BAB I

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Gips pada dasarnya merupakan alat untuk menjamin ke akuratan da kecocokan dalam membalut, biasanya di pergunakan untuk imobilisasi fraktur, koreksi kelainan bawaan, pencegahan deformitas, pencegahan kontraktur dan lain sebagainya. Dalam penggunaan gips harus di perhatikan sejumlah faktor utama, antara lain tekhnik pemasangan, personil, perlengkapan yang dibutuhkan dan perawatan. Pemasangan gips dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan sirkulasi syaraf, pressure/cat store, kekakuan sendi, reaksi sendi, reaksi alergi yang harus di tangani segera. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai kontur dimana gips ini dipasang. Tujuan pemakaian gips adalah untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak di dalamny. Dapat digunakan untuk mengimobilisasi fraktur yang telah di reduksi, mengoreksi deformitas, memberikan tekanan merata pada jaringan lunak dibawahnya, ataumemberikan dukungan dan stabilitas bagi sendi yang mengalami kelemahan. Secara umum,gips memungkinkan pasien sementara membatasi gerakan 1.2 Tujuan penulisan Mengetahui tentang apa itu Gips, bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gips danasuhan keperawatannya. 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Gips pada dasarnya merupakan alat untuk menjamin ke akuratan da kecocokan dalam

membalut, biasanya di pergunakan untuk imobilisasi fraktur, koreksi kelainan bawaan,

pencegahan deformitas, pencegahan kontraktur dan lain sebagainya. Dalam penggunaan gips

harus di perhatikan sejumlah faktor utama, antara lain tekhnik pemasangan, personil,

perlengkapan yang dibutuhkan dan perawatan. Pemasangan gips dapat menimbulkan

komplikasi berupa gangguan sirkulasi syaraf, pressure/cat store, kekakuan sendi, reaksi sendi,

reaksi alergi yang harus di tangani segera.

Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai kontur dimana

gips ini dipasang. Tujuan pemakaian gips adalah untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam

posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak di

dalamny. Dapat digunakan untuk mengimobilisasi fraktur yang telah di reduksi, mengoreksi

deformitas, memberikan tekanan merata pada jaringan lunak dibawahnya, ataumemberikan

dukungan dan stabilitas bagi sendi yang mengalami kelemahan. Secara umum,gips

memungkinkan pasien sementara membatasi gerakan

1.2 Tujuan penulisan

Mengetahui tentang apa itu Gips, bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gips

danasuhan keperawatannya.

1.3 Manfaat penulisan

Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pemahaman bagi kelompok

maupun pembaca mengenai konsep dasar pemasangan Gips dan asuhan keperawatannya

1.4 Metode penulisan

Menggunakan literatur-literatur dari buku maupun internet yang berhubungan

denganGips dan asuhan keperawatannya

1

Page 2: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area

yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips dikerjakan 2-3 orang, seorang memasang

perban (operator), seorang membantu dan memegang perban pada operator dan orang ke tiga

menyangga ektremitas agar posisi tetap. Waktu pemasangan gips sesuai dengan variasi daya

rekat bahannya yang pada umumnya 2-6 menit. Harus dijaga agar ektremitas tidak bergerak

selama pemasangan.

Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh dimana

gips dipasang. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.

2.2 Tujuan

Prosedur ini bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak

bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi

tulang yang patah tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada

jaringan lunak yang terletak didalamnya.

2.3 Jenis-jenis gips

Gips lengan pendek: memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan,

melingkar erat didasar ibu jari. Bila ibu jari dimasukan dinamakan spika ibu jari( gips

gaunlet)

Gips lengan panjang: memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah

proksimal lipatan telapak tangan, siku biasanya diimobilisasi dlm posisi tegak lurus

Gips tungkai pendek: memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki , kaki

dalam sudut tegak lurus pada posisi netral

Gips tungkai panjang: memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha

sampai dasar jari kaki, lutut sedikit fleksi

  Gips berjalanGips tubuh

Gips spika bahu

Gips spika panggul

2.4 Bahan-bahan gips meliputi:

2

Page 3: BAB I

1. Plester. Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin

diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah

terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan

pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan

waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap ,

berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan

kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.

2. Nonplester. Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air

ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih

ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan

terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai

kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.

3. Nonplester berpori-pori, sehingga masalah kulit dapat di hindari . gips ini tidak

menjadi lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat

dikeringkan dengan pengering rambut.

2.5 Persiapan alat

Plester / perban sintetik yang dapat dilebarkan

Perban gulungan / perban elastic

Lembaran gips berbentuk anyaman kecil

Bidai untuk penguat

Busa gips dari katun, poliester/poliethan untuk menyangga tulang

Pisau

Gunting

Spidol permanen

Beberapa lembar polietilen/koran untuk alas lantai

Sarung tangan sekali pakai untuk melindungi tangan operator

Wadah plastik besar berisi air bersuhu ruang 21-24° C atau sesuai petunjuk

dari pabrik gips

 Krem tangan yang dipakai setelah pemasangan gips sintetik

                                                          

2.6 Prosedur kerja

Pemasangan Gips

3

Page 4: BAB I

Mencuci tangan

Membentangkan polietilen/koran di lantai

Menjelaskan pada klien apa yang akan dirasakan (rasa hangat pada saat

pemasangan perban)

Mengukur perban gulung dan lembaran gips pada bagian ekstremitas yang

akan di imobilisasikan

Lembar gips diatur sedemikian rupa agar teratur masing-masing tersusun

berlapis sampai habis ½ rol gips

Beberapa lembar gips tambahan diletakkan diatas untuk penyangga tulang

okranon, maleoli dan patella

Lembar gips dipasang dari ujung distal sampai pada proksimal ektremitas.

Bila terlalu banyak gips yang digunakan akan memungkinkan pemborosan dan

menekan daerah dibawah pemasangan gips.

Bagian tengah balutan perban tetap tegak pada air (suhu ruangan) untuk

beberapa menit dan menjadi lunak agar mudah digunakan. Periksa langsung

bahan gips sintetik

Memeriksa efek air terhadap kekuatan rekat/tidak lentur pada tengah balutan

oleh operator dengan hati-hati agar tak jatuh. Kekuatan maksimal dihasilkan

oleh gips sintetik dari reaksi kimia

Mulai dari ujung distal, balutkan gips dengan baik dan tepat pada ektremitas,

secara berlapis sampai habis ½ rol. Jaga gerakan gips dan tetap menempel

dengan baik pada permukaan ektremitas. Secara hati-hati kombinasikan

balutan berurutan kebawah dan balikkan tiap balutan menuju ke posisi bawah

dengan tungkai dan tulang jari (ujung jari) secara melingkat atau memanjang.

Jaga kombinasi susunan bawah gips agar sejajar dengan permukaan gips

(tanpa penekanan) dan berlapis-lapis sehingga membentuk gambaran huruf V.

Potong gips sesuai ukuran dengan pisau tajam. Pasang perban gulung diatas

susunan gips dan sesuaikan dengan bahan gips

Mengakhiri pemasangan gips dengan krem tangan gips untuk menjaga agar

permukaan kulit luar tetap halus

Tanyakan pada klien jika hal ini menyebabkan ketidak nyamanan atau nyeri

Mencatat diagnosa dan data kecelakaan dan pemasangan gips dengan spidol

permanen pada permukaan gips setelah mongering

4

Page 5: BAB I

Menghindarkan gips terhadap jari-jari tangan selama pasien bergerak.

Keringkan dengan menganginkan gips agar hangat, sirkulasi lancar dan alirkan

udara. Atau kipaskan udara diatas gips dengan kipas berputar untuk

mempercepat penguapan air.

Mendokumentasikan prosedur dan respons klien pada catatan klien.

Pelepasan gips

Informasikan kepada pasien

Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan mengiris

kulit

Gips akan dibelah dengan gerakan linier pisau sepanjang garis

potonganGunakan pelindung mata

Potong bantalan dengan gunting

Sokong bagian tubuh ketika gips diambil

Cuci dan keringkan bagian yang habis diimobilisasi dengan lembut, oleskan

minyak pelumas

Ajari pasien tidak menggosok /menggaruk kulit

ajari pasien secara bertahap melatih kegiatan bagian tubuh sesuai program

terapiuti

Ajari pasien mengontrol pembengkakan dengan meninggikan ekstremitas

2.7 Indikasi pemasangan gips

a. Immobilisasi dan penyangga fraktur

b. Istirahatkan dan stabilisasi

c. Koreksi deformitas

d. Mengurangi aktifitas

e.  Membuat cetakan tubuh orthotic    

2.8 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pemasangan gips :

a.       Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan

b.       Gips patah tidak bisa digunakan

c.       Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien

5

Page 6: BAB I

d.      Jangan merusak / menekan gips

e.       Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk

f.       Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

BABIII

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GIPS

3.1 Pengkajian

6

Page 7: BAB I

       pengkajian fisik bagian tubuh yang harus diimobilisasi melibatkan pengkajian status

neurovaskuler, derajat dan lokasi pembengkakan, memar, dan adanya abrasi kulit

3.2 Diagnosa keperawatan:

a.    Kurangnya pengetahuan mengenai program pengobatan

b.    Nyeri yang berhubungan dengan ganguan musculoskeletal

c.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gips

d.   Kurang perawatan diri : makan,mandi/higiene,berpakian /berdandan, atau toileting     

karena keterbatasan mobilitas

e.    Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan laserasi dan abrasi

f.     Potensial perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan respon fisiologik thd

cedera/gips

3.3 Intervensi keperawatan

•Meredakan nyeri

Nyeri yang berhubungan dengan masalah muskuluskeletal harus dievaluasi dengan

hati- hati. Pasien diminta untuk menunjukkan tempat yang tepat dan menerangkan sifat dan

intensitas nyeri untuk mencari penyebabnya. Nyeri yang berat diatas tonjolan tulang bisa jadi

merupakan kemungkinan akan terjadi ulkus karena tekanan. Dan nyeri berkurang bila ulkus

sudah timbul.

•Peningkatan mobilitas

Setiap sendi tak diimobilisasi harus dilatih dan digerakkan sesuai kisaran geraknya

untuk mempertahankan fungsinya. Bila pasien dipasang gips tungkai perlu dilakukan latihan

jari jari kaki, dan bila pasien dengan gis lengan perlu dilakukan latihan jari jari tangan.

•Mencapai perawatan diri

Kurangnya pengetahuan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh dimbilisasi,

mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri. Perawatan harus membantu pasien

dalam mengidentifikasi bidang imana perawatan dirinya kurang. Pertisipasi pasien juga

penting dalam menyelesaikan aktifitas sehari- hari dalam promosi perawatan diri,

kemandirian, pemeliharaan, kontrol penuh dan mencegah reaksi psikologik seperti depresi.

•Penyembuhan abrasi kulit

7

Page 8: BAB I

Sebelum pemasangan gips laserasi dan abrasi kulit harus dirawat dahulu agar cepat

sembuh. Kulit harus dicuci dan dirawat sesuai perintah dokter, Balutan steril. Saat gips masih

terpasang pasien harus diobsevasi adanya tanda infeksi sistemik, bau dari gips, dan cairan

purulen yang mengotori gips. Dokter harus diberitahu bila terjadi hal serupa itu.

•Memahami program pengobatan

Sebelum dipasang gips pasien harus diberi informasi mengenai masalah patologik dan

maksud serta harapan program penatalaksanaan yang diberikan. Pasien perlu dipersiapkan

sebelum pemasangan gips dengan menjelaskan mengenai antisipasi adanya gangguan rasa

nyaman (mis.panas yang ditimbulkan akibat reaksi pengerasan gips). Dan bahwa bagian yang

digips tidak dapat digerakkan selama gips masih terpasang

•Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat

Pembengkakan dan edema adalah respon alami jaringan terhadap trauma dan

pembedahan. Pasien mungkin mengeluh bahwa gipsnya terlalu ketat. Besarnya

pembengkakan dapat dikontrol dengan meninggikan daerah cidera.

3.4 Masalah kolaboratif/ komplikasi potensial

Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang bisa terjadi meliputi :

1. Sindrom kompartemen

2. Luka tekan (dekubitus)

3. Sindrom disuse

3.5 Perencanaan dan impementasi

Sasaran utama pasien dengan gips termasuk pengetahuan mengenai program

pengobatan, berkurangnya nyeri, perbaikan mobilitas fisik, pencapaian tingkat maksimal

8

Page 9: BAB I

perawatan diri, penyaembuhan laserasi dan abrasi, pemeliharaan perkusi jaringan yang

adekuat, dan tidak adanya komplikasi.

3.6 Gips lengan

Pasien yang lengannya diimobilisasi dengan gips harus mematuhi berbagai kewajiban rutin. Lengan

yang bebas harus selalu digerakkan sesuai gerakan lengan seperti biasa. Pasien mungkin merasakan

kelelahan sehubungan dengan perubahan aktivitas dan berat gips itu sendiri. Maka diperlukan banyak

waktu istirahat.

Untuk mengurangi dan mengontrol pembengkakan, lengan yang diimobilisasi harus ditinggikan.

Ketika pasien berbaring,lengan ditinggikan, dengan setiap sendi diposisikan lebih tinggi dari sendi

yang lebih proksimal (misalnya siku lebih tinggi dari bahu,tangan lebih tinggi dari siku). Bila pasien

duduk,lengan juga harus ditinggikan.

Untuk pasien rawat jalan boleh dipasang sling (penggantung). Untuk mencegah tekanan pada saraf

spinal leher,tekanan penggantung harus tersebar pada daerah yang luas dan bukan hanya pada

belakang leher saja. Pasien dianjurkan untuk sesering mungkin melepaskan penggantung danh

meninggikan lengannya.

Gangguan peredaran darah pada tangan akan tampak jelas dengan adanya tanda

sianosis,pembengkakan dan yketidakmampuan menggerakkan jari-jari. Salah satu efek serius

kontriksi peredaran darah pada gips lengan adalah kontraktur volkmann,suatu singdrom kompar

temen. Kontraktur jari –jari dan pergerakan pergelangan tangan dapat terjadi sebagai akibat iskemia

karena dengan obstruksi aliran darah arterial ke lengan bawah dan tangan. Pasien tak mampu

mengekstensikan jari-jari,mengalami sensasi abnormal (misalnya nyeri sulit hilang,nyeri karna

regangan), dan memperlihatkan gangguan peredaran darah ke tangan.

Komplikasi serius ini dapat dicegah dengan surveilan keperawatan dan keperawatan yang memadai.

Penelitian neuro vaskuler harus dilakukan sesering mungkin. Tekanan jaringan dalam komper temen

otot dapat diukur secara langsung, dengan menggunakan alat pemantau tekanan. Sindrom

kompartemen dapat ditolong dengan melakukan bivalving gips untuk menghilangkan konstiksi gips

dan dibalut. Kalau perlu dapat dilakukan vasiotomi untuk memperbaiki status vaskuler. Kerusakn

permanen dapat terjadi dalam berbagai jam bila tidak dilakukan pertolongan.

3.7 Gips Tungkai

9

Page 10: BAB I

Pemasangan gips tungkai menyebabkan imobilitas bagi pasien. Gips dapat berupa gips tungkai

pendek,memanjang sampai lutut,atau gips tungkai panjang,memanjsng sampai lipat paha. Gips yang

masih basah harus ditangani sedemikian rupa supayan tidak terjadi cekungan atau retak. Tungkai

disangga dengan bantal sampai setinggi jantung untuk mengontrol pembengkakan.Kompres es dapat

diberikan bila perlu pada tempat fraktur pada hari pertama atau kedua.

Seperti pada pemasangan gips ditempat lain,tungkai harus dikaji mengenai peredaran darah yang

adekuat dan fungsi saraf yang normal.peredaran darah dikaji dengan memperhatikan warna,suhu,dan

pengisian kapiler jari kaki yang terbuka.Fungsi saraf dikaji dengan memperhatikan kemampuan

pasien untuk menggerakkan jari-jari kaki dan dengan menanyakan mengenai apa yang dirasakan pada

kaki.Kebas,kesemutan dan rasa terbakar dapat terjadi akibat cidera saraf peronius karena tekanan pada

kaput vibulae.

Cidera saraf peronius akibat tekanan merupakan penyebab utama fooddrop(pasien tak bisa

melakukan dorsofleksi kaki)

Bila gips sudah kering,pasien diajari mengenai bagaimana ia harus bergerak dan berpindah

tempat dengan aman menggunakan alat bantu(misalnya kruk,walker).

Cara berjalan disesuaikan dengan apakah pasien tersebut memungkinkan atau tidak

pembebanan berat badan.

Bila diperbolehkan melakukan pembebanan berat badan,gips harus diperkuat untuk dapat

menahan berat tubuh.

Dapat dipakai boot gips pada kaki yang sudah di gips yang memiliki permukaan luas,tidak

licin.Bila pasien duduk,harus dianjurkan untuk meninggikan tungkai yg di gips.

Pasien harus berbaring sesering mungkin dalam sehari dengan tungkai yang di gips

ditinggikan untuk memperbaiki aliran balik vena.

3.8 Gips Tubuh Atau Spika

10

Page 11: BAB I

Gips yang membungkus batang tubuh(gips tubuh) dan sebagian batang tubuh dan satu atau

dua ekspremitas(gips spika) membutuhkan teknik keperawatan khusus.Gips tubuh dipasang bila

diperlukan imobilisasi tulang belakang.Spika panggul digunakan pada pasien dengan patah leher

tulang femur dan beberapa pembedahan sendi panggul. Gips spika bahu dipasang pada patah leher

tulang humerus.Persiapan,pembalikan,dan perawatan kulit serta higien pasien dan pengawasan

terhadap sindrop gips merupakan tanggung jawab keperawatan.

Dengan menjelaskan prosedur dapat membantu mengurangi ketakutan pasien akibat

terbungkus dalam gips yang besar.Biasanya pasien telah di imobilisasi sebelumnya dengan traksi

selama beberapa minggu dan harus diantisipasi timbulnya kembali nyeri saat dipindahkan untuk

pemasangan gips.Selain itu,meja tempat pemasangan gips yang besar nampak menyerupai tempat

penyiksaan.dengan menerangkan kepada pasien bahwa ia akan dirawat oleh beberapa orang selama

pemasangan dan dukungan terhadap tubuh yang cidera akan dilakukan dengan kuat dan lembut

mungkin dapat menghilangkan rasa takut.

Obat untuk menghilangkan rasa nyeri dan relaksasi yang diberikan sebelum dilakukan prosedur

ini,memungkinkan pasien bekerja sama karena berkurangnya ketidak nyamanan dan ansietas.

Setelah pemasangan gips,pasien harus disokong dengan bantal tahan air yang fleksibel sampai

kering untuk mencegah terjadinya cekungan.dukungan gips yang tak adekuat dapat menyebabkan gips

yang masih lunak menjadi retak atau cekung,mengakibatkan terjadinya titik tekanan.tempat tidur juga

harus mampu memberikan dukungan yang memadai.tiga buah bantal yang disusun silang-silang pada

tempat tidur sudah memadai untuk spika tubuh:untuk spika panggul,satu bantal dipasang melintang

dibawah pinggang dan dua bantal diletakkan memanjang sepanjang tungkai yang di gips sudah

memadai.Bila kedua tungkai di gips,perlu ditambah dua bantal lagi.perlu diingat bahwa bantal harus

saling berdekatan satu sama lain,karena bila ada sela diantara dua bantal dapat mengakibatkan gips

yang masih basah menggantung,menjadi lemah,dan mungkin patah.juga penting diingatkan bahwa

bantal tidak boleh diletakkan dikepala dan bahu selama waktu pengerikan gips karena dapat

mengakibatkan tekanan pada dada.

Pasien dimiringkan setiap dua jam untuk memindahkan tekanan dan memungkinkan gips

untuk mengeras.pasien dimiringkan sebagai satu kesatuan kearah sisi yang tidak cidera.harus dicegah

pemuntiran batang tubuh pasien dalam gips jumlah personel harus mencukupi(paling tidak 3 orang)

untuk memiringkan pasien sehingga gips yang masih basah mendapat dukungan yang memadai

dengan telapak tangan pada titik-titik yang rentan,misalnya sendi tubuh untuk mencegah gips

retak.pasien didorong untuk membantu pada saat dimiringkan dengan bergantung pada penggantung

yang dipasang diatas tempat tidur.batang pengabduksi yang terpasang pada gips tidak boleh

11

Page 12: BAB I

digunakan sebagai alat untuk memiringkanpasien.bantal harus dimiringkan sedemikian rupa sehingga

tetap dapat memberikan dukungan tanpa mengakibatkan daerah tekanan.

Pasien diputar keposisi tengkurap,dua kali sehari bila mampu,untuk memungkinkan drainase

postural cabang-cabang bronkus dan mengurangi tekanan pada punggung.sebuah bantal kecil

diletakkan dibawah abdomen dapat memberikan rasa nyaman,dan sebuah bantal diletakkan

memanjang sepanjang punggung kaki untuk mencegah jari kaki tertekan ketempat tidur.jari kaki

dibiarkan tergantung bebas ditepi tempat tidur.

Kulit disekitar tepi gips harus inspeksi sesring mungkin untuk adanya tanda iritasi.beberapa

daerah dibawah gips dapat diinspeksi dengan menarik kulit dan memakai senter.meraih dibawah tepi

gips dengan jari memungkinkan pengambilan permak gips dan mengurut kulit yang dapat dicapai

harus dicuci dengan hati-hati dan diurut dengan losion pelumas.

Lubang perineum harus cukup besar untuk perawatan higienis.bila tidak,gips harus dibetulkan.agar

gips tahan terhadap kotoran,perawat dapat menutup perineum dengan lap dan menyemprotkan gips

yang sudah kering dengan semprotan plastik pelindung.untuk melindungi gips dari pengotoran akibat

ekskreta,dapat diletakkan lembaran plastik bersih dan kering dibawah gipas sampai ketepi gips

sebelum defekasi atau berkemih.biasanya bed pan tempat tidur fraktur lebih mudah digunakan pada

pasien dengan spika gips dari pada bed pan biasa.

3.9 Sindrom Gips

Pasien yang diimobilisasi dengan gips besar dapat mengalami respon psikologis dan fisiologis

akibat keterbatasan.komponen psikologis sindrom gips mirip dengan reaksi klaustrofobia. Pasien

memperlihatkan reaksi ansietas akut yang di tandai dengan perubahan tingkah laku dan respon

otonomi (peningkatan frekuensi pernafasan, diaforesis,pelebaran pupil,peningkatan denyut

jantung,peningkatan tekanan darah). Perawat harus mengenali reaksi ansietas ini dan menciptakan

suasana agar pasien merasa aman. Respon fisiologis terhadap gips besar berkaitan dengan imobilitas

yang terjadi. Dengan penimbunan udara usus, terjadi peningkatan tekanan dan dapat terjadi ileus.

Pasien mengalami distensi,perut tidak nyaman, mual dan muntah. Seperti pada keadaan ileus

adinamik pada umumnya, pasien dirawat secara conservativ dengan dekomfresi(intubasi nasogastrik

yang di hubungkan dengan mesin penghisap) dan terapi cairan intra vena sampai motilitas

gastrointestinal kembali lagi.

Bila perut menekan yang distensi, harus dilakukan pembuatan jendela di daerah perut. Distensi dapat

mengakibatkan tarikan pada arteria mensenterika superior, sehingga menurunkan asupan darah

keusus. Usus dapat mengalami ganggren, dan memerlukan intervensi bedah.

12

Page 13: BAB I

Perawat harus selalu waspada mengenai kemungkinan terjadinya sindrom gips pada pasien dengan

gips besar dan merencanakan intervensi untuk pencegahan maupun penanganannya.

3.10 Fiksator Eksternal

Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan keruisakan jaringan

lunak.Alat ini dapat memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur comminuted(hancur dan

remuk)sementara jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif.Fraktur complicated pada

humerus,lengan bawah,femur dan tibia serta pelvis diatasi dengan fiksator skelet eksterna.garis fraktur

direduksi,disejajarkan dan diimobilisasi dengan sejumlah pin yang dimasukkan kedalam fragmen

tulang.Pin yang telah terpasang dijaga tetap dalam posisnya yang dikaitkan pada

kerangkanya.Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien,mobilisasi awal,dan latihan awal

untuk sendi disekitarnya.Komplikasi karena disuse dan imobilisasi dapat diminimalkan.

Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang fiksator

eksternal.alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien.hatus diyakinkan bahwa

ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk

menambah penerimaan alat ini,begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap fiksator ini.

Setelah pemasangan fiksator eksternal,bagian tajam dari fiksator atau pin harus ditutpi untuk

mencegah terjadinya cidera akibat alat ini.Status neurovaskuler ekstremitas dipantau tiap 2 jam.Tiap

tempat pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan,keluarnya cairan,nyeri tekan,nyeri,dan

longgarnya pin.Kadang keluar cairan serosa dari tempat dari pemasangan pin.

Perawat harus waspada terhadap potensial masalah karena tekanan oleh alat ini terhadap

kulit,saraf,atau pembuluh darah.

Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara lutin.Tidak boleh

ada kerak pada tempat penusukan pin,fiksator harus dijaga kebersihannya.Bila pin atau klem

mengalami pelonggaran,dokter harus diberi tahu.

Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisinya dan ukurannya.

Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa menahan.Bila

bengkak sudah hilang,pasien dapat dimobilisasi sampai bats cedera ditampat lain.Pembatasan

pembebanan berat badan diberikan untuk meminimalkan pelonggaran pin ketika terjadi tekanan

antara interface pin dan tulang.

13

Page 14: BAB I

3.11 Evaluasi hasil yang diharapkan    

  1.Pasien scr aktif berpartisipasi dlm program terapi

a.meninggikan eksterimitas yang terkena

b. berlatih sesuai intruksi

c. Menjaga gips tetap kering

d. Melaporkan setiap masalah yg timbul

e. Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dgn dokter

2.Melaporkan berkurangnya nyeri

a. meninggikan ekstremitas yang digips

b. meroposisi sendiri

c. menggunakan analgetik oral k/p

3. Memperlihatkan peningkatan kemampuan mobilitas

a. mempergunakan alat bantu yg aman

b. berlatih untuk meningkatkan kekuatan

c. Mengubah posisi sesering mungkin

d. melakukan lat. sesuai kisaran gerakan sendi yg tdk tertutup gips

4. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri

a. Melakukan aktivitas higiene dan kerapihan scr mandiri

b. makan sendiri secara mandiri

5. Memperlihatkan penyembuhan abrasi dan laserasi

a. tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi

b. Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka

6. Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas

a. Memperlihatkan warna kulit yang normal

b. Mengalami pembengkakan minimal

c. Mampu memperlihatkan pengisian kapiler yang adekuat

d. Memperlihatkan gerakan aktif jari tangan dan kaki

e. Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips

f. Melaporkan bahwa nyeri dapat dikontro

14

Page 15: BAB I

3.12 memantau dan menangani komplikasi potensial

sindrom kompartemen, dapat terjadi bila terjadi peningkatan tekanan jaringan dalam

rongga yang terbatas (mis. Gips, kompartemen oton) yang akan memperburuk peredaran

darah dan fingsi jaringan dalam rongga yang tertutup tadi.

Nyeri yang tidak dapat terobati pembengkakan berlebihan, respon pengisian

kapiler yang buruk, ketidakmampuan menggerakkan jari tangan dan kaki, dan

meningkatnya tekanan jaringan menunjukkan adanya sindrom kompartemen dan

harus segera dilaporkan kepada dokter.

Untuk meredakan tekanan, gips harus dilakukan bivalve (dipotong memanjang namun

tetap mempertahankan kesejajaran) dan ekstremitas dinaikan(tidak lebih tinggi dari

jantung). Bila tekanan tidak menurun juga dan peredaran darah tak dapat diperbaiki,

maka perlu dilakukan fasiotomi untuk menurunkan tekanan didalam kompartemen

otot. Perawat harus memantau secara ketat terhadap respon pasien dalam penanganan

komserfative dan bedah sindrom kompartemen. Respon neurovaskuler harus dicatat

dan setip adanya perubahan harus segera dilaporkan pada dokter.

Luka tekan. Tekanan gips pada jaringa lunak mengakibatkan anoksia jaringan dan

ulkus. Ekstremitas bawah yang merupakan tempat paling rentan terhadap tekanan

adalah tumit, maleoli, punggung kaki, kaput tibula, dan permukaan anterior patella.

Pada ektermitas atas tempat tekanan utama terletak pda epikondilus medialis humeri

dan prosesus stiloideus ulnae.

Umumnya, pasien dengan luka tekan mengeluh nyeri dan rasa kencang ditempat itu.

bila tekanan tidak dihilangkan, daerah yang nekrotik akan meleleh, menodai gips dan

mengeluarkan bau. Ketidaknyamana mungkin tidak dirasakan ketka ulkus sedang

terjadi. Kehilangan jaringan yang ekstensive dapat terjadi bila tanda dan gejala ulkus

tekanan tidak terpantau dan tidak dilaporkan.

Untuk melihat langsung daerah yang dicurigai, dokter dapat dilakukan bivaving, gips

atau membuat lubang jendela pada gips.

Prosedur melakukan bivalving gips adalah sebagai berikut :

15

Page 16: BAB I

1. Dibuat potongan memanjang pada gips. Membelahnya menjadi dua.

2. Lapisan bantalan juga dipotong.

3. Gips dilonggarkan untuk menghilangkan tekanan dan untuk menginfeksi dan

menangani ulkus tekanan.

4. Bagian anteriosr dan posterior gips kemudian diikat dengan pembalut elastis untuk

mempertahankan imobilisasi.

5. Setelah gips divalving, ekstremitas ditinggikan (tidak lebih tinggi dari jantung ) untuk

mengontrol pembengkakan dan meperbaiki peredaran darah.

Bila dokter merencanakan membuat jendela pada gips untuk menginspeksi tempat

tekanan, di lakukan pemotongan sebagaian gips. Daerah yang terkena di periksa dan

mungkin di rawat bagian gips yang di ambil tadi kemudian di pasang kembali

menggunakan balutan elastis / pita. Hal ini untuk mencegah terjadi nya

pembengkakan kedalam jendela yang dapat mengakibatkan daerah bertekanan tinggi

sepanjang perbatasan.

Sindrom dissuse. Selama di gips, pasien diajari untuk menegakkan atau melakukan

kontraksi otot ( mis,kontraksi otot isometik ) tanpa menggerakan bagian itu, ini dapat

membantu mengurangi antrofi otot dan mempertahankan kekuatan otot. Pasien

dengan gips lengan di dorong untuk mengempalkan tangan. Latihan penekanan otot

( mis.latihan penegangan otot kuadri set dan blutius ) penting untuk menjaga otot

yang penting untuk berjalan. Latihan isometik harus di lakukan paling tidak setiap

jam ketika pasien dalam keadaan terjaga.

Pada saat tertentu, perangsang otot eletrik yang dapat di jinjing dapat di letakkan ke

kulit di atas otot-otot besar sebelum pemasangan gips. Kontraksi otot dapat di

rangsang secara elektris sekitar 8 jam perhari untuk mencegah terjadi nya atrofis

disus.

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Ketika gips sudah kering

pasien di beri intruksi sebagai berikut :

1. Bergerak senormal mungkin. Hindari pemakaian ekstromitas yang cidera secara

berlebihan.

16

Page 17: BAB I

2. Lakukan latihan yang di anjurkan secara teratur sesuai jadwal.

3. Tinggikan eksternitas yang di gips setinggi jantung sesering mungkin untuk mencegah

pembengkakan.

4. Jagalah gips tetap kering.

a. Kelembapan dapat mengurangi kekerasan gips.

1. Jangan membungkus gips dengan plastik atau karet, karena dapat

menyebabkan kondengsasi dan gips menjadi basah.

2. Hindari berjalan di tempat yang basah, licin, / tepi jalan.

b. Gips fiberglas, setelah di basahi, harus di keringkan dengan seksama dengan

pengering rambut dengan setelah dingin untuk mencegah terjadi nya masalah

kulit.

5. Berikan bantalan pada tepi yang kasar dengan pita.

6. Laporkan kepada dokter bila gips retak, jangan mencoba memperbaiki nya sendiri.

7. Untuk membersihkan gips,

a. Bersihkan kotoran pada permukaan dengan lap basah.

b. Tempat yang ternoda dapat di hilangkan dengan selapis tipis semir sepatu putih.

8. Jangan berusaha menggaruk kulit di bawah gips. Tindakan ini dapat merusak kulit

mengakibatkan terbentuknya ulkus. Udara dingin dari pengering rambut dapat

mengurangi rasa gatal tadi.

9. Perhatikan bau yang timbul pada gips, daerah yang ternoda, daerah hangat dan daerah

tekanan. Segera laporkan kepada dokter.

10. Laporkan juga yang berikut kepada dokter, nyeri yang menetap, pembengakakn yang

tidak berespon terhadap peninggian, perubahan sensasi, berkurang nya kemampuan

menggerakan jari tangan dan kaki yang terbuka, dan perubahan warna dan temperatur

kulit.

17

Page 18: BAB I

Persiapkan pasien untuk pengangkatan atau penggantian gips,dengan menjelaskan apa

tujuannya.gips dipotong menggunakan pemotongan gips,yang dapat melakukan

pemotongan dengan efek oskilasi.pasien akan merasakan getaran dan tekanan slama

Dilakukan pemotongan,pemotongan ini tak akan melukai kulit pasien.bantalan gips

kemudian dipotong dengan gunting.bagian tubuh yang sudah di gips akan mengalami

kelemahan karena lama tak dipakai.kaku dan mungkin nampak atrofi,maka perlu

diberi penyongkoh ketika gips dilepas.kulit biasanya kering dan bersisik akibat terjadi

penumpukan kulit mati dan rentan terhadap cedera garukan.kulit harus dicuci dengan

lembut dan dilumasi dengan losion pelumas.pasien diajari untuk secara bartahap

kembali keaktifitas normal sesuai program pengobatan yang diberikan.karena otot

mengalami kelemahan akibat disuse,bagian tubuh yang telah di gips tidak akan

mampu segera menerima sters normal, selain itu,pasien yang jelas mengalami

pembengkakan pada ekstermitas yang sakit setelah pengangkatan gips diajari untuk

secara terus menerus menigkikan ekstermitas untuk mengontrol pembengkakan

sampai tercapai tonos dan fungsi otot.

18

Page 19: BAB I

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.EDISI8.VOL3.PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC

Marilynn E. Doenges.Mary Frances Moorhouse.Alice C. Geissler. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN.EDISI3.PENERBIT BUKU KEDOKTERAN.EGC

WWW.GOOGLE.COM

19