BAB I - BAB III
-
Upload
rizki-devin-irvando -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of BAB I - BAB III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sistem transportasi laut terutama untuk Negara Kepulauan seperti halnya
Negara Indonesia, perlu diperhatikan mengenai sarana dan prasarana pengelolaan
transportasi laut yang memungkinkan untuk peningkatan mutu dan kualitas transportasi
salah satunya adalah transportasi kapal laut (maritime).
Kapal, dalam peranannya memiliki sejumlah fungsi dan manfaat sebagai salah
satu transportasi andalah Indonesia karena memiliki tujuan yang banyak dicari oleh
beberapa pihak dalam sektor yang terkait. Dalam penanganan ini, biasanya suatu kapal
ditunjang oleh beberapa fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk adanya
kemudahan dan kenyamanan berkendara baik dalam segi kualitas maupun kuantitas
suatu kapal.
Salah satu penunjang dalam hal peningkatan mutu dan kualitas adalah
penggunaan sistem penggerak kapal (main propulsion engine). Banyak cara yang
digunakan untuk dapat menghitung berapa tahanan total kapal yang diterima sehingga
didapat kalkulasi nilai tahanan kapal untuk dapat dijadikan sebagai acuan standart
pembuatan dan perancangan daun baling-baling propeller. Dalam laporan ini akan
dijelaskan tahapan tahapan mengenai perhitungan propeller untuk dapat digunakan
sebagai sebuah pembuatan propeller baru.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil dalam laporan ini adalah :
Bagaimana langkah-langkah yang digunakan untuk dapat merancang daun baling-
baling propeller?
1.3 Batasan Masalah
Batasan Masalah yang diambil dalam laporan ini adalah :
Membahas seputaran perancangan dan perhitungan baling-baling propeller kapal
1
1.4 Tujuan dan Manfaat
a) Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses perhitungan propeller kapal
b) Mahasiswa dapat menghitung proses perhitungan propeller kapal
c) Mahasiswa dapat menjelaskan proses perhitungan propeller kapal
d) Mahasiswa mampu mengerti dan memahami serta menjelaskan mesin induk
kapal
e) Mahasiswa mampu menganalisa faktor yang mempengaruhi perhitungan
propeller kapal
1.5 Daftar Kepusktakaan
Daftar kepustakaan dalam laporan ini mengacu pada buku-buku dan referensi yang
digunakan sebagai acuan dalam proses perhitungan dan rancangan pembuatan propeller
kapal.
2
BAB II
DASAR TEORI
Dalam merencanakan propeller kapal terdapat berbagai teori sebagai ladasannya, jenis-jenis
teori desain propeller kapal yaitu sebagai berikut :
1. Teori Sederhana Aksi Baling – baling ( Putaran mur pada baut )
Pada permulaan perkembangan teori yang mempelajari bekerjanya baling – baling
ulir, baling- baling dijelaskan secara sederhana. Azas yang dipergunakan menerangkan hal
tersebut adalah azas mur yang berputar pada suatu baut. Dalam satu kisaran baling-baling
harus bergerak ke depan sejauh jarak yang sama dengan langkah ulirnya P ( pitch). Jadi,
kalau roda baling-baling berputar n kali putaran permenit maka dalam satu menit roda baling
– baling akan bergerak sejauh n kali P.
Propeller kapal tersebut dalam satu kisaran sebenarnya hanya hanya bergerak maju
sejauh jarak kurang dari n kali P. Hal ini air disebabkan karena air dipercepat kebelakang.
Perbedaan jarak tersebut disebut Slip. Slip diperhitungkan dalam hal propeller mediumnya
adalah air bukannya benda padat seperti keadaan mur dan baut. Menurut teori ini bahwa
efisiensi baling – baking adalah
n = TVA / TnP = 1 – SR Dimana :
Dimana :
T = gaya dorong ( N ; KN )
n = putaran propeller . menit
P = Pitch daun baling-baling ( m )
VA = Kecepatan air yang melalui bidang piringan baling-baling ( m / detik ; knot )
Harga slip ratio nyata Sr menggambarkan usaha untuk mengerakan air agar air
bergerak kebelakang. Harganya selalu positif agar kapal bergerak maju ( ada usaha agar air
bergerak kebelakang ). Harga slip ratio khayal / semu Sa dipakai untuk mengetahui
bekerjanya propeller apakah normal atau tidak.
Dari persamaan diatas bila tidak ada slip ( Sr = 0 ) nilai efisiensi ( menjadi 1 atau 100
% . Hhal ini tidak mungkin sebab bila tidak ada slip berarti tidak ada percepatan air
ditimbulkan oleh baling-baling untuk menghasilkan dorongan. Disebabkan karena adanya
kemungkinan nilai Sr dapat menjadi nol maka teori ini tidak cocok dipergunakan untuk
menerangkan fenomena baling-baling kapal. Oleh karena itu dikembangkan teori lain.
3
2. Teori Momentum Propeller Kapal
Teori ini menganggap bahwa propeller sebagai alat untuk mempercepat pindahnya
air sampai ketempatnya didepan daun baling-baling ( dibelakang kapal ). Air akan mengalami
percepatan aksial (a ) dan menimbulkan slip dengan kecepatan kearah belakang kapal akibat
gerak berputarnya daun baling-baling dengan letaknya yang condong terhadap sumbu
baling-baling.
Reaksi yang timbul akibat percepatan air kebelakang menimbulkan gaya dorong . Air
akan mengalami perlambatan yang teratur akibat gaya-gaya dariviskositas air setelah melalui
propeller. Hal ini menyebabkan energi propeller terbuang sehinga ada kehilangan energi.
Sumber lain yang menyebabkan kehilangan energi :
Tahanan akibat gesekan daun baling-baling , dan
Baling-baling memberi putaran pada arus slip untuk mempercepat air.
Efisiensi propeller dinyatakan dengan sebagai perbandingan kerja yang berguna untuk
menggerakan kapal dengan kerja yang diberikan propeller. Dengan adanya percepatan air a
yang terdorong kebelakang kapal menyebabkan efisiensi ( = 100 % maka a = 0 . Berarti air
tidak dipercepat yang menyebabkan tidak ada gaya dorong yang diberikan oleh propeller
kepada kapal.
Kemungkinan untuk memperbesar efisiensi adalah dengan memperkecil percepatan
arus slip. Hal ini dilakukan dengan mamakai propeller dengan diameter besar dan diputar
selambat mungkin. Dari segi teori momentum , baling-baling disamakan dengan jenis
propulsi jet karena arus slip yang dipercepat kebelakang merupakan arus jet.
3. Teori Elemen Daun Propeller kapal
Teori elemen daun memakai cara penjumlahan gaya-gaya dan momen-momen yang
timbul pada setiap potongan melintang daun (aerofil) sepanjang radius baling-baling. Sebuah
daun propeller yang dipotong membentuk aerofil ini bergerak diair dengan kecepatan V
dengan suatu sudut pengaruh terhadap arah geraknya.
Pada permukaan punggung aerofil tekananya rendah , sedang pada bagaian bawah
aerofil tekananya tinggi . Akibatnya timbul efek isapan kearah pungung aerofil. Resultan dari
gaya-gaya tekanan iniadalah Fn. Akibat gesekan , muncul pula gaya Ft. Resultan dari gaya Ft
4
dan Fn adalah F. Arah Ft tegak lurus terhadap permukaan kerja aerofil sedang arah Ft tegak
lurus arah Fn.
Gaya F diurai menjadi lift tegak lurus ( gaya angkat ) dan drag ( gaya penahan ). Arah
lift tegak lurus dengan arah gerak aerofil sedang sedang arah drag tegak lurus terhadap arah
lift. Besarnya lift dan drag propeller dinyatakan sebagai berikut ;
Lift : dL = C1 ½p V 2 dA
Drag : dD = Cd . ½p V
Diaman :
C1 = Koefisien lift ; CD = Koefisien Drag;
Cd = densitas fluida ; V =Kecepatan aliran fluida ;
A = Luas daerah permukaan aerofil
Kemudian lift dan drag diuraikan kearah tranlasi ( ke arah maju kapal dan kearah
tegak lurus terhadap arah maju kapal ) menimbulkan gaya dorong / thrust ( sesuai arah maju
kapal ) dan gaya torsi / torque ( arahnya tegak lurus arah gerak maju kapal ).
Besarnya thrust dan torque propeller dinyatakan sebagai berikut.
DT = dL . cos B – dD . sin B
DQ = (dL . sin B + dD . cos B ) r
Thrust : T = Z S R rH dQ . dR
Torque : Q = Z S R rH dQ . dR
T = thrust / gaya dorong ; Q = Torsi / Torque
Z = Jumlah daun baling-baling ; R = jari-jari propeller
r = jari-jari propeller sampai pada penampang yang ditinjau
rH = jari-jari hub
Hal-hal yang harus dipelajari dan diperkirakan dengan sebaik-baiknya untuk
memperhitungkan besar thrust dan torqoe dengan sempurna adalah Air yang melalui aerofil
(sebagai bagaian dari baling – baling ) telah mendapatkan percepatan seperti telah
diterangkan pada teori mpmentum.
Gaya-gaya yang bekerja pada daun berubah karena letak karena letak daun berikutnya saling
berdekatan.
5
4. Teori Sirkulasi propeller kapal
Teori sirkulasi didasarkan pada konsep bahwa gaya angkat yang ditimbulkan
propeller disebabkan oleh adanya aliran sirkulasi yang terjadi disekeliling daun. Aliran
sirkulasi menyebabkan penurunan tekanan pada punggung daun serta kenaikan kecepatan
Setempat dan kenaikan tekanan pada sisi muka daun dan penurunan kecepatan setempat.
Kecepatan fluida terhadap elemen daun merupakan penjumlahan dari kecepatan tranlasi dan
kecepatan sirkulasi.
Besarnya gaya angkat dari gaya tahan dinyatakan sebagai berikut :
dL = ( . V G . ( . dr
DD = CD ( ½ . ( . VG 2 ) c . dr
VG = Kecepatan fluida ; ( = sirkulasi ; c = filamen pusaran;
Dr = lebar penampang daun ; CD = Koefisien drag;
P = densitas fluida
Menurut teori ini diperhitungkan untuk merencanakan propeller dapat dilakukan dengan dua
cara :
Perhitungan untuk mencari geometri propeller terbaik
Perhitungan untuk mengetahui karakter propeller yang sudah diketahui geometrinya.
5. Efisiensi propeller
Adanya kerugian – kerugian tenaga pada propelle menentukan efisiensi propeller.
Ada empat macam efisiensi propeller. Efisiensi lambung / hull efisiensi, Propeller bekerja
menghasilkan gaya dorong pada badan kapal ( thrust T ) pada suatu kecepatan aliran air VA
yang memasuki budang piringan atau diskus propeller. Akibatnya , kapal begerak pada
kecepatan Vs. Hasil perkalian T . VA merupakan tenaga kuda yang diberikan baling-baling /
propeller yang berwujud sebagai gaya dorong. Hasil itu disebut Thrust Horse Power ( THP ).
Hasil perkalin tahanan total kapal RT dengan kecepatan kapal Vs merupakan tenaga
kuda efektif kapal . Hasil perkalian tahanan total ini disebut efektif horse power ( EHP ).
Harga perbandingan EHP dengan THP disebut hull efisiensi / efisiensi lambung / efisiensi
badan kapal.
Hull effisiensi = e h = EHP = ( 1 – t ) THP ( 1 – w ) t = thrust
deduction ; w = wake faction menurut Taylor Harga eh biasanya lebih dari satu sebab
6
untuk kapal – kapal type biasa dan berbaling baling tunggal harga w lebih dari t merupakan
fungsi dari w.
6. Effisiensi Baling-baling / Propeller Effisiensi
Kerigian energi baling – baling disebabkan oleh dua factor utama, yaitu :
Kerugian akibat sejumlah massa yang bergerak berputar kebelakang. Energi
dihabiskan akibat geseka-gesekan dari partikel air itu sendiri . Kerugian ini dapat
dikurangi dengan mempergunakan system putaran lambat pada massa air yang
banyak. Jadi, dipergunakan baling-baling dengan diameter besar dengan jumlah
putaran yang lambat. Meskipun demikian baling-baling dengan diameter sebesar
bagaimanapun tidak akan mempunyai effisiensi lebih dari 70 %.
Kerugian karena adanya daya tahan pada daun propeller sewaktu bergerak didalam
air. Hal ini disebabkan oleh viskositas air dan gesekan air pada daun tersebut .
Kerugian ini dikurangi denganmempergunakan daun propeller yang sempit. Dengan
mempersempit luas tiap daun maka luas permukaan daun berkurang. Untuk mendapat
luasan permukaan daun total yang sama seperti sebelum daun dipersempit maka
jumlah daun ditambah tetapi effisiensi daun berkurang.
Menurut hasil percobaan ditangki percobaan, Hanya sedikit exit perbedaan effisiensi pada
propeller berdaun tiga dengan empat dan antara empat dengan lima. Effisiensi akan
berkurang dengan bertambahnya jumlah daun propeller Z.Keuntungan daun propeller
berdaun banyak untuk mengurangi getaran kapal yang ditimbulkan oleh propeller terutama.
Propeller effisiensi didefinisikan sebagai berikut :
Ep = T H P
D H P
DHP ( Delivered horse power ) yaitu tenaga kuda yang ditranmisikan dari poros kepropeller.
DHP diukur dengan percobaan open water test. Propeller diciba tanpa dipasang pada model
kapal. Besarnya DHP ini berbeda dengan DHP sesungguhnya./ Perbandingan antara kedua
DHP yang berbeda tersebut menghasilkan relative rotative efficiency ( err).
7. Propulsive Coefficient ( PC )
7
Propulsive coefficiency adalah harga perbandingan antara EHP ( dari bahan kapal
tanpa adanya tonjolan – tonjolan dan kelonggaran – kelonggaran lain) dengan BHP untuk
motor diesel dan SHP ( shaft horse power / daya yang disalurkanmesin ke poros ) untuk kapal
–kapal turbin.
PC = EHP ; PC = EHP BHP SHP
8. Relative Rotative Efficiently
Quasi Propulsive Coefficient ( QPC ) adalah nilai koeffisien yang dipergunakan
untuk menjaga agar nilai PC tidak berubah akibat berubahnya effisiensi mekanis mesin
induk.Nilai QPC ini menggantikan nilai PC. Harga PC lebih besar dari nilai hasil perkalian
eh dengan ep. Hal ini disebabkan timbunya factor yang disebut Relative Rotative Efficiency (
err ) sehinga nilai PC menjadi QPC , QPC = eh. Ep. Err.
Hal tersebut berlaku dalam percobaan self Propuled. Percobaan ini adalah percobaan
model kapal yang dilengkapi dengan model balong-baling dan dapat bergerak sendiri
ditangki percobaan sesuai kecepatan yang ditentukan. Model kapal mempergunakan
propeller tunggal. Harga propeller effisiensi pada open water test ep, harga wake dan harga
thrust deducation diikutsertankan dalam perhitngan.
Dalam perencanaan propeller sebaiknya nilai err yang dipakai tidak lebih dari 1,03
dengan mengabaikan apakah ada tonjolan – tonjolan ( tiang kemudi ; bagain depan kemudi
yang dipasang dibelakang atau dimuka propeller.
9. Kavitasi propeller
Secara singkat kavitasi adalha pembentukan gelembung –gelembung pada permukaan
daun. Sering terjadi pada bagaian belakang permukaan daun / back side. Kavitasi baru
diketahui tahun 1890 oleh charles parson ( inggris ) dari pengalamanya mengenai perahu-
perahu kecepatan tinggi. Peristiwa itu ia buktikan pada kapal turbin.
Apabila tekanan pada permukaan pungung daun dikurangi sampai suatu harga
dibawah tekanan statis fluida maka akan menyebabkan tekanan daun menjadi negatif. Pada
kenyataanya tekanan negatif tidak dapat terjadi. Hal ini menyebabkan suatu reaksi lain.
Fluida meninggalkan permukaan daun kemudian membentuk gelembung-gelembung /
kavitasi . Gelembung – gelembung ini berisi udara atau uap air. Gelembung-gelembung
terjadi ditempat puncak lengkungan tekanan rendah.
8
Gelembung – gelembung yang terjadi akan melintasi dan menyusur permukaan daun
sampai kebelakang daun dan akan hancur pada daerah yang tekananya tinggi disbanding
tekanan yang terjadi pada permukaan punggung daun. Gaya yang terjadi pada proses
penghancuran gelembung-gelembung ini kecil tetapi luas permukaan yang dipengaruhi oleh
gaya ini lebih kecil disbanding gaya yang mempengaruhinya sehingga akan timbul tekanan
yang besar berwujud letusan. Gaya letusan ini menyebabkan ratique / lelah pada daun.
Teori lain menyatakan bahwa peletusan atau penghancuran gelembng-gelembung
tidak terjadi. Hal ini terjadi adalah gelembung tdi mengecil sampai sangat kecil dan
bertekanan sangat tinggi. Tekanan yang sangat tinggi ini menyebabkan ratique pada
permukaan daun.
Peletusan gelembng kavitasi dapat dikurangi dengan menghindari adanya puncak tekanan
rendah yang menyolok pada punggung permukaan daun. Tekanan rendah yang terjadidapat
diperbaiki dan puncak yang menyolok dapat diratakan dengan mengurangi beban permukaan
daun. Jadi, dengan memperluas permukaan daun dapat mengurangi kavitasi.
– Akibat yang Ditimbulkan Oleh Kavitas propeller
Timbul erosi dan getaran yang menyababkan daun retak. Erosi disebabkan oleh aksi
mekanis terbentuknya dan terurainya gelembung-gelembung kavitasi.
Effisiensi turun. Hal ini disebabkan oleh sifat dari bentuk aerofil tidak dapat lagi
menghasilkan gaya propulsi.
- Pencegahan Kavitasi propeller
Menambah luas daun baling baling dengan cara memperbesar tiap daunya Hal ini
dilakukan untuk mengurangi beban yang dialami oleh daun setiap luas.
Mempergunakan type irisan daun yang dapat mengurangi terjadinya puncak tekanan
rendah yang menyolok dipermukaan punggung daun. Juga diusahakan agar tekanan
rendah yang terjadi dipermukaan daun dapat serat mungkin.
Terowongan kavitasi dipergunakan untuk mempelajari kavitasi. Cara kerjanya sama
dengan terowongan angin yang dipakai untuk keperluan aeronautika. Model baling-baling
ditempatkan dalam terowongan yang berisi air dengan tekanan fluida yang dapat diatur
sehinga model propeller seolah-olah bekerja sesuai dengan kerja propeller yang sebenarnya.
9
Air diputar sepanjang terowongan tertutup. Model propeller yang diuji ditempatkan didalam
terowongan dan kecepatan propeller diatur. Model propeller ini dipantau melalui jendela kaca
disisi terowongan. Dengan memperguanakan terowongan ini , haraga thrust, torque, effisiensi
baling-baling pada berbagai harga slip dan perihal kavitasinya dapat diketahui . Yang
penting adalah mengetahui kapan kavitasi mulai terjadi. Hal ini dilihat melalui jendela kaca
pemeriksaan.
Melalui jendela kaca , baling-baling terlihat seolah diam tidak berputar. Ditempat
baling-baling dipasang lampu Stroboskopik yang bersinar dan padam secara bergantian
setiap satu kali putaran baling-baling terlihat seolah diam. Terowongan ini dapat juga dipakai
pada keadaan tidak berkavitasi.
BAB III
PEMBAHASAN
10
PERHITUNGAN PROPELLER “MT. HARIZ”
Data Kapal
Nama Kapal : MT. HARIZ
Jenis Kapal : Tanker
LOA : 99.30
LPP : 94.30
B : 14.60
H : 8.10
T : 6.70
CB : 0.72
Vs : 11.80
Radius Pelayaran : 2.000
Mesin Utama : 5.400 BHP “Caterpillar 3612”
Putaran Mesin : 2.100 rpm
Kamar Mesin : Di Belakang
LWL : 96.19
BRT : 3200 Ton
NRT : 1900 Ton
11