BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

20
LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 BAB 7 Kebijakan moneter secara konsisten diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Sejalan dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terpelihara dengan baik, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan moneter secara berhati-hati dan terukur guna mendukung pemulihan ekonomi domestik. Kebijakan Moneter

Transcript of BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

Page 1: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

| 113LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017

BAB 7

Kebijakan moneter secara konsisten diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Sejalan dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terpelihara dengan baik, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan moneter secara berhati-hati dan terukur guna mendukung pemulihan ekonomi domestik.

Kebijakan Moneter

Page 2: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017114 |

Kebijakan moneter pada 2017 secara konsisten diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia menempuh stance kebijakan moneter yang sesuai dengan upaya menjaga inflasi dalam kisaran sasarannya dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam tingkat yang aman. Sejalan dengan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan moneter secara berhati-hati dan terukur, melengkapi siklus pelonggaran yang sudah dilakukan sejak 2016. Pelonggaran kebijakan moneter diharapkan dapat memperkuat momentum pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung. Upaya Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi juga ditempuh melalui kebijakan nilai tukar, dengan menjaga stabilitas nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya dan tetap mengedepankan bekerjanya mekanisme pasar. Dalam rangka meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, Bank Indonesia juga memperkuat operasi moneter dan melanjutkan upaya pendalaman pasar keuangan. Upaya pendalaman pasar keuangan dilakukan dengan mengacu tiga pilar arah pengembangan, yaitu: (i) sumber pembiayaan ekonomi dan mitigasi risiko; (ii) infrastruktur pasar; dan (iii) koordinasi kebijakan, harmonisasi ketentuan, dan edukasi. Hal ini antara lain ditempuh melalui pengayaan variasi instrumen serta perluasan basis dan integritas pelaku pasar.

Perkembangan pada 2017 menunjukkan arah kebijakan moneter tersebut dapat ditransmisikan dengan baik, meskipun transmisi melalui jalur kredit belum cukup kuat. Pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga kebijakan BI 7-Day (reverse) Repo Rate (BI-7DRR) diikuti pula dengan penurunan suku bunga pasar uang antarbank dan suku bunga perbankan. Penurunan suku bunga kebijakan juga mendorong kenaikan harga aset pada pasar saham dan obligasi serta peningkatan pembiayaan nonbank. Namun, tantangan transmisi kebijakan moneter masih mengemuka terkait dengan perkembangan kredit perbankan yang masih terbatas. Secara keseluruhan, arah kebijakan moneter dapat menjaga stabilitas makroekonomi pada 2017 seperti tercermin pada inflasi yang berada dalam kisaran sasaran serta defisit transaksi berjalan yang berada dalam level yang sehat. Stabilitas makroekonomi yang terpelihara dengan baik juga didukung oleh koordinasi yang erat antara Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam mengendalikan inflasi, baik di tingkat pusat maupun daerah.

7.1. KebijaKan SuKu bunga dan giro Wajib MiniMuM

Bank Indonesia secara konsisten mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Upaya menjaga stabilitas makroekonomi sangat penting karena akan menjadi pijakan yang kuat untuk memasuki periode pemulihan ekonomi. Dalam kaitan ini, respons kebijakan moneter ditempuh secara terukur dan berhati-hati dengan mempertimbangkan dinamika dan risiko yang bersumber dari ekonomi global dan domestik. Secara umum, stabilitas makroekonomi Indonesia terjaga meski beberapa tantangan mengemuka. Dari sisi global, tantangan berkaitan dengan pemulihan ekonomi dunia yang diikuti dengan normalisasi kebijakan moneter beberapa negara maju sehingga berisiko diikuti pembalikan modal ke negara maju. Dari sisi domestik, di tengah inflasi yang berada dalam tren menurun, tantangan bersumber dari upaya mempercepat proses konsolidasi korporasi dan perbankan untuk mendorong proses pemulihan ekonomi nasional.

Stance kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia sepanjang tahun 2017 sejalan dengan upaya menjaga inflasi dalam kisaran sasarannya dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam tingkat yang aman. Inflasi sepanjang 2017 berada dalam kisaran sasaran dan tercatat 3,61% pada akhir tahun. Kondisi tersebut melanjutkan tren positif tercapainya target inflasi sejak 2015 secara berturut-turut. Ekspektasi inflasi satu dan dua tahun ke depan juga terjangkar serta bergerak stabil dalam kisaran sasaran. Selain itu, defisit transaksi berjalan 2017 juga terkendali pada tingkat yang aman dan menurun menjadi 1,7% dari PDB, dari sebelumnya 1,8% dari PDB pada 2016.

Dalam implementasinya, Bank Indonesia secara berhati-hati dan terukur memanfaatkan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang tersedia. Pada semester I 2017, Bank Indonesia masih mempertahankan level suku bunga kebijakan BI-7DRR yakni 4,75%. Respons kebijakan ini ditempuh antara lain dengan mempertimbangkan ekspektasi inflasi yang meningkat pada semester I 2017 (Grafik 7.1). Pada semester II 2017, Bank Indonesia memanfaatkan ruang pelonggaran yang tersedia dengan menurunkan suku bunga kebijakan pada bulan Agustus dan September 2017 masing-masing sebesar 25 bps sehingga BI-7DRR tercatat sebesar 4,25% (Grafik 7.2). Respons kebijakan ditempuh setelah mempertimbangkan ekspektasi inflasi yang menurun, defisit transaksi berjalan

Page 3: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7 | 115

yang tetap berada pada tingkat yang aman, arah normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat yang lebih jelas, dan ketidakpastian ekonomi yang semakin menurun. Ketidakpastian yang menurun tersebut terlihat pada indeks economic policy uncertainty (EPU) dan volatility index (VIX) (Grafik 7.3).1 Pelonggaran kebijakan moneter 2017 ini melanjutkan siklus pelonggaran yang sudah dilakukan sejak 2016 dan diharapkan dapat menjadi basis memasuki periode pemulihan ekonomi.

Bank Indonesia juga berupaya memperkuat transmisi kebijakan moneter ke suku bunga lebih panjang. Pada 1

1 Economic Policy Uncertainty Index merupakan salah satu pemanfaatan big data untuk

mengukur ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan oleh kebijakan ekonomi. EPU

Indonesia dikembangkan Bank Indonesia berdasarkan metode yang awalnya diterapkan

Baker et al. (2015) untuk mengukur EPU di AS. Adapun VIX merupakan indeks yang

mencerminkan ekspektasi volatilitas pasar saham S&P 500.

Februari 2017, Bank Indonesia menyesuaikan mekanisme lelang operasi pasar terbuka (OPT) dari fixed rate tender (FRT) menjadi variable rate tender (VRT) untuk tenor penempatan di atas satu minggu. Perubahan mekanisme lelang tersebut bertujuan agar penyerapan likuiditas lebih efektif. Penerapan metode VRT, yang disertai penguatan transparansi dan komunikasi kepada pelaku pasar, mendorong suku bunga pasar uang antarbank overnight (PUAB O/N) menjauhi batas bawah koridor suku bunga yakni Deposit Facility (DF) dan mendekati suku bunga kebijakan. Penyesuaian mekanisme lelang OPT menjadi VRT juga mendukung pembentukan yield curve instrumen operasi moneter (Grafik 7.4).

Penguatan strategi operasi moneter Bank Indonesia juga dilakukan dengan mengoptimalkan penyerapan

Sumber: BPS dan Consensus Forecast, diolah

Grafik 7.2. Lorem Ipsum

0,5

0

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

Persen, yoy

Realisasi Inflasi (T-1)

2 31 4 5 62017

7 8 9 10 11 12

Ekspektasi Inflasi 2017 Ekspektasi Inflasi 2018

4,24,2 4,2 4,4 4,3 4,4 4,3 4,2 4,2 4,0 3,9 3,9

4,44,4 4,4 4,3 4,2 4,2 4,2 4,1 4,1 3,8 3,7 3,6

3,0

3,53,8

3,6 4,2

4,3 4,4 3,9 3,8 3,7 3,6 3,3

Grafik 7.1. Ekspektasi dan Realisasi Inflasi 2017

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.3. Lorem Ipsum

2

3

4

6

5

7

8

9

Suku Bunga PUAB O/N BI Rate

BI7DRR

DF Rate

LF Rate

Persen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 122016 2017

Δ BI rate = 100 bps

Δ BI7DRR= 100 bps

Grafik 7.2. Suku Bunga Kebijakan dan Suku Bunga PUAB O/N

Sumber: Bank Indonesia, www.policyuncertainty.com, dan Bloomberg

Grafik 7.1. Lorem Ipsum

0

50

100

150

200

250

350

400

450

0

5

10

15

20

25

30

EPU AS EPU Indonesia VIX (skala kanan)

1 2 3 4

20155 6 7 8 9 101112 1 2 3 4

20165 6 7 8 9 101112 1 2 3 4

20175 6 7 8 9 101112

IndeksIndeks

Grafik 7.3. Economic Policy Uncertainty Index dan Volatility Index (VIX)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.4. Yield Curve Operasi Moneter (OPT)

Persen

Desember 2016 Agustus 2017September 2017 Desember 2017

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

DF 1m 2m 1b 3b 6b 9b 12b

Grafik 7.4. Yield Curve Instrumen Operasi Moneter

Page 4: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017116 |

likuiditas perbankan sehingga dapat menopang efektivitas pengendalian moneter. Volume instrumen operasi moneter tenor panjang seperti Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) semakin meningkat. Kondisi ini tidak saja mengindikasikan pengelolaan likuiditas perbankan semakin baik, tetapi juga dapat berdampak pada pengelolaan likuiditas yang semakin terkendali. Sementara itu, penempatan perbankan ke instrumen operasi moneter tenor pendek seperti DF semakin berkurang, terutama hingga triwulan III 2017 (Grafik 7.5). Kombinasi kedua faktor tersebut mendorong durasi instrumen operasi moneter cenderung meningkat terutama pascalibur Lebaran ketika uang kartal kembali ke dalam sistem perbankan. Sejalan dengan meningkatnya likuiditas perbankan, kurva imbal hasil (yield curve) instrumen operasi moneter juga menurun mengikuti arah penurunan suku bunga kebijakan pada Agustus dan September 2017. Durasi penempatan likuiditas bank di operasi moneter kembali menjadi pendek menjelang akhir tahun dipengaruhi antisipasi bank terhadap kemungkinan peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter, Bank Indonesia melanjutkan reformulasi kerangka operasional kebijakan moneter yang telah dimulai sejak tahun lalu.2 Reformulasi kerangka operasional kebijakan moneter 2017 dilakukan melalui implementasi Giro Wajib Minimum (GWM) rata-rata (averaging) dan pendalaman pasar keuangan. GWM rata-rata yang diimplementasikan sejak Juli

2 Pada 19 Agustus 2016 Bank Indonesia telah melakukan reformulasi kerangka

operasional kebijakan moneter dengan mengubah suku bunga kebijakan, dari BI Rate

menjadi BI 7-Day (reverse) Repo Rate (BI-7DRR).

2017 bertujuan untuk: (i) memberi fleksibilitas dalam pengelolaan likuiditas sehingga meningkatkan efisiensi perbankan; (ii) menjadi bantalan suku bunga sehingga mengurangi volatilitas suku bunga di pasar uang; dan (iii) memberi ruang penempatan likuiditas sehingga mendorong pendalaman pasar keuangan (lihat Boks 7.1. Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Giro Wajib Minimum Rata-rata).

7.2. KebijaKan nilai TuKar

Arah kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi melalui penyesuaian suku bunga kebijakan dan implementasi GWM rata-rata juga didukung dengan kebijakan nilai tukar. Kebijakan nilai tukar ditujukan untuk menjaga stabilitas rupiah agar bergerak sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan tersebut konsisten dengan upaya pencapaian sasaran inflasi dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam tingkat yang aman. Stabilitas rupiah yang terjaga pada nilai fundamentalnya dapat membantu proses penyesuaian ekonomi apabila terdapat gejolak yang bersumber dari eksternal dan membantu mengarahkan ekspektasi inflasi tetap terjaga. Nilai tukar yang stabil juga akan berdampak positif pada keyakinan pelaku pasar dan memitigasi risiko pelaku usaha dalam mentransmisikan pelemahan rupiah secara berlebihan yang kemudian dapat mengganggu pencapaian sasaran inflasi.

Kebijakan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia dalam rangka mengelola stabilitas nilai tukar rupiah sesuai nilai fundamentalnya dilakukan secara terukur. Kebijakan nilai tukar dilakukan dalam rangka mengurangi gejolak yang muncul dari ketidakseimbangan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing (valas), melalui intervensi valas dan dual intervention. Strategi dual intervention dilakukan melalui intervensi jual di pasar valas yang disertai dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Strategi dual intervention dilakukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan sekaligus menjaga kecukupan likuiditas rupiah.

Pada tataran operasional, Bank Indonesia juga terus memperkuat pengelolaan likuiditas di pasar valas domestik dengan menambah jadwal lelang Term Deposit (TD) valas untuk tenor lebih dari satu minggu sejak akhir

Grafik 7.5. Posisi Instrumen Operasi Moneter (OPT)

Sumber: Bank Indonesia

Triliun rupiah

2016 2017I II III IV I II III IV

Reverse Repo SBNSBI/S FX Swap SDBIStanding Facilities Term Repo/Depo

-200

-100

0

100

200

300

400

500

600

Grafik 7.5. Posisi Instrumen Operasi Moneter

Page 5: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7 | 117

Februari 2017. Frekuensi lelang TD valas tenor dua minggu, satu bulan, dan tiga bulan bertambah menjadi tiga kali dalam seminggu dari sebelumnya dua kali seminggu. Sementara itu, lelang instrumen fx swap dalam valuta dolar AS tetap dilakukan secara reguler dengan frekuensi dua kali seminggu. Penambahan frekuensi lelang TD valas tersebut direspons positif oleh pasar, terlihat dari preferensi penempatan perbankan pada tenor lebih panjang yang cenderung meningkat. Kondisi tersebut tercermin dari komposisi TD valas tenor overnight yang dalam tren menurun, sementara pangsa TD valas tenor lebih panjang cenderung meningkat (Grafik 7.6). Adanya penambahan frekuensi penempatan di tenor lebih panjang juga berdampak pada berkurangnya fluktuasi pengelolaan likuiditas valas dalam tenor pendek sehingga likuiditas valas di pasar domestik tetap terjaga. Pengelolaan likuiditas valas domestik juga dilakukan melalui penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) dalam valas untuk tenor di atas tiga bulan. Langkah tersebut mendukung upaya pendalaman pasar keuangan melalui karakteristik instrumen yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.

Kebijakan nilai tukar diperkuat dengan upaya memperbaiki struktur permintaan dan penawaran pasar valas domestik. Upaya yang dilakukan Bank Indonesia antara lain meliputi penguatan implementasi aturan kewajiban penggunaan rupiah di wilayah NKRI dan kewajiban bagi korporasi nonbank yang memiliki utang luar negeri untuk mengelola ULN secara berhati-hati sesuai ketentuan Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati-hatian (KPPK). Selain itu, Bank Indonesia juga memperkuat serta memperluas instrumen di pasar valas dengan

mengakomodasi kebutuhan lindung nilai (hedging) atas kegiatan ekonomi yang menggunakan valuta nondolar AS. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia telah membuka transaksi swap lindung nilai dalam mata uang yen (JPY), euro (EUR), dan renminbi (CNH) pada akhir tahun 2017. Upaya perbaikan struktur pasar valas domestik terlihat cukup positif yang ditandai dengan meningkatnya pasokan valas korporasi dalam negeri. Adapun permintaan valas baik oleh korporasi maupun ritel dalam negeri cenderung menurun (Grafik 7.7).

Bank Indonesia juga mendorong penggunaan mata uang lokal (local currency settlement/LCS) untuk mendukung penyelesaian transaksi perdagangan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi risiko nilai tukar dan ketergantungan terhadap satu mata uang. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia, Bank of Thailand, dan Bank Negara Malaysia telah menandatangani kesepakatan pembentukan kerangka kerja sama dalam mendorong penyelesaian perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal pada 11 Desember 2017 di Jakarta. Kesepakatan antarbank sentral tersebut diharapkan dapat menurunkan biaya transaksi karena dilakukan dengan direct quotation dan tidak terbebani biaya konversi silang (cross currency) dari rupiah ke dolar AS dan selanjutnya ke mata uang negara yang dituju. Kondisi tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan mata uang rupiah terhadap satu mata uang, mengembangkan pasar mata uang regional, serta membuka akses dan partisipasi aktif pelaku perdagangan antarnegara yang bersepakat melakukan LCS.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.7. Komposisi TD Valas Konvensional

Per Tenor

O/N 1 Minggu 2 Minggu 1 Bulan 3 Bulan

I II III IV I II III IV I II III IV2015 20172016

Persen

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Grafik 7.6. Komposisi Term Deposit (TD) Valas Konvensional Berdasarkan Tenor

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.6. Permintaan Valas Korporasi dan Individu

Korporasi Individu

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV2012 20152014 201720162013

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Miliar dolar AS per bulan

Grafik 7.7. Permintaan Valas Korporasi dan Individu

Page 6: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017118 |

Jenis Fasilitas Tujuan Fasilitas Nilai Fasilitas Penandatanganan Perjanjian Masa Berlaku Keterangan

ASEAN Swap Arrangement

Kerja sama multilateral dalam bentuk swap antara USD/JPY/Eur dengan mata uang domestik sepuluh negara ASEAN, bertujuan untuk menyediakan bantuan likuiditas jangka pendek bagi negara anggota yang mengalami permasalahan neraca pembayaran

2 miliar dolar AS (maksimum fasilitas yang dapat ditarik Indonesia sebesar 600 juta dolar AS)

17 November 2017 2 Tahun

Perpanjangan beberapa kali sejak penandatanganan pertama pada November 2005

CMIM

Kerja sama multilateral dalam bentuk swap antara USD dengan mata uang domestik negara anggota ASEAN+3, bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuiditas akibat permasalahan neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek di kawasan

240 miliar dolar AS (maksimum fasilitas yang dapat ditarik Indonesia sebesar 22,76 miliar dolar AS)

17 Juli 2014 Tidak terbatas

Amandemen perjanjian untuk penguatan fasilitas CMIM. Perjanjian awal ditandatangani Maret 2010

Bilateral Swap Arrangement BI-BoJ

Kerja sama bilateral dalam bentuk swap antara USD dengan rupiah, bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuiditas potensial dan/ atau aktual

22,76 miliar dolar AS 12 Desember 2016 3 Tahun

Perpanjangan dilakukan beberapa kali sejak penandatanganan pertama pada 17 Februari 2003, dengan peningkatan nilai dan jenis fasilitas

Bilateral Currency Swap Arrangement BI-BoK

Kerja sama bilateral keuangan dalam bentuk swap KRW dan rupiah, bertujuan untuk meningkatkan perdagangan bilateral antara Indonesia-Korea serta memperkuat kerja sama keuangan yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi kedua negara

10,7 triliun won Korea/Rp115 triliun (ekuivalen 10 miliar dolar AS)

6 Maret 2017 3 Tahun

Bilateral Currency Swap Arrangement BI-RBA

Kerja sama bilateral keuangan dalam bentuk swap AUD dan rupiah, bertujuan untuk meningkatkan perdagangan bilateral antara Indonesia-Australia, dan tujuan lainnya sesuai kesepakatan kedua belah pihak

10 miliar dolar Australia (ekuivalen Rp100 triliun)

15 Desember 2015 3 Tahun Jatuh tempo pada 15 Desember 2018

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 7.1. Kerja Sama Swap Arrangement

Kebijakan nilai tukar juga didukung upaya untuk memperkuat kecukupan cadangan devisa yang berperan sebagai first line of defense dalam merespons gejolak di pasar keuangan. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2017 tercatat 130,2 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir 2016 sebesar 105,9 miliar dolar AS dan merupakan posisi tertinggi dalam sejarah (Grafik 7.8). Peningkatan cadangan devisa terutama bersumber dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penerbitan global bonds, dan hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,6 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Posisi cadangan devisa yang berada di atas standar internasional ini akan meningkatkan keyakinan pelaku pasar terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan perbaikan persepsi risiko investor asing terhadap Indonesia.

Penguatan cadangan devisa didukung dengan penguatan second line of defense melalui peningkatan peran jaring pengaman keuangan internasional. Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.8. Lorem Ipsum

0

30

60

90

120

150

4

5

6

7

8

9

Miliar dolar AS Bulan

Cadangan DevisaKecukupan Pemenuhan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah(skala kanan)

1 2 3 42015

5 6 7 8 9 1 2 3 42016

5 6 7 8 9 1 2 3 42017

5 6 7 8 9

130,2

101112 101112 101112

Grafik 7.8. Perkembangan Cadangan Devisa

Page 7: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7 | 119

telah memiliki fasilitas second line of defense dalam bentuk kerja sama ketahanan sistem keuangan regional (regional financial arrangement) dan kerja sama bilateral dengan berbagai negara mitra. Fasilitas tersebut meliputi ASEAN Swap Arrangement (ASA), The Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM), dan Bilateral Swap Arrangement (BSA) Bank Indonesia – Bank of Japan (Tabel 7.1).

Dalam konteks regional, Bank Indonesia juga telah menjalin kerja sama swap arrangement dengan negara-negara ASEAN dalam bentuk ASA. Kerja sama swap arrangement tersebut bernilai dua miliar dolar AS dan berlaku hingga 2019. ASA dapat digunakan untuk membantu pemenuhan kebutuhan likuiditas jangka pendek bagi negara anggota yang mengalami tekanan neraca pembayaran. Bank Indonesia juga memiliki skema BSA dengan Bank of Japan (BoJ) berupa pertukaran mata uang (swap) antara rupiah dengan dolar AS. Kerja sama dilakukan untuk mengatasi kesulitan likuiditas akibat permasalahan neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek. Kerja sama BSA bernilai 22,8 miliar dolar AS, yang pertama kali ditandatangani pada 17 Februari 2003 dan terakhir diperpanjang pada 12 Desember 2016 dengan masa berlaku tiga tahun.

Dalam rangka mendorong perdagangan bilateral dan menjamin penyelesaian transaksi dengan menggunakan mata uang lokal kedua negara, Bank Indonesia juga memperkuat kerja sama melalui skema bilateral currency swap arrangement (BCSA). Kerja sama dilakukan dengan Bank of Korea (BoK) dan Reserve Bank of Australia (RBA). Bagi Indonesia, kerja sama diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan dolar AS sehingga mendorong terciptanya stabilitas nilai tukar rupiah. BCSA antara BI-BoK telah ditandatangani pada 2014 dengan masa berlaku tiga tahun dan telah diperpanjang pada 6 Maret 2017, dengan nilai fasilitas sebesar Rp115 triliun. Sementara itu, BCSA antara BI-RBA ditandatangani pada 15 Desember 2015. Perjanjian tersebut memungkinkan dilakukannya transaksi swap mata uang lokal kedua negara senilai 10 miliar dolar Australia atau setara dengan Rp100 triliun.

7.3. PENDALAMAN PASAR KEUANGAN

Arah kebijakan moneter juga didukung dengan upaya Bank Indonesia untuk terus melakukan berbagai langkah pendalaman pasar keuangan. Upaya tersebut ditempuh

guna meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, memperluas sumber pembiayaan ekonomi, dan memitigasi risiko gejolak pasar keuangan. Langkah pendalaman pasar uang dilakukan Bank Indonesia melalui sejumlah inisiatif strategis yang terbagi kedalam tiga pilar pengembangan: (i) sumber pembiayaan ekonomi dan mitigasi risiko; (ii) infrastruktur pasar; dan (iii) koordinasi kebijakan, harmonisasi ketentuan, dan edukasi. Upaya tersebut berhasil menjaga momentum pendalaman pasar seperti tercermin pada peningkatan transaksi di pasar uang dan pasar valas (Grafik 7.9 dan Grafik 7.10). Di samping itu, perkembangan positif juga muncul dari sisi ketersediaan variasi instrumen, perluasan basis investor, dan kredibilitas pelaku pasar keuangan. Perkembangan pasar keuangan tersebut mampu mendorong semakin efektifnya transmisi

Sumber: Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan KSEI, diolah

Grafik 7.9. Perkembangan Pasar Uang

Triliun rupiah Persen

0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

0

5

10

15

20

25

30

35

2013 2014 2015 2016 2017

Rasio Outstanding Pasar Uang Rupiah terhadap PDB (skala kanan)

Rata-rata Harian Volume Transaksi Pasar Uang

Grafik 7.9. Perkembangan Pasar Uang Rupiah

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.10. Perkembangan Pasar Valas

Miliar dolar AS Persen

Rasio Rata-rata Harian Volume Transaksi Pasar Valasterhadap Trade Flows (skala kanan)

Rata-rata Harian Volume Transaksi Pasar Valas

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1,4

1,6

1,8

2,0

0

1

2

3

4

5

6

2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 7.10. Perkembangan Pasar Valas

Page 8: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017120 |

terbuka. Berdasarkan pengalaman di sejumlah negara seperti Tiongkok, Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang, sertifikat deposito dapat menjadi instrumen pasar uang yang dapat diandalkan sebagai sumber pendanaan bagi perbankan dan ditransaksikan secara likuid di pasar sekunder.

Dalam kaitan dengan pengembangan instrumen pasar uang tersebut, Bank Indonesia juga telah membuka pendaftaran bagi lembaga pendukung pasar uang yang akan memberikan jasa dalam penerbitan dan transaksi surat berharga komersial. Hal ini bertujuan untuk memastikan terjaganya integritas dan kompetensi dari lembaga pendukung pasar uang sehingga penerbitan surat berharga komersial yang mulai berlaku pada tahun 2018 dapat dijalankan dengan hati-hati dan efisien.

Upaya lanjutan pengembangan pilar pertama juga dilakukan pada instrumen pasar valas, khususnya dalam mendorong korporasi domestik melakukan aktivitas lindung nilai. Bank Indonesia terus mendorong perbankan domestik untuk mampu menyediakan instrumen lindung nilai dalam bentuk structured product call-spread option (CSO). Hal ini diatur di dalam PBI No.18/18/PBI/2016 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Domestik dan PBI No.18/19/PBI/2016 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing. Untuk memperkuat efektivitas kebijakan tersebut, koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus dilakukan untuk memastikan penyediaan instrumen lindung nilai CSO oleh perbankan domestik dapat ditingkatkan dengan tetap menjaga penerapan prinsip prudensial perbankan. Pada tahun 2017, telah terdapat tujuh (7) bank yang menyediakan fasilitas transaksi CSO dengan nilai transaksi yang terus meningkat (Grafik 7.12). Potensi permintaan oleh korporasi nonbank juga tinggi, mengingat mulai tahun 2017 kewajiban lindung nilai bagi korporasi nonbank harus dilakukan melalui bank domestik sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur prinsip kehati-hatian pengelolaan utang luar negeri.

Bank Indonesia juga terus mendorong pengembangan pilar kedua, yaitu infrastruktur pasar, dalam bentuk penguatan kredibilitas Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) sebagai suku bunga referensi pendanaan jangka pendek. Dalam kaitan ini, bank kontributor didorong agar semakin terbiasa memanfaatkan mekanisme kuotasi yang ditransaksikan (tradable) dengan penyampaian kuotasi yang semakin riil sehingga dapat meningkatkan

kebijakan moneter melalui pembentukan struktur suku bunga (yield curve) pasar uang yang responsif terhadap stance kebijakan moneter Bank Indonesia. Sementara itu, transmisi melalui nilai tukar diperkuat melalui likuiditas dan struktur pasar valas yang semakin sehat.

Dari sisi pengembangan pilar pertama yakni sumber pembiayaan ekonomi dan mitigasi risiko, Bank Indonesia mendorong penerbitan instrumen pasar uang oleh korporasi bank dan nonbank, yang telah lama tidak berkembang sejak krisis keuangan Asia tahun 1997. Hal tersebut dilakukan melalui penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.19/2/PBI/2017 tentang Transaksi Sertifikat Deposito di Pasar Uang dan PBI No.19/9/PBI/2017 tentang Penerbitan dan Transaksi Surat Berharga Komersial. Ketentuan tersebut mengatur sejumlah prinsip utama antara lain standardisasi instrumen, mekanisme transaksi di pasar uang, kehati-hatian penerbit dan lembaga pendukung, serta kewajiban memperoleh izin dan pengawasan oleh Bank Indonesia.

Setelah penerbitan kebijakan terkait sertifikat deposito, minat perbankan dalam menerbitkan instrumen pasar uang dalam bentuk sertifikat deposito semakin meningkat. Sejak pemberlakuan Peraturan OJK (POJK) tentang penerbitan sertifikat deposito oleh bank pada 2015 dan PBI tentang transaksi sertifikat deposito di pasar uang pada 2017, posisi sertifikat deposito dalam tren meningkat dari Rp4,9 triliun pada triwulan IV 2014 menjadi Rp21,6 triliun pada akhir triwulan IV 2017 (Grafik 7.11). Jumlah bank penerbit juga terus meningkat dan menjadi 19 bank pada tahun 2017. Ke depan, potensi pengembangan lebih lanjut masih

0

5

10

15

20

0

5

10

15

20

25

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016 2017

Sumber: KSEI, diolah

Grafik 7.11. Perkembangan Penerbitan Sertifikat

Deposito

Triliun rupiah Jumlah bank

Kumulatif Jumlah Bank Penerbit (skala kanan)

Nilai Outstanding Penerbitan

Grafik 7.11. Perkembangan Penerbitan Sertifikat Deposito

Page 9: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7 | 121

kredibilitas JIBOR. Sejauh ini, perkembangan positif mulai terlihat, khususnya pada spread suku bunga JIBOR terhadap suku bunga PUAB untuk tenor overnight (O/N) sampai dengan 3 bulan yang semakin kecil dibandingkan dengan tahun lalu (Grafik 7.13). Sejalan dengan hal tersebut, penggunaan JIBOR sebagai suku bunga referensi untuk perhitungan nilai kontrak derivatif dan kredit dengan suku bunga mengambang (floating) semakin banyak dilakukan oleh pelaku pasar.

Bank Indonesia juga melakukan penguatan dari sisi infrastruktur pasar keuangan dan kode etik pelaku pasar. Bank Indonesia telah membentuk gugus tugas (task force) pendirian Central Counterparty (CCP) Derivatif Indonesia untuk mengurangi risiko kredit dan meningkatkan efisiensi dalam transaksi derivatif. Gugus tugas yang dibentuk

bersama dengan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan telah menyusun roadmap pembentukan CCP Derivatif Indonesia. Penyusunan roadmap tersebut akan diikuti dengan pendirian lembaga, uji coba, sampai dengan implementasi secara penuh.

Dalam rangka memperkuat kredibilitas pasar keuangan, Bank Indonesia telah menerbitkan PBI No.19/5/PBI/2017 tentang Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar. Ketentuan tersebut mengatur mengenai kewajiban pelaku pasar untuk memastikan direksi dan pegawai yang melakukan aktivitas tresuri memiliki sertifikasi tresuri sesuai dengan klasifikasi dan tingkatan sertifikat tertentu. Di samping itu, pelaku pasar wajib memiliki prosedur internal untuk mendorong penerapan kode etik pasar dalam aktivitas tresuri.

Terkait dengan pengembangan pilar ketiga yaitu koordinasi kebijakan, harmonisasi ketentuan, dan edukasi, Bank Indonesia melakukan capacity building terhadap bank kelompok BUKU 1, BUKU 2, dan Bank Pembangunan Daerah bersama-sama dengan Indonesia Foreign Exchange Market Committee (IFEMC). Capacity building dilakukan untuk meningkatkan pemahaman mengenai operasional transaksi repo dan Global Master Repurchase Agreement (GMRA) Indonesia.3 Langkah ini merupakan kelanjutan dari inisiatif Bank Indonesia pada tahun 2016 yang memfasilitasi penandatanganan GMRA Indonesia oleh perbankan sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan. Capacity building yang dilakukan berhasil menjaga tren peningkatan volume transaksi repo yang telah terjadi sejak tahun 2013. Di sisi lain, pemahaman operasional terhadap transaksi repo yang lebih baik juga meningkatkan variasi dari tenor transaksi repo dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Grafik 7.14).

Koordinasi juga dilakukan melalui dukungan penyusunan pedoman pelaksanaan standard operating procedure (SOP) lindung nilai untuk korporasi BUMN yang telah mengakomodir penggunaan instrumen structured product seperti CSO. Inisiatif tersebut mendorong secara efektif peningkatan aktivitas lindung nilai oleh korporasi BUMN, yang sebelumnya dihadapkan pada keterbatasan untuk mengakses instrumen lindung nilai CSO yang memiliki biaya yang lebih ekonomis dan struktur yang lebih fleksibel.

3 Berdasarkan POJK No 9/POJK.04/2015 tentang Pedoman Transaksi Repurchase

Agreement Bagi Lembaga Jasa Keuangan, setiap transaksi repo yang dilakukan

lembaga jasa keuangan harus menggunakan GMRA Indonesia.

131

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.14. Perkembangan Transaksi CSO

Juta dolar AS

Grafik 7.12. Perkembangan Nilai Transaksi CSO

0

5

10

15

20

25

O/N 1 minggu 1 bulan 3 bulan

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.13. Spread suku bunga JIBOR dan PUAB

bps

2016 2017

Grafik 7.13. Spread Suku Bunga JIBOR dan PUAB

Page 10: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017122 |

Dari sisi pendalaman pasar keuangan syariah, inisiatif Bank Indonesia difokuskan pada pengembangan instrumen dan perluasan basis pelaku pasar. Bank Indonesia mengkaji pengembangan wakaf-linked sukuk dan sukuk korporasi bagi lembaga sosial Islam. Bank Indonesia juga sedang mengkaji pengembangan sertifikat deposito syariah sebagai alternatif pendanaan bank syariah bekerja sama dengan OJK. Dari sisi perluasan basis pelaku pasar, Bank Indonesia juga terus melakukan pengembangan kapasitas pelaku pasar melalui edukasi dalam penggunaan instrumen lindung nilai syariah.

7.4. TranSMiSi KebijaKan MoneTer

Arah kebijakan moneter yang ditempuh pada 2017 secara umum dapat ditransmisikan dengan baik, meskipun transmisi ke jalur kredit belum cukup kuat. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga berjalan baik, sebagaimana tercermin pada perkembangan suku bunga yang menurun sejalan dengan penurunan suku bunga kebijakan. Transmisi melalui jalur harga aset juga berjalan, terindikasi dari peningkatan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar SBN serta kenaikan pembiayaan nonbank. Sementara itu, perkembangan kredit lebih terbatas, yakni tumbuh 8,2% pada 2017 di tengah penurunan suku bunga kredit yang masih berlanjut. Perkembangan kredit yang belum cukup kuat kemudian berpengaruh kepada perkembangan besaran moneter, khususnya pada uang beredar dalam arti luas (M2) yang masih tumbuh stabil dibandingkan dengan perkembangan tahun sebelumnya.

Transmisi Jalur Suku Bunga

Pada 2017, transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga menjadi semakin kuat. Pergerakan suku bunga PUAB O/N semakin selaras dan mendekati suku bunga kebijakan. Transmisi suku bunga kebijakan kepada suku bunga PUAB O/N yang semakin baik tersebut, selain didukung reformulasi kerangka operasional kebijakan moneter yang telah ditempuh pada 2016, juga didorong penguatan strategi operasi moneter. Penurunan suku bunga kebijakan sebesar 200 bps sejak 2016, diikuti penurunan suku bunga PUAB O/N sebesar 192 bps, menjadi sebesar 3,90% pada akhir Desember 2017. Rata-rata harian spread antara suku bunga kebijakan dan PUAB O/N pasca implementasi BI7DRR tercatat 43 bps (Grafik 7.15).

Bank Indonesia juga secara konsisten melakukan operasi fine tune kontraksi dan operasi fine tune ekspansi untuk menjaga volatilitas suku bunga PUAB O/N.4 Rata-rata spread min-max PUAB O/N tahun 2017 tercatat sebesar 16 bps, lebih rendah dibandingkan rata-rata 2016 sebesar 26 bps. Hal ini mengindikasikan likuiditas di PUAB semakin meningkat, yang ditunjang oleh aktivitas perdagangan antarbank yang semakin efisien. Selain itu, kondisi likuiditas yang cukup longgar mendukung volatilitas suku bunga PUAB O/N tahun 2017 terjaga pada level yang lebih rendah dibandingkan tahun 2016. Kondisi likuiditas perbankan secara agregat cenderung longgar, terlihat dari rata-rata posisi operasi moneter net yang meningkat dari Rp338 triliun pada 2016 menjadi Rp440 triliun pada 2017.

4 Pada bulan Juni, Bank Indonesia mengaktifkan fine tune ekspansi untuk tenor non-

overnight sebagai respons kebutuhan likuiditas perbankan menjelang libur Lebaran.

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.12. Perkembangan Transaksi Repo

Persen Miliar rupiah

Total Volume (skala kanan)

O/N >O/N - 1 Minggu >1 Minggu - 1 Bulan >1 Bulan

Grafik 7.14. Perkembangan Transaksi Repo

Grafik 7.15. Lorem Ipsum

Sumber: Bank Indonesia

bps

Spread BI Rate & PUAB O/N Spread BI-7DRR & PUAB O/NRata-rata Spread Setelah Implementasi BI-7DRR

30

0

80

130

180

230

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2015 2016 2017

Grafik 7.15. Spread Suku Bunga Kebijakan dan Suku Bunga PUAB O/N

Page 11: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7 | 123

Transmisi pelonggaran kebijakan moneter juga berlanjut pada suku bunga deposito bank. Pada akhir Desember 2017, rata-rata tertimbang (RRT) suku bunga deposito turun 187 bps dibandingkan dengan level awal tahun 2016, atau 94% dari total penurunan suku bunga kebijakan sejak 2016. Penurunan suku bunga deposito tersebut terjadi pada semua tenor, dengan penurunan terbesar masih didominasi tenor-tenor pendek (Grafik 7.16). Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito terbesar terdapat pada kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3 sebesar 181 bps, diikuti bank BUKU 1 (139 bps), BUKU 2 (130 bps), dan BUKU 4 (91 bps). Respons suku bunga deposito terhadap pelonggaran suku bunga kebijakan pada tahun 2017 menjadi semakin kuat, didukung kondisi likuiditas perbankan yang cenderung longgar. Hal ini tercermin dari spread antara suku bunga kebijakan dan RRT suku bunga deposito pada akhir tahun 2017 yang tercatat sebesar 182 bps, atau lebih kecil dibandingkan akhir 2016 sebesar 197 bps.

Sementara itu, respons suku bunga kredit terhadap pelonggaran kebijakan moneter berjalan lebih lambat dengan besaran yang lebih terbatas dibandingkan dengan respons suku bunga deposito. RRT suku bunga kredit pada akhir Desember 2017 tercatat sebesar 11,3%, turun sebesar 153 bps dibandingkan dengan level awal 2016. Transmisi penurunan suku bunga kebijakan kepada suku bunga kredit pada 2017 tercatat sebesar 77% dari total penurunan suku bunga kebijakan sejak 2016, atau lebih kuat dibandingkan siklus pelonggaran sebelumnya yang berada pada kisaran 66-69%. Penurunan suku bunga kredit yang lebih lambat dibandingkan dengan penurunan suku bunga deposito dipengaruhi masih

berlanjutnya proses konsolidasi perbankan, antara lain upaya mengatasi risiko kredit, meningkatkan efisiensi, dan profitabilitas perbankan (lihat Bab 8 Kebijakan Makroprudensial). Walaupun demikian, siklus pelonggaran moneter yang dilakukan sejak 2016 telah mendorong penurunan suku bunga kredit ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir (Grafik 7.17).

Berdasarkan jenis penggunaannya, penurunan terbesar terjadi pada suku bunga kredit modal kerja (KMK) sebesar 178 bps, disusul kredit investasi (KI) sebesar 157 bps, dan kredit konsumsi (KK) sebesar 122 bps (Grafik 7.17). Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga kredit terbesar terdapat pada kelompok bank BUKU 3 (189 bps), diikuti BUKU 2 (160 bps), BUKU 4 (132 bps), dan BUKU 1 (58 bps) (Grafik 7.18). Sejalan dengan itu, spread suku

Sumber: Bank Indonesia

Gra�k 7.16. Lorem Ipsum

Persen

1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan12 Bulan 24 Bulan RRT Suku Bunga Deposito

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Grafik 7.16. Suku Bunga Deposito Berdasarkan Tenor

Sumber: Bank Indonesia

Gra�k 7.17. Lorem Ipsum

Persen Persen, yoy

RRT Suku Bunga Kredit Suku Bunga KISuku Bunga KK Pertumbuhan Kredit (skala kanan)

6

7

8

9

10

11

12

13

10,0

10,5

11,0

11,5

12,0

12,5

13,0

13,5

14,0

14,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Suku Bunga KMK

Grafik 7.17. Pertumbuhan Kredit dan Suku Bunga Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.18. Lorem Ipsum

Persen

BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Grafik 7.18. Suku Bunga Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Page 12: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017124 |

bunga kredit dan deposito turun pada akhir 2017 menjadi sebesar 523 bps, lebih kecil dibandingkan dengan spread akhir tahun 2016 sebesar 532 bps (Grafik 7.19).

Pelonggaran moneter juga ditransmisikan pada perkembangan suku bunga lain di pasar keuangan. Kondisi tersebut tercermin dari rata-rata penurunan yield obligasi pemerintah (SBN) sebesar 161 bps sepanjang 2017. Penurunan terjadi pada semua tenor terutama pada tenor pendek (177 bps). Sementara itu, tenor menengah dan panjang turun dengan besaran lebih kecil, masing-masing 166 bps dan 127 bps (Grafik 7.20). Penurunan yield mendorong kenaikan jumlah pembiayaan nonbank yang meliputi penerbitan obligasi, medium term notes (MTN), promissory notes, negotiable

certificate of deposit (NCD) dan saham (Lihat bab 8 Kebijakan Makroprudensial).

Transmisi Jalur Kredit Perbankan

Transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan masih terus berlangsung, namun relatif terbatas. Pada 2017, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 8,2% (yoy), atau sedikit lebih tinggi dibandingkan capaian 2016 (7,9%). Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit 2017 yang belum optimal dipengaruhi konsolidasi perbankan yang masih berlanjut, antara lain akibat persepsi risiko kredit yang belum menurun signifikan. Kondisi ini mengakibatkan perbankan cenderung lebih berhati-hati, tercermin pada lending standard yang masih tinggi, terutama pada paruh pertama. Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit yang masih terbatas turut dipengaruhi pemulihan ekonomi yang masih berjalan gradual (lihat Bab 8 Kebijakan Makroprudensial).

Transmisi Jalur Harga Aset

Berbeda dengan perkembangan kredit perbankan yang masih terbatas, pelonggaran kebijakan moneter telah mendorong kenaikan harga aset keuangan dan peningkatan pembiayaan nonbank. Kinerja IHSG terus membaik, yang turut didukung oleh faktor fundamental mikro perusahaan dan pasokan yang naik di pasar perdana. Kinerja pasar SBN juga positif sebagaimana tercermin dari cukup besarnya penurunan yield. Pembiayaan pasar keuangan nonbank mencapai Rp309,8 triliun atau tumbuh sebesar 32,2% (yoy). Peningkatan pembiayaan dari nonbank didominasi penerbitan obligasi korporasi (lihat Bab 8 Kebijakan Makroprudensial).

Transmisi Jalur Likuiditas

Pertumbuhan uang primer (M0) pada 2017 meningkat signifikan dari 4,6% pada 2016 menjadi 9,7% (Grafik 7.21). Peningkatan pertumbuhan M0 terutama didorong oleh meningkatnya permintaan uang kartal sejalan dengan mulai meningkatnya kegiatan perekonomian. Uang kartal pada 2017 tumbuh sebesar 15,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumya yang mencapai 8,2%. Tren penurunan suku bunga turut memengaruhi preferensi masyarakat untuk menyimpan uang dalam bentuk yang lebih likuid sehingga mendorong kenaikan signifikan pertumbuhan Sumber: Bloomberg

Gra�k 7.20.

5

4

6

7

8

9

-200

-250

-150

-100

-50

0

Persen bps

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 30

Yield Desember 2016 Yield Desember 2017

Perubahan Yield (skala kanan)

Tenor

Grafik 7.20. Yield SBN Berdasarkan Tenor

Sumber: Bank Indonesia

Gra�k 7.19. Lorem Ipsum

Persen

BI Rate BI-7DRRSpread Suku Bunga Kredit-Deposito (skala kanan)

RRT Suku Bunga Deposito RRT Suku Bunga Kredit

Persen

0

1

2

3

4

5

6

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Grafik 7.19. Spread Suku Bunga Deposito dan Kredit

Page 13: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7 | 125

uang kuartal di masyarakat. Peningkatan pertumbuhan M0 juga bersumber dari kenaikan saldo giro bank di Bank Indonesia sejalan dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK). Sementara itu, kepemilikan SBI dan SDBI yang tercatat dalam M0 mengalami penurunan dibandingkan Desember 2016.5 Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan pertumbuhan M0 pada 2017 didorong oleh: (i) kenaikan net foreign assets (NFA) terkait kenaikan penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah; (ii) penerbitan global bonds; dan (iii) hasil lelang SBBI valas. Sementara itu, pertumbuhan net domestic assets (NDA) menurun disebabkan oleh terbatasnya ekspansi keuangan pemerintah.

5 Kepemilikan SBI dan SDBI yang tercatat sebagai komponen M0 adalah SBI dan SDBI

yang digunakan untuk pemenuhan GWM sekunder yakni menurun dari Rp 87,8 triliun

pada 2016 menjadi Rp 84,1 triliun pada 2017.

Pertumbuhan M1 melambat, meskipun pertumbuhan uang kartal meningkat. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh giro masyarakat di perbankan yang tumbuh terbatas yakni 10,2%, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2016 sebesar 24,5%. Terbatasnya pertumbuhan giro pada 2017 terutama disebabkan giro milik korporasi yang tumbuh lebih rendah sejalan dengan proses konsolidasi yang masih berlanjut. Dengan perkembangan tersebut, M1 tumbuh mencapai 12,4% pada akhir 2017, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi akhir 2016 sebesar 17,3% (Grafik 7.22).

Pertumbuhan M2 pada 2017 juga melambat yakni dari 10,1% pada Desember 2016 menjadi 8,3% (Grafik 7.22). Pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh kontribusi M1 dan uang kuasi yang tumbuh secara gradual (Grafik 7.23).

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 7.21. Pertumbuhan Komponen M0

Persen, yoy

Uang Kartal Giro Bank di Bank Indonesia M0

0

5

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Grafik 7.21. Pertumbuhan Komponen M0

Sumber: Bank Indonesia

Gra�k 7.22. Pertumbuhan Komponen M2

Persen, yoy

Kuasi M1 M2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Grafik 7.22. Pertumbuhan Komponen M2

Sumber: Bank Indonesia

Gra�k 7.23. Kontribusi Komponen M2

Persen, yoy

M2M1 Kuasi

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Grafik 7.23. Kontribusi Komponen Pertumbuhan M2

-5

0

5

10

15

20

Sumber: Bank Indonesia

Gra�k 7.24. Kontribusi Komponen Kuasi

Persen, yoy

Tabungan RupiahKuasi

Deposito RupiahTabungan Valas

Deposito ValasGiro Valas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Grafik 7.24. Kontribusi Komponen Kuasi

Page 14: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017126 |

Perkembangan uang kuasi pada tahun 2017 terutama dikontribusi oleh pertumbuhan deposito dan tabungan dalam denominasi rupiah. Selain itu, peningkatan uang kuasi juga didorong oleh meningkatnya pertumbuhan simpanan dalam valas (Grafik 7.24).

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 didorong oleh melambatnya pertumbuhan NDA (Grafik 7.25). NDA tumbuh melambat dari 8,7% pada tahun 2016 menjadi 4,7% pada tahun 2017 terutama disebabkan belanja bersih pemerintah yang masih terbatas dan ekspansi kredit perbankan yang melambat. Sementara itu, pertumbuhan NFA tahun 2017 meningkat dari 14,0% menjadi 18,7% didukung oleh kenaikan posisi cadangan devisa.

7.5. KoordinaSi KebijaKan MoneTer

Koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dengan Pemerintah dilakukan untuk mendukung kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas makroekonomi. Koordinasi kebijakan diperlukan untuk memperkuat efektivitas bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia, antara lain guna mendukung pencapaian inflasi agar berada dalam kisaran sasaran inflasi.

Koordinasi Pengembangan Pasar Keuangan

Dari sisi koordinasi pengembangan pasar keuangan, Bank Indonesia mendorong korporasi BUMN

untuk melakukan lindung nilai melalui dukungan dalam penyempurnaan pedoman SOP lindung nilai korporasi BUMN. Pedoman yang baru tersebut telah mengakomodasi penggunaan sejumlah instrumen lindung nilai yang baru, seperti CSO. Melalui dukungan penyelesaian pedoman SOP tersebut, korporasi BUMN menjadi memiliki fleksibilitas untuk menggunakan instrumen lindung nilai dengan biaya yang lebih efisien untuk mendukung pelaksanaan manajemen risiko valasnya. Peningkatan lindung nilai oleh BUMN ini juga diharapkan mampu mendorong stabilitas nilai tukar dalam jangka panjang.

Sementara itu, dalam rangka menggali sumber-sumber pembiayaan ekonomi yang baru, Bank Indonesia bersama-sama dengan Kementerian Keuangan dan OJK juga tengah menyusun strategi nasional pengembangan dan pendalaman pasar keuangan (SN-PPPK).6 Strategi tersebut diperlukan untuk menjawab permasalahan kurang terintegrasinya inisiatif-inisiatif pendalaman pasar keuangan akibat pelaksanaan kewenangan masing-masing otoritas yang bersifat cross-cutting. Melalui SN-PPPK diharapkan Indonesia memiliki visi jangka panjang yang ditetapkan bersama dan program kerja yang terukur menuju terbentuknya pasar keuangan yang lebih kuat.

Koordinasi Pengendalian Inflasi

Dari sisi koordinasi pengendalian inflasi, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi kebijakan merupakan bagian dari bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia sehingga dapat memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia. Koordinasi ditempuh dengan mempertimbangkan bahwa sumber tekanan inflasi tidak hanya dari sisi permintaan, tetapi juga berasal dari sisi penawaran seperti gejolak harga pangan dan kenaikan harga komoditas yang diatur Pemerintah (administered prices). Untuk mendukung efektivitas pengendalian inflasi, koordinasi dilakukan baik di tingkat nasional maupun daerah guna memantau dan menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi

6 Bank Indonesia merupakan koordinator Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan

melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK) tahun 2017-2018.

-5

0

5

10

15

20

25

Sumber: Bank Indonesia

Gra�k 7.25. Kontribusi Faktor M2

Persen, yoy

NDA (Kredit) M2NFA NDA (NCG)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011122015 2016 2017

Grafik 7.25. Kontribusi Faktor yang Memengaruhi M2

Page 15: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7 | 127

permasalahan inflasi.7 Pada akhirnya, koordinasi kebijakan diharapkan dapat mendukung pencapaian inflasi sesuai sasaran yang ditetapkan dan mendukung stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Koordinasi pengendalian inflasi telah diperkuat dari sisi dasar hukum dengan diterbitkannya Keputusan Presiden No.23 Tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional.8 Keppres tersebut menaungi mekanisme koordinasi pengendalian inflasi melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi, dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten/Kota.9 Semakin intensifnya koordinasi pengendalian inflasi tercermin dari perkembangan jumlah TPID yang hingga akhir tahun 2017 meningkat menjadi 527 (34 provinsi dan 493 kabupaten/kota), dari sebelumnya 507 pada akhir 2016 (Gambar 7.1). Bank Indonesia bersama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga melakukan koordinasi

7 Koordinasi pengendalian inflasi telah dilakukan sejak diimplementasikannya Inflation

Targeting Framework (ITF) pada 2005 dalam rangka penetapan dan pencapaian

sasaran inflasi. Sementara di tingkat daerah, koordinasi pengendalian inflasi telah

dimulai sejak 2008. Koordinasi tersebut dilakukan melalui forum Tim Pengendalian

Inflasi (TPI) dan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID di tingkat nasional serta TPID

di tingkat daerah.

8 Produk turunan dari dasar hukum ini selanjutnya ditindaklanjuti melalui Permenko No. 10

Tahun 2017 tentang Mekanisme dan Tata Kerja TPIP, TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/

Kota, Kepmenko Bidang Perekonomian No. 148 tahun 2017 tentang Tugas dan

Keanggotaan Kelompok Kerja dan Sekretariat Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), dan

Kepmendagri No.500.05-8135 Tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Daerah.

9 Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) terdiri dari kelompok kerja atau yang biasa disebut

dengan Pokja dan sekretariat. Pokja sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Pokja Pusat

untuk meneruskan tugas TPI sebelumnya dan Pokja Daerah untuk meneruskan tugas

Pokjanas TPID.

melalui Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia (Rakorpusda) serta round table policy dialogue (RTPD). Koordinasi tersebut tidak terbatas pada pengendalian inflasi, namun juga pada agenda reformasi struktural.

Koordinasi dan sinergi kebijakan selama 2017 diarahkan dalam upaya mencapai sasaran inflasi dan mengarahkan ekspektasi pada tingkat rendah dan stabil. Pada awal tahun, Pemerintah bersama Bank Indonesia menyepakati enam langkah strategis untuk menjaga inflasi 2017 agar tetap berada dalam kisaran 4,0±1%.10 Kesepakatan meliputi penetapan langkah-langkah strategis dan penetapan sasaran inflasi ke depan sejalan dengan upaya membawa inflasi tetap rendah dan stabil (Gambar 7.2). Lebih lanjut, Pemerintah dan Bank Indonesia juga menyepakati sasaran inflasi 2019, 2020 dan 2021 masing-masing sebesar 3,5±1%; 3,0±1%; dan 3,0±1%.11 Sasaran inflasi yang lebih rendah tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan prospek dan daya saing perekonomian. Selain itu, penetapan sasaran inflasi tersebut juga bertujuan untuk terus mengarahkan ekspektasi inflasi pada tingkat yang rendah dan stabil.

10 Kesepakatan dilakukan dalam forum koordinasi antarpimpinan lembaga dan

kementerian yang tergabung dalam TPI dan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas TPID)

yang diselenggarakan pada 25 Januari 2017 di Jakarta.

11 Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi

ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

Sasaran inflasi 2019-2021 ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 124/PMK.010/2017.

Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian dan Bank Indonesia

Gambar 7.1. Jumlah dan sebaran TPID (Posisi Desember 2017)

34 TPID Propinsi

50% ≤ TPID < 75% TPID ≤ 50% TPID = 100% 75% ≤ TPID < 100%

493 TPID Kabupaten-Kota

Gambar 7.1. Jumlah dan Sebaran TPID Tahun 2017

Page 16: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017128 |

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 7.2. Enam Langkah Strategis Menjaga Inflasi 2017

Menekan laju inflasi volatile food (VF)menjadi di kisaran 4-5%

Mengendalikan dampaklanjutan dari penyesuaian

kebijakan administered prices (AP), seperti pengendalian tarif

angkutan umum

Melakukan sequencing kebijakan AP,termasuk rencana implementasi konversi

beberapa jenis subsidi langsung menjaditransfer tunai (a.l. pupuk, raskin, dan LPG 3kg)

Memperkuat bauran kebijakan Bank Indonesiauntuk memastikan tetap terjaganya stabilitasmakroekonomi

Memperkuat koordinasi PemerintahPusat dan Daerah denganpenyelenggaraan RakornasVIII TPID tahun 2017 padabulan Juli 2017

Memperkuat kelembagaan TPI dan PokjanasTPID melalui Perpres menjadi TimPengendalian Inflasi Nasional

01

02

06

05

0304

Sebagai upaya untuk mendukung pencapaian sasaran inflasi, koordinasi dan sinergi kebijakan tidak hanya dilakukan di tingkat kementerian/lembaga, namun juga melibatkan Pemerintah Daerah. Penguatan koordinasi antara pusat dan daerah salah satunya dilakukan dalam forum Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Forum ini merupakan forum koordinasi tertinggi yang dimaksudkan untuk merumuskan arah strategi pengendalian inflasi dalam rangka mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional. Fokus utama arahan Presiden dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2017 mencakup: (i) pentingnya pengendalian inflasi untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi; (ii) penguatan infrastruktur pendukung, baik dalam rangka menjaga kelancaran distribusi maupun untuk mendukung pengelolaan pasokan pangan; (iii) penguatan pengawasan harga dan distribusi barang, antara lain dengan mengoptimalkan sistem informasi pangan agar dapat diakses oleh seluruh masyarakat dan dapat mendukung respons kebijakan pengendalian inflasi secara cepat dan tepat; (iv) menjaga ketersediaan stok pangan di daerah melalui kerja sama dengan Bulog maupun kerja sama perdagangan antardaerah; dan (v) mendorong kemudahan perizinan untuk mendukung peningkatan investasi daerah.

Untuk mendukung upaya pencapaian sasaran inflasi tersebut, koordinasi kebijakan difokuskan pada pengendalian harga pangan sehingga dapat menekan laju inflasi volatile food pada kisaran 4-5%. Dalam upaya membawa inflasi volatile food di bawah rata-rata

historisnya, yakni sekitar 9% dalam satu dekade terakhir, diperlukan usaha dan komitmen bersama lintas instansi. Koordinasi pengendalian inflasi pangan utamanya diarahkan pada upaya peningkatan produksi, perbaikan struktur pasar, perbaikan distribusi, peningkatan efisiensi pasar, penguatan regulasi, serta pengelolaan ekspektasi dan edukasi inflasi. Di tingkat daerah, beberapa program kerja TPID yang mendukung prioritas dimaksud antara lain inovasi teknologi produksi hortikultura di Jawa Tengah, kerja sama pemasaran produk pangan melalui e-Commerce di Jakarta, perbaikan infrastruktur pedesaan di Bali, kerja sama perdagangan pangan antara DKI Jakarta dengan daerah lain, serta program kerja lainnya.12

Dalam kaitan dengan upaya mengendalikan inflasi harga pangan, Bank Indonesia juga menempuh kebijakan untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diselaraskan dengan upaya memperbaiki sisi suplai bahan pangan. Bank Indonesia terus memperkuat pengembangan klaster UMKM untuk mendukung sisi pasokan, khususnya pada komoditas pangan strategis yang memengaruhi inflasi volatile food. Komoditas pangan yang dimaksud adalah bawang merah, cabai merah, bawang putih, daging sapi, dan beras. Pengembangan dilakukan dengan pendekatan value chain (hulu-hilir) mulai dari mendorong anggota kelompok tani memproduksi suatu komoditas, memproses untuk meningkatkan nilai tambah, sampai memasarkan produk.

12 Kerja sama perdagangan DKI Jakarta dengan daerah lain untuk mendatangkan

beberapa komoditas, antara lain: bawang merah dengan Kabupaten Brebes, sapi

dengan NTT, dan telur ayam dengan Kabupaten Blitar.

Gambar 7.2. Enam Langkah Strategis Menjaga Inflasi 2017

Page 17: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7 | 129

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 7.3. Lorem Ipsum

2016:

PasarTradisional

Data di 34Provinsi,90 Kotadan 185 Pasar

Data di 21Provinsi,67 Kotadan 133 Pasar

Data di 34Provinsi,63 Kotadan 877 Pasar

PasarModern

PedagangBesar

2017: 2017:

Gambar 7.3. Cakupan PIHPS Nasional Pada 2017Salah satu elemen penting dalam upaya meningkatkan efisiensi pasar guna mengendalikan inflasi adalah perluasan akses masyarakat terhadap informasi harga pangan. Informasi terkait harga pangan yang dapat secara mudah diakses oleh masyarakat diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesenjangan informasi harga, yang pada gilirannya menciptakan stabilitas harga pangan. Bank Indonesia bersama Pemerintah menginisiasi pengembangan pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) berskala nasional, yang berisi “rumah bagi data harga pangan daerah” (Gambar 7.3).13 Program PIHPS Nasional telah diresmikan pada 12 Juni 2017 dan dapat diakses secara luas oleh masyarakat.14

Selain koordinasi pengendalian harga pangan, koordinasi kebijakan dengan Pemerintah juga ditempuh untuk mengelola kelompok administered prices, termasuk pascareformasi subsidi energi. Sejak tahun 2015, Pemerintah melakukan reformasi energi pada komoditas bahan bakar minyak (BBM), tarif tenaga listrik (TTL), dan liquid petroleum gas (LPG). Dinamika harga ketiga komoditas tersebut menjadi lebih mencerminkan dinamika komponen masing-masing komoditas, seperti harga minyak. Koordinasi antara lain dilakukan dengan

13 Inisiatif pengembangan PIHPS Nasional ini sejalan dengan arahan Presiden Republik

Indonesia pada acara Sinergi Aksi Ekonomi untuk Rakyat di Brebes 11 April 2016

untuk dikembangkannya sistem informasi pangan dan sistem koordinasi pengendalian

harga pangan dalam skala nasional.

14 PIHPS Nasional berisi data harga 10 komoditas pangan strategis penyumbang utama

inflasi volatile food dengan 21 varian komoditas dan dapat diakses dengan membuka

laman hargapangan.id atau dengan mengunduh aplikasi PIHPS Nasional versi android

dan iOS.

melakukan sequencing kebijakan AP, termasuk rencana implementasi konversi beberapa jenis subsidi langsung menjadi transfer tunai (seperti pupuk, raskin, dan LPG 3 kg). Koordinasi juga meliputi mitigasi dampak lanjutan penyesuaian harga (second round effect) agar tidak memicu kenaikan ekspektasi inflasi secara berlebihan.

Page 18: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

Boks 7.1.

130 | BAB 7 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017

Bank Indonesia melakukan reformulasi kerangka operasional kebijakan moneter untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Reformulasi tersebut

ditempuh melalui implementasi tiga pilar. Pertama, penguatan sinyal kebijakan moneter melalui reformulasi suku bunga kebijakan. Kedua, penguatan manajemen likuiditas bank melalui penerapan Giro Wajib Minimum (GWM) rata-rata. Ketiga, pengayaan instrumen dan transaksi melalui pendalaman pasar keuangan.

Pada 19 Agustus 2016, pilar pertama dari reformulasi kerangka operasional kebijakan moneter telah diimplementasikan secara resmi dengan mengubah suku bunga kebijakan dari BI Rate menjadi BI 7-day (Reverse) Repo Rate (BI-7DRR). Perubahan suku bunga kebijakan disertai dengan penguatan strategi operasi moneter dengan menjaga koridor suku bunga PUAB simetris dan lebih sempit.

Reformulasi suku bunga kebijakan dilanjutkan dengan implementasi pilar kedua yaitu penerapan kebijakan GWM rata-rata sejak 1 Juli 2017. Implementasi GWM rata-rata dilakukan secara berhati-hati dan bertahap dengan memperhatikan berbagai tantangan, antara lain surplus likuiditas di sistem perbankan dan sebarannya yang tidak merata, minimnya instrumen di pasar uang, dan belum meratanya akses transaksi antarbank. Oleh karena itu, pada tahap awal, implementasi GWM rata-rata hanya berlaku untuk GWM Primer Rupiah di bank konvensional dan dilakukan secara sebagian (partial averaging).

Kebijakan GWM rata-rata tidak mengubah besaran rasio GWM Primer Rupiah yang harus dipenuhi oleh bank yaitu tetap sebesar 6,5% dari dana pihak ketiga (DPK). Namun, terdapat perubahan pada cara pemenuhan yakni dari yang selama ini fixed (6,5% dari DPK) harus dipenuhi secara harian menjadi sebagian (1,5% dari DPK) dapat dipenuhi secara rata-rata selama dua minggu.

Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Giro Wajib Minimum Rata-rata

Sisa kewajiban sebesar 5% dari DPK tetap harus dipenuhi secara harian.

Implementasi GWM rata-rata bertujuan untuk memfasilitasi perbaikan manajemen likuiditas perbankan, mendorong pendalaman pasar keuangan, dan mengurangi volatilitas suku bunga di pasar uang. Penerapan GWM rata-rata memberikan fleksibilitas kepada bank dalam hal jangka waktu pemenuhan GWM, dari sebelumnya harian menjadi dua mingguan. Fleksibilitas tersebut diharapkan memberikan peluang bagi bank untuk memperkuat manajemen likuiditas dan melakukan penempatan di instrumen pasar uang dengan tenor lebih panjang. Dengan demikian, bank diharapkan dapat lebih efisien dalam pengelolaan likuiditas dan turut mendorong upaya pendalaman pasar keuangan.

Implementasi GWM rata-rata juga diharapkan mendorong bank menurunkan jumlah dana berjaga-jaga (precautionary reserve) dan mengurangi ketergantungan pada pasar uang untuk memenuhi kewajiban pemenuhan likuiditas. Dengan demikian, tekanan terhadap pasar uang akan berkurang sehingga suku bunga PUAB dapat lebih stabil.

Sejak implementasi, kebijakan GWM rata-rata telah dimanfaatkan oleh perbankan. Penggunaan GWM rata-rata terus meningkat, baik dari segi jumlah bank maupun besaran dana. Sampai dengan akhir tahun 2017, pengguna GWM rata-rata tercatat sebanyak 49 bank atau 48% dari total 102 bank. Sementara itu, dari maksimum 1,5% GWM yang diijinkan untuk dipenuhi secara rata-rata, bank pada umumnya memilih menggunakan GWM rata-rata pada kisaran 0,64 - 0,90% (Grafik 1).

Implementasi GWM rata-rata telah mendorong peningkatan efisiensi pengelolaan likuiditas perbankan. Peningkatan efisiensi tercermin dari penurunan rata-rata posisi excess reserves (ER), sebuah indikator precautionary reserve, pada bank yang memanfaatkan GWM rata-rata. Pada periode evaluasi, rata-rata posisi ER bank yang memanfaatkan GWM rata-rata turun sebanyak 60,1%, lebih dalam dibandingkan dengan ER industri perbankan secara keseluruhan yang turun 50,1%.1

1 Periode Juli – Desember 2017 dibandingkan Januari – Juni 2017.

Page 19: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia

| 131LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 7

1962

1964

1966

1968

1970

1972

1974

1976

1978

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016

Sumber: UN COMTRADE

Gra�k 1 Box 10.3. Dinamika Sektor Industri Thailand

0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

Share of World Export

Tekstil Elektrik Mesin Otomotif

Grafik 1. Pemanfaatan (Utilisasi) GWM Rata-rata

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1 Boks 7. Pemanfaatan (Utilisasi) GWM Rata-Rata

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1,6

1,4

Persen

0,64 0,67

0,69

0,80

0,80

0,79

0,69

0,90

0,77

0,81

0,75

0,78

1-15Juli

16-31Juli

1-15Agt

16-31Agt

1-15Sep

16-30Sep

1-15Okt

16-31Okt

1-15Nov

16-30Nov

1-15Des

16-31Des

Rata-rata Utilisasi GWM Rata-Rata

1962

1964

1966

1968

1970

1972

1974

1976

1978

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016

Sumber: UN COMTRADE

Gra�k 1 Box 10.3. Dinamika Sektor Industri Thailand

0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

Share of World Export

Tekstil Elektrik Mesin Otomotif

Grafik 2. Volatilitas Suku Bunga PUAB O/N

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2 Boks 7. Volatilitas PUAB O/N

0

10

20

30

40

60

50

bps

Volatilitas PUAB O/N Rata-rata Sebelum ImplementasiRata-rata Setelah Implementasi

1-15April

16-30April

1-15Mei

16-31Mei

1-15Juni

16-30Juni

1-15Juli

16-31Juli

1-15Agt

16-31Agt

1-15Sep

16-30Sep

1-15Okt

16-31Okt

1-15Nov

16-30Nov

1-15Des

16-31Des

Dampak positif implementasi GWM rata-rata terhadap penurunan volatilitas suku bunga PUAB juga mulai terlihat. Pada Juli - Desember 2017, volatilitas suku bunga PUAB O/N tercatat lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas suku bunga PUAB O/N sebelum implementasi GWM rata-rata (Grafik 2). Jangka waktu pemenuhan GWM yang lebih panjang memungkinkan bank untuk tidak meminjam di pasar uang saat suku bunga PUAB sedang tinggi sehingga tidak menambah tekanan kenaikan suku bunga PUAB lebih lanjut.

Ke depan, penguatan dampak implementasi GWM rata-rata terhadap pendalaman pasar keuangan perlu terus dilakukan. Hal ini karena belum banyak terjadi perubahan

jangka waktu penempatan dana di PUAB yang masih didominasi tenor O/N. Proporsi tenor O/N bahkan sedikit meningkat pascaimplementasi GWM rata-rata, dari 64% pada Juli 2017 menjadi 66% pada Oktober 2017 (Grafik 3). Selain itu, penempatan bank di pasar repo juga cenderung turun, dipengaruhi melimpahnya likuiditas perbankan. Dalam jangka panjang, seiring perbaikan di struktur pasar keuangan, implementasi GWM rata-rata diyakini akan mendorong penempatan dana bank di pasar keuangan yang lebih banyak dan pada tenor yang lebih panjang.

1962

1964

1966

1968

1970

1972

1974

1976

1978

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016

Sumber: UN COMTRADE

Gra�k 1 Box 10.3. Dinamika Sektor Industri Thailand

0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

Share of World Export

Tekstil Elektrik Mesin Otomotif

Grafik 3. Tenor Instrumen PUAB

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2 Boks 7. Tenor Instrumen PUAB

Persen

0

20

30

10

40

70

60

50

90

80

100

1 BulanOvernight

2 Bulan2-4 Hari

3 Bulan1 Minggu

>3 Bulan2 Minggu 3 Minggu

4 5 61 2 3 7 8 9 10 11 122017

Page 20: BAB 7 Kebijakan Moneter - Bank Indonesia