Tinjauan Kebijakan Moneter - September...

30

Transcript of Tinjauan Kebijakan Moneter - September...

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Untuk informasi Lebih lanjut hubungi :Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : + 62 21 381 8180+ 62 21 381 8163+ 62 21 381 8119

Fax : + 62 21 345 2489Email : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

1

Tinjauan Kebijakan MoneterSeptember 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada

setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,

November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media

bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan

kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini

atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon

kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Januari,

April, Juli dan Oktober. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi

atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi

moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan

moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3

II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 6

Perkembangan Ekonomi Dunia .................................................... 6

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 9

Inflasi ........................................................................................ 13

Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 15

Kebijakan Moneter .................................................................... 17

Suku Bunga.......................................................................... 17

Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 19

Pasar Saham......................................................................... 21

Pasar SBN ............................................................................. 22

Pasar Reksadana ................................................................... 22

Kondisi Perbankan................................................................ 23

III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 24

Pokok-Pokok Penjelasan ............................................................. 25

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

3

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Proses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibatProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibatProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibatProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibatProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibat

melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China dan Jepang. melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China dan Jepang. melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China dan Jepang. melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China dan Jepang. melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China dan Jepang. Perlambatan

ekonomi di AS terutama disebabkan oleh tingkat pengangguran yang

masih tinggi sehingga konsumsi rumah tangga masih lemah. Daya beli

rumah tangga yang masih lemah tersebut menyebabkan kegiatan di sektor

industri melambat. Di Jepang, perlambatan ekonomi terutama bersumber

dari menurunnya kinerja ekspor yang dipicu oleh penguatan yen terhadap

dolar AS yang mencapai tingkat tertinggi selama 15 tahun terakhir.

Sementara itu pengetatan kebijakan perkreditan telah menurunkan

kegiatan investasi dan konsumsi di China. Kebijakan tersebut

menyebabkan perekonomian China mengalami perlambatan meskipun

pertumbuhannya masih berada pada level yang relatif tinggi.

Kinerja ekonomi domestik terus membaik, namun belum merata. Kinerja ekonomi domestik terus membaik, namun belum merata. Kinerja ekonomi domestik terus membaik, namun belum merata. Kinerja ekonomi domestik terus membaik, namun belum merata. Kinerja ekonomi domestik terus membaik, namun belum merata. Hal itu

ditandai dengan peranan konsumsi rumah tangga yang tinggi, sementara

peran investasi meski meningkat namun belum optimal. Dari sisi sektoral,

pertumbuhan yang tinggi terjadi pada sektor non-tradable, sementara

sektor tradable khususnya sektor industri masih tumbuh terbatas.

Beberapa kendala investasi menyebabkan kapasitas ekonomi masih

tumbuh terbatas. Dalam kondisi tersebut, upaya mendorong akselerasi sisi

permintaan harus disesuaikan sehingga kemampuan sisi penawaran dapat

meresponsnya.

Perkembangan inflasi IHK di bulan Agustus 2010 diwarnai olehPerkembangan inflasi IHK di bulan Agustus 2010 diwarnai olehPerkembangan inflasi IHK di bulan Agustus 2010 diwarnai olehPerkembangan inflasi IHK di bulan Agustus 2010 diwarnai olehPerkembangan inflasi IHK di bulan Agustus 2010 diwarnai oleh

meningkatnya tekanan dari sisi fundamental, sementara tekananmeningkatnya tekanan dari sisi fundamental, sementara tekananmeningkatnya tekanan dari sisi fundamental, sementara tekananmeningkatnya tekanan dari sisi fundamental, sementara tekananmeningkatnya tekanan dari sisi fundamental, sementara tekanan

nonfundamental, khususnya kelompok nonfundamental, khususnya kelompok nonfundamental, khususnya kelompok nonfundamental, khususnya kelompok nonfundamental, khususnya kelompok volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food, mereda. , mereda. , mereda. , mereda. , mereda. Tekanan

inflasi inti di bulan Agustus 2010 terutama bersumber dari penyesuaian

biaya pendidikan seiring dengan pola musiman tahun ajaran baru, serta

kenaikan tarif angkutan udara. Selain itu, kenaikan kelompok pangan

olahan akibat tingginya inflasi kelompok bahan pangan (volatile food)

serta pengaruh musiman kenaikan permintaan menjelang hari raya

keagamaan turut memberi tekanan pada inflasi kelompok inti. Dari sisi

eksternal, dampak imported inflation akibat kenaikan harga komoditas

global dan inflasi mitra dagang belum memberikan tekanan berarti pada

inflasi inti, seiring dengan tren apresiasi rupiah. Dari sisi nonfundamental,

tekanan inflasi selama Agustus 2010 terutama bersumber dari kenaikan

tarif dasar listrik untuk rumah tangga. Sementara itu, tekanan inflasi dari

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

4

kelompok volatile food menunjukkan penurunan seiring dengan terjadinya

panen pada beberapa komoditas bumbu dan sayur mayur. Dengan

berbagai perkembangan tersebut, inflasi IHK pada bulan Agustus 2010

tercatat sebesar 0,76% (mtm), atau menurun dibanding periode

sebelumnya. Namun secara tahunan, tekanan inflasi masih menunjukkan

peningkatan, yaitu dari 6,22% (yoy) di Juli 2010 menjadi 6,44% (yoy).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih mencatat surplus.Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih mencatat surplus.Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih mencatat surplus.Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih mencatat surplus.Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih mencatat surplus.

Hal itu terutama didukung oleh kinerja transaksi modal dan finansial (TMF)

terkait dengan meningkatnya aliran modal masuk kelompok investasi

portofolio yang cukup tinggi. Sementara dari sisi transaksi berjalan, impor

menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi. Peningkatan impor

tersebut merupakan respons dari meningkatnya kegiatan ekonomi

domestik, termasuk persiapan menjelang hari raya keagamaan. Dengan

berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa per 31 Agustus 2010

mencapai 81,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Selama bulan Agustus 2010, nilai tukar rupiah bergerak denganSelama bulan Agustus 2010, nilai tukar rupiah bergerak denganSelama bulan Agustus 2010, nilai tukar rupiah bergerak denganSelama bulan Agustus 2010, nilai tukar rupiah bergerak denganSelama bulan Agustus 2010, nilai tukar rupiah bergerak dengan

kecenderungan menguat, ditopang persepsi positif terhadapkecenderungan menguat, ditopang persepsi positif terhadapkecenderungan menguat, ditopang persepsi positif terhadapkecenderungan menguat, ditopang persepsi positif terhadapkecenderungan menguat, ditopang persepsi positif terhadap

perekonomian dan imbal hasil instrumen rupiah yang tinggi. perekonomian dan imbal hasil instrumen rupiah yang tinggi. perekonomian dan imbal hasil instrumen rupiah yang tinggi. perekonomian dan imbal hasil instrumen rupiah yang tinggi. perekonomian dan imbal hasil instrumen rupiah yang tinggi. Kuatnya daya

tarik tersebut mendorong kembali masuknya dana asing yang cukup

signifikan ke instrumen di pasar keuangan. Pada periode laporan, rata-rata

nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp8.972 per USD, atau menguat 0,78%

mtm. Pada akhir Agustus 2010, rupiah ditutup pada level Rp9.035 per

USD atau melemah 0,95% (point to point) dibandingkan dengan akhir Juli

2010. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut dibarengi volatilitas yang

sedikit meningkat. Selama Agustus 2010 volatilitas pergerakan rupiah rata-

rata mencapai 0,28%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar

0,19%.

Kinerja pasar keuangan domestik membaik, tercermin pada IHSG yangKinerja pasar keuangan domestik membaik, tercermin pada IHSG yangKinerja pasar keuangan domestik membaik, tercermin pada IHSG yangKinerja pasar keuangan domestik membaik, tercermin pada IHSG yangKinerja pasar keuangan domestik membaik, tercermin pada IHSG yang

meningkat dan yield SUN yang menurun untuk semua tenormeningkat dan yield SUN yang menurun untuk semua tenormeningkat dan yield SUN yang menurun untuk semua tenormeningkat dan yield SUN yang menurun untuk semua tenormeningkat dan yield SUN yang menurun untuk semua tenor. Hal itu antara

lain dipengaruh oleh besarnya arus masuk modal asing. Dari sisi transmisi

kebijakan moneter, kecenderungan penurunan suku bunga perbankan

masih berlanjut. Suku bunga perbankan, baik simpanan maupun kredit

masih terus turun, meski melambat dan dengan spread yang semakin

kecil. Dari jalur kredit, pertumbuhan kredit menunjukkan tren yang

meningkat, terutama didorong oleh kredit konsumsi, meskipun kontribusi

kredit investasi dan KMK juga menunjukkan peningkatan. Dari sisi

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

5

likuiditas, kondisi likuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.

Stabilitas sistem keuangan, masih terjaga dan didukung oleh kondisi sektorStabilitas sistem keuangan, masih terjaga dan didukung oleh kondisi sektorStabilitas sistem keuangan, masih terjaga dan didukung oleh kondisi sektorStabilitas sistem keuangan, masih terjaga dan didukung oleh kondisi sektorStabilitas sistem keuangan, masih terjaga dan didukung oleh kondisi sektor

perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, sertaperbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, sertaperbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, sertaperbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, sertaperbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, serta

membaiknya fungsi intermediasi perbankanmembaiknya fungsi intermediasi perbankanmembaiknya fungsi intermediasi perbankanmembaiknya fungsi intermediasi perbankanmembaiknya fungsi intermediasi perbankan. Hal itu antara lain ditunjukkan

oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio)

perbankan yang saat ini mencapai 16,6% dan terjaganya rasio kredit

bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5,0%. Peningkatan

fungsi intermediasi perbankan tercermin pada angka pertumbuhan kredit

yang meningkat mencapai 20,3% (yoy) pada Agustus 2010.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010

memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Namun

demikian dengan mempertimbangkan adanya potensi tekanan inflasi ke

depan, Dewan Gubernur memandang penting untuk menaikkan rasio Giro

Wajib Minimum (GWM) Primer dari 5% menjadi 8% DPK (Dana Pihak

Ketiga) Rupiah, mengingat kondisi ekses likuiditas perbankan yang masih

cukup besar. Atas pemenuhan tambahan GWM Primer sebesar 3% akan

diberikan remunerasi sebesar 2,50% p.a. Kombinasi kebijakan tersebut

dipandang memadai untuk menjaga stabilitas moneter dan stabilitas

sistem keuangan di tengah arus modal yang masih tinggi. Sementara itu,

dalam rangka mendorong fungsi intermediasi perbankan, Dewan

Gubernur juga menetapkan ketentuan GWM berdasarkan LDR (Loan to

Deposit Ratio) agar kredit perbankan tumbuh dengan tetap berlandaskan

pada prinsip kehati-hatian, dengan batas bawah LDR 78% dan batas atas

LDR 100%. Bank yang memiliki LDR di luar kisaran target LDR akan

dikenakan disinsentif berdasarkan selisih LDR terhadap target. Apabila LDR

bank melebihi target dengan kondisi permodalan yang memadai bank

dapat memperoleh insentif. Kebijakan GWM tersebut dalam

pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, yaitu GWM Primer mulai

berlaku sejak 1 November 2010 dan GWM LDR mulai berlaku sejak 1

Maret 2011.

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

6

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DANKEBIJAKAN MONETER

Pemulihan ekonomi global terindikasi mengalami perlambatan, terutamadipicu oleh melambatnya laju pemulihan ekonomi AS, China dan Jepang.Indikasi perlambatan pemulihan ekonomi global tersebut memicupelemahan bursa saham global serta pelemahan harga beberapakomoditas global. Di sisi lain, laju inflasi di emerging markets terusmeningkat, sementara di negara-negara maju meskipun inflasi telah mulaimeningkat namun masih pada level yang rendah. Kinerja ekonomidomestik terus membaik, dengan kecenderungan penignkatan sisipermintaan yang cukup cepat. Hal ini ditandai dengan peranan konsumsirumah tangga yang tinggi, sementara peran investasi meski meningkatnamun belum optimal. Dari sisi sektoral, pertumbuhan yang tinggiterutama terjadi pada sektor non-tradable, sementara sektor tradablekhususnya sektor industri masih tumbuh terbatas.

Perkembangan Ekonomi DuniaProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibatProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibatProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibatProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibatProses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibat

melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China, dan Jepang. melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China, dan Jepang. melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China, dan Jepang. melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China, dan Jepang. melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China, dan Jepang. Perekonomian

AS dan Jepang diindikasikan melambat seiring dengan menurunnya

aktivitas industri dan masih lemahnya konsumsi. Sementara itu,

pengetatan kebijakan yang dilakukan oleh otoritas China juga

mengakibatkan melambatnya perekonomian China, meskipun secara

relatif pertumbuhan ekonomi China tetap berada pada level yang tinggi.

Secara umum, ekonomi dunia diperkirakan tumbuh melambat

sebagaimana tercermin dari perkiraan berbagai lembaga. Kekhawatiran

terhadap perlambatan perekonomian AS dan China mengakibatkan bursa

saham global melemah. Pelemahan bursa saham global terutama dipicu

oleh rilis data fundamental ekonomi AS, China, dan Jepang yang lebih

buruk dari perkiraan pelaku pasar. Namun, keputusan beberapa bank

sentral utama yang tetap mempertahankan kebijakan akomodatif mampu

meredakan keketatan likuiditas di negara-negara maju. Bursa saham Asia

juga relatif resilien terhadap gejolak pasar keuangan global seiring dengan

optimisme terhadap perkiraan ekonomi kawasan serta terjaganya persepsi

risiko.

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

7

Grafik 2.1.Income Spending Rumah Tangga AS

Grafik 2.2.Purchasing Manager Index (PMI) AS

Laju pemulihan ekonomi AS menunjukkan adanya indikasi perlambatan.Laju pemulihan ekonomi AS menunjukkan adanya indikasi perlambatan.Laju pemulihan ekonomi AS menunjukkan adanya indikasi perlambatan.Laju pemulihan ekonomi AS menunjukkan adanya indikasi perlambatan.Laju pemulihan ekonomi AS menunjukkan adanya indikasi perlambatan.

Realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan II 2010 hanya tumbuh

sebesar 0,4% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 0,9% (qtq). Di tengah

peningkatan pengeluaran konsumen (consumer spending) sebesar 0,4%

(mom) pada Agustus 2010 yang lebih tinggi dari prakiraan analis (Grafik

2.1), rilis angka peningkatan personal income sebesar 0,2%, yang lebih

rendah dari proyeksi analis (0,3%), mengkonfirmasi melambatnya laju

pemulihan ekonomi di AS. Masih belum membaiknya ketenagakerjaan AS

menjadi faktor yang menghalangi peningkatan pendapatan. Sementara

itu, aktivitas sektor industri yang mulai melambat terlihat dari level

persediaan industri (inventory) yang kembali negatif akibat masih

lemahnya permintaan rumah tangga. Indeks produksi dan survey ISM

manufaktur (Juli 2010) turun ke level 55,5, meski masih di atas level

ekspansi 50 (Grafik 2.2).

Perekonomian Jepang melambat akibat melemahnya kinerja ekspor.Perekonomian Jepang melambat akibat melemahnya kinerja ekspor.Perekonomian Jepang melambat akibat melemahnya kinerja ekspor.Perekonomian Jepang melambat akibat melemahnya kinerja ekspor.Perekonomian Jepang melambat akibat melemahnya kinerja ekspor.

Penguatan nilai Yen terhadap dolar AS yang mencapai level tertinggi dalam

15 tahun terakhir berdampak negatif terhadap kinerja ekspor Jepang yang

mulai melambat pada Juli 2010. Kondisi ini berimbas kepada industri

domestik yang terlihat dari menurunnya beberapa indikator seperti indeks

produksi dan survei PMI dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Sementara itu, indikator konsumsi seperti penjualan eceran dan

pengeluaran rumah tangga terus tertekan seiring dengan tingkat

pengangguran yang cenderung meningkat.

Selama triwulan II 2010, pertumbuhan ekonomi Eropa terutama ditopangSelama triwulan II 2010, pertumbuhan ekonomi Eropa terutama ditopangSelama triwulan II 2010, pertumbuhan ekonomi Eropa terutama ditopangSelama triwulan II 2010, pertumbuhan ekonomi Eropa terutama ditopangSelama triwulan II 2010, pertumbuhan ekonomi Eropa terutama ditopang

oleh pertumbuhan negara-negara utama Eropa. oleh pertumbuhan negara-negara utama Eropa. oleh pertumbuhan negara-negara utama Eropa. oleh pertumbuhan negara-negara utama Eropa. oleh pertumbuhan negara-negara utama Eropa. Pelemahan nilai Euro

memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor Eropa sehingga

mendukung ekspansi ekonomi sebesar 1,7% (yoy) atau 1,0% (qtq).

Membaiknya kinerja ekspor juga berdampak positif terhadap sektor

industri yang tercermin dari indeks produksi dan order permintaan baru

manufaktur yang meningkat sejalan dengan menguatnya sentimen bisnis

Eropa. Namun demikian, konsumsi masih tertekan akibat tingginya

pengangguran dan terbatasnya keuangan Pemerintah untuk memberikan

stimulus bagi kegiatan perekonomian.

Fundamental ekonomi AS dan China yang melemah menyebabkanFundamental ekonomi AS dan China yang melemah menyebabkanFundamental ekonomi AS dan China yang melemah menyebabkanFundamental ekonomi AS dan China yang melemah menyebabkanFundamental ekonomi AS dan China yang melemah menyebabkan

memburuknya memburuknya memburuknya memburuknya memburuknya risk appetite risk appetite risk appetite risk appetite risk appetite investor. investor. investor. investor. investor. Rilis data perekonomian AS dan

China yang mengindikasikan melambatnya laju pemulihan ekonomi

memicu aksi flight to quality sebagaimana tercermin dari meningkatnya

0,2

8

4

0

4

8

2008

% mom

Sumber: Bloomberg

Savings Rate (RHS)

Expenditure

%

5,9

0,4

Income

...sd Juli 2010-2.0

-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul

2009 2010

expa

ndin

gco

ntra

ctin

g

ISM Manufacture ISM Services

Indeks65

60

55

50

45

40

35

30Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

2008 2009 2010

...sd Juli 2010

Sumber: Bloomberg

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

8

harga emas dan melemahnya bursa saham global. Sementara di pasar

keuangan Eropa, kekhawatiran atas meluasnya krisis Yunani relatif mereda

seiring dengan rilis PDB Eropa yang mencatat pertumbuhan positif selama

triwulan II 2010. Namun demikian, secara umum indikator risiko negara-

negara maju cenderung meningkat terlihat dari peningkatan Credit DefaultSwap (CDS) beberapa korporasi (termasuk perbankan) yang mencerminkan

kekhawatiran terhadap double dip recession. Keketatan likuiditas yang

terjadi di negara-negara maju semakin mereda. Berbagai kebijakan yang

ditempuh bank sentral di negara-negara maju antara lain dengan

melanjutkan program quantitative easing serta menahan suku bunga pada

level yang akomodatif sehingga mampu meredakan keketatan likuiditas di

pasar uang antar bank. Beberapa indikator counterparty risks juga terus

membaik tercermin dari spread highest-lowest kuotasi LIBOR antar bank

yang relatif stabil, menyempitnya spread Overnight Index Swap (OIS) 3

bulan dengan suku bunga Libor 3 bulan serta stabilnya TED spread tenor 3

bulan.

Tekanan inflasi global terindikasi mulai meningkat akibat cukup pesatnyaTekanan inflasi global terindikasi mulai meningkat akibat cukup pesatnyaTekanan inflasi global terindikasi mulai meningkat akibat cukup pesatnyaTekanan inflasi global terindikasi mulai meningkat akibat cukup pesatnyaTekanan inflasi global terindikasi mulai meningkat akibat cukup pesatnya

pertumbuhan ekonomi negara pertumbuhan ekonomi negara pertumbuhan ekonomi negara pertumbuhan ekonomi negara pertumbuhan ekonomi negara emerging markets. emerging markets. emerging markets. emerging markets. emerging markets. Perkiraan laju inflasi

negara-negara berkembang pada tahun 2010 (Agustus) berdasarkan

Consensus Forecast bulan Agustus 2010 meningkat menjadi sebesar

5,31% (yoy), sementara laju inflasi negara-negara maju untuk tahun 2010

justru diperkirakan menurun menjadi 1,42% (yoy). Sementara itu, tekanan

inflasi di negara-negara maju mulai meningkat meskipun masih berada

pada level yang rendah. Tekanan inflasi di kawasan Asia pun terus

meningkat sejalan dengan pulihnya aktivitas ekonomi di kawasan.

Secara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masihSecara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masihSecara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masihSecara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masihSecara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masih

akomodatif. akomodatif. akomodatif. akomodatif. akomodatif. Selama Agustus 2010, beberapa bank sentral di negara-

negara maju (AS, Jepang, Inggris, Kanada, dan Eropa) masih

mempertahankan suku bunga kebijakannya seiring dengan tekanan inflasi

yang masih moderat dan serta tanda-tanda pelemahan ekonomi yang

kembali muncul. Beberapa bank sentral juga masih melanjutkan program

quantitative easing sebagaimana dilakukan oleh The Fed yang berjanji

akan menambah jumlah pembelian surat-surat berharga (SSB) sebagai

contingency plan jika ekonomi AS melemah kembali. Sementara itu,

Pemerintah Jepang bekerjasama dengan bank sentral Jepang (BoJ)

berupaya menahan laju apresiasi Yen yang mencapai level tertinggi dalam

15 tahun terakhir yang berpotensi mengancam ekspor dan pemulihan

ekonomi negara tersebut. Untuk tujuan tersebut, BoJ berkomitmen

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

9

menambah stimulus ke sektor perbankan dari sebelumnya sebesar ∞10

triliun (US$116 miliar) menjadi ∞30 triliun.

Namun demikian, beberapa negara berkembang di kawasan Amerika LatinNamun demikian, beberapa negara berkembang di kawasan Amerika LatinNamun demikian, beberapa negara berkembang di kawasan Amerika LatinNamun demikian, beberapa negara berkembang di kawasan Amerika LatinNamun demikian, beberapa negara berkembang di kawasan Amerika Latin

dan Asia mulai meningkatkan suku bunga kebijakan guna meredamdan Asia mulai meningkatkan suku bunga kebijakan guna meredamdan Asia mulai meningkatkan suku bunga kebijakan guna meredamdan Asia mulai meningkatkan suku bunga kebijakan guna meredamdan Asia mulai meningkatkan suku bunga kebijakan guna meredam

tekanan inflasi dan tekanan inflasi dan tekanan inflasi dan tekanan inflasi dan tekanan inflasi dan asset bubbleasset bubbleasset bubbleasset bubbleasset bubble..... Bank Sentral di kawasan Asia yang

menaikkan suku bunga pada bulan Agustus adalah Bank of Thailand

sebesar +20 bps. Sementara bank sentral di kawasan Amerika Latin yang

menaikkan suku bunga diantaranya Banco Central de Chile sebesar +50

bps dan Central Reserve Bank of Peru sebesar +50 bps.

Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaSetelah tumbuh membaik pada triwulan II 2010, perekonomian IndonesiaSetelah tumbuh membaik pada triwulan II 2010, perekonomian IndonesiaSetelah tumbuh membaik pada triwulan II 2010, perekonomian IndonesiaSetelah tumbuh membaik pada triwulan II 2010, perekonomian IndonesiaSetelah tumbuh membaik pada triwulan II 2010, perekonomian Indonesia

pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh stabil. pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh stabil. pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh stabil. pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh stabil. pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh stabil. Di sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih ditopang oleh penguatan

permintaan domestik dan masih tingginya permintaan eksternal. Konsumsi

rumah tangga diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan

masih kuatnya daya beli masyarakat, dukungan kredit konsumsi serta

relatif murahnya harga barang impor akibat apresiasi rupiah. Peningkatan

pertumbuhan investasi diperkirakan berlanjut pada triwulan III 2010 searah

dengan membaiknya perekonomian global, iklim investasi yang cukup

kondusif, dan realisasi proyek infrastruktur Pemerintah. Peningkatan

investasi tersebut didukung pula oleh pembiayaan, baik dari dalam negeri

maupun luar negeri. Sementara itu, di sisi eksternal walaupun akan sedikit

mengalami perlambatan, kinerja ekspor dan impor diperkirakan masih

tumbuh cukup tinggi. Di sisi penawaran, perkembangan berbagai indikator

terkini mengindikasikan kinerja sektor tradable yang berpotensi untuk

tumbuh lebih tinggi.

Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2010Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2010Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2010Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2010Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2010

diprakirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. diprakirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. diprakirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. diprakirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. diprakirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Perkembangan terkini dari

indikator penuntun (leading indicator) konsumsi rumah tangga

mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih dalam fase

ekspansif. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan

ditunjang baik oleh konsumsi makanan maupun nonmakanan. Hal

tersebut sejalan dengan perkembangan indikator dini konsumsi seperti

penjualan kendaraan bermotor yang masih tinggi pada bulan Juli, serta

adanya tendensi peningkatan penjualan barang elektronik (Grafik 2.3

dan 2.4). Sementara itu, indikator konsumsi lainnya seperti indeks

Grafik 2.3.Pertumbuhan Penjualan Kendaraan

PY_Mobil

(%,yoy)

PY_Motor

Sumber : CEIC

-50

-30

-10

10

30

50

70

90

110

2008 2009 20101 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

Grafik 2.4.Pertumbuhan Penjualan Barang Elektronik

% yoy

Sumber : EMC

-40

-20

0

20

40

60

80

2008 2009 2010

TV Lemari es Mesin Cuci AC

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

10

Grafik 2.5. Indeks Penjualan EceranBeberapa Kelompok Komoditas

penjualan eceran cenderung stabil (Grafik 2.5). Meskipun dibayangi oleh

tekanan kenaikan harga, konsumsi makanan diperkirakan meningkat

sejalan dengan persiapan menjelang hari raya Lebaran. Di sisi pembiayaan,

potensi kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga terindikasi

dari penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang masih tumbuh tinggi

dan dibarengi dengan lonjakan pertumbuhan pembiayaan konsumen yang

bersumber dari multifinance. Memasuki triwulan III 2010, keyakinan

konsumen menunjukkan sedikit penurunan merespons perkembangan dari

tekanan harga. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010,

meningkatnya pengeluaran konsumen untuk biaya pendidikan (tahun

ajaran baru), dan kenaikan harga komoditas bahan pokok selama Juli 2010

ditengarai menyebabkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

pada Agustus 2010 (Grafik 2.6). Pola yang sama juga ditunjukkan oleh

hasil Survei Tendensi Konsumen BPS, dimana keyakinan konsumen untuk

triwulan III 2010 sedikit menurun pada level 104,34 dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 105,32. Namun demikian, adanya perkiraan

peningkatan pendapatan konsumen pada triwulan III 2010 dapat menahan

penurunan keyakinan konsumen.

Kinerja investasi yang meningkat diperkirakan terus berlanjut padaKinerja investasi yang meningkat diperkirakan terus berlanjut padaKinerja investasi yang meningkat diperkirakan terus berlanjut padaKinerja investasi yang meningkat diperkirakan terus berlanjut padaKinerja investasi yang meningkat diperkirakan terus berlanjut pada

triwulan III 2010. triwulan III 2010. triwulan III 2010. triwulan III 2010. triwulan III 2010. Membaiknya investasi merupakan respons dari tingginya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga, masih tingginya permintaan

eksternal, serta respons dari pernyataan membaiknya kondisi investasi di

Indonesia dari berbagai lembaga internasional. Selain itu, meningkatnya

tendensi bisnis pada paruh kedua tahun 2010 juga turut mendukung

meningkatnya kinerja investasi. Perkembangan terkini berbagai indikator

dini juga mengkonfirmasi berlanjutnya peningkatan investasi ke triwulan III

2010, terutama untuk investasi mesin (Grafik 2.7) dan bangunan (Grafik

2.8). Indikasi positif peningkatan investasi bangunan tercermin dari masih

tingginya konsumsi semen dan listrik. Sementara itu, indeks produksi

mesin dan peralatan, konsumsi listrik sektor bisnis, impor mesin dan impor

suku cadang mesin terus meningkat sejak triwulan IV 2009 sejalan dengan

perkembangan investasi mesin. Peningkatan impor mesin terjadi baik pada

mesin untuk telekomunikasi, transportasi maupun untuk kegiatan

produksi. Tren tersebut diperkirakan masih akan terus berlangsung ke

triwulan III 2010. Realisasi investasi baru dan investasi perusahaan yang

sudah mendapat ijin usaha (PMA dan PMDN) juga terus meningkat (Grafik

2.9). Peningkatan investasi ini juga didukung oleh sumber pembiayaan

yang juga meningkat, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar

negeri (Grafik 2.10).

Grafik 2.6.Indeks Keyakinan Konsumen √ SK BI

30

20

10

0

10

20

30

40

50

2008 2009 2010

Makanan & TembakauPakaian & Perlengkapannya

Peralatan tulis

INDEKS TOTAL (rhs)

% yoy % yoy

Sumber : DSM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7*-60-40-20

020406080

100120140

(Indeks)

Sumber : DSM

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

120,0

130,0

140,0

2008 2009 20101 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7

Optimis

Pesimis

Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini

Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen

8

Grafik 2.7. PMTB √ Mesin

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

-100,00

-50,00

0,00

50,00

100,00

150,00

yoy Mesin

IPI Machinery and Equipments

M Suku Cadang & Perlengkapan Barang Modal

M Barang Modal Kecuali Alat Angkutan

Kons. Listrik Bisnis s/d Mei (rhs)

% yoy % yoy

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

11

Memasuki triwulan III 2010, pertumbuhan ekspor diperkirakan akanMemasuki triwulan III 2010, pertumbuhan ekspor diperkirakan akanMemasuki triwulan III 2010, pertumbuhan ekspor diperkirakan akanMemasuki triwulan III 2010, pertumbuhan ekspor diperkirakan akanMemasuki triwulan III 2010, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan

melambat, walaupun masih relatif tinggi. melambat, walaupun masih relatif tinggi. melambat, walaupun masih relatif tinggi. melambat, walaupun masih relatif tinggi. melambat, walaupun masih relatif tinggi. Perlambatan kinerja ekspor

terutama terjadi pada komoditas nonmigas terkait dengan semakin

melambatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara utama tujuan

ekspor Indonesia seperti Jepang dan China. Hal tersebut berdampak pada

perlambatan kinerja ekspor nonmigas, sedangkan ekspor migas berpotensi

menunjukkan peningkatan. Di satu sisi, indikasi perlambatan ekspor

nonmigas terutama bersumber dari penurunan ekspor non-SDA dan

melambatnya ekspor SDA. Hingga Juli 2010, ekspor SDA mengalami

perlambatan karena melambatnya ekspor pertambangan terutama

komoditas batubara dan tembaga dibarengi dengan turunnya ekspor

pertanian seperti kayu dan udang. Sementara itu, penurunan ekspor non-

SDA terjadi khususnya pada komoditas semen, produk kimia dan kertas

yang dipengaruhi penurunan produksi pada sektor-sektor tersebut. Di sisi

lain, indikasi peningkatan ekspor migas pada triwulan III 2010 sejalan

dengan ekspor gas yang cenderung terus meningkat sejak awal tahun

serta ekspor minyak yang membaik.

Seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal, kinerjaSeiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal, kinerjaSeiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal, kinerjaSeiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal, kinerjaSeiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal, kinerja

impor pada triwulan III 2010 diperkirakan masih tumbuh tinggi.impor pada triwulan III 2010 diperkirakan masih tumbuh tinggi.impor pada triwulan III 2010 diperkirakan masih tumbuh tinggi.impor pada triwulan III 2010 diperkirakan masih tumbuh tinggi.impor pada triwulan III 2010 diperkirakan masih tumbuh tinggi.

Pergerakan indikator penuntun impor juga mengindikasikan bahwa

pertumbuhan impor masih berada pada fase ekspansi. Data nilai riil

pertumbuhan impor sepanjang semester I 2010 (rata-rata sampai dengan

Juni 2010) mencapai 31,3% (yoy), meningkat dibandingkan periode yang

sama tahun lalu yang mengalami penurunan sebesar -28,5% (yoy).

Memasuki triwulan III 2010, masih tingginya pertumbuhan impor lebih

diperkirakan didorong oleh terus membaiknya konsumsi dan investasi serta

nilai tukar yang masih cenderung apresiatif dibandingkan tahun 2009.

Menurut golongan penggunaanya, tingginya impor masih didorong oleh

impor bahan baku, diikuti oleh impor barang modal, dan impor barang

konsumsi.

Secara sektoral, pada triwulan III 2010 perkembangan berbagai indikatorSecara sektoral, pada triwulan III 2010 perkembangan berbagai indikatorSecara sektoral, pada triwulan III 2010 perkembangan berbagai indikatorSecara sektoral, pada triwulan III 2010 perkembangan berbagai indikatorSecara sektoral, pada triwulan III 2010 perkembangan berbagai indikator

terkini mengindikasikan kinerja sektor terkini mengindikasikan kinerja sektor terkini mengindikasikan kinerja sektor terkini mengindikasikan kinerja sektor terkini mengindikasikan kinerja sektor tradabletradabletradabletradabletradable yang berpotensi untuk yang berpotensi untuk yang berpotensi untuk yang berpotensi untuk yang berpotensi untuk

dapat tumbuh tinggi.dapat tumbuh tinggi.dapat tumbuh tinggi.dapat tumbuh tinggi.dapat tumbuh tinggi. Beberapa indikator dini sektor industri seperti

penjualan kendaraan bermotor, indeks produksi, impor bahan baku dan

mesin industri, serta konsumsi listrik masih menunjukkan perkembangan

yang positif hingga Juli 2010. Sektor pertambangan diprakirakan akan

tumbuh stabil terindikasi dari indikator lifting minyak mentah yang

cenderung stabil serta mulai membaiknya ekspor beberapa komoditas

Grafik 2.8. Pertumbuhan Investasi Bangunan √Nonbangunan

Grafik 2.9.Realisasi PMA dan PMDN (BKPM)

Grafik 2.10. Pertumbuhan Kredit Investasidan Leasing

-5

0

5

10

15

20

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

PMTB (rhs) Alat Angkutan Mesin Bangunan (rhs)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

% yoy% yoy

40%30%20%10%0%

10%20%30%40%50%60%

200,0%

0,0%

100,0%

200,0%

300,0%

400,0%

500,0%

yoy,nom

100,0%

yoy,nom

2007 2008 2009 2010I II III IV I II III IV I II III IV I II

PMTB PMA Total PMA dan PMDN PMDN (rhs)

% yoy

Sumber : DPNP, DSM

-20

-10

0

10

20

30

40

2008 2009 2010

Kredit Investasi Riil Leasing Riil

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

12

pertambangan. Sementara, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh

melambat terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sektor

tanaman bahan pangan karena berlalunya musim panen dan faktor cuaca.

Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan dan kehutanan masih

mengindikasikan perkembangan yang positif sehingga dapat menahan laju

perlambatan lebih lanjut. Perkembangan berbagai indikator pada sektor

nontradable juga mengindikasikan arah yang membaik. Berbagai indikator

dini sektor perdagangan, hotel, dan restoran seperti PPN impor, tingkat

hunian hotel, serta jumlah wisatawan mancanegara menunjukkan

perkembangan yang membaik. Selain itu, dampak hari raya Lebaran juga

diperkirakan dapat menjadi pendorong kinerja sektor ini pada triwulan III

2010.

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan tumbuh

membaik yang terindikasi dari membaiknya beberapa indikator dini yaitu

jumlah penumpang dan angkutan barang, impor alat transportasi serta

perkembangan subsektor komunikasi yang masih tinggi. Faktor hari raya

Lebaran juga berpotensi untuk mendorong peningkatan angkutan

penumpang dan barang serta trafik komunikasi seluler baik percakapan,

sms, maupun data. Di sektor keuangan, pemberian kredit yang meningkat

oleh bank dan lembaga keuangan nonbank berpotensi untuk mendorong

sektor ini tumbuh tinggi. Sementara, sektor bangunan diprakirakan juga

akan tumbuh membaik tercermin dari membaiknya penjualan semen,

impor bahan bangunan, serta kredit properti. Selain itu, peningkatan

realisasi pengeluaran Pemerintah pada triwulan III 2010 juga menjadi

faktor positif terhadap kinerja sektor bangunan. Namun demikian,

pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih berpotensi tertahan karena

adanya indikasi melambatnya pertumbuhan konsumsi listrik. Selain itu,

kenaikan TDL dan masih terbatasnya pembangunan jaringan gas kota

diperkirakan dapat berdampak negatif terhadap kinerja sektor ini.

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

13

I n f l a s iInflasi IHK pada Agustus 2010 diwarnai oleh meningkatnya tekanan dariInflasi IHK pada Agustus 2010 diwarnai oleh meningkatnya tekanan dariInflasi IHK pada Agustus 2010 diwarnai oleh meningkatnya tekanan dariInflasi IHK pada Agustus 2010 diwarnai oleh meningkatnya tekanan dariInflasi IHK pada Agustus 2010 diwarnai oleh meningkatnya tekanan dari

sisi fundamental, sementara tekanan nonfundamental khususnyasisi fundamental, sementara tekanan nonfundamental khususnyasisi fundamental, sementara tekanan nonfundamental khususnyasisi fundamental, sementara tekanan nonfundamental khususnyasisi fundamental, sementara tekanan nonfundamental khususnya

kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food mulai mereda. mulai mereda. mulai mereda. mulai mereda. mulai mereda. Tekanan inflasi inti pada Agustus

2010 terutama bersumber dari penyesuaian biaya pendidikan seiring

dengan pola musiman tahun ajaran baru serta kenaikan tarif angkutan

udara. Kenaikan kelompok bahan pangan olahan akibat masih tingginya

inflasi kelompok volatile food serta pengaruh musiman kenaikan

permintaan menjelang hari raya keagamaan turut memberi tekanan pada

inflasi kelompok inti. Di sisi eksternal, dampak imported inflation akibat

kenaikan harga komoditas global dan inflasi mitra dagang belum

memberikan tekanan berarti pada inflasi inti, seiring dengan tren apresiasi

rupiah. Dari sisi nonfundamental, tekanan inflasi selama bulan Agustus

terutama bersumber dari dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik

untuk rumah tangga. Sementara tekanan inflasi dari kelompok volatilefood menunjukkan penurunan seiring dengan terjadinya panen pada

beberapa komoditas bumbu dan sayur-mayur. Dengan berbagai

perkembangan tersebut, inflasi IHK pada bulan laporan tercatat sebesar

0,76% (mtm) atau menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Namun secara tahunan, tekanan inflasi masih menunjukkan peningkatan,

yaitu dari 6,22% (yoy) pada Juli 2010 menjadi 6,44% (yoy) (Grafik 2.11

dan 2.12).

Laju inflasi Laju inflasi Laju inflasi Laju inflasi Laju inflasi administered prices administered prices administered prices administered prices administered prices pada Agustus 2010 mengalami kenaikanpada Agustus 2010 mengalami kenaikanpada Agustus 2010 mengalami kenaikanpada Agustus 2010 mengalami kenaikanpada Agustus 2010 mengalami kenaikan

terkait dengan dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik pada inflasiterkait dengan dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik pada inflasiterkait dengan dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik pada inflasiterkait dengan dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik pada inflasiterkait dengan dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik pada inflasi

bulan Agustus 2010. bulan Agustus 2010. bulan Agustus 2010. bulan Agustus 2010. bulan Agustus 2010. Penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) per 1 Juli lalu

tercatat pada penagihan listrik rumah tangga pada bulan Agustus. Selain

TDL, beberapa komoditas dalam kelompok administered prices yang turut

memberikan dampak inflasi antara lain kelompok rokok. Sementara itu,

perkembangan harga komoditas energi relatif terkendali sejalan dengan

pelaksanaan program konversi yang cukup lancar. Dengan perkembangan

tersebut, kelompok administered prices mencatat inflasi bulanan sebesar

1,09% (mtm) sehingga inflasi secara tahunan bergerak meningkat cukup

tinggi menjadi sebesar 4,67% dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yaitu

3,74% (yoy).

Di tengah meningkatnya permintaan domestik di bulan puasa, inflasiDi tengah meningkatnya permintaan domestik di bulan puasa, inflasiDi tengah meningkatnya permintaan domestik di bulan puasa, inflasiDi tengah meningkatnya permintaan domestik di bulan puasa, inflasiDi tengah meningkatnya permintaan domestik di bulan puasa, inflasi

kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food memberikan tekanan yang relatif minimal. memberikan tekanan yang relatif minimal. memberikan tekanan yang relatif minimal. memberikan tekanan yang relatif minimal. memberikan tekanan yang relatif minimal. Selama

Agustus 2010, kenaikan laju inflasi terjadi khususnya pada komoditas

aneka daging dan beras, sedangkan tekanan inflasi dari komoditas aneka

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi MenurutKelompok Barang dan Jasa (%, mtm)

%, yoy

2007 2008 2009 2010

24

18

12

6

-1

-71 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7

CPICoreVolatile FoodAdministered Prices

8

4,67

4,536,44

15,09

Transportasi, Komunikasi,dan Jasa Keuangan

Pendidikan, Rekreasi,dan Olahraga

Kesehatan

Sandang

Perumahan, Listrik, Air,Gas, dan Bahan Bakar

Makanan Jadi, Minuman,Rokok, dan Tembakau

Bahan Makanan

%

Sumbangan (mtm)Inflasi (mtm)

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0

0,06

0,09

0,110,67

0,391,59

0,010,27

1,27

0,090,36

0,010,06

0,47

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

14

bumbu mengalami penurunan. Meningkatnya permintaan sepanjang

bulan Ramadhan, telah mendorong lonjakan harga pada komoditas

daging. Untuk komoditas beras, meskipun kondisi pasokan diperkirakan

mencukupi, di tengah pelaksanaan operasi pasar yang intensif disertai oleh

penyaluran raskin yang dipercepat dan diperbanyak, adanya kenaikan

permintaan selama bulan Ramadhan, menyebabkan harga beras masih

meningkat. Dengan berbagai perkembangan tersebut, kelompok volatilefood mencatat inflasi sebesar 0,45% (mtm) atau 15,09% (yoy), menurun

dari sebelumnya 5,46% (mtm) atau 16,18% (yoy).

Tekanan inflasi inti pada Agustus 2010 terindikasi mulai meningkat terkaitTekanan inflasi inti pada Agustus 2010 terindikasi mulai meningkat terkaitTekanan inflasi inti pada Agustus 2010 terindikasi mulai meningkat terkaitTekanan inflasi inti pada Agustus 2010 terindikasi mulai meningkat terkaitTekanan inflasi inti pada Agustus 2010 terindikasi mulai meningkat terkait

pola musiman. pola musiman. pola musiman. pola musiman. pola musiman. Peningkatan inflasi inti selama bulan Agustus terutama

karena dampak dari inflasi biaya pendidikan seiring dengan pola musiman

tahun ajaran baru, maupun kenaikan tarif angkutan udara. Lebih lanjut,

kenaikan harga komoditas aneka bumbu yang terjadi dalam beberapa

bulan terakhir telah mendorong kenaikan inflasi komoditas pangan olahan

yang terdapat dalam kelompok inti. Selain itu, meningkatnya permintaan

selama bulan Ramadhan yang disertai oleh aksi pedagang untuk

meningkatkan marjin keuntungan, turut menyebabkan beberapa

komoditas makanan mengalami kenaikan harga. Dengan perkembangan

tersebut, kelompok inti mencatat peningkatan inflasi dibandingkan

periode bulan sebelumnya yaitu dari sebesar 0,49% (mtm) atau 4,15%

(yoy) menjadi 0,80 (mtm) atau 4,53% (yoy). Dari sisi eksternal, seiring

dengan tren apresiasi rupiah, dampak inflasi impor akibat kenaikan harga

komoditas global dan inflasi mitra dagang belum memberi tekanan yang

berarti pada inflasi inti. Dari sisi eksternal, pengaruh terhadap kenaikan

inflasi inti lebih disebabkan oleh komoditas emas sejalan dengan

peningkatan harga emas di pasar internasional (Grafik 2.13).

Grafik 2.13. Perkembangan Harga EmasDomestik & Internasional

Emas InternasionalEmas Domestik (kanan)

1800

1600

1400

1200

1000

800

600

500000

450000

400000

350000

300000

250000

2000001 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

15

Nilai Tukar RupiahFundamental perekonomian yang solid serta imbal hasil yang masih tinggiFundamental perekonomian yang solid serta imbal hasil yang masih tinggiFundamental perekonomian yang solid serta imbal hasil yang masih tinggiFundamental perekonomian yang solid serta imbal hasil yang masih tinggiFundamental perekonomian yang solid serta imbal hasil yang masih tinggi

menjadi daya tarik berinvestasi di instrumen domestik yang mampumenjadi daya tarik berinvestasi di instrumen domestik yang mampumenjadi daya tarik berinvestasi di instrumen domestik yang mampumenjadi daya tarik berinvestasi di instrumen domestik yang mampumenjadi daya tarik berinvestasi di instrumen domestik yang mampu

menopang kinerja nilai tukar selama Agustus 2010. menopang kinerja nilai tukar selama Agustus 2010. menopang kinerja nilai tukar selama Agustus 2010. menopang kinerja nilai tukar selama Agustus 2010. menopang kinerja nilai tukar selama Agustus 2010. Rata-rata nilai tukar

selama Agustus 2010 tercatat sebesar Rp8.972 per dolar AS atau menguat

0,78% dibandingkan Juli 2010. Pada akhir bulan Agustus 2010 rupiah

ditutup pada level Rp9.035 per dolar AS atau melemah 0,95% (point topoint) dibandingkan dengan Juli 2010 (Grafik 2.14). Dengan

perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat

13,4% selama tahun 2010 ke level Rp9.137 per dolar AS dari Rp10.361

per dolar AS pada tahun 2009. Apresiasi rupiah selama Agustus disertai

dengan volatilitas yang sedikit meningkat. Tingkat volatilitas pergerakan

nilai tukar rupiah selama Agustus 2010 mencapai 0,28%, lebih tinggi dari

bulan sebelumnya (0,19%, Grafik 2.15). Meningkatnya volatilitas

pergerakan rupiah antara lain dipengaruhi oleh kembali masuknya dana

asing dalam jumlah yang cukup besar.

Dari sisi eksternal, risiko perlambatan proses pemulihan ekonomi globalDari sisi eksternal, risiko perlambatan proses pemulihan ekonomi globalDari sisi eksternal, risiko perlambatan proses pemulihan ekonomi globalDari sisi eksternal, risiko perlambatan proses pemulihan ekonomi globalDari sisi eksternal, risiko perlambatan proses pemulihan ekonomi global

menjadi faktor pendorong mengalirnya arus modal ke kawasan.menjadi faktor pendorong mengalirnya arus modal ke kawasan.menjadi faktor pendorong mengalirnya arus modal ke kawasan.menjadi faktor pendorong mengalirnya arus modal ke kawasan.menjadi faktor pendorong mengalirnya arus modal ke kawasan.

Melemahnya berbagai indikator perekonomian AS serta tingginya angka

pengangguran semakin menambah keyakinan akan terhambatnya laju

pemulihan ekonomi di AS. Sementara di Eropa, kecemasan meningkat

pasca penurunan credit rating Irlandia yang selanjutnya berimbas pada

meningkatnya yield spread negara PIIGS terhadap obligasi Jerman. Hal

tersebut dikhawatirkan akan semakin mempersulit upaya negara PIIGS

dalam menurunkan defisit fiskal. Di sisi lain, negara-negara Asia masih

menjadi yang terdepan dalam perbaikan ekonomi. Hal tersebut

mendorong naiknya ancaman inflasi di kawasan sehingga beberapa bank

sentral kawasan harus menaikkan suku bunga kebijakannya. Kondisi

tersebut menjadi faktor penarik bagi para investor untuk masuk ke

instrumen keuangan kawasan emerging markets. Selama Agustus 2010,

mayoritas nilai tukar kawasan Asia bergerak menguat terhadap dolar AS

(Grafik 2.16).

Dari sisi domestik, solidnya fundamental perekonomian domestikDari sisi domestik, solidnya fundamental perekonomian domestikDari sisi domestik, solidnya fundamental perekonomian domestikDari sisi domestik, solidnya fundamental perekonomian domestikDari sisi domestik, solidnya fundamental perekonomian domestik

mendorong perbaikan indikator risiko investasi Indonesia. mendorong perbaikan indikator risiko investasi Indonesia. mendorong perbaikan indikator risiko investasi Indonesia. mendorong perbaikan indikator risiko investasi Indonesia. mendorong perbaikan indikator risiko investasi Indonesia. Pada akhir

Agustus 2010, EMBIG spread turun ke kisaran 307 bps sementara yieldspread Global Bond Indonesia dengan US T-Note turun ke 160 bps (Grafik

2.17). Hal tersebut mencerminkan kepercayaan terhadap surat utang

Indonesia. Terjaganya persepsi risiko domestik menyebabkan spread suku

Grafik 2.14. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Rp/USD

8500

9000

9500

10000

10500

11000

11500

12000

12500

Feb Apr Jun Okt DesAgs

2008 2009 2010

Kurs HarianRata-rata bulananRata-rata Triwulanan

Feb Apr Jun Okt DesAgs Feb Apr Jun Ags

9,1109,007

9256

9224

10937

11317

10527

9973

94599254

Grafik 2.15. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

8900

9400

9900

10400

10900

11400

11900

12400

2

4

6

8

10

12Vol harian

Rata2 VolatilitasKurs Harian (Rp/USD) - rhs

% IDR/USD

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags

Grafik 2.16.Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Asia

2,31

-0,930,49

3,16

-0,950,53

1,32-2,49

2,62

1,99

1,58

1,81

0,78

2,45

1,64

1,02

-3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

JPY

KRW

SGD

THB

IDR

PHP

MYR

EUR

Rata-rata

Point-to-point

%

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

16

bunga yang sudah mempertimbangkan resiko (CIP, Covered Interest Parity)

mengalami kenaikan ke level 4,6% (Agustus 2010) dari 4,1% (Juli 2010),

serta masih relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa negara kawasan

Asia (Grafik 2.18).

Kinerja nilai tukar rupiah masih kondusif dalam menopang keseimbanganKinerja nilai tukar rupiah masih kondusif dalam menopang keseimbanganKinerja nilai tukar rupiah masih kondusif dalam menopang keseimbanganKinerja nilai tukar rupiah masih kondusif dalam menopang keseimbanganKinerja nilai tukar rupiah masih kondusif dalam menopang keseimbangan

eksternal perekonomian. eksternal perekonomian. eksternal perekonomian. eksternal perekonomian. eksternal perekonomian. Tren apresiasi rupiah hingga data terkini belum

memperlihatkan dampak negatif bagi kinerja ekspor (Grafik 2.23). Di sisi

lain, apresiasi tersebut dapat memfasilitasi kenaikan impor bahan baku

yang diperlukan untuk kegiatan produksi domestik

Grafik 2.18.Indikator CIP Negara di Kawasan Asia

Grafik 2.19.Nilai Tukar dan Ekspor-Impor Nonmigas

4,62

2,47

2,32

0,47

-6,0

-4,0

-2,0

-0,0

2,0

4,0

6,0

8,0Indonesia Philipina Malaysia Korea

%

Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags2007 2008 2009 2010

Impor Nonmigas

Ekspor NonmigasNilai tukar rupiah-rhs

USD juta Rp/$

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul2008 2009 2010

8.000

8.500

9.000

9.500

10.000

10.500

11.000

11.500

12.000

Grafik 2.17.Indikator Persepsi Risiko Indonesia

2,31

-0,930,49

3,16

-0,950,53

1,32-2,49

2,62

1,99

1,58

1,81

0,78

2,45

1,64

1,02

-3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

JPY

KRW

SGD

THB

IDR

PHP

MYR

EUR

Rata-rata

Point-to-point

%

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

17

Kebijakan Moneter

Suku BungaPerkembangan suku bunga PUAB selama Agustus 2010 relatif stabil.Perkembangan suku bunga PUAB selama Agustus 2010 relatif stabil.Perkembangan suku bunga PUAB selama Agustus 2010 relatif stabil.Perkembangan suku bunga PUAB selama Agustus 2010 relatif stabil.Perkembangan suku bunga PUAB selama Agustus 2010 relatif stabil. Suku

bunga PUAB O/N bergerak di sekitar BI Rate dengan rata-rata sebesar

6,20%, sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 6,17%.

Meningkatnya rata-rata suku bunga PUAB O/N tersebut disebabkan oleh

meningkatnya penarikan uang kartal menjelang Lebaran. Persepsi risiko di

PUAB O/N relatif terjaga sebagaimanantercermin pada rata-rata spreadsuku bunga tertinggi dan terendah sebesar 33bps, tidak jauh berbeda dari

bulan sebelumnya yakni sebesar 30bps. Perkembangan suku bunga PUAB

dengan tenor yang lebih panjang juga stabil. Rata-rata suku bunga PUAB

tenor di atas ON bergerak pada kisaran 2bps, kecuali untuk tenor 27- 30

hari dan di atas 30 hari. Dengan perkembangan demikian, struktur suku

bunga PUAB menjadi semakin mendatar yang mencerminkan menurunnya

persepsi risiko ke depan.

Di sisi suku bunga perbankan, penurunan suku bunga deposito dan sukuDi sisi suku bunga perbankan, penurunan suku bunga deposito dan sukuDi sisi suku bunga perbankan, penurunan suku bunga deposito dan sukuDi sisi suku bunga perbankan, penurunan suku bunga deposito dan sukuDi sisi suku bunga perbankan, penurunan suku bunga deposito dan suku

bunga kredit masih terus terjadi, meskipun relatif terbatas. bunga kredit masih terus terjadi, meskipun relatif terbatas. bunga kredit masih terus terjadi, meskipun relatif terbatas. bunga kredit masih terus terjadi, meskipun relatif terbatas. bunga kredit masih terus terjadi, meskipun relatif terbatas. Pada Juli 2010,

rata-rata suku bunga deposito seluruh tenor menurun sebesar 5bps, lebih

besar dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang justru meningkat

sebesar 2bps (Tabel 2.1). Namun demikian, suku bunga deposito 1 bulan

pada Juli 2010 tidak menunjukkan perubahan dari bulan sebelumnya.

Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit (rata-rata suku bunga KMK, KI

dan KK) pada Juli 2010 turun lebih sedikit dibandingkan dengan bulan

sebelumnya1 yakni sebesar 4bps. Suku bunga KMK, KI dan KK pada Juli

2010 masing-masing tercatat sebesar 13,21%, 12,60% dan 14,92%

(Grafik 2.20). Walaupun cenderung menurun, suku bunga kredit yang

masih relatif tinggi diharapkan akan terus mengalami penurunan sehingga

mampu mendorong penyaluran kredit, terutama ke sektor-sektor yang

produktif.

Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito terbesarBerdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito terbesarBerdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito terbesarBerdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito terbesarBerdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito terbesar

disumbang oleh kelompok bank swastadisumbang oleh kelompok bank swastadisumbang oleh kelompok bank swastadisumbang oleh kelompok bank swastadisumbang oleh kelompok bank swasta sebesar 35bps. Sementara itu,

kelompok bank asing dan campuran menurunkan suku bunga deposito

sebesar 4bps. Penurunan suku bunga deposito tersebut terutama terjadi

Grafik 2.20.Perkembangan Berbagai Suku Bunga

6,79

13,21

12,60

14,92

2008 2009 2010

%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7

BI Rate* Kredit Konsumsi Kredit Investasi

Kredit Modal Kerja Deposito 1 bln

6

8

10

12

14

16

18

20

1 Penurunan suku bunga kredit pada Juni 2010 sebesar 7bps

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

18

pada tenor 12 dan 24 bulan. Dengan perkembangan tersebut, maka

secara rata-rata suku bunga deposito terendah berada pada kelompok

bank asing dan campuran (6,89%), diikuti oleh kelompok bank persero

(6,98%), bank swasta (7,46%) dan BPD (8,46%).

Untuk suku bunga kredit, penurunan suku bunga terbesar terjadi padaUntuk suku bunga kredit, penurunan suku bunga terbesar terjadi padaUntuk suku bunga kredit, penurunan suku bunga terbesar terjadi padaUntuk suku bunga kredit, penurunan suku bunga terbesar terjadi padaUntuk suku bunga kredit, penurunan suku bunga terbesar terjadi pada

kelompok bank asing dan campuran, khususnya pada suku bunga KK dankelompok bank asing dan campuran, khususnya pada suku bunga KK dankelompok bank asing dan campuran, khususnya pada suku bunga KK dankelompok bank asing dan campuran, khususnya pada suku bunga KK dankelompok bank asing dan campuran, khususnya pada suku bunga KK dan

KI. KI. KI. KI. KI. Pada Juli 2010, kelompok bank asing dan campuran merupakan

kelompok bank yang melakukan penurunan suku bunga kredit terbesar,

yakni sebesar 14bps. Sementara itu, kelompok bank lainnya yakni bank

persero dan bank swasta masing-masing hanya menurunkan suku bunga

kredit sebesar 2bps dan 6bps. Suku bunga KI terendah disediakan oleh

kelompok bank persero (11,71%), diikuti oleh kelompok bank asing dan

campuran (11,74%). Sementara itu, suku bunga KMK terendah disediakan

oleh kelompok bank asing dan campuran (10,56%), diikuti oleh kelompok

bank persero (13,36%).

Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6,75 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50

Penjaminan Deposito 7,25 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00

Dep 1 bulan (Weighted Average) 8,31 7,94 7,43 7,38 7,16 6,87 7.09 6.93 6.77 6.89 6.76 6.79 6.79

Base Lending Rate 13,20 13.00 12,96 13,01 12,94 12,83 12.65 12.66 12.58 12.62 12.58 12.50 12.39

Kredit Modal Kerja (KMK) 14,45 14,30 14,17 14,09 13,96 13,69 13.75 13.68 13.54 13.42 13.26 13.17 13.21

Kredit Investasi (KI) 13,58 13,48 13,20 13,20 13,03 12,96 13.24 13.21 12.72 12.62 12.59 12.70 12.60

Kredit Konsumsi (KK) 16,66 16,62 16,67 16,53 16,47 16,42 16.32 16.36 15.42 15.34 15.23 14.99 14.92

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

2 0 0 9 2 0 10Suku Bunga (%)

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

19

Dana, Kredit, dan Uang BeredarPertumbuhan DPK meningkat.Pertumbuhan DPK meningkat.Pertumbuhan DPK meningkat.Pertumbuhan DPK meningkat.Pertumbuhan DPK meningkat. Pada Juli 2010, pertumbuhan DPK

mencapai 15,3% (yoy) atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar

14,9% (yoy) (Grafik 2.21). Meskipun secara pertumbuhan mengalami

peningkatan, DPK pada Juli 2010 mengalami penurunan sebesar Rp13,4

triliun sesuai pola historisnya. Dengan demikian, selama tahun 2010 DPK

telah meningkat sebesar Rp109,6 triliun (5,6%, ytd) menjadi Rp2.082,2

triliun.

Meningkatnya pertumbuhan DPK pada Juli 2010 terutama ditopang oleh

pertumbuhan tabungan dan deposito. Pertumbuhan tabungan dan

deposito masing-masing meningkat menjadi 20,2% dan 12,0% (yoy) dari

bulan sebelumnya sebesar 18,6% dan 11,7% (yoy). Sementara itu,

komponen lainnya, giro, mengalami sedikit perlambatan menjadi 16,0%

(yoy) dari 16,8% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Pertumbuhan kredit mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada JuliPertumbuhan kredit mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada JuliPertumbuhan kredit mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada JuliPertumbuhan kredit mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada JuliPertumbuhan kredit mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada Juli

2010, pertumbuhan kredit terus meningkat menjadi 18,8% (yoy)2010, pertumbuhan kredit terus meningkat menjadi 18,8% (yoy)2010, pertumbuhan kredit terus meningkat menjadi 18,8% (yoy)2010, pertumbuhan kredit terus meningkat menjadi 18,8% (yoy)2010, pertumbuhan kredit terus meningkat menjadi 18,8% (yoy)

dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 18,0% (yoy)dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 18,0% (yoy)dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 18,0% (yoy)dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 18,0% (yoy)dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 18,0% (yoy). Kredit

(dengan channeling) meningkat sebesar Rp11,5 triliun pada Juli 2010 atau

meningkat sebesar Rp156,5 triliun selama tahun 2010 (10,6%, ytd).

Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kredit

pada periode yang sama tahun 2009, dan bahkan hampir menyamai pola

pertambahan kredit di tahun 2008. Berdasarkan data indikasi sementara,

pertumbuhan kredit pada Agustus 2010 diperkirakan dapat mencapai

20,3% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Modal Kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Modal Kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Modal Kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Modal Kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Modal Kerja (KMK)

menunjukkan peningkatan pertumbuhan yg paling besar pada Juli 2010.menunjukkan peningkatan pertumbuhan yg paling besar pada Juli 2010.menunjukkan peningkatan pertumbuhan yg paling besar pada Juli 2010.menunjukkan peningkatan pertumbuhan yg paling besar pada Juli 2010.menunjukkan peningkatan pertumbuhan yg paling besar pada Juli 2010.

Pertumbuhan KMK meningkat menjadi 13,9% (yoy) dari bulan sebelumnya

yang sebesar 12,7% (yoy). Dengan pangsa KMK yang mencapai 47,4%

dari total kredit, maka kontribusi pertumbuhan KMK terhadap

pertumbuhan kredit juga semakin besar (Grafik 2.22). Pertumbuhan Kredit

Konsumsi (KKI relatif stabil dibandingkan dengan bulan lalu yakni sebesar

25,6% (yoy) (bulan sebelumnya sebesar 25,0% (yoy)). Terkait Kredit

Investasi (KI), pertumbuhan KI pada Juli 2010 justru sedikit melambat

menjadi 23,6% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 25,2% (yoy).

Berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas pada Juli 2010Berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas pada Juli 2010Berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas pada Juli 2010Berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas pada Juli 2010Berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas pada Juli 2010

menunjukkan peningkatan. menunjukkan peningkatan. menunjukkan peningkatan. menunjukkan peningkatan. menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan kredit valas mencapai 20,4%

(yoy), meningkat dari bulan sebelumnya 17,6% (yoy). Akselerasi kredit

Grafik 2.21.Pertumbuhan Kredit, DPK, dan BI Rate

% %

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2008 2009 2010

3

4

5

6

7

8

9

10Kredit

DPK

BI Rate

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

Grafik 2.22.Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan

-5

0

5

10

15

20

25

% Kontribusi Pertumbuhan

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei

KMKKI

KK

2008 2009 2010

KMK KI KK13,9% 23,6% 25,6%

47,4% 21,2% 31,3%

% yoy

Pangsa yoy

Page 22: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

20

valas tersebut sejalan dengan meningkatnya kegiatan impor khususnya

untuk barang modal berupa kendaraan penumpang dan peningkatan DPK

valas. Sementara itu pertumbuhan kredit rupiah sedikit meningkat

mencapai 21,8% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya (21,5%

yoy).

Likuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring perbaikan aktivitasLikuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring perbaikan aktivitasLikuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring perbaikan aktivitasLikuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring perbaikan aktivitasLikuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring perbaikan aktivitas

ekonomi. ekonomi. ekonomi. ekonomi. ekonomi. Pada Agustus 2010, pertumbuhan base money mencapai 19,4%

(yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 14,2%

(yoy) (Grafik 2.23). Peningkatan base money pada Agustus cukup

signifikan terutama didorong oleh meningkatnya permintaan uang kartal

masyarakat terkait dengan persiapan menjelang hari raya Idul Fitri.

Pertumbuhan uang kartal pada Agustus 2010 mencapai 24,0% (yoy)

meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 13,8% (yoy).

Likuiditas perekonomian M1 dan M2 meningkat. Likuiditas perekonomian M1 dan M2 meningkat. Likuiditas perekonomian M1 dan M2 meningkat. Likuiditas perekonomian M1 dan M2 meningkat. Likuiditas perekonomian M1 dan M2 meningkat. Pada Juli 20102,

pertumbuhan likuiditas perekonomian khususnya M1 meningkat menjadi

14,6% (yoy), dari bulan sebelumnya sebesar 12,4% (yoy). Sementara itu,

pertumbuhan M2 meningkat menjadi 15,2% (yoy) dari bulan sebelumnya

sebesar 14,5% (yoy) (Grafik 2.24). Secara tren, sejak awal tahun

pertumbuhan M1 dan M2 cenderung stabil, meskipun masih tumbuh lebih

rendah dari pola sebelum krisis. Pertumbuhan M1 yang sejalan dengan

pertumbuhan PDB dapat menjadi indikasi awal perbaikan kondisi ekonomi.

Grafik 2.23.Pertumbuhan Base Money dan Currency

Grafik 2.24.Pertumbuhan Uang Beredar

2 Data LBU Lama sampai dengan Juni 2010. Data LBU lama berbeda dengan data SEKI. Data LBUlama tidak termasuk data BPR.

% yoy

-20

-10

0

10

20

30

40

50

2006 2007 2008 20102009

24,0

31,5

19,4

M0M0 (GWM 5%) Currency

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

Data DSM, olah Tim 4-BKM

14,6

15,2

15,0

%Y-o-Y %

0

4

8

12

16

20

24

28

2005 2006 2007 2008 2009 20101 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

M1 M2 M2 Rp

7

Page 23: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

21

Pasar SahamPerkembangan kondisi fundamental perekonomian Indonesia memberikanPerkembangan kondisi fundamental perekonomian Indonesia memberikanPerkembangan kondisi fundamental perekonomian Indonesia memberikanPerkembangan kondisi fundamental perekonomian Indonesia memberikanPerkembangan kondisi fundamental perekonomian Indonesia memberikan

kontribusi yang cukup signifikan terhadap kenaikan IHSG pada bulankontribusi yang cukup signifikan terhadap kenaikan IHSG pada bulankontribusi yang cukup signifikan terhadap kenaikan IHSG pada bulankontribusi yang cukup signifikan terhadap kenaikan IHSG pada bulankontribusi yang cukup signifikan terhadap kenaikan IHSG pada bulan

Agustus 2010. Agustus 2010. Agustus 2010. Agustus 2010. Agustus 2010. Meskipun sempat mengalami koreksi pada awal bulan,

IHSG kembali menguat selama bulan Agustus 2010 sehingga ditutup pada

level 3081,8. Perkembangan beberapa indikator penting dari sisi makro

ekonomi seperti nilai tukar yang relatif stabil, perekonomian yang semakin

membaik serta suku bunga yang relatif rendah semakin menambah

kepercayaan investor luar negeri khususnya untuk menempatkan dananya

di pasar saham. Dalam perkembangannya, IHSG menguat 0,41% dan

mampu mencapai rekor level tertinggi di level 3.145,13 (Grafik 2.25).

Dari sisi mikro emiten, fundamental emiten masih cukup terjaga. Hal

tersebut diantaranya tercermin pada laporan keuangan semester I 2010

beberapa emiten yang menunjukkan perolehan keuntungan yang cukup

tinggi. Selain itu, kinerja emiten yang cukup baik juga tercermin pada

indikator Return On Asset (ROA) di beberapa sektor yang menunjukkan

peningkatan. Pembagian dividen oleh beberapa emiten juga merupakan

indikator masih cukup kuatnya fundamental emiten 2010.

Kondusifnya perekonomian Indonesia mendorong investor asing untukKondusifnya perekonomian Indonesia mendorong investor asing untukKondusifnya perekonomian Indonesia mendorong investor asing untukKondusifnya perekonomian Indonesia mendorong investor asing untukKondusifnya perekonomian Indonesia mendorong investor asing untuk

terus menanamkan modalnya di pasar saham Indonesia. terus menanamkan modalnya di pasar saham Indonesia. terus menanamkan modalnya di pasar saham Indonesia. terus menanamkan modalnya di pasar saham Indonesia. terus menanamkan modalnya di pasar saham Indonesia. Kepercayaan

investor asing terus tumbuh sebagaimana tercermin pada transaksi asing

yang selalu mencatat beli neto pada 3 (tiga) bulan terakhir. Rata-rata beli

asing neto selama Agustus 2010 tercatat sebesar Rp90 miliar per hari.

Maraknya transaksi perdagangan oleh investor asing memberikan

kontribusi positif terhadap meningkatnya transaksi perdagangan secara

keseluruhan.nTransaksi perdagangan saham selama bulan Agustus 2010

tercatat sebesar Rp2,5 triliun per hari dengan rata-rata saham yang

ditransaksikan sebesar 4 miliar saham per hari (Grafik 2.26).

Grafik 2.25.IHSG dan Indeks Regional

Grafik 2.26.Nilai dan Volume Perdagangan IHSG

-15% -10% -5% 0% 5% 10%Sumber: BloombergData per 31Agustus 2010

Indonesia (IHSG)Vietnam

Thailand (SET)Philipina

Kuala Lumpur (KLCI)Strait Times (STI)

Shanghai (SHCOMP)Hong Kong (Hang Seng)

India (SENSEX)Inggris (FTSE)

Jepang (Nikkei)AS (Dow Jones)

EM ASIADunia

0,41%-7,86%

6,70%4,06%

4,52%-1,25%

0,05%-2,35%

0,58%-1,98%

-7,48%-4,37%

-0,92%

-3,39%

6.000.000

5.000.000

4.000.000

3.000.000

2.000.000

1.000.000

0

3.500.000

3.000.000

2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

0

Volume Perdagangan (RHS)

Nilai Perdagangan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

2010

3 26 Agustus 2010

Page 24: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

22

Pasar SBNKinerja SBN yang semakin membaik didorong oleh prospek ekonomi danKinerja SBN yang semakin membaik didorong oleh prospek ekonomi danKinerja SBN yang semakin membaik didorong oleh prospek ekonomi danKinerja SBN yang semakin membaik didorong oleh prospek ekonomi danKinerja SBN yang semakin membaik didorong oleh prospek ekonomi dan

persepsi risiko eksternal yang masih positif. persepsi risiko eksternal yang masih positif. persepsi risiko eksternal yang masih positif. persepsi risiko eksternal yang masih positif. persepsi risiko eksternal yang masih positif. Dari sisi makroekonomi, faktor

di balik penguatan kinerja SBN tersebut yakni nilai tukar yang relatif stabil,serta prospek pertumbuhan ekonomi yang positif. Di samping itu, kinerja

SBN juga ditopang oleh relatif terbatasnya risiko fiskal serta

kesinambungan fiskal yang masih terjaga. Faktor-faktor positif tersebut

mendorong yield jangka pendek dan panjang terus menurun masing-

masing sebesar 4bps, dan 8bps. Di sisi lain, yield jangka menengah justru

mengalami kenaikan sebesar 18bps akibat aksi jual asing pada tenor

tersebut. Dengan perkembangan tersebut, secara umum yield naik tipis

5bps dan ditutup pada level 7,9% (Grafik 2.27).

Peningkatan arus modal masuk di pasar SBN selama Agustus 2010Peningkatan arus modal masuk di pasar SBN selama Agustus 2010Peningkatan arus modal masuk di pasar SBN selama Agustus 2010Peningkatan arus modal masuk di pasar SBN selama Agustus 2010Peningkatan arus modal masuk di pasar SBN selama Agustus 2010

mendukung perbaikan kinerja SBN, khususnya di jangka pendek danmendukung perbaikan kinerja SBN, khususnya di jangka pendek danmendukung perbaikan kinerja SBN, khususnya di jangka pendek danmendukung perbaikan kinerja SBN, khususnya di jangka pendek danmendukung perbaikan kinerja SBN, khususnya di jangka pendek dan

panjangpanjangpanjangpanjangpanjang. Perilaku pelaku asing tersebut didorong oleh persepsi positif

terhadap relatif tingginya imbal hasil yang ditawarkan dibandingkan

dengan negara kawasan dan ekspektasi atas pencapaian level investmentgrade yang lebih cepat.

Posisi beli neto investor asing di pasar SBN diikuti dengan membaiknyaPosisi beli neto investor asing di pasar SBN diikuti dengan membaiknyaPosisi beli neto investor asing di pasar SBN diikuti dengan membaiknyaPosisi beli neto investor asing di pasar SBN diikuti dengan membaiknyaPosisi beli neto investor asing di pasar SBN diikuti dengan membaiknya

aktivitas perdagangan.aktivitas perdagangan.aktivitas perdagangan.aktivitas perdagangan.aktivitas perdagangan. Kondisi tersebut sejalan dengan kepercayaan

pelaku pasar yang relatif stabil. Volume perdagangan selama Agustus

2010 tercatat meningkat menjadi sebesar Rp5,5 triliun per hari dari Rp3,6

triliun per hari. Meningkatnya aktivitas perdagangan tersebut turut

meningkatkan frekuensi rata-rata harian perdagangan menjadi 280 kali

perhari pada Agustus 2010 dibandingkan dengan bulan sebelunya yang

hanya sebesar 202 kali per hari (Grafik 2.28). Meskipun demikian

kecenderungan investor asing menggunakan strategi ≈buy and hold(termasuk Hold to Maturity)Δ masih cukup besar mengingat tipisnya aksi

jual di pasar SBN. Kondisi tersebut sedikit mengurangi aktivitas pada pasar

sekunder.

Pasar ReksadanaPergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tidak searah dengan kinerjaPergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tidak searah dengan kinerjaPergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tidak searah dengan kinerjaPergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tidak searah dengan kinerjaPergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tidak searah dengan kinerja

underlying asset-underlying asset-underlying asset-underlying asset-underlying asset-nya.nya.nya.nya.nya. Pada Juli 2010, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana

tumbuh negatif menjadi -0,6% dari bulan sebelumnya 1,1%.

Pertumbuhan tersebut tidak sejalan dengan perkembangan kinerja

benchmark (IHSG) yang mampu tumbuh tumbuh sebesar 5,3% pada Juli

Grafik 2.27.Yield SBN dan BI Rate

Grafik 2.28.Nilai dan Volume Perdagangan IHSG

%

6

8

10

12

14

16

18

20

22

2005 2006 2007 2008 2009 2010

BI RateYield Govt Bond 10 YR

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

Rp, Triliun %

0

2

4

6

8

10

2008 2009 20101 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7

5

10

15

20Daily Average-Trading Volume Govt Bond

Average Yield (RHS)

8

Page 25: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

23

2010. Berdasarkan jenisnya, reksadana pendapatan tetap, dan campuran

masing-masing tumbuh melambat sebesar √0,6% dan -1,8%, sedangkan

reksadana saham meskipun masih tumbuh negatif namun jika

dibandingkan dengan bulan sebelumnya telah mengalami peningkatan

yang cukup besar, yakni dari -4,4% menjadi -1,8%4. (Grafik 2.29).

Kondisi PerbankanKondisi sektor perbankan tetap kuatKondisi sektor perbankan tetap kuatKondisi sektor perbankan tetap kuatKondisi sektor perbankan tetap kuatKondisi sektor perbankan tetap kuat. Per Juli 2010 rasio permodalan (CAR)

tercatat sebesar 16,5%. Indikator-indikator utama lainnya seperti rasio

kredit bermasalah (Non Performing Loan √ NPL), Net Interest Margin (NIM)

dan Return On Asset (ROA) menunjukkan perkembangan yang baik. NPL

tetap terjaga di bawah 5,0%, sedangkan Return On Asset (ROA) dan Net

Interest Margin (NIM) tetap stabil sebesar 2,9% dan 0,5% (Tabel 2.2).

Selain indikator-indikator utama yg baik, fungsi intermediasi perbankan

juga terus membaik. Kredit per Juli 2010 tumbuh sebesar 18,8% (yoy)

atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 18,0%.

Grafik 2.29NAB dan NAB/Unit Reksadana

Spread Indeks NAB-NAB/UnitIndeks NABIndeks NAB/Unit

0

50

100

150

200

250

2007 2008 2009 2010

0

50

100

150

200

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

4 Pusat Informasi Reksadana Bapepam; Lag 1 bulan.

Tabel 2.2Kondisi Umum Perbankan

Total Aset (T Rp) 2.331,4 2.384,6 2.388,6 2.392,7 2.439,7 2.534,1 2.501,8 2.517,0 2.563,7 2.576,3 2.604,4 2.678,3 2.683,5

DPK (T Rp) 1.806,6 1.847,0 1.857,3 1.863,5 1.897,0 1.973,0 1.948,6 1.931,6 1.982,2 1.980,5 2.013,2 2.096,0 2.082,6

Kredit (T Rp) 1.370,2 1.400,4 1.399,9 1.410,4 1.430,9 1.470,8 1.435,7 1.459,7 1.485,9 1.516,0 1.561,2 1.615,8 1.627,4

LDR (%) 75,8 75,8 75,4 75,7 75,4 74,5 73,7 75,6 75,0 76,5 77,5 77,1 78,1

NPLs Gross* (%) 4,6 4,5 4,3 4,3 4,4 3,8 3,9 4,0 3,8 3,5 3,6 3,3 3,4

NPLs Net * (%) 1,7 1,5 1,3 1,2 1,4 0,9 1,1 1,0 1,0 0,9 1,0 0,8 0,9

CAR (%) 17,0 17,0 17,7 17,6 17,0 17,4 19,2 19,3 19,1 19,2 17,8 17,4 16,5

NIM (%) 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

ROA (%) 2,7 2,7 2,6 2,7 2,6 2,6 3,1 2,9 3,0 2,9 2,9 2,9 2,9

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

2 0 0 9 2 0 10IndikatorUtama

* dengan channeling

Page 26: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

24

III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010

memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%.memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%.memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%.memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%.memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Namun

demikian dengan mempertimbangkan adanya potensi tekanan inflasi ke

depan, Dewan Gubernur memandang penting untuk menaikkan rasio Giro

Wajib Minimum (GWM) Primer dari 5% menjadi 8% DPK (Dana Pihak

Ketiga) Rupiah, mengingat kondisi ekses likuiditas perbankan yang masih

cukup besar. Atas pemenuhan tambahan GWM Primer sebesar 3% akan

diberikan remunerasi sebesar 2,50% p.a. Kombinasi kebijakan tersebut

dipandang memadai untuk menjaga stabilitas moneter dan stabilitas

sistem keuangan di tengah arus modal yang masih tinggi. Sementara itu,

dalam rangka mendorong fungsi intermediasi perbankan, Dewan

Gubernur juga menetapkan ketentuan GWM berdasarkan LDR (Loan to

Deposit Ratio) agar kredit perbankan tumbuh dengan tetap berlandaskan

pada prinsip kehati-hatian, dengan batas bawah LDR 78% dan batas atas

LDR 100%. Bank yang memiliki LDR diluar kisaran target LDR akan

dikenakan disinsentif berdasarkan selisih LDR terhadap target. Apabila LDR

bank melebihi target dengan kondisi permodalan yang memadai bank

dapat memperoleh insentif. Kebijakan GWM tersebut dalam

pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, yaitu GWM Primer mulai

berlaku sejak 1 November 2010 dan GWM LDR mulai berlaku sejak 1

Maret 2011.

Mencermati berbagai perkembangan di atas, Dewan GubernurMencermati berbagai perkembangan di atas, Dewan GubernurMencermati berbagai perkembangan di atas, Dewan GubernurMencermati berbagai perkembangan di atas, Dewan GubernurMencermati berbagai perkembangan di atas, Dewan Gubernur

memandang penting untuk menempuh langkah-langkah kebijakan baikmemandang penting untuk menempuh langkah-langkah kebijakan baikmemandang penting untuk menempuh langkah-langkah kebijakan baikmemandang penting untuk menempuh langkah-langkah kebijakan baikmemandang penting untuk menempuh langkah-langkah kebijakan baik

dari sisi Bank Indonesia maupun koordinasi dengan Pemerintah untukdari sisi Bank Indonesia maupun koordinasi dengan Pemerintah untukdari sisi Bank Indonesia maupun koordinasi dengan Pemerintah untukdari sisi Bank Indonesia maupun koordinasi dengan Pemerintah untukdari sisi Bank Indonesia maupun koordinasi dengan Pemerintah untuk

menjaga agar inflasi kedepan tetap sesuai dengan sasaran inflasi yangmenjaga agar inflasi kedepan tetap sesuai dengan sasaran inflasi yangmenjaga agar inflasi kedepan tetap sesuai dengan sasaran inflasi yangmenjaga agar inflasi kedepan tetap sesuai dengan sasaran inflasi yangmenjaga agar inflasi kedepan tetap sesuai dengan sasaran inflasi yang

ditetapkan.ditetapkan.ditetapkan.ditetapkan.ditetapkan. Untuk saat ini fokus dari kebijakan diarahkan untuk

mengefektifkan pengendalian ekses likuiditas yang belum tersalurkan ke

sektor riil tanpa mengganggu fungsi intermediasi perbankan. Selain itu,

Bank Indonesia juga akan terus memperkuat langkah-langkah yang

diperlukan termasuk penguatan koordinasi dengan Pemerintah baik di

tingkat pusat maupun daerah.

Page 27: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

25

POKOK POKOK PENJELASAN

Kebijakan Giro Wajib MinimumDalam RupiahDewan Gubernur Bank Indonesia pada Jumat, 3 September 2010memutuskan untuk menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalamRupiah menjadi 8% dan menerapkan GWM LDR. Kebijakan tersebutdimaksudkan untuk merespons tekanan inflasi yang cenderung meningkatmelalui pengelolaan ekses likuiditas perbankan. Penetapan besaran GWMtersebut telah mempertimbangkan kondisi likuiditas perbankan sehinggatidak mengurangi kemampuan bank dalam ekspansi kredit sesuai denganrencana bisnis bank dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian.

1. Latar Belakang:

1.1. Kinerja perekonomian domestik terus membaik dan disertai dengan

terjaganya stabilitas sektor keuangan. Namun, tekanan inflasi yang

meningkat dan kondisi ekses likuiditas perbankan yang persisten

tinggi perlu direspons agar tidak mengakselerasi ekspektasi inflasi

yang dapat mengganggu stabilitas moneter.

1.2. Stabilitas sektor keuangan yang telah terpelihara selama ini perlu

terus didukung oleh penguatan kondisi sektor perbankan dalam

menghadapi berbagai risiko yang muncul, serta perbaikan fungsi

intermediasi perbankan.

1.3. Stabilitas moneter dan sektor keuangan perlu terus ditingkatkan

melalui pengelolaan ekses likuiditas perbankan secara terukur, antara

lain melalui penerapan GWM.

1.4. GWM dalam Rupiah yang berlaku perlu disesuaikan dengan

memerhatikan kondisi likuiditas perbankan serta peran bank dalam

menjalankan fungsi intermediasi sehingga tetap dapat memenuhi

target ekspansi kredit sesuai dengan rencana bisnis bank, terutama

kredit untuk tujuan produktif dan meningkatkan kapasitas

perekonomian.

Page 28: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

26

2. Kebijakan yang Ditempuh

GWM dalam Rupiah ini mencakup: GWM Primer 8% + GWM SekunderGWM Primer 8% + GWM SekunderGWM Primer 8% + GWM SekunderGWM Primer 8% + GWM SekunderGWM Primer 8% + GWM Sekunder

2,5% + GWM LDR2,5% + GWM LDR2,5% + GWM LDR2,5% + GWM LDR2,5% + GWM LDR

2.1. GWM Primer sebesar 8% DPK rupiah:

- Penyesuaian GWM Primer dalam rupiah dari 5% menjadi 8%

dari DPK rupiah.

- Terhadap pemenuhan tambahan GWM Primer dalam rupiah

sebesar 3% dari DPK rupiah akan diberikan jasa giro sebesar

2,5% p.a.

- Jasa giro tidak akan diberikan pada bank yang memiliki GWM

Primer di bawah 8%.

2.2. GWM Sekunder sebesar 2,5% DPK rupiah:

- GWM Sekunder dalam rupiah sebesar 2,5% DPK rupiah tetap

berlaku.

2.3. GWM LDR

- GWM LDR ditetapkan dalam suatu kisaran yang dipandang

mampu mendorong fungsi intermediasi perbankan namun tetap

menjaga prinsip kehati-hatian.

- Berdasarkan tujuan di atas, kisaran target LDR ditetapkan dengan

batas bawah 78% dan batas atas 100%.

- Bank-bank dengan LDR di luar kisaran tersebut akan dikenakan

disinsentif dengan ketentuan sebagai berikut:

- Untuk bank yang memiliki LDR lebih rendah dari batas bawah

target LDR dikenakan disinsentif berupa tambahan GWM

sebesar 0,1% dari DPK rupiah untuk setiap 1% kekurangan

LDR.

- Untuk bank yang memiliki LDR lebih tinggi dari batas atas

target LDR dan memiliki CAR lebih kecil dari 14% dikenakan

disinsentif berupa tambahan GWM sebesar 0,2% dari DPK

rupiah untuk setiap 1% kelebihan LDR.

Page 29: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

27

- Untuk bank yang memiliki LDR lebih dari batas atas target

LDR namun memiliki CAR 14% atau lebih tidak dikenakan

tambahan GWM.

- Target LDR dan parameter disinsentif sebagaimana dimaksud di

atas akan dievaluasi oleh Bank Indonesia sewaktu-waktu

diperlukan.

3. Implementasi Kebijakan

Kebijakan GWM ini berlaku dalam beberapa bulan mendatang dengan

rincian sebagai berikut:

1. GWM Primer 8% DPK rupiah 1 November 2010

2. GWM Sekunder 2,5% DPK rupiah Tetap berlaku

3. GWM LDR 1 Maret 2011

No.No.No.No.No. Kebijakan GWM dalam RupiahKebijakan GWM dalam RupiahKebijakan GWM dalam RupiahKebijakan GWM dalam RupiahKebijakan GWM dalam Rupiah ImplementasiImplementasiImplementasiImplementasiImplementasi

Masa tenggang waktu yang cukup lama tersebut dimaksudkan untuk

memberikan waktu yang cukup bagi perbankan dalam menyesuaikan

pengelolaan likuiditasnya. Kebijakan GWM dalam rupiah tersebut akan

senantiasa dievaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi

perekonomian.

4. Penutup

Kebijakan GWM dalam rupiah tersebut di atas akan diatur lebih lanjut

dalam Peraturan Bank Indonesia. Untuk pertanyaan, dapat disampaikan

kepada Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Direktorat Riset

Ekonomi dan Kebijakan Moneter, serta Direktorat Pengelolaan Moneter

melalui:

- Telepon: 381-7166, 381-8203, 381-8339, 381-8187

- E-mail: [email protected]; dan [email protected]

- Website: www.bi.go.id

Page 30: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/cTKMSept2010.pdf · kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2010

28

Indikator Terkini

* angka sementara * angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia. kecuali data pasar modal (BAPEPAM). IHK. ekspor/impor dan PDB dari BPS

SEKTOR KEUANGAN

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

INDIKATOR KUARTALAN

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 1 bln 1)

Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2

JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar RpBase Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposit Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor

6,45 6,41 6,27 6,20 6,30 6,26 - - 6,60 6,59 6,56 6,50 6,58 6,60 6,63 - 7,09 6,93 6,77 6,89 6,76 6,79 - - 7,31 7,08 6,99 6,98 6,95 6,95 - - 6,45 6,40 6,38 6,30 6,30 6,34 6,32 - 2.611 2.549 2.777 2.971 2.797 2.914 3.069 - 384.176 380.145 374.406 385.431 391.848 401.435 408.967 - 496.527 490.084 494.461 494.718 514.005 522.138 550.496 - 211.811 211.708 205.083 211.390 214.695 222.828 227.919 - 284.716 278.376 289.378 283.327 299.310 299.310 322.577 - 1.942.999 1.936.273 1.972.683 1.981.457 2.011.683 2.059.126 - - 1.446.473 1.446.189 1.478.222 1.486.739 1.497.677 1.536.988 - - 1.317.461 1.317.102 1.347.094 1.359.591 1.373.918 1.412.917 - - 736.999 744.823 772.718 780.475 789.142 808.099 - - 580.462 572.280 574.376 579.116 584.776 604.818 - - 129.011 129.086 131.128 127.148 123.759 124.072 - - 1.813.988 1.807.186 1.841.555 1.854.309 1.887.923 1.935.055 - - 1.530.338 1.557.520 1.592.410 1.616.541 1.658.263 1.718.368 - - 1.350.803 1.378.227 1.399.757 1.411.582 1.460.007 1.509.671 - - 0,84 0,30 -0,14 0,15 0,29 0,97 1,57 0,76 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 9.365 9.335 9.115 9.012 9.180 9.083 8.952 - 8.399 9.058 11.054 9.981 10.534 10.333 - - 7.522 7.490 8.981 8.737 8.270 9.269 - - 61,59 62,14 63,60 70,75 68,54 69,68 70,86 -

5,7 6,0 2,5 4,0 12,7 10,0 322,5 169,3 19,6 14,6 22,6 15,8

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

2010

Tw.I** Tw.II***

2010