BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian...

14
72 Universitas Indonesia BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN UNTUK PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN MERAUKE 4.1.Kasus Posisi Pada tanggal 25 Februari 2008, Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke mengumumkan atau mengundang para penyedia jasa untuk mengikuti pelelangan pekerjaan. Sesuai dengan data lelang yang ada, nama paket dan lingkup pelelangan pekerjaan tersebut adalah “Pemeliharaan Berkala Sota-Erambu-Bupul Tahun Anggaran 2008”. Kemudian tanggal 29 Februari 2008, Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke tersebut mengeluarkan daftar mengenai rincian kuantitas dari harga barang/jasa yang akan dilelangkan. Proses pelelangan dilakukan dengan pelelangan secara umum dengan pascakualifikasi dan mereka mendaftarkan diri dan menandatangani pakta integritas, lalu mengambil dokumen lelang.Para peserta lelang memasukkan dokumen kualifikasi dan dokumen penawaran kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa tersebut. Pada tanggal 5 Maret 2008, Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke menetapkan Usulan Penetapan Pemenang Lelang Pekerjaan Paket: Pemeliharaan Berkala Soto-Erambu-Bupul Tahun Anggaran 2008. Dimana di dalam usulan tersebut terdapat 3 calon penyedia barang/jasa yang diusulkan oleh panitia tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tanggal 10 Maret 2008, Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke menetapkan pemenang lelang adalah PT. Tunas Jaya. Tanggal 25 Maret dikeluarkan surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa kepada PT. Tunas Jaya untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharan jalan dan jembatan merauke dengan dana APBN tahun anggaran 2008 sebesar Rp. 9.668.116.000 (Sembilan miliar enam ratus enam puluh delapan juta seratus enam belas rupiah), oleh Kepala Satuan Kerja Non Vertikal tertentu Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke. Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Transcript of BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian...

Page 1: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

72 Universitas Indonesia

BAB 4

TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN PEMBORONGAN

PEKERJAAN UNTUK PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN

JEMBATAN MERAUKE

4.1.Kasus Posisi

Pada tanggal 25 Februari 2008, Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke mengumumkan atau mengundang

para penyedia jasa untuk mengikuti pelelangan pekerjaan. Sesuai dengan data

lelang yang ada, nama paket dan lingkup pelelangan pekerjaan tersebut adalah

“Pemeliharaan Berkala Sota-Erambu-Bupul Tahun Anggaran 2008”.

Kemudian tanggal 29 Februari 2008, Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke tersebut mengeluarkan daftar

mengenai rincian kuantitas dari harga barang/jasa yang akan dilelangkan.

Proses pelelangan dilakukan dengan pelelangan secara umum dengan

pascakualifikasi dan mereka mendaftarkan diri dan menandatangani pakta

integritas, lalu mengambil dokumen lelang.Para peserta lelang memasukkan

dokumen kualifikasi dan dokumen penawaran kepada Panitia Pengadaan

Barang/Jasa tersebut.

Pada tanggal 5 Maret 2008, Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke menetapkan Usulan Penetapan

Pemenang Lelang Pekerjaan Paket: Pemeliharaan Berkala Soto-Erambu-Bupul

Tahun Anggaran 2008. Dimana di dalam usulan tersebut terdapat 3 calon

penyedia barang/jasa yang diusulkan oleh panitia tersebut. Berdasarkan hal

tersebut, maka pada tanggal 10 Maret 2008, Kepala Satuan Kerja Non Vertikal

Tertentu Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke menetapkan pemenang

lelang adalah PT. Tunas Jaya. Tanggal 25 Maret dikeluarkan surat Penunjukan

Penyedia Barang/Jasa kepada PT. Tunas Jaya untuk melaksanakan pekerjaan

pemeliharan jalan dan jembatan merauke dengan dana APBN tahun anggaran

2008 sebesar Rp. 9.668.116.000 (Sembilan miliar enam ratus enam puluh

delapan juta seratus enam belas rupiah), oleh Kepala Satuan Kerja Non

Vertikal tertentu Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 2: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

73

Universitas Indonesia

Setelah Surat Penunjukan Penyedia Jasa (SPPJ) diterbitkan, Kepala Satuan

Kerja NVT Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Merauke dan PT. Tunas Jaya

menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja

(SPMK) pada tanggal 26 Maret 2008 dengan jangka waktu pelaksanaan

pekerjaan 270 (dua ratus tujuh puluh) hari kalender sejak dikeluarkannya

Surat Perintah Mulai Kerja).

Pada hari ke 218, yakni tanggal 30 Oktober 2008, setelah diadakan

pengecekan pekerjaan oleh pihak Departemen Pekerjaan Umum Merauke,

ditemukan ternyata pekerjaan atas proyek pemeliharaan jalan dan jembatan

Merauke tersebut baru berjalan sekitar 30% (empat puluh persen) dari seluruh

total pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut, maka pengguna barang/jasa/pemilik

dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Jacson

Wamafma (Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pemeliharaan Jalan

dan Jembatan Merauke) menyampaikan tiga surat peringatan tertulis secara

berturut-turut kepada PT. Tunas Jaya selaku penyedia barang/jasa atas proyek

tersebut.

Pemilik memanggil PT. Tunas Jaya untuk diadakan Uji Coba Kemampuan

Kontraktor melalui rapat pembuktian (show cause meeting/SCM). SCM

diadakan sebanyak 3 (tiga) kali, yang ketiganya gagal. Kemudian, PT. Tunas

Jaya menyatakan tidak sanggup untuk melakukan pekerjaan atas proyek

tersebut. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga atas bahan-bahan yang

digunakan dalam proyek itu, sehingga PT. Tunas Jaya sulit sekali untuk

menyelesaikan pekerjaan pemeliharaan itu. Pemilik telah mencoba untuk

meyakinkan PT. Tunas Jaya untuk meneruskan pekerjaannya, namun, tetap

menyatakan tidak sanggup dengan alasan tidak tersedianya dana yang cukup

untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Maka, oleh Pemilik, PT. Tunas Jaya

dianggap telah melakukan wanprestasi karena telah melanggar perjanjian yang

telah mereka sepakati.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 3: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

74

Universitas Indonesia

4.2.Akibat hukum dari wanprestasi pada perjanjian pemeliharaan jalan dan

jembatan di Merauke Provinsi Papua (“Perjanjian Pemeliharaan Jalan

dan Jembatan”)

Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan di Merauke merupakan jenis

kontrak konstruksi lump sum. Menurut Pasal 30 ayat (2) Keputusan Presiden

Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah

harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam

proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia

barang/jasa. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) huruf k Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa

Konstruksi, yang dimaksud kontrak lump sum adalah jenis kontrak kerja

konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu,

denan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin

terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh

penyedia jasa.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan di

Merauke, menyatakan bahwa:

“Membayar kontraktor atas pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan

pekerjaan berdasarkan hasil pengukuran dan Harga Satuan Lump Sum yang

tertera dalam Daftar Kuantitas dan Harga, pada waktu dan dengan cara yang

telah ditentukan dalam Dokumen Kontrak atau dengan harga-harga yang

mungkin ditentukan secara lain berdasarkan ketentuan Kontrak.”

Maka, dapat disimpulkan bahwa Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan itu merupakan suatu kontrak lump sum. Hal ini dipertegas dalam

Pasal 7 ayat (2) dan Pasal 8 ayat (2) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan. Dalam Pasal 8 ayat (2) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

dinyatakan bahwa harga satuan dalam kontrak itu adalah harga satuan tetap

dan pasti.

Melihat ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata, yang menyatakan: “Tiap-tiap

perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”,

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 4: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

75

Universitas Indonesia

maka perikatan yang lahir dari perjanjian ini, memang dikehendaki untuk

terjadi oleh pihak pertama yakni Pemerintah yang diwakili oleh Jacson

Wamafma (Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pemeliharaan Jalan

dan Jembatan Merauke) dan pihak kedua PT. Tunas Jaya yang diwakili oleh

Direktur Utamanya Henry Kurniawan. Kedua belah pihak bermaksud supaya

antara mereka berlaku perikatan hukum atas janji yang telah mereka berikan.

Sementara itu sesuai dengan Pasal 1234 KUH Perdata mengenai macam-

macam perikatan, Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan tersebut

merupakan perikatan untuk berbuat sesuatu. Dimana baik pihak pertama

maupun pihak kedua terikat dengan prestasi yang merupakan kewajiban yang

harus dilaksanakan atau dipenuhi.

Untuk mengetahui apakah Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan telah

memenuhi syarat sahnya perjanjian, maka harus dilihat terlebih dahulu apakh

Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan itu telah memenuhi unsur-unsur

dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut harus bersepakat,

menyetujui hal-hal pokok atau segala sesuatu yang diperjanjikan yang

diwujudkan dalam bentuk pasal-pasal pada Surat Perjanjian Kontrak Paket

Pemeliharaan Berkala Sota-Erambu-Bupul yang telah ditandatangani oleh

para pihak. Terhadap kesepakatan tersebut, telah diberikan secara bebas,

artinya tidak ada pengaruh dari pihak ketiga dan tidak ada gangguan

berupa paksaan, kekhilafan maupun penipuan. Dalam perjanjian ini, tidak

ada pihak yang diancam atau ditakuti untuk menyetujui perjanjian ini. Para

pihak juga menyadari tentang hal-hal pokok yang diperjanjikan dan tidak

ada unsur penipuan dari kedua belah pihak.

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;

Para pihak yang membuat perjanjian ini merupakan orang-orang yang

mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian atau untuk melakukan

perbuatan hukum. Henry Kurniawan sebagai Direktur Utama persero

tersebut telah diberikan kewenangan untuk bertindak untuk dan atas nama

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 5: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

76

Universitas Indonesia

PT. Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor 05 tanggal 12 Desember

2005.

c. Mengenai suatu hal tertentu;

Hal tertentu yang dimaksud adalah bahwa obyek atau prestasi yang

diperjanjikan harus jelas, dapat dihitung, dan dapat ditentukan jenisnya.132

Dalam perjanjian pemeliharaan jembatan dan jalan merauke tersebut telah

disebutkan secara jelas mengenai obyek yang diperjanjikan, yaitu

melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki pekerjaaan pemeliharaan

jalan dan jembatan Merauke dengan paket: Pemeliharaan Berkala Sota-

Erambu-Bupul (KM. 90 s/d 190) yang terletak di Kabupaten Merauke

Provinsi Papua.

d. Suatu sebab yang halal.

Sebab (oorzaak atau causa) adalah isi dari perjanjian. Berarti isi dari

perjanjian itu harus halal, tidak bertentangan dengan undang-undang,

norma kesusilaan atau ketertiban umum. Pengertian tidak boleh

bertentangan dengan Undang-undang di sini adalah Undang-undang yang

bersifat melindungi kepentingan umum, sehingga jika dilanggar dapat

membahayakan kepentingan umum133. Isi dari perjanjian pemeliharaan

jalan dan jembatan Merauke tersebut adalah untuk melaksanakan,

menyelesaikan dan memperbaiki pekerjaan berupa pemeliharaan jalan dan

jembatan di Kabupaten Merauke Provinsi Papua adalah halal, tidak

bertentangan dengan Undang-undang, norma kesusilaan atau ketertiban

umum.

Prestasi adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh debitur

yang merupakan hak dari kreditur untuk melakukan penuntutan terhadap

prestasi tersebut.134 Dalam hal Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan, prestasi yang diperjanjikan adalah PT. Tunas Jaya selaku

132Sri Soesilowati, Hukum Perdata (Suatu Pengantar), cet. 1, (Jakarta: Gitama Jaya, 2005), hal. 143. 133 Ibid, hal. 144. Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Cet. 2, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hal. 99. 134 Sri Soesilowati, op. cit., hal. 150.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 6: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

77

Universitas Indonesia

Kontraktor (Debitur) akan melaksanakan, menyelesaikan dan

memperbaiki pekerjaan pemeliharaan jalan dan jembatan di Kabupaten

Merauke Provinsi Papua. Namun, PT. Tunas Jaya tidak sanggup

melaksanakan apa yang diperjanjikannya sehingga prestasi hanya dapat

terpenuhi sebagian. Maka, berdasarkan pengertian tersebut diatas, tindakan

PT. Tunas Jaya dapat dikategorikan sebagai wanprestasi.

Timbulnya wanprestasi menyebabkan pihak Kreditur dapat

menuntut si Debitur yang lalai dengan pemenuhan perjanjian atau

pembatalan disertai ganti rugi sesuai dengan perhitungan kerugian yang

diderita oleh Kreditur beserta bunganya. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

1267 KUH Perdata yang mengatur bahwa : “Pihak terhadap siapa

perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat

dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian,

ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian

biaya kerugian dan bunga. Terhadap si Debitur yang lalai, terdapat

beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh Kreditur, yaitu:

a. Meminta pelaksanaan perjanjian, meskipun pelaksanaan atas prestasi

yang diperjanjikan sudah terlambat,

b. Meminta penggantian kerugian saja, yakni kerugian yang diderita

olehnya karena terlambat atau tidak dilaksanakan atau dilaksanakan

tetapi tidak sebagaimana mestinya,

c. Menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian kerugian

yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan

perjanjian, dan Kreditur dapat melakukan pembatalan.135

Wanprestasi dapat menimbulkan ganti rugi. Ganti rugi merupakan

sanksi yang dijatuhkan kepada seorang Debitur yang lalai dalam bentuk

membayar sejumlah ganti rugi yang sebenarnya merupakan pengganti atas

prestasi yang tidak dilaksanakannya sehingga menimbulkan kerugian pada

pihak Kreditur. Ganti rugi dapat berupa Biaya, Rugi dan Bunga.136

Namun, penuntutan ganti rugi diberikan pembatasan, seperti yang diatur

135 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet. 26, (Jakarta: Intermasa, 1994), hal. 147-148. 136 Ibid., hal. 48.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 7: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

78

Universitas Indonesia

dalam Pasal 1247 KUH Perdata yang mengatur bahwa “Si berutang hanya

diwajibkan mengganti biaya, rugi, dan bunga yang nyata telah, atau

sedianya harus dapat diduganya sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika

hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan sesuatu tipu daya yang

dilakukan olehnya”. Dan dalam Pasal 1248 KUH Perdata yang mengatur

bahwa “Bahkan jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan tipu-

daya si berutang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekedar mengenai

kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan yang

terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat

langsung dari tak dipenuhinya perikatan”. Berdasarkan kedua pasal

tersebut, ganti rugi hanya meliputi kerugian yang dapat diduga dan yang

merupakan akibat langsung dari wanprestasi.

Pasal 23 huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, menyatakan bahwa wanprestasi dapat

dilakukan baik oleh penyedia barang/jasa (pemborong) maupun pengguna

jasa (pemberi tugas). Bentuk wanprestasi oleh penyedia barang/jasa

(pemborong) adalah:

1. Tidak menyelesaikan tugas atau pekerjaannya

2. Tidak memenuhi mutu

3. Tidak memenuhi kuantitas

4. Tidak menyerahkan hasil pekerjaan

5. Terlambat menyelesaikan pekerjaan.

Bentuk wanprestasi oleh pengguna barang/jasa (pemberi tugas) adalah:

1. Terlambat membayar

2. Tidak membayar

3. Terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan.

Terhadap tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa

maupun Pengguna Jasa dapat dilakukan pemutusan kontrak. Berdasarkan

Pasal 35 ayat (2) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bahwa

“Pemutusan kontrak dapat dilakukan bilamana para pihak cidera janji

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 8: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

79

Universitas Indonesia

dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggungjawabnya sebagaimana

diatur dalam kontrak.”

Mengenai sanksi akibat pemutusan kontrak dalam perjanjian

pemborongan pengadaan barang/jasa, terbagi atas dua, yakni sanksi dalam

pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kelalaian penyedia barang/jasa

dan sanksi pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kesalahan pengguna

barang/jasa. Hal ini diatur dalam Pasal 35 ayat (3) dan ayat (5) Keputusan

Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah. Di dalam Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan, sanksi yang dapat dikenakan kepada Penyedia barang/jasa

(Kontraktor) dalam hal pemutusan kontrak, seperti yang diatur dalam pasal

12 ayat (3) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, yaitu sebagai

berikut:

a. Jaminan pelaksanaan dicairkan/ditarik untuk Pemilik (Pengguna

barang/jasa)

b. Sisa jaminan uang muka dicairkan sekaligus atau sisa uang muka harus

dilunasi sekaligus kepada Pemilik (tidak boleh dicicil)

c. Membayar denda dan ganti rugi. Pengenaan denda diatur:

- apabila kontrak diputus sebelum masa pelaksanaan berakhir

Kontraktor tidak dikenakan denda apapun

- apabila kontrak diputus setelah masa pelaksanaan berakhir, akan

tetapi belum melampaui masa untuk denda maksimum, maka

denda hanya dikenakan sampai waktu pemutusan kontrak

- apabila kontrak diputus setelah masa pengenaan denda maksimum,

maka denda dikenakan maksimum.

d. Kepada kontraktor yang diputus kontraknya dikenakan sanksi

tambahan berupa pengenaan daftar hitam.

Berdasarkan Pasal 35 ayat (5) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun

2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaaan Barang/Jasa Pemerintah,

jika pemutusan kontrak terjadi karena kesalahan pengguna barang/jasa,

maka dia dapat dikenakan sanksi berupa kewajiban mengganti kerugian

yang menimpa penyedia barang/jasa sesuai yang ditetapkan dalam kontrak

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 9: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

80

Universitas Indonesia

dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Maka, ketentuan Pasal

12 ayat (3) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan tersebut telah

sesuai dengan ketentuan Pasal 35 ayat (3) Keputusan Presiden Nomor 80

Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.

Berkaitan dengan kasus dalam Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan, sebagai akibat dari tidak selesainya pekerjaan yang telah

diperjanjikan, PT. Tunas Jaya mencairkan jaminan pelaksanaan dengan

memberikan surat perintah tertulis kepada Bank Papua (selaku penjamin

pengguna barang/jasa atas sejumlah uang sebagai jaminan pelaksanaan

dari penyedia barang/jasa) untuk membayar ganti rugi kepada Pengguna

Jasa (Pemerintah yang diwakili oleh Jacson Wamafma). Jaminan

pelaksanaan yang ditarik untuk Pengguna barang/jasa (Pemerintah yang

diwakili oleh Jacson Wamafma) adalah sebesar 5% (lima persen) dari Rp.

9.668.116.000 (Sembilan miliar enam ratus enam puluh delapan juta

seratus enambelas ribu rupiah) yang merupakan Nilai kontrak Perjanjian

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. Jadi jaminan pelaksanaan yang

diserahkan kepada Pengguna barang/jasa adalah sebesar Rp. 483.405.800

(Empat ratus delapan puluh tiga juta empat ratus lima ribu delapan ratus

rupiah).

Hak Kreditur untuk membatalkan perjanjian akibat wanprestasi

diberikan oleh Pasal 1266 KUH Perdata. Menurut ketentuan Pasal 1266

ayat (1) KUH Perdata syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam

perjanjian timbal balik, manakala salah satu pihak mengingkari. Akan

tetapi, pembatalan tersebut harus dimintakan putusan Hakim, hal ini diatur

dalam Pasal 1266 ayat (2) KUH Perdata. Mengenai hal tersebut, dalam

prakteknya, para pihak sering memperjanjikan untuk menyimpangi

ketentuan Pasal 1266 ayat (2) KUH Perdata tersebut.137 Menurut Pasal 35

ayat (7) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, suatu kontrak hanya

dapat dibatalkan apabila para pihak terbukti melakukan KKN, kecurangan, 137 Sri Soesilowati, op. cit., hal. 152.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 10: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

81

Universitas Indonesia

dan pemalsuan dalam proses pengadaan maupun pelaksanaan kontrak. Di

dalam Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, para pihak sepakat

untuk mengabaikan ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata.138 Hal ini juga

disebutkan dalam Pasal 19 ayat (3) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan yang menyatakan bahwa untuk kepentingan kontrak tersebut,

kedua belah pihak sepakat untuk mengabaikan Pasal 1266 KUH Perdata.

Pasal 15 ayat (1) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan menyatkan

bahwa keadaan memaksa (force majeure) yaitu keadaan luar biasa yang

terjadi di luar kemampuan dan kesalahan kontraktor, seperti gempa, banjir

besar, dan bencana lain, kebakaran, perang, huru hara, sabutase, dan

keadaan darurat lainnya yang terhadapnya kontraktor tidak mampu

mengubah dan mengambil tindakan-tindakan pencegahan sebelumnya.

Menurut Pasal 35 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun

2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

yang dimaksud keadaan kahar (force majeure) adalah hal-hal di luar

kekuasaan para pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan

dalam kontrak yang disebabkan oleh timbulnya perang, pemberontakan

perang saudara, kekacauan dan huru hara, serta bencana alam yang

dinyatakan resmi oleh pemerintah, atau keadaan yang ditetapkan dalam

kontrak. Berdasarkan hal ini, maka, ketentuan mengenai force majeure

dalam Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan telah memenuhi

ketentuan Pasal 35 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Di

dalam Pasal tersebut, para pihak diberi kebebasan untuk menetapkan

keadaan kahar (force majeure) sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.

Menurut Pasal 15 ayat (3) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan, Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada

Pemilik mengenai keadaan memaksa, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

kalender setelah keadaan memaksa. Sedangkan Pasal 37 ayat (6) Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan

Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa harus 138 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Adrinanda, pada tanggal 22 Desember 2008 pukul 13.20 WIB.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 11: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

82

Universitas Indonesia

memberitahukan kepada Pengguna Jasa mengenai keadaan kahar itu

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah terjadinya keadaan

kahar. Dalam prakteknya, mengenai jangka waktu pemberitahuan tentang

keadaan kahar oleh Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa ditentukan

berdasarkan kesepakatan para pihak.139

Mengenai yang menanggung kerugian akibat keadaan kahar,

menurut Pasal 15 ayat (2) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan,

bagian pekerjaan yang diselesaikan dan diterima baik yang kemudian

rusak oleh keadaan memaksa harus diperbaiki oleh Kontraktor atas biaya

Pemilik. Berdasarkan Pasal 37 ayat (5) Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan

Jasa Konstruksi yang menanggung kerugian akibat keadaan kahar

ditentukan berdasarkan kesepakatan dari para pihak. Maka, ketentuan

dalam Pasal 15 ayat (2) Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan telah

sesuai dengan ketentuan Pasal 37 ayat (5) Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan

Jasa Konstruksi.

Pasal 12 ayat (2) Perjanjian Pemeliharan Jalan dan Jembatan

menyatakan untuk keterlambatan waktu pelaksanaan, kepada Kontraktor

akan dikenakan denda 1/1000 (satu perseribu) dari Nilai Kontrak untuk

setiap hari kalender keterlambatan terhitung sejak jangka waktu

pelaksanaan Kontrak habis sampai dengan setingi-tingginya 5% (lima

perseratus) dari Nilai Kontrak. Apabila denda keterlambatan sudah

mencapai 5% (lima perseratus) dari Nilai Kontrak, Pemilik dapat

memutuskan Kontrak secara sepihak. Menurut Pasal 48 ayat (1) Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan

Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi besarnya denda kepada Penyedia

Jasa atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah 1/1000 (satu

perseribu) dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap hari

keterlambatan. Dalam prakteknya, apabila pada saat PHO (Professional

Hand Over) ternyata hanya 90% (sembilan puluh persen) fisik pekerjaan 139 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Adrinanda, Kasubdit Wilayah Timur, pada tanggal 22 Desember 2008 pukul 13.20 WIB.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 12: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

83

Universitas Indonesia

yang selesai, maka Penyedia Jasa (Kontraktor) dikenakan denda 1/1000

(satu perseribu) per hari dari nilai kontrak. Jika denda keterlambatannya

melebihi 5% (lima perseratus) dari Nilai Kontrak, maka Pengguna Jasa

dapat melakukan pemutusan kontrak dan meminta agar jaminan

pelaksanaan dicairkan.140

4.3.Penyelesaian perselisihan/sengketa jasa konstruksi dalam Perjanjian

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Yang dimaksud dengan sengketa konstruksi adalah sengketa yang terjadi

sehubungan dengan pelaksanaan suatu usaha jasa konstruksi antara para pihak

yang tersebut dalam suatu kontrak kontrak konstruksi.141 Berdasarkan Pasal 36

ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,

penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:

1. Melalui pengadilan,

2. Melalui luar pengadilan.

Penyelesaian sengketa melalui luar pengadilan terbagi atas:

1. Mediasi;

2. Konsiliasi;

3. Arbitrase.

Apabila terjadi suatu sengketa dalam kontrak jasa konstruksi, maka cara

penyelesaian yang diutamakan adalah melalui cara musyawarah. Hal ini sudah

merupakan suatu hal yang lumrah dalam suatu perjanjian/kontrak konstruksi. Para

pihak dalam suatu perjanjian konstruksi lebih memilih untuk menyelesaikan

permasalahan yang timbul di antara mereka secara baik dengan cara mengadakan

pertemuan. Dimana dalam pertemuan tersebut para pihak diperbolehkan untuk

saling memberikan argumen mengenai sengketa tersebut. Penyedia barang/jasa

dan Pengguna barang/jasa diberikan kesempatan yang sama untuk saling

meluruskan permasalahan yang ada. Kemudian berusaha mencari solusi yang

140 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Adrinanda, Kasubdit Wilayah Timur, pada tanggal 22 Desember 2008 pukul 13.20 WIB. 141 Nazarkhan Yasin, Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi, cet. 2, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 83.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 13: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

84

Universitas Indonesia

terbaik atas permasalahan itu, dimana sangat diusahakan agar kedua belah pihak

yang bersengketa tidak ada yang merasa dirugikan.142

Apabila jalan musyawarah yang telah ditempuh oleh para pihak dalam suatu

sengketa kontrak konstruksi tidak menemukan titik terang, maka dapat dilakukan

cara lain, yakni penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Dimana terdapat dua

orang panitia arbitrase, yang seorang ditunjuk oleh penyedia barang/jasa

(kontraktor) dan seorang lagi ditunjuk oleh pengguna barang/jasa. Apabila dengan

arbitrase, penyelesaian atas suatu sengketa konstruksi tidak tercapai, maka dapat

ditempuh dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Dalam prakteknya,

para pihak dalam suatu sengketa kontrak konstruksi tidak menginginkan jalan

penyelesaian melalu pengadilan. Hal ini berkaitan dengan nama baik kedua belah

pihak yang bersengketa. Oleh karena itu, jalan penyelesaian melalui pengadilan

sangat dihindari oleh para pihak yang bersengketa tersebut.143

Berdasarkan Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi mengatur bahwa “Pemerintah berwenang untuk

mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan pekerjaan konstruksi

mengakibatkan kerugian dan atau gangguan terhadap keselamatan umum.”

Berdasarkan penjelasan dari pasal tersebut, terhadap keamanan dan keselamatan

umum, Pemerintah dapat mengambil tindakan antara lain:

a. Menghentikan sementara pekerjaan konstruksi;

b. Meneruskan pekerjaan dengan syarat tertentu;

c. Menghentikan sebagian pekerjaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 43/PRT/M/2007

tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Buku 2, Bab IV Pasal

33 ayat (2) angka 1 huruf b mengatur bahwa Pengguna Jasa (Pemerintah) dapat

menetapkan pihak ketiga sebagai penyedia jasa yang akan menyelesaikan sisa

pekerjaan atau atas usulan Penyedia Jasa, apabila Penyedia Jasa tidak dapat

melanjutkan pekerjaan yang telah diperjanjikan.

142 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Adrinanda, Kasubdit Wilayah Timur, pada tanggal 22 Desember 2008 pukul 13.20 WIB. 143 Ibid.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009

Page 14: BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN … I 2082.8178... · menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja ... Tunas Jaya berdasarkan akta notaris nomor

85

Universitas Indonesia

Sedangkan menurut Pasal 1240 KUH Perdata yang mengatur bahwa “Dalam

pada si berpiutang itu adalah berhak menuntut akan penghapusan segala sesuatu

yang telah dibuat berlawanan dengan perikatan, dan bolehlah ia minta supaya

dikuasakan oleh Hakim untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatu yang telah

dibuat tadi atas biaya si berutang, dengan tak mengurangi hak menuntut

penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu.” Dan pasal 1241

KUH Perdata yang mengatur bahwa “Apabila perikatan tidak dilaksanakannya,

maka si berpiutang boleh juga dikuasakan supaya dia sendirilah mengusahakan

pelaksanaaanya atas biaya si berutang.” Mengenai perjanjian macam inilah

disebutkan bahwa eksekusi riil mungkin dilakukan. Perjanjian untuk berbuat

sesuatu juga secara mudah dapat dijalankan secara riil, asal saja bagi si berpiutang

tidak penting oleh siapa perbuatan itu akan dilakukan.144

Dalam hal kasus dalam Perjanjian Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, para

pihak yang bersengketa menyelesaikan dengan jalan bermusyawarah. Para pihak

berusaha agar keputusan yang dicapai dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Pada awalnya, Pemerintah meminta PT. Tunas Jaya untuk menunjuk kontraktor

lain untuk menggantikan posisinya dalam menyelesaikan pekerjaan pemeliharaan

jalan dan jembatan Merauke itu dimana seluruh biaya harus ditanggung oleh PT.

Tunas Jaya. Namun, PT. Tunas Jaya menyatakan bahwa ia tidak sanggup

memenuhi permintaan tersebut dikarenakan tidak memiliki dana lagi. Akhirnya

setelah diadakan musyawarah kembali, Pemerintah mengambil alih Pekerjaan

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan itu. Sedangkan PT. Tunas Jaya diminta

membayar ganti rugi berupa jaminan pelaksanaan.

144 R. Subekti, op. cit., hal. 37.

Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, 2009