BAB-9-Paska-Panen-Hias

32
BAB 9 PENANGANAN PASCAPANEN BUNGA POTONG DAN TANAMAN HIAS POT Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti kuliah dan membaca bahan ajar pada bab ini, mahasiswa dan pembaca diharapkan akan mampu : Menjelaskan perbedaan dasar pasca panen tanaman hias/bunga potong dengan pascapanen komoditi hortikultura lainnya, Menjelaskan kehilangan pasca panen dan masalah penanganan pasca panen tanaman hias, Mendefinisikan pengertian kualitas dan menyebutkan beberapa faktor penentu kualitas bunga potong, Menyebutkan beberapa perubahan dalam senesen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Menjelaskan peranan etilen dalam senesen bunga potong, dan Menguraikan melalui penjelasan beberapa teknik penanganan pasca panen tanaman hias/bunga potong.

Transcript of BAB-9-Paska-Panen-Hias

Page 1: BAB-9-Paska-Panen-Hias

BAB 9

PENANGANAN PASCAPANEN

BUNGA POTONG DAN TANAMAN HIAS POT

Tujuan Pembelajaran :

Setelah mengikuti kuliah dan membaca bahan ajar pada bab ini,

mahasiswa dan pembaca diharapkan akan mampu :

Menjelaskan perbedaan dasar pasca panen tanaman hias/bunga potong dengan pascapanen komoditi hortikultura lainnya,

Menjelaskan kehilangan pasca panen dan masalah penanganan pasca panen tanaman hias,

Mendefinisikan pengertian kualitas dan menyebutkan beberapa faktor penentu kualitas bunga potong,

Menyebutkan beberapa perubahan dalam senesen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,

Menjelaskan peranan etilen dalam senesen bunga potong, dan

Menguraikan melalui penjelasan beberapa teknik penanganan pasca panen tanaman hias/bunga potong.

Page 2: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

179

A. Pendahuluan

Relatif sedikit informasi pengetahuan tentang fisiologi dan teknologi

penanganan pascapanen tanaman hias bila dibandingkan dengan tanaman

buah maupun sayuran. Hal ini dikarenakan organ tanaman atau organ

panenan yang kebanyakan berupa pucuk bunga dengan sekumpulan petal

adalah merupakan sistim yang sangat berbeda dengan organ tanaman lainnya

dalam hal proses-proses senesen. Waktu antara kematangan dengan senesen

dan kematian sangatlah pendek bila dibandingkan organ lainnya seperti buah

dan daun.

Ada dua perbedaan mendasar dalam hal penanganan pascapanen dan

fisiologi daripada senesen pada tanaman hias bila dibandingkan dengan

produk-produk pertanian lainnya. Perbedaan tersebut meliputi :

1. Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun sedikit berakar, dan

hias daun potong) merupakan organ yang sangat komplek bila

dibandingkan dengan biji, buah, dan kebanyakan sayuran. Biji dan buah

merupakan sekumpulan beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal,

androcium, gymnocium, tangkai, dan kadangkala beberapa daun. Masing-

masing unit memiliki morfologi dan fisiologi yang berbeda satu sama

lainnya. Mereka semua saling berinteraksi dalam proses fisiologi

keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut.

2. Kebanyakan buah dan sayuran dipanen setelah mencapai stadia

perkembangan yang sempurna atau perkembangan penuh. Teknik

penanganan pascapanen dari pada buah dan sayuran adalah secara

langsung ditujukan untuk penundaan senesen dan mempertahankan

produk tetap dalam keadaan segar.

Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia

fisiologi yang berbeda. Stadia pertama, adalah pertumbuhan dan

perkembangan kuncup bunga (flower bud) hingga stadia mekar penuh. Stadia

Page 3: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

180

kedua, adalah kematangan, senesen, dan kemudian kelayuan. Jadi

penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang ditujukan untuk

perangsangan pertumbuhan stadia pertama, dan penghambatan proses

metabolisme pada stadia kedua.

B. Kehilangan Pascapanen dan Masalah Penanganan Tanaman Hias Pot

dan Bunga Potong

Karena tinggi kandungan air jaringan maka tanaman hias pot ataupun

bunga potong merupakan komoditi yang mudah rusak dan sulit untuk

mempertahankan diri dari kekeringan. Sedangkan, bunga-bunga yang mulai

mengering sangat tidak disukai oleh konsumen.

Karena kelembutan dan kehalusannya maka tanaman hias pot maupun

bunga potong sangat peka terhadap kerusakan fisik maupun kimia, dan infeksi

patogen serta serangan hama selama dan setelah panen. Selain itu proses

metabolisme untuk mempertahankan hidupnya sangat singkat, maka dari itu

merupakan masalah penanganan pascapanen untuk komoditi ini perlu

dicarikan jalan pemeecahannya.

Terdapat fakta nyata bahwa sejumlah besar kehilangan hasil pada

tanaman hias pot dan bunga potong terjadi pada periode pascapanen.

Tercatat sebesar 20 persen karena tidak terjualnya komoditi akibat

penanganan yang tidak tepat teknologi, lebih 10 persen komoditi gagal

dipanen karena menunjukkan jeleknya kualitas pertumbuhan, dan lebih 50

persen rusak selama penanganan dan pengiriman.

Praktek-praktek pemanenan, pengepakan, penyimpanan,

pengangkutan, pemasaran, promosi, dan desain wadah penyimpanan

merupakan rantai penanganan pascapanen pada dunis bisnis bunga potong

dan tanaman hias pot ataupun tanaman hias lainnya (floriculture). Namun

terdapat banyak variasi penerapan teknik dan pengetahuan diantara banyak

pengusaha di bidang ini. Oleh karenyanya, pengusaha maupun petani

Page 4: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

181

produsen komoditi ini harus mendapatkan pengetahuan yang tepat dan baik

guna penanganan selama periode pascapanen komoditi bersangkutan.

Perkembangan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias pot

dan bunga potong akhirnya telah berkembang, walaupun laju

perkembangannya masih sangat lamban. Teknik-teknik penanganan

pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil pada komoditi panenan

tanaman hias ini meliputi,

1. Seleksi kultivar (atau jenis-jenis) unggul,

2. Menentukan standar panen (tingkat kematangan),

3. Perlakuan kimia sebelum pengangkutan,

4. Teknik-teknik pengepakan,

5. Pengaturan lingkungan simpan yang meliputi pengaturan suhu dan

komposisi atmosfir penyimpanan,

6. Penggunaan bahan-bahan preservatif (pengawet) dan senyawa-senyawa

yang mengatur mekarnya kuncup bunga, dan

7. Model atau fasilitas pengangkutan.

C. Kualitas Tanaman Hias dan Bunga Potong

Kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang membuat sesuatu itu

bernilai atau unggul. Kata kualitas digunakan dalam berbagai aspek penilaian

seperti kualitas pasar, kualitas pengiriman, kualitas internal, dan kualitas

penampilan. Oleh Staby et.al. (1980) kualitas diartikan sebagai indikator

komoditi bunga yang berhubungan dengan keindahan dan/atau kegunaannya.

Sedangkan Kramer dan Twigg (1982) mengartikan kualitas sebagai perpaduan

beberapa karakter indikator kualitas yang dapat diterima oleh konsumen.

Kualitas tanaman hias potong (bunga ataupun daun) merupakan

kombinasi dari ciri-ciri, sifat, dan nilai harga yang mencerminkan nilai tanaman

hias tersebut. Komponen kualitas bagi tanaman hias adalah kualitas dalam

Page 5: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

182

penampilan atau kenampakan. Komponen tersebut meliputi beberapa aspek

yang mencakup ukuran, bentuk, warna, kilap, cacat, keamanan, dan umur.

Kesemua aspek kualitas di atas dirangkum dalam suatu aspek kualitas

yang lebih umum, meliputi umur bunga, perubahan selama penanganan, dan

pemasaran. Akan tetapi, kualitas bunga potong dan sekaligus tanaman hias

pot ditentukan oleh konsumen komoditi bersangkutan. Unsur kualitas tersebut

mencerminkan kualitas penampilan di pasar, dan terdiri atas unsur ukuran,

bentuk, kebersihan permukaan, warna, dan kondisi atau tingkat kesegaran.

Ukuran optimum produk berubah menurut waktu dan bergantung pada

kemampuan atau daya beli konsumen. Di saat sekarang ini, konsumen

cenderung memerlukan ukuran kecil sampai sedang terhadap bunga potong

maupun tanaman hias pot.

Mode penggunaan bunga potong juga mempengaruhi ukuran yang

diminta oleh konsumen. Bunga potong dengan tangkai yang terlalu panjang

atau bunga dengan ukuran besar, dan bunga potong (hias daun) dengan

ukuran yang besar nampaknya tidak cocok digunakan untuk rangkaian bunga

atau sebagai dekorasi dalam ruangan.

Kriteria untuk menentukan kualitas sangat menentukan kriteria tingkat

kematangan saat panen. Hal ini berbeda untuk setiap negara maupun

kelompok masyarakat tertentu, mereka memiliki kriteria tersendiri. Namun

kebanyakan masyarakat menyukai bunga potong, terutama bunga potong

mawar, pada saat stadia kuncup. Anyelir dan krisan umumnya disukai bilama

sudah mekar penuh. Khususnya di negara-negara Eropa, bunga potong yang

disukai bila dalam keadaan stadia kuncup.

Kerusakan fisik karena insekta, patogen ataupun akibat kerusakan

lainnya yang nampak pada permukaan bunga atau tanaman hias akan

mengurangi nilai kualitasnya. Produk berkualitas tinggi seharusnya bersih dan

bebas hama-penyakit, kerusakan fisik lainnya, dan bebas sisa-sisa atau residu

pestisida.

Page 6: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

183

Warna merupakan komponen utama dan mempengaruhi daya tarik

konsumen. Untuk mempertahankan agar warna berkualitas tinggi, beberapa

senyawa kimia diaplikasikan dengan cara penyemprotan ataupun perendaman

pangkal bunga potong.

Karakter fisik dan anatomi seperti kerapuhan dan kekuatan fisik

berhubungan dengan tekstur dan berkaitan langsung dengan kualitas

keseluruhan yang dipertahankan.

Berikut beberapa karakter yang mempengaruhi kualitas suatu bunga potong,

1. Ukuran dan bentuk akhir bunga,

2. Perkembangan kuncup dan kuncup-kuncup lateral lainnya,

3. Perubahan berat segar bunga,

4. Ketegaran dan kesegaran bunga disaat sampai pada konsumen,

5. Perubahan warna petal (mahkota bunga), ini merupakan penilaian bersifat

objektif,

6. Kekuatan atau kekokohan tangkai bunga (pedikel), dan

7. Pencoklatan atau penguningan batang ataupun daun.

D. Senesen dan Kematangan Pada Bunga Potong

Senesen merupakan salah satu tahapan perkembangan biologis.

Proses ini merupakan salah satu seri perubahan menuju kematian suatu

organisme. Menurut Sacher, senesen diartikan sebagai stadia akhir dari suatu

organ yang tidak dapat balik dan mengawali proses perusakan sel-sel, dan

akhirnya kematian organ tersebut. Sedangkan menurut Leopold, senesen

adalah sebagai proses perusakan yang merupakan penyebab alami daripada

kematian suatu organ.

Kematangan komoditi panenan yang dalam hal ini bunga potong

merupakan faktor penting dalam kegiatan penanganan pascapanen. Dalam

fisiologi pascapanen istilah matang sangat berbeda dengan istilah masak.

Matang diartikan sebagai stadia pertumbuhan dan perkembangan yang

lengkap atau stadia yang akan menjamin penyelenggaraan proses

Page 7: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

184

pemasakan. Para ahli teknologi pascapanen mendefinisikan matang sebagai

stadia pada saat komoditi mencapai fase perkembangan yang cukup setelah

panenan dan penanganan pascapanen dan kualitasnya masih dapat diterima

oleh konsumen.

Didasari atas pengertian tersebut, maka tingkat kematangan komoditi

hortikultura sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas jual komoditi

bersangkutan. Namun demikian sangatlah sulit untuk menentukan tingkat

kem,atangan pada suatu tanaman hias bunga potong. Hal ini dikarenakan

kebanyakan pada bunga potong, stadia yang nampak secara mata telanjang

(visual) merupakan hal yang menentukan kualitas bunga tersebut. Sebagai

contoh, saat stadia kuncup pada kebanyakan jenis bunga merupakan saat

panen yang baik karena pada saat itu merupakan kualitas yang baik juga

diperoleh. Namun bila dilihat secara fisiologis, stadia kematangan pada saat

tersebut belum tercapai.

Jadi nampaknya dari kedua proses yang berbeda tersebut di atas,

senesen merupakan hal penting bagi penanganan pascapanen bunga potong

ataupun tanaman hias pot. Menghambat senesen merupakan tujuan utama

dalam teknologi pascapanen bunga potong.

Terdapat beberapa perubahan selama senesen, yaitu :

1. Perubahan struktur.

Gejala kehilangan berat segar jaringan bunga merupakan hal yang jelas

pada stadia akhir senesen. Kehilangan air akan terjadi pada proses

penuaan menunjukkan kehilangan integritas membran sehingga

meningkatkan permeabilitas dan kebocoran.

Perubahan mikroskopik yang dapat dilihat pada senesen daun adalah

perubahan pada kloroplas. Kloroplas akan kehilangan tepung (amilum)

karena diubah menjadi gula. Jadi penundaan atau perlambatan proses

senesen daun berhubungan dengan penurunan peptida hydrolase pada

daun arau penundaan laju pembentukannya.

Page 8: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

185

2. Perubahan biokimia.

Respirasi dan hidrolisis enzimatik pada komponen sel merupakan dua

kejadian biokimia dan metabolisme yang terjadi selama senesen bunga,

terutama organ petal. Peningkatan aktivitas enzim peroksidase

sehubungan dengan peningkatan kadar peroksida yang terlibat dalam

perangsangan senesen dan perangsangan pembentukan etilen.

Selama periode senesen bunga, terjadi penurunan kandungan amilum

atau tepung, polisakarida dinding sel, protein dan asam nukleat. Namun

terjadi peningkatan aktivitas ribonuklease. Karena kejadian-kejadian ini,

gejala yang dapat dilihat pada petal adalah perubahan warna dari merah

menjadi biru.

3. Perubahan metabolisme.

Laju respirasi pada kebanyakan bunga potong biasanya memuncak pada

saat mekar bunga, dan kemudian menurun selama proses pematangan

dan senesen. Kemudian terdapat puncak kedua yang sangat singkat dan

kemudian menurun kembali. Upaya penundaan senesen pada bunga

biasanya ditujukan pada penundaan tercapainya puncak kedua respirasi

tersebut. Dalam aplikasinya, penundaan tersebut dapat menggunakan

larutan sukrose sebagai bahan larutan vas ataupun dengan cara

penyemprotan ke seluruh bagian bunga potong.

Ketidak-pekaan respirasi terhadap sianida akan meningkat pada beberapa

bunga. Hal ini menunjukkan pembentukan radikal-radikal bebas dengan

potensialoksidasi yang tinggi akan merangsang senesen. Hal ini juga

menyebabkan organ akan sangat peka terhadap etilen.

4. Perubahan pigmen.

Proses hilangnya warna merupakan gejala umum kebanyakan senesen

beberapa bunga potong. Dua komponen utama pigmen pada bunga

seperti karotenoid dan anthosianin bertanggung jawab terhadap warna-

warna bunga. Kandungan kedua pigmen tersebut akan berubah selama

Page 9: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

186

perkembangan dan pematangan organ-organ tanaman, termasuk pula

bunga.

Perubahan warna pada petal yang sedang mengalami senesen sangat

dipengaruhi oleh perubahan pH vakuola. Proses perubahan warna petal

bunga yang semulanya berwarna merah disebabkan penuaan dan

peningkatan pH. Hal ini dikarenakan selama proses perubahan tersebut

berlangsung, perusakan protein terjadi sehingga meningkatkan kandungan

amonia bebas tidak dapat dihindari.

E. Peranan Etilen dalam Senesen Bunga Potong

Dalam teknologi pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias pot,

etilen memegang peranan penting, seringkali merugikan, meningkatkan laju

senesen, dan mengurangi umur simpan, namun kadangkala menguntungkan

seperti meningkatkan kualitas mekar bunga dan penyeragaman saat mekar

kuncup bunga. Pengaruh etilen terhadap pertumbuhan dan perkembangan

tanaman serta senesen yang umum dijumpai di lingkungan tumbuh ataupun

lingkungan penyimpanan secara umum adalah mengurangi daya tahan

komoditi.

Teknik untuk menghindari atau menghilangkan pengaruh negatif etilen

merupakan masalah yang harus mendapat perhatian serius. Akan tetapi

teknologi untuk mengurangi etilen pada ruang simpan, pak, dan areal atau

ruang penanganan jarang dilakukan terhadap tanaman hias dan bunga

potong. Padahal, kontaminasi etilen pada semua tingkatan proses pasca

panen bunga potong adalah umum atau selalu ada.

F. Gugurnya Bunga dan Hiasan Bunga

Gugur atau rontoknya bunga dan organ-organ hias lainnya merupakan

stadia terakhir daripada senesen. Berkaitan dengan gugurnya organ-organ

tersebut, proses pembentukan lapisan absisi pada bunga terjadi. Hal ini sama

Page 10: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

187

halnya dengan apa yang terjadi pada daun dan buah. Akan tetapi, pembelahan

sel umumnya tidak merangsang rontoknya petal, karena lapisan absisi yang

terbentuk tidak tegas. Rontoknya petal disebabkan oleh melunaknya lamella

tengah sel.

Faktor-faktor luar seperti goncangan fisik, luka yang ekstrim, gas-gas

tertentu, dan senyawa-senyawa pengatur tumbuh dapat merupakan penyebab

rontoknya bunga terutama petal. Berkaitan dengan faktor-faktor tersebut

beberapa fenomena fisiologis yang dapat menjadikan dasar upaya

pengendalian atau pencegahan rontoknya bunga, meliputi :

1. Etilen, merangsang rontoknya kuncup bunga dan petal kebanyakan jenis-

jenis bunga

2. Karbon-dioksida, berefek antagonis terhadap etilen, namun dapat pula

merangsang rontoknya petal

3. Penyerbukan bunga, dapat merangsang gugurnya petal, karena berkaitan

dengan meningkatnya produksi etilen

Asam absisi merangsang rontoknya bunga, pucuk, kuncup, dan petal

bunga. Konsentrasi asam absisi dalam jaringan berkorelasi dengan rontoknya

bunga, sedangkan auksin menghambat gugurnya kuncup bunga dan petal.

Sitokinin ternyata diketahui merupakan penghambat gugurnya bunga, dan

lebih baik dibandingkan auksin khususnya pada bunga mawar.

Pemberian asam absisi dari luar akan merangsang senesen bunga

anyelir dan mawar. Akan tetapi dengan adanya pengaruh asam absisi

terhadap menutupnya stomata, maka kehilangan air akan berkurang,

khususnya pada kuncup bunga. Hal ini akan menunda senesen. Adanya

pengaturan senesen oleh asam absisi ini dikarenakan asam absisi

merangsang perkembangan yang berkaitan dengan kematangan dan

m,eningkatnya kepekaan jaringan terhadap etilen. Peningkatan konsentrasi

asam absisi akibat pemberian atau perlakuan etilen merupakan hasil reaksi

sekunder melalui pengaruhnya pada permeabilitas membran dan stres air

yang dirangsang oleh etilen.

Page 11: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

188

Jadi jelas bahwa terdapat interaksi antara beberapa zat pengatur

tumbuh terhadap proses senesen bunga beserta komponen-komponennya.

Pemberian kombinasi antara sitokinin (dalam hal ini BAP) dengan auksin

sangat efektif menunda senesen daripada penggunaan zat pengatur tumbuh

tersebut secara sendiri-sendiri.

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Senesen

1. S u h u.

Laju perkembangan dan senesen bunga potong maupun tanaman hias pot

sangat dipengaruhi oleh suhu respirasi dan laju peningkatan suhu yang

diakibatkan kegiatan respirasi tersebut menyebabkan proses perusakan

dipercepat. Hal ini dapat terjadi pada pengepakan, karena kurangnya

fasilitas pendinginan. Pengaruh suhu pendinginan akan nampak bilamana

suhu pendinginan di bawah 12,5 CO . Pada keadaan suhu tersebut, chilling

injury akan terjadi.

2. A i r.

Tanaman hias termasuk bunga potong sangat peka terhadap kekeringan.

Hal ini dikarenakan permukaan volume yang tinggi. Sedapat mungkin air

yang hilang selama periode pascapanen dapat digantikan dengan air atau

larutan dalam vas. Kelembaban relatif yang tinggi selama penyimpanan

dan pengangkutan dapat mengurangi cekaman air.

Pergerakan air di dalam batang atau tangkai bunga potong sangat

tergantung pada komposisi larutan dalam vas. Larutan yang bersifat asam

bergerak lebih cepat dibandingkan larutan yang bersifat netral atau basa.

3. Pemberian karbohidrat.

Tidak seperti buah dan syuran, bunga dapat dipotong sebelum matang

pada saat stadia kuncup. Hal ini sering secara komersial dilakukan pada

mawar dan gladiol. Tetapi untuk anyelir, bunga dipanen saat mendekati

mekar penuh, namun masih dapat dipanen pada stadia kuncup untuk

tujuan penyimpanan yang lebih panjang.

Page 12: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

189

Berat kering bunga mawar yang berkembang penuh lebih berat dua kali

lipat dari bunga yang dipanen saat kuncup. Semakin berat bunga tersebut,

semakin banyak sumber karbohidrat tersimpan.

Batang atau tangkai bunga tidak dapat sepenuhnya memasok semua

bahan yang diperlukan untuk menambah berat kering. Maka perlu adanya

tambahan senyawa yang berasal dari larutan vas. Karena memasok

karbohidrat untuk perkembangan dan respirasi sangat penting bagi

kualitas dan lama hidup bunga dalam vas, maka cadangan yang cukup

merupakan hal penting harus diperhatikan dalam penanganan komoditi

panenan ini. Penambahan gula pada larutan vas akan memperpanjang

umur bunga potong. Hal ini disebabkan kandungan protein pada bunga

potong dihambat penghancurannya. Penghambatan dikarenakan gula

menjaga mitokondria, sehingga perusakan terhadap struktur dan fungsi sel

dapat dihindari.

4. Kondisi pertumbuhan.

Kondisi prapanen yang sangat menentukan kualitas bunga potong adalah

pertumbuhannya selama dilapang. Hal ini berkaitan dengan kandungan

karbohidrat pada batang atau tangkai bunga. Semakin banyak persediaan

karbohidrat semakin baik kualitas bunga potong tersebut.

Faktor prapanen yang sangat mempengaruhi kualitas bunga potong

disebutkan oleh beberapa peneliti adalah cahaya. Kuncup bunga yang

terbentuk pada tanaman yang tumbuh pada kondisi intensitas cahaya

rendah, bunga potongnya akan berumur pendek bila dibandingkan dengan

kuncup bunga yang diperoleh dari tanaman yang tumbuh pada kondisi

penyinaran penuh.

Selain cahaya, faktor prapanen lainnya adalah suhu. Penurunan suhu

lingkungan selama pertumbuhannya (kurang lebih tiga minggu sebelum

panen) akan mengurangi umur bunga potong yang dihasilkannya.

Pengaruh suhu ini berkaitan dengan meningkatnya kandungan senyawa-

senyawa phenolik pada daun. Pada suhu rendah, jumlah air yang diserap

Page 13: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

190

akan berkurang, hal inilah yang menyebabkan kandungan beberapa

senyawa phenolik tersebut meningkat.

Kondisi cahaya dan suhu selama pertumbuhan atau selama masa

prapanen, juga mempengaruhi pigmentasi, terutama pada warna petal. Hal

ini disebabkan tidak lengkapnya proses perubahan kloroplas menjadi

kromoplas.

5. Kondisi penyimpanan.

Pemakaian atau pembongkaran karbohidrat yang tertimbun terjadi selama

respirasi. Demikian pula halnya dengan potongan tanaman seperti bunga

potong, respirasi terus berlangsung sehingga karbohidrat tertimbun terus

dibongkar. Respirasi akan semakin cepat bilamana suhu lingkungan tinggi.

Oleh karena itu dengan mengatur suhu sekitar penyimpanan akan dapat

mengatur kecepatan atau tingkat respirasi itu sendiri. Hal ini berarti pula

dapat mengatur pemakaian atau pembongkaran karbohidrat yang

tersimpan pada organ bunga dan tangkainya.

6. Patogen.

Faktor atau kondisi yang sangat efektif mempengaruhi kualitas bunga

potong adalah adanya infeksi patogen, baik semasa pertumbuhan di

lapang maupun setelah panen. Akan semakin jelek pengaruhnya

bilamana patogen tersebut bersifat vascular dalam menginfeksinya. Jamur

yang sering menginfeksi jaringan petal selama penyimpanan adalah

Botrytis cinerea, yang berwarna abu-abu. Jamur ini akan tumbuh baik pada

keadaan penyimpanan bersuhu rendah dan disertai keadaan kelembaban

udara yang tinggi.

7. Zat pengatur tumbuh.

Ada beberapa laporan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa etilen

dapat merusak bunga, seperti senesen awal dan kelayuan pada petal

(mahkota bunga).

Page 14: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

191

H. Tanda-Tanda dan Gejala Yang Menurunkan Kualitas

Beberapa gejala yang sering muncul pada bunga potong yang dapat

menurunkan kualitas bunga atau merusak bunga adalah :

1. Menggulungnya helaian petal ke arah dalam. Gejala ini sering disebut

sebagai bunga yang tidur (pada anyelir)

2. Layu dan menggulungnya helaian petal ke arah dalam

3. Layu pada sepal bagian ujung (terjadi pada anggrek)

4. Perangsangan pembentukan anthosianin

Peningkatan konsentrasi etilen hingga 500 – 1.000 ppm akan

menyebabkan tingkat bunga tidur meningkat. Hal ini dapat dikurangi ataupun

dihindari dengan penambahan karbon dioksida lebih dari 2 persen dalam

ruang simpan.

Pemberian etilen ternyata tidak akan merangsang senesen pada bunga

yang masih belum mekar. Bila organ tersebut terluka secara fisik, etilen

endogen akan meningkat dengan cepat. Kemudian setelah beberapa saat

yang sangat singkat, etilen tersebut menurun tanpa memberikan efek senesen

pada organ bunga potong. Akan tetapi bila pemberian etilen dilakukan

terhadap bunga yang telah cukup matang atau dengan keadaan setelah

mekar, etilen sangat efektif merangsang senesen. Jadi dengan tingkat

kematangan yang berbeda, organ bunga potong memiliki respon yang berbeda

terhadap kehadiran etilen tersebut.

Ada beberapa faktor atau keadaan yang merangsang atau

meningkatkan kepekaan jaringan bunga potong atau bunga-bunga pada

tanaman pot terhadap etilen. Faktor tersebut meliputi :

1. Suhu,

2. Cekaman air, dan

3. Genetik.

Page 15: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

192

Dalam kaitannya dengan faktor genetik, etilen yang diproduksi oleh jaringan

atau organ bunga terkandung pada gen-gen yang mengendalikan

pertumbuhan dan perkembangan komponen bunga. Stilus memproduksi etilen

lebih banyak dibandingkan bagian-bagian lain dari bunga. Pollen (butir sari)

yang memproduksi auksin, lebih banyak merupakan sumber perangsang bagi

stigma (kepala putik) untuk memproduksi etilen.

Konsentrasi sitokinin alami (endogen) pada petal bunga mawar

menurun dengan semakin tuanya organ tersebut. Konsentrasi tersebut lebih

rendah pada jenis-jenis atau kultivar yang berumur pendek dibandingkan

berumur panjang. Pemberian sitokinin dari luar ternyata dapat menunda

senesen pada beberapa jenis tanaman hias. Pemberian sitokinin juga

menghambat kehilangan berat kering bunga-bunga yang telah matang. Selain

itu juga, sitokinin dapat merangsang penyerapan air melalui pemeliharaan

keutuhan sel-sel. Konsentrasi sebesar 5 persen atau 5 ppm kinetin, dapat

memperpanjang umur bunga potong anyelir dan mawar pada vas.

Giberellin dapat juga meningkatkan ukuran bunga dan memperpanjang

umur bunga pada vas (umur vas). Hal ini nampak nyata pada bunga potong

anyelir.

Auksin memegang peranan pada proses senesen bunga poinsettia.

Penghambatan senesen tersebut berkaitan dengan produksi etilen. Akan tetapi

kemampuan petal bunga berespon terhadap IAA merupakan fungsi umur

fisiologis.

Asam absisi berperan juga pada proses senesen bunga, dan

konsentrasi asam absisi endogen meningkat dengan semakin layunya petal

bunga. Asam absisi mempersingkat umur bunga dan bersamaan dengan itu

merangsang difusi etilen dan gas-gas lain yang mendukung pengaruh negatif

daripada asam absisi.

Page 16: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

193

H. Penanganan Pascapanen Tanaman Hias Bunga Potong

Kualitas atau mutu bunga potong tergantung pada penampilan dan

daya tahan kesegarannya. Bunga potong dengan mutu unggul (prima) tentu

memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan bunga potong bermutu

rendah. Untuk mempertahankan mutu bunga potong tetap prima perlu

memperhatikan beberapa perlakuan terutama saat bunga siap panen sampai

pada pemanfaatnya oleh konsumen.

Terdapat beberapa aspek dan tahapan proses dalam upaya perlakuan

pascapanen tanaman hias sehingga komoditi tersebut masih dalam keadaan

berkualitas baik sampai pada konsumen. Tahapan dan aspek-aspek tersebut

meliputi,

1. Aspek bercocok tanam (prapanen)

Dalam bercocok tanam tanaman hias yang ditujukan untuk pemanenan

bagian-bagian hias yang dipotong (hias potong), tentunya harus

memperhatikan aspek lingkungan yang sangat menentukan kualitas organ

panenan tersebut. Cahaya dan suhu merupakan unsur iklim atau cuaca

yang sangat berperan sebagai faktor tumbuh dalam menghasilkan bunga

berkualitas baik. Perubahan suhu yang tidak tiba-tiba merupakan kondisi

suhu yang menguntungkan, daripada suhu yang berubah secara drastis.

2. Kematangan komoditi saat panen

Kematangan tanaman hias (organ bunga) merupakan suatu faktor penting,

dan kematangan dapat diketahui dengan memperhatikan dan

memperkirakan ukuran tanaman ataupun tingkat perkembangan (derajat

membukanya kuncup bunga). Sebagai contoh, pada mawar, keadaan

kuncup merupakan stadia yang baik dan pada stadia ini kebanyakan

tanaman mawar tahan terhadap penyakit fisiologis. Sedangkan bila

perkembangan lewat dari keadaan kuncup atau telah telah mekar

sebagian, kualitas bunga yang diperoleh rendah dan umur vas sangat

singkat.

Page 17: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

194

Pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air,

yaitu sekitar pukul 06.00 –08.00. Walaupun demikian panenan juga dapat

dilakukan pada pukul 16.00 – 17.00. Pada saat tersebut, penyerapan air

yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak daripada

penguapannya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan

tanaman sudah mulai melakukan metabolisme aktif sehingga daya tahan

bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.

3. Teknik Panenan.

Panen tanaman hias (bunga potong) umumnya dilakukan secara manual.

Penggunaan alat-alat mekanik sangat sedikit, hanya pada alat-alat

pengangkutan dan alat pengikat (penyatu) satuan-satuan potongan

(tangkai) bunga.

Tujuan panenan adalah untuk mengumpulkan komoditi pada tingkat

kematangan yang baik, dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang

rendah, secepat mungkin, dan biaya murah. Alasan ini yang membuat

panenan secara manual lebih cenderung dipilih untuk tanaman hias

terutama bunga potong. Keuntungan-keuntungan panenan secara manual

meliputi,

a. Pemanen dapat memilih tingkat kematangan yang tepat sehingga

memungkinkan penentuan grade yang tepat, dan pemanenan dapat

secara berulang,

b. Pemanen dapat menangani komoditi dengan tingkat kerusakan yang

rendah,

c. Laju panenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan

tenaga kerja, dan

d. Panenan secara manual bermodal kecil.

Masalah utama panenan secara manual terpusat pada tenaga kerja.

Penyediaan tenaga kerja merupakan masalah bagi petani. Tenaga kerja

dapat sangat mahal pada sat musim panen serentak. Meskipun demikian,

kualitas merupakan aspek yang sangat penting demi suksesnya

Page 18: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

195

pemasaran bunga potong. Hal inilah yang menyebabkan sistim panen

secara manual tetap sebagai pilihan utama.

4. Grading

Pengelompokan komoditi ke dalam klas atau kelompok kualitas tertentu,

merupakan tujuan pada tahapan grading ini. Kesulitan menentukan klas

kualitas hingga kini belum ada patolan yang baku. Society of American

Florist mencoba menentukan beberapa patokan kualitas bunga potong bagi

anggota-anggotanya. Kualitas bunga didasari atas kuncup dan mekarnya

bunga, kekuatan tangkai, kualitas daun, lurus dan panjangnya tangkai

bunga.

Didasari atas pengertian kualitas yang telah dibahas didepan, maka untuk

menentukan kualitas suatu komoditi memerlukan kriteria tersendiri. Kriteria

tersebut mencakup beberapa aspek, yaitu :

a. Aspek kuantitatif, yang meliputi berat, panjang tangkai, jumlah daun,

ukuran bunga, dan ukuran daun,

b. Aspek kualitatif, yang meliputi bebas hama-penyakit, bebas kerusakan

mekanik, dan kondisi bunga, dan

c. Aspek yang tersembunyi dan menyangkut perasaan. Aspek ini biasanya

dinilai dari penampilan (aspek keindahan), dan warna serta ukuran.

5. Bunching (pengikatan)

Bunga-bunga biasanya dipasarkan dalam bentuk ikatan atau rangkaian 10

– 25 tangkai, walaupun beberapa konsumen dan jenis bunga dipasarkan

dalam bentuk 1 tangkai atau kuntum bunga saja.

Kebanyakan pengikatan rangkaian bunga dilakukan secara manual.

Kemudian, ikatan tersebut biasanya dibungkus kertas atau plastik

polyethylene.

6. Packaging (pengepakan) dan penyimpanan

Bunga-bunga potong umumnya dipak dengan menggunakan kotak kertas

panjang, dan pada bagian atasnya diberikan lapisan. Ukuran kotak pak

biasanya 50 cm x 30 cm. Untuk beberapa jenis tanaman hias (bunga) yang

Page 19: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

196

besar seperti gladiol, sering menggunakan pak khusus dari bahan kayu

kamfer yang dilapisi lilin.

Ikatan beberapa potong bunga biasanya dipak secara individu (satu pak

satu tangkai bunga potong). Untuk jenis-jenis yang kecil, pengepakan

sering langsung terdiri dari beberapa ikatan dalam satu pak. Untuk

pengepakan akhir, anatara sususan/lapisan bunga diberikan lapis

pengaman berupa kertas koran ataupun plastik isolator. Bila pak yang

digunakan cukup besar. Biasanya dibuatkan rak-rak dari kayu tipis. Hal ini

bertujuan untuk melindungi bunga dari benturan-benturan fisik.

Cara penyimpanan bunga potong tergantung pada jenis bunga. Cara-cara

penyimpanan yang umum dilakukan untuk kebanyakan jenis bunga potong

antara lain dengan merendam tangkai bunga ke dalam air, pemberian

perlakuan kimia, ataupun dengan cara perlakuan pendinginan.

Teknologi sederhana yaitu dengan cara merendam tangkai bunga ke dalam

air yang bersih. Contoh ini banik bagi anyelir. Namun untuk anthurium dan

gladiol akan menguntungkan bilamana tangkai bunga-bunga tersebut

direndam dalam air yang hangat (30 – 35OC) selama dua menit sebelum

dikemas.

Untuk bunga potong krisan, sebaiknya direndam dalam larutan pengawet

(Chrysal 5 gr/l). Selama perendaman, bunga-bunga tersebut disimpan pada

ruang dingin dengan kelembaban udara cukup tinggi.

Dengan perlakuan kimia, kuntum bunga anyelir dapat dipertahankan tetap

dalam stadia kuncup selama dalam penyimpanan. Kuncup tersebut

kemudian diperlakukan dengan sukrosa untuk tujuan memekarkan kembali.

7. Pengaturan suhu pascapanen

Pada dasarnya pengaturan suhu untuk tanaman hias adalah perlakuan

pendinginan (cooling). Teknik-teknik cooling yang biasa diterapkan pada

tanaman hias ataupun bunga potong meliputi :

Page 20: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

197

a. Forced Air-Free Cooling

Teknik pendinginan menggunakan tekanan udara. Sistim ini bekerja

karena adanya perbedaan tekanan yang menyebabkan udara mengalir

melalui ventilasi kontainer. Dicapainya pendinginan yang cepat karena

adanya kontak antara udara dingin dengan produk yang hangat.

b. Room Cooling

Merupakan metode pendinginan yang luas pemakaiannya, yaitu dengan

memasukkan tanaman hias atau bunga potong ke dalam ruangan

penyimpanan. Ke dalam ruang simpan dialirkan udara dingin dan diatur

agar bergerak secara horisontal mengenai tanaman hias atau bunga

potong yang ada di dalam kontainer atau tempat penyimpanan.

c. Vacuum Cooling

Melalui metode ini, pendinginan diperoleh dengan cara mengurangi

tekanan atmosfir di dalam ruangan yang besar, kuat, dan terbuat dari

baja. Penurunan tekanan atmosfir juga mengurangi tekanan uap air

berkurang, maka produk akan berevaporasi. Untuk mengurangi

kehilangan berat, selama periode pendinginan dilakukan penyemprotan

air secara halus ke dalam ruangan.

d. Package Icing

Cara ini merupakan cara pendinginan dengan memasukkan es ke

dalam kontainer atau kotak pak penyimpanan. Jumlah es yang diberikan

tergantung pada suhu awal produk. Es-es yang dimasukkan ke dalam

wadah penyimpanan berupa bongkah-bongkah es, pecahan es, atupun

air es yang disemprotkan ke permukaan produk sesaat setelah

dimasukkan. Pekerjaan pendinginan metode ini dilakukan secara

manual.

Pendinginan atau pengaturan suhu rendah ditujukan untuk menunda

senesen. Jadi memperpanjang umur komoditi dalam simpanan. Perlakuan

pendinginan biasanya dilakukan selama periode simpan atau pengumpulan

Page 21: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

198

sesaat setelah panen, dan selama perjalanan sehingga nantinya bila

sampai pada pasar, komoditi masih dalam keadaan segar.

8. Pengaturan air

Air yang cukup merupakan faktor yang sangat penting dalam penanganan

pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias lainnya. Beberapa hal

penting yang harus diperhatikan dalam pengaturan air,

a. Bucket (ember-wadah) Syndrome

Tanpa pendinginan yang cukup, bunga potong tidak mungkin

diipertahankan tetap segar. Dahulu untuk menyediakan air yang cukup

atau mempertahankan kelembaban, ke dalam kontainer dimasukan

ember-ember berisi air. Kini dengan adanya pengaturan secara modern

penggunaan ember telah ditinggalkan. Dengan menggunakan ember-

ember berisi air, kelembaban tidak dapat diatur, dan air yang berada di

dalam kontainer terlalu banyak sehingga mengurangi ruang simpan.

b. Kualitas air

Air dapat mempengaruhi pH dan bahan-bahan terlarut dalam air vas

sehingga mempengaruhi umur vas bunga potong tersebut. Airpun

mempengaruhi kualitas bunga potong sejak tanaman masih di lapangan

atau masih dalam periode pertumbuhan. Oleh karena itu ada upaya

memperbaiki kualitas air. Secara sederhana penambahan asam yang

cukup, dapat menurunkan pH hingga 3 – 3,5. Asam sitrat merupakan

asam yang baik untuk mengatur pH air tanpa efek yang membahayakan

bila penambahan asam tersebut berlebihan.

Garam 8-hydroxyquinoline dan aluminium sulfat umumnya digunakan

sebagai bahan aktif bakterisida pada bunga-bunga potong. Disamping

itu, bahan-bahan tersebut dapat sebagai bahan penurun kemasaman

larutan vas.

Untuk masa mendatang, kemungkinan digunakan penanganan kering

pada bunga potong akan dilakukan. Pada sitim ini bunga-bunga tidak

Page 22: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

199

diletakkan dalam air. Keuntungan lain metode kering ini adalah

memperpanjang umur simpan dalam vas, efisien dalam penggunaan

alat pendingin dan ruang pendingin, dan mengurangi biaya pananganan

pascapanen.

9. Pemberian karbohidrat

Pemberian senyawa-senyawa karbohidrat pada bunga potong bertujuan

memperpanjang umur vas. Bahan-bahan komersial sebagai sumber

karbohidrat adalah Floralife, Oasis, Florever, dan Vivalafleur.

Penambahan karbohidrat yang cukup pada beberapa bunga potong selama

24 jam dalam larutan sukrosa segera setelah panen dapat memperpanjang

umur vas. Berikut beberapa bahan karbohidrat yang sering digunakan

sebagai bahan memperpanjang umur vas bunga potong,

a. 1,5 persen sukrose ditambahkan 320 ppm asam sitrat dapat digunakan

sebagai larutan vas untuk mawar

b. 1,5 persen sukrose ditambahkan 320 ppm asam sitrat dan 25 ppm silver

nitrat dapat digunakan sebagai larutan vas gladiol dan anyelir

c. 1,5 persen sukrose ditambahkan 250 ppm 8-hydroxy-quinoline sitrat

dapat digunakan sebagai larutan vas kebanyakan jenis bunga

d. 20 persen sukrose ditambahkan 250 ppm 8-hydroxy-quinoline sitrat

digunakan sebagai larutan untuk merendam gladiol selama 24 jam

e. 10 persen sukrose ditambahkan 200 ppm physan dapat digunakan

sebagai larutan merangsang membukanya kuncup anyelir

f. 2 persen sukrose ditambahkan 200 ppm physan dapat digunakan

sebagai larutan perangsang membukanya kuncup krisan

Dapat dikatakan bahwa penggunaan bahan aktif larutan vas bunga potong,

tingkat konsentrasinya berbeda untuk masing-masing varietas ataupun

jenis tanaman. Biasanya, konsentrasi di atas 1,5 persen dapat

menyebabkan terbakarnya daun-daun bunga potong mawar, tetapi

pengaruhnya sangat kecil pada anyelir.

Page 23: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

200

Dari beberapa hasil penelitian, dilaporkan bahwa penambahan karbohidrat

sebagai sumber gula pada larutan vas, ternyata merangsang kerja sitokinin

endogen untuk menunda senesen bunga, dan menghambat etilen dalam

merangsang kelayuan (senesen). Hal ini berkaitan dengan meningkatnya

kekebalan jaringan atau organ terhadap etilen atau menunda pembentukan

etilen alami.

Hasil penelitian lainnya menjelaskan bahwa sukrose meningkatkan ke-

seimbangan air pada jaringan bunga potong. Ini berkaitan dengan

pengaruh gula pada proses membuka dan menutupnya stomata dan

pengurangan kehilangan air. Kemudian, setelah pemberian gula mencapai

ke kuntum bunga, terjadi peningkatan dalam keseimbangan air.

Keseimbangan air ini berkaitan pula dengan menurunnya konsentrasi asam

absisi endogen.

10. Pengatur tumbuh

Penanganan pascapanen komoditi hortikultura termasuk tanaman hias dan

bunga potong selalu melibatkan pengaruh etilen. Akan tetapi teknologi

untuk mengurangi etilen pada ruang simpan, pak, dan areal atau ruang

penanganan jarang dilakukan terhadap tanaman hias dan bunga potong.

Padahal, kontaminasi etilen pada semua tingkatan proses pascapanen

bunga potong adalah umum atau selalu ada.

Secara umum, untuk memperpanjang umur bunga potong dengan

pengaturan ruang simpan dan pak penyimpanan dirasa sudah cukup.

Penghilangan etilen membutuhkan teknologi yang cukup mahal. Upaya

memperpanjang umur simpan bunga potong yang sering dilakukan petani

produsen adalah dengan menggunakan senyawa anti etilen seperti ion

silver. Perendaman bunga potong pada larutan silver atau thiosulfat setelah

panen dapat menghambat pembentukan etilen endogen maupun

menghambat pengaruh etilen eksogen, sehingga kuncup-kuncup bunga

masih dapat dipertahankan dalam keadaan tidur untuk beberapa waktu

lamanya.

Page 24: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

201

G. Penanganan Pascapanen Beberapa Bunga Potong

M a w a r

Karena banyaknya jenis warna bunga, bentuk, kebiasaan tumbuh, dan

ukuran tanaman; mawar sangat digemari dan mempengaruhi kehidupan

manusia. Dibandingkan bunga potong anyelir dan krisan, bunga potong

mawar memiliki nilai komersial 50 persen lebih banyak dari kedua jenis bunga

potong lainnya tersebut. Mawar sangat diperlukan untuk keperluan kegiatan

sosial seprti Valentine’s Day, Sweetheart’s Day, Memorial day, dan Christmas.

Termasuk juga untuk kegiatan keagamaan maupun sosial lainnya seperti

perkawinan, ulang tahun, dan kegiatan pertemuan sosial lainnya.

Terdapat dua jenis mawar yang umumnya tumbuh secara komersial

untuk keperluan bunga potong. Pertama, Hybrid Tea (HT) merupakan jenis

atau kultivar yang bercirikan memiliki satu kuntum bunga terminal dan

beberapa kuntum bunga lateral. Kuntum lateral dibuang untuk merangsang

pertumbuhan kuntum terminal ke arah yang lebih baik dan besar. Permintaan

jenis mawar ini tergantung pada warna dan musim. Biasanya warna yang

disukai meliputi merah, kuning, merah muda (pink), dan putih. Jenis kedua,

Floribundas atau sering diistilahkan sebagai miniatur mawar. Mawar ini

membentuk kuntum terminal dengan tangkai yang pendek, namun kuntum

lateralnya tumbuh lebih subur. Oleh karenanya daya

tarik mawar jenis ini terletak pada kuntum lateral. Dalam budidayanya, kuntum

terminal atau apikal sering dipotong untuk merangsang dan memberikan

peluang kuntum lateral berkembang baik. Warna mawar jenis ini yang digemari

konsumen meliputi merah muda, kemudian disusul merah, kuning, putih, dan

berwarna campuran.

1. Kualitas pascapanen

Kultivar, panjang batang/tangkai, stadia kematangan, ukuran bunga, dan

kondisi bunga dan daun merupakan faktor-faktor penting yang menentukan

kualitas. Berikut, komponen kualitas bunga potong mawar,

Page 25: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

202

a. Kekuatan batang dalam kemampuannya menopang bunga/kuntum

secara tegak

b. Keseragaman panjang batang/tangkai bunga

c. Ukuran bunga (mewakili kultivar)

d. Keseragaman dalam stadia perkembangan

e. Bebas dari kerusakan fisik, memar, hama-penyakit, dan

kerusakan/cacat warna

f. Baik, sehat, dan normal pertumbuhannya; terutama daun yang

menyertai kuntum bunga

Tidak ada patokan dasar kualitas yang seragam antar negara maupun

antar

petani bunga potong mawar. Namun belakangan ini banyak petani

menggunakan kriteria panjang batang/tangkai bunga sebagai parametar

kualitas bunga potong mawar. Berikut klas kualitas bunga potong mawar

berdasarkan panjang tangkai dan batang,

Tabel Kriteria kualitas bunga potong mawar

berdasarkan panjang batang/tangkai bunga

Kode Panjang Batang dan

Tangkai (cm) 0 < 5 5 5 – 10

10 10 – 15 15 15 – 20 20 20 – 30 30 30 – 40 40 40 – 50 50 50 – 60

Komponen kualitas bunga potong mawar dapat juga ditentukan

berdasarkan komponen penjualan. Komponen tersebut dituangkan dalam

tabel berikut,

Page 26: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

203

Tabel

Komponen kualitas bunga potong mawar

Komponen Penjualan Tingkat/Urutan Kualitas

Baik Sedang Rendah Panjang batang dan tangkai 66 cm 56 cm 40 cm H a r g a tinggi Sedang Rendah Stadia perkembangan bunga terbuka penuh Agak terbuka kuncup Tingkat pembengkokan tangkai (pangkal tangkai)

tidak

5O

sedang

5 O

– 45 O

sangat

>45 O

Warna petal (perubahan tidak ada cukup sangat/ekstrem

2. Fisiologi dan biokimia

Meskipun mawar merupakan tanaman asli daerah tropik, mawar dapat

tumbuh dengan baik pada daerah temperate atau pada daerah bersuhu

lebih dingin. Akan tetapi cahaya merupakan faktor pembatas utama

pertumbuhan mawar pada daerah temperate tersebut.

Suhu lingkungan tumbuh berpengaruh langsung pada kualitas bunga dan

saat pembungaan. Suhu rendah (dibawah 13,2CO

) umumnya mengurangi

produktivitas tanaman, namun meningkatkan kualitas bunga. Suhu tinggi (di

atas 18,2CO ) mempengaruhi kualitas bunga, tetapi meningkatkan

pertumbuhan dan pembungaan. Umur atau periode panenan akan lebih

panjang hingga dua kali libat, bila suhu lingkungan tumbuh selama tiga

minggu terakhir sebelum bunga dipanen dapat dipertahankan berkisar 21 –

24CO .

Peningkatan respirasi dan hidrolisis komponen sel merupakan dua macam

metabolisme yang mengalami perubahan dan memacu senesen kuntum

bunga (petal). Perubahan-perubahan tersebut merangsang senesen pada

bunga dan mengurangi penyerapan air melalui perangsangan

pembentukan penutup jaringan vaskular pada batang (pangkal potongan).

Page 27: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

204

3. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi kerusakan pascapanen

a. Praktek budidaya

Pengaturan penyinaran dan suhu selama periode tumbuh sangat

menguntungkan dalam upaya meningkatkan kualitas pascapanen. Suhu

sebaiknya jangan turun atau naik secara mendadak.

b. Panenan dan pengepakan

Sejak pemangkasan hingga pembungaan mawar memerlukan 38 – 42

hari selama musim panas, dan 55 – 56 hari selama musim dingin.

Setelah pembungaan, sekitar 3 – 7 hari bunga sudah dapat dipanen.

Namun demikian, stadia panen untuk jenis-jenis mawar yang berbeda

juga sangat tergantung pada varietas dan jarak pasar. Umumnya.

Mawar kuning dapat dipanen saat stadia kuncup, sementara untuk

varietas merah dan merah muda lebih baik bila dipanen sedikit lebih

lambat.

Untuk keperluan pasar yang dekat, pemanenan mawar dilakukan bila

kuntum telah menunjukkan tanda-tanda menggulungnya petal pertama

ke arah luar. Serdangkan untuk pasar yang lebih jauh, mawar sebaiknya

dipanen lebih awal yaitu saat stadia kuncup.

Pemotongan kuntum bunga biasanya mengikut sertakan 1 – 2 helai

daun atau hingga batas dimana daun menunjukkan adanya mata tunas

aksilar. Namun pada bulan-bulan Agustus hingga Januari, pemotongan

mengikut sertakan lebih banyak daun. Kondisi tersebut menggambarkan

kedaan iklim di wilayah beriklim temperate. Untuk wilayah beriklim

tropik, jumlah daun lebih banyak pada saat musim dingin atau

penghujan.

Saat panen mempengaruhi lama simpan atau umur vas. Mawar yang

dipanen sore hari, akan memiliki umur vas yang lebih panjang daripada

Page 28: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

205

mawar yang dipanen pagi hari. Hal ini dikarenakan, mawar yang

dipanen sore hari memiliki banyak tumpukan cadangan karbohidrat.

Akan tetapi karena sistim pengangkutan yang tersedia memaksakan

seringnya mawar dipanen pagi hari.

Setelah pemanenan, potongan tangkai mawar dipisahkan ke dalam

klas-klas kualitas masing-masing. Pengemlompokan pertama didasari

atas panjang-pendek tangkai/batang dan dikelompokan dalam satu

ikatan yang terdiri dari 10 atau 12 atau 25 tangkai bunga. Berikut klas

atau standar panjang tangkai/batang mawar sebagai bunga potong

berdasarkan SAF (The Society of American Florist),

Tabel klasifikasi kualitas (panjang batang) 2 tipe mawar

Tipe Grade minimum panjang batang (cm)

biru merah hijau Hybrid Tea 56 36 25 Sweetheart 36 25 15

Kelompok-kelompok bunga tersebut kemudian dipak berdasarkan

sasaran pemasaran. Artinya jenis atau bahan pak tergantung dari jauh-

dekatnya pasar. Biasanya, untuk pemasaran jarak jauh, bahan pak

berupa kotak kayu tipis. Sedangkan untuk jarak dekat, cukup dengan

menggunakan kotak karton. Ikatan bunga sebelumnya dibungkus

dengan kertas atau plastik cellopen. Kertas atau plastik pembungkus

sedemikian rupa diatur sehingga leher bunga terlindungi dari sentuhan

fisik yang dapat merusak.

Dinding bagian dalam kotak atau pak sebaiknya dilapisi plastik

(khususnya bagi daerah tropika hal ini harus). Tujuannya adalah untuk

menghindari uap air dalam kotak atau pak terserap oleh bahan kotak

atau pak. Kadangkala untuk mempertahankan kelembaban, potongan

es dimasukan dalam kotak. Cara lain untuk mempertahankan

Page 29: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

206

kelembaban dapat juga dengan mengikat pangkal potongan bunga

dengan kertas tissue basah.

c. Penyimpanan pada suhu rendah

Suhu rendah selama penanganan, penyimpanan, dan proses

pemasaran atau pengangkutan merupakan hal penting yang harus

diperhatikan. Atas dasar pemasaran atau pemenuhan konsumen,

bunga potong maear ditangani melalui dua cara, yaitu

Penanganan untuk pasar lokal, tanpa pendinginan

Penanganan untuk pasar luar (jauh), memerlukan pendinginan

Bunga potong mawar disimpan dalam larutan pengawet pada suhu 0 –

2CO segera setelah panen selama 3 hingga 4 jam. Setelah perendaman

barulah bunga-bunga tersebut dapat diangkut. Perlakuan ini

dimaksudkan untuk membuang panas yang dikeluarkan oleh jaringan,

selain bertujuan untuk mengurangi laju respirasi.

Pada sistim penyimpanan kering pada suhu 0 CO , bunga dapat

disimpan hingga 15 hari. Bunga-bunga potong sebelum dimasukan

dalam kotak-kotak penyimpan, pangkal batang/tangkai dipotong

kemudian direndam terlebih dahulu dalam larutan pengawet selama 6

jam. Namun demikian, setelah sampai pada pedagang pengecer,

sebaiknya bunga-bunga tersebut diperlakukan lagi dengan perendaman

dalam larutan pengawet selama 4 – 6 jam pada keadaan suhu yang

sangat rendah.

d. Penyimpanan atmosfur terkendali

Orang pertama yang melakukan kemungkinan penggunaan atmosfir

terkendali pada bunga mawar adalah THORNTON. Penyimpanan pada

atmosfir terkendali (CA) dapat memperpanjang umur simpan bunga

potong mawar dibandingkan penyimpanan suhu rendah.

Page 30: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

207

Untuk menunda membuka atau mekarnya kuncup mawar, penyimpanan

CA dengan keadaan 5 – 25% CO2 dan O2 sangat menguntungkan.

Bilamana O2 berkurang hingga 0,25% maka akan menyebabkan

kerusakan pada stigma, anther, dan jaringan kambium. Keadaan yang

paling baik adalah 0,5% O2 dan 5% CO2 .

Taraf CO2 yang meracun akan menyebabkan pencoklatan pada tipe

petal dan tidak dapat membukanya kuncup bunga. Gejala ini akan

terjadi pada keadaan suhu sangat rendah (0 C0). Taraf CO2 yang tinggi

(di atas 15%) akan menciptakan kondisi yang dapat merubah pigmen

pada petal karena pH sel menurun.

e. Penyimpanan pada atmosfir termodifikasi (MA)

Sejumlah kecil bunga potong mawar dapat di pak dengan menggunakan

plastik tipis transparan seperti MSAT-300. Keadaan atmosfir dalam pak

sistim ini tidak berubah. Karbondioksida akan terakumulasi di dalam

pak, sementara konsentrasi oksigen berkurang sehingga kualitas bunga

akan dapat dipertahankan. Bunga potong mawar yang disimpan atau

dipak dalam MSAT-300 selama 5 hari pada suhu 5 – 7CO memiliki

umur vas yang lebih panjang dan tidak mengurangi kualitas.

f. Penggunaan bahan kimia atau bahan pengawet

Penggunaan bahan kimia sebagai bahan pengawet merupakan upaya

memperpanjang umur pascapanen tetap dalam keadaan berkualitas.

Bahan-bahan tersebut sudah banyak beredar dan terbukti sangat

bermanfaat bagi upaya memperpanjang umur vas ataupun umur

simpan bunga potong mawar. Senyawa atau bahan kimia tersebut

sering digunakan secara tunggal maupun kombinasi beberapa bahan.

Page 31: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

208

Bahan kimia sederhana yang sering digunakan adalah sukrose.

Kombinasi 5% sukrose dengan 200 ppm 8-hydroxy quinoline sulfat (8-

HQS) padat memperpanjang mawar kultivar Velvet Time Rose.

Bahan kimia pengawet sering pula disertakan dengan bakterisida

maupun fungisida. Selain itu juga, beberapa senyawa kimia tidak saja

bersifat fungisida maupun bakterisida, juga bersifat pengendali proses

fisiologi yang merugikan. Sebagai contoh, penambahan 100 ppm

sodium benzoat dalam 8-HQS serta sedikit sukrose dapat sebagai

pengendali proses fisiologi pembentukan lendir tanpa berefek

phitotoksis.

g. Pengendalian hama-penyakit

Penyebab kehilangan pascapanen baik kualitas maupun kuantitas yang

sangat penting bagi bunga potong mawar adalah adanya serangan

hama-penyakit. Penyakit pascapanen yang biasa muncul adalah

penyakit yang disebabkan oleh Botrytis, Penicillium, dan Alternaria.

Penyakit-penyakit ini biasa muncul pada fase penyimpanan. Jadi

pengendalian terpadu merupakan pengendalian yang baik untuk

mempertahankan kualitas sampai pada konsumen. Pengendalian

tersebut adalah tindakan terintegrasi dari beberapa usaha pengendalian

hama-penyakit seperti pemilihan jenis-jenis mawar yang tahan terhadap

penyakit, cara budidaya yang bersih dan sehat (pemupukan, irigasi-

dranasi, penyiangan, pemangkasan, hingga penetapan waktu panen

yang tepat), penerapan teknologi yang baku, dan penggunaan bahan

pengendali (kimia) dengan bijaksana.

Page 32: BAB-9-Paska-Panen-Hias

Bambang B. Santoso

Penanganan Pascapanen Bunga Potong dan Tanaman Hias Pot

209

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994. Bunga Potong – Tinjauan Literatur. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LIPI.

Kader, Adel A., 1985. Postharvest Biology and Technology : An Overview. In

Kader, Adel A ., et.al. (Eds). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extension, University of California, Division of Agriculture and Natural Resources.

Reid, Michael S., 1985. Postharvest Handling Systems : Ornamentals. In

Kader, Adel A ., et.al. (Eds). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extension, University of California, Division of Agriculture and Natural Resources.

Poincelot, R.P. 2004. Sustainable Horticulture – Today and Tomorrow.

Prentice Hall. Salunkhe, D.K., Bhat, N.R., and Desai, B.B., 1990. Postharvest Biotechnology

of Flowers and Ornamental Plants. Springer-Verlag. Wills, R.B.H., Mc. Glasson, W.B., Graham, D., Lee, T.H., and Hall, E.G., 1989.

Postharvest – An Introduction to The Physiology and Handling of Fruits, and Vegetables. An Avi Book, Van Nostrand Reinhold, New York.