BAB I-Akhir Peningkatan Kualitas Permukiman Peternakan Lumajang

9
IDENTIFIKASI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN PETERNAKAN DI KABUPATEN LUMAJANG BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung optimal bagi ke langsungan hidup manusia pada suatu wilayah. Kualitas lingkungan antara lain terdiri dari suasana yang nyaman, terpenuhinya keperluan hidup yaitu mulai kebutuhan dasar/primer hingga kebutuhan rohani atau spiritual. Sedangkan kualitas lingkungan hidup dapat dibedakan berdasarkan karakteristik biofisik, sosial- ekonomi maupun budaya serta dalam hal ini dapat pula dikaitkan dengan bidang keciptakaryaan misalnya tentang keadaan hunian/tempat tinggal, penataan permukiman, fasilitas penunjang permukiman dan sebagainya. Yang perlu diketahui dalam memahami kualitas lingkungan adalah daya dukung lingkungan yaitu kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut. Pengelolaan sumber daya alam yang kurang bijaksana dapat memberi tekanan pada stabilitas lingkungan itu sendiri. Terlebih dengan pertambahan jumlah penduduk yang penyebarannya tidak merata akan semakin berkontribusi terhadap tekanan sumber daya alam. Akibatnya adalah terjadinya penurunan pada kualitas lingkungan hidup yang di kemudian hari dapat merugikan dan mengancam mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga untuk itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup. Laporan Akhir I - 1

description

BAB I-Akhir Peningkatan Kualitas Permukiman Peternakan Lumajang

Transcript of BAB I-Akhir Peningkatan Kualitas Permukiman Peternakan Lumajang

IDENTIFIKASI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN PETERNAKANDI KABUPATEN LUMAJANG

BAB IBAB IPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan lingkungan yang

dapat memberikan daya dukung optimal bagi ke langsungan hidup manusia

pada suatu wilayah. Kualitas lingkungan antara lain terdiri dari suasana yang

nyaman, terpenuhinya keperluan hidup yaitu mulai kebutuhan dasar/primer

hingga kebutuhan rohani atau spiritual. Sedangkan kualitas lingkungan hidup

dapat dibedakan berdasarkan karakteristik biofisik, sosial-ekonomi maupun

budaya serta dalam hal ini dapat pula dikaitkan dengan bidang

keciptakaryaan misalnya tentang keadaan hunian/tempat tinggal, penataan

permukiman, fasilitas penunjang permukiman dan sebagainya. Yang perlu

diketahui dalam memahami kualitas lingkungan adalah daya dukung

lingkungan yaitu kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung

perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan

antarkeduanya untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut.

Pengelolaan sumber daya alam yang kurang bijaksana dapat memberi

tekanan pada stabilitas lingkungan itu sendiri. Terlebih dengan pertambahan

jumlah penduduk yang penyebarannya tidak merata akan semakin

berkontribusi terhadap tekanan sumber daya alam. Akibatnya adalah

terjadinya penurunan pada kualitas lingkungan hidup yang di kemudian hari

dapat merugikan dan mengancam mengancam kelangsungan perikehidupan

manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga untuk itu perlu dilakukan

perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup.

Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas wilayah mencapai 48.256 km2

dan terbagi menjadi 38 Kabupaten/Kota memiliki potensi yang sangat besar

dalam agribisnis yang salah satunya satunya adalah di bidang peternakan.

Kabupaten Lumajang adalah salah satu daerah di Jawa Timur dengan

sentra peternakan yang cukup besar dan tersebar hampir di seluruh wilayah

kecamatan dan penjuru desa. Berdasarkan data potensi peternakan

Kabupaten Lumajang tahun 2012 (Lumajangkab.go.id) terdapat beberapa

jenis populasi peternakan antara lain yaitu, ternak besar (jenis ternak sapi

Laporan Akhir I - 1

IDENTIFIKASI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN PETERNAKANDI KABUPATEN LUMAJANG

potong, sapi perah, kerbau, kuda), ternak kecil (jenis ternak kambing, domba,

babi) dan ternak unggas (ayam buras, ayam petelur, ayam ras pedaging,

itik).

Dalam banyak kasus, air larian (air permukaan) yang berasal dari

kandang atau hasil penyiramannya membanjiri lahan sekitarnya dan

mengakibatkan pencemaran terhadap badan air. Selain itu juga

mengakibatkan pencemaran udara karena hasil penguraian bahan organik

limbah ternak yang dibuang dengan cara hanya ditumpuk dan menggunung

disuatu tempat tanpa penanganan yang benar dapat menghasilkan gas yang

berbau dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dalam agribisnis, limbah peternakan merupakan bahan andalan

pemenuhan kebutuhan pupuk. Namun, karena pengelolaannya yang belum

memadai maka sebagian besar limbah peternakan justru masih menjadi

penyebab utama pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah peternakan

merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

efektifitas, efisiensi dan produktivitas agribisnis disertai meningkatnya daya

dukung lingkungan. Keberhasilan usaha pertanian tanaman, sangat

dipengaruhi oleh ketersediaan pupuk. Sampai saat ini, sebagian besar masih

menggunakan pupuk buatan, padahal selain ketersediaannya terus

berkurang, penggunaan yang tidak bijaksana juga berdampak terhadap

keseimbangan ekologis sehingga daya dukung lingkungan terus menurun dan

produktivitas usaha pertanian rendah. Salah satu alternatif penanggulangan

adalah meningkatkan produksi pupuk organik melalui pengelolaan dan

pemanfaatan limbah peternakan secara optimal.

Sehingga dalam hal ini, perkembangan sektor agribisnis terutama di

sektor peternakan, harus diiringi dengan peningkatan kualitas lingkungan di

permukiman. Hal ini disebabkan karena sektor peternakan dapat

menghasilkan limbah yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas

lingkungan, salah satunya disebabkan oleh adanya limbah padat dan limbah

cair yang dihasilkan yang belum dikelola secara tepat. Kurangnya usaha

pengelolaan lingkungan ini dapat memberikan dampak negatif pada

kesehatan. Terlebih adanya kemungkinan masyarakat belum memahami

bahwa pada beberapa pengelolaan limbah dapat menghasilkan sumber

energi yang dapat dimanfaatkan.

Oleh karena itu diperlukan suatu studi tentang Identifikasi Peningkatan

Kualitas Permukiman Peternakan di Kabupaten Lumajang sebagai salah satu

Laporan Akhir I - 2

IDENTIFIKASI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN PETERNAKANDI KABUPATEN LUMAJANG

usaha untuk menjaga kualitas lingkungan permukiman peternakan. Dengan

demikian, perkembangan agribisnis di bidang peternakan Kabupaten

Lumajang akan semakin pesat dan masyarakat di permukiman peternakan

juga dapat meningkat derajat kesehatannya sebagai dampak dari

meningkatnya kualitas lingkungan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk melakukan identifikasi terkait

kualitas permukiman peternakan yang berada di Kabupaten Lumajang dan

pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan serta mengidentifikasi

permasalahan yang dihadapi sehingga dapat dirancang suatu kegiatan yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas permukiman peternakan di

Kabupaten Lumajang. Tujuan dari kegiatan ini adalah:

1. Diperolehnya informasi tentang lokasi persebaran daerah permukiman

yang sebagian besar penduduknya memelihara hewan ternak di seluruh

Kabupaten Lumajang.

2. Diperolehnya informasi tentang kondisi kualitas permukiman peternakan

sebagai potret awal untuk menentukan daerah permukiman peternakan

yang berpotensi untuk dikembangkan kualitas lingkungan dan kualitas

permukimannya dari usaha peternakan yang dimiliki.

3. Diperolehnya informasi tentang potensi peningkatan kualitas permukiman

peternakan dengan cara pengelolaan limbah peternakan menjadi sumber

energi lain yang terbarukan

4. Diperoleh hasil sosialisasi kepada penduduk permukiman peternakan di

Kabupaten Lumajang mengenai potensi daerahnya.

5. Diperolehnya rekomendasi dan tentang bagaimana upaya peningkatan

kualitas lingkungan permukiman peternakan yang meliputi lokasi maupun

cara/teknologi.

1.3. SASARAN

Sasaran kegiatan Identifikasi Kualitas Permukiman Peternakan di

Kabupaten Lumajang antara lain:

1. Teridentifikasinya lokus permukiman peternakan dan kualitas

permukiman peternakan tersebut.

2. Didapatkannya suatu rekomendasi atau saran untuk peningkatan

kualitas permukiman.

Laporan Akhir I - 3

IDENTIFIKASI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN PETERNAKANDI KABUPATEN LUMAJANG

3. Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kualitas

permukiman peternakan di wilayahnya.

4. Tercapainya kepedulian dan peran serta penduduk permukiman

peternakan untuk mengembangkan kualitas lingkungan hidupnya dengan

pemanfaatan limbah peternakan menjadi produk lain yang bernilai tinggi.

1.4. LANDASAN HUKUM

Dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan

yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Landasan hukum yang mendasari

kegiatan ini, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan

Permukiman.

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3. Undang-undang Nomor 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang.

4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Sub Title Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014, tentang Kesehatan

Lingkungan.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

9. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014, tentang Percepatan

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.

10.Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019.

11.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/OT.140/5/2008 Tentang

Pedoman Penataan Kompartemen dan Penataan Zona Usaha

Perunggasan.

12.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Baku

Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi.

13.Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2010 tentang

Laporan Akhir I - 4

IDENTIFIKASI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN PETERNAKANDI KABUPATEN LUMAJANG

Acuan Pengelolaan Lingkungan Permukiman Tapak.

14.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku

Mutu Air Limbah.

15.Peraturan Menteri Kesehatan 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Standar

Kualitas Air Bersih dan Air Minum.

16.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3/2014 Tentang Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat.

17.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang Standar

Pelayanan Minimal.

18.Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 752/Kpts/OT.210/10/1994 jo

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 562/Kpts/OT.210/6/1997 tentang

Pedoman Teknis Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UPL), Rencana Usaha atau Kegiatan Lingkup

Pertanian.

19.Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 237/Kpts/RC.410/1991 tentang

Batasan Usaha Peternakan yang Harus Melakukan Evaluasi Lingkungan.

20.Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 420/Kpts/OT.210/7/2001,

424/Kpts/OT.210/7/2001, dan 425/Kpts/OT.210/7/2001 tentang Pedoman

Budidaya Ternak Ayam Bukan Ras, Pedaging, dan Petelur Yang Baik.

21.Surat Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

22.Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2014 tentang Baku Mutu

Air Limbah Bagi Industri Dan/Atau Kegiatan Usaha Lainnya.

23.Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2023

1.5. OTORISASI PEKERJAAN

A. Pemrakarsa

Nama Instansi : UPT Informasi Teknologi Perumahan dan

Permukiman,

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Dan Tata

Ruang

Provinsi Jawa Timur

B. Penyusun

Nama Instansi : PT. TATA GUNA MATRA

Laporan Akhir I - 5

IDENTIFIKASI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN PETERNAKANDI KABUPATEN LUMAJANG

Alamat Kantor : Jl. Rungkut Asri Timur XVIII/23, Surabaya

Penanggung Jawab

Nama : Ir. BAMBANG ANDRIANTO

Jabatan : Direktur

1.6. SISTEMATIKA PELAPORAN

Laporan Akhir dibuat rangkap 10 (sepuluh) buku dalam format kertas

A4. Sistematika penyusunan Laporan Akhir dalam penyajiannya terdiri atas 8

(delapan) bab dengan beberapa sub bab. Adapun pokok pikiran bahasan dari

masing-masing bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menyajikan latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, landasan

hukum, otorisasi pekerjaan, serta sistematika pelaporan dalam

Laporan Pendahuluan.

BAB II PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Menyajikan pendekatan studi, tahap pelaksanaan studi, dan

metodologi.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Menyajikan tinjauan kebijakan, karakteristik wilayah Kabupaten

Lumajang, serta karakteristik wilayah permukiman peternakan di

Kabupaten Lumajang.

BAB IV IDENTIFIKASI WILAYAH TERPILIH

Menyajikan identifikasi wilayah permukiman peternakan terpilih dan

penentuan wilayah permukiman peternakan terpilih.

BAB V IDENTIFIKASI POTENSI DAN MASALAH WILAYAH TERPILIH

Menyajikan tentang gambaran umum wilayah terpilih, serta potensi

dan masalah permukiman peternakan di wilayah terpilih.

BAB VI ANALISA PERMUKIMAN PETERNAKAN

Menyajikan tentang analisa kualitas lingkungan permukiman

peternakan, analisa kondisi peternakan, dan analisa kebutuhan

teknologi pendukung peningkatan kualitas permukiman peternakan.

BAB VII RENCANA TINDAK

Menyajikan tentang indikasi program, skenario pelaksanaan

peningkatan kualitas permukiman peternakan, dan konsep

penataan permukiman peternakan.

Laporan Akhir I - 6

IDENTIFIKASI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN PETERNAKANDI KABUPATEN LUMAJANG

BAB VIII PENUTUP

Menyajikan tentang kesimpulan dan saran.

Laporan Akhir I - 7