BAB I. BESARAN DAN SATUAN

19
BAB I. BESARAN DAN SATUAN A. BESARAN 1. PENGERTIAN BESARAN Besaran didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka-angka. 2. PENGERTIAN SATUAN Satuan adalah sebagai pembanding suatu besaran dan dinyatakan dengan angka. 3. PENGERTIAN DIMENSI Dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok.

description

BAB I. BESARAN DAN SATUAN. A. BESARAN. 1. PENGERTIAN BESARAN. Besaran didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka-angka. 2. PENGERTIAN SATUAN. Satuan adalah sebagai pembanding suatu besaran dan dinyatakan dengan angka. 3. PENGERTIAN DIMENSI. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of BAB I. BESARAN DAN SATUAN

Page 1: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

BAB I. BESARAN DAN SATUAN

A. BESARAN

1. PENGERTIAN BESARAN

Besaran didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka-angka.

2. PENGERTIAN SATUAN

Satuan adalah sebagai pembanding suatu besaran dan dinyatakan dengan angka.

3. PENGERTIAN DIMENSI

Dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok.

Page 2: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

Kembali membahas besaran, Besaran dibagi menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.

1.1  BESARAN POKOK

Besaran Pokok adalah baik besaran maupun satuannya telah ditetapkan terelebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain.

Ada 7 jenis Besaran Pokok yaitu :

NO BESARAN POKOK LAMBANG SATUAN DIMENSI

1 PANJANG l Meter L

2 MASSA m Kilogram M

3 WAKTU t Sekon T

4 KUAT ARUS LISTRIK I Ampere I

5 SUHU T Kelvin θ

6 JUMLAH ZAT N Mol N

7 INTENSITAS CAHAYA ζ Kandela J

Page 3: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

1.2  BESARAN TURUNAN

Besaran Turunan adalah  :

Besaran yang diturunkan dari besaran pokok.

Contoh Besaran Turunan   :

NO BESARAN TURUNAN RUMUS SATUAN DIMENSI

1 LUAS panjang x panjang     2m

  2L

2 VOLUME panjang x panjang x panjang     3m

  3L

3 KECEPATAN panjang / waktu        -1ms

      -1LT

4 PERCEPATAN kecepatan / waktu        -2ms

       -2LT

5 GAYA massa x percepatan           -2kgms

         -2MLT

6 USAHA gaya x panjang          2  -2kgm  s

       2    -2ML  T

7 ENERGI massa x panjang x percepatan         2  -2kgm  s

    2    -2ML  T

8 DAYA usaha / waktu          2   -3kgm  s

        2  -3ML  T

9 TEKANAN gaya / luas          -1   -2kgm   s

        -1  -2ML  T

10 MASSA JENIS massa / volume          -3kgm

      -3ML

11 MOMENTUM massa x kecepatan           -1kgms

             -1MLT

12 IMPULS gaya x waktu            -1kgms

        -1MLT

Page 4: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

1.3  AWALAN SATUAN

NO AWALAN LAMBANG KELIPATAN

1

TERA T       12

10

2

GIGA G     910

3

MEGA M     610

4

KILO K     310

5

PIKO P        -12

10

6

NANON       -9

10

7

MIKRO      -6

10

8

MILI m     -3

10

9

SENTI c       -2

10

10

DESI d       -1

10

Page 5: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

1.4  NOTASI ILMIAH

Bentuk baku penulisan notasi ilmiah adalah :   a,...  X  10n 

Di mana :

a adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9

n disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat.

Contoh :

0,000062 cm = 6,2  X  10-5  cm

0,00000725 m  = 7,25  X  10-6  m

45000000 km  = 4,5  X  107  Km

830000 kg  = 8,3  X  105  kg

Page 6: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

1.5  ANGKA PENTINGAngka penting adalah angka yang didapat dari hasil  pengukuran

Ciri khas dari Angka penting adalah ada satuannya.

Penting disini artinya penting diingat dan dicatat.

ATURAN - ATURAN ANGKA PENTING :

1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.

2. Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka penting.

3. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka bukan nol yang ditulis di belakang koma desimal termasuk angka penting.

4. Angka - angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal adalah bukan angka penting.

5. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, dst yang memiliki angka nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah agar jelas apakah angka-angka tersebut adalah angka penting atau bukan.

(Contoh : )

(Contoh : )

(Contoh :)

(Contoh :)

(Contoh : )

(Ke aturan berhitung dengan angka penting)

Page 7: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

234,6 g memiliki empat angka penting (Pakai aturan 1)

(Kembali ke aturan angka penting)

Page 8: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

25004 kg memiliki lima angka penting (Pakai aturan 2)

(Kembali ke aturan angka penting)

Page 9: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

0,0050 kg memiliki dua angka penting (Pakai aturan 3)

(Kembali ke aturan angka penting)

Page 10: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

0,004 kg memiliki satu angka penting (Pakai aturan 4)

(Kembali ke aturan angka penting)

Page 11: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

7500 ditulis 7,5 x 103 = memiliki dua angka penting (Pakai aturan 5)

7500 ditulis 7,50 x 103 = memiliki tiga angka penting (Pakai aturan 5)

7500 ditulis 7,500 x 103 = memiliki empat angka penting (Pakai aturan 5)

(Kembali ke aturan angka penting)

Page 12: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

ATURAN BERHITUNG DENGAN ANGKA PENTING :

a. Pembulatan :

Dalam ketentuan operasi angka penting berlaku syarat-syarat pembulatan berikut ini :

* Jika lebih dari 5 (lima), dibulatkan ke atas. Jika kurang dari 5 (lima) dihilangkan.

* Jika tepat 5 (lima) dan angka sebelumnya bilangan ganjil maka dibulatkan keatas. Namun bila angka sebelumnya merupakan bilangan genap maka dibulatkan ke bawah.

Contoh :

4,638 menjadi 4,64 (angka 8 lebih dari 5 dibulatkan ke atas)

7,823 menjadi 7,82 (angka 3 lebih kecil dari 5 dihilangkan)

2,475 menjadi 2,48 (angka 5 dibulatkan ke atas sebab angka sebelumnya 7 ganjil)

9,265 menjadi 9,26 (angka 5 dibulatkan ke bawah sebab angka sebelumnya 6 genap)

Page 13: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

b. Operasi Penjumlahan / Pengurangan :

Hasil operasi penjumlahan / pengurangan dengan bilangan penting hanya boleh mengandung satu angka yang diragukan/taksiran/dikira-kira.

Contoh :

Angka yang diragukan/taksiran/dikira-kira adalah : angka yang terleletak paling ujung atau paling belakang dari deretan angka-angka.

23, 6 angka 6 adalah angka taksiran karena berada paling ujung dan diberi tanda garis bawah pada angka 6.

46, 378 angka 8 adalah angka taksiran karena berada paling ujung dan diberi tanda garis bawah pada angka 8.

Kembali ke hasil operasi penjumlahan / pengurangan dengan bilangan penting hanya boleh mengandung satu angka yang diragukan/taksiran/dikira-kira.

Contoh : 38,534 m 6,2 m +44,734 m 44,7 m

92,1 m 35,816 m - 56,284 m 56,3 m

Dibulatkan menjadi 44,7 karena harus ada 1 angka taksiran yaitu angka 7

Dibulatkan menjadi 56,3 karena harus ada 1 angka taksiran yaitu angka 3, angka 3 hasil pembulatan.dari 2 ditambahkan 1 menjadi 3 karena disebelah kanan 2 ada angka 8 yang lebih dari 5.

Page 14: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

c. Operasi Perkalian / Pembagian : Hasil operasi Perkalian / Pembagian dari angka penting, penulisan hasilnya yaitu : jumlah angka pentingnya harus sama dengan jumlah angka penting pada komponen perkalian yang memiliki angka penting paling sedikit.

Contoh : 38,534 m memiliki 5 angka penting 6,2 m memiliki 2 angka penting

X238,9108 m2 memiliki 7 angka penting, dibulatkan menjadi 240 m2 jadi nulisnya harus memiliki 2 angka penting yaitu : 24 x 101 m2

38,534 m2 memiliki 5 angka penting 6,2 m memiliki 2 angka penting

:6,21516 m memiliki 6 angka penting, jadi nulisnya harus memiliki 2 angka penting yaitu : 6,2 m

Page 15: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

d. Operasi Perkalian / Pembagian dengan bilangan eksak

Hasil operasi Perkalian / Pembagian dengan angka eksak penulisan hasilnya yaitu : jumlah angka pentingnya harus sama dengan jumlah angka penting pada komponen angka penting itu sendiri.

Angka eksak adalah : angka yang tidak memiliki satuan.Contoh : 2, 7, 13, 16, 42 dst

Contoh : 27,62 m memiliki 4 angka penting 13

X359,06 m memiliki 5 angka penting, jadi nulisnya harus memiliki 4 angka penting yaitu : 359,1 m

456,83 m memiliki 5 angka penting 72

:32891,76 m memiliki 7 angka penting, jadi nulisnya harus memiliki 5 angka penting yaitu : 32892 m

Page 16: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

e. Operasi Pengakaran : Hasil operasi Pengakaran dari angka penting ditulis hasilnya yaitu : jumlah angka pentingnya harus sama dengan jumlah angka penting bilangan yang diakarkan.

Contoh : m2 = ... memiliki 2 angka penting

= 4,89 m memiliki 3 angka penting

Hasilnya harus ditulis sama dengan jumlah angka penting bilangan yang diakarkan , yaitu nulisnya harus memiliki 2 angka penting, jadi ditulisnya : 4,9 m

24

m2 = ... memiliki 3 angka penting= 19,183 m memiliki 5 angka penting

Hasilnya harus ditulis sama dengan jumlah angka penting bilangan yang diakarkan , yaitu nulisnya harus memiliki 3 angka penting, jadi ditulisnya : 19,2 m

368

Page 17: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

KONVERSI SATUAN

Km

hm

dam

m

dmX 10

mm

cm

: 10

Contoh :

5 Km = …….... m ?

Jawab : 5 Km = 5 X 1000

= 5 X 103 m16 cm = …….... m ?

Jawab :16 cm = 16 / 100

= 0,16 m

= 5000 m

= 1,6 X 10-1 m

12 m2 = …….... cm2 ?

Jawab : 12 m2 = 12 X 10000= 120000 cm2

= 1,2 X 105 cm2

38 mm2 = …….... m2 ?

Jawab :38 mm2 = 38 / 1000000

= 0,000038 m2

= 3,8 X 10-5 m2

Page 18: BAB I. BESARAN DAN SATUAN

Contoh :

72 Km/jam = …….... m/s ?

Jawab : 72 Km/jam = 72 X 1000 m

3600 s=

72000 m

3600 s20 m/s =

24 m/s = …….... km/jam ?

Jawab :1 / 1000 km

1 / 3600 jam24 m/s = =

24

1000X

=864

10

= 86,4 km/jam

24 X

0,6 g/cm3 = …….... kg/m3 ?

Jawab : 0,6 g/cm3 = 0,6 X1 / 1000 kg

1 / 1000000 m3

=

3600

1

0,6

1000X 1000000

1

= 0,6

X 1000

= 600 kg/m3

8,9 N/cm2 = …….... N/m2 ?

Jawab : 8,9 N/cm2 = 8,9 X 1 N

1/ 10000 m2= 8,9 X

10000

1= 89000 N/m2

1.

2.

3.

4.

Page 19: BAB I. BESARAN DAN SATUAN