BAB I

13
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank melalui kegiatan usahanya berusaha menawarkan kepada masyarakat fasilitas simpan pinjam dan jasa la in yang akan akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengelola kegiatan finansialnya. Khusus dalam kegiatan  perkreditan, bank berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat bagi kelancaran usahanya. Di sini bank mempunyai tugas sebagai lembaga perantara keuangan untuk membantu mempertemukan pihak yang mengalami kelebihan dana dan  pihak yang mengalami kekurang an dana. Pemberian kredit mempunyai konsekuensi berpindahnya sebagian dana yang dikelola bank kepada nasabahnya. Dengan demikian akan menimbulkan resiko tersendiri bagi bank jika nasabahnya melakukan wanprestasi. Hal tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar terhadap bank, dimana keterlambatan  pembayaran kredit yang dilakukan oleh nasabahnya akan mengurangi laba karena  bank harus menyisihkan pendapatan yang diperolehnya untuk menutupi kerugian yang ditimbulkan keterlambatan pembayaran kredit tersebut. Dalam hal pembayaran kredit, Bank Indonesia membagi 5 (lima) kategori untuk jangka waktu keterlambatan pembayaran kredit yang dikenal dengan kolektibilitas keredit. Lima kategori kolektibilitas kredit tersebut adalah kolektibilitas lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.

Transcript of BAB I

6

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang PenelitianBank melalui kegiatan usahanya berusaha menawarkan kepada masyarakat fasilitas simpan pinjam dan jasa lain yang akan akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengelola kegiatan finansialnya. Khusus dalam kegiatan perkreditan, bank berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat bagi kelancaran usahanya. Di sini bank mempunyai tugas sebagai lembaga perantara keuangan untuk membantu mempertemukan pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang mengalami kekurangan dana.Pemberian kredit mempunyai konsekuensi berpindahnya sebagian dana yang dikelola bank kepada nasabahnya. Dengan demikian akan menimbulkan resiko tersendiri bagi bank jika nasabahnya melakukan wanprestasi. Hal tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar terhadap bank, dimana keterlambatan pembayaran kredit yang dilakukan oleh nasabahnya akan mengurangi laba karena bank harus menyisihkan pendapatan yang diperolehnya untuk menutupi kerugian yang ditimbulkan keterlambatan pembayaran kredit tersebut.Dalam hal pembayaran kredit, Bank Indonesia membagi 5 (lima) kategori untuk jangka waktu keterlambatan pembayaran kredit yang dikenal dengan kolektibilitas keredit. Lima kategori kolektibilitas kredit tersebut adalah kolektibilitas lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Kolektibilitas kredit kurang lancar, diragukan, dan macet, dikategorikan sebagai non performing loan (NPL). Nilai NPL ini ditunjukkan dengan persentase dari jumlah baki debet pinjaman yang termasuk dalam kategori kolektibilitas tersebut dibagi dengan jumlah seluruh baki debet pinjaman. NPL dapat menjadi kategori penilaian dari kesehatan bank dimana semakin besar persentase NPL maka kesehatan bank pun dapat dikategorikan semakin buruk.Bank memperoleh laba dari bunga yang mereka kenakan dari kredit yang diberikan kepada debiturnya. Dimana dana yang dipergunakan untuk penyaluran kredit tersebut berasal dari dana yang mereka himpun dari masyarakat. Adanya kepercayaan masyarakat terhadap bank sangat penting untuk menjaga kelangsungan operasional bank. Tingkat kesehatan yang baik akan mendorong masyarakat tetap mempercayakan dananya untuk disimpan di bank. Oleh sebab itu sangat penting bank menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diberikan terhadapnya dengan memberikan kinerja yang baik dalam usahanya yang dalam bidang kredit ditunjukan oleh besarnya nilai NPL.Selain dari NPL, lebih luas kinerja sebuah bank dapat dilihat dari laba yang diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan. Laporan keuangan yang diterbitkan merupakan cerminan kinerja bank tersebut yang sebenarnya. Dari informasi yang didapat dari laporan keuangan tersebut dapat dilihat apakah bank telah mencapai kinerja yang baik, dalam arti telah memanfaatkan, mengelola dan mencapai kinerja secara optimal dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada. Bank yang memiliki tingkat kesehatan yang baik dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik pula, dengan memiliki kinerja yang baik masyarakat akan percaya menyimpan dana yang mereka miliki pada bank tersebut. Bank yang memperoleh dana dari masyarakat akan secara sadar memiliki tanggung jawab untuk mengelola aktiva serta sumber-sumber dana yang dimiliki secara profesional.Tidak terkecuali dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Kersamanah (BRI Unit Kersamanah) sebagai sebuah lembaga keuangan bank, persentase NPL dan laba yang dicapai perusahaan mencerminkan pula kinerja keuangan dari usaha yang dikelolanya. Setelah penulis melakukan penelitian, penulis memperoleh data perkembangan kinerja BRI Unit Kersamanah yang penulis sajikan pada table 1.1 berikut: Tabel 1.1Perkembangan Kinerja BRI Unit Kersamanah

Jenis DataDES-2009DES-2010DES-2011

Laba (Rugi) 651,449,109.38841,482,525.541,281,087,793.78

Sisa Pinjaman (Rp)7,303,897,241.008,968,322,182.009,386,352,792.00

NPL (Rp)117,354,300.00182,303,101.00177,165,502.00

NPL (%)1.612.031.88

Sisa Tunggakan80,297,400.00178,810,778.00158,180,475.00

Sumber: Laporan Perkembangan Unit BRI Unit Kersamanah tahun 2009, 2010, dan 2011

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, diketahui bahwa pada tahun 2010 terjadi pertumbuhan laba sebesar Rp. 190.033.416,16 atau sebesar 29,17% dibanding tahun 2009. Bersamaan dengan itu baki debet pinjaman mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.664.429.941 atau sebesar 22,79%. Tahun 2011 juga terjadi kenaikan laba dibanding tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 439.605.268,24 atau sebesar 52,24%. pada saat yang sama pula baki debet pinjaman mengalami kenaikan tipis sebesar 4,66%.Dijelaskan di muka bahwa bunga kredit masih menyumbang laba terbesar untuk bank. Namun melihat data pada tabel 1.1 di atas terdapat anomali antara tahun 2011 dan 2010 dimana pada tahun 2010 dengan kenaikan baki debet pinjaman sebesar 22,79% bisa menyumbang pertumbuhan laba sebesar 29,17%, namun untuk tahun 2011 dengan kenaikan baki debet hanya sebesar 4,66% bisa menyumbang pertumbuhan laba lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 52,24%.Dilihat lebih jauh pada tahun 2010 nilai NPL dan tunggakan yang menjadi faktor pengurang perolehan laba mengalami kenaikan. NPL mengalami kenaikan sebesar Rp. 64.948.801 atau sebesar 55,34% dan nilai tunggakan sebesar Rp. 98.513.378 atau sebesar 122,69%. Sebaliknya, tahun 2011 NPL dan tunggakan mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp. 5.137.599 atau sebesar 7,39% dan Rp. 20.630.303 atau sebesar 11,54%.Lebih rinci penulis memperoleh data perkembangan NPL di BRI Unit Kersamanah selama tahun 2010 pada table 1.2 berikut:

Tabel 1.2NPL BRI Unit Kersamanah Tahun 2010BulanNPL (Rp.)NPL (%)LabaPerolehan Laba per Bulan

Januari130,651,500.001.7978,193,881.9678,193,881.96

Februari164,183,100.002.27157,570,161.3379,376,279.37

Maret130,521,400.001.80230,717,655.4573,147,494.12

April154,320,000.002.09290,127,839.0859,410,183.63

Mei175,801,300.002.23275,634,808.15-14,493,030.93

Juni191,108,833.002.34391,198,096.06115,563,287.91

Juli220,289,495.002.66458,079,414.6866,881,318.62

Agustus214,805,295.002.57531,418,625.7473,339,211.06

Septembe235,544,295.002.88569,277,624.2437,858,998.50

Oktober233,602,695.002.75637,225,464.1067,947,839.86

November216,543,662.002.50722,000,973.2584,775,509.15

Desember182,303,101.002.03841,482,525.54119,481,552.29

Sumber: Laporan Perkembangan Unit BRI Unit Kersamanah tahun 2010Pada tabel 1.2 di atas terlihat nilai NPL selama tahun 2010 terus meningkat sampai menyentuh persentase sebesar 2,88% pada bulan September 2010 sebelum turun kembali menjadi 2,03% pada bulan Desember 2010. Pada tabel 1.2 pula dapat dilihat setiap kenaikan NPL perolehan laba per bulan juga semakin kecil.Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Tingkat Profitabilitas Laba pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Kersamanah Kantor Cabang Garut.

1.2Identikasi Masalah Permasalah-permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang penelitian di atas, maka penulis merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:1. Bagaimana non performing loan (NPL) di BRI Unit Kersamanah Kantor Cabang Garut.2. Bagaimana profitabilitas laba BRI Unit Kersamanah Kantor Cabang Garut.3. Bagaimana pengaruh non performing loan (NPL) terhadap tingkat profitabilitas laba BRI Unit Kersamah Kantor Cabang Garut.

1.3Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui:1. Non performing loan (NPL) di BRI Unit Kersamanah Kantor Cabang Garut.2. Tingkat Profitabilitas laba BRI Unit Kersamanah Kantor Cabang Garut.3. Pengaruh non performing loan (NPL) terhadap tingkat profitabilitas laba BRI Unit Kersamah Kantor Cabang Garut.

1.4Kegunaan PenelitianKegiatan penelitian ini diharapkan akan berguna:1. Secara praktis yaitu:a. Bagi penulis akan menambah pengetahuan dalam bidang teori dan dalam bidang praktek artinya dapat meningkatkan penguasaan dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dan menambah pengetahuan dalam bidang praktek yang sebenarnya terjadi di lapangan.b. Bagi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Kersamaanh Kantor Cabang Garut sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan efektivitas dalam pengelolan kredit yang disalurkannya sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangannya.c. Bagi umum diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam melakukan penelitian dengan masalah yang sama.2. Secara Teoritis Diharapkan menjadi wahana studi banding dan pembuktian terhadap teori-teori ekonomi yang ada kaitannya di lapangan dengan penemuan solusi permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan khususnya mengenai pengaruh NPL terhadap tingkat profitabilitas laba pada sebuah bank.

1.5Pembatasan MasalahMengingat nilai NPL dikalkulasi tiap bulan dan kemungkinan kredit berpindah kolektibilitas yang mempengaruhi nilai NPL, maka penulis membatasi pembahasan masalah pada pengaruh NPL terhadap perolehan laba tiap bulan selama tahun 2011, 2012 dan 2013.

1.6Kerangka Pemikiran dan Hipotesis1.6.1Kerangka PemikiranPada dasarnya setiap perusahaan khususnya bank, baik bank umum (konvesional) maupun bank syariah memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh laba (profit oriented). Suatu bank dalam memperluas usahanya harus ditunjang dengan laba yang besar. Secara umum laba dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi dengan biaya. Besarnya laba yang dicapai menjadi ukuran sukses tidaknya suatu bank. Menurut Muljono dalam Triono (2007:17), Laba merupakan kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pos pendapatan (gain) dan rugi, biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil. Dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa laba adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban yang timbul dalam kegiatan utama atau sampingan di perusahaan selama satu periode.Laba meupakan indikator utama dalam mengukur kinerja bank seperti dikemukakan oleh Gilbert dalam Sukarno, dkk (2006:3) yang menyatakan:Ukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampaun perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukannya, sebagaimana umumnya tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk mencapai nilai (value) yang tinggi, dimana untuk mencapai value tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif dalam mengelola berbagai macam kegiatannya. Salah satu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh keefisienan dan keefektifan yang dicapai adalah dengan melihat profitabilitas perusahaan, semakin tinggi profitabilitas maka semakin efektif dan efisien juga pengelolaan kegiatan perusahaan.Untuk mendapatkan laba yang tinggi, Pramuka (2010:3) mengemukakan: Minimal ada empat bidang yang perlu mendapatkan perhatian manajemen yaitu pengelolaan terhadap aset yang sehat, pengelolaan sumber dana (liabilities) yang efektif, pengelolaan fee-based income yang kreatif, serta pengelolaan terhadap biaya usaha yang efisien. Laba pada bank saat ini mayoritas masih disumbang dari pendapatan bunga yang berasal dari produk pinjaman atau kredit. Kredit (loan) adalah aktiva terbanyak yang dimiliki bank umum. Porsi kredit sekitar 60% s.d. 80% dari total aktiva bank umum. Tujuan utama penyaluran kredit adalah memperoleh pendapatan bunga. Mengingat porsi kredit dalam aktiva bank sangat besar, maka sebagian besar penerimaan bank berasal dari bunga kredit.Pemberian kredit dari kreditur kepada debitur memberi konsekuensi dan resiko tersendiri kapada bank. Resiko terbesar dari pemberian kredit adalah tindakan wanprestasi yang dilakukan pihak debitur kepada kreditur yaitu debitur tidak membayar angsuran pinjaman sebagaimana perjanjian yang disepakati.Kualitas tingkat pengembalian kredit dikenal dengan tingkat kolektibilitas kredit. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor 7/3/DPNP tahun 2005 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum membagi kriteria kolektibilitas kredit atas lima golongan. Kelima kategori kolektibilitas kredit tersebut yaitu:a) Kredit digolongkan lancar jika pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik, dan tidak ada tunggakan serta sesuai perjanjian.b) Kredit digolongkan dalam perhatian khusus jika terdapat tunggakan tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari.c) Kredit digolongkan kurang lancar jika terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 120 hari.d) Kredit digolongkan diragukan jika terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari.e) Kredit digolongkan macet jika terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari.Dalam setiap kategori kolektibilitas kredit di atas, bank wajib menyisihkan sebagian laba yang diperolehnya berdasarkan persentase tertentu untuk menutupi resiko yang mungkin terjadi dalam proses kredit berjalan yang dikenal sebagai PPAP (penyisihan penghapusan aktiva produktif). Kriteria kolektibilitas kredit didasarkan kepada: Ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan peminjam yang ditinjau dari keadaan usaha yang bersangkutan untuk kredit yang deberikan. (Taswan, 2012:265).Dalam membentuk PPAP, bank memperhitungkan outstanding pada setiap jenis aktiva produktif yang berkualitas lancar sampai dengan macet. Nilai PPAP sendiri terus meningkat mengikuti setiap kenaikan kategori kolektibilitas kredit.Bank wajib membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko kemungkinan kerugian. Taswan (2012:267) mengemukakan cadangan yang dibentuk dari aktiva produktif ini terdiri dari:1. Cadangan umum PPAP yang ditetapkan sekurang-kurang sebesar 1% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk SBI dan surat utang pemerintah.2. Cadangan khusus PPAP yang ditetapkan sekurang-kurang sebesar:a. 5% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus.b. 15% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan.c. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan.d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.

Kolektibilitas dalam perhatian khusus, diragukan, dan macet digolongkan dalam kategori Non Performing Loan (NPL). Nilai NPL merupakan persentase dari seruluh baki debet (outstanding) pinjaman dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap seluruh baki debet pinjaman. Sukarno, dkk (2006:4) mengemukakan Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang menunjukkan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yag berbeda. NPL merupakan salah satu indikator penilaian kesehatan kredit yang disalurkan dan indikator dari kesehatan bank itu sendiri. NPL mendapatkan porsi terbesar ketiga, sebesar 12%, setelah Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Komposisi penilaian tingkat kesehatan bank penulis sajikan pada table 1.3 berikut:

Tabel 1.3Komposisi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

NoKriteria PenilaianBobot

1Permodalan (Capital Adequacy Ratio)20%

2Aktiva Produktif

a. Non Performing Loan (NPL)12%

b. Pemenuhan PPAP7,5%

3Rentabilitas

a. Return On Average Assets10%

b. Return On Average Equity10%

4Likuiditas

a. Loan to Deposit Ratio15%

b. Pertumbuhan Kredit/Pertumbuhan Dana5%

5Efisiensi

a. Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO)10%

b. Net Interest Margin (NIM)10%

TOTAL100%

Sumber: Kasmir (2012:132)

Semakin tinggi kolektibilitas kredit semakin tinggi pula persentase PPAP yang harus disisihkan bank dari pendapatannya. Dengan demikian semakin tinggi kolektibilitas kredit akan berpotensi menurunkan laba yang diperoleh bank. Mengingat NPL yang merupakan indikator dari keadaan kolektibilitas kredit suatu bank maka NPL berpengaruh pada perolehan laba bank.Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis gambarkan dalam kerangka pemikiran penelitian dalam gambar 1.1 bertikut:Persentase Non Performing Loan (NPL) (x)

Laba (y)

Gambar 1.1Model Kerangka Pemikiran1.6.2HipotesisBerdasarkan hasil penelitian yang penulis kemukakan di atas, pernulis melihat hungungan laba perusahaan dan NPL dimana NPL menurunkan laba yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat profitabilitas laba. Adapun hipotesis statistik yang dapat digunakan adalah: Ho: = 0, Tidak terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat profitabilitas laba. H1: 0, Terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat profitabilitas laba.1