BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00300-MN...
Transcript of BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00300-MN...
54
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profile Responden
4.1.1 Profile RS. Sari Asih Karawaci
RS. Sari Asih Karawaci merupakan rumah sakit yang berdiri di bawah PT. Sari
Asih Group. Sebagai industri yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan
masyarakat, Sari Asih telah berdiri selama tiga puluh tahun. Berawal dari praktik
bidan yang sederhana di daerah Karawaci, Tangerang, kini Sari Asih menjadi rumah
sakit yang cukup besar dengan memiliki enam cabang, diantaranya berada di Serang,
Ciputat, Sangiang, dan Ciledug. Karena berdiri pertama kali di Karawaci, RS. Sari
Asih Karawaci merupakan rumah sakit pusat dari PT. Sari Asih Group. Rumah Sakit
ini berlokasi di Jl Imam Bonjol No 38, Kota Tangerang.
Seperti yang dijelaskan di atas, perjalanan RS. Sari Asih cukup panjang hingga
mampu meneruskan bisnisnya selama tiga puluh tahun. Pendiri RS. Sari Asih adalah
seorang bidan bernama Ibu Hj. Siti Rochayah, kelahiran Kebumen, 17 Agustus 1952
beserta sang suami, Bapak H. Marsudi Harjoputro. Sari Asih didirikan pada tahun
1981 pada tiga puluh tahun silam. Awalnya, dirintis dari praktik bidan rumahan pada
tahun 1976 di Karawaci, Tangerang.
Dirintis dari rumah bersalin yang seluas 5 x 6 meter persegi dengan nama Sari
Asih tersebut, maka berkembang menjadi lima cabang rumah sakit, satu Rumah
55
Bersalin, dan satu Rumah Sakit untuk masyarakat Dhuafa. Menurut kamus Jawa, Sari
artinya adalah "inti" dan Asih bermakna "cinta" oleh karena itu nama Sari Asih
bermakna perwujudan suatu bentuk kasih sayang dengan penuh ketulusan. Sejak
dirintis tahun 1976 sebagai praktik bidan kemudian pada tahun 1981 didirikanlah
Rumah Bersalin Sari Asih. (Mulai dihitung sebagai hari lahirnya Sari Asih).
Tahap demi tahap, pada tahun 1985 berkembang menjadi Rumah Sakit Bersalin.
Dari Rumah Sakit Bersalin, berselang kemudian statusnya naik menjadi Rumah Sakit
Ibu dan Anak. Hingga pada tahun 1994 Sari Asih resmi menjadi Rumah Sakit Umum,
bernama Rumah Sakit Sari Asih Tangerang.
Cabang-cabang Rumah Sakit Sari Asih Group saat ini berada di Karawaci,
Ciledug, Serang, Sangiang, Ciputat, dan Rumah Sakit Sari Asih Islam Ar-Rahman.
Rumah sakit yang disebut terakhir ini dikhususkan bagi kaum tidak mampu (dhuafa).
Hadirnya rumah sakit ini selain sebagai wakaf keluarga, juga sekaligus menjadi kado
ulang tahun Sari Asih yang ke 30 tahun untuk masyarakat. Oleh karena itu, RS. Sari
Asih merupakan bentuk organisasi perusahaan jasa kesehatan yang cukup
berkembang pesat.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, tentu akreditasi
pemerintah dibutuhkan agar mereka dapat beroperasional sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, pada tahun 1999, RS. Sari Asih telah mendapatkan Akreditasi RS. 6
pelayanan DEPKES RI dan pada tahun 2004 mendapat Akreditasi RS 12 pelayanan
DEPKES RI. Dan puncaknya pada tahun 2011, RS. Sari Asih masuk kedalam 25 RS
56
Sayang Ibu dan Anak Terbaik di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan dan
Pemberdayaan Perempuan RI.
Sebagai rumah sakit pertama, Sari Asih Karawaci menjadi saksi berkembangnya
RS. Sari Asih. RS. Sari Asih Karawaci memiliki keunggulan dalam pelayanan
kesehatannya yaitu dalam bidang pelayanan kesehatan Kebidanan dan Anak. Untuk
mendukung layanan tersebut, RS. Sari Asih Karawaci melengkapinya dengan Dokter
Spesialis yang bekerja Full Time selama 24 jam dan pendidikan bidan yang terus
ditingkatkan secara berkesinambungan. Fasilitas yang canggih dan modern turut
berperan serta meningkatkan kualitas kedua pelayanan kesehatan tersebut diantaranya
fasilitas Perinatologi dan Neonatus Intensive Care Unit (NICU).
RS. Sari Asih menyediakan layanan Ruang Rawat Inap yang dibagi menjadi
kelas VIP, 1A, 1B,dan Ruang Perawatan Umum (kelas 2 dan kelas 3). Pada Ruang
Perawatan Umum, yang membedakan antara kelas 2 dan 3, adalah jumlah pasien
dalam satu kamar, di kelas 2 terdapat 4 tempat tidur dan 1 kamar mandi, sedangkan di
kelas 3 terdapat 8 tempat tidur dan 1 kamar mandi. Akan tetapi, dalam kenyataannya,
RS. Sari Asih memiliki beberapa permasalahan di kinerja karyawannya.
a) Visi RS Sari Asih : Menjadi rumah sakit pilihan yang paling diminati.
b) Misi RS Sari Asih : Menjadi rumah sakit multi spesialis modern yang lengkap
dengan biaya yang terjangkau serta memiliki standard mutu pelayanan
kesehatan yang tinggi.
c) Motto : Melayani dengan Kasih Sayang.
57
d) Filosofi :
1) Manusia yang paling mulia di sisi Tuhan adalah yang paling banyak
manfaatnya untuk orang lain
2) Peduli terhadap sesama untuk semua lapisan
3) Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan besok harus lebih baik
daripada hari ini
4) Profesional dan bertanggung jawab
5) Pimpinan, staf, dan seluruh karyawan adalah satu Keluarga Besar
6) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Sebagai rumah sakit yang cukup berkembang, Sari Asih hingga pada tahun 2011
tercatat telah melayani 40.000 pasien rawat inap dan 420.000 kunjungan pasien rawat
jalan. Pada tahun tersebut, RS. Sari Asih telah memasuki usia ke-31 tahun dan
memiliki kurang lebih 1500 karyawan di seluruh cabangnya.
Adapun beberapa penghargaan yang telah didapat oleh RS. Sari Asih sebagai
berikut.
1) Juara 1 Lomba RS (Bersalin) Sayang Bayi Provinsi Jawa Barat (1991)
2) Juara II Lomba RS (Ibu dan Anak) Sayang Bayi Tingkat Nasional (1993)
3) Baby Friendly Hospital Award dari UNICEF, PBB (1994)
4) Juara 1 Penampilan Kerja RS Swasta Provinsi Jawab Barat (1998)
5) The Favorite Hospital Award (2000)
6) RS Sayang Ibu dan Bayi Tingkat Nasional (2002)
58
7) Hospital Service Exellence Award (2006)
8) Juara 1 Lomba RS Sayang Ibu dan Balita Kota Tangerang (2010)
9) 25 Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi Terbaik di Indonesia (2010)
Melihat data di atas, maka dapat dikatakan bahwa RS. Sari Asih berkembang
cukup pesat. Keberhasilan ini tentunya didukung oleh motivasi setiap sumber daya
manusia-nya untuk selalu memberikan pelayanan kesehatan yang baik selama 24 jam
setiap harinya. Tidak menutup kemungkinan bahwa RS. Sari Asih mampu
memajukan strategi bisnisnya agar lebih kompeten di tahun yang mendatang.
Namun, penting bagi Sari Asih untuk selalu menjaga pelayanan dan image yang
bagus selama ini di mata para masyarakat, khususnya masyarakat Tangerang. Hal ini
dapat dilakukan dengan peningkatan motivasi para sdm-nya agar mampu
memberikan pelayanan yang baik, peralatan medis yang canggih dan modern, harga
yang terjangkau khususnya bagi masyarakat kelas menengah kebawah, dan selalu
memperbaiki diri dan memberikan yang terbaik bagi pasien.
Gambar 4.1 Logo RS. Sari Asih
Sumber : RS. Sari Asih
59
Gambar 4.2 Struktur Organisasi
Sumber : RS. Sari Asih
60
4.1.3 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini, yaitu para karyawan di RS. Sari
Asih Karawaci, Tangerang, dibedakan menurut usia dan lama mereka bekerja di RS.
Sari Asih Karawaci, Tangerang.
Sebagai catatan tambahan, terdapat seratus karyawan yang dijadikan obyek
penelitian melalui kuesioner. Dari seratus karyawan yang mengumpulkan hanya lima
puluh dua kuesioner, dan diantaranya terdapat dua responden yang tidak mengisi
identitas mereka dengan lengkap. Satu responden tidak mengisi semua identitas dan
satu responden hanya tidak mengisi usia.
• Usia Responden
Dari lima puluh dua responden yang ada di bagi menjadi tiga kelompok usia,
kelompok usia antara 20-30 tahun terdapat sebanyak 23 orang ( 46% ),
kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 24 orang ( 48% ), dan terakhir
kelompok usia lebih dari 41 tahun terdapat sebanyak 3 orang ( 6% ). Maka
dapat dikatakan bahwa kelompok usia yang paling banyak bekerja di RS. Sari
Asih Karawaci Tangerang adalah usia 31-40 tahun, yang merupakan rentang
usia produktif.
61
Gambar 4.3 Diagram Persentase Usia Bekerja
Sumber : Objek Penelitian
• Masa Kerja di RS. Sari Asih Karawaci Tangerang
Dari lima puluh dua responden yang ada, dapat diketahui yang telah bekerja
dari 1-4 tahun terdapat 16 orang ( 31% ), yang telah bekerja dari 5-10 tahun
terdapat 23 orang ( 45% ), dan yang bekerja lebih dari 10 tahun terdapat 12
orang ( 24% ).
Gambar 4.4 Diagram Persentase Masa Kerja
Sumber : Objek Penelitian
62
4.2 Analisis Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data menggunakan Partial Least Square atau
disingkat dengan PLS. Untuk mempermudah penulis mengolah data, maka setiap
indikator diberi kode untuk mempersingkat pengetikan. Sebelum membahas analisis
data lebih lanjut, berikut tabel penjelasan indikator untuk mempermudah keterangan
pada penjelasan berikutnya.
Tabel 4.1 Keterangan Indikator
KONSTRAK INDIKATOR KETERANGAN
Motivasi (Herszberg)
H1 (Hygiene 1) - Ekstrinsik
Status seseorang dalam organisasi
H2 (Hygiene 2) - Ekstrinsik
Hubungan seorang individu dengan atasannya
H3 (Hygiene 3) - Ekstrinsik
Kebijakan organisasi
M1 (Motivasional 1) - Intrinsik
Kesempatan bertumbuh
M2 (Motivasional 2) - Intrinsik
Kemajuan dalam karir
M3 (Motivasional 3) - Intrinsik
Pekerjaan seseorang
Lingkungan Kerja (Sedarmayanti)
LKF 1 (Lingkungan Kerja Fisik 1)
Penerangan di tempat kerja
LKF 2 (Lingkungan Kerja Fisik 2)
Suhu udara di tempat kerja
LKF 3 (Lingkungan Kerja Fisik 3)
Kelembaban di tempat kerja
LKF 4 (Lingkungan Kerja Fisik 4)
Sirkulasi udara di tempat kerja
LKF 5 (Lingkungan Kerja Fisik 5)
Kebisingan di tempat kerja
LKF 6 (Lingkungan Kerja Fisik 6)
Getaran mekanis di tempat kerja
LKF 7 (Lingkungan Kerja Fisik 7)
Bau tidak sedap di tempat kerja
63
Lingkungan Kerja (Sedarmayanti)
LKF 8 (Lingkungan Kerja Fisik 8)
Tata warna di tempat kerja
LKF 9 (Lingkungan Kerja Fisik 9)
Dekorasi di tempat kerja
LKF 10 (Lingkungan Kerja Fisik 10)
Musik di tempat bekerja
LKF 11 (Lingkungan Kerja Fisik 11)
Keamanan di tempat kerja
LKF 12 (Lingkungan Kerja Fisik 12)
Pusat Kerja (Kursi atau meja)
LKNF 1 (Lingkungan Kerja Non-Fisik 1)
Hubungan dengan atasan
LKNF 2 (Lingkungan Kerja Non-Fisik 2)
Hubungan sesama rekan kerja
LKNF 3 (Lingkungan Kerja Non-Fisik 3)
Hubungan dengan bawahan
Kinerja (A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara)
AK 1 (Aspek Kuantitatif 1)
Proses kerja dan kondisi pekerjaan
AK 2 (Aspek Kuantitatif 2)
Waktu yang dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan
AK 3 (Aspek Kuantitatif 3)
Jumlah kesalahan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
AK 4 (Aspek Kuantitatif 4)
Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
AKL 1 (Aspek Kualitatif 1)
Ketetapan kerja dan kualitas pekerjaan
AKL 2 (Aspek Kualitatif 2)
Tingkat kemampuan dalam bekerja
AKL 3 (Aspek Kualitatif 3)
Kemampuan atau kegagalan menggunakan mesin atau peralatan
AKL 4 (Aspek Kualitatif 4)
Kemampuan mengevaluasi (keluhan atas keberatan konsumen)
Sumber : Pengelolaan Penulis
64
4.2.1 Evaluasi Model Pengukuran (Uji Validitas dan Reliabilitas)
Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah evaluasi hubungan
antara variabel dengan indikatornya. Evaluasi ini meliputi dua tahap, yaitu evaluasi
terhadap convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity dapat
dievaluasi dalam tiga tahap, yaitu indikator validitas, reliabilitas konstrak, dan nilai
average variance extracted (AVE). Indikator validitas dapat dilihat dari nilai loading
factor. Bila nilai loading factor suatu indikator lebih dari 0,5 dan nilai t statistic lebih
dari 1,96; maka dapat dikatakan valid. Sebaliknya, bila nilai loading factor kurang
dari 0,5 dan memiliki nilai t statistic kurang dari 1,96; maka dikeluarkan dari model.
Berikut adalah evaluasi model pengukuran terhadap indikator Motivasi,
Lingkungan Kerja, dan Kinerja dengan menggunakan SmartPLS.
Gambar 4.5 Hasil Output SmartPLS
Sumber : SmartPLS 2.0
65
Sumber : SmartPLS 2.0
Tabel output outer loading di atas menunjukkan hasil indikator AK3 (0,283845);
AKL4 (0,429331); H2 (0,166277); LKF10 (-0,025873); LKF11 (0,274578); LKF12
(-0,045176); LKF3 (-0,399385); LKF8 (0,095007); LKF9 (0,477751); LKNF2
(0,265610); dan LKF3 (0,072262) memiliki loading factor di bawah 0,5 dimana
Tabel 4.2 Outer Loadings
66
menunjukkan indikator tersebut tidak valid. Sehingga dikeluarkan dari model dan
melakukan run ulang program SmartPLS. Dari output di atas, menunjukkan indikator
LKF5 (-0,477947) dan LKF9 (0,477751) menunjukkan nilai kurang dari 0,5 akan
tetapi angka tersebut dapat dibulatkan menjadi 0,5 sehingga tidak perlu dikeluarkan.
Berikut ini hasil setelah menghilangkan indikator-indikator yang tidak valid.
Gambar 4.6 Hasil Output SmartPLS setelah menghilangkan indikator yang tidak valid
Sumber : SmartPLS 2.0
67
Sumber : SmartPLS 2.0
Tabel output outer loading di atas menunjukkan hasil indikator LKF9 masih memiliki
loading factor di bawah 0,5 yaitu 0,413007 dimana menunjukkan indikator tersebut
tidak valid. Oleh karena itu, harus dikeluarkan dan dilakukan run ulang pada Smart
PLS.
Berikut ini adalah hasil setelah menghilangkan indikator LKF9.
Tabel 4.3 Outer Loadings setelah menghilangkan indikator yang tidak valid
68
Gambar 4.7 Hasil Output SmartPLS setelah menghilangkan indikator LKF9
Sumber : SmartPLS 2.0
Sumber : SmartPLS 2.0
Tabel 4.4 Outer Loadings setelah menghilangkan indikaotr LKF9
69
Setelah menghilangkan indikator LKF9 beserta indikator-indikator yang tidak valid,
semua indikator di atas memiliki loading factor di atas 0,5.
Untuk menghasilkan nilai t statistic sebagai uji signifikansi model, maka
dilakukan proses bootstrapping. Berikut adalah hasil output proses bootstrapping
yang menghasilkan nilai t statistic sebagai uji signifikansi loading factor.
Sumber : SmartPLS 2.0
Tabel 4.5 Nilai t statistic
70
Bedasarkan tabel di atas, setiap loading factor dari motivasi dan kinerja memiliki
nilai t statistic lebih dari 1,96; sehingga memiliki validitas yang signifikan.
Sedangkan setiap loading factor dari lingkungan kerja memiliki nilai t statistic
kurang dari 1,96; sehingga memiliki validitas yang tidak signifikan.
Pemeriksaan selanjutnya dari convergent validity adalah reliabilitas konstrak
dengan melihat output composite reliability atau cronbach's alpha. Kriteria dikatakan
cukup reliable apabila nilai composite reliability atau cronbach's alpha lebih dari
atau sama dengan 0,3 akan tetapi lebih baik jika di atas 0,7. Berikut adalah output
cronbach's alpha.
Sumber : SmartPLS 2.0
Dari output di atas menunjukkan konstrak lingkungan kerja memiliki nilai cronbach's
alpha sebesar -0,256460; kurang dari 0,3 akan tetapi, angka tersebut hampir
mendekati 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa konstrak lingkungan kerja
dikategorikan cukup reliable. Konstrak motivasi (0,866340) dan kinerja karyawan
(0,835766) bahkan memiliki nilai di atas 0,7 sehingga dikatakan reliable.
Pemeriksaan terakhir dari convergent validity adalah melihat output AVE. Konstrak
Tabel 4.6 Cronbach's Alpha
71
memiliki convergent validity yang baik adalah apabila nilai AVE lebih dari 0,5.
Bedasarkan tabel di atas, semua nilai AVE konstrak kinerja karyawan, lingkungan
kerja, dan motivasi memiliki nilai AVE di atas 0,50.
Evaluasi discriminant validity dilakukan dalam dua tahap, yaitu melihat nilai
cross loadings dan membandingkan antara nilai kuadrat korelasi antara konstrak
dengan nilai AVE atau korelasi konstrak dengan akar AVE. Kriteria dalam cross
loadings adalah bahwa setiap indikator yang mengukur konstraknya haruslah
berkorelasi lebih tinggi dengan konstraknya dibandingkan dengan konstrak lainnya.
Hasil output cross loadings adalah sebagai berikut.
Sumber : SmartPLS 2.0
Tabel 4.7 Cross Loadings
72
Korelasi AK1, AK2, AK4, AKL1, AKL2, dan AKL3 dengan konstrak kinerja
karyawan adalah 0,792368; 0,717643; 0,559867; 0,798366; 0,638882; dan 0,857859.
Nilai korelasi indikator tersebut lebih tinggi dengan konstrak kinerja karyawan
dibandingkan dengan konstrak lainnya. Sama halnya dengan H1, H2, M1, M2, dan
M3 yang berkorelasi lebih tinggi dengan konstrak motivasi. Begitupula dengan
LKF1, LKF2, LKF4, dan LKNF1 yang berkorelasi lebih tinggi dengan konstrak
lingkungan kerja. Bedasarkan hasil tabel cross loading di atas, setiap indikator
berkorelasi lebih tinggi dengan konstraknya masing-masing dibandingkan dengan
konstrak lainnya, sehingga dikatakan memiliki discriminant validity yang baik.
Pemeriksaan selanjutnya adalah membandingkan antara korelasi dengan konstrak
akar AVE konstrak. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Sumber : SmartPLS 2.0
Tabel 4.8 Latent Variable Correlations
73
Tabel 4.9 AVE dan Akar AVE
AVE AKAR AVE
Kinerja Karyawan 0.539632 0.734
Lingkungan Kerja 0.509096 0.713
Motivasi 0.673366 0.820
Sumber : Pengelolaan Penulis
Korelasi maksimal konstrak kinerja karyawan dengan konstrak lainnya adalah
0,620538; sedangkan nilai akar AVE-nya adalah 0,734. Korelasi maksimal
lingkungan kerja adalah 0,268539; sedangkan nilai akar AVE-nya adalah 0,713.
Selengkapnya, setiap konstrak memiliki nilai akar AVE lebih besar dari korelasi antar
konstrak.
4.2.2 Evaluasi Model Struktural (Uji Hipotesis)
4.2.2.1 Uji Hipotesis T-1
T-1 dalam penelitian ini adalah pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan.
Bedasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa besarnya korelasi antara motivasi terhadap
kinerja karyawan sebesar 0,593744. Angka ini menunjukan adanya hubungan yang
relatif kuat antara motivasi terhadap kinerja karyawan.
Untuk melihat signifikansi hubungan jalur antara motivasi dan kinerja karyawan
maka dilihat dari tabel Path Coefficient berikut.
74
Sumber : SmartPLS 2.0
Bedasarkan tabel Path Coefficient di atas, hubungan jalur motivasi terhadap kinerja
karyawan bersifat signifikan, karena memiliki nilai t statistic lebih besar dari 1,96
yaitu 2,163655.
4.2.2.2 Uji Hipotesis T-2
T-1 dalam penelitian ini adalah pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan. Bedasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa besarnya korelasi antara
lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan sebesar 0,620538. Angka ini
menunjukan adanya hubungan yang relatif kuat antara lingkungan kerja terhadap
kinerja karyawan.
Untuk melihat signifikansi hubungan jalur antara lingkungan kerja dan kinerja
karyawan maka dilihat dari tabel Path Coefficient berikut.
Tabel 4.10 Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values) Motivasi Terhadap Kinerja
75
Sumber : SmartPLS 2.0
Bedasarkan tabel Path Coefficient di atas, hubungan jalur lingkungan kerja terhadap
kinerja karyawan bersifat tidak signifikan, karena memiliki nilai t statistic kurang dari
1,96 yaitu 1,416353.
4.2.2.3 Uji Hipotesis T-3
T-3 dalam penelitian ini adalah pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap
kinerja karyawan. Bedasarkan Tabel 4.7, konstrak motivasi (0,593744) dan
lingkungan kerja (0,620538) memiliki korelasi yang kuat terhadap kinerja karyawan
karena masing-masing konstrak memiliki nilai lebih dari 0,5.
Untuk menguji T-3 dalam penelitian ini, maka dilihat nilai akhir R2 dari tabel R
Square. Nilai akhir R2 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.11 Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values) Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
76
Sumber : SmartPLS 2.0
Nilai R2 konstrak kinerja karyawan adalah 0,581664. Artinya, konstrak lingkungan
krja dan motivasi secara simultan mampu menjelaskan variability konstrak kinerja
sebesar 58%.
Setelah dilakukan pengolahan data di atas, maka dapat melakukan validasi mode
secara keseluruhan, yang dilihat dari goodness of fit (GoF) absolute yang formulanya
adalah sebagai berikut.
2RComGoF ×=
Com = 0,574031
R2 = 0,581664
GoF =
= 0,577834896
Bedasarkan ketentuan, nilai GoF yang didapat, yaitu 0,577834896 dikatakan
cukup karena lebih besar dari 0,5. Maka dapat disimpulkan, meskipun terdapat
Tabel 4.12 R Square
77
konstrak yang tidak signifikan (lingkungan kerja), namun secara keseluruhan model
struktur bersifat cukup signifikan.
Dari hasil pengolahan data, maka dapat diringkas sebagai berikut:
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
Partial Least Square (PLS), dapat dilihat bahwa penerapan motivasi berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Akan tetapi, lingkungan kerja tidak
secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Bagaimanapun, konstruk
lingkungan kerja memiliki korelasi kuat terhadap kinerja karyawan.
Hanya variabel motivasi yang memiliki estimasi parameter yang positif, yang
berarti bahwa setiap variabel memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan
kinerja karyawan. Akan tetapi, bedasarkan hasil GoF menunjukkan bahwa model
struktur dalam penelitian ini, secara keseluruhan bersifat cukup signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa landasan teori yang mendukung penelitian
ini dapat dibuktikan bedasarkan hasil pengolahan data. Motivasi memiliki pengaruh
secara langsung terhadap kinerja dengan pengaruh yang signifikan. Sedangkan
lingkungan kerja memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja dengan
pengaruh yang tidak signifikan.
78
4.2.3 Pembahasan
Bedasarkan hasil analisis uji hipotesis di atas, maka dapat ditentukan Struktur
Persamaan (Inner Model) hasil penelitian sebagai berikut :
1. YX1 = β1 X1 + e
Kinerja Karyawan = 0,460 Motivasi + error
2. YX2 = β2 X2 + e
Kinerja Karyawan = 0,497 Lingkungan Kerja + error
3. Yxy = β1 X1 + β2 X2 + e
Kinerja Karyawan = 0,460 Motivasi + 0,496 Lingkungan Kerja + error
Bedasarkan model di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi memiliki kontribusi yang
mempengaruhi kinerja karyawan sebesar 0,460 atau 46% dan sisanya sebesar
54% dijelaskan oleh model lain. Motivasi memilik pengaruh yang signifikan
dan positif terhadap kinerja karyawan pada RS. Sari Asih Karawaci,
Tangerang yang relatif kuat. Berdasarkan hasil tersebut, maka perusahaan
harus lebih meningkatkan kembali motivasi dengan cara memberikan
kesempatan bertumbuh kepada karir karyawan, mengakui pekerjaan
karyawan, dan meningkatkan kebijakan-kebijakan organisasi terhadap
kemajuan karyawan.
2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lingkungan kerja memiliki kontribusi
yang mempengaruhi kinerja karyawan sebesar 0,496 atau 49,6% dan sisanya
79
50,4% dijelaskan oleh model lain. Lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh
yang signifikan tetapi memiliki hubungan positif terhadap kinerja karyawan
pada RS. Sari Asih Karawaci, Tangerang. Berdasarkan hasil tersebut, maka
perusahaan harus meningkatkan lingkungan kerja untuk meningkatkan kinerja
karyawan.
3. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja karyawan memiliki kontribusi
yang mempengaruhi motivasi sebesar 0,460 atau 46% dan lingkungan kerja
sebesar 0,496 atau 49,6% dan sisanya 4,4% dijelaskan oleh model lain.
Motivasi dan lingkungan kerja mempunyai hubungan yang signifikan dan
positif terhadap kinerja karyawan pada RS. Sari Asih Karawaci, Tangerang
yang relatif kuat. Berdasarkan hasil tersebut, maka perusahaan harus
meningkatkan motivasi diikuti dengan lingkungan kerja agar dapat
mempengaruhi kinerja karyawan.
4.3 Implikasi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini dibahas mengenai “Analisis Pengaruh Motivasi dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada RS. Sari Asih Karawaci,
Tangerang”. Motivasi dapat diukur dengan indikator kesempatan bertumbuh,
kemajuan dalam karir, pekerjaan seseorang, status seseorang dalam organisasi,
hubungan seorang individu dengan atasannya dan kebijakan organisasi. Lingkungan
kerja diukur dengan penerangan di tempat kerja, suhu udara di tempat kerja,
80
kelembaban di tempat kerja sirkulasi udara di tempat kerja, kebisingan di tempat
kerja, getaran mekanis di tempat kerja, bau tidak sedap di tempat kerja, tata warna di
tempat kerja, dekorasi di tempat kerja, musik di tempat kerja, keamanan di tempat
kerja, hubungan karyawan, hubungan dengan atasan, hubungan sesama rekan kerja,
dan hubungan dengan bawahan. Sedangkan kinerja karyawan diukur dengan proses
kerja dan kondisi pekerjaan, waktu yang dipergunakan dalam melaksanakan
pekerjaan, jumlah kesalahan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. jumlah dan jenis
pemberian pelayanan dalam bekerja, ketetapan kerja dan kualitas pekerjaan, tingkat
kemampuan dalam bekerja, kemampuan atau kegagalan menggunakan mesin atau
peralatan, dan kemampuan mengevaluasi (keluhan atau keberatan konsumen). Hasil
penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. T-1 : Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja pada
RS. Sari Asih Karawaci, Tangerang
a. Indikator yang diterima : kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam
karir, pekerjaan seseorang, status seseorang dalam organisasi, dan
kebijakan organisasi.
b. Nilai cronbach's alpha lebih besar dari 0,3 yaitu 0,866340. Maka
dikatakan reliable.
c. Nilai output AVE lebih besar dari 0,5 yaitu 0,673366. Maka dikatakan
memiliki convergent validity yang baik.
81
d. Nilai latent variable corellation lebih besar dari 0,5 yaitu 0,593744
maka menunjukkan adanya hubungan yang relatif kuat antara motivasi
terhadap kinerja karyawan sebesar 59,4%.
e. Path Coefficient menunjukkan nilai t statistic lebih besar dari 1,96
yaitu 2,163655.
f. Kecenderungan jika motivasi semakin baik, maka kinerja karyawan
pada RS. Sari Asih Karawaci juga akan semakin meningkat pula.
Bedasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh secara signifikan antara motivasi terhadap kinerja karyawan
RS. Sari Asih Karawaci dengan nilai t statistic sebesar 2,163655. Hal ini
menunjukkan, bahwa jika motivasi yang dimiliki karyawan RS. Sari Asih
Karawaci semakin tinggi, maka kinerja karyawan juga akan meningkat. Oleh
karena itu, indikator-indikator dari motivasi, terutama pada kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karir, pekerjaan seseorang, status seseorang
dalam organisasi, dan kebijakan organisasi harus ditingkatkan lagi guna
meningkatkan kinerja karyawan RS. Sari Asih Karawaci.
Hasil penelitian di atas berhubungan dengan teori milik Payaman (2005,
p19) yang menjelaskan bahwa peningkatan kinerja dapat dilakukan beberapa
hal, salah satunya adalah dengan menumbuhkan motivasi dan etos kerja.
Menurut forum diskusi manajemen cokroaminoto.wordpress.com, faktor
motivasi memiliki hubungan langsung terhadap kinerja individual karyawan.
82
Sehingga, hasil penelitian ini mendukung pernyataan teori mengenai motivasi
dan kinerja.
2. T-2 : Untuk mengetahui besarnya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja
pada RS. Sari Asih Karawaci, Tangerang.
a. Indikator yang diterima : penerangan di tempat kerja, suhu udara di
tempat kerja, sirkulasi udara di tempat kerja, kebisingan di tempat
kerja, getaran mekanis di tempat kerja, bau tidak sedap di tempat
kerja, dan hubungan dengan atasan.
b. Nilai cronbach's alpha kurang dari 0,3 yaitu -0,25640 akan tetapi
angka tersebut hampir mendekati 0,3 sehingga dapat simpulkan cukup
reliable.
c. Nilai AVE lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,509096. Maka
dikatakan memiliki convergent validity yang baik.
d. Nilai latent variable corellation lebih besar dari 0,5 yaitu 0,620538
maka menunjukkan adanya hubungan yang relatif kuat antara
lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan sebesar 62%.
e. Path Coefficient menunjukkan nilai t statistic kurang dari 1,96 yaitu
1,416353.
f. Tidak ada kecenderungan pengaruh yang signifikan antara lingkungan
kerja terhadap kinerja karyawan.
83
Bedasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
ada pengaruh secara signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan di RS. Sari Asih Karawaci karena memiliki nilai t statistic sebesar
1,416353. Kemungkinan hal ini disebabkan jumlah sampel kurang memenuhi
kriteria, akan tetapi lingkungan kerja miliki korelasi cukup kuat dengan
kinerja sehingga ada baiknya perusahaan tetap memperhatikan lingkungan
kerja agar dapat meningkatkan motivasi karyawan sehingga kinerja karyawan
meningkat.
Hasil penelitian di atas berhubungan dengan teori yang terdapat di suatu
forum diskusi manajemen cokroaminoto.wordpress.com, yang menyatakan
bahwa faktor lingkungan kerja memiliki hubungan tidak langsung terhadap
kinerja individual karyawan. Karyawan tetap membutuhkan suasana kerja
yang kondusif meskipun tidak berpengaruh secara langsung. Dalam penelitian
ini, lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja karyawan, akan tetapi memiliki korelasi yang kuat terhadap kinerja
karyawan. Sehingga, hasil penelitian ini mendukung pernyataan teori
mengenai lingkungan kerja dan kinerja karyawan.
3. T-3 : Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi dan lingkungan kerja
terhadap kinerja pada RS. Sari Asih Karawaci.
84
a. Nilai R2 konstrak kinerja karyawan adalah 0,581664. Artinya, konstrak
lingkungan kerja dan motivasi secara simultan mampu menjelaskan
variability konstrak kinerja sebesar 58%.
b. Validasi mode secara keseluruhan dilihat dari besarnya nilai GoF,
yaitu 0,577834896 sehingga dikatakan cukup karena lebih besar dari
0,5.
Bedasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
konstrak motivasi dan lingkungan kerja secara simultan mampu menjelaskan
variability konstrak Kinerja dengan R2 sebesar 58%. Dan bedasarkan nilai
GoF, aka dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat konstrak yang tidak
signifikan (lingkungan kerja), namun secara keseluruhan model struktur
bersifat cukup signifikan sebesar 57,8%. Hal ini menunjukkan, bahwa kinerja
karyawan RS. Sari Asih Karawaci dipengaruhi oleh motivasi dan lingkungan
kerja. Artinya, jika motivasi ditingkatkan dan diikuti dengan peningkatan
lingkungan kerja, maka akan meningkatkan kinerja karyawan RS. Sari Asih
Karawaci. Oleh karena itu, perusahaan harus meningkatkan indikator –
indikator dari variabel motivasi dan lingkungan kerja turut berperan dalam
meningkatkan kinerja karyawan di RS. Sari Asih Karawaci.
85