Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata...

26
Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alam Pendahuluan Batuputih merupakan salah satu kelurahan di kota Bitung yang terletak di sebelah Utara Kota Bitung dengan luas 132.000 km2. Ada 1.778 penduduk yang tinggal di wilayah ini. Mayoritas penduduk yang tinggal di sini dari suku Sangir. Untuk kehidupan mereka, sebagian besar mengandalkan hasil laut yakni berprofesi sebagai nelayan (50 %) atau sekitar 232 orang, petani 123 Orang dan Karyawan 39 Orang. Tangkoko dapat ditempuh dalam waktu 15 menit dari Kota Bitung dan kurang lebih 2 jam dari kota Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai, dengan banyaknya lubang, median jalan yang tidak terawat, bentuk desa memanjang di kiri, kanan jalan di pinggiran pantai, dan untuk masuk ke kawasan konservasi pengunjung harus melalui sebuah jembatan kecil tapi permanen yang kelihatan tidak terawat. Wilayah ini cukup unik karena merupakan habitat dari berbagai satwa langka. Di sinilah untuk pertama kalinya Russel Wallace menemukan keunikan satwa dan tanaman. Sekitar tahun 1973 para peneliti memperkenlkan tarsius, makaka, dan babirusa setelah peneliti mempublikasikan hasil penelitiannya dan nanti mulai heboh pada tahun 80an. Berkembangnya wilayah Batu Putih menjadi daerah pariwisata berkaitan erat dengan penetapan wilayah ini sebagai Taman Wisata Alam Batuputih dan Cagar Alam Tangkoko-Batuangus pada tahun 1970an. Sejak saat itu, wilayah ini perlahan-lahan berubah dari wilayah yang terpencil dengan penduduknya yang sederhana menjadi wilayah yang 143

Transcript of Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata...

Page 1: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alam Pendahuluan

Batuputih merupakan salah satu kelurahan di kota Bitung yang terletak di sebelah Utara Kota Bitung dengan luas 132.000 km2. Ada 1.778 penduduk yang tinggal di wilayah ini. Mayoritas penduduk yang tinggal di sini dari suku Sangir. Untuk kehidupan mereka, sebagian besar mengandalkan hasil laut yakni berprofesi sebagai nelayan (50 %) atau sekitar 232 orang, petani 123 Orang dan Karyawan 39 Orang. Tangkoko dapat ditempuh dalam waktu 15 menit dari Kota Bitung dan kurang lebih 2 jam dari kota Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai, dengan banyaknya lubang, median jalan yang tidak terawat, bentuk desa memanjang di kiri, kanan jalan di pinggiran pantai, dan untuk masuk ke kawasan konservasi pengunjung harus melalui sebuah jembatan kecil tapi permanen yang kelihatan tidak terawat.

Wilayah ini cukup unik karena merupakan habitat dari berbagai satwa langka. Di sinilah untuk pertama kalinya Russel Wallace menemukan keunikan satwa dan tanaman. Sekitar tahun 1973 para peneliti memperkenlkan tarsius, makaka, dan babirusa setelah peneliti mempublikasikan hasil penelitiannya dan nanti mulai heboh pada tahun 80an. Berkembangnya wilayah Batu Putih menjadi daerah pariwisata berkaitan erat dengan penetapan wilayah ini sebagai Taman Wisata Alam Batuputih dan Cagar Alam Tangkoko-Batuangus pada tahun 1970an. Sejak saat itu, wilayah ini perlahan-lahan berubah dari wilayah yang terpencil dengan penduduknya yang sederhana menjadi wilayah yang

143  

Page 2: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

menarik perhatian dunia karena keunikan aneka satwa dan tanaman yang ada di sana. Taman Wisata Alam (TWA) Batuputih dan Cagar Alam Tangkoko-Batuangus di Kelurahan Batuputih Bawah Kota Bitung, Sulawesi Utara yang merupakan wilayah konservasi unik dengan luas wilayah 8.718 ha.

Peta 7.1 Situasi Kawasan Penelitian Batuputih Kecamatan Ranowulu

Kota Bitung

Wilayah ini cukup unik karena merupakan habitat dari berbagai satwa langka. Di sinilah untuk pertama kalinya Alfred Russel Wallace menemukan keunikan satwa dan tanaman. Sekitar tahun 1973 para peneliti memperkenlkan tarsius, makaka, dan babirusa setelah peneliti mempublikasikan hasil penelitiannya dan nanti mulai heboh pada tahun 80an. Berkembangnya wilayah Batu Putih menjadi daerah pariwisata berkaitan erat dengan penetapan wilayah ini sebagai Taman Wisata Alam Batuputih dan Cagar Alam Tangkoko-Batuangus pada tahun 1970an. Sejak saat itu, wilayah ini perlahan-lahan berubah dari wilayah yang terpencil dengan penduduknya yang sederhana menjadi wilayah

144  

Page 3: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

yang menarik perhatian dunia karena keunikan aneka satwa dan tanaman yang ada di sana. Taman Wisata Alam (TWA) Batuputih dan Cagar Alam Tangkoko-Batuangus di Kelurahan Batuputih Bawah Kota Bitung, Sulawesi Utara yang merupakan wilayah konservasi unik dengan luas wilayah 8.718 ha.

Pengelolaan wilayah Taman Wisata Batuputih dan Cagar Alam Tangkoko - Batuangus berada di bawah koordinasi Pusat/Departemen Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara. Wilayah konservasi ini unik karena merupakan hunian satwa percampuran dua wilayah zoogeografi Asia dan Australia. Sejauh ini telah teridentifikasi 26 jenis mamalia dengan 10 jenis endemik Sulawesi, 180 jenis burung dengan 59 endemik Sulawesi dan 5 diantaranya bahkan endemik Sulut dan 15 jenis reptil serta amfibi hidup di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus. Selain satwa, beberapa pohon dan tanaman pionir seperti sirih hutan, kayu bunga dan binunga juga banyak ditemukan di sini.

Pengembangan pariwisata seperti di Tangkoko merupakan contoh bagaimana pengembangan pariwisata dapat mendukung kegiatan konservasi dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam paparan berikut ini akan ditunjukkan tentang gambaran bentuk pariwisata yang berkembang di Tangkoko. Selanjutnya akan digambarkan tentang bagaimana pariwisata berdampak pada perkembangan ekonomi masyarakat, peran lembaga swadaya masyarakat berbasis lingkungan yang ada di Tangkoko, hambatan-hambatan dan bentuk-bentuk konflik sebagai akibat pengembangan pariwisata di wilayah mereka dan persepsi masyarakat mengenai pariwisata yang berkembang di wilayah mereka. Bentuk Pariwisata yang berkembang di Tangkoko

Pariwisata yang berkembang di Tangkoko merupakan

kegiatan wisata minat khusus. Rata-rata wisatawan yang datang ke

145  

Page 4: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

wilayah ini adalah parawisatawan backpackers atau ilmuwan yang mempunyai ketertarikan pada keunikan satwa yang ada di Tangkoko. Jumlah wisatawan yang datang di wilayah Tangkoko masih belum banyak namun menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Mereka pada umumnya telah memesan paket perjalanan melalui agen perjalanan yang ada di Manado, ibukota Sulawesi Utara.

Namun ada juga yang mengatur perjalanannya sendiri karena memperoleh informasi dari teman mengenai tempat ini. Dalam FGD dengan masyarakat, salah seorang warga, Ibu Henny Bawowode mengungkapkan: ‘Ada travel yang mengantar, ada yang langsung datang, informasinya dari mulut ke mulut/melalui teman.’ Lebih jauh, Ibu Stance Masedung menambahkan : ‘Dan rata-rata satu minggu harus ada turis yang datang.’

Tabel 7.1

Perkembangan Turis ke Taman Wisata Alam Batuputih dan Tangkoko

Batuangus, 2006-2011

No.

Jenis Turis/

Tahun

2006

2007

2008

2009

2010

*2011

1.

Mancanegara

2.529 1.973 2.540 1.419 2.544 2.703

2.

Nusantara

3.306 2.846 2.074 1.480 2.085 1.397

3.

Peneliti Umum

1 5 2 14 33 130

4.

Pelajar Peneliti

5 9 5 9 11 10

Total Wisatawan

5.841 4.833 4.621 2.922 4.673 4.110

Sumber : BKSDA, Sulawesi Utara 2011. * Data baru sampai bulan Agustus 2011

146  

Page 5: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Wisatawan yang datang ke wilayah Tangkoko mempunyai apresiasi yang baik terhadap lingkungan alam maupun budaya setempat. Mereka menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap budaya setempat serta mau menyesuaikan diri dengan penduduk lokal. Kesempatan tinggal dan mengalami kehidupan layaknya penduduk lokal dirasakan oleh para wisatawan sebagai bagian dari pengalaman perjalanan yang wisatawan sebagai bagian dari pengalaman perjalanan yang unik. Di bawah ini adalah ungkapan dari Ibu Henny Bawowode dan Ibu Stance Masedung, mengenai kesan mereka terhadap wisatawan yang datang: Ibu Henny Bawowode mengatakan :

‘menurut pengalaman kami disini meskipun makanan lokal tapi wisatawan tetap tertarik untuk memakan makanan lokal, tetapi biasanya sebelum makan mereka akan menanyakan makanan tersebut terbuat dari apa, jadi kami harus menjelaskannya.’

Ibu Stance Masedung menyambung:

‘Jika ada pesta mereka sering ikut di pesta, mereka ikut keramaian, mereka suka berbaur ikut kebiasaan lokal meskipun tidak diundang, istilahnya mereka memanggil ayo ke party.’ Di samping keterbukaan para wisatawan, maka untuk

lebih mengenal masyarakat lokal dengan budaya mereka para wisatawan banyak melakukan kegiatan-kegiatan wisata alam. Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan oleh para wisatawan adalah mengamati dan mempelajari tanaman langka serta mengamati perilaku binatang langka seperti kera, tarsius, dan anoa yang ada di daerah konservasi, melakukan kegiatan bird watching, mendaki gunung, mengamati lumba-lumba di laut, atau hanya sekedar berperahu serta berenang dan berjemur di pantai. Mereka yang datang dengan tujuan penelitian juga banyak menghabiskan waktu mereka di hutan-hutan konservasi dengan didampingi para peneliti yang terdiri dari para penduduk lokal yang telah banyak belajar tentang tanaman dan satwa yang terdapat di hutan Tangkoko.

147  

Page 6: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Untuk setiap kegiatan eksplorasi di hutan konservasi, para wisatawan membayar tarif Rp. 85.000 per orang, termasuk biaya karcis masuk dengan lama perjalanan rata-rata 3 jam. Namun bersama guide Rp 200.000,- per orang di charge. Organisasi Pemandu Wisata Alam Tangkoko yang terdiri dari anggota-anggota masyarakat menyusun paket-paket perjalanan. Paket-paket perjalanan yang ditawarkan diselenggarakan pada waktu yang berbeda-beda tergantung dari obyek yang akan dilihat atau diteliti. Pada sore hari kegiatan wisatanya adalah melihat Tarsius; kegiatan di pagi hari, melihat burung dan monyet hitam, kuskus atau kegiatan meneliti berbagai jenis beringin atau vegetasi hutan lainnya. Di samping paket-paket tersebut kelompok pemandu wisata lokal ini juga menyelenggarakan paket perjalanan khusus untuk kegiatan bird-watching dan mendaki gunung namun dengan tarif khusus karena kegiatan tersebut memakan waktu satu hari penuh.

Sesuai kesepakatan maka setiap pemandu dalam setiap perjalanan mengantar dua orang wisatawan. Kegiatan pemanduan ini berdampak positif bagi upaya pelestarian lingkungan terlebih bagi masyarakat lokal. Dengan berkembangnya pariwisata di wilayah ini, masyarakat menjadi sadar akan pentingnya alam, satwa, serta tanaman-tanaman yang ada di Tangkoko. Mereka menyadari bahwa ternyata kekayaan alam di wilayah mereka luar biasa dan menarik bagi orang lain serta dapat mendatangkan keuntungan ekonomi bagi mereka. Secara perlahan-lahan, persoalan-persoalan penebangan liar dan perburuan liar terhadap satwa langka dapat ditekan meskipun belum sepenuhnya dapat diatasi. Sebelum penetapan wilayah ini sebagai wilayah konservasi, masyarakat tidak tahu bahwa satwa dan tanaman yang ada di wilayah mereka unik dan sangat berharga. Dulu masyarakat lokal mempunyai kebiasaan mengkonsumsi binatang-binatang liar seperti kuskus, ular piton, babi hutan, tikus, biawak dan berbagai jenis burung termasuk hewan langka seperti yaki misalnya yang

148  

Page 7: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

hidup di hutan Tangkoko. Di samping itu mereka juga menebang kayu di hutan secara liar untuk membuat kapal, bagan atau rumah. Banyak di antara mereka juga mengubah hutan menjadi lahan pertanian sehingga habitat untuk binatang-binatang langka menjadi semakin sempit dan terancam keberlangsungannya. Akibat penebangan yang tidak terkontrol maka jumlah tanaman langka menjadi semakin berkurang. Pak Noldy Kakauhe, ketua organisasi para Pemandu Wisata Alam Tangkoko dalam FGD mengatakan:

‘Disini, awal-awalnya orang tua kami, penebang liar, pemburu liar, nah dengan berkembangnya pariwisata pada wilayah ini mereka saya rangkul menjadi satu organisasi Pemandu Wisata Alam Tangkoko , begitu awalnya.’ Dengan kata lain, pengembangan pariwisata telah

membuka peluang bagi proses penyadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian alam seperti diungkapkan oleh dua informan, anggota masyarakat yang terlibat dalam FGD yaitu Ibu Henny Bawowode dan Bapak Godman Buang Sampuhi. Dalam FGD tersebut ibu Henny Bawowode mengatakan:

‘Masyarakat sekitar juga terlibat dalam usaha pengembangan periwisata disini contohnya adalah jika ada penanaman pohon maka masyarakat sekitar ikut terlibat dalam penanaman pohon , dan untuk penanaman pohon ini inisiatif dari pemerintah.’

Lebih lanjut bapak Godman Buang Sampuhi juga mengatakan :

‘Kami tetap menjaga kelestarian alam juga binatang dengan mengingatkan kesesama bahwa ada hukuman bagi siapa yang menangkap binatang dan menjualnya.’

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa ada partisipasi aktif dari masyarakat untuk secara sadar terlibat dalam pemeliharaan lingkungan. Pengembangan Pariwisata dan Perkembangan Ekonomi Masyarakat lokal Tangkoko

Pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam

Tangkoko membawa dampak yang signifikan bagi perkembangan

149  

Page 8: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

ekonomi masyarakat lokal. Kehadiran pariwisata di wilayah Tangkoko dapat menekan tingkat pengangguran di daerah ini. Dapat dilihat dari tenaga kerja yang bekerja di sektor pariwisata yakni 39 orang karyawan dan sopir 30 orang. Sebelum hadirnya pariwisata, kondisi ekonomi masyarakat di wilayah Tangkoko cukup memprihatinkan. Kebanyakan dari penduduk hidup dengan mengandalkan pendapatan mereka dari pekerjaan sebagai nelayan tradisional atau petani dengan pendapatan yang minim.

Terbatasnya peluang kerja di daerah membuat para pemuda yang sudah cukup umur untuk bekerja terpaksa harus pergi keluar daerahnya dan mencari pekerjaan di kota Bitung, Manado atau di tempat yang lain. Karena tingkat pendidikan yang rendah, pada umumnya mereka hanya bekerja sebagai buruh, tani, tukang, nelayan, sopir. Keadaan mulai berubah setelah hadirnya wisatawan-wisatawan dari mancanegara maupun domestik di wilayah ini. Usaha losmen, tour guide, adalah usaha-usaha yang berkembang di wilayah ini. Namun demikian, usaha yang paling banyak dimasuki oleh masyarakat lokal adalah usaha membuka losmen. Saat ini terdapat empat buah losmen di seluruh wilayah Tangkoko yang merupakan milik warga setempat dengan rata-rata jumlah kamar delapan kamar per losmen, dimana kondisi losmen-losmen yang dijalankan warga setempat masih sangat sederhana. Sejauh ini, fasilitas yang tersedia maupun layanan yang ada di wilayah Tangkoko masih terbatas dan apa adanya. Perkembangan adanya resort-resort yang mewah masih terbatas, contohnya adalah hadirnya Benteng resort milik salah satu pengusaha di Manado tapi hanya satu saja dan kondisinya tidak terawat baik, karena sepi pengunjungnya. Kelangkaan pengunjung di resort ini yang walaupun letaknya dipinggir pantai namun jaraknya jauh (2 km) dari obyek wisata Taman Nasional Tangkoko Batu Angus.

Penduduk pada umumnya menerima wisatawan untuk tinggal di rumah mereka dengan menyewakan kamar-kamar apa adanya. Mereka juga menyediakan makan tiga kali sehari bagi

150  

Page 9: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

wisatawan-wisatawan yang tinggal di rumah mereka karena jumlah warung makan masih sangat langka. Harga sewa kamar bervariasi antara Rp. 250.000,-300.000,-. Mereka menyewakan kamar dengan sistem per kamar. Untuk membantu mengelola losmen, para pemilik losmen juga memanfaatkan tenaga-tenaga lokal pekerja sebagai tukang cuci, tukang masak, dan kegiatan membersihkan losmen. Dengan demikian warga masyarakat yang tidak mempunyai modal usaha juga masih dapat memperoleh pendapatan dari usaha pengembangan pariwisata meskipun lebih terbatas. Apalagi wisatawan-wisatawan yang datang rata-rata tinggal selama 7 hari.

Selain usaha losmen, usaha-usaha pendukung lain juga mulai berkembang di wilayah ini. Menurut para informan, usaha rental mobil berkembang sangat pesat satu tahun terakhir ini. Biasanya wisatawan menyewa mobil-mobil penduduk untuk kegiatan transportasi dengan tarif Rp. 250.000 – Rp. 300,000,- per hari. Dalam satu minggu bisa empat sampai lima kali digunakan. Selain itu usaha transportasi lain yang juga berkembang adalah jasa ojek, rental sepeda dan taksi perahu untuk aktivitas pariwisata dan snorkeling dan dolphin tour bagi para wisatawan. Kalau sebelumnya perahu nelayan hanya untuk kegiatan menjala ikan, dengan adanya wisatawan, mereka bisa memanfaatkannya untuk jasa transportasi wisata, sekali tour sudah termasuk snorkeling Rp. 600,000,- dan dibayar setelah selesai tour, dan pemiliknya Ibu Tobias Takasaheng.

Di samping itu, masyarakat juga melihat peluang-peluang usaha pendukung lainnya yang mereka lihat sangat dibutuhkan oleh wisatawan. Seperti “warnet”, kemudian ada juga yang membuka usaha isi ulang air mineral. Menurut penuturan warga yang terlibat dalam FGD dengan kelompok masyarakat, komoditi ini sangat laku karena sampai saat ini baru ada satu orang saja yang membuka usaha isi ulang air mineral.

151  

Page 10: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Sebagaimana terjadi di tempat-tempat wisata lainnya, di Tangkoko juga ada usaha penjualan souvenir. Namun demikian sejauh ini usaha souvenir oleh masyarakat masih terbatas pada penjualan kaos dan kartu pos. Kedua macam barang ini meskipun mengandung simbol-simbol lokal seperti kaos atau kartupos dengan gambar satwa langka yang ada di Tangkoko, penduduk harus memesan dari luar wilayah. Usaha-usaha pembuatan kerajinan tangan khas Tangkoko belum berkembang dan masih dalam tahap mencari bentuk dan jenis souvenir apa yang cocok ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini mengingat masyarakat Tangkoko tidak mempunyai tradisi membuat kerajinan tangan. Saat ini ada upaya dari kalangan anak-anak muda lokal mencoba membuat patung replica binatang langka yang ada di Tangkoko seperti replica burung rangkong sebagai contohnya, dan ini ditawarkan kepada wisatawan sebagai souvenir. Dalam satu kegiatan FGD, Ibu Fonnie Bawowode, salah satu anggota masyarakat mengungkapkan:

‘Ada juga produk lokal semacam gambar burung rangkong, yang terbuat dari kayu lalu dicat, yang dibeli oleh wisatawan sebagai oleh-oleh sebelum mereka pulang, dan produk ini dibuat oleh anak muda didesa Batuputih.’

Namun demikian, seperti yang terjadi di tempat-tempat lain, masyarakat maka Tangkoko tidak bisa menggantungkan hidup sepenuhnya hanya dari kegiatan pariwisata sepanjang tahun karena sifat dari pariwisata yang musiman. Pada musim sepi wisatawan, masyarakat kembali menekuni kegiatan ekonomi tradisional sebagai tukang bangunan, nelayan, atau beternak disamping menggantungkan kehidupan mereka dari hasil kebun dan pertanian. Pada umumnya, setiap keluarga memiliki 1 hektar kebun yang ditanami kelapa, jagung, pisang, dan mereka menjual hasil kebun mereka ke pasar.

Meskipun mereka tidak bisa sepenuhnya tergantung pada ekonomi pariwisata untuk kebutuhannya, masyarakat melihat bahwa dengan adanya kehadiran pariwisata, kehidupan mereka

152  

Page 11: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

menjadi lebih mudah. Pariwisata memudahkan mereka memenuhi kebutuhan hidup karena memberikan peluang lebih besar bagi mereka untuk mendapatkan uang langsung tanpa harus menunggu untuk jangka waktu lama seperti halnya ketika mereka hanya mengandalkan dari hasil mengolah kebun, tanah pertanian dan beternak. Lebih jauh, walaupun pariwisata tidak sepenuhnya menjamin kehidupan masyarakat, namun dengan hadirnya peluang di bidang pariwisata memungkinkan masyarakat mempunyai lebih banyak alternatif pendapatan daripada sebelumnya. Mereka melihat kehadiran pariwisata membawa peningkatan kesejahteraan secara ekonomi bagi mereka. Mereka yang sebelumnya tidak memiliki peluang usaha lain diluar kegiatan ekonomi tradisional seperti sebagai nelayan, petani atau mengelola kebun, sekarang mempunyai alternative pendapatan dari pariwisata. Sebagai contoh, sebelum adanya pariwisata, para nelayan tradisional sangat tergantung pada pasar lokal untuk memasarkan hasil tangkapan, sekarang hasil tangkapan mereka juga menjadi konsumsi turis yang tinggal di losmen-losmen Tangkoko. Dengan demikian, harga hasil tangkapan bisa terjaga kestabilannya karena pasar yang lebih luas.

Sejauh ini masyarakat memandang bahwa pendapatan dari sektor pariwisata dan sektor ekonomi tradisional seperti antara lain bertani, beternak,berkebun dan mencari ikan saling melengkapi. Oleh karena itu, kehadiran pariwisata tidak membuat masyarakat sepenuhnya beralih ke sektor pariwisata. Seperti diungkapkan oleh salah seorang informan dalam FGD dengan pekerja, Pak Meydi Pokade, seorang pemandu wisata mengungkapkan:

‘Selain jadi guide, jadi nelayan torang bekerja di perkebunan, batanang, baternak piara ayam, babi, sapi, tapi paling banyak peternakan dikelola untuk kepentingan pribadi. Kalu so mendesak dipakai untuk makan. Seperti sapi dipakai untuk pake roda.’

153  

Page 12: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Dari ungkapan tersebut nampak bahwa sektor ekonomi tradisional masih tetap penting mendukung kelangsungan hidup masyarakat di Tangkoko. Kehadiran LSM KONTAK dan Organisasi Pemandu Wisata Lokal.

Kehadiran LSM Kontak di wilayah Tangkoko cukup punya peranan yang dominan dalam mendorong terbentuknya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi. LSM Kontak dibentuk pada tahun 2000 atas prakarsa Noldy Kakauhe. Fokus dari kegiatannya adalah mengupayakan tumbuhnya kesadaran lingkungan dalam diri masyarakat setempat. Berbagai kegiatan promosi baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai masalah lingkungan maupun kegiatan promosi untuk wisatawan telah banyak dilakukan oleh LSM ini. Dalam FGD bersama dengan kelompok para pekerja, Pak Noldy Kakauhe, salah seorang pemandu wisata mengungkapkan:

‘tiga taon berturut-turut kami kampanyekan cagar alam Tangkoko yang kami modifikasikan dengan lomba perahu. Bagitu beking kegiatan, dengan ribu orang datang dari kota Bitung. Kita cuma beking lomba perao, tapi intinya kampanye. Kita bicara lewat TOA, sebarkan spanduk di area lomba itu, poster. Undang Wakil walikota datang, anggota Dewan, camat, Kadis Pariwisata.’ Pada tahun 2006 LSM Kontak bersama dengan peneliti

dari Unsrat dan pemerintah kelurahan setempat juga membentuk Kelompok Pencinta Alam Tarantula dimana penduduk lokal menjadi anggota. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, mulai dari mereka yang tidak lulus pendidikan dasar sampai mereka yang telah menyelesaikan pendidikan menengah atas atau bahkan perguruan tinggi. Mereka diajarkan hal-hal mengenai konservasi, ekologi, dan perilaku satwa serta bagaimana menggunakan alat untuk mengamati satwa. Dengan berbekal pengetahuan ini, mereka dapat menjadi pemandu wisata minat khusus maupun asisten peneliti. Dalam pekerjaannya, mereka

154  

Page 13: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

berada di bawah koordinasi organisasi guide yang termasuk dalam LSM Kontak Tarantula, dan orang yang berinisiatif membentuk organisasi guide ini adalah Mas Royo.

Pelatihan lain yang juga diselenggarakan bagi para pemandu wisata adalah pelatihan bahasa Inggris yang diselenggarakan pada tahun 2007, dan ada sertifikat, berlangsung sekitar 3 bulan. Menurut para informan, kegiatan sebagai pemandu wisata membawa manfaat tidak hanya dari sisi pendapatan yang meningkat, namun juga meningkatkan pengetahuan dan wawasan mereka tentang masalah-masalah lingkungan. Selain itu, mereka juga merasa bangga dan senang dapat berinteraksi dengan orang asing yang datang sebagai wisatawan di daerah mereka. Kegiatan mereka sebagai guide antara lain mengantar dan menjelaskan kepada para wisatawan yang melakukan kegiatan seperti bird watching, dan biasanya kalau antar turis kegiatannya adalah menjelaskan kondisi alam serta lingkungan dan mengantar kelokasi wisata, Tarsius. Menambah pengetahuan khususnya Bahasa Inggris juga menambah wawasan, dan mendapat income dari wisatawan.

Dari informasi yang diperoleh selama penelitian, para pemandu wisata di Tangkoko melihat bahwa pelatihan-pelatihan ini cukup membantu meningkatkan peluang kerja bagi para pemuda di wilayah ini. Para pemandu wisata merasa bahwa pelatihan-pelatihan ini tidak hanya membuka wawasan baru, namun juga meningkatkan peluang kerja baru bagi mereka. Mereka diuntungkan dengan keahlian mereka, mereka dapat memperoleh pekerjaan di wilayah-wilayah lain di Indonesia Timur sebagai asisten peneliti keanekaragaman hayati. Hal yang sebelumnya tidak pernah mereka bayangkan sama sekali. Dalam FGD yang diadakan dengan para pemandu wisata lokal, terungkap bahwa ketika low season, mereka biasanya pergi keluar wilayah sebagai tenaga guide dan penterjemah mendampingi peneliti-peneliti dari luar baik luar daerah maupun luar negeri.

155  

Page 14: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Mereka yang mempunyai ketrampilan sebagai guide bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan proyek penelitian dengan membantu para peneliti keanekaragaman hayati di Tangkoko. Namun demikian, dengan berbekal ketrampilan sebagai pemandu wisata minat khusus dan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati, sebagian dari para pemandu ini direkrut sebagai pendamping ilmuwan di wilayah-wilayah Indonesia Timur lainnya seperti ke Halmahera seperti terungkap dari hasil wawancara dengan salah seorang informan yang suaminya saat berlangsungnya penelitian ini sedang berada di Halmahera untuk menjadi pemandu di sana. Hambatan dalam Pengembangan Pariwisata di Tangkoko

Meskipun kehadiran pariwisata mampu meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat di sekitar wilayah konservasi alam Tangkoko, ada beberapa hambatan yang membuat keterlibatan masyarakat maupun perkembangan pariwisata di wilayah ini tidak dapat maksimal. Persoalan-persoalan yang masih menjadi kendala antara lain adalah tingkat pendidikan anggota masyarakat masih rendah dan buruknya infrastruktur seperti fasilitas jalan yang kurang memadai, supply listrik yang tidak stabil, sistem komunikasi yang terbatas, serta belum adanya sistem pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.

Sebagian besar masyarakat hanya mencapai tingkat pendidikan sampai pada tingkat SMK karena akses terhadap institusi sekolah yang lebih tinggi tidak tersedia di sekitar mereka. Sekolah yang tertinggi yang ada di wilayah ini sampai pada tingkat SMK saja sehingga kalau ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi harus pergi ke wilayah lain yang terdekat di Kota Bitung Karena faktor biaya, seringkali mereka memilih untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu, mereka yang terlibat dalam jasa pelayanan wisatapun tidak mempunyai pendidikan formal di bidang ini.

156  

Page 15: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Mereka membuka usaha di bidang pariwisata lebih disebabkan oleh adanya peluang pasar. Dalam hal ini, pariwisata dalam bentuk open resort yang sekarang berkembang di wilayah ini memungkinkan terbukanya peluang-peluang kerja dan usaha baru bagi masyarakat meskipun dengan situasi yang serba terbatas.

Kehadiran pariwisata di wilayah ini membuka wawasan para penduduk lokal. Dari interaksi-interaksi mereka dengan para wisatawan, mereka juga mengenal kebiasaan-kebiasaan baru dan memotivasi mereka untuk menjadi lebih maju dan berkembang. Para pelaku usaha dan pekerja menyadari keterbatasan diri mereka dan berharap suatu saat ada kesempatan untuk meningkatkan pelayanan mereka. Misalnya dalam FGD bersama dengan para pekerja lokal terungkap bahwa wisatawan-wisatawan yang hadir di lingkungan Tangkoko mempunyai standar kebutuhan kenyamanan layanan penginapan yang berbeda-beda. Ada yang cukup puas dengan tinggal di rumah-rumah penduduk dengan standar fasilitas yang minimal (ada kamar dengan kamar mandi dan makan seperti layaknya penduduk setempat), namun ada juga yang berharap bisa menikmati istirahat yang nyaman di kamar yang ber AC. Harapan ketersediaan fasilitas yang nyaman ini ada di antara para wisatawan bird watching yang menghabiskan sebagian besar waktunya di hutan sehingga para wisatawan ini membutuhkan kualitas istirahat yang baik, seperti diungkapkan oleh salah seorang informan, Bapak Diswal Takasihaeng :

‘Itu masalah, karna kita sering handle tamu bird watching. Dorang suka biar cuma tidor 1 jam tapi nyaman, karna dorang pe waktu nyanda banyak. Dorang pe waktu paling banyak di hutan.’ Di samping cita-cita untuk menyediakan fasilitas

kenyamanan yang lebih baik bagi wisatawan para penduduk juga berharap bahwa akan terbuka kesempatan pelatihan-pelatihan bagi peningkatan kapasitas kerja agar mereka bisa memberikan pelayanan yang lebih maksimal. Dari hasil FGD dengan para

157  

Page 16: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

penduduk lokal, terungkap bahwa mereka ingin bisa meningkatkan kemampuannya berbahasa Inggris. Kesulitan berkomunikasi dengan wisatawan yang kebanyakan orang asing membuat mereka berharap untuk bisa memiliki kemampuan berbahasa Inggris. Selama ini komunikasi mereka dengan orang asing sangat terbatas dan lebih banyak menggunakan gesture. Dengan demikian, komunikasi menjadi tersendat-sendat dan bisa menimbulkan salah pengertian di antara mereka.

Selain persoalan dengan sumber daya manusia, persoalan lain yang berpotensi menghambat perkembangan pariwisata adalah masalah infrastruktur. Pertama, fasilitas jalan di wilayah ini kurang memadai kelihatan sudah tidak terawat, jalan dan median jalannya, juga jembatan yang masih terbuat dari kayu dan sempit (hanya bisa dilewati satu kendaraan). Kedua, masalah fasilitas listrik. Sambungan listrik yang ada masih sangat terbatas dimana satu meteran kadang digunakan bersama-sama oleh beberapa rumah. Dengan demikian tentunya pemakaian untuk setiap rumah menjadi terbatas. Tanpa supply listrik yang memadai, pelayanan kepada konsumen menjadi tidak maksimal. Misalnya mereka menjadi sulit menyediakan minuman dingin untuk para wisatawan sementara udara di Tangkoko sangat panas seperti diungkapkan oleh salah satu warga masyarakat, Bapak Darmin Pailaha, dalam FGD:

‘Fasilitas listrik sudah ada, namun kesulitannya tidak dibangun tiang. Jadi terkadang ada beberapa rumah yang hanya memiliki 1 meteran listrik, jadi sistemnya satu rumah disambung kerumah yang lain dari rumah kerumah (gate-baku gate), jadi dengan sendirinya untuk minuman dingin kami disini tidak dapat membuatnya karena terkendala masalah ini.’ Persoalan dengan sumber daya listrik tidak hanya terbatas

namun juga tidak stabil. Keluhan mengenai listrik yang sering mati banyak dikemukakan oleh para pemilik losmen. Merekalah yang paling menderita ketika supply listrik tidak stabil. Mereka juga mengeluhkan tentang ketidakstabilan voltage listrik ini

158  

Page 17: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

menyebabkan peralatan listrik mereka menjadi mudah rusak. Persoalan dengan tegangan listrik ini menjadi sangat merepotkan terutama ketika mereka sedang banyak menerima tamu di rumahnya. Wisatawan mengeluh kepada para pemilik losmen namun mereka tidak mampu mengupayakan perbaikannya. Oleh karena itu, biasanya setiap losmen memiliki genset sendiri untuk menjamin supply listrik di losmen mereka. Namun penggunaan genset lebih mahal daripada kalau mereka berlangganan listrik negara. Bagi pemilik losmen yang menjual kamar dengan harga yang murah tentunya hal ini menjadi beban yang cukup berat bagi mereka. Salah satu warga masyarakat, ibu Stance Masedung mengatakan:

‘listrik yang paling sulit, makanya dibagian sini kami harus menggunakan genset jika ada tamu dan kami meresa rugi jika menggunakan genset, dan rata-rata disetiap losmen disediakan genset.’

Lebih lanjut, masalah komunikasi juga seringkali menjadi hambatan dalam berusaha. Fasilitas Telkom untuk pengadaan telepon di rumah-rumah belum ada dan untuk berkomunikasi mereka sangat tergantung pada ketersediaan telepon genggam, namun demikian, dengan penggunaan telepon genggampun tidak bisa lancar karena sinyal terbatas di wilayah ini. Dalam FGD terungkap masalah ini dan salah satu warga masyarakat, Ibu Yasmin Dalambide mengatakan:

‘Untuk fasilitas komunikasi kami menggunakan HP, karena untuk telepon rumah disini belum ada, tapi terkadang jika menggunakan hp susah juga signalnya, dan yang signalnya bagus hanya operator selular seperti Three.’ Sejauh ini mereka cukup gembira dengan ketersediaan

fasilitas air bersih dari pemerintah yang sudah mencapai wilayah mereka. Oleh karena itu ketika ada kerusakan dengan saluran, mereka akan bergotong royong memperbaiki saluran air. Selain itu, warga juga bekerja sama untuk membuat sumur-sumur mengantisipasi ketika ada masalah dengan fasilitas air bersih dari

159  

Page 18: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

pemerintah. Di bawah ini ungkapan dari warga masyarakat, Ibu Henny Bawowode dan Ibu Stance Masedung: Ibu Henny Bawowode mengatakan:

‘Dengan di bangunnya fasilitas air bersih dari pemerintah maka kami disini tidak kesulitan air bersih lagi.’

Kemudian Ibu Stance Masedung menambahkan:

‘Air bersih ada fasilitas dari pemerintah membangun saluran air dari hutan ke desa, namun kalau rusak masyarakat disini kerja bakti untuk membetulkannya, ada juga yang lain “gale parigi” (menggali sumur), untuk mendapatkan air bersih. Air disini tidak masalah.’

Lebih lanjut, pengelolaan sampah rumah tangga merupakan masalah untuk wilayah Tangkoko ini. Biasanya sampah dibakar namun akhir-akhir ini sudah ada mobil sampah dari pemkot Bitung seminggu 2 kali hari Rabu dan Sabtu. Di samping itu, issue mengenai persoalan lingkungan juga berkaitan dengan praktek-praktek penebangan hutan secara liar di Tangkoko. Meskipun Tangkoko sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, kasus-kasus penebangan hutan masih tetap terjadi. Contoh ada beberapa orang yang mengambil kayu untuk dibuat semacam rakit dilaut dan perahu, dan khusus untuk binatang dalam perlindungan dilarang untuk diambil agar tetap terjaga kelestariaannya, hewan tarsius merupakan salah satu satwa yang dilindungi dan wisatawan dapat melihatnya setiap sore pukul 17.00 – 18.00 (waktu mereka keluar), mobil dapat masuk sampai ke dalam kawasan konservasi dan wisatawan berjalan sejauh 1 km untuk dapat melihat jenis satwa ini. Dan yang berinisiatif dalam pengembangan pariwisata di Tangkoko ini adalah Pemerintah Kota Bitung. Konflik yang timbul dari Pengembangan Pariwisata

Pariwisata yang baru berkembang antara lain di Tangkoko selain membawa dampak positif terhadap perekonomian dan perkembangan sosial masyarakat juga membawa dampak negatif.

160  

Page 19: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Dari penelitian ini terdeteksi bahwa konflik timbul karena adanya kompetisi dalam memberikan pelayanan kepada turis. Konflik bisa terjadi antar pemilik losmen atau antara satu pemandu wisata dengan pemandu wisata lainnya atau bahkan antara pemandu wisata yang tergabung dalam asosiasi pemandu wisata Tangkoko dengan para petugas penjaga hutan konservasi Tangkoko.

Konflik yang terjadi adalah pecah antar pemilik losmen berkaitan dengan penentuan harga sewa kamar. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konflik di antara pemilik losmen. Pertama, tidak ada standar yang jelas dalam penentuan harga kamar sehingga setiap pemilik losmen dapat menentukan sendiri harga sewa yang ingin ditawarkan. Kedua, tamu yang datang ke Tangkoko tidak sebanyak ketersediaan kamar yang ada di losmen-losmen yang ada di Tangkoko, sehingga peluang terjadinya kompetisi di antara pemilik losmen dalam mendapatkan tamu besar. Ketiga, penduduk tidak memperhitungkan nilai investasi yang sudah ditanamkan untuk pembangunannya kamar-kamar yang mereka sewakan karena merupakan bagian dari rumah mereka. Akibatnya harga bisa menjadi sangat kompetitif karena dengan adanya tamu yang tinggal, mereka memperoleh pendapatan tambahan sedangkan kalau tidak ada tamu tinggal, kesempatan memperoleh pendapatan hilang.

Konflik sejenis yang disebabkan karena persaingan juga tetap muncul di kalangan pemandu wisata meskipun sudah ada kata sepakat terhadap kegiatan pemanduan di antara mereka. Mereka mengatur jadwal giliran dimana masing-masing harus mendapatkan giliran memandu secara merata namun kadang-kadang ada yang masih melanggar kesepakatan ini. Untuk menghindari bertemu dengan pemandu lain mereka akan pergi melalui jalan yang lain. Sampai saat ini konflik tidak pernah berakhir dengan perkelahian fisik karena polisi hutan membantu penyelesaiannya. Mereka yang didapati melanggar akan diberi sangsi tidak mengantar turis untuk jangka waktu tertentu.

161  

Page 20: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Penentuan jangka waktu ini ditetapkan berdasarkan pada catatan pelanggaran yang dibuat oleh pemandu tersebut. Semakin sering akan semakin lama jangka waktu skors yang diterapkan kepada mereka. Di bawah ini adalah dialog yang berlangsung di dalam FGD dengan warga masyarakat dimana hadir salah satu pemandu wisata, Pak Godman Buang Sampuhi. Godman Buang Sampuhi mengatakan:

‘Ada konflik yakni kalau guide disini ada jadwal kalau hari ini saya mengantar tamu berarti besok harus orang lain yang bawa atau dengan kata lain bergiliran, tapi terkadang ada guide yang sudah memonopoli pekerjaan, sehingga guide yang lain sudah tidak kebagian lagi pekerjaan, dan penyelesainnya diselesaikan oleh polisi kehutanan karena didalam hutan ada kantor polisi kehutanan sehingga mereka dapat mengetahui siapa-siapa yang sudah memonopoli pekerjaan.’

Selanjutnya Ibu Kalarce Masala, Ibu Henny Bawowode dan Ibu Yasmin Dalambide menimpali:

Ibu Kalarce Masala mengatakan: ‘Jika kedapatan mereka dapat hukuman untuk tidak mengantar turis ada yang satu minggu dan ada yang satu bulan.’ Ibu Henny Bawowode mengatakan: ‘Tapi ada juga meskipun mereka telah mengetahui sangsinya tetapi tetap mereka melanggar ada salah satu cara mereka agar supaya tidak diketahui yakni tidak lewat pos depan tetapi lewat jalan lain didalam hutan.’ Yasmin Dalambide menambahkan: ‘Meskipun terjadi konflik seperti ini tetapi tetap tidak terjadi

ak fisik atau semacam perkelahian.’ kont

Namun demikian, konflik juga terjadi antara polisi hutan dan para pemandu wisata mengenai pengelolaan pemanduan wisatawan yang berkunjung. Masing-masing merasa mempunyai hak untuk memperoleh pendapatan dari kehadiran wisatawan dengan menjadi pemandu. Para pemandu wisata lokal merasa bahwa para polisi hutan berlaku tidak adil terhadap mereka karena ketika banyak wisatawan datang, maka petugas akan memonopoli dan penduduk lokal tidak memperoleh kesempatan

162  

Page 21: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

yang seimbang untuk memandu para wisatawan. Semua ini berlangsung di luar kesepakatan lalu yang telah dibuat antara penduduk dengan para polisi hutan. Dalam kesepakatan itu ditetapkan bahwa pemanduan dibuat silih berganti. Apabila wisatawan yang pertama sudah dipandu oleh polisi hutan maka wisatawan berikut harus dipandu oleh penduduk. Lebih jauh kesepakatan tersebut juga menetapkan bahwa setiap pemandu memimpin dua orang wisatawan, namun demikian petugas seringkali melanggar kesepakatan-kesepakatan tersebut dimana mereka hanya memberi kesempatan kepada penduduk lokal untuk memandu ketika petugas tidak ada. Selain itu mereka juga sering melanggar kesepakatan jumlah wisatawan dalam setiap kelompok dimana jumlah wisatawannya lebih dari dua orang. Dalam diskusi kelompok yang diadakan dengan para pemandu lokal, salah satu dari mereka, Pak Noldi mengatakan:

Pak, ini khusus pemandu, seperti ada kue yang dibagi tidak sama rata. Jadi tadinya kita beking jadwal rolling, tapi karna petugas, tiba-tiba sudah musim tamu sebenarnya sudah ada jadwal, petugas-lokal, petugas-lokal, tapi karna banyak tamu, petugas diprioritaskan dulu. Jadi begitu ada tamu petugas dulu, kalu tidak ada petugas baru guide lokal. Saya tidak mau. Karna setiap 2 tamu, 1 guide, tapi kadang ada 10 tamu hanya 2 guide petugas, yang lain gigit jari. Sudah melenceng dari kesepakatan.

Perbedaan pendapat antara penduduk dengan pihak polisi hutan juga terjadi berkaitan dengan posisi jembatan yang menjadi jalur akses satu-satunya menuju ke wilayah konservasi. Penduduk lokal ingin agar lokasi jembatan digeser di lokasi pemuikiman masyarakat di wilayah Batuputih. Keinginan ini timbul karena letak jembatan saat ini jauh dari pemukiman sehingga sulit bagi mereka untuk mengawasi arus wisatawan yang masuk. Namun demikian, bagi petugas jagawana, kalau jembatan dipindahkan maka akan sulit bagi mereka untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap arus keluar masuknya orang ke wilayah konservasi. Oleh karena itu, sampai sekarang posisi jembatan masih tetap pada tempat yang sama.

Lebih jauh para polisi hutan juga merasa berhak menguasai wilayah konservasi ini karena wilayah ini berada di bawah koordinasi BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). Sebagai

163  

Page 22: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

akibat dari sistem ini, ketika penduduk memprotes karena merasa diperlakukan tidak adil, para polisi hutan mengancam melarang penduduk untuk memimpin perjalanan wisatawan ke dalam hutan Tangkoko. Adu argumen antara para pemandu wisata lokal dengan polisi hutan seringkali terjadi namun belum pernah kejadian-kejadian ini berujung pada perkelahian fisik. Meskipun harus beradu mulut, para penduduk tidak akan mundur karena mereka merasa kegiatan pemanduan sebagai sumber pendapatan penting mereka seperti lebih lanjut dikatakan oleh Pak Noldy dalam FGD:

Ancamannya kalau tidak ada petugas dilarang masuk, tapi kami tidak mundur. Kami terus terang masyarakat yang ada disini. Istilah orang Manado, torang pe blanga ini kua.

Selain itu penduduk juga berani melawan karena mereka berpendapat bahwa sebenarnya bukan porsi para polisi hutan untuk melakukan pemanduan. Tugas utama para polisi hutan adalah menjaga keamanan kawasan agar tidak terjadi kasus penebangan hutan liar. Ketika banyak wisatawan datang dan para polisi hutan ini memandu wisatawan, para polisi hutan akan menuliskan di laporan mereka bahwa mereka melakukan patroli bukan memandu. Dikatakan oleh pak Noldy:

Deng torang tau apa dorang pe kerja. Memang torang tau dorang pe tupoksi untuk keamanan kawasan. Ternyata tidak. Antar turis ke, ternyata laporan patroli. Ternyata peran dari ikatan kekerabatan antara para polisi

hutan dengan penduduk lokal cukup membantu menghindarkan mereka dari konflik yang lebih jauh. Dari FGD diperoleh informasi bahwa para polisi hutan kebanyakan berasal dari luar wilayah Tangkoko namun mereka telah lama tinggal dan banyak yang menikah dengan penduduk setempat. Dengan demikian, mereka sudah diterima sebagai bagian dari penduduk. Oleh karena itu, para pemandu wisata yang hadir dalam kegiatan FGD tersebut mengatakan bahwa mereka cenderung menghindari konflik yang berkepanjangan karena ada ikatan kekerabatan antara para polisi

164  

Page 23: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

hutan yang bertugas di Tangkoko dengan para pemandu wisata lokal.

Penerimaan Masyarakat Tangkoko pada Pariwisata di wilayahnya

Masyarakat di sekitar Tangkoko pada umumnya menanggapi positif adanya pengembangan pariwisata di wilayah mereka. Seperti dituturkan oleh para informan dari ketiga kelompok masyarakat lokal, pengusaha dan pekerja dalam penelitian ini. Penerimaan positif dari masyarakat terutama didasarkan pada perbaikan kondisi ekonomi karena pengembangan pariwisata di lingkungan mereka seperti telah diungkapkan pada sub bab diatas. Disamping itu karena alasan peningkatan ekonomi lokal, pada umumnya masyarakat juga merasa bangga bahwa wilayahnya dikenal secara internasional dan ungkapan ini disampaikan oleh ketiga kelompok masyarakat lokal yang terlibat dalam FGD. Kebanggaan terhadap wilayah mereka ini mendorong sikap terbuka terhadap para wisatawan yang datang untuk melihat keindahan dan keunikan alam di wilayah mereka. Selanjutnya para informan juga menambahkan bahwa sebenarnya penerimaan masyarakat yang positif diwujudkan dalam keterbukaan dan dukungan mereka terhadap program-program konservasi. Masyarakat merasa bahwa dengan adanya pariwisata, wawasan mereka menjadi terbuka dan kesadaran terhadap lingkungan meningkat. Mereka belajar banyak hal baru. Di bawah ini adalah berbagai pernyataan dari kelompok masyarakat, pengusaha maupun pekerja:

Ibu Fonie Bawowode, seorang anggota masyarakat di Tangkoko mengatakan:

‘Saya senang karena Batuputih terkenal didunia dan dibanggakan, dan saya juga senang karena turut serta dalam memelihara lingkungan sekitar Batuputih, karena saya juga turut berperan aktif karena saya adalah anggota Satuan Penyuluh Pedesaan Kehutanan.’

165  

Page 24: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

Lebih lanjut dalam FGD yang sama, maka Ibu Yasmin Dambide menambahkan:

‘Saya bangga kelurahan Batu Putih menjadi tempat pariwisata, karena banyak hasilnya salah satu contoh saya mendapatkan penghasilan dalam menjual “kukis” (kue) buat para tamu.’ Dalam FGD dengan para pengusaha di Tangkoko, salah

satu dari mereka, Bapak Bobby Lambaihang juga mengemukakan pendapat yang senada tentang kehadiran pariwisata di Tangkoko. Bapak Bobby mengatakan:

‘Kami senang karena ada banyak pengunjung datang, wawasan terbuka untuk semua warga yang ada di batu putih baik orang kecil, orang besar para penjual kue, pengusaha warung dan semuanya.’

Sementara itu dari kelompok pekerja memberikan tekanan

pada manfaat kehadiran pariwisata bagi peningkatan pengetahuan mereka dan masyarakat tentang lingkungan serta peluang kerja seperti dituturkan dibawah ini oleh Pak Meydi Pokade dan disambung oleh Pak Doan Kampungbae : Pak Meydi Pokade menyatakan:

‘ Sangat baik kehadiran pariwisata karna sangat membantu, sebab jadi guide harus banyak belajar, juga dapat kesempatan untuk bekerja diluar-luar. Dan saya pikir kerja pemandu itu, bisa belajar bahasa, belajar bahasa Inggris, bisa belajar bahasa asing.’

Pak Doan Kampungbae melanjutkan dengan menekankan perlunya sosialisasi lebih lanjut tentang pengetahuan pariwisata bagi masyarakat :

‘Dengan adanya pariwisata merubah berpikir masyarakat yang ada di lingkungan ini, masyarakat kawasan Saya hanya menambah sedikit, karna teman saya sudah . Kami disini semuanya sama. Kedepan perlu memperbanyak sosialisasi tentang masalah pariwisata. Yang ada disini belum menyeluruh, baru sebagian orang yang tahu, yang sudah mengenal pariwisata masih minim.’

Meskipun demikian persoalan benturan budaya dengan masyarakat lokal juga terungkap dalam FGD. Mereka mengatakan bahwa para penduduk lokal keberatan dengan para wisatawan asing yang berpakaian minim berjalan masuk ke kampung mereka

166  

Page 25: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

setelah selesai berjemur atau berenang di pantai. Namun demikian hal ini dapat segera diselesaikan melalui perantara seperti para pemandu wisata, pemilik losmen atau pemerintah setempat yang menyampaikan kepada para wisatawan agar menghindari memakai pakaian minim di wilayah perkampungan. Karena ada ruang-ruang dialog seperti ini sehingga konflik yang lebih serius dapat dihindari. Seperti disampaikan oleh Ibu Fonnie Bawowode dan ditimpali oleh Pak Godman Buang Sampuhi dalam FGD. Ibu Fonnie Bawowode mengatakan:

‘Pada umumnya tidak ada konflik atau kami tidak terganggu hanya ada satu hal yang mengusik kami yakni para wisatawan asing kalau mereka ke pantai mereka menggunakan pakaian yang minim yang tidak sesuai dengan budaya kami disini.’

Pak Godman Buang Sampuhi menyambung:

‘Mereka kalau pergi ke pantai menggunakan pakaian mini dan berenang, setelah mereka mau balik ke kampung, guide sudah menasehati mereka untuk memakai pakaian yang layak.’

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa interaksi antara wisatawan asing dan penduduk lokal harmonis dan tercipta saling pengertian. Karena ada kenyamanan dalam interaksi, benturan-benturan budaya yang serius tidak terjadi di wilayah Tangkoko. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa kondisi Pariwisata di

Tangkoko Batuangus ini khususnya di desa Batuputih masih dalam taraf mulai berkembang. Walaupun masyarakat sering mengeluh karena dirasa adanya ketidakadilan diantara mereka maupun antar guide lokal dengan petugas konservasi, namun selalu ada jalan keluar. Pariwisata model ini memang unik juga karena mempunyai obyek wisata yang justeru adalah kawasan lindung, dan pemerintah setempat belum mengambil inisiatif untuk pengembangan pariwisata lokal, sehingga yang terjadi adalah bertumbuhnya fasilitas wisata yang diperankan oleh masyarakat dan pengusaha dengan segala keterbatasannya. Manfaat yang

167  

Page 26: Bab 7 Tangkoko sebagai Daerah Tujuan Wisata Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/730/8/D_902009101_BAB VII.… · Manado. Akses jalan menuju ketempat ini masih kurang memadai,

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal 

dirasakan masyarakat dari hadirnya usaha pariwisata di kawasan ini adalah manfaat langsung yang bernuansa ekonomis maupun pergaulan dan peningkatan minat untuk menambah pengetahuan minimal bahasa Inggris. Di masa depan ketika hadirnya para investor besar yang membangun hotel-hotel mewah di kawasan ini mungkin manfaat seperti sekarang akan kurang terasa lagi, karena peluang untuk mendapatkan pendapatan dari kegiatan pariwisata menjadi sempit.

Adanya LSM KONTAK yang juga mempunyai akses internasional telah berhasil melatih penduduk setempat untuk menjadi pemandu wisata melalui dana dari donor-donor internasional termasuk pangeran Bernhard dari Kerajaan Belanda yang telah membantu pembangunan menara untuk bird watching pada tahun 2007 yang lalu. Dan hasil interaksi antara masyarakat lokal dengan para turis adalah selain mendapatkan manfaat ekonomis, terutama pula masyarakat menjadi sadar betapa lingkungan tempat mereka bermukim sangat dihargai orang asing, sehingga menjadi kurang etis bila mereka merusak lingkungannya sendiri walau dengan motivasi ekonomis sekalipun. Biasanya kunjungan wisata ke lokasi Tangkoko ini terangkai dengan kunjungan wisata Bunaken, sehingga jarang ada turis yang menginap, kecuali yang menyediakan waktu khusus untuk menikmati keaslian alam dan hewan langka yang ada disini. Umumnya para turis adalah orang muda atau ilmuwan yang sedang mendalami penelitian, sehingga tinggal di Tangkoko dengan segala keterbatasannya dapat diterima dan bahkan mereka mampu beradaptasi dengan masyarakat setempat baik dalam hal makanan maupun dalam hal kepatutan yang disyaratkan kondisi lokal.

168