Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

13
Draft Laporan Akhir Pemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas BAB IV KONSERVASI AIR TANAH 4.1. TINJAUAN UMUM Pengelolaan air tanah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan konservasi air tanah, pendayagunaan air tanah, dan pengendalian daya rusak air tanah yang diselenggarakan dengan prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayuagunaan air tanah. Terminologi konservasi air tanah menurut Perraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah adalah upaya pemeliharaan keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dala kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan dating. Konservasi air tanah dilakukan secara menyeluruh pada cekungan air tanah yang mencakup daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah. Kondisi air tanah di CAT Surabaya-Lamongan dewasa ini telah mengalami degradasi, yaitu kedudukan muka air tanah pada sistem akuifer tertekan umumnya telah mengalami kecenderungan penurunan 2-10 meter dari kondisi awal pada tahun 1993 (perioda 15 tahun), setempat bahkan telah mencapai 39 m mendekati batas rawan. Sementara itu kondisi Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-1

description

yyy

Transcript of Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Page 1: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

BAB IV KONSERVASI AIR TANAH

4.1. TINJAUAN UMUM

Pengelolaan air tanah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi kegiatan konservasi air tanah, pendayagunaan air tanah, dan pengendalian daya

rusak air tanah yang diselenggarakan dengan prinsip keseimbangan antara upaya

konservasi dan pendayuagunaan air tanah.

Terminologi konservasi air tanah menurut Perraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang

Air Tanah adalah upaya pemeliharaan keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat dan

fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dala kuantitas dan kualitas yang memadai untuk

memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan dating.

Konservasi air tanah dilakukan secara menyeluruh pada cekungan air tanah yang mencakup

daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah.

Kondisi air tanah di CAT Surabaya-Lamongan dewasa ini telah mengalami degradasi, yaitu

kedudukan muka air tanah pada sistem akuifer tertekan umumnya telah mengalami

kecenderungan penurunan 2-10 meter dari kondisi awal pada tahun 1993 (perioda 15 tahun),

setempat bahkan telah mencapai 39 m mendekati batas rawan. Sementara itu kondisi

kualitas air tanah belum banyak mengalami perubahan baik pada sistem akuifer tidak

tertekan maupun sistem akuifer tertekan.

Berdasarkan tujuan konservasi air tanah di atas, maka untuk mengurangi kecenderungan

penurunan muka air tanah yang menerus di masa mendatang akibat pemakaian yang terus

meningkat, terutama pada sistem akuifer tertekan diperlukan upaya perlingdungan melalui

kegiatan konservasi air tanah oleh pemerintah daerah dan instansi yang terkait dan

kompeten.

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-1

Page 2: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

Kriteria penentuan zona konservasi air tanah adalah dengan menggunakan penilaian

kuantitas, kualitas, dan lingkungan air tanah sebagai berikut (Tabel 4.1)

Tabel 4.1 Matriks penentuan kriteria kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah (Panduan Teknis Konservasi Air Tanah, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004)

Penurunan muka air tanah

Penurunan kualitasAir tanah

< 40 % 40 - 60 % 60–80 % > 80 %Amblesan tanah

ZPT < 1.000 mg/l

DHL < 1.000 mikromhos/cm

Aman

ZPT 1.000 – 10.000 mg/l

DHL 1.000 – 1.500 mikromhos/cm

Rawan

ZPT 10.000 – 100.000 mg/l

DHL 1.500 – 5.000 mikromhos/cm

Kritis Kritis

ZPT > 100.000 mg/l

DHL > 5.000 mikromhos/cm

Logam berat dan Bahan Beracun

Berbahaya (B3)

Rusak

Sebaran sumur bor produksi umumnya mempunyai kedalaman 100-120 m di bawah

muka tanah setempat (bmt) terdapat di daerah sekitar Tongas, Bantaran,

Sumberasih, Leces, Kraksaan, dan Kademangan. Pemanfaatan air tanah umumnya

diambil dari akuifer pada zona kedalaman 40-115 m bmt.

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-2

Page 3: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

-160

-140

-120

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

Tong

as

Tong

as

Tong

as

Tong

as

Tong

as

Tong

as

Tong

as

Tong

as

Sum

bera

sih

Sum

bera

sih

Sum

bera

sih

Lece

s

Lece

s

Lece

s

Lece

s

Bant

aran

Bant

aran

Paito

n

Paito

n

Paito

n

Paito

n

Won

omer

to

Won

omer

to

Gadin

g

Krak

saan

Krak

saan

Lokasi

Muka air tanah (MAT)

Kedalaman sumur

Saringan atas (top screen)

Saringan bawah (bottom screen)

Muka tanah

Batas penurunan MAT rawan (posisi top screen)

Keda

laman

[m]

Gambar 4.1Posisi muka air tanah, saringan (screen) dan

kedalaman sumur bor produksi dari muka tanah setempat.

Di antara sumur bor produksi telah dibangun 4 buah sumur bor pantau dengan

kedalaman 100 m di Tongas (Kab. Surabaya-Lamongan) 1 buah, Bantaran (Kab.

Surabaya-Lamongan) 2 buah dan Mayangan (Kota Surabaya-Lamongan) 1 buah

(Gambar 4.3).

4.2. JUMLAH PEMAKAIAN DAN POTENSI AIR TANAH

Perkiraan pemakaian air tanah didasarkan pada analisis jumlah penduduk 2007 dan

standar kebutuhan rumah tangganya, pemakaian oleh perusahaan pemegang SIPA

ABT di Dinas Pengairan Kabupaten Surabaya-Lamongan, informasi jumlah dan

pemakaian sumur bor irigasi Dinas Pengairan Kabupaten Surabaya-Lamongan,

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-3

Skala

: Zona akuifer yang disadap

Page 4: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

perusahaan pemegang SIPA Dinas Koperasi, Energi Mineral, dan hasil Penelitian

Potensi Cekungan Air Tanah Surabaya-Lamongan (Dinas Energi dan Sumber Daya

Mineral Propinsi Jawa Timur, 2003) seperti yang disajikan pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Perkiraan jumlah pemakaian dan potensi air tanah CAT Surabaya-

Lamongan

Pemakaian Air Tanah dan Peruntukkannya [juta m3/tahun]

Potensi Air Tanah[juta m3/tahun]

Akuifer Tidak

Tertekan

(Sumur Gali)

Akuifer Tertekan

(Sumur Bor) Akuifer

Tidak TertekanAkuifer Tertekan

Rumah

Tangga

Rumah

Tangga

Industri Pertanian

(Irigasi)

63

(15% dari

potensi )

2

(2% dari

potensi)

6

(5% dari

potensi)

59

(57% dari

potensi)

426 104

Dari Tabel 4.2 di atas, pemakaian air tanah untuk keperluan irigasi pada musim

kemarau cukup banyak yakni mencapai 59 juta m3/tahun yang diambil melalui 111

sumur bor di Kabupaten Surabaya-Lamongan. Operasional pemakaian sumur bor

irigasi tersebut per harinya memakan waktu 10-20 jam atau rata-rata dapat dianggap

15 jam per hari dengan jumlah pengambilan dapat mencapai sekitar 2.991 (dua ribu

sembilan ratus sembilan puluh satu) liter per detik atau setiap sumur irigasi rata-rata

dapat mengambil air tanah sebesar 27 liter per detik dengan kedalaman sumur 100-

120 mbmt. Menurut penyelidikan lapangan, pengambilan air tanah sebesar itu

mengakibatkan dampak penurunan muka air tanah pada sumur-sumur dangkal

penduduk yang ada di sekitarnya, walaupun pada musim penghujan terjadi pengisian

kembali terhadap sumur-sumur penduduk tersebut. Diperkirakan dalam jangka

panjang dampak penurunan muka air tanah ini akan terus berlanjut seperti yang

pernah terjadi di daerah-daerah lain.

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-4

Page 5: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

4.3. KONDISI DAN LINGKUNGAN AIR TANAH4.3.1. Kondisi Kuantitas Air TanahKondisi kedudukan muka air tanah dan perubahannya berkaitan erat dengan kondisi

kuantitas air tanah di suatu wilayah. Kedudukan dan distrbusi muka air tanah di CAT

Surabaya-Lamongan baik pada system akuifer tidak tertekan maupun pada system

akuifer tertekan, diuraikan sebagai berkut :

a. Muka Air Tanah pada Sistem Akuifer Tidak TertekanAir tanah pada system akuifer tidak tertekan disebut pula sebagai air tanah dangkal

atau air tanah bebas. Kedudukan muka air tanah pada system akuifer tidak tertekan

terutama dipengaruhi oleh curahan hujan. Saat musim kemarau muka air tanah pada

sistem akuifer tersebut turun (ground water depletion), sedangkan pada musim

penghujan muka air tanah kambuh karerra proses pengisian kembali (groundwater

replenishmenf).

Hasil pengukuran pada sumur-sumur gali terpilih yang dilakukan saat pelaksanaan

kegiatan lapangan pada 2015, secara umum menunjukkan muka air tanah tidak

tertekan (muka preatik) berada pada kedudukan antara 0,20-10 m bmt, dengan

kedudukan terdangkal umumnya dijumpai di daerah pantai, sementara terdalam

dijumpai di daerah pebukitan. Muka air tanah ini umumnya terdapat pada akuifer

dengan kedalaman kurang dari 20 m, kedalaman lebih besar dari 20 m terdapat di

daerah pebukitan (Gambar 4.4).

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-5

Page 6: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

Muka air tanah (MAT) sumur gali

05

10152025303540

Lokasi

MAT[ m bmt ]

Gambar 4.4 Muka air tanah akuifer tidak tertekan

b. Muka Air Tanah pada Sistem Akuifer TertekanHingga saat ini di CAT Surabaya-Lamongan umumnya banyak dipengaruhi oleh

pemakaian sumur bor irigisai pada musim kemarau dan sebagian untuk industri.

Umumnya kedudukan muka air tanah berada pada kedalaman 5-15 m bmt, dan

sebagian artesis atau di atas muka tanah sekitar 5 m.

Hasil analisis kondisi penurunan muka air tanah terhadap kriteria kerusakan

lingkungan air tanah di daerah penyelidikan umumnya masih dalam kondisi belum

rusak atau termasuk dalam kriteria aman dengan menetapkan muka air tanah rawan

pada posisi kedalaman top screen/saringan atas.

4.3.2. Kondisi Kualitas Air TanahBerdasarkan evaluasi nilai zat padat terlarut (ZPT) dan nilai daya hantar listriknya

(DHL) kualitas air tanah di daerah penyelidikan umumnya berkualitas baik, belum ada

pencemaran atau kerusakan karena pengaruh pemakaian air tanah yang berlebihan.

Nilai ZPT umumnya masih kurang dari 1.000 (seribu) mg/l dan nilai DHL kurang dari

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-6

Page 7: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

1.000 (seribu) mikromhos/cm Kondisi ini bila dikaitkan dengan kriteria kerusakan

lingkungan air termasuk dalam kondisi aman (Gambar 4.11 dan 4.12)

Zat Padat Terlarut (ZPT)

0100200300400500600700800900

100011001200130014001500

Tem

pura

n

Cura

htuli

s

War

ingina

nom

Peru

m g

riya

CV S

urya

di

CV T

iga B

erlia

n

MA

Umbu

lan

Wrin

ginan

om

MA

Palay

Ds K

lampo

k

Ds J

angu

r

Tong

as

Sum

bera

sih

Bant

aran

Pant

alan

Gen

ding

Pajar

akan

Bany

uany

ar

Tega

lsiwa

lan

Lokasi

Aman

Rawan

ZPT

[ mg/

l ]

Gambar 4.11 Gambar nilai zat padat terlarut di daerah penyeldikan

4.4. ZONA KONSERVASI AIR TANAH

Zona konservasi air tanah memuat ketentuan mengenai konservasi dan pendaya

gunaan air tanah pada cekungan air tanah, yang disajikan dalam bentuk peta yang

diklasifikasikan menjadi zona perlindungan air tanah yang meliputi daerah imbuhan

air tanah dan daerah lepasan.

Upaya konservasi air tanah yang bertumpu pada aspek teknis antara lain : dilakukan

dengan cara pengaturan pemakaian air tanah dengan tujuan untuk mencegah

terjadinya perusakan air tanah serta mengurangi dan memulihkan kerusakan yang

telah terjadi. Pengaturan pemakaian air tanah tersaebut meliputi batasan kedalaman

penyedapan air tanah, pengaturan jumlah maksimum pemakaian air tanah,

pengaturan pemekaian air tanah, pengaturan jarak minimum antar sumur, dan

pengaturan bangun konstruksi sumur.

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-7

Page 8: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

Pengaturan pemakaian air tanah di daerah penyelidikan dilakukan sesuai dengan

tingkat kerusakan air tanah, potensi ketersediaan air tanah, dan kesamaan

pengelolaannya, kemudian dituangkan dalam bentuk peta zona konservasi cekungan

air tanah Surabaya-Lamongan tanun 2008 dengan sekala 1 : 100.000 (lampiran

dalam kantong laporan). Berdasarkan evaluasi menurut kriteria pada Tabel 4.1 di

atas, rekomendasi konservasi air tanah terutama dalam system akuifer tertekan yang

tertuang dalam peta tersebut di atas, diuraikan sebagai berikut :

1. Zona konservasi daerah lepasan (discharge area) air tanah

1.1 Zona aman potensi sedang pada akuifer tak tertekan dan potensi tinggi pada

akuifer tertekan.

1.1.1) Zona aman potensi sedang pada akuifer tak tertekan (dangkal)

a) Kedalaman akuifer sampai 20 meter

b) Debit pengambilan optimum 2 l/dtk/sumur (7,2 m3/jam/sumur) dengan

jarak minimum antarsumur 20 m.

c) Khusus diperuntukkan bagi air minum dan rumah tangga

1.1.2) Zona aman potensi tinggi pada akuifer tertekan (dalam)

a) Kedalaman akuifer yang disadap 40-150 meter

b) Debit pengambilan optimum 20 l/dtk/sumur (72 m3/jam/sumur) dengan

jarak minimum antarsumur 210 m.

c) Prioritas pertama untuk penggunaan air minum dan rumah tangga, untuk

keperluan lain (industri, irigasi, dan lain-lain) harus dilengkapi dengan uji

sumur/akuifer setempat.

1.2. Zona aman potensi sedang pada akuifer tak tertekan dan tertekan.

1.2.1) Zona aman potensi sedang pada akuifer tak tertekan (dangkal)

a) Kedalaman akuifer sampai 20 meter

b) Debit pengambilan optimum 2 l/dtk/sumur (7,2 m3/jam/sumur)

dengan jarak minimum antarsumur 20 m.

c) Khusus diperuntukkan bagi air minum dan rumah tangga

1.2.2) Zona aman potensi sedang pada akuifer tertekan (dalam)

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-8

Page 9: Bab 5. Konservasi Air Tanah-edit

Draft Laporan AkhirPemetaan Zona Konservasi Air Tanah Sub CAT Surabaya-Lamongan Pada CAT Brantas

a) Kedalaman akuifer yang disadap 40-120 meter

b) Debit pengambilan maksimum 5 l/dtk/sumur (18 m3/jam/sumur)

dengan jarak minimum antarsumur 300 m.

c) Prioritas pertama untuk penggunaan air minum dan rumah

tangga, untuk keperluan lain (industri, irigasi, dan lain-lain)

harus dilengkapi dengan uji sumur/akuifer setempat.

1.3. Zona aman potensi rendah pada akuifer tak tertekan dan tertekan.

1.3.1) Zona aman potensi rendah pada akuifer tak tertekan (dangkal)

a) Kedalaman akuifer sampai 20 meter

b) Debit pengambilan maksimum 0,1 l/dtk/sumur (0,4 m3/jam/sumur)

dengan jarak minimum antarsumur 30 m.

c) Khusus diperuntukkan bagi air minum dan rumah tangga

1.3.2) Zona aman potensi rendah pada akuifer tertekan (dalam)

a) Kedalaman akuifer yang disadap 40-100 meter

b) Debit pengambilan maksimum 2 l/dtk/sumur (7,2 m3/jam/sumur)

dengan jarak minimum antarsumur 300 m.

d) Terutama untuk penggunaan air minum dan rumah tangga

2. Zona konservasi daerah imbuhan (recharge area) air tanahMerupakan daerah utama pasokan air tanah terutama untuk akuifer tertekan dan

beberapa sumber mata air.

a) Hanya diperuntukkan bagi keperluan air minum dan rumah tangga

b) Debit pengambilan maksimum 2 l/dtk/sumur atau (7,2 m3/jam/sumur)

Bab 5. Konservasi Air Tanah 5-9