BAB I

46
BAB I KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG BEDAH SARAF KEMUNING LANTAI 2 RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG 1.2.6.1. Kajian Situasi RSUP Dr. Hasan Sadikin 1.2.6.2. Visi Rumah Sakit Visi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah “Menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia yang unggul dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian” . 1.2.6.3. Misi Rumah Sakit Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian. 1.2.6.4. Nilai- nilai Rumah Sakit Untuk mewujudkan visi dan misi, nilai-nilai yang dianut RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah “PRIMA”. P : Profesional Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang melandasinya. 1

description

kk

Transcript of BAB I

27

BAB IKAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATANRUANG BEDAH SARAF KEMUNING LANTAI 2RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Kajian Situasi RSUP Dr. Hasan SadikinVisi Rumah SakitVisi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah Menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia yang unggul dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian .

Misi Rumah SakitMelaksanakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.

Nilai- nilai Rumah SakitUntuk mewujudkan visi dan misi, nilai-nilai yang dianut RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah PRIMA.P:ProfesionalMemiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang melandasinya.

R:

RespekPelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati antara anggota tim pemberi pelayanan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua yang terlibat dalam tim pelayanan. Keberadaan profesi-profesi tersebut pada hakekatnya saling melengkapi.

I:IntegritasBertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi.

M:ManusiawiMenganggap setiap individu/manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi.

A:AmanahMelaksanakan dengan sungguh-sungguh (akuntabel) segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan

Moto Rumah SakitKesehatan anda adalah prioritas kami.

Tujuan Rumah SakitTujuan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah Menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan, pendidikan, penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

Kajian Situasi di Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan SadikinKarakteristik UnitPengertian Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 merupakan suatu ruang rawat inap jamkesmas dan gakinda yang memberikan asuhan keperawatan pada individu pria dan wanita dari berbagai rentang usia (anak dan dewasa) dengan berbagai kelainan atau gangguan persarafan baik aktual maupun potensial yang memerlukan tindakan pembedahan, menjelang, dan sesudah dilakukan tindakan pembedahan meliputi bedah neuro trauma, bedah neuro onkologi, bedah neuro spinal, bedah neuro vaskular, bedah tengkorak, dan bedah neuro pediatric.

Falsafah Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2Pasien Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu dari seorang perawat melalui penerapan proses keperawatan dan pelayanan prima dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.

Tujuan Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2Tujuan Ruang Bedah Saraf Lantai 2 Gedung Layanan Terpadu Jamkesmas adalah memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan bermutu kepada pasien bedah saraf sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan berperan aktif dalam kegiatan pendidikan dan penelitian keperawatan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Letak RuanganLokasi Ruang Bedah Saraf Kemuning lantai 2 bersebelahan dengan ruang bedah anak, Ruang Bedah Saraf Kemuning lantai 2 ini terletak di antara ruang perawatan anak, apotik 24 jam untuk askes dan ruang bedah umum /ruang Kana. Berjauhan dengan beberapa sarana seperti UGD, Kamar Operasi/COT, Laboratorium, Bank Darah, MMG, Unit Fisioterapi, dan Unit Radiologi. Unit layanan yang terdekat adalah HCU Gedung Kemuning, NCCU, dan Depo Farmasi.

Kapasitas Unit RuanganRuang Bedah Saraf Kemuning lantai 2 memiliki 5 kamar dengan kapasitas 40 tempat tidur yang masing-masing kamar terdiri dari 8 tempat tidur, yaitu: Kamar 6: Untuk pasien laki-laki dewasa trauma Kamar 7: Untuk pasien pediatrik Kamar 8: Untuk pasien dengan tingkat ketergantungan total Kamar 9 : Untuk pasien wanita dewasa baik trauma maupun non trauma Kamar 10 : Untuk pasien laki-laki non trauma

Sifat Kekaryaan Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 Fokus TelaahDalam bidang pelayanan, fokus telaah Ruang Bedah Saraf Kemuning lantai 2 adalah ruang rawat inap anak-anak dan dewasa baik laki-laki maupun perempuan yang berhubungan dengan kelainan dan atau gangguan persarafan baik aktual maupun potensial yang harus dilakukan tindakan pembedahan, menjelang dan sesudah dilakukan tindakan pembedahan. Unit ini merupakan unit pelayanan bagi pasien dengan bantuan dana kesehatan berupa GAKINDA dan JAMKESMAS, meliputi pasien dengan:1. Gangguan fungsi sistem persarafan karena trauma (Neuro Trauma)2. Gangguan fungsi sistem persarafan onkologi (Neuro Onkologi)3. Gangguan fungsi sistem persarafan spinal (Neuro Spinal)4. Gangguan fungsi sistem persarafan vaskuler (Neuro Vaskuler)5. Gangguan fungsi sistem persarafan bedah tengkorak (Skull base Surgery)6. Gangguan fungsi sistem persarafan pada anak (Neuro Pediatric)Dalam bidang pendidikan, fokus telaah Ruang Bedah Saraf Kemuning lantai 2 adalah perawat, staff, pasien, keluarga pasien, dan juga mahasiswa praktik yang membutuhkan pengetahuan dan atau pengalaman dalam memenuhi kebutuhan pasien yang berhubungan dengan kelainan dan atau gangguan persarafan baik aktual maupun potensial yang harus dilakukan tindakan pembedahan, menjelang dan sesudah dilakukan tindakan pembedahan dan dampaknya bagi kondisi kesehatan pasien.Dalam bidang penelitian, fokus telaah Ruang Bedah Saraf Kemuning lantai 2 adalah individu, sekelompok individu, maupun institusi yang akan dan sedang menjalani riset/penelitian pada berbagai unsur yang ada di ruangan

Lingkup GarapanLingkup garapan Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 dalam bidang pelayanan adalah pemenuhan kebutuhan dasar pasien akibat gangguan pada sistem persarafan yang berpengaruh pada tingkat kesadaran baik sebelum maupun sesudah dilakukan pembedahan.Dalam bidang pendidikan, lingkup garapan Ruang Rawat Inap Bedah Saraf Kemuning lantai 2 adalah peningkatan kemampuan baik pada segi kognitif, afektif, maupun psikomotor dari peserta didik yang sedang praktik keperawatan baik yang sedang menyelesaikan D3 maupun S1 dalam memenuhi kebutuhan pasien akibat gangguan pada sistem persarafan yang berpengaruh pada tingkat kesadaran baik sebelum dilakukan pembedahan.Dalam bidang penelitian, lingkup garapan Ruang Rawat Inap Bedah Saraf Kemuning lantai 2 adalah memfasilitasi penelitian yang ada di ruang rawat inap bedah saraf di Gedung Kemuning Lantai 2 demi meningkatkan pelayanan ruangan dan rumah sakit secara umum guna mendukung misi ruangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Basis IntervensiBasis intervensi Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 dalam bidang pelayanan yaitu ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia akibat kelainan dan atau gangguan persarafan baik aktual maupun potensial yang harus dilakukan tindakan pembedahan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan pembedahan.Basis intervensi Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 dalam bidang pendidikan adalah ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia akibat kelainan dan atau gangguan persarafan baik aktual maupun potensial yang harus dilakukan tindakan pembedahan, sebelum dan sesudah dilakukan tindakan pembedahan.Basis intervensi Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 dalam bidang penelitian adalah menjadi lahan penelitian bagi individu atau kelompok yang ingin meneliti permasalahan yang ada dalam lingkup garapan Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2

Model Layanan Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Bedah Saraf diketahui bahwa model layanan yang diterapkan di Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 adalah metode tim, terbagi menjadi dua tim berdasarkan jumlah tempat tidur yang dibagi dua wing. Wing kanan adalah tim 1 yang memberikan pelayanan asuhan kepada pasien yang menempati kamar 9, kamar 10 dan sebagian kamar 8 (bed 5s.d bed 8) dan wing kiri adalah tim 2 yang memberikan pelayanan asuhan kepada pasien yang menempati kamar 6, kamar 7 dan sebagian kamar 8 (bed 1 s.d bed 4). Setiap 3 bulan dilakukan pergantian ketua tim. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pergantian tersebut supaya setiap perawat diruangan tersebut merasakan tugasnya sebagai ketua tim dan untuk menilai kompetensi perawat dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai ketua tim. Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 orang perawat mereka mengatakan belum memahami memahami metode tim secara konsep dan apakah pelaksanaan yang dikerjakan sudah sesuai atau belum.

Analisis terhadap pasienKarakteristik PasienAdapun karakteristik pasien selama dilakukan kajian situasi tanggal 19-23 September 2013 adalah sebagai berikut:Tabel 1.2.3.1 Karakteristik Pasien Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 Berdasarkan Jenis Penyakit Tanggal 19 September 2013NoJenis PenyakitF%

1SOL ( Space Occupasion Lession)1236,3

2Moderate Head Injury515,2

3Mild Head Injury412,1

4Hydrochephallus515,2

5Intra Cranial Hematoma26,1

6Infark Cerebri26,1

7Meningoencephalocelle13

8Moya-moya Disease13

9Skull Tumor13

Jumlah33100

Sumber: Studi Dokumen Ruang Bedah Saraf

Tabel 1.2.3.1 Karakteristik Pasien Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 Berdasarkan Diagnosa Keperawatan Tanggal 19 September 2013NoDiagnosa Keperawatan%

1Nyeri Akut / kronik30

2Ketidakseimbangan Nutrisi15

3Perubahan Mobilisasi Fisik5

4Gangguan persepsi sensori15

5Resiko jatuh15

6Gangguan integritas kulit5

7Tidak Efektifnya Perfusi jaringan : cerebral15

Jumlah100

Tabel 1.2.3.2 Karakteristik Pasien Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 Berdasarkan UsiaTanggal 19 September 2013NoKelompok UsiaF%

10 15 tahun1236,4

216 30 tahun618,2

331 45 tahun824,2

446 60 tahun721,2

Jumlah33100

Sumber: Studi Dokumen Ruang Bedah Saraf

Tabel 1.2.3.3 Karakteristik Pasien Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 Berdasarkan Jenis Pembayaran Tanggal 19 September 2013NoJenis PembayaranF%

1Gakinda 1854,5

2Jamkesmas 1545,5

Jumlah33100

Sumber: Studi Dokumen Ruang Bedah Saraf

Tabel 1.2.3.4 Karakteristik Pasien Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Tanggal 19 September 2013Klasifikasi KlienF%

Self Care618,2

Partial Care1957,6

Total Care824,2

Jumlah33100

Sumber: Observasi

Tabel 1.2.3.5 Perhitungan Kebutuhan Jam Perawatan Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien Tanggal 19 September 2013No Tingkat ketergantunganJam PerawatanJumlah Jam

1Selfl care6 x 1 jam6 jam

2Partial care19 x 3 jam57 jam

3Total care8 x 6 jam48 jam

Total jam asuhan per hari 111jam

Manajemen Asuhan Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2Flow Of Care(1) Penerimaan Pasien Baru Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 19-23 September 2013 didapatkan data sebagai berikut:1) Terdapat 15 orang pasien baru yang masuk ruang Rawat Inap Bedah Saraf Kemuning Lantai 22) Proses penerimaan pasien baru meliputi : Perawat menerima informasi pemesanan tempat untuk pasien baru melalui telepon dari IGD atau COT dan ruang perawatan lain. Pasien baru kemudian diantar oleh pekarya dari ruangan tersebut atau dijemput oleh mahasiswa yang sedang praktik di Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2. Setelah sampai ke ruangan, pasien baru kemudian langsung di tempatkan ke tempat tidur pasien yang tersedia. Pada penerimaan pasien baru yang telah diobservasi ditemukan beberapa hal: 1 dari 15 pasien pada saat penerimaan pasien baru tidak menggunakan gelang identitas. Dari 15 pasien baru yang diterima oleh perawat, tidak ada pasien yang mendapat perkenalan diri dari perawat. 15 dari 15 pasien baru tidak ada yang diinformasikan mengenai peraturan ruangan, fasilitas yang dapat digunakan di ruangan, dan dokter serta perawat yang bertanggung jawab diruangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 perawat, perawat mengidentifikasi ulang pasien baru secara visual yaitu dengan mencocokkan identitas yang tertera di buku rekam medis.. Perawat tidak melakukan pengkajian pada 15 dari 15 pasien baru dan tidak mendokumentasikannya. Perawat tidak melakukan discharge planning terhadap 5 dari 15 orang pasien yang baru.(2) Tindakan Keperawatan Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 19-23 September 2013 selama di ruangan didapatkan data tindakan keperawatan yang dilakukan perawat sebagai berikut: Informed consent dilakukan oleh perawat dan mahasiswa pada saat akan melakukan tindakan ganti balutan, terapi injeksi, pemasangan infus, pengambilan specimen darah, pemasangan kateter, dan pemasangan NGT Perawat hanya memberikan informasi tentang jenis tindakan yang akan dilakukan .tetapi tidak memberikan penjelasan mengenai tujuan dilaksanakannya tindakan. Pada saat melakukan tindakan, perawat hanya menanyakan nama pasien tanpa mencocokan kembali dengan gelang identitas pasien. Semua tindakan keperawatan telah didokumentasikan dengan baik pada status pasien.(3) Alur Pre-Operasi Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 19-23 September 2013 didapatkan data sebagai berikut: Hasil observasi pasien preoperasi yang sudah terjadwal ada 3 orang Hasil observasi terhadap perawat ruangan didapatkan: Perawat menjelaskan kepada seluruh pasien preoperasi prosedur preoperasi dan post operasi; pasien diberi informasi untuk puasa 6 jam sebelum operasi, dipasang infus, aksesoris pasien dilepas. Perawat memastikan dokter memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur tindakan operasi. Informed consent dilakukan oleh dokter ketika visite dan perawat memfasilitasi penandatanganan SIO (Surat Izin Operasi) oleh pasien atau keluarga dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan. Konsul ke bagian anestesi maupun ke bagian lain pada saat H-2 dan H-1 difasilitasi oleh perawat atas usulan dokter penanggung jawab. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan pengawas bedah saraf, untuk tindakan penandaan area operasi belum ada kesepakatan dilakukan di ruang rawat atau di ruang operasi.(4) Alur Post-Operasi Menurut hasil observasi dari tanggal 19-23 September 2013 didapatkan data sebagai berikut : Terdapat 2 orang pasien post operasi. Pasien dari ruang OK dijemput oleh perawat atau oleh mahasiswa dengan membawa tempat tidur pasien, sebelumnya perawat atau mahasiswa telah diberi pengarahan oleh perawat ruangan. Jika ada masalah atau butuh konfirmasi dengan petugas OK, dilakukan melalui telepon. Setelah pasien sampai di ruangan, perawat dan mahasiswa memposisikan pasien ke tempat tidur, mengatur tetesan infus dan mengobservasi keadaan umum pasien.Perawat menganjurkan pasien untuk melakukan ambulasi dini dan mengikuti penatalaksanaan post-operasi, seperti puasa sampai dengan bising usus positif dan perawat memberitahukan keluarga untuk melakukan test feeding.(5) Alur Pasien Pindah Menurut hasil observasi dari tanggal 19-23 September 2013 selama diruangan didapatkan 2 pasien pindah ruangan ke ICU dan Ruang Bedah Mulut dengan alur : Melengkapi Status Mengkonfirmasi ruangan yang akan dituju Mengantarkan pasien ke ruangan yang dituju dibantu oleh mahasiswa praktik Serah terima pasien bersama perawat diruangan yang dituju.(6) Alur Pasien Pulang Dari hasil observasi tanggal 19-23 September 2013 terdapat 10 pasien yang dinyatakan boleh pulang. Adapun alur pasien pulang adalah sebagai berikut: Perawat penanggung jawab melaporkan kondisi terakhir pasien kepada dokter yang memegang pasien tersebut. Dokter melakukan pemeriksaan. Setelah yakin bahwa kondisi pasien tersebut baik, dokter menyatakan bahwa pasien boleh pulang. Setelah ada persetujuan pulang dari dokter, perawat meminta keluarga untuk menyelesaikan administrasi ke bagian tata usaha ruangan. Setelah masalah administrasi selesai dan keluarga pasien menunjukan bukti penyelesaian masalah administrasi, perawat melepas alat-alat kesehatan yang terpasang pada pasien termasuk gelang identitas pada pasien. Discharge planning dilakukan pada 10 orang pasien yang boleh pulang tetapi tidak didokumentasikan. Pasien dibawa pulang oleh keluarga dengan diantar oleh pekarya atau mahasiswa

(7) Alur Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan laboratorium Dokter menulis jenis pemeriksaan yang dilakukan pada status pasien. Perawat menyiapkan formulir pemeriksaan laboratorium sesuai instruksi dokter dan alat-alat yang akan dipergunakan untuk pemeriksaan. Perawat memberikan informasi pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan tetapi tidak menjelaskan tujuan pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan kepada pasien. Pengiriman sampel laboratorium dilakukan oleh keluarga ke laboratorium gedung kemuning.Pemeriksaan radiologi Formulir permintaan pemeriksaan radiologi di isi oleh dokter. Formulir pemeriksaan yang telah disiapkan kemudian didaftarkan oleh perawat ke bagian radiologi. Pasien dibawa ke bagian radiologi oleh perawat atau pekarya dibantu oleh mahasiswa.

Pengelolaan(1) Pengelolaan Perawat Model asuhan keperawatan di ruang Bedah Saraf kemuning Lantai 2 adalah menggunakan model asuhan tim Metode tim diaplikasikan dengan pembagian pasien berdasarkan jumlah tempat tidur, yang terdiri dari 2 tim. Penggantian ketua tim mengalami rotasi setiap tiga bulan sekali. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19-23 september 2013 didapatkan perawat yang dinas pagi sebanyak 8 orang termasuk kepala ruangan, shift siang 4 orang, dan shift malam 3 orang, yang terbagi atas 2 tim (tim 1 dan tim 2).Perhitungan Kebutuhan Tenaga PerawatBerdasarkan Gillies (1999)

A = jam perawatan/24 jam (waktu yang dibutuhkan pasien)B = sensus harian (BOR x Jumlah tempat tidur)C = jumlah hari liburJam perawatanKeperawatan langsung (4 - 5 jam/klien/hari) (gillies)Self care = x 4 = 1 jam/klien/hariPartial care = x 4 = 3 jam/klien/hariTotal care = (1 1,5) x 4 = 4 6 jam /klien/hariKeperawatan tidak langsung 38 60 menit/kllien/hariPendidikan kesehatan = 15 menit/klien/hari = 0,25 jam Adapun dari data yang diperoleh adalah :No Tingkat ketergantunganJam PerawatanJumlah Jam

1Selfl care6 x 1 jam6 jam

2Partial care19 x 3 jam57 jam

3Total care8 x 6 jam48 jam

Total jam asuhan per hari 111jam

BOR rata-rata harian (menurut data di ruangan) adalah 70%Sehingga:Jumlah pasien apabila BOR 70% adalah 40 x 70% = 28 orangPengkajian jumlah pasien yang didapat pada tanggal 19 September adalah 33 orang, apabila dikonversi dengan BOR yang 70% adalah sebagai berikut :Self care = jumlah pasien = 28 x 18,18% = 5,09 ------ 5 Parsial care jumlah pasien = 28 x 57,57% = 16,11 ------- 16 Total care jumlah pasien = 28 x 24,24% = 6,78 --------- 7 Sehingga : Keperawatan tidak langsung = 1 jam Pendidikan kesehatan = 0,25 jam Total kebutuhan rata-rata untuk tiap pasien = 3,43 + 1 + 0,25 = 4,68 jamJumlah tenaga perawat yang dibutuhkan oleh ruang bedah saraf adalah

Sehingga jumlah ideal tenaga perawat ruang bedah saraf kemuning lantai 2 adalah 24 orang. Perbandingan tenaga perawat yang memberikan asuhan langsung (Gillies) untuk tiap shift adalah pagi : siang : malam = 8 : 5 : 3 orang Perawat yang memberikan asuhan tidak langsung (Gillies) adalah 5 orang Perawat yang libur/lepas 3 orang Berdasarkan hasil observasi 19 September 2013 terdapat mahasiswa keperawatan yang praktek di Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2, yang terdiri dari mahasiswa FIK UNPAD sebanyak 12 orang yang sedang menjalani praktek profesi manajemen keperawatan, Akper Pemda Lahat Sumatera Selatan sebanyak 8 orang , Poltekes Provinsi Bengkulu sebanyak 7 orang, Akper Donggala sebanyak 6 orang yang dibagi kedalam shift pagi, sore. Mahasiswa melakukan asuhan keperawatan kepada pasien namun pengelolaan mahasiswa belum efektif. Serah terima tugas antar shift lebih sering dilakukan melalui buku operan tanpa keliling melihat pasien langsung Kerja sama antar perawat sudah terjalin dengan baik. Tindakan keperawatan yang dilakukan di ruangan Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 berdasarkan tim. Catatan pemberian terapi obat dipisah antara tim 1 dan tim 2. Penulisan terapi ditulis oleh perawat pada buku terapi obat sesuai tim 1 dan tim 2. Obat disiapkan oleh perawat dan dibantu oleh mahasiswa praktik. Pengoplosan dan penyiapan obat injeksi dan oral dilakukan di Nurse Station. Saat memberikan obat, perawat sudah menerapkan 6B, yaitu :benar obat, benar pasien, benar dosis, benar cara pemberian, benar waktu, benar dokumentasi.(2) Pengelolaan Dokter Dokter melakukan visite pada pagi dan kadang-kadang pada sore hari dan malam hari, setelah melakukan pemeriksaan, dokter langsung mendokumentasikan ke status pasien (pada lembar terintegrasi). Pendelegasian tindakan medis dan pemeriksaan penunjang kepada perawat sebagian besar dilakukan melalui tulisan dan dipertegas melalui lisan.(3) Pengelolaan Farmasi Bagian farmasi menerima order terapi sesuai dengan advis dokter, khusus untuk pasien Gakinda dan Jamkesmas dikendalikan oleh farmasi agar sesuai dengan pedoman penatalaksanaan pasien Gakinda dan Jamkesmas. Pengambilan obat dilakukan olah keluarga pasien di depo farmasi Koordinasi antara perawat dengan farmasi terutama mengenai obat-obatan melalui kartu resep dan melalui telepon. Jadwal pemberian obat injeksi dan oral menggunakan buku obat. Untuk terapi injeksi dan terapi oral perawat yang mengatur dan melaksanakan pemberiannya sesuai advis dokter. Penyimpanan terapi oral dan injeksi disimpan dalam kotak obat yang telah disediakan. Pemberian obat oral melibatkan keluarga. Ditemukan juga ada beberapa pasien yang mendapatkan terapi injeksi tapi ketersedian obatnya tidak ada, sehingga untuk mengatasi hal ini agar terapi tidak terhenti perawat meminjam obat pasien yang lain. Pendokumentasian tindakan pemberian obat injeksi ditulis di buku obat suntik dan ditulis di catatan integrasi.(4) Pengelolaan Gizi Pengelolaan gizi pada pasien baru dilakukan oleh ahli gizi yang datang setiap hari. Ahli gizi setiap hari mengontrol rekam medis pasien untuk mengetahui diit pasien berdasarkan diagnosa dan advis dokter. Setelah itu ahli gizi melakukan analisis data untuk menentukan asupan makanan setiap pasien. Pembagian makan kepada pasien diberikan oleh bagian gizi rumah sakit. Penghitungan asupan makanan setiap pasien dilakukan oleh ahli gizi terutama pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan penanganan khusus. Jadwal pemberian makan pasien Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 Untuk makan pagi makanan dibagikan pukul 07.00 WIB dan diambil pukul 09.00 WIB, dan pembagian snack pagi pukul 10.00 WIB. Untuk makan siang makanan dibagikan pukul 12.00 WIB, dan diambil pukul 13.00 WIB. Pembagian snack siang pukul 16.00 WIB. Untuk makan malam makanan dibagikan pukul 17.30 WIB, dan diambil pukul 19.00 WIB. Petugas gizi tidak mengambil makanan pasien yang belum dimakan pada jam pengambilan belum dimakan, tetapi akan diambil pada jam pembagian makan selanjutnya.

Kebutuhan Dasar ManusiaNOASPEKDESKRIPSI SITUASI

123

1.Pemenuhan KDM1.1. Oksigenisasi

1.2. Nutrisi

1.3. Cairan & elektrolit

2.4. Eliminasi

1.5. Istirahat tidur

1.6. Aktivitas Berdasarkan hasil observasi tanggal 19 September 2013, terdapat 6 pasien yang mengalami gangguan oksigenasi sehingga mendapatkan terapi oksigen dengan menggunakan alat bantu binasal canul dan simple mask. Di ruangan sudah tersedia protap penatalaksanaan pemberian O2. Sumber oksigen berasal dari pusat, sehingga kebutuhan oksigen tidak mengalami kekurangan.

Pemberian nutrisi dilakukan 3x sehari dari bagian gizi rumah sakit yaitu: makan pagi datang jam 07.00-08.00 WIB, snack siang jam 10.00. Makan siang jam 12.00-13.00 WIB, dan snack sore diberikan jam 16.00 WIB. Makan sore jam 17.00 WIB dan pengambilan piring plato jam 18.30 WIB. Selain mengkonsumsi makanan yang diberikan oleh bagian gizi, pasien juga mengkonsumsi makanan tambahan dari luar asalkan bukan pantangan bagi pasien. Makanan dari bagian gizi langsung dibagikan kepada pasien oleh pengantar makanan dari bagian gizi dan disajikan diatas piring plato dalam keadaan tertutup. Makanan tambahan berupa kue basah, buah pisang/pepaya, bubur kacang hijau diberikan dua kali sehari. Terdapat pantry yang tergabung dengan Ruang Bedah Anak. Makanan disajikan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Berdasarkan observasi tanggal 19 September 2013, terdapat 5 orang pasien yang menggunakan NGT. Di Ruang Bedah Saraf terdapat protap pemasangan NGT dan pemberian makan melalui NGT. Pada pasien dengan menggunakan NGT, pemberian makan dilakukan oleh keluarga pasien yang sebelumnya sudah diberitahu oleh perawat cara pemberian makan melalui NGT.

Berdasarkan observasi tanggal 19 September 2013, terdapat 20 pasien yang terpasang infus dari 33 pasien. Beberapa selang infus tidak diberi label tanggal pemasangan, tidak terdapat label dan plabot keberapa dan kecepatan tetesannya. Berdasarkan observasi, ketika cairan infus habis, keluarga memberi tahu perawat atau mahasiswa untuk diganti dengan yang baru. Bagi pasien-pasien yang membutuhkan observasi ketat, perawat melakukan pemantauan intake output pasien.

Berdasarkan observasi pada tanggal 19 September 2013, terdapat 8 pasien yang terpasang kateter. 1 urine bag dari 8 pasien yang terpasang kateter tampak tergeletak di lantai dan 7 urine bag lainnya tampak tergantung di tempat tidur. Pasien yang tidak terpasang kateter, dapat BAK di kamar mandi atau menggunakan pispot atau urinal yang dibantu oleh keluarga. Pembuangan urin dilakukan oleh keluarga pasien yang sebelumnya telah diajarkan terlebih dahulu oleh perawat. Pemenuhan kebutuhan eliminasi BAB pasien yang tidak bisa ke kamar mandi, menggunakan pispot difasilitasi oleh perawat atau keluarga,

Berdasarkan hasil observasi tanggal 19 September 2013, terdapat 3 orang pasien yang mengalami gangguan istirahat dan tidur. Perawat memberikan tindakan keperawatan dan kolaborasi untuk mengalami gangguan istirahat tidur.

Berdasarkan hasil observasi tanggal 19 September 2013, terdapat 6 pasien dengan self care, 19 pasien dengan partial care, 8 pasien dengan total care. Perawat memberikan posisi yang nyaman bagi pasien pada saat bedmaking dan setelah ganti balutan dan membantu mengatur posisi nyaman bila pasien membutuhkan. Berdasarkan hasil observasi pada 19 pasien dengan partial care dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dengan bantuan keluarga dan perawat. 6 pasien dengan self care dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan dari keluarga maupun perawat. 8 pasien dengan total care untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu total oleh perawat dan keluarga. Perawat mengajarkan keluarga tindakan mobililsasi pasif dan aktif pada pasien yang mengalami tingkat ketergantungan total.

Aplikasi Asuhan KeperawatanDari hasil studi dokumentasi asuhan keperawatan tanggal 20 September 2013 pada 23 status didapatkan : pengkajian 45,5 %, diagnosa 27,3 %, perencanaan 13,6 %, tindakan 24,2 %, evaluasi 9,1 %, dan catatan asuhan 100 %.Dokumentasi asuhan dilakukan oleh perawat ruang bedah saraf kemuning lantai 2.

Manajemen UnitMan (Manusia)(1) Tenaga KeperawatanTenaga keperawatan berjumlah 21 orang termasuk jumlah perawat yang aktif 19 orang, 1 orang sedang melanjutkan sekolah,1 orang pindah ke bedah anak yang statusnya diperbantukan. Pendidikan S1 keperawatan : 5 orangD3 keperawatan : 16 orang Jenis kelamin Laki-laki: 6 orangPerempuan: 15 orang Status Kepegawaian PNS: 3 orangNon-PNS: 18 orang(2) Tenaga Non KeperawatanPekarya : 3 orangTata Usaha: 1 orang

Pendidikan SMP: 1 orangSMA: 2 orang S1: 1 orang Jenis kelamin Laki-laki: 3 orangPerempuan: 1 orang Status Kepegawaian PNS: 3 orangNon-PNS: 1 orang(3) Tenaga medisDokter yang memberikan pelayanan medis pada pasien adalah residen dan konsulen yang terbagi atas masing-masing sub bagian, diantaranya neurotrauma, neuropedriatric, skull base, neuronkologi, neurospine, neurovaskuler, fungsionil-infeksi(4) Mahasiswa PraktikFIK UNPAD sebanyak 12 orang yang sedang menjalani profesi manajemen keperawatan, Akper Pemda Lahat Sumatera Selatan sebanyak 8 orang, Poltekes Provinsi Bengkulu sebanyak 7 orang,dan Akper Donggala sebanyak 6 orang yang dibagi kedalam shift pagi dan sore.

Money(1) Pendanaan Ruang Bedah Saraf Lantai 2 Gedung Layanan Terpadu Jamkesmas berasal dari pusat atau sentral RSHS. (2) Pasien jamkesmas tidak dikenakan biaya sampai pasien tersebut pulang. Sedangkan pasien gakinda jika sudah melewati biaya setiap daerah plavon maka dikenakan biaya.(3) Untuk penyediaan barang kebutuhan bagi kelangsungan pelayanan langsung didrop dari pusat (dari bidang keperawatan ke bidang pengadaan).(4) Anggaran pengembangan dan biaya pemeliharaan berasal langsung dari RSHS.(5) Insentif / tunjangan yang didapatkan perawat terdiri dari tunjangan hari raya, dan tunjangan jasa medis setiap empat bulan sekali. Tunjangan jasa medis tidak langsung diberikan saat masa empat bulan tersebut dan harus menunggu sampai satu atau dua bulan berikutnya. Tunjangan jasa medis diberikan rata kepada perawat dan pekarya.

Method (1) Metode asuhan yang di gunakan di ruang kemuning bedah saraf adalah metode tim. Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 orang perawat mereka mengatakan belum memahami metode tim secara konsep dan apakah pelaksanaan yang dikerjakan sudah sesuai atau belum Ruangan sudah memiliki SOP , SAK dan Protap.(2) Ruang bedah saraf memiliki format asuhan keperawatan (3) Ruangan memiliki buku komunikasi perawat berupa buku laporan pasien tiap shift(4) Pre dan post conference mengenai pasien dilakukan pada saat shift pagi (5) Ruang bedah saraf memiliki format asuhan keperawatan tetapi hasil studi dokumentasi tanggal 20 September 2013 pada 23 status pasien didapatkan hasil sebagai berikut pengkajian 45,5 %, diagnosa 27,3 %, perencanaan 13,6 %, tindakan 24,2 %, evaluasi 9,1 %, dan catatan asuhan 100 %. (6) Perawat ruang bedah saraf melakukan timbang terima pasien pada saat menerima atau memindahkan pasien dan saat melakukan operan dinas tiap shift(7) Sentralisasi obat sudah di lakukan oleh bagian farmasi gedung kemuning.(8) Ruang Bedah Saraf sudah memiliki format tentang pengkajian penunjang keperawatan seperti resiko jatuh dan discharge planning.

Material(1) Ruang Bedah Saraf Kemuning Lantai 2 terletak di bagian tengah area RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, yang terdiri dari ruang tunggu, 1 ruang penanggung jawab dan kepala lantai, 1 ruang persiapan alat, 1 ruang pantry, 1 ruang tindakan, 1 ruang kepala ruangan , 1 nurse station, 1 ruang perawat, 1 ruang ganti baju perawat, 1 ruang spoelhoeck, 1 ruang toilet perawat, 1 ruang pendidikan dan diskusi, terdapat 3 toilet namun hanya 1 yang berfungsi, 5 kamar (kamar 6,7,8,9 dan 10) dengan kamar 6 sampai 10 memiliki kapasitas masing-masing 8 tempat tidur dan terdapat fasilitas toilet untuk pasien yang berjumlah 8 toilet.(2) Ruang bedah saraf memiliki struktur organisasi tetapi belum terpasang karena belum disesuaikan dengan keadaan SDM yang ada. (3) Ruang bedah saraf memiliki kapasitas 40 tempat tidur. Tiap tempat tidut dilengkapi sebuah lemari pasien berwarna abu-abu terbuat dari besi untuk menyimpan barang-barang dan kebutuhan pasien. Di depan tempat tidur terdapat meja kecil tempat menyimpan obat dan kebutuhan pasien. Tiap tempat tidur diberi penomoran tetapi belum sesuai dengan jumlah tempat tidur Tempat tidur pasien dilengkapi dengan besi di bagian sisinya untuk mencegah pasien terjatuh dari tempat tidur. (4) Terdapat wastafel tempat cuci tangan dengan air mengalir, 1 buah di ruang tindakan dengan sabun antiseptik dan 1 buah di koridor(5) Terdapat 20 fasilitas cuci tangan kering yang diisi campuran cairan chlorine hexidine dan alkohol 70 %. Pengisian cairan tersebut dilakukan oleh pekarya (6) Berikut ini adalah gambaran-gambaran dokumen yang dimiliki di Ruang Rawat Inap Bedah Saraf Lantai 2 : Pembukuan :Terdiri dari buku laporan,buku injeksi, buku ekspedisi admission, buku absensi harian karyawan, buku ekspedisi ambulance dan TNRS, absensi mahasiswa, buku pengambilan status pasien pulang, ekspedisi bank darah, buku komunikasi, Jadwal dinas Formulir Terdiri dari surat izin operasi, formulir radiologi, formulir protokol terapi tindakan, formulir penolakan tindakan, formulir infeksi RS, formulir keterangan meninggal, formulir asuhan keperawatan, formulir PA, EKG, formulit pemeriksaan laboratorium SAKTerdiri dari SAK Head injury, SAK Post kraniotomi, SAK Pasca VP- Shunt, SAK SOL, SAK Trauma kepala. ProtapTerdiri dari SPO identifikasi pasien, SPO Komunikasi efektif, SPO Pengelolaan obat, SPO penandaan area operasi pada preoperasi, SPO resiko tinggi infeksi, SPO risiko cedera. (7) Ruang bedah saraf memiliki ruang tindakan berukuran 3 x 4 m yang dipakai bersamaan dengan Ruang Bedah Anak.(8) Ruang diskusi merupakan ruang terbuka yang didalamnya terdapat 3 meja diskusi, 4 buah kursi panjang, 1 meja tempat penyimpanan tas, 1 loker panjang, 3 lemari tenun, 3 toilet. Ruang pendidikan juga digunakan sebagai tempat menyimpan brankar, kursi roda, dan kain penghalang (scherm) untuk pasien(9) Ruang bedah saraf memiliki alat-alat untuk pemeriksaan tanda-tanda vital seperti stetoskop berjumlah 8, tensimeter berjumlah 4, termometer ber jumlah 5, alat tersebut hanya tersedia sebagian di nurse stasion dan sebagian tesimpan di lemari.(10) Ruang saraf memiliki 2 set besar alat-alat untuk melakukan tindakan ganti balutan (11) Ruang bedah saraf memiliki emergency kit yang didalamnya terdapat 1 ambubag anak, 1 ambubag dewasa, 1 laringoskop anak, 1 laringoskop dewasa.MarketingBentuk market yang diberikan yaitu asuhan keperawatan pada anak-anak dan dewasa baik laki-laki maupun perempuan dengan kasus bedah saraf untuk Jamkesmas dan Gakinda dan menyediakan sarana pendidikan bagi calon praktisi kesehatan

Pelaksanaan International Patient Safety Goal (IPSG)International Patient Safety Goal (IPSG) 1: Identifikasi PasienBerdasarkan hasil observasi tanggal 20 September 2013 mengenai identifikasi pasien yang dilakukan oleh 15 orang perawat didapatkan :(1) Sebanyak 15 orang perawat memastikan gelang terpasang sesuai nama, tanggal lahir, jenis kelamin dan no. rekam medic(2) Sebanyak 7 orang perawat melakukan identifikasi sebelum pemberian obat dengan menanyakan nama tanpa mencocokan dengan gelang nama.(3) Sebanyak 15 orang perawat tidak melakukan penjelasan identifikasi dan tujuan pemasangan gelang kepada pasien.(4) Pada saat kajian situasi tidak ditemukan pasien yang mendapatkan transfusi sehingga kegiatan identifikasi sebelum melakukan transfusi yang dilakukan oleh perawat tidak terkaji

International Patient Safety Goal (IPSG) 2: Meningkatkan Komunikasi EfektifHasil observasi tanggal 23 September 2013 tentang timbang terima pasien yang di lakukan perawat ruang bedah saraf yang ditulis pada buku laporan pasien. Untuk informasi hasil pemeriksaan laboratorium (Natrium, Kalium, GDS dan troponin T) yang dikonfirmasi melalui telepon sudah dilaksanakan sesuai prosedur (TBaK).

International Patient Safety Goal (IPSG) 3 : Meningkatkan Keamanan Pemakaian Obat Yang Memerlukan Kewaspadaan TinggiBerdasarkan hasil kajian situasi 23 september 2013 diruangan di dapatkan:(1) Penyimpanan obat hight alert disimpan pada tempat yang terpisah dengan obat yang lain.(2) Obat hight alert tidak disediakan diruang rawat kecuali ada resep dari dokterPada saat pemberian obat perawat melakukan tindakan 6 benar; benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar pasien dan benar dokumentasi.

International Patient Safety Goal (IPSG) 4 : Memastikan Kebenaran Prosedur, Lokasi Operasi Dan Pasien Yang Akan DibedahBerdasarkan kajian situasi dari tanggal 23 september 2013 didapatkan 3 pasien rencana operasi (preop) didapatkan data sebagai berikut :(1) Perawat memastikan dokter memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur tindakan operasi.(2) Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan pengawas bedah saraf, untuk tindakan penandaan area operasi belum ada kesepakatan(3) Prosedur tindakan persiapan operasi terhadap pasien telah dilakukan oleh perawat.

International Patient Safety Goal (IPSG) 5 : Pengurangan Resiko Infeksi Rumah SakitBerdasarkan hasil observasi yang dilakukan tanggal 19-23 pada 19 orang perawat didapatkan hasil :(1) Sebanyak 19 perawat melakukan kebersihan tangan 6 langkah dari WHO(2) Pada pelaksanaan 5 moment cuci tangan didapatkan hasil : Sebanyak 8 orang perawat melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan Sebanyak 9 orang perawat melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan aseptik. Sebanyak 19 orang perawat melakukan tindakan cuci tangan setelah melakukan tindakan Sebanyak 19 orang perawat melakukan tindakan cuci tangan setelah kontak dengan cairan tubuh klien. Sebanyak 5 perawat melakukan tindakan cuci tangan setelah kontak dengan lingkungan klien.(3) Pada penggunaan APD didapatkan hasil : Sebanyak 18 orang perawat menggunakan masker saat kontak dengan pasien yang berisiko menularkan penyakit melalui udara Sebanyak 19 orang perawat menggunakan handscoon saat kontak dengan cairan tubuh klien Sebanyak 14 orang perawat menggunakan handscoon saat melakukan tindakan invasive ke klienBerdasarkan hasil wawancara tanggal 19 september 2013 pada 33 orang keluarga pasien didapatkan hasil :(1) Sebanyak 16 orang melakukan cuci tangan pada langkah ke 4, 5, dan 6, yaitu menggosok jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci, menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya, menggosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.(2) Sebanyak 20 orang melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien(3) Sebanyak 25 orang melakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien

International Patient Safety Goal (IPSG) 6 : Resiko JatuhBerdasarkan hasil observasi pada tanggal 21 September 2013 didapatkan hasil :(1) 3 dari 8 pasien anak berisiko tinggi untuk jatuh, tetapi hanya 1 pasien anak yang terpasang gelang berwarna kuning.(2) 5 dari 8 pasien anak beresiko rendah untuk jatuh(3) 6 dari 17 pasien dewasa dan lansia tidak berisiko untuk jatuh(4) 10 dari 17 pasien dewasa dan lansia memiliki resiko rendah untuk jatuh(5) 1 dari 17 pasien dewasa dan lansia memiliki resiko tinggi untuk jatuh Prosedur Pencegahan Jatuh Pada Pasien Risiko Tinggi(1) Dari 4 pasien yang beresiko tinggi semuanya tidak diorientasikan ruangan, tidak ada bel yang terjangkau, tidak ada pemasangan tanda peringatan pasien resiko jatuh, tidak mengecek pasien minimal setiap 1 jam. (2) Ada 2 pasien resiko tinggi jatuh ditempatkan dekat nurse station.(3) Seluruh rem tempat tidur pasien terkunci, terpasang bedplang, menempatkan tempat tidur sesuai dengan perkembangan tubuh pasien, melibatkan keluarga, menggunakan restrain pada pasien gelisah namun kurang layak.(4) Pendokumentasian setiap perubahan pada pengkajian resiko jatuh dilakukan.

1