BAB I
-
Upload
abid-numan -
Category
Documents
-
view
221 -
download
2
description
Transcript of BAB I
PENGARUH BOBOT BAHAN TANAM DAN PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KENTANG
HITAM (Plectranthus rotundifolius (Poir.) Spreng)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Ahmad Abid Nu’man
120311100127
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara megabiodiversitas, termasuk flora penghasil
umbi seperti kentang hitam (Plectranthus rotundifolius (Poir.) Spreng).
Kentang hitam telah lama digunakan sebagai obat (Nugraheni et al., 2011) dan
dikonsumsi masyarakat di beberapa daerah, seperti Jasinga (Jawa Barat),
Sangian (Banten) dan Magetan (Jawa Timur) saat terjadi krisis pangan
(Lestari, 2012).
Kentang hitam (Solenostemon rotundifolius (Poir) J. K. Morton) adalah
tanaman herba yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan, sebab umbi
kentang hitam mengandung karbohidrat yang dapat digunakan sebagai
karbohidrat alternatif pengganti beras. Kentang hitam di Indonesia hanya
dikenal di daerah pulau Jawa, Bali, dan Madura. Umbi yang dihasilkan
kentang hitam berukuran kecil dan berwarna coklat muda, coklat tua hingga
hitam. Biasanya kentang hitam dikonsumsi sebagai sayuran, direbus atau
sebagai campuran sajian sebagai pengganti kentang (Solanum tuberosum).
Kentang hitam merupakan tanaman pangan yang mempunyai kandungan
karbohidrat yang tinggi, khususnya pati (Hayati, 2008).
Umumnya tanaman kentang hitam di Indonesia dijadikan masyarakat
sebagai tanaman pekarangan dan dipanen ketika diperlukan. Teknik budidaya
yang kurang tepat dan ketersediaan bibit unggul yang masih terbatas membuat
produksi tanaman kentang hitam di Indonesia masih rendah. Petani biasanya
menggunakan umbi hasil panen sebelumnya sebagai bibit yang akan
digunakan pada masa tanam berikutnya. Hal tersebut membuat produksi
kentang hitam oleh petani semakin sedikit.
Tanaman kentang hitam membutuhkan unsur hara yang cukup, baik
unsur hara makro maupun mikro agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik. Seperti unsur hara K dibutuhkan oleh tanaman untuk proses
pembentukan dan pembesaran umbi. Pemupukan K juga cenderung
meningkatkan kadar protein dan karbohidrat umbi. Begitu juga tanaman yang
cukup K akan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan merupakan salah
satu upaya untuk mengatasi keracunan besi sehingga produksi pertanaman
meningkat (Putra, 2011).
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh bobot bahan tanam dan pemberian pupuk K
terhadap produksi tanaman ketang hitam Solenostemon rotundifolius (Poir).
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui respon
pertumbuhan dan produksi tanaman kentang hitam yang ditanam dengan
bobot bahan tanam yang berbeda dan dengan pemberian beberapa jenis pupuk
kalium
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh bobot bahan tanam dan pemberian pupuk kalium
terhadap pertumbuhan dan produksi ketang hitam?
2. Apakah terdapat interaksi antara bobot bahan tanam dan pemberian pupuk
kalium terhadap pertumbuhan dan produksi kentang hitam?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Bagaimana pengaruh bobot bahan tanam dan pemberian pupuk kalium
terhadap pertumbuhan dan produksi ketang hitam?
2. Apakah terdapat interaksi antara bobot bahan tanam dan pemberian pupuk
kalium terhadap pertumbuhan dan produksi kentang hitam?
1.5 Hipotesis Penelitian
Diduga bobot bahan tanam dan pemberian pupuk kalium berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi kentang hitam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kentang Hitam (Plectranthus rotundifolius (Poir.)
Kentang hitam (Coleus tuberosus) termasuk jenis sayuran berbentuk umbi,
termasuk dalam bangsa yang sama dengan kentang (Solanum tuberosum) yaitu
Solanales dan digolongkan dalam Famili Lamiceae dan sub Famili Nepetoideae.
Berdasarkan penggunaan ethnobotanical dan filogeni pada Plecthrantus, maka
kentang hitam termasuk dalam kelompok tanaman yang tidak hanya digunakan
sebagai makanan namun juga digunakan dalam pengobatan (Nugraheni, 2013).
Berikut merupakan klasifikasi ilmiah tanaman kentang hitam:
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Plectranthus
Spesies : Plectranthus rotundifolius (Poir.) Spreng (Wikipedia, 2014)
Kentang hitam merupakan umbi-umbian dari tanaman terna (berbatang
lunak), anggota family Lamiaceae. Tumbuh tegak atau agak menjalar dengan
tinggi tanaman mencapai tinggi 20-75 cm. batang kentang hitam berbentuk
persegi, tekstur lunak, dan berwarna hijau. Tanaman kentang hitam memiliki daun
berjenis tunggal berselang-seling, bentuk daunnya jorong dengan ujung tumpul.,
pangkal bertoreh, dan tepi daun beringgit. Panjang daun tanaman ini sekitar 3-6
cm dengan lebar 2-4 cm. pertulangan daunnya menyirip, permukaan agak berbulu,
dan berwarna hijau,
Kentang hitam memiliki bunga majemuk berangkai bulir, dan bertangkai
panjang. Perbungaan muncul diujung batang. Bungan kentang hitam berukuran
kecil, berwarna ungu dengan kelopak berbentuk bintang, dan mahkota berbentuk
bibir. Buah dari tanaman kentang hitam berbentuk bulat, ditutupi selaput buah,
dan berwarna hijau. Bijinya berbentuk bulat, berukuran kecil dan berwarna hitam
Sistem perakaran kentang hitam adalah akar serabut yang membentuk umbi.
Umbi kentang hitam berukuran kecil dengan panjang hanya 2-4 cm. kulit umbi
berwarna coklat atau hitam dengan daging umbi berwarna putih.
Surhadi (2002) menyatakan bahwa tanaman kentang hitam dapat tumbuh
pada ketinggian 40-1.300 m dpl dan menyukai tanah yang gembur serta
berdrainase baik. Kentang Hitam tumbuh toleran terhadap suhu panas, dan dapat
berproduksi dengan baik pada daerah dengan curah hujan 2500 – 3300 mm per
tahun. Tanaman kentang hitam tumbuh baik pada tanah ber-pH 4,9 – 5,7.
Kentang hitam tumbuh baik pada tanah mineral masam marjinal.
Karakteristik kimia pada media pertanaman kentang hitam adalah bersifat masam
dengan pH 4.80, dengan kandungan N-total termasuk rendah yaitu 0.14%, P-
tersedia rendah dengan kandungan 9.20 ppm, dan Al-dd sebesar 1.36 me 100g-1.
Ketersediaan kation-kation basa termasuk sedang dengan kandungan Ca, Mg, K,
dan Na berturut-turut 6.18; 2.64; 0.42; dan 0.56 me 100g-1. Bahan organik
termasuk sedang dengan kandungan C-organik sebesar 2.15% (Nkansah, 2004).
Susunan fraksi tanah dengan kandungan pasir sebesar 21.60%, debu sebesar
47.75%, dan liat sebesar 30.65% dan termasuk kelas tekstur lempung berliat.
Pengolahan tanah sebelum penanaman memberikan ruang tumbuh yang baik bagi
pertumbuhan tanaman dan perkembangan umbi Kentang hitam (Suhardi, 2002).
Umbi kentang hitam mengandung antiproliferasi golongan triterpenic acid
berupa ursolic acid (UA) dan oleanolic acid (OA). Di dalam Umbi mengandung
gizi sampai 21.9% karbohidrat dan sekitar 1.3% protein (Nkansah (2004) dalam
Rinanto, 2014). Berikut merupakan rincian kandungan gizi umbi kentang hitam
menurut Rahman (2010):
Tabel 1. Kandungan Gizi Umbi Kentang Hitam
Komposisi (Zat Gizi) per 100 g Kentang Hitam
Energi (Kalori) 142
Air (%) 64
Protein (g) 0,9
Lemak (g) 0,4
Karbohidrat (g) 33,7
Kalsium (mg) 34
Fosfor (mg) 75
Besi (mg) 0,2
Thiamin (mg) 0,02
Vitamin C (g) 38
Sumber: Silalahi, 2009 dalam Rahmad (2010)
2.2 Kalium
Pada dasarnya unsur kalium (K) dalam tanah berasal dari mineral-mineral
yang terdiri dari primer tanah seperti: feldspar dalam bentuk KalSi3O8 (sumber
utama) sebanyak 16%, mika 5,2% (terbagi dalam bentuk biotit
((H,K)2(M,Fe)2A12(SiO4)3) sebanyak 3,8% dan muskovit (H2Kal3(SiO4)3) sebanyak
1,4%); mineral sekunder: illit (hidrous mika), vermikulit, khlorit, dan mineral tipe
campuran. Kalium juga dapat berasal dari pupuk buatan (ZK); dan bahan pupuk
kalium seperti: kalsium nitrat, gipsum, batuan posfat, super posfat, dan ca-
cyanamide. Selain itu sisa tanaman dan pupuk kandang juga dapat menjadi
sumber kalium yang cukup penting (Hardjowigeno, 2003).
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion
tersebut bersifat sangat dinamis. Tak mengherankan jika mudah tercuci pada tanah
berpasir dan tanah dengan pH rendah. Dari ketiga unsur hara makro yang diserap
oleh tanaman (N, P, K), kaliumlah yang jumlahnya paling melimpah di
permukaan bumi (Novizan, 2002).
Unsur K memiliki beberapa fungsi. Unsur K bukan merupakan unsur
penyusun jaringan tanaman, namun berperan dalam pembentukan pati,
mengaktifkan enzim, pembukaan stomata (mengatur pernapasan dan penguapan),
proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi
penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan,
penyakit selain itu juga berperan dalam perkembangan akar. Kegunaan unsur hara
K bagi tanaman yang lain adalah mengaktifkan kerja beberapa enzim asetik
thiokinase, aldolase, pirivat kinase, glutamilsistein sinterase, formil
tetrahidrofolatsintetase, suksinil Co A sintetase, induksi nitrat reduktase, sintesis
tepung, ATP ase. Kalium juga memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ
tanaman yang lain, terutama organ tanaman penyimpan karbohidrat, misalnya ubi
(Pratiwa, 2014).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai bulan Mei
2016 di……..
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh berasal dari dua sumber data, yaitu data primer yang
berasal dari hasil pengamatan, perhitungan, dan konsultasi. Kemudian data
sekunder yang diperoleh berupa studi pustaka dan laporan akhir tertulis,
beberapa jurnal penelitian serta laporan tertulis lain nya yang mendukung
dalam penelitian.
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Desain Eksperimen dan Analisis data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RALF)
dengan 3 kali ulangan.
Faktor pertama bobot bahan tanam terdiri dari 3 perlakuan
B1 : Kecil (5 - 11 g),
B2 : Sedang (12 - 19 g),
B3 : Besar (20 - 26 g),
Faktor kedua pemberian pupuk K terdiri dari 4 perlakuan
K0 : Tanpa perlakuan
K1 : Pupuk KCl
K2 : Pupuk ZK
K3 : Pupuk Kascing
Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut:
B1K0: bobot bahan tanam kecil dengan tanpa perlakuan pupuk
B1K1: bobot bahan tanam kecil dengan pemberian pupuk KCl
B1K2: bobot bahan tanam kecil dengan pemberian pupuk ZK
B1K3: bobot bahan tanam kecil dengan pemberian pupuk Kascing
B2K0: bobot bahan tanam sedang dengan tanpa perlakuan pupuk
B1K1: bobot bahan tanam sedang dengan pemberian pupuk KCl
B1K2: bobot bahan tanam sedang dengan pemberian pupuk ZK
B1K3: bobot bahan tanam sedang dengan pemberiam pupuk Kascing
B1K0: bobot bahan tanam besar dengan tanpa perlakuan pupuk
B1K1: bobot bahan tanam besar dengan pemberian pupuk KCl
B1K2: bobot bahan tanam besar dengan pemberian pupuk ZK
B1K3: bobot bahan tanam besar dengan pemberian pupuk Kascing
Berikut merupakan denah percobaan dari penelitian ini:
Data parameter penelitian dianalisis menggunakan Anova dengan taraf
kesalahan 5%, dan diuji lanjut menggunakan uji Duncan pada taraf kesalahan
5%.
3.5. Tahapan Penelitian
Pelaksanaan percobaan meliputi: persiapan lahan, persiapan bibit,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pengujian
a. Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang dilakukan meliputi penggemburan tanah pada
lahan serta pembuatan bedengan dengan ukuran 2,5x6 m dan juga
pembuatan drainase. Setelah itu diberi pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha.
b. Persiapan bibit
Bibit jahe diperoleh dari rimpang jahe merah yang berumur 12 bulan
dan diambil dari bagian ruas tengah rimpang. Rimpang jahe diletakkan
pada tempat yang teduh atau gelap dan diberi alas koran agar rimpang jahe
cepat bertunas. Rimpang jahe disiram tiap pagi dan sore hari dengan
menggunakan sprayer, dimana penyiraman cukup dilakukan pada penutup
kertas koran yang menutupi rimpang jahe hingga basah. Bibit jahe ditanam
setelah umur bibit satu minggu dimana sudah muncul tunas dengan tinggi
sekitar 1 – 2 cm.
c. Penanaman
Bibit jahe yang telah berumur 1 minggu atau telah memiliki 2 tunas,
setelah itu dilakukan sortirisasi untuk mencari tunas yang seragam, agar
pertumbuhannya serentak. Bibit hasil sortasi kemudian ditanam di lahan
dengan jarak tanam 40x60 cm dan pada setiap lubang tanam diisi 1 bibit.
Setelah itu bedengan ditutup dengan paranet, agar bibit tidak terkena
cahaya matahari langsung. 1 bedengan berisi 1 ulangan, populasi dalam 1
bedengan adalah 62 tanaman.
d. Pemupukan
Pupuk K yang digunakan adalah pupuk KCl, pupuk KCl diberikan
sebagai pupuk dasar bersama dengan SP36 dan pupuk kandang, dosis
pupuk KCl disesuaikan dengan perlakuan, sedangkan pupuk SP36
sebanyak 200kg/ha dan pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha. Pemberian
pupuk Urea dilakukan secara berkala yaitu saat tanaman berumur 2 dan 4
bulan setelah tanam, masing-masing sebanyak 100 kg/ha.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi: penyulaman, penyiraman,
penyiangan, pembumbunan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyulaman, Penyulaman dilakukan pada tanaman yang rusak, baik
akibat serangan hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan tiap satu
minggu sekali setelah tanam selama satu bulan agar sulaman dapat
tumbuh seragam dengan tanaman yang lain.
Penyiraman, Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak
untuk pertumbuhannya. Penyiraman tanaman jahe disesuaikan dengan
kondisi cuaca dimana jika hujan tidak turun selama dua hari maka
akan dilakukan penyiraman pada tanaman jahe.
Penyiangan, Penyiangan dilakukan tiap satu minggu sekali.
Penyiangan dilakukan pada gulma-gulma yang tumbuh disekitar
tanaman jahe dengan cara mencabut dan menggunakan alat seperti
cangkul dan sabit.
Pengendalian hama dan penyakit. Proses pengendalian hama dan
penyakit menggunakan petisida nabati, pestisida nabati yang dipakai
adalah daun mimba dimana penyemprotan disesuaikan dengan
serangan hama dan penyakit.
f. Panen
Jahe dipanen berumur 160 hari setelah tanam. Jahe dipanen dengan
cara membongkar tanah menggunakan sekop kecil agar rimpang tidak
rusak, kemudian membersihkan akar dan rimpang dari tanah menggunakan
air lalu dibilas hingga bersih. Jahe dikeringanginkan untuk selanjutnya
dilakukan proses pengamatan mutu rimpang jahe.
3.6. Parameter Pengamatan
a. Berat Rimpang (g)
Berat rimpang diukur setelah rimpang dibersihkan dan dipisahkan dari
kotoran dan akar. Berat rimpang diikur menggunakan timbangan manual.
b. Volume Rimpang (cc/ml)
Volume rimpang diukur menggunakan metode Archimedes yaitu, dengan
cara mengisi air sampai penuh pada toples, kemudian memasukkan
rimpang kedalam toples berisi air tersebut, air yang tertumpah di ukur
menggunakan gelas ukur. Air yang tumpah tersebut merupakan volume
rimpang.
c. Pati
Kadar pati diukur dengan metode hidrolisis asam. Dimana ekstrak rimpang
dihidrolisis dengan asam (HCl 25%), lalu dipanaskan dan kembali
dinetralkan dengan basa (NaOH 45%) setelah itu diencerkan dengan
aquades. Filtratnya disaring dan ditetapkan kandungan glukosanya
menggunakan metode N-S (Nelson-Somogyi), berat glukosanya dikali 0,9
sehingga didapat kadar pati.
d. Minyak Atsiri
Minyak atsiri rimpang jahe diukur setelah dilakukan penyulingan.
Pengukuran kadar minyak atsiri dilakukan menggunakan metode skrining
fitokimia
e. Serat
Serat diukur setelah rimpang jahe berupa simplisia kering. Kadar serat
rimpang jahe diukur dengan cara sebagai berikut: simplisia kering
ditimbang sebanyak 10 g lalu dididihkan didalam Erlenmeyer
menggunakan H2SO4, setelah itu dicuci dengan aquades mendidih sampai
tidak adam lagi. Saring residunya dengan kertas saring dan dicuci dengan
NaOH mendidih. Lalu residu didihkan. Residu kembali disaring lalu dicuci
dengan K2SO4 10% dan dibilas dengan aquades mendidih setelah itu residu
dilarutkan dengan alcohol 15%. Setelah itu disaring kembali dan
dikeringkan dalam oven 1100C selama 1-2 jam. Berat residu samadengan
berat serat