BAB I
-
Upload
bagus-pranata-siahaan -
Category
Documents
-
view
60 -
download
12
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Gips pada dasarnya merupakan alat untuk menjamin ke akuratan da kecocokan dalam
membalut, biasanya di pergunakan untuk imobilisasi fraktur, koreksi kelainan bawaan,
pencegahan deformitas, pencegahan kontraktur dan lain sebagainya. Dalam penggunaan gips
harus di perhatikan sejumlah faktor utama, antara lain tekhnik pemasangan, personil,
perlengkapan yang dibutuhkan dan perawatan. Pemasangan gips dapat menimbulkan
komplikasi berupa gangguan sirkulasi syaraf, pressure/cat store, kekakuan sendi, reaksi sendi,
reaksi alergi yang harus di tangani segera.
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai kontur dimana
gips ini dipasang. Tujuan pemakaian gips adalah untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam
posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak di
dalamny. Dapat digunakan untuk mengimobilisasi fraktur yang telah di reduksi, mengoreksi
deformitas, memberikan tekanan merata pada jaringan lunak dibawahnya, ataumemberikan
dukungan dan stabilitas bagi sendi yang mengalami kelemahan. Secara umum,gips
memungkinkan pasien sementara membatasi gerakan
1.2 Tujuan penulisan
Mengetahui tentang apa itu Gips, bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gips
danasuhan keperawatannya.
1.3 Manfaat penulisan
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pemahaman bagi kelompok
maupun pembaca mengenai konsep dasar pemasangan Gips dan asuhan keperawatannya
1.4 Metode penulisan
Menggunakan literatur-literatur dari buku maupun internet yang berhubungan
denganGips dan asuhan keperawatannya
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area
yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips dikerjakan 2-3 orang, seorang memasang
perban (operator), seorang membantu dan memegang perban pada operator dan orang ke tiga
menyangga ektremitas agar posisi tetap. Waktu pemasangan gips sesuai dengan variasi daya
rekat bahannya yang pada umumnya 2-6 menit. Harus dijaga agar ektremitas tidak bergerak
selama pemasangan.
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh dimana
gips dipasang. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
2.2 Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak
bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi
tulang yang patah tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada
jaringan lunak yang terletak didalamnya.
2.3 Jenis-jenis gips
Gips lengan pendek: memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan,
melingkar erat didasar ibu jari. Bila ibu jari dimasukan dinamakan spika ibu jari( gips
gaunlet)
Gips lengan panjang: memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah
proksimal lipatan telapak tangan, siku biasanya diimobilisasi dlm posisi tegak lurus
Gips tungkai pendek: memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki , kaki
dalam sudut tegak lurus pada posisi netral
Gips tungkai panjang: memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha
sampai dasar jari kaki, lutut sedikit fleksi
Gips berjalanGips tubuh
Gips spika bahu
Gips spika panggul
2.4 Bahan-bahan gips meliputi:
2
1. Plester. Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin
diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah
terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan
pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan
waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap ,
berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan
kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
2. Nonplester. Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air
ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih
ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan
terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai
kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
3. Nonplester berpori-pori, sehingga masalah kulit dapat di hindari . gips ini tidak
menjadi lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat
dikeringkan dengan pengering rambut.
2.5 Persiapan alat
Plester / perban sintetik yang dapat dilebarkan
Perban gulungan / perban elastic
Lembaran gips berbentuk anyaman kecil
Bidai untuk penguat
Busa gips dari katun, poliester/poliethan untuk menyangga tulang
Pisau
Gunting
Spidol permanen
Beberapa lembar polietilen/koran untuk alas lantai
Sarung tangan sekali pakai untuk melindungi tangan operator
Wadah plastik besar berisi air bersuhu ruang 21-24° C atau sesuai petunjuk
dari pabrik gips
Krem tangan yang dipakai setelah pemasangan gips sintetik
2.6 Prosedur kerja
Pemasangan Gips
3
Mencuci tangan
Membentangkan polietilen/koran di lantai
Menjelaskan pada klien apa yang akan dirasakan (rasa hangat pada saat
pemasangan perban)
Mengukur perban gulung dan lembaran gips pada bagian ekstremitas yang
akan di imobilisasikan
Lembar gips diatur sedemikian rupa agar teratur masing-masing tersusun
berlapis sampai habis ½ rol gips
Beberapa lembar gips tambahan diletakkan diatas untuk penyangga tulang
okranon, maleoli dan patella
Lembar gips dipasang dari ujung distal sampai pada proksimal ektremitas.
Bila terlalu banyak gips yang digunakan akan memungkinkan pemborosan dan
menekan daerah dibawah pemasangan gips.
Bagian tengah balutan perban tetap tegak pada air (suhu ruangan) untuk
beberapa menit dan menjadi lunak agar mudah digunakan. Periksa langsung
bahan gips sintetik
Memeriksa efek air terhadap kekuatan rekat/tidak lentur pada tengah balutan
oleh operator dengan hati-hati agar tak jatuh. Kekuatan maksimal dihasilkan
oleh gips sintetik dari reaksi kimia
Mulai dari ujung distal, balutkan gips dengan baik dan tepat pada ektremitas,
secara berlapis sampai habis ½ rol. Jaga gerakan gips dan tetap menempel
dengan baik pada permukaan ektremitas. Secara hati-hati kombinasikan
balutan berurutan kebawah dan balikkan tiap balutan menuju ke posisi bawah
dengan tungkai dan tulang jari (ujung jari) secara melingkat atau memanjang.
Jaga kombinasi susunan bawah gips agar sejajar dengan permukaan gips
(tanpa penekanan) dan berlapis-lapis sehingga membentuk gambaran huruf V.
Potong gips sesuai ukuran dengan pisau tajam. Pasang perban gulung diatas
susunan gips dan sesuaikan dengan bahan gips
Mengakhiri pemasangan gips dengan krem tangan gips untuk menjaga agar
permukaan kulit luar tetap halus
Tanyakan pada klien jika hal ini menyebabkan ketidak nyamanan atau nyeri
Mencatat diagnosa dan data kecelakaan dan pemasangan gips dengan spidol
permanen pada permukaan gips setelah mongering
4
Menghindarkan gips terhadap jari-jari tangan selama pasien bergerak.
Keringkan dengan menganginkan gips agar hangat, sirkulasi lancar dan alirkan
udara. Atau kipaskan udara diatas gips dengan kipas berputar untuk
mempercepat penguapan air.
Mendokumentasikan prosedur dan respons klien pada catatan klien.
Pelepasan gips
Informasikan kepada pasien
Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan mengiris
kulit
Gips akan dibelah dengan gerakan linier pisau sepanjang garis
potonganGunakan pelindung mata
Potong bantalan dengan gunting
Sokong bagian tubuh ketika gips diambil
Cuci dan keringkan bagian yang habis diimobilisasi dengan lembut, oleskan
minyak pelumas
Ajari pasien tidak menggosok /menggaruk kulit
ajari pasien secara bertahap melatih kegiatan bagian tubuh sesuai program
terapiuti
Ajari pasien mengontrol pembengkakan dengan meninggikan ekstremitas
2.7 Indikasi pemasangan gips
a. Immobilisasi dan penyangga fraktur
b. Istirahatkan dan stabilisasi
c. Koreksi deformitas
d. Mengurangi aktifitas
e. Membuat cetakan tubuh orthotic
2.8 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pemasangan gips :
a. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
b. Gips patah tidak bisa digunakan
c. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
5
d. Jangan merusak / menekan gips
e. Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
f. Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
BABIII
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GIPS
3.1 Pengkajian
6
pengkajian fisik bagian tubuh yang harus diimobilisasi melibatkan pengkajian status
neurovaskuler, derajat dan lokasi pembengkakan, memar, dan adanya abrasi kulit
3.2 Diagnosa keperawatan:
a. Kurangnya pengetahuan mengenai program pengobatan
b. Nyeri yang berhubungan dengan ganguan musculoskeletal
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gips
d. Kurang perawatan diri : makan,mandi/higiene,berpakian /berdandan, atau toileting
karena keterbatasan mobilitas
e. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan laserasi dan abrasi
f. Potensial perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan respon fisiologik thd
cedera/gips
3.3 Intervensi keperawatan
•Meredakan nyeri
Nyeri yang berhubungan dengan masalah muskuluskeletal harus dievaluasi dengan
hati- hati. Pasien diminta untuk menunjukkan tempat yang tepat dan menerangkan sifat dan
intensitas nyeri untuk mencari penyebabnya. Nyeri yang berat diatas tonjolan tulang bisa jadi
merupakan kemungkinan akan terjadi ulkus karena tekanan. Dan nyeri berkurang bila ulkus
sudah timbul.
•Peningkatan mobilitas
Setiap sendi tak diimobilisasi harus dilatih dan digerakkan sesuai kisaran geraknya
untuk mempertahankan fungsinya. Bila pasien dipasang gips tungkai perlu dilakukan latihan
jari jari kaki, dan bila pasien dengan gis lengan perlu dilakukan latihan jari jari tangan.
•Mencapai perawatan diri
Kurangnya pengetahuan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh dimbilisasi,
mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri. Perawatan harus membantu pasien
dalam mengidentifikasi bidang imana perawatan dirinya kurang. Pertisipasi pasien juga
penting dalam menyelesaikan aktifitas sehari- hari dalam promosi perawatan diri,
kemandirian, pemeliharaan, kontrol penuh dan mencegah reaksi psikologik seperti depresi.
•Penyembuhan abrasi kulit
7
Sebelum pemasangan gips laserasi dan abrasi kulit harus dirawat dahulu agar cepat
sembuh. Kulit harus dicuci dan dirawat sesuai perintah dokter, Balutan steril. Saat gips masih
terpasang pasien harus diobsevasi adanya tanda infeksi sistemik, bau dari gips, dan cairan
purulen yang mengotori gips. Dokter harus diberitahu bila terjadi hal serupa itu.
•Memahami program pengobatan
Sebelum dipasang gips pasien harus diberi informasi mengenai masalah patologik dan
maksud serta harapan program penatalaksanaan yang diberikan. Pasien perlu dipersiapkan
sebelum pemasangan gips dengan menjelaskan mengenai antisipasi adanya gangguan rasa
nyaman (mis.panas yang ditimbulkan akibat reaksi pengerasan gips). Dan bahwa bagian yang
digips tidak dapat digerakkan selama gips masih terpasang
•Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Pembengkakan dan edema adalah respon alami jaringan terhadap trauma dan
pembedahan. Pasien mungkin mengeluh bahwa gipsnya terlalu ketat. Besarnya
pembengkakan dapat dikontrol dengan meninggikan daerah cidera.
3.4 Masalah kolaboratif/ komplikasi potensial
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang bisa terjadi meliputi :
1. Sindrom kompartemen
2. Luka tekan (dekubitus)
3. Sindrom disuse
3.5 Perencanaan dan impementasi
Sasaran utama pasien dengan gips termasuk pengetahuan mengenai program
pengobatan, berkurangnya nyeri, perbaikan mobilitas fisik, pencapaian tingkat maksimal
8
perawatan diri, penyaembuhan laserasi dan abrasi, pemeliharaan perkusi jaringan yang
adekuat, dan tidak adanya komplikasi.
3.6 Gips lengan
Pasien yang lengannya diimobilisasi dengan gips harus mematuhi berbagai kewajiban rutin. Lengan
yang bebas harus selalu digerakkan sesuai gerakan lengan seperti biasa. Pasien mungkin merasakan
kelelahan sehubungan dengan perubahan aktivitas dan berat gips itu sendiri. Maka diperlukan banyak
waktu istirahat.
Untuk mengurangi dan mengontrol pembengkakan, lengan yang diimobilisasi harus ditinggikan.
Ketika pasien berbaring,lengan ditinggikan, dengan setiap sendi diposisikan lebih tinggi dari sendi
yang lebih proksimal (misalnya siku lebih tinggi dari bahu,tangan lebih tinggi dari siku). Bila pasien
duduk,lengan juga harus ditinggikan.
Untuk pasien rawat jalan boleh dipasang sling (penggantung). Untuk mencegah tekanan pada saraf
spinal leher,tekanan penggantung harus tersebar pada daerah yang luas dan bukan hanya pada
belakang leher saja. Pasien dianjurkan untuk sesering mungkin melepaskan penggantung danh
meninggikan lengannya.
Gangguan peredaran darah pada tangan akan tampak jelas dengan adanya tanda
sianosis,pembengkakan dan yketidakmampuan menggerakkan jari-jari. Salah satu efek serius
kontriksi peredaran darah pada gips lengan adalah kontraktur volkmann,suatu singdrom kompar
temen. Kontraktur jari –jari dan pergerakan pergelangan tangan dapat terjadi sebagai akibat iskemia
karena dengan obstruksi aliran darah arterial ke lengan bawah dan tangan. Pasien tak mampu
mengekstensikan jari-jari,mengalami sensasi abnormal (misalnya nyeri sulit hilang,nyeri karna
regangan), dan memperlihatkan gangguan peredaran darah ke tangan.
Komplikasi serius ini dapat dicegah dengan surveilan keperawatan dan keperawatan yang memadai.
Penelitian neuro vaskuler harus dilakukan sesering mungkin. Tekanan jaringan dalam komper temen
otot dapat diukur secara langsung, dengan menggunakan alat pemantau tekanan. Sindrom
kompartemen dapat ditolong dengan melakukan bivalving gips untuk menghilangkan konstiksi gips
dan dibalut. Kalau perlu dapat dilakukan vasiotomi untuk memperbaiki status vaskuler. Kerusakn
permanen dapat terjadi dalam berbagai jam bila tidak dilakukan pertolongan.
3.7 Gips Tungkai
9
Pemasangan gips tungkai menyebabkan imobilitas bagi pasien. Gips dapat berupa gips tungkai
pendek,memanjang sampai lutut,atau gips tungkai panjang,memanjsng sampai lipat paha. Gips yang
masih basah harus ditangani sedemikian rupa supayan tidak terjadi cekungan atau retak. Tungkai
disangga dengan bantal sampai setinggi jantung untuk mengontrol pembengkakan.Kompres es dapat
diberikan bila perlu pada tempat fraktur pada hari pertama atau kedua.
Seperti pada pemasangan gips ditempat lain,tungkai harus dikaji mengenai peredaran darah yang
adekuat dan fungsi saraf yang normal.peredaran darah dikaji dengan memperhatikan warna,suhu,dan
pengisian kapiler jari kaki yang terbuka.Fungsi saraf dikaji dengan memperhatikan kemampuan
pasien untuk menggerakkan jari-jari kaki dan dengan menanyakan mengenai apa yang dirasakan pada
kaki.Kebas,kesemutan dan rasa terbakar dapat terjadi akibat cidera saraf peronius karena tekanan pada
kaput vibulae.
Cidera saraf peronius akibat tekanan merupakan penyebab utama fooddrop(pasien tak bisa
melakukan dorsofleksi kaki)
Bila gips sudah kering,pasien diajari mengenai bagaimana ia harus bergerak dan berpindah
tempat dengan aman menggunakan alat bantu(misalnya kruk,walker).
Cara berjalan disesuaikan dengan apakah pasien tersebut memungkinkan atau tidak
pembebanan berat badan.
Bila diperbolehkan melakukan pembebanan berat badan,gips harus diperkuat untuk dapat
menahan berat tubuh.
Dapat dipakai boot gips pada kaki yang sudah di gips yang memiliki permukaan luas,tidak
licin.Bila pasien duduk,harus dianjurkan untuk meninggikan tungkai yg di gips.
Pasien harus berbaring sesering mungkin dalam sehari dengan tungkai yang di gips
ditinggikan untuk memperbaiki aliran balik vena.
3.8 Gips Tubuh Atau Spika
10
Gips yang membungkus batang tubuh(gips tubuh) dan sebagian batang tubuh dan satu atau
dua ekspremitas(gips spika) membutuhkan teknik keperawatan khusus.Gips tubuh dipasang bila
diperlukan imobilisasi tulang belakang.Spika panggul digunakan pada pasien dengan patah leher
tulang femur dan beberapa pembedahan sendi panggul. Gips spika bahu dipasang pada patah leher
tulang humerus.Persiapan,pembalikan,dan perawatan kulit serta higien pasien dan pengawasan
terhadap sindrop gips merupakan tanggung jawab keperawatan.
Dengan menjelaskan prosedur dapat membantu mengurangi ketakutan pasien akibat
terbungkus dalam gips yang besar.Biasanya pasien telah di imobilisasi sebelumnya dengan traksi
selama beberapa minggu dan harus diantisipasi timbulnya kembali nyeri saat dipindahkan untuk
pemasangan gips.Selain itu,meja tempat pemasangan gips yang besar nampak menyerupai tempat
penyiksaan.dengan menerangkan kepada pasien bahwa ia akan dirawat oleh beberapa orang selama
pemasangan dan dukungan terhadap tubuh yang cidera akan dilakukan dengan kuat dan lembut
mungkin dapat menghilangkan rasa takut.
Obat untuk menghilangkan rasa nyeri dan relaksasi yang diberikan sebelum dilakukan prosedur
ini,memungkinkan pasien bekerja sama karena berkurangnya ketidak nyamanan dan ansietas.
Setelah pemasangan gips,pasien harus disokong dengan bantal tahan air yang fleksibel sampai
kering untuk mencegah terjadinya cekungan.dukungan gips yang tak adekuat dapat menyebabkan gips
yang masih lunak menjadi retak atau cekung,mengakibatkan terjadinya titik tekanan.tempat tidur juga
harus mampu memberikan dukungan yang memadai.tiga buah bantal yang disusun silang-silang pada
tempat tidur sudah memadai untuk spika tubuh:untuk spika panggul,satu bantal dipasang melintang
dibawah pinggang dan dua bantal diletakkan memanjang sepanjang tungkai yang di gips sudah
memadai.Bila kedua tungkai di gips,perlu ditambah dua bantal lagi.perlu diingat bahwa bantal harus
saling berdekatan satu sama lain,karena bila ada sela diantara dua bantal dapat mengakibatkan gips
yang masih basah menggantung,menjadi lemah,dan mungkin patah.juga penting diingatkan bahwa
bantal tidak boleh diletakkan dikepala dan bahu selama waktu pengerikan gips karena dapat
mengakibatkan tekanan pada dada.
Pasien dimiringkan setiap dua jam untuk memindahkan tekanan dan memungkinkan gips
untuk mengeras.pasien dimiringkan sebagai satu kesatuan kearah sisi yang tidak cidera.harus dicegah
pemuntiran batang tubuh pasien dalam gips jumlah personel harus mencukupi(paling tidak 3 orang)
untuk memiringkan pasien sehingga gips yang masih basah mendapat dukungan yang memadai
dengan telapak tangan pada titik-titik yang rentan,misalnya sendi tubuh untuk mencegah gips
retak.pasien didorong untuk membantu pada saat dimiringkan dengan bergantung pada penggantung
yang dipasang diatas tempat tidur.batang pengabduksi yang terpasang pada gips tidak boleh
11
digunakan sebagai alat untuk memiringkanpasien.bantal harus dimiringkan sedemikian rupa sehingga
tetap dapat memberikan dukungan tanpa mengakibatkan daerah tekanan.
Pasien diputar keposisi tengkurap,dua kali sehari bila mampu,untuk memungkinkan drainase
postural cabang-cabang bronkus dan mengurangi tekanan pada punggung.sebuah bantal kecil
diletakkan dibawah abdomen dapat memberikan rasa nyaman,dan sebuah bantal diletakkan
memanjang sepanjang punggung kaki untuk mencegah jari kaki tertekan ketempat tidur.jari kaki
dibiarkan tergantung bebas ditepi tempat tidur.
Kulit disekitar tepi gips harus inspeksi sesring mungkin untuk adanya tanda iritasi.beberapa
daerah dibawah gips dapat diinspeksi dengan menarik kulit dan memakai senter.meraih dibawah tepi
gips dengan jari memungkinkan pengambilan permak gips dan mengurut kulit yang dapat dicapai
harus dicuci dengan hati-hati dan diurut dengan losion pelumas.
Lubang perineum harus cukup besar untuk perawatan higienis.bila tidak,gips harus dibetulkan.agar
gips tahan terhadap kotoran,perawat dapat menutup perineum dengan lap dan menyemprotkan gips
yang sudah kering dengan semprotan plastik pelindung.untuk melindungi gips dari pengotoran akibat
ekskreta,dapat diletakkan lembaran plastik bersih dan kering dibawah gipas sampai ketepi gips
sebelum defekasi atau berkemih.biasanya bed pan tempat tidur fraktur lebih mudah digunakan pada
pasien dengan spika gips dari pada bed pan biasa.
3.9 Sindrom Gips
Pasien yang diimobilisasi dengan gips besar dapat mengalami respon psikologis dan fisiologis
akibat keterbatasan.komponen psikologis sindrom gips mirip dengan reaksi klaustrofobia. Pasien
memperlihatkan reaksi ansietas akut yang di tandai dengan perubahan tingkah laku dan respon
otonomi (peningkatan frekuensi pernafasan, diaforesis,pelebaran pupil,peningkatan denyut
jantung,peningkatan tekanan darah). Perawat harus mengenali reaksi ansietas ini dan menciptakan
suasana agar pasien merasa aman. Respon fisiologis terhadap gips besar berkaitan dengan imobilitas
yang terjadi. Dengan penimbunan udara usus, terjadi peningkatan tekanan dan dapat terjadi ileus.
Pasien mengalami distensi,perut tidak nyaman, mual dan muntah. Seperti pada keadaan ileus
adinamik pada umumnya, pasien dirawat secara conservativ dengan dekomfresi(intubasi nasogastrik
yang di hubungkan dengan mesin penghisap) dan terapi cairan intra vena sampai motilitas
gastrointestinal kembali lagi.
Bila perut menekan yang distensi, harus dilakukan pembuatan jendela di daerah perut. Distensi dapat
mengakibatkan tarikan pada arteria mensenterika superior, sehingga menurunkan asupan darah
keusus. Usus dapat mengalami ganggren, dan memerlukan intervensi bedah.
12
Perawat harus selalu waspada mengenai kemungkinan terjadinya sindrom gips pada pasien dengan
gips besar dan merencanakan intervensi untuk pencegahan maupun penanganannya.
3.10 Fiksator Eksternal
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan keruisakan jaringan
lunak.Alat ini dapat memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur comminuted(hancur dan
remuk)sementara jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif.Fraktur complicated pada
humerus,lengan bawah,femur dan tibia serta pelvis diatasi dengan fiksator skelet eksterna.garis fraktur
direduksi,disejajarkan dan diimobilisasi dengan sejumlah pin yang dimasukkan kedalam fragmen
tulang.Pin yang telah terpasang dijaga tetap dalam posisnya yang dikaitkan pada
kerangkanya.Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien,mobilisasi awal,dan latihan awal
untuk sendi disekitarnya.Komplikasi karena disuse dan imobilisasi dapat diminimalkan.
Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang fiksator
eksternal.alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien.hatus diyakinkan bahwa
ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk
menambah penerimaan alat ini,begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap fiksator ini.
Setelah pemasangan fiksator eksternal,bagian tajam dari fiksator atau pin harus ditutpi untuk
mencegah terjadinya cidera akibat alat ini.Status neurovaskuler ekstremitas dipantau tiap 2 jam.Tiap
tempat pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan,keluarnya cairan,nyeri tekan,nyeri,dan
longgarnya pin.Kadang keluar cairan serosa dari tempat dari pemasangan pin.
Perawat harus waspada terhadap potensial masalah karena tekanan oleh alat ini terhadap
kulit,saraf,atau pembuluh darah.
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara lutin.Tidak boleh
ada kerak pada tempat penusukan pin,fiksator harus dijaga kebersihannya.Bila pin atau klem
mengalami pelonggaran,dokter harus diberi tahu.
Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisinya dan ukurannya.
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa menahan.Bila
bengkak sudah hilang,pasien dapat dimobilisasi sampai bats cedera ditampat lain.Pembatasan
pembebanan berat badan diberikan untuk meminimalkan pelonggaran pin ketika terjadi tekanan
antara interface pin dan tulang.
13
3.11 Evaluasi hasil yang diharapkan
1.Pasien scr aktif berpartisipasi dlm program terapi
a.meninggikan eksterimitas yang terkena
b. berlatih sesuai intruksi
c. Menjaga gips tetap kering
d. Melaporkan setiap masalah yg timbul
e. Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dgn dokter
2.Melaporkan berkurangnya nyeri
a. meninggikan ekstremitas yang digips
b. meroposisi sendiri
c. menggunakan analgetik oral k/p
3. Memperlihatkan peningkatan kemampuan mobilitas
a. mempergunakan alat bantu yg aman
b. berlatih untuk meningkatkan kekuatan
c. Mengubah posisi sesering mungkin
d. melakukan lat. sesuai kisaran gerakan sendi yg tdk tertutup gips
4. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
a. Melakukan aktivitas higiene dan kerapihan scr mandiri
b. makan sendiri secara mandiri
5. Memperlihatkan penyembuhan abrasi dan laserasi
a. tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi
b. Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
6. Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas
a. Memperlihatkan warna kulit yang normal
b. Mengalami pembengkakan minimal
c. Mampu memperlihatkan pengisian kapiler yang adekuat
d. Memperlihatkan gerakan aktif jari tangan dan kaki
e. Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips
f. Melaporkan bahwa nyeri dapat dikontro
14
3.12 memantau dan menangani komplikasi potensial
sindrom kompartemen, dapat terjadi bila terjadi peningkatan tekanan jaringan dalam
rongga yang terbatas (mis. Gips, kompartemen oton) yang akan memperburuk peredaran
darah dan fingsi jaringan dalam rongga yang tertutup tadi.
Nyeri yang tidak dapat terobati pembengkakan berlebihan, respon pengisian
kapiler yang buruk, ketidakmampuan menggerakkan jari tangan dan kaki, dan
meningkatnya tekanan jaringan menunjukkan adanya sindrom kompartemen dan
harus segera dilaporkan kepada dokter.
Untuk meredakan tekanan, gips harus dilakukan bivalve (dipotong memanjang namun
tetap mempertahankan kesejajaran) dan ekstremitas dinaikan(tidak lebih tinggi dari
jantung). Bila tekanan tidak menurun juga dan peredaran darah tak dapat diperbaiki,
maka perlu dilakukan fasiotomi untuk menurunkan tekanan didalam kompartemen
otot. Perawat harus memantau secara ketat terhadap respon pasien dalam penanganan
komserfative dan bedah sindrom kompartemen. Respon neurovaskuler harus dicatat
dan setip adanya perubahan harus segera dilaporkan pada dokter.
Luka tekan. Tekanan gips pada jaringa lunak mengakibatkan anoksia jaringan dan
ulkus. Ekstremitas bawah yang merupakan tempat paling rentan terhadap tekanan
adalah tumit, maleoli, punggung kaki, kaput tibula, dan permukaan anterior patella.
Pada ektermitas atas tempat tekanan utama terletak pda epikondilus medialis humeri
dan prosesus stiloideus ulnae.
Umumnya, pasien dengan luka tekan mengeluh nyeri dan rasa kencang ditempat itu.
bila tekanan tidak dihilangkan, daerah yang nekrotik akan meleleh, menodai gips dan
mengeluarkan bau. Ketidaknyamana mungkin tidak dirasakan ketka ulkus sedang
terjadi. Kehilangan jaringan yang ekstensive dapat terjadi bila tanda dan gejala ulkus
tekanan tidak terpantau dan tidak dilaporkan.
Untuk melihat langsung daerah yang dicurigai, dokter dapat dilakukan bivaving, gips
atau membuat lubang jendela pada gips.
Prosedur melakukan bivalving gips adalah sebagai berikut :
15
1. Dibuat potongan memanjang pada gips. Membelahnya menjadi dua.
2. Lapisan bantalan juga dipotong.
3. Gips dilonggarkan untuk menghilangkan tekanan dan untuk menginfeksi dan
menangani ulkus tekanan.
4. Bagian anteriosr dan posterior gips kemudian diikat dengan pembalut elastis untuk
mempertahankan imobilisasi.
5. Setelah gips divalving, ekstremitas ditinggikan (tidak lebih tinggi dari jantung ) untuk
mengontrol pembengkakan dan meperbaiki peredaran darah.
Bila dokter merencanakan membuat jendela pada gips untuk menginspeksi tempat
tekanan, di lakukan pemotongan sebagaian gips. Daerah yang terkena di periksa dan
mungkin di rawat bagian gips yang di ambil tadi kemudian di pasang kembali
menggunakan balutan elastis / pita. Hal ini untuk mencegah terjadi nya
pembengkakan kedalam jendela yang dapat mengakibatkan daerah bertekanan tinggi
sepanjang perbatasan.
Sindrom dissuse. Selama di gips, pasien diajari untuk menegakkan atau melakukan
kontraksi otot ( mis,kontraksi otot isometik ) tanpa menggerakan bagian itu, ini dapat
membantu mengurangi antrofi otot dan mempertahankan kekuatan otot. Pasien
dengan gips lengan di dorong untuk mengempalkan tangan. Latihan penekanan otot
( mis.latihan penegangan otot kuadri set dan blutius ) penting untuk menjaga otot
yang penting untuk berjalan. Latihan isometik harus di lakukan paling tidak setiap
jam ketika pasien dalam keadaan terjaga.
Pada saat tertentu, perangsang otot eletrik yang dapat di jinjing dapat di letakkan ke
kulit di atas otot-otot besar sebelum pemasangan gips. Kontraksi otot dapat di
rangsang secara elektris sekitar 8 jam perhari untuk mencegah terjadi nya atrofis
disus.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Ketika gips sudah kering
pasien di beri intruksi sebagai berikut :
1. Bergerak senormal mungkin. Hindari pemakaian ekstromitas yang cidera secara
berlebihan.
16
2. Lakukan latihan yang di anjurkan secara teratur sesuai jadwal.
3. Tinggikan eksternitas yang di gips setinggi jantung sesering mungkin untuk mencegah
pembengkakan.
4. Jagalah gips tetap kering.
a. Kelembapan dapat mengurangi kekerasan gips.
1. Jangan membungkus gips dengan plastik atau karet, karena dapat
menyebabkan kondengsasi dan gips menjadi basah.
2. Hindari berjalan di tempat yang basah, licin, / tepi jalan.
b. Gips fiberglas, setelah di basahi, harus di keringkan dengan seksama dengan
pengering rambut dengan setelah dingin untuk mencegah terjadi nya masalah
kulit.
5. Berikan bantalan pada tepi yang kasar dengan pita.
6. Laporkan kepada dokter bila gips retak, jangan mencoba memperbaiki nya sendiri.
7. Untuk membersihkan gips,
a. Bersihkan kotoran pada permukaan dengan lap basah.
b. Tempat yang ternoda dapat di hilangkan dengan selapis tipis semir sepatu putih.
8. Jangan berusaha menggaruk kulit di bawah gips. Tindakan ini dapat merusak kulit
mengakibatkan terbentuknya ulkus. Udara dingin dari pengering rambut dapat
mengurangi rasa gatal tadi.
9. Perhatikan bau yang timbul pada gips, daerah yang ternoda, daerah hangat dan daerah
tekanan. Segera laporkan kepada dokter.
10. Laporkan juga yang berikut kepada dokter, nyeri yang menetap, pembengakakn yang
tidak berespon terhadap peninggian, perubahan sensasi, berkurang nya kemampuan
menggerakan jari tangan dan kaki yang terbuka, dan perubahan warna dan temperatur
kulit.
17
Persiapkan pasien untuk pengangkatan atau penggantian gips,dengan menjelaskan apa
tujuannya.gips dipotong menggunakan pemotongan gips,yang dapat melakukan
pemotongan dengan efek oskilasi.pasien akan merasakan getaran dan tekanan slama
Dilakukan pemotongan,pemotongan ini tak akan melukai kulit pasien.bantalan gips
kemudian dipotong dengan gunting.bagian tubuh yang sudah di gips akan mengalami
kelemahan karena lama tak dipakai.kaku dan mungkin nampak atrofi,maka perlu
diberi penyongkoh ketika gips dilepas.kulit biasanya kering dan bersisik akibat terjadi
penumpukan kulit mati dan rentan terhadap cedera garukan.kulit harus dicuci dengan
lembut dan dilumasi dengan losion pelumas.pasien diajari untuk secara bartahap
kembali keaktifitas normal sesuai program pengobatan yang diberikan.karena otot
mengalami kelemahan akibat disuse,bagian tubuh yang telah di gips tidak akan
mampu segera menerima sters normal, selain itu,pasien yang jelas mengalami
pembengkakan pada ekstermitas yang sakit setelah pengangkatan gips diajari untuk
secara terus menerus menigkikan ekstermitas untuk mengontrol pembengkakan
sampai tercapai tonos dan fungsi otot.
18
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.EDISI8.VOL3.PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC
Marilynn E. Doenges.Mary Frances Moorhouse.Alice C. Geissler. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN.EDISI3.PENERBIT BUKU KEDOKTERAN.EGC
WWW.GOOGLE.COM
19