsep secara

nyata serta dapat menghindarkan pengajaran verbalisme. Ada guru

saat mengajar di kelas rendah belum menggunakan alat peraga yang

tepat. Di samping belum terbiasa menggunakannya, karena keterba-

tasan waktu dan fasilitas serta keberadaan guru itu sendiri. Guru

SD adalah guru kelas yang mengajar semua mata pelajaran, ini

suatu hal yang tidak dapat diabaikan. Berdasarkan hasil

pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah

dan guru-guru di SD ..........., diperoleh informasi tentang masih

kurangnya usaha memberikan perhatian dan dorongan kreativitas

siswa dalam penggunaan alat peraga. Memperhatikan gejala-gejala

tersebut, ini merupakan permasalahan yang perlu dicari jawabannya

melalui kegiatan penelitian tindakan kelas yang berjudul "Upaya

guru menggunakan alat peraga untuk meningkatkan kreativitas

siswa dalam proses belajar mengajar matematika di kelas II

SD ............................ tahun 1997".

37

2) Rumusan Masalah

Sebelum berbicara tentang bagaimana menuliskan rumusan

masalah, terlebih dahulu perlu dipahami apakah ciri-ciri masalah

yang baik. Ruseffendi (1994:14) mengemukakan bahwa masalah

dikatakan baik jika memiliki ciri-ciri (a) dapat diteliti, artinya

masalah itu dapat dipecahkan atau diperoleh jawabannya melalui

pengumpulan dan pengolahan data; (b) memberikan kontribusi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan; (c) sesuai dengan kemampuan

peneliti, juga ditinjau dari waktu, biaya, dan ruang lingkupnya; dan

(d) ada teori yang mendukung. Adapun rumusan masalah umumnya

dikemukakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, tetapi ada juga

dalam bentuk pernyataan. Rumusan masalah dapat lebih dari satu,

jika memang sesuai dengan ruang lingkupnya. Sesuai topik di atas,

contoh rumusan masalahnya jika dalam bentuk kalimat pertanyaan,

sebagai berikut.

Sejauhmana upaya guru untuk meningkatkan kreativitas siswa

melalui penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar

matematika di kelas II SD ...................... ?

Jika dalam bentuk kalimat pernyataan, rumusan masalah tersebut

sebagai berikut.

Penelitian ini akan mencari jawaban tentang sejauhmana upaya

guru untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui penggunaan alat

peraga dalam proses belajar-mengajar matematika di kelas II

SD .....

38

3) Tujuan Penelitian

Rumusan tujuan penelitian tidak perlu uraian, tuliskan saja secara

poin per poin yang menjadi tujuan dilakukannya suatu penelitian.

Suatu contoh, seperti berikut.

Penelitian ini bertujuan untuk,

a) melihat sejauhmana upaya guru dalam PBM Matematika di

kelas II; dan

b) melihat sejauhmana manfaat upaya guru dalam menggunakan

alat peraga dapat memotivasi, mendorong kegiatan berfikir, dan

mengembangkan bakat siswa dalam PBM Matematika.

4) Manfaat Penelitian

Sebutkan secara rinci pihak-pihak yang dapat mengambil manfaat

terhadap hasil penelitian yang dilakukan, dan bentuk manfaat yang

diperolahnya. Contohnya:

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi,

a) semua guru SD dalam usaha meningkatkan kreativitas siswa

melalui alat peraga, dalam pelaksanaan PBM Matematika;

b) semua siswa SD, terbantu dalam memahami mata pelajaran

Matematika,

c) kepala sekolah, digunakan sebagai masukan dalam membina

dan mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar

Matematika.

b. Isi Bab II : Kajian Pustaka

39

Hal-hal yang perlu diuraikan dalam kajian pustaka atau kajian

teori ini ialah kerangka acuan teori yang berkaitan dengan

permasalahan, atau ringkasan dan tinjauan teori-teori dari berbagai

buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Uraian kajian

teori dibuat secara sistematis, paling tidak memuat hal-hal sebagai

berikut.

a) Membahas teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel

penelitian, disertai pendapat peneliti berdasarkan analisis berbagai

teori tersebut;

b) Pengkajian hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan terdahulu

oleh berbagai peneliti (jika ada), dikaitkan dengan variabel dan

masalah penelitian yang sedang dilakukan; dan

c) Hipotesis penelitian, rumusannya diperoleh berdasarkan kesim-

pulan pemikiran deduksi dari uraian kajian pustaka. Istilah

‘hipotesis’ merupakan gabungan dari kata ‘hipo’ artinya ‘di

bawah’ dan ‘tesis’ artinya ‘kebenaran’ Secara keseluruhan ‘hipo-

tesis’ berarti ‘di bawah kebenaran’, kebenaran yang masih berada

pada tingkat bawah (belum tentu benar) dan menjadi kebenaran

jika telah dibuktikan melalui hasil penelitian (Suharsimi, 1993:57).

Pendapat lain mengatakan kriteria hipotesis yang baik agar (a)

menyatakan hubungan antar dua variabel atau lebih, (b) dirumuskan

berdasarkan landasan teori yang relevan, (c) dapat diuji, dan

variabelnya dapat diukur, dan (d) rumusannya singkat dan jelas (Borg

dan Gall dalam Daramiyati Zuchdi (1996:5). Hipotesis dapat juga

diartikan sebagai suatu ‘kesimpulan sementara’ dari seorang peneliti,

yang dirumuskan berdasarkan analisis berbagai teori dan temuan dari

40

hasil penelitian. Dengan pertimbangan untuk memudahkan (tidak

membebani) guru SD dalam memahami prosedur penelitian pada

tahap pertama, berikut ini hanya akan dikemukakan contoh rumusan

hipotesis penelitian tindakan kelas

Sekedar contoh draf tinjauan pustaka dengan topik di atas adalah berikut,

A. Kreativitas berfikir

1. Kreativitas berfikir merupakan pola berfikir atau ide-ide,

2. Kreativitas berfikir siswa merupakan hal yang perlu diperhatikan

guru (Conny S, 1984): kreativitas merupakan proses berfikir dima-

na siswa berusaha menemukan hubungan-hubungan baru, menda-

patkan jawaban, metode baru dalam memecahkan masalah.

3. Upaya Meningkatkan Kreativitas

a. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata,

b. Menggunakan alat bantu dalam mengajar,

c. Menggunakan variasi dalam mengajar, dan

d. Melibatkan siswa dalam PBM

B. Fungsi Alat Peraga

1. Jika menggunakan alat peraga

Pelajaran menjadi lebih konkrit, mendorong siswa belajar lebih

baik; dan menciptakan situasi belajar yang bervariasi dan menye-

nangkan.

2. Upaya Mengembangkan Kreativitas guru

a. Membuat alat peraga yang dapat dimanipulatif;

b. Membuat alat peraga yang menarik perhatian;

c. Menumbuhkan pemikiran siswa teratur dan kontinue , dan

41

d. Mendorong belajar lebih giat

C. Kerangka Pikir

Guru dituntut meningkatkan kreativitas siswa dalam PBM. Jika tidak

berusaha dengan baik, maka tujuan yang diharapkan tidak tercapai.

D. Hipotesis

"Jika guru mau berupaya meningkatkan kreativitas siswa (melalui alat

peraga), maka hasil belajar dalam PBM Matematika dapat

ditingkatkan".

c. Isi Bab III : Metode Penelitian

Isi bab ini memuat metode dan prosedur penelitian. Pada jenis

penelitian pada umumnya terdiri dari beberapa sub bab yaitu,

1) model penelitian,

2) daerah dan waktu penelitian,

3) populasi dan sampel penelitian,

4) instrumen (alat) yang digunakan untuk mengumpulkan data dise-

suaikan dengan jenis datanya, dan

5) analisis data.

Isi Bab III ini (Depdikbud, 1995:26) mengemukakan sebagai berikut.

1. Tujuan khusus (atau tujuan operasional) penelitian yang menjabarkan tujuan umum penelitian menjadi tujuan yang lebih operasional guna mengarahkan pelaksanaan penelitian.

2. Metode dan rancangan penelitian, berisi uraian tentang metode pelaksanaan penelitian dan rancangan pelaksanaannya. Rancangan penelitian juga mengemukakan gambaran umum cara dan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengamatan dan pengukuran agar dapat diperoleh data dengan kesalahan yang sekecil-kecilnya.

42

3. Populasi dan sampel, yang membahas karakteristik populasi, besar dan cara pengambilan sampel, serta upaya-upaya lain yang dilakukan penetapan dan pengambilan sampel.

4. Instrumen penelitian, memaparkan macam, bentuk serta cara penggunaan instrumen yang akan dipakai pada pelaksanaan pengumpulan data. (Jenis-jenis metode pengumpulan data misalnya dengan angket, checklist, observasi, field note, dokumentasi, tes, dan lainnya). Diuraikan pula tingkat kesahihan dan keterpercayan instrumen yang dipakai.

5. Pengumpulan dan analisis data, menguraikan jadual, personil, cara, dan hasil-hasil lain sehubungan dengan pengumpulan dan analisis data. Uraian teknik anailsis yang belum terlalu umum, perlu dijelaskan pada sub bab ini.

Khusus pada penelitian tindakan kelas, pada Bab III ini di tambahkan

dengan mengemukakan langkah-langkah atau siklus atau putaran yang

digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Sekedar contoh, dikemukakan

seperti berikut.

1) Rancangan

PTK dilakukan 3 putaran , setiap putaran menggunakan alat peraga

yang ditetapkan disetiap putaran dan bentuk-bentuk modifikasinya.

Tindakan yang dilakukan guru dalam mengajarkan pokok bahasan

pecahan menggunakan alat peraga (batang kuesionaire, benda modi-

fikasi kartu domino, bangun geometris, benda-benda konkrit) yang

dimanipulatif oleh siswa kelas II. Hasil tindakan setiap putaran

diobservasi, dipantau sejauhmana pemahaman setelah belajar dengan

alat peraga yang berbeda disetiap putaran dan hasil refleksinya.

Refleksi setiap putaran dalam PTK ini merupakn kegiatan tindak

lanjut dari putaran sebelumnya. Kegiatan kelompok yang diperkecil

jumlahnya dapat memperbaiki hasil belajar.

2) Variabel Penelitian

43

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat, yang

menjadi variabel bebas yaitu PBM matematika, dan yang menjadi

variabel terikat yaitu kreativitas siswa yang muncul melalui alat

peraga.

3) Populasi dan Sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

II SD ................. berjumlah ....... orang. Semua anggota populasi

dijadikan sampel (sampel total), maka tidak diperlukan teknik

pengambilan sampel.

4) Insrumen alat pengumpul data

Instrumen dalam PTK ini adalah pedoman wawancara, observasi, alat

pemantauan implementasi di lokasi dan di kelas, dan soal tes hasil

belajar yang digunakan ditiap putaran Tes dalam bentuk soal yang

akan digunakan, diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas II di

kelas lainnya.

5) Teknik pengumpulan data dan analisis

Data dalam PTK ini dikumpulkan melalui wawancara, observasi,

diskusi, tanya jawab, dan nilai hasil belajar matematika di kelas II.

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, hasil belajar. Untuk

melihat keberhasilan PTK ini, guru membuat soal sesuai dengan

putaran yang dilakukan. Setelah nilai hasil belajar diperoleh, maka

nilai akan dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif.

6) Cara Penafsiran dan Penyimpulan

Cara penafsiran hasil penelitian ini adalah pencapaian hasil belajar

yang dapat melampaui rerata ideal disetiap putaran dihitung dengan

prosentase dan melihat hasil rerata kelas disetiap putaran. Penyim-

44

pulan hasil PTK dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif,

menyimpulkan berdasarkan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas

rerata ideal disebut penyimpulan secara kuantitatif. Penyimpulan

berdasarkan kemajuan hasil belajar berdasarkan rerata kelas disetiap

putaran disebut penyimpulan secara kualitatif

TUGAS LATIHAN

1. Diskusi kelas tentang perbedaan pengertian penelitian tindakan kelas,

penelitian deskriptif, dan penelitian evaluasi.

2. Mahasiiswa menyusun satu proposal secara kelompok dengan jenis

penelitian sesuai tugas masing-masing kelompok.

3. Mahasiswa memperbaiki proposal masing-masing kelompok berdasarkan

masukan dalam diskusi kelas.

45

BAB V

LAPORAN HASIL PENELITIAN

(Pertemuan ke 13 - 16)

SASARAN BELAJAR

Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat :

1. menyusun dan melakukan uji coba alat pengumpul data

2. melakukan pengumpulan data

3. melakukan analisis data.

4. menyusun laporan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis

PENDAHULUAN

1. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data yang terkumpul dari setiap variabel disajikan dalam bentuk tabel-tabel

atau grafik-grafik. Pada buku Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

(Depdikbud, 1995:26-27) isi Bab IV ini dikemukakan sebagai berikut.

a. Jabaran variabel penelitian, yang berupa penulisan kembali variabel-variabel penelitian guna mengarahkan pemaparan hasil penelitian.

b. Hasil penelitian yang berupa pengungkapan dan pemaparan semua hasil pengamatan besaran-besaran variabel dalam berbagai bebtuk seperti tabulasi data dan bentuk lainnya. Namun hanya tabel-tabel penting saja dimasukkan dalam sub bab ini, tabel-tabel pendukung sajikan pada lampiran.

c. Pengujian hipotesis, dituliskan bila memang penelitian anda bertujuan untuk menguji hipotesis. Di sini (bila diperlukan) dipaparkan perhitungan yang dilakukan dalam usaha menguji hipotesis, serta jelaskan hasilnya.

d. Diskusi (pembahasan) hasil penelitian, mengungkapkan pandangan peneliti tentang hasil penelitian yang didapatnya. Dalam mendis-kusikan, umumnya mengacu atau berlandaskan hal-hal yang diungkapkan pada bab permasalahan (Bab I). Uraian diskusi ini

46

selanjutnya akan merupakan argumentasi dari kesimpulan dan saran hasil penelitian.

Contoh sebagian isi Bab IV hasil PTK seperti berikut.

a. Penelitian putaran I, penetapan konsep alat peraga yang akan

digunakan untuk pengenalan konsep pecahan. Alat peraga yang

digunakan adalah batang kuesionaire. Kegiatan yang dilakukan adalah

pemahaman, penggunaan, dan memanipulatif alat peraga.

Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran makro.

(Kemukakan nilai prestasi hasil belajar, setelah dilakukan evaluasi dan

berikan pembahasan/ulasannya). Refleksi dilakukan untuk

menganalisis kelemahan yang ditemui, lalu merencanakan penggunaan

alat peraga pada kegiatan belajar berikutnya, yaitu dengan:

memodifikasi, dan menambah jumlahnya, siswa pandai membantu

yang kurang pandai).

b. Putaran II, melihat gejala yang muncul setelah putaran I dilakukan,

maka pada putaran ini alat peraga yang dibuat guru dan siswa perlu

memodifikasi, dan akan digunakan dalam kegiatan belajar kelompok.

Alat peraga dibuat dari kertas karton berwarna putih, merah, hijau

muda, dan ungu. Kegiatan belajar kelompok bertujuan agar setiap

siswa yang mampu, dapat membantu siswa lain yang kurang.

(Kemukakan peningkatan hasil belajar siswa secara kuantitaif dan atau

secara kualitatif, uraikan pembahasan/ ulasannya). Setelah diamati dan

refleksi dari hasil kegiatan belajar dalam putaran ini, kalau belum

semua siswa aktif menggunakan alat peraga, maka diperlukan

perbaikan bentuk kegiatan belajar pada putaran III. Bentuk modifikasi

alat praga pada putaran ini adalah kartu model domino.

47

c. Penelitian putaran III, siswa diberi tugas membuat alat peraga di

rumah masing-masing yang akan digunakan pada kegiatan belajar

berikutnya. Alat peraga yang dibuat misalnya, model-model bangun

geometris berbentuk persegi panjang, persegi, dan lingkaran. Kegiatan

siswa untuk memahami penjumlahan dan pengurangan pecahan yang

berpenyebut sama seperti satu per dua, satu per tiga, dan satu

perempat, siswa menggunakan alat peraga yang bisa dimanipulatif di

kelompok-kelompok kecil. Alat peraga terbuat dari kertas atau kertas

karton manila yang dipetak-petakkan dengan ukuran setiap petak 5 X

5 Cm.

Ternyata hasil belajar pada putaran ini dapat ditingkatkan karena

dalam proses pembelajaran menggunakan alat peraga yang dibuat

siswa sendiri, sehingga timbul kesan siswa senang memanipulatifnya

(kemukakan data dan uraikan pembahasannya).

Sekedar contoh hasil penelitian di salah satu SD di Kodya Bandar

Lampung, data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif,

hasilnya seperti berikut.

48

Tabel 4. Kesimpulan Deskripsi Nilai pada Setiap Putaran

No Alat Peraga Rerata

Simpanga

n

Baku

Nilai Siswa ( % )

Jumlah> Rerata < Rerata

1.

Sebelum menggunakan alat peraga 4,3 1,9 44,44 % 56,56 % 100 %

2. Batang kuesionaire 5,6 2,1 58,33 % 41,67 % 100 %3. Modifikasi alat peraga 6,1 1,8 50,00 % 50,00 % 100 %4. Benda Geometris 6,3 1,9 41,67 % 58,33 % 100 %

Berikut ini dikemukakan contoh suatu pembahasan hasil penelitian.

Sebelum PTK dilaksanakan nilai matematika diambil, yang mendapat

nilai di atas rerata kelas 44,44% atau 16 orang dan di bawah rerata

kelas 55,56% (20 orang). Sedangkan nilai rerata kelasnya adalah 4,3.

Hasil belajar matematika sebelum PTK ini dilakukan, diperoleh nilai

rerata kelas di bawah rerata ideal, yaitu 0,7. Sedangkan siswa yang

mendapat nilai di atas rerata ideal ada 27,78% (10 orang), dan yang

mendapat nilai di bawah rerata ideal ada 72,22%. Karena hasil belajar

siswa di bawah rerata ideal jumlahnya lebih besar jika dibandingkan

dengan nilai di atas rerata ideal, maka perlu dilakukan perbaikan

pengajaran di kelas II ini.

Pada akhir putaran pertama, nilai rerata kelas dapat ditingkatkan dari

4,3 menjadi 5,6 berarti naik sebesar 1,3. Siswa yang memperoleh nilai

di atas rerata kelas ada 58,33 % (21 orang), sedang yang mendapat

nilai di bawah rerata kelas ada 41,67% (15 orang). Kalau dilihat

pencapaian nilai di atas, yang mendapat nilai di atas rerata ideal

ekuivalen dengan pencapaian nilai di atas rerata kelas. Kalau dilihat

perkembangan sebelum menggunakan alat peraga, yang mendapat

49

nilai di atas rerata ideal ada 10 orang, setelah putaran pertama,

meningkat menjadi 21 orang atau bertambah 11 orang. Kemajuan hasil

belajar ini meningkat sebesar 35,11 %.

Pada putaran kedua, menggunakan modifikasi batang kuesionaire dan

model kartu domino. Hasilnya, nilai tujuh ke atas ada 50% (18 orang),

sedangkan di bawah rerata kelas ada 50% (18 orang). Nilai di atas

rerata ideal ada 75% (27 orang). Ini berarti penggunaan alat peraga

tersebut, dapat meningkatkan hasil belajar sejumlah 16,67% (9 orang).

Melihat peningkatan hasil belajar ini, semakin dapat dipahami bahwa

dengan penggunaan alat peraga yang dimodifikasi, diperoleh hasil

belajar yang lebih baik. Kalau dilihat dari rerata sebelum putaran

kedua dilakukan, rerata kelas dalam pembelajaran dengan menggu-

nakan alat peraga batang kuesionaire yang dimodifikasi dan kartu

model domino, naik sebesar 0,5.

Pada putaran ketiga, alat peraga yang digunakan adalah bangun-

bangun geometris dan benda-benda nyata di sekitarnya. Yang

mendapat nilai di atas rerata kelas adalah 41,67% (15 orang), di atas

rerata ideal 69,44% (25 orang). Ini berarti penggunaan alat peraga

pada putaran ini, siswa yang dapat meningkat hasil belajarnya

sejumlah 27,77% (10 orang). Melihat peningkatan hasil belajar

tesebut, maka semakin dapat dipahami bahwa dengan penggunaan alat

peraga yang lebih konkrit, dapat diperoleh hasil belajar lebih baik.

Kalau dilihat dari rerata sebelum PTK putaran ketiga, rerata kelas

dalam pembelajaran dengan alat peraga bangun geometris dan benda-

benda konkrit di sekitarnya, naik sebesar 0,2.

50

Setelah penelitian tindakan kelas dilakukan tiga putaran, ternyata

penggunaan alat peraga cukup efektif atau diperoleh peningkatan

sebesar 47,44%. Kalau dilihat peningkatannya, sebelum putaran

pertama sampai dengan putaran ketiga, diperoleh peningkatan rerata

kelas sebesar 2,04.

2. Isi Bab V : Simpulan dan Saran

Rumusan kesimpulan agar disusun dengan kalimat yang efisien (tidak

masih berupa uraian panjang-lebar). Dengan membaca simpulan, pembaca

agar dapat memahami tentang hasil penelitian yang dilakukan seorang

peneliti. Saran atau rekomendasi sangat diperlukan untuk perbaikan

berbagai pihak, dan peneliti yang mempunyai perhatian dengan masalah

yang penelitiannya telah dilakukan sebelumnya. Secara ringkas bagaimana

merumuskan simpulan dan saran dikemukakan pada halaman berikut.

a. Simpulan yang merangkum semua hasil penelitian, yang diuraikan pada Bab IV. Disarankan sajian ini berurutan yang merupakan urutan jawaban dari rumusan masalah yang diajukan.

b. Saran-saran, diungkapkan agar berdasarkan atau berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Satu saran agar didahului dengan uraian yang merupakan argumentasi dari saran yang diajukan. saran tersebut dapat ditujukan kepada pemerintah atau lembaga atau kelompok masyarakat, dan dapat berupa saran penelitian lanjutan, anjuran penggunaan hasil penelitian, peninjauan peraturan sehubungan dengan hasil penelitian, atau lainnya (Depdikbud, 1995: 27).

51

Contoh simpulan hasil suatu penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN/REKOMENDASI

1. Kesimpulan Temuan-temuan PTK

Penggunaan alat peraga untuk setiap putaran PTK dapat memberikan

kontribusi terhadap kreativitas siswa dengan naiknya rerata nilai hasil

belajar matematika di kelas II secara bertahap disetiap putaran. Pada

putaran pertama, alat peraga yang digunakan adalah batang kuesionaire

dan modifikasi bentuk batang dengan garis pembatas warna hitam, terjadi

peningkatan rerata kelas sebesar 1,3. Putaran kedua, alat peraga yang

digunakan adalah modifikasi batang kuesionaire dibuat dari kertas karton

yang dipetak-petakkan dan kartu model domino ,rerata kelas naik 0,5 ,

dan putaran ketiga, alat peraga yang digunakan adalah bangun geometris

dan benda-benda konkrit, rerata kelas naik 0,24.

2. Kesimpulan hasil pembahasan

Dalam PTK ini dapat memperkecil jumlah siswa yang sangat kurang

pemahamannya menjadi kurang disetiap putaran. Dilihat peningkatan

rerata kelas selama tiga putaran, PTK ini ternyata rerata hasil belajar

matematika naik sebesar 2,04. Keefektivan penggunaan alat peraga dari

putaran pertama sampai ketiga adalah 47,44%.

3. Rekomendasi

a. Rekomendasi untuk kebijakan kepada:

(1) Guru kelas, meliputi (a) PTK dapat dipakai menjadi wahana

pengembangan profesional guru. Gurulah yang paling memahami

realitas kelas dan cara-cara menghadapinya, dengan mengkaji

52

resep-resep dari luar secara kritis, (b) melaku-kan dokumentasi

kelas dan siswa, tentang akademik maupun non akademik. Bahan-

bahan ini sangat membantu dalam memahami setiap permasalahan

yang timbul. Mereka perlu diajak bermusyawarah tentang

penggunaan alat peraga yang sesuai dengan tingkatan kelas dan

pokok bahasannya. Setiap tahapan penggunaan alat peraga perlu

dicermati, agar dapat memberikan informasi akurat, dan (c)

kegiatan perbaikannya dapat dilakukan dalam arena PTK.

(2) Kepala Sekolah, meliputi (a) ia dapat menjadikan dirinya sebagai

motor penggerak perbaikan di sekolahnya secara nyata. Program

sekolah dan kegiatan guru dapat dikembangkan dengan pola PTK

secara kolaboratif partisipatoris, meminta dukungan orang tua

secara kolaboratif dalam konteks belajar tertentu, dan (b) Kepala

SD agar melakukan pemantauan kegiatan guru untuk melihat

kemungkinan kesulitan di kelas, mendiskusikannya dengan kolega

untuk ditangani bersama.

(3) PGSD: (a) pengajar di PGSD perlu dibekali kemampuan mengenali

fenomena di SD dan kecenderungannya, yang positif atau negatif.

Pengaruh masyarakat sekitar dan kemungkinan dampaknya bagi

perilaku belajar siswa, perlu dikuasai, dan (b) mahasiswa praktikan

perlu dibekali kemampuan keguruan yang cukup, seperti

menemukan masalah di kelas, cara mengatasi dan memprediksi

hasilnya.

(4) Jajaran Kanwil Depdikbud meliputi, (a) Kanwil dalam penyusunan

daftar usulan kegiatan, perlu mencantumkan kegiatan PTK, agar

kepala SD dan guru dapat melaksanakan kegiatan PTK secara

53

efektif untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan, (b)

Kandep Dikbud kecamatan, perlu mengambil langkah nyata untuk

mendorong kegiatan perbaikan pengajaran oleh guru-guru dan

kepala sekolah secara kolaboratif. (c) perlu disediakan media

komunikasi untuk menyampaikan pengalaman guru, dengan

mengefektifkan forum KKG atau KKKS. Penyampai makalah

tentang inovasi metodologi pengajaran, dapat memperoleh kredit

poin kenaikan pangkat, dan (d) perlu disusun peta sekolah, berisi

informasi tentang SD-SD yang memiliki kemampuan

memanipulatif alat peraga matematika, menuliskan gagasan baru,

dan kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas. Akhirnya

PTK dapat dilakukan secara lancar dan berkesinambungan.

b. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut

Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan penelitian

(1) Dengan jumlah sekolah yang lebih banyak, agar dapat membuat

generalisasi lebih luas.

(2) Dengan melihat kreativitas siswa lebih jauh, seperti motivasi,

meningkatkan minat dan perhatian di kelas tinggi.

Satu kalimat kunci yang perlu diperhatikan dalam memupuk kemauan dan

kemampuan membuat karya tulis ilmiah adalah memupuk ‘rasa tanggap’

terhadap kesenjangan dan ‘mengungkap’ untuk mencari jawabnya dalam

latihan kegiatan penelitian. Bagi peneliti pemula tidak usah khawatir

berbuat salah (asal usaha maksimal telah dilakukan), karena bukan

efektivitas hasil penelitian yang menjadi tujuan utama, tetapi yang

diutamakan adalah berlatih memenuhi prosedur kegiatan penelitian

54

penelitian ilmiah. Diharapkan dari waktu-kewaktu peneliti pemula di

bidang pendidikan akan menjadi peneliti yang baik, dalam arti dari hasil

penelitiannya dapat memberikan kontribusi (sumbangan positif) bagi dunia

pendidikan.

TUGAS LATIHAN

1. Mahasiswa berlatih dalam kelompok menyusun dan melakukan uji coba

alat pengumpul data

2. Mahasiswa berlatih menganalisis hasil uji coba alat pengumpul data

3. Mahasiswa berlatih menyusun laporan hasil penelitian berdasarkan hasil

analisis data.

55

DAFTAR PUSTAKA

Among Kurnia Ebo. (1995). Kiat Menembus Kolom dan Rubrik Media Massa. Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia UGM.

Depdikbud. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

-------------. (1991). Penjelasan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Angka Kredit Bagi Jabatan Guru Dalam Lingkungan Depdikbud. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

-------------. (1993). Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

-------------. (1995). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

IKIP Yogyakarta. (1996). Materi Pelatihan Pemula Bagi Guru-guru SD, SLTP, SMU, dan SMK se-DIY. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Imam Syafi’ie. (1988). Retorika dalam Menulis. Jakarta: Dirjen Dikti.

Ruseffendi. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sanapiah Faisal. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Soedarsono, F.X. (1996). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Buku II. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Suharsimi Arikunto. (1991). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

------------------. (1993). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukamto. (1996). Materi Semiloka Penulisan Artikel dalam Jurnal. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Sumarno. (1996). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Buku III. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Suryanto, dkk. (1991). Kesalahan-kesalahan Umum dalam Usulan Penelitian Dosen IKIP Yogyakarta. Yogyakarta: Pusat Penelitian IKIP Yogyakarta.

Suwarsih Madya. (1994). Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Suyanto. (1996). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Buku I. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Wardani I.G.A.K, Wihardit Kuswaya, dan Nasoetion Noehi. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

56

KETERAMPILAN MENULIS(Buku Ajar)

OlehNgadimun Hd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNILABANDAR LAMPUNG

2004

57

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................KATA PENGANTAR .....................................................................................DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I. KETERAMPILAN MENULIS DAN KARYA TULIS ILMIAH .......

A. Membuat Karya Tulis Ilmiah Tidak Sulit ....................................B. Apakah Guru Perlu Memiliki Keterampilan Menulis? .................C. Mengapa Kita Tidak Mulai Berlatih Menulis Sejak Sekarang? ....D. Dari Mana Kita Harus Memulai Menulis? ...................................E. Penulis Perlu Memiliki Kemampuan Berbahasa Indonesia

yang Baik dan Benar ....................................................................

BAB II. KARYA TULIS ILMIAH UNTUK JABATAN GURU ....................

A. Ketentuan Umum Pengetikan ......................................................B. Ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah Jabatan Guru ........................C. Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah Jabatan Guru .....................

BAB III. KARYA TULIS ILMIAH POPULER ...............................................

A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah Populer ........................................B. Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah Populer ................................

BAB IV. TEKNIK PENELITIAN SEDERHANA BAGI JABATAN GURU . .

A. Jenis Penelitian Ilmiah .................................................................B. Penyusunan Proposal ...................................................................

BAB V. LAPORAN HASIL PENELITIAN ....................................................

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................................B. Simpulan dan Saran .....................................................................C. Rekomendasi ...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

58

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena taufiq dan

hidayah-Nya maka penulisan buku ajar ini dapat selesai. Buku ini diberi judul “Buku

Ajar Mata Kuliah Keterampilan Menulis”

Pada edisi pertama ini, penulis menyadari bahwa isinya masih belum memuat

teknik penulisan karya ilmiah dalam skup yang luas. Ini dengan pertimbangan agar

calon guru SD sebagai penulis atau peneliti pemula tidak enggan mempelajarinya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka beberapa contoh konkrit dikemukakan

dengan tujuan agar penulis/peneliti pemula mudah untuk mencerna dan

mengaplikasikan dengan topik atau permasalahan mereka.

Sistematika penulisannya, Bab I memuat konsep keterampilan menulis dalam

arti sempit dan luas, serta pengenalan tentang karya tulis ilmiah kaitannya dengan

angka kredit jabatan guru di bidang pengembangan profesi (kelompok III). Dalam

bab ini juga dikemukakan sekedar motivasi (dorongan) kepada calon/guru SD,

untuk mau mulai berlatih menulis sejak sekarang juga. Bab II, memberikan

informasi tentang ruang lingkup karya tulis ilmiah yang perlu dibuat oleh rekan-

rekan guru, untuk memperoleh angka kredit yang diperlukan sebagai persyaratan

memasuki jabatan Guru Pembina Tk.I (IV/b). Bab III, memuat tentang karya tulis

ilmiah populer. Bab IV memuat tentang teknik penelitian sederhana bagi jabatan

guru, dan Bab V memuat tentang cara menyusun laporan hasil penelitian, dilengkapi

dengan petunjuk tentang bagaimana menulis proposal sampai laporan hasil

penelitian, yang dirinci selangkah demi selangkah disertai contoh-contohnya secara

singkat.

Kritik konstruktif sangat penulis harapkan, dan diucapkan terima kasih.

Semoga buku kecil ini ada manfaatnya bagi para pengguna.

Bandar Lampung, 3 Februari 2004

Penulis,

59

KETERAMPILAN MENULIS

Oleh: Ngadimun Hd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNILABANDAR LAMPUNG2004

Tabel 5. Daftar Frekuensi Komulatif Alat Tabel 6. Daftar Frekuensi Komulatif

60

Digunakan di lingkungan sendiri,dilarang mengcpy tanpa seizin penulis

Peraga Batang Kuesionaire Alat Peraga yang Dimodifikasi

Nilai Hasil Belajar Frekuensi

Komulatif

Nilai Hasil

Belajar

Frekuensi

Komulatif

10 0 10 0

9 2 9 2

8 7 8 6

7 15 7 18

6 21 6 27

5 25 5 29

4 28 4 31

3 33 3 35

2 36 2 36

Tabel 7 Daftar Frekuensi Komulatif Alat Tabel 8.Daftar Frekuensi Komulatif sebe Peraga Bangun Geometris lumMenggunakan Alat Peraga

Nilai Hasil Belajar Frekuensi

Komulatif

Nilai Hasil

Belajar

Frekuensi

Komulatif

10 1 9 0

9 6 8 2

8 9 7 5

7 15 6 10

6 25 5 16

5 29 4 24

4 33 3 30

61

3 36 2 33

2 0 1 36

62

PENULISAN BUKU AJAR

Oleh: Ngadimun Hd.

UPT PELAYANAN PENDIDIKAN UNILABANDAR LAMPUNG2004

63

Disampaikan pada Pelatihan Penulisan GBPP, SAP, Bahan Ajar, dan Buku Ajar bagi Dosen Teknokrat Bandar Lampung