Bab Cock

6
Susu Susu Susu adalah cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat, dengan pemerahan sempurna dan benar, tanpa menambah atau mengurangi sesuatu komponen (Ditjen Peternakan, 1983). Susu dipandang dari segi peternakan adalah sesuatu sekresi kelenjer susu dari sapi yang sedang laktasi atau ternak yang sedang laktasi, dan dilakukan pemerahan dengan sempurna, tidak termasuk kolostrum serta tidak ditambah atau dikurangi oleh suatu komponen. Susu dari segi kimia yaitu mengandung zat kimia organis ataupun anorganis berupa zat padat, air dan zat yang larut dalam air, zat tersebut adalah protein, karbohidrat, lemak mineral, vitamin dan enzim. Susu dari segi gizi berhubungan dengan kepentingan makanan yaitu zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan mempunyai imbangan yang sesuai dengan gizi. Berdasarkan lemak yang dikandungnya, susu didefinisikan sebagai emulsi dari globula lemak yang mengandung lemak susu, vitamin larut lemak dan membran dari globula. Dari sudut pandang protein kasein yang dikandungnya, susu didefinisikan sebagai suspensi koloid dari kasein (yang mengandung protein kasein, kalsium phospat, sitrat dan air), partikel lipoprotein dan protein globular. Standar Susu Persyaratan susu murni yang dapat beredar harus memenuhi standar dari Direktorat Jendral Peternakan tahun 1983 sebagai berikut: Warna, bau, rasa, kekentalan: tidak berubah Susu yang baik berwarna putih bersih sedikit kekuningan dan tidak tembus cahaya. Susu yang berwarna kemerahan tidak normal, kemungkinan berasal dari sapi yang sakit. Susu murni mempunyai rasa manis atau gurih tidak ada rasa asin. Susu yang baik berbau khas susu segar, sedikit berbau sapi, bebas dari bau asing. Konsistensi susu yang baik konsistensinya normal, tidak encer, tetapi juga tidak pekat dan tidak ada pemisahan bentuk apapun. Berat Jenis (pada suhu 27,5) sekurang-kurang nya: 1,028 Berat jenis (BJ) adalah berat dibagi volume. Penentuan BJ

Transcript of Bab Cock

Page 1: Bab Cock

Susu

Susu

Susu adalah cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat, dengan pemerahan sempurna dan benar, tanpa menambah atau mengurangi sesuatu komponen (Ditjen Peternakan, 1983).Susu dipandang dari segi peternakan adalah sesuatu sekresi kelenjer susu dari sapi yang sedang laktasi atau ternak yang sedang laktasi, dan dilakukan pemerahan dengan sempurna, tidak termasuk kolostrum serta tidak ditambah atau dikurangi oleh suatu komponen. Susu dari segi kimia yaitu mengandung zat kimia organis ataupun anorganis berupa zat padat, air dan zat yang larut dalam air, zat tersebut adalah protein, karbohidrat, lemak mineral, vitamin dan enzim. Susu dari segi gizi berhubungan dengan kepentingan makanan yaitu zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan mempunyai imbangan yang sesuai dengan gizi. Berdasarkan lemak yang dikandungnya, susu didefinisikan sebagai emulsi dari globula lemak yang mengandung lemak susu, vitamin larut lemak dan membran dari globula. Dari sudut pandang protein kasein yang dikandungnya, susu didefinisikan sebagai suspensi koloid dari kasein (yang mengandung protein kasein, kalsium phospat, sitrat dan air), partikel lipoprotein dan protein globular.

Standar SusuPersyaratan susu murni yang dapat beredar harus memenuhi standar dari Direktorat Jendral Peternakan tahun 1983 sebagai berikut:

Warna, bau, rasa, kekentalan: tidak berubahSusu yang baik berwarna putih bersih sedikit kekuningan dan tidak tembus cahaya. Susu yang berwarna kemerahan tidak normal, kemungkinan berasal dari sapi yang sakit. Susu murni mempunyai rasa manis atau gurih tidak ada rasa asin. Susu yang baik berbau khas susu segar, sedikit berbau sapi, bebas dari bau asing. Konsistensi susu yang baik konsistensinya normal, tidak encer, tetapi juga tidak pekat dan tidak ada pemisahan bentuk apapun.

Berat Jenis (pada suhu 27,5) sekurang-kurang nya: 1,028Berat jenis (BJ) adalah berat dibagi volume. Penentuan BJ dengan alat yang disebut laktodensimeter. Laktodensimeter ada dua macam yaitu Quevenne dan The New York Board of Health (NBH).Perhitungan berat jenis adalah :BJ= 1 + Skala/1000 + (27,5 – T) X 0,0002T= suhu susu.

Kadar lemak sekurang-kurang nya: 2,8%Metode yang digunakan dalam analisis kadar lemak adalah metode Babcock dasarnya adalah melarutkan bahan padat bukan lemak dan melepaskan lemak bebas, apabila ditambahkan asam sulfat ke dalam susu dan dicampur maka akan timbul reaksi panas yang dapat mencairkan lemak susu yang akan memisahkan bagian atas.

Cara Kerja :metoda ini digunakan botol Babcock dengan skala 0 sampai 8 dengan ketelitian 0,1. Angka skala tersebut menunjukkan persentase kadar lemak pada waktu dianalisis, setiap skala mempunyai volume 0,2 ml. Cara kerjanya adalah: memasukkan sampel susu pasteurisasi sebanyak 10 ml kedalam Babcock, kemudian dipanaskan sehingga suhu mencapai 20 samapi 300 C, lalu ditambahakan H2SO4 dan dicampur dengan baik sehingga timbul gumpalan-

Page 2: Bab Cock

gumpalan didalam susu setelah itu disentrifus selama 5 menit. Kemudian botol Babcock dimasukkan dalam air hangat atau dengan suhu 71,10 C dan suhu botol Babcock dijaga supaya tetap sekitar 20 sampai 300 C. Kemudian cara diatas diulangi dangan sentrifus 2 menit. Lalu dimasukkan kembali kedalam air hangat. Diulangi lagi sentrifus selama 1 menit dan dicelup kembali pada air hangat. Sebelum melakukan pembacaan skala celupkan terlebih dahulu pada air hangat, kemudian panaskan pada penangas air dengan suhu kurang lebih 57,2 sampai 600 C selama 3 menit

Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) sekurang-kurangnya: 8,0%Perhitungan BK :1,23 L + 2,71 (BJ-1 X 100 / BJ)BKTL : BK – Lemak

http://satri-sakti.blogspot.com/2007/12/susu_24.html

Pengujian kadar lemak susu segar pada uji ini digunakan metode Babcock. Metode ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1890 oleh Dr. SM. Babcock di Universitas Wisconsin Amerika Serikat. Dasar yang digunakan adalah apabila asam sulfat (H2SO4) ditambahkan pada susu kemudian dicampur, maka asam sulfat akan melarutkan bahan padat bukan lemak/solid no fat (SNS), dan meninggalkan lemak bebas. Reaksi akan menimbulkan panas, dan panas ini dapat mencairkan lemak susu yang kemudian akan memisah di bagian atas. Asam sulfat juga akan menyebabkan kenaikan perbedaan berat antara lemak dan larutan, sehingga apabila keadannya diberikan tenaga sentrifugal lemak seluruhnya akan terletak di bagian atas, sebab lemak mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada kontituen-kontituen lain di dalam susu.Untuk menentukan kadar lemak dengan metode ini, digunakan alat yang khusus, yaitu botol Babcock (lihat gambar 4).Botol Babcock untuk analisa lemak susu mempunyai angka skala antara 0 sampai 8 dengan ketelitian 0.1. Angka skala tersebut menunjukkan persentase kadar lemak pada waktu analisa. Tiap 1 skala volumenya 0.2 ml.Botol Babcock untuk analisa lemak krim angka skalanya lebih besar, yaitu antara 0 sampai 50. Ini disebabkan karena krim adalah bagian susu yang banyak mengandung lemak. Pada umumnya kadar krim di atas 15 %. Ada beberapa variasi botol, ada yang leher botolnya pendek, ada yang leher botolnya mempunyai kepanjangan 6 inchi (± 15 cm). Bahkan ada yang 9 inchi (± 22.5 cm) dan kepastiannya juga berbeda-beda.

http://giant-ki.blogspot.com/2009/01/uji-organoleptik-susu-segar-uji-bau.html

Lemak kasar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan campuran mental dari lemak terlarut dalam sampel yang termasuk dalam sampel. Yang termasuk lemak digliserida, trigliserida, monogliserida, fosfolipid, steroid, asam lemak bebas, lemak terlarut dalam vitamin, pigmen koroten, klorofi, dan lain-lain.Dua metode secara garis besar digunakan untuk menentukan lemak kasar adalah ekstraksi basah dan ekstraksi kering. Ekstrasi basah ditunjukkan dengan adanya air dalam sampel. Metode Babcock dan Mojonnier adalah metode ekstraksi basah yang digunakan untuk menentukan lemak kasar dalam susu dan produk susu. Metode ini juga diaplikasikan pada produk makanan seperti makanan tambahan ikan asin.Ekstraksi Soxhlef, ditunjukkan dengan Eter Anhidrat. Teknik ekstraksi ini, dimasukkan dalam eter,

Page 3: Bab Cock

yang mana pada akhirnya diuapkan. Secara rinci prosedurnya diberikan pada Woors and Aurand 1977Ekstraksi kering lebih disukai ketika ini tidak sesuai untuk mengubah kembali sebagian besar air dari makanan.Metode BabcockMetode Babcock adalah metode untuk cepat untuk menunjukkan lemak dalam jenis produk makanan. Tes menunjukkan bahwa ketika susu atau makanan diperlakukan dengan konsentrasi asam sulfur protein yang pertama kali dilarutkan.Lemak yang tertekan dalam tabung kalibrasi dari nilai ini presentasi dari lemak ini dalam dihitung.Ekstraksi Kering Pada Kacang

Ketika penggemukan, kolom harus menjadi jernih kuning keemasan penetapan isi kelembaban isi pada sampel dengan sebuah metode yang layak . Berat 2 sampai 3 gram sampel ke dalam sebuah timbal ekstraksi dan tempat d dalam sebuah alat ekstraksi soklet. Menghubungkan langsung pada alat untuk sebuah berat botol. Setengah botol diisi zat anhidat. Menggunakan mantel penghangat, membawa zat kedalam baskom dan diekstrak 16 hari penyusunan kembali alat untuk destilasi dan penguapan zat dengan pemanasan lemah dalam mantel (perawatan harus diletakkan untukperoxida yang bergerak dari zat utama yang digunakan). Pengeringan botol yang berisi extrak bahan mentah untuk 2 hari pada 90°C ). Berat dan perhitungan presentase dari bahan mentah.

D. PROTEIN KASAR

Untuk analisis berkelanjutan, determinasi protein adalah tidak terbentuk dengan ekstraksi protein dari sebuah sampel yang sulit caranya. Umumnya, tidak tercampurnya sampel bahwasanya tidak dilakukan pengisian tingginya konsentrasi tidak seperti biasanya pada nitrogen non protein – isi senyawa – senyawa ( contoh; NH4¯ asam-asam amino bebas, urea, dan senyawa-senyawa nitrogen kompleks berlebih lainnya) kemungkinan analisa dengan determinasi yang sederhana presentase pada nitrogen (seperti NH3) dan membuat asumsi bahwa nitrogen ini telah terlepas dari protein hingga habis. Metode standar untuk determinasi nitrogen, prosedur kieldahl, dapat diambil untuk penerapan untuk sebuah varietas bebas pada bahan makan mentah.

Penetapan Nitrogen Dengan Metode KjeldahlDalam prosedur Kjeldahl, nitrogen merupakan senyawa organik yang mengubah garam ammonium dengan membebaskan ammonia ditambah sebuah alkali non volatif. Setelah destilasi, penetapan ammonia melalui fitrasi. Pemisahan dari senyawa organik biasanya diselesaikan lewat kerja asam, sering diproses dari katalis.

E. SERAT KASAR

Serat kasar adalah ukuran kwantitas dari selulosa yang tidak dapat dicerna, pentosa, lignin, dan komponen lain jenis ini yang terdapat dalam makanan. Komponen-komponen ini memiliki nilai makanan sedikit tetapi menyediakan andil besar untuk gerakan perilstatik yang baik usus.Penelitian baru-baru ini tentang peranan diet komponen-komponen serat ini telah menyebabkan adanya evaluasi kembali mengenai konsep tradisional tentang serat, sebenarnya diet serat mungkin

Page 4: Bab Cock

menjadi ketidak beruntungan seperti bagian yang tidak dapat dicerna mungkin benar, karena diet komponen ini mungkin atau tidak mungkin mempunyai titik serat.Bagian serat yang tidak dapat dicerna adalah sebuah campuran yang komplek dari kandungan-kandungan yang berbeda. Yang paling besar yaitu selulosa: glukosa polimer merupakan material yang dominant dari sel-sel tumbuhan; hemiselulosa:versi terpendek dari seluloa; pectin: lem yang mengikat sel-sel tumbuhan bersama-sama; dan lignin tak berbentuk:polimer aromatic yang bersama-sama dengan selulosa membentuk dinding sel kayu dalam tumbuhan.Diet serat berperan untuk menurunkan konsentrasi dari lipo protein kolesterol dalam darah, memungkinkan diikat oleh asam empedu. Pecahan-pecahan lignn telah diidentifikasi sebagai zat yang mengikat.Teknik yang paling umum untuk mengukur kandungan serat dalam makanan adalah metode crude fiber yang telah dimulai sejak tahun 1800-an dan tidak membedakan polisakarida dan lainnya. Metode AOAC 7.073 menjelaskan detail dari metode yang sering digunakan untuk menentukan serat mentah dalam biji-bijian dan produk semacamnya.Serat yang Terdapat Dalam Biji-Bijian Contohnya adalah dicernanya dengan asam encer yang mendidih untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein yang terkandung didalamnya kemudian pencernaan lebih lanjut dengan alkali encer yang mendidih menyebabkan reaksi penyabunan dari material yang berlemak tidak diekstrak dengan eter. Kedua perlakuan tersebut memberikan kontribusi terhadap solusi dari kebanyakan material minera;l. sisa setelah pencernaan mengandung kebanyakan serat dan sedikit mineral-disaring kemudian dikeringkan dan ditimbang kemudian dibakar atau dibakar menjadi berat yang konstan dan kemudian ditimbang lagi. Perbedaan dari 2 berat mewakili berat serat mentah dalam sample.

F. KADAR ABU

Ketika salah satu bahan campuran organik/ anorganik dikeluarkan pada temperatur tinggi (500 – 600oC), sisa residunya berupa abu. Residu ini tediri atas oksida dan mengandung garam anion seperti fosfat, klorida, sulfat, dan halida lain dan juga mengandung garam kation, seperti sodium, potassium,. Kalsium, magnesium, besi dan tembaga.Selama proses pengabuan garam organik membusuk, berkurang karbon kandungan molnya. Dari logam itu seperti bentuk garam pada oksida/ reaksi dengan anion lain pada batuan. Beberapa logam (seperti; kadmiun dan timah) mungkin mudah diuapkan selama proses pengabuan. Oleh karena itu, jika abu tersebut diujikan untuk menemukan elemen, perawatan seterusnya diadakan untuk mencegah hilangnya selama pengabuan. Untuk sebagian besar makanan, pengabuan dilakukan pada 485oC atau kurang dari 12 hari yang akan memberi hasil yang dapat diterima sebagai analisa untuk menemukan elemen. Kehilangan mineral harus diganti dengan pembebasan karbon yang bisa mendapatkan cukup besar dari karbon-kandungan sample. Mekanika ini adalah hilangnya pengabuan yang dapat dihindari sebagai awal pembakaran dalam penyaringan tungku perapian pada temperatur yang rendah (ruang temperatur) dan disediakannya temperatur untuk kenaikan dengan lambat. Arus udara mungkin menjadi sebuah masalah jika tutup pada tungku perapian dibuka dengan tiba-tiba. Pada umumnya, sample seharusnya tidak ditempatkan dalam area tungku perapiannya lebih dari 1 inci dari bagain belakang dinding dan 1,5 inci dari depan.

http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/makalah-sample-dan-analis-dekat.html