BAB I

23
Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting. Disamping mudah didapatkan, harga ikan juga relatif murah, sehingga dapat dijangkau oleh segala kalangan masyarakat. Belakangan ini kebutuhan akan sumber protein hewani yang berasal dari ikan semakin meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan protein ini, maka semakin meningkat pula permintaan konsumen yang ada di pasaran. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam hayati perikanan cukup besar, yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Salah satunya adalah Ikan Jelawat. Ikan Jelawat ( Leptobarbus hoeveni ) merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis dan permintaan pasar yang cukup tinggi. Ikan ini bersifat omnivore namun memiliki kecenderungan herbivore karena itu ikan ini dapat diberikan pakan berupa sayuran dalam campuran pakan pellet. Selain rasanya yang enak, ikan ini cukup digemari oleh masyarakat setempat dan dibeberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei. Ikan ini biasanya 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting. Disamping

mudah didapatkan, harga ikan juga relatif murah, sehingga dapat dijangkau oleh

segala kalangan masyarakat. Belakangan ini kebutuhan akan sumber protein

hewani yang berasal dari ikan semakin meningkat. Dengan meningkatnya

kebutuhan protein ini, maka semakin meningkat pula permintaan konsumen yang

ada di pasaran.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan sumber

daya alam hayati perikanan cukup besar, yang dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan rakyat. Salah satunya adalah Ikan Jelawat. Ikan Jelawat

( Leptobarbus hoeveni ) merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis

dan permintaan pasar yang cukup tinggi. Ikan ini bersifat omnivore namun

memiliki kecenderungan herbivore karena itu ikan ini dapat diberikan pakan

berupa sayuran dalam campuran pakan pellet. Selain rasanya yang enak, ikan ini

cukup digemari oleh masyarakat setempat dan dibeberapa negara tetangga seperti

Malaysia dan Brunei. Ikan ini biasanya ditemukan di beberapa sungai yaitu di

Kalimantan dan Sumatera.

Hal ini membuat Ikan Jelawat menjadi komoditas yang sangat potensial

untuk dikembangkan oleh masyarakat disekitarnya maupun diluar. Sebagian besar

budidaya jelawat dilakukan dalam wadah karamba yang diletakkan di tepian

sungai. Pembudidayaan Ikan Jelawat dipinggiran sungai karena habitat Ikan

Jelawat yang berada di sungai-sungai besar Indonesia. Walaupun beberapa daerah

mengembangkan budidaya Ikan Jelawat dalam wadah karamba, adapula yang

membudidayakan Ikan Jelawat dalam kolam. Dalam membudidayakan Ikan

Jelawat masih terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah ketersediaan benih.

Selama ini pasokan benih Ikan Jelawat masih mengandalkan tangkapan dari alam

1

Page 2: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

yang jumlahnya terbatas dan bersifat musiman sehingga kurang terjaminnya

kontinuitas pasokan benih untuk kegiatan pembudidayaan. Seiring dengan

meningkatnya kebutuhan benih serta jumlah induk di alam yang semakin

menurun, maka diperlukan suatu teknologi pembenihan yang dapat mengatasi

masalah tersebut

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini :

- Dapat mengetahui lebih jauh mengenai Ikan Jelawat

- Dapat mengetahui bagaimana cara melakukan pembenihan pada Ikan Jelawat

2

Page 3: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

BAB II

ISI

2.1 Ikan Jelawat

Gambar. Ikan Jelawat

Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) adalah salah satu jenis ikan air tawar

lokal yang digemari sebagai ikan konsumsi oleh masyarakatnya. Ikan Jelawat

termasuk dalam Genus Leptobarbus, yang mempunyai 5 spesies yaitu

Leptobarbus hoevenii, L. hosii, L. melanopterus, L. melanotaenia dan L.

rubripinnis. Ikan Jelawat merupakan jenis ikan air tawar yang banyak terdapat di

perairan umum di Kalimantan dan Sumatera serta kawasan Asia Tenggara lainnya

seperti Malaysia, Vietnam, Thailand dan Kamboja. Ikan Jelawat merupakan ikan-

ikan asli yang telah dikenal di perairan pedalaman Indonesia. Ikan tersebut banyak

ditemui di sungai, anak sungai, dan daerah genangan kawasan hulu hingga hilir,

bahkan di muara-muara sungai yang berlubuk dan berhutan di pinggirnya.

2.2 Biologi Ikan

2.2.1 Klasifikasi Ikan

Klasifikasi Ilmiah

Fillum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

3

Page 4: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

Subordo : Cyprinoidae

Famili : Cyprinidae

Subfamili : Cyprinidae

Genus : Leptobarbus

Spesies : Leptobarbus hoeveni

2.2.2 Morfologi ikan

Ikan Jelawat memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, dan

merupakan ciri bagi ikan yang termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah

atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian

punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan. Pada sirip

dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan

berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah‐merahan, serta

mempunyai 2 pasang sungut. Panjang maksimum (SL) ikan ini dapat mencapai

100 cm dengan berat 10 kg. 

2.2.3 Kebiasaan Makan

Secara umum Ikan Jelawat bersifat omnivora atau pemakan segala. Namun

sebenarnya Ikan Jelawat cenderung herbivora. Sachlan dan Wiraatmaja dalam

Harjamulia (1992), menyebutkan di dalam usus ikan ditemukan biji-bijian, buah-

buahan dan tumbuhan air. Sedangkan di dalam usus benih Ikan Jelawat ditemukan

berbagai jenis plankton, algae dan larva serangga air.

Dari bentuk mulutnya berukuran sedang diketahui bahwa Ikan Jelawat

menyenangi makanan yang melayang dengan cara memakannya menyambar

meskipun terkadang gerakannya dalam mengambil makanan agak lambat. Namun

dekimian, jenis ikan ini bisa pula mengambil makanan yang berada di dasar

perairan.

2.2.4 Distribusi dan Habitat ikan

Ikan Jelawat merupakan jenis ikan air tawar yang banyak terdapat di

perairan umum di Kalimantan dan Sumatera serta kawasan Asia Tenggara lainnya

seperti Malaysia, Vietnam, Thailand dan Kamboja. Ikan Jelawat merupakan ikan-

ikan asli yang telah dikenal di perairan pedalaman Indonesia. Ikan Jelawat banyak

4

Page 5: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

ditemui di sungai dan daerah genangan kawasan tengah hingga hilir. Bahkan di

bagian muara sungai. Habitat yang disukainya adalah anak-anak sungai yang

berlubuk dan berhutan dibagian pinggirnya. Anak jelawat banyak di jumpai di

daerah genangan dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Disaat air menyusut, anakan

dari Ikan Jelawat secara bergerombol beruaya ke arah bagian hulu sungai. Ikan

Jelawat dapat hidup pada pH 5-7, oksigen terlarut 5-7 ppm, dan suhu 25-37o C

serta diperairan yang kurang subur hingga sedang (Departemen Pertanian, 1992).

2.2.5 Reproduksi

Ikan Jelawat di alam melakukan pemijahan selama musim penghujan, yaitu

pada saat permukaan air naik dan menggenangi daerah di sekitarnya. Pada

kondisi tersebut, induk Jelawat secara bergerombal berupaya ke arah bagian

muara dari anak sungai, dan pemijahan tersebut terjadi di bagian muaranya.

Waktu pemijahan pagi hari yang diiringi oleh rintikan hujan. Ukuran induk yang

memijah ialah lebih dari 2,5 kg per ekor dengan nilai indeks gonad somatik

(perbandingan antara bobot gonad dan bobot tubuh ikan) lebih dari 14,4 %, dan

diameter telumya 1,55 mm (Tan, 1980; AARD, 1937, 1987). Telur Ikan Jelawat

bersifat melayamg (pelagis) dan terbawa oleh arus ke bagian hilir dari sungai.

Dalam perjalanan ke bagian hilir tersebut, telur menetas dan larvanya memasuki

perairan atau daerah genangan di sepanjang sungai.

2.3 Pembenihan

Pembenihan adalah suatu kegiatan usaha memproduksi benih ikan yang

dilakukan secara terbatas sampai ukuran benih siap tebar.

2.3.1 Pematangan Gonad

Ketersediaan induk yang matang gonad merupakan salah satu persyaratan

penting untuk keberhasilan pemijahan ikan. Induk-induk dapat diperoleh dengan

dua cara. Cara pertama ialah dengan menangkapnya di alam pada saat musim

pemijahan di alam. Cara kedua ialah dengan memeliharanya di kolam secara

terkontrol. Cara pertama, biasanya, peluang keberhasilannya rendah. Hal tersebut

disebabkan oleh pengaruh stres dari ikan. Karena Ikan Jelawat bersifat agresif,

gerakannya pada waktu ditangkap menimbulkan kerusakan fisik. Cara yang kedua

5

Page 6: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

peluang keberhasilannya tinggi, karena biasanya ikan telah dipelihara bertahun-

tahun dan sudah beradaptasi dengan lingkungan pemeliharaan.

Kondisi dari induk ikan yang diperlukan dalam pemijahan ialah :

- Kematangan gonad dari ikan yang siap dipijahkan, biasanya mulai berumur 3

tahun.

- Ukuran ikan besar agar diperoleh banyak telur yang menghasilkan kualitas larva

yang baik

- Kondisi ikan sehat, tanpa ada luka atau cacat.

Perbedaan Ikan Jelawat jantan dan betina dapat mudah dilihat ketika ikan matang

gonad adalah sebagai berikut :

1. Induk betina yang matang gonad bercirikan:

- Perut agak gendut

- Belakang sirip dada halus

- Gerakan lamban

- Antara sirip dada kiri dan kanan lembek dan agak melengkung

- Lubang kelamin kemerahan

2. Induk jantan yang matang gonad bercirikan:

- Perut langsing

- Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba

- Gerakan lincah

- Lubang kelamin kemerahan, bila dipijit ke arah lubang kelamin, keluar cairan

berwarna putih.

Persyaratan dalam pematangan gonad yaitu

1. Tempat

a. Wadah Pemeliharaan

Calon induk jelawat dapat dimatangkan gonadnya di kolam maupun dalam

sangkar atau karamba. Sangkar dibuat dari bahan yang cukup kuat dengan

dibuatkan tutup di bagian atasnya. Wadah sebaiknya terdiri dari 4 unit yang

fungsinya sebagai penyimpanan induk betina dan jantan sebelum dan setelah

dipijahknan.

6

Page 7: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

b. Lokasi

Kolam dibangun di wilayah bebas banjir, cukup air (kualitas dan kuantitas),

cukup cahaya dan mudah dijangkau. Karamba ditempatkan di bagian sungai

yang tenang atau danau (oxbow lake).

c. Ukuran

Kolam yang dibutuhkan ialah berbentuk empat persegi panjang dengan luas

sekitar 400 m² atau lebih, kedalaman air 1,5 m dan mempunyai pelindung.

Untuk karamba bervariasi,misalnya penelitian di Jambi, mempunyai volume

48 m² (8 m panjang, 4 m lebar, 1,5 m dalam) dan ditempatkan di perairan

terbuka dan terjamin adanya pertukaran air.

2. Kualitas Air

Oksigen terlarut lebih dari 3 ppm, pH 6-7, kesuburan sedang, bebas dari bahan

cemaran, suhu air 23-31⁰C dan kecerahan air lebih dari 70 cm.

3. Pakan

Ketersediaan induk matang gonad yang diperoleh dengan cara memeliharanya

secara terkontrol ditentukan oleh beberapa faktor antara lain faktor lingkungan

dan makanan. Mutu dan jumlah benih yang dihasilkan sangat bergantung pada

mutu induk dan cara pengelolaannya, antara lain mutu,jenis, bentuk maupun

jumlah makanan. Karena sampai saat ini, belum tersedia pakan komersial bagi

induk, lebih-lebih untuk tujuan pematangan gonad, pakan induk tersebut harus

disediakan (dibuat) sendiri yaitu beberapa pakan buatan yang berbentuk pelet,

dengan kandungan protein ± 30% dengan frekuensi pemberian 2 - 3 kali/hari,

selain itu diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong

secukupnya.

Bahan Kandungan (%)Tepung ikan 30Kacang kedelai 20Bungkil Kelapa 10Dedak 20Kangkung 10Tapioka 6Campuran vitamin 1Campuran mineral 3

7

Page 8: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

Tabel 1. Formulasi pakan induk Jelawat untuk mempercepat pematangan gonad

Pengelolaan Induk

Syarat calon induk

Calon induk ikan yang akan ditebar perlu diketahui umur dan sejarah

makanannya. Calon induk dapat dibeli dari petani kolam maupun karamba. Pada

kondisi pemeliharaan secara tradisional, bobot calon induk lebih dari1,5 kg

dipandang memiliki umur 3 tahun. Jika memungkinkan, calon induk yang dipilih

adalah yang sudah terbiasa dengan kondisi makanan dari luar kolam dan jinak.

Padat tebar

Padat tebar untuk karamba 1-2 ekor per m dan di kolam 1 ekor per 10 m².

Perbandingan betina dan jantan

Perbandingan antar kedua jenis kelamin tersebut masing - masing 1:1 atau 2:3.

Jumlah jantan lebih banyak adalah untuk menghindari kekurangan sperma pada

waktu pembuahan dilakukan.

Pemberian pakan

Pemberian pakan diberikan secara teratur pada pagi dan sore hari. Jumlah pakan

yang diberikan adalah 3% dari bobot tubuh per hari pada 2 bulan pertama,

kemudian dikurangi 2% pada bulan selanjutnya. Kangkung diberikan setiap hari

pada sore hari setelah pemberian pakan pelet terakhir.

Penampilan Gonad

Biasanya induk ikan sudah siap dipijahkan setelah 3-6 bulan dalam kondisi

pemeliharaan secara terkontrol dan intensif. Bobot rata - rata induk yang siap

dipijahkan adalah sekitar 1,8 kg. Induk jantan lebih cepat matang gonad daripada

betina. Nilai indeks kematangan gonadnya berkisar antara 11-25% dengan

diameter telur 0,8-1,5 mm. Presentase rata - rata dair jumlah induk betina yang

siap dipijahkan minimal 20% dengan potensi telurnya 73.000 butir per kg induk.

Bila prosedur pengelolaan indukdilakukan dengan baik dan benar terutama jumlah

dan kualitas pakan yang baik makan induk Jelawat yang matang kelamin dapat

diperoleh setiap watu (tidak bergantung kepada musim) dan siap dipijahkan.

8

Page 9: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

2.3.2 Pemberokan

Pemberokan bertujuan untuk mengurangi kandungan lemak dan membuang

sisa pakan dalam tubuh sehingga tidak megotori media pembuahan telur. Oleh

karena itu, selama pemberokan tidak diberi pakan tambahan. Pemberokan Ikan

Jelawat dilakukan di bak selama semalam. Caranya, siapkan bak tembok (ukuran

panjang 4 m, lebar 3 dan tinggi 1 m), keringkan selama 2 hari, isi dengan air

bersih setinggi 40 – 50 dan mengalir secara kontinyu, masukan 5 – 8 ekor induk.

2.3.3 Pemijahan

Pemijahan ikan dengan rangsangan hormon atau induced spawning, pada

umumnya dilakukan terhadap jenis ikan yang tidak dapat memijah secara alami.

Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang tidak cukup merangsang kerja

hipothalmus dari ikan matang gonad untuk mengeluarkan luteinizing hormon

releasing hormon (LHRH), yang akan merangsang kelenjar hipofisa untuk

menghasilkan lebih banyak gonadotropin. Oleh karena itu, pemijahan secara

terkontrol membutuhkan penambahan hormon gonadotropin dari luar melalui

penyuntikan. Berdasarkan hal tersebut, keberhasilan pemijahan ikan secara

terkontrol dipengaruhi oleh ketepatan seleksi kematangan induk, penanganan

induk, penggunaan hormon dan penyediaan kondisi lingkungan. Oksigen terlarut

harus cukup tinggi (5 ppm) dan suhu air sebaiknya sekitar 28°C.

Induk jantan dan betina disuntik dengan menggunakan hormon Ovaprim.

Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0,7 ml / kg induk.

Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12 jam, sedangkan penyuntikan

kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dengan

dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.

Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada bagian punggung.

2.3.4 Stripping (Pengeluaran telur dan sperma dari Induk)

Hingga saat ini Ikan Jelawat belum dapat memijah secara alami.

Pengeluaran telur maupun sperma dilakukan dengan cara stripping (pemijitan).

Mula-mula telur di keluarkan dengan cara mengurut perut induk betina, kemudian

segera diikuti pengurutan induk jantan untuk mengeluarkan spermanya. Tanda-

9

Page 10: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

tanda ikan yang sudah mengalami ovulasi, yang siap untuk dikeluarkan telurya

yaitu ikan tersebut menunjukkan gerakan gelisah dan sering bergerak ke

permukaan air. Stripping dilakukan setelah 4 – 6 jam dari suntikan terakhir. Telur

dan sperma ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian

diaduk perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam.

Tambahkan air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan

maka dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.

Telur siap ditetaskan

2.3.5 Penetasan

Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm tinggi 50

cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah diberi aerasi yang

berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 – 20.000 butir per

corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang sirkulasi airnya lancar.

Telur yang baik berwarna hijau cerah dan terlihat bentuk topi. Telur yang mati

berwarna putih. Jika bau air dalam bak penetasan telur berubah, air diganti

sebanyak 25-50%. Penggantian air harus dilakukan sedikit demi sedikit untuk

menghindari perubahan bahan kualitas air secara drastis. Pada suhu normal 26 –

28 ⁰C, dalam waktu 18 – 24 jam telur akan menetas kemudian larva ditampung

dalam bak perawatan. Selama dalam perawatan larva diberi pakan berupa nauplii

artemia atau emulsi kuning telur yang telah direbus. Setelah larva berumur antara

7 – 10 hari, kemudian ditebarkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.

2.3.6 Perawatan Larva Hingga Ukuran Benih

Larva merupakan tahapan yang paling kritis dalam siklus hidup ikan. Oleh

karena itu, agar kelangsungan hidupnya tinggi, larva perlu ditangani secara hati-

hati. Selain kualitas air dan penyediaan yang tepat dan benar, tenaga kerja yang

menangani harus terampil. Pemeliharaan larva sampai benih dapat menggunakan

dua macam cara, yaitu pemeliharaan di dalam akuarium dan pemeliharaan

langsung di dalam hapa yang dipasang di kolam yang telah disuburkan dengan

pakan alami (zooplankton). Cara yang terakhir ini sangat praktis, namun dengan

syarat air kolam kaya dengan zoaplankton.

10

Page 11: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

Pemeliharaan cara pertama

1. Persyaratan wadah

Wadah yang diperlukan ialah wadah yang tembus pandang. sehingga larva

dapat dilihat dari luar. Dalam hal ini, akuarium kaca berukuran 80cm x 50 cmx 45

cm dapat digunakan sebagai wadah pemeliharaan larva. Akuarium diisi air bersih

setinggi 15-25 cm. Air tersebut berasal dari bak-bak penampungan yang

mempunyai kandungan oksigen terlarut lebih dari 3 ppm, suhu air berkisar 27-28°

C dan tidak mengandung bahan beracun (amoniak) serta pH normal. Air diberi

aerasi secukupnya.

2. Penyediaan pakan

Pada kondisi larva, organ pencernaan tubuh masih belum terbentuk

sempurna. Makanan yang terbaik pada kondisi tersebut ialah makanan hidup

sehingga bila terjadi kelebihan makanan yang diberikan tidak mengotori air.

Makanan hidup yang dimaksud ialah infusoria yang dipanen dari bak-bak kultur

atau diambil dari alam (kolam maupun perairan umum). Makanan diambil dengan

plankton net dan diberikan setiap 3 jam sekali dari pagi hingga sore hari. Untuk

mengontrol makanan yang dimakan dapat dilihat dari isi perut larva, Infusoria

diberikan selama 7-10 hari, setelah itu makanan diganti dengan Artemia berumur

1-2 hari untuk selama 20 hari. Artemia diberikan sampai larva kenyang.

3. Pengelolaan

Kepadatan

Kepadatan pemeliharaan larva jelawat hingga berumur 10-15 hari di akuarium

ialah 80 ekor per liter. Setelah itu dijarangkan menjadi 25-40 ekor per liter.

Air

Ke dalam media pemelilnraan (air) dapat ditambahkan garam dapur sebanyak 2-

3%. Bila terlihat ada kotoran, penyiponan dapat dikerjakan. Air yang terbuang

diganti dengan yang baru. Jumlah air yang terbuang pada seliap kali pemyiponan

tidak melebihi dari 50%. Pergantian air sebanyak 75 % hanya dilakukan apabila

kandungan oksigen terlarut kurang dari 3 ppm. Untuk mencegah penyebaran

11

Page 12: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

penyakit, sanilasi alat yang digunakan perlu dijaga, antara lain dengan cara

mencelupkan alat ke dalam disinfektan setiap akan digunakan.

Panen

Panen kebul dapat dilakukan dengan menggnnakan serok halus, Ikan yang

mempunyai pertumbuhan lambat dibuang dan yang mempunyai pertumbuhun

cepat dapat digunakan sebagai calon induk, serta yang berada dalam kisaran rata-

rata siap ditebar di kolam atau dijual. Nilai kelangsungan hidup ikan berumur 30

hari dalam kondisi terkontrol ialah sekitar 80-90% atau setara dengan 11.000-

19.000 benih untuk setiap kg induk.

Pemeliharaan cara kedua

1. Persiapan kolam

Kolam yang akan dipergunakan hendaknya tidak poreus, bebas dari banjir

dan subur. Sebelum dipergunakan, kolam harus dikeringkan dahulu dan dasar

kolam diolah. Kemudian dijemur selama beberapa hari (3-5 hari). Setelah itu

ditebarkan kapur sekitar 0,1 kg/m² dan dipupuk. Sebaiknya menggunakan pupuk

kandang (kotoran ayam) dengan takaran sekitar 0,5 kg/m². Takaran kapur dan

pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi kolam setempat. Jika air subur

takaran pupuk dapat dikurangi. Yang menjadi patokan adalah kesuburan plankton

yang dihasilkan. Kemudian kolam diairi dan dibiarkan sekitar 5-7 hari untuk

pertumbuhan plankton. Kolam yang subur mempunyai warna air hijau kecoklatan.

2. Penebaran larva

Jika kolam sudah subur (yang waktunya disesuaikan dengan waktu

penebaran), maka hapa ukuran 2m x 1m x 0,5 m dipasang dipinggir kolam dengan

ke dalam air sekitar 40 cm. Setiap hapa dipasang sekitar 5000 ekor benih. Setelah

satu minggu, benih dilepas kekolam dengan kepadatan sekilar 50 ekor/m.

3. Pengelolaan benih

Selama pemeliharaan harus dijaga agar air mengalir (debit rendah, hanya

untuk mengganti penguapan). Air harus dijaga agar tetap subur. Makanan

tambahan yang diberikan berbentuk tepung (dapat berasal dari pelet berprotein

28-30% yang lelah dihancurkan).

12

Page 13: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

4. Panen Benih

Setelah benih berumur 3-4 minggu dapat dipanen dengan cara dijaring

menggunakan jaring yang halus terlebih dahulu. Sisanya yang sulit ditangkap,

batu ditangkap dengan mengeringkan kolam. Selanjutnya, benih dapat didederkan

dengan kepadatan sekitar 15-20 ekor/m².

5. Pendederan

Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva.

Meliputi kegiatan pengeringan kolam, pengolahan tanah dasar, perbaikan

pematang, pembuatan kemalir, pemberian kapur tohor dengan dosis 50 gr/m² serta

pemupukan dengan dosis 250 – 500 gr/m² tergantung tingkat kesuburan kolam.

Selain itu pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk

menghindari masuknya ikan liar. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi

hari dengan tingkat kepadatan 100 – 200 ekor/m2, selama kegiatan pendederan

benih diberi pakan buatan berupa pelet yang dihaluskan dengan kandungan

protein 25–28 % sebanyak 20% dari bobot biomassa, dengan frekwensi

pemberian 3 kali per hari. Lama pemeliharaan 2–3 minggu.

13

Page 14: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ikan jelawat merupakan ikan yang digemari banyak orang. Selain dapat

dijadikan ikan hias, saat besar ikan ini juga dapat dijadikan ikan konsumsi. Oleh

karena itu ikan ini dapat menjadi komoditas yang sangat potensial jika

dikembangkan oleh masyarakat karena selain rasanya yang enak, ikan ini juga

memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dalam membudidayakan Ikan Jelawat

terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan salah satunya adalah kuantitas

dan kualitas benih. Dimana kuantitas benih ikan jelawat ini masih terbatas, hanya

mengandalkan tangkapan dari alam saja yang jumlahnya terbatas karena bersifat

musiman. Kualitas benih yang didapat atau dihasilkan pun harus bagus karena hal

ini dapat mempengaruhi pertumbuhan maupun perkembangan saat ikan akan

menjadi dewasa.

14

Page 15: BAB I

Makalah Dasar – Dasar Akuakultur Pembenihan Pada Ikan Jelawat

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Ikan Jelawat. http://per-ikan-an.blogspot.com/2009/08/ikan-

jelawat.html diakses tanggal 07 juni 2013 pukul 15.33

Hardjamulia, Atmadja. 2007. Informasi Teknologi Budidaya Ikan Jelawat

(Leptobarbus Hoeveni). Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor.

Ronaldi. 2012. Teknik Budidaya Ikan Jelawat. http://ronaldi-akuakultur.

blogspot.com/2012/07/teknik-budidaya-ikan-jelawat.html diakses tanggal

07 juni 2013 pukul 15. 20

15