Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

66
4.4.1. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum Fasilitas umum dan sosial yang dibahas dalam studi ini yakni perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas ruang terbuka hijau, dan fasilitas pemadam kebakaran. 4.4.1.1 Perumahan Uraian mengenai karakteristik perumahan di Kota Depok didasarkan pada data primer dan data sekunder. Adapun pembahasan karakteristik akan mencakup mengenai kondisi fisik bangunan dan potensi serta permasalahan mengenai persebaran perumahan di Kota Depok. 1. Kondisi umum Perumahan di Kota Depok Berdasarkan RTRW Kota Depok, Kota Depok ditetapkan sebagai dormitory town yang merupakan kota hunian bagi penduduk yang sebagian besar bekerja di Jakarta. Oleh karena itu, perkembangan penggunaan lahan untuk perumahan sangat pesat. Berdasarkan tingkat kepadatan bangunan di Kota Depok, maka diketahui bahwa tingkat kepadatan bangunan yang paling tinggi berada pada Kecamatan Pancoran Mas dengan tingkat kepadatan bangunan 28 unit/ha sedangkan kepadatan bangunan yang paling rendah berada pada Kecamatan Sawangan dengan tingkat kepadatan 10 unit/ha. Tabel 4. 1 Jumlah Bangunan di Kota Depok No. Kelurahan Permanen Semi Permanen Tidak permanen Jumlah Luas Wilayah Tingkat Kepadatan Bangunan I BEJI 12,708 7,596 921 21,225 1430 14.84 1. Beji 1,257 2,943 642 4842

description

kota depok

Transcript of Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Page 1: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

4.4.1. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum

Fasilitas umum dan sosial yang dibahas dalam studi ini yakni perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas ruang terbuka hijau, dan fasilitas pemadam kebakaran.

4.4.1.1PerumahanUraian mengenai karakteristik perumahan di Kota Depok

didasarkan pada data primer dan data sekunder. Adapun pembahasan karakteristik akan mencakup mengenai kondisi fisik bangunan dan potensi serta permasalahan mengenai persebaran perumahan di Kota Depok.1. Kondisi umum Perumahan di Kota Depok

Berdasarkan RTRW Kota Depok, Kota Depok ditetapkan sebagai dormitory town yang merupakan kota hunian bagi penduduk yang sebagian besar bekerja di Jakarta. Oleh karena itu, perkembangan penggunaan lahan untuk perumahan sangat pesat. Berdasarkan tingkat kepadatan bangunan di Kota Depok, maka diketahui bahwa tingkat kepadatan bangunan yang paling tinggi berada pada Kecamatan Pancoran Mas dengan tingkat kepadatan bangunan 28 unit/ha sedangkan kepadatan bangunan yang paling rendah berada pada Kecamatan Sawangan dengan tingkat kepadatan 10 unit/ha.

Tabel 4. 1 Jumlah Bangunan di Kota Depok

No. Kelurahan

Perm

anen

Sem

i Pe

rman

en

Tida

k pe

rman

en

Jum

lah

Luas

W

ilaya

h

Ting

kat

Kepa

data

n

I BEJI 12,708 7,596 921 21,225 1430 14.84

1. Beji 1,257 2,943 642 48422. Beji Timur 1,108 123 12313. Kemiri Muka 5,616 29 38 56834. Pondok Cina 1,388 852 35 22755. Kukusan 1,817 104 62 19836. Tanah Baru 1,522 3545 144 5211

II PANCORAN MAS 42887 2477 775 51377 1821 28.21

Page 2: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

No. Kelurahan

Perm

anen

Sem

i Pe

rman

en

Tida

k pe

rman

en

Jum

lah

Luas

W

ilaya

h

Ting

kat

Kepa

data

n

7. Pancoran Mas 11648 641 325 126148. Depok Jaya 4482 247 25 47549. Depok 12558 269 45 1287210. Rangkapan Jaya

Baru 582 365 153 633811. Rangkapan Jaya 6920 615 168 770312. Mampang 6697 340 59 7096

III CIPAYUNG  27938 1163 24.02

IV SUKMAJAYA 35,196 13,492 453 49,14

1 1804 27.2413. Sukmajaya 4092 1023 50 5,16514. Mekarjaya 10504 800 150 3,68615. Baktijaya 4954 3995 95 14,59416. Abadijaya 9808 2452 12,26017. Tirtajaya 2736 3575 8,52918. Cisalak 3102 1647 158 4,907

V CILODONG 22,753 6,239 2,045 31,037 1609 19.29

19. Sukamaju 11,669 2,298 60 14,02720. Cilodong 2,400 1,530 70 4,00021. Kalibaru 4,347 1,890 6,23722. Kalimulya 2,512 521 190 3,22323. Jatimulya 1,825 1,725 3,550

VI LIMO 17788 911 138 18838 1232 15.2924. Limo 9094 33 26 915325. Meruyug 2316 279 35 263126. Grogol 3754 300 21 407527. Krukut 2624 299 56 2979

VII CINERE 14,875 1,158 1,346 17,379 1047 16.60

28. Cinere 9,450 625 - 10,07529. Gandul - - - -30. Pangkalan Jati 1,350 475 350 2,17531. Pangkalan Jati Baru 4,075 58 996 5,129

VIII CIMANGGIS 30668 7093 75 37836 2122 17.8332. Cisalak Pasar33. Mekarsari 11348 597 1194534. Tugu 12270 6121 1839135. Pasirgunung Selatan36. Harjamukti 7050 375 75 750037. Curug

IX TAPOS 30218 18124 3295 51637 3233 15.97

Page 3: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

No. Kelurahan

Perm

anen

Sem

i Pe

rman

en

Tida

k pe

rman

en

Jum

lah

Luas

W

ilaya

h

Ting

kat

Kepa

data

n

38. Tapos 1500 2500 650 465039. Leuwinanggung 1000 165 300 146540. Sukatani 12098 304 - 1240241. Sukamaju Baru 7662 765 - 842742. Jatijajar 1300 9290 1138 1172843. Cilangkap 5458 3700 207 936544. Cimpaeun 1200 1400 1000 3600

X SAWANGAN  26989 2590 10.42

XI BOJONGSARI 21769 2118 574 24461 1979 12.3645. Bojongsari 3255 255 60 357046. Bojongsari Baru 5674 28 15 571747. Pondok Petir 2370 1630 473 447348. Serua 3500 30 - 353049. Curug 3264 20 - 328450. Duren Mekar 2320 110 24 245451. Duren Seribu 1386 45 2 1433

KOTA DEPOK 228,862

59,208 9,622 35785

82003

0 15.12Sumber: Kecamatan dalam Angka Tahun 2013 dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa jumlah bangunan di Kota Depok berjumlah 357858 unit, dimana jumlah bangunan terbesar terdapat pada Kecamatan Tapos (51637 unit) sedangkan jumlah bangunan yang terendah terdapat pada Kecamatan Cinere (17379 unit). Sementara itu, jika dilihat dari Permukiman yang dikembangkan oleh developer yang terdapat di Kota Depok sekitar 26.29 % dari total keseluruhan luas Kota Depok (20,030 Ha) (SPPIP Kota Depok), salah satunya adalah Kecamatan Cinere yang memiliki luas perumahan yang dikembangkan oleh developer terbesar yaitu 51.54 % (544.32 Ha) sedangkan Kecamatan Tapos merupakan kecamatan yang memiliki luas perumahan formal yang dikembangkan oleh developer yaitu 11.18 % (371.56 Ha).

Tabel 4. 2 Luas Lahan dan Jumlah Perumahan Formal/Terstruktur di Kota Depok

NO. KECAMATAN

LUAS (Ha)%Perumah

an Formal

Administrasi

Page 4: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

1 Kec. Beji 651.82 1430 45.58%2 Kec. Bojongsari 342.40 1979 17.30%3 Kec. Cilodong 415.75 1609 25.84%4 Kec. Cimanggis 566.72 2122 26.71%5 Kec. Cinere 544.32 1047 51.99%6 Kec. Cipayung 299.48 1163 25.75%7 Kec. Limo 343.39 1232 27.87%

8Kec. Pancoran Mas 583.21 1821 32.03%

9 Kec. Sawangan 481.45 2590 18.59%10 Kec. Sukmajaya 666.07 1804 36.92%11 Kec. Tapos 371.56 3233 11.49%

KOTA DEPOK 5,266.17 20,030.00 26.29%

Sumber: Data Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok tahun 2012

Kondisi perumahan formal dan terstruktur di Kota Depok sebagian besar telah dilengkapi fasilitas umum dan sosial, baik di dalam maupun di luar lingkup perumahan formal tersebut. Fasilitas umum yang terdapat di dalam perumahan formal pada umumnya adalah ruang terbuka hijau, baik dalam bentuk taman, lapangan olahraga, maupun pohon-pohon yang berada di sepanjang komplek tersebut. Pada umumnya, intensitas bangunan tertinggi di perumahan formal mencapai 75%-80% (KDB) dengan garis sempadan bangunan antara 1-3 meter. Selain itu, telah dilengkapi dengan sistem jaringan yang memadai, seperti pengangkutan sampah dan ketersediaan tempat sampah, jaringan air bersih dan drainase, serta jaringan jalan.

Page 5: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4. 1 Kondisi Lingkungan dan Fasilitas Perumahan Formal di Kota Depok

Sumber: Hasil Survei, 2014

Sementara itu, permukiman swadaya di Kota Depok tidak sebanyak permukiman formal hanya sekitar 5.55 % dari luas keseluruhan Kota Depok (20,029 Ha). Berikut merupakan tabel persebaran rumah formal di Kota Depok. Kecamatan Cimanggis yang memiliki luas perumahan swadaya terbesar yaitu 14.07 % (303.42 Ha), sedangkan Kecamatan Limo dan Kecamatan Sawangan tidak memiliki perumahan swadaya. Tabel 4.3 menunjukkan luas perumahan swadaya di Kota Depok.

Tabel 4. 3 Luas Perumahan Swadaya Kota Depok

NO. KECAMATAN

LUAS (Ha)%Perumah

an Swadaya

Administrasi

1 Kec. Beji 82.78 1430 5.79%2 Kec. Bojongsari 73.27 1979 3.70%3 Kec. Cilodong 8.09 1609 0.50%4 Kec. Cimanggis 303.42 2122 14.30%5 Kec. Cinere 0.00 1047 0.00%6 Kec. Cipayung 23.31 1163 2.00%7 Kec. Limo 0.00 1232 0.00%

8Kec. Pancoran Mas 144.17 1821 7.92%

9 Kec. Sawangan 0.06 2590 0.00%10 Kec. Sukmajaya 119.06 1804 6.60%11 Kec. Tapos 358.11 3233 11.08%

KOTA DEPOK 1,112.27 20,030.00 5.55%Sumber: Data Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok tahun

2012

Perkembangan perumahan swadaya yang terdapat di Kota Depok ditunjang pula dengan perkembangan fasilitas di sekitarnya,

Page 6: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

seperti fasilitas pendidikan, perdagangan dan jasa skala lingkungan perumahan, fasilitas peribadatan, hingga fasilitas kesehatan seperti praktek dokter, bidan, maupun klinik kesehatan. Namun, permasalahan pengembangan perumahan swadaya di Kota Depok seringkali tidak memperhatikan mengenai intensitas bangunan, terutama koefisien dasar hijau dan garis sempadan bangunan.

Gambar 4. 2 Kondisi Lingkungan dan Fasilitas di Perumahan Swadaya Kota Depok

Sumber: Hasil Survei, 2014

Adapun tingkat hunian perumahan di Kota Depok pada umumnya adalah 5 orang, dengan tingkat hunian tertinggi pada kecamatan Cilodong sebanyak 7 orang dalam 1 unit rumah tangga, sedangkan jumlah anggota keluarga yang paling kecil adalah Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Bojongsari.

Tabel 4. 4 Tingkat Hunian Kota Depok

No. Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Pendudu

kTingkat Hunian

1. Sawangan 28,780 134,943 52. Bojongsari 24,554 108,913 43. Cipayung 22,972 139,689 64. Pancoran

Mas45,101 229887 5

5. Cilodong 19,437 136,519 76. Sukmajaya 58,096 253,687 4

Page 7: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

No. Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Pendudu

kTingkat Hunian

7. Tapos 47,266 236,113 58. Cimanggis 47,345 264,248 69. Beji 39,902 181,171 510. Limo 21,224 96,047 511. Cinere 21,961 117,350 5Sumber: Kecamatan dalam Angka Tahun 2013

Sementara itu, Rumah Susun Sederhana Sewa di Kota Depok berdiri di atas tanah seluas 10.500 m2 di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cimanggis. Saat ini telah terdapat 3 twin blok atau 288 sarusun. Rusunawa mulai dibangun tahun 2006 dari dana APBN, dan dilanjutkan dengan pembangunan prasarana dan sarana pendukung berupa sambungan listrik, air bersih dan jalan akses dengan dana APBD Kota. Lokasi Rusunawa Cilangkap berdekatan dengan rencana Terminal tipe A Kota Depok, dengan berada tak jauh dari pintu tol Cimanggis (tol Jagorawi). Letak yang strategis dan tidak jauh dari kawasan industri diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan perumahan para pekerja yang umumnya berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah.

Tabel 4. 5 Prasarana dan Sarana Rusunawa di Kel. Cilangkap, Kota Depok

No. Komponen Status Terbangun Kondisi1. Bangunan Rusun 3 Twin Blok Terdapat Kebocoran

Pada Atap Bangunan2. Ruang Hunian Type 21 = 288 Unit

Kamar Tidur Kamar Mandi Dapur Tempat Jemuran Instalasi Listrik Instalasi Air Bersih

3. Unit Usaha Belum Ada4. Kantor Ruang Di Lantai

DasarBelum Ada Kelengkapan

5. Fasilitas Umum Koridor Dan Lorong Lantai Rusun

Halaman Jalan

Belum Ada Penataan Belum Ada Penataan

6. Fasilitas Sosial Mesjid Di Halaman Belum Ada Kelengkapan

7. Fasilitas Keamanan

Pos Jaga Pagar Lokasi

Kurang Memadai Terdapat Kerusakan

Pada Dinding Pagar Pintu Masuk

Page 8: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

No. Komponen Status Terbangun Kondisi8. Prasarana Air

Bersih Sumur Bor

Setempat Tanki Air Bersih Perpipaan

Pompa Submersible Belum Terpasang

9. Prasarana Listrik Instalasi Listrik Dalam Bangunan

Instalasi Listrik Luar Bangunan

Belum Ada Power Supply Listrik

10. Prasarana Air Limbah

Perpipaan Septik Tank

Komunal11. Prasarana Air

Hujan Saluran Drainase

Tersier12. Prasarana

Persampahan Pipa Vertikal Dari

Lantai 5 S.D Lantai Dasar

Belum Ada Kelengkapan

13. Prasarana Pemadam Kebakaran

Fire Hydrant Alarm Perpipaan Tangga Darurat

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok dan SPPIP Kota Depok

Selain itu, di Kota Depok masih terdapat permukiman-permukiman kumuh di perumahan-perumahan swadaya, baik di kawasan legal (slump) maupun di kawasan illegal (squatter). Ketidaklayakan permukiman tersebut umumnya timbul akibat kerapatan hunian yang tinggi, masih belum terpenuhinya/memadainya sarana dan prasarana di permukiman tersebut, seperti belum adanya atau rusaknya perkerasan jalan lingkungan dan jalan setapak, keterbatasan prasarana air bersih, air limbah dan persampahan, masih rendahnya kesadaran akan sanitasi lingkungan, dan belum tersedianya atau tidak memadainya saluran drainase sehingga sering menimbulkan genangan. Sementara itu, permukiman kumuh yang terdapat di Kota Depok dikategorikan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut.1. Permukiman kumuh di tepian sungai/situ/danau2. Permukiman kumuh di tanah terlantar3. Permukiman kumuh di sepanjang tepi rel kereta api4. Permukiman kumuh di pusat pelayanan kota

Tabel 4. 6 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota DepokNo. Lokasi

(Kelurahan)Kecamatan Tipologi Kawasan Kumuh

1 Bojongsari Lama Sawangan Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar

2 Bojongsari Baru Sawangan Permukiman Kumuh di Tepian

Page 9: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

No. Lokasi (Kelurahan)

Kecamatan Tipologi Kawasan Kumuh

Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar3 Pengasinan Sawangan Permukiman Kumuh di Tepian

Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar4 Sawangan Lama Sawangan Permukiman Kumuh di Tepian

Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar5 Bojong Pondok

TerongPancoran Mas

Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Sepanjang Tepi Rel Kereta Api

6Pondok Jaya Pancoran

MasPermukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Sepanjang Tepi Rel Kereta Api

7 Ratu Jaya Pancoran Mas

Permukiman Kumuh di Sepanjang Tepi Rel Kereta Api

8Depok Pancoran

MasPermukiman Kumuh di Pusat Pelayanan Kota dan di Sepanjang Tepi Rel Kereta Api

9 Kalibaru Sukmajaya Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar

10 Abadijaya Sukmajaya Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar

11 Cisalak Sukmajaya Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar

12 Cilangkap Cimanggis Permukiman Kumuh di Tepian Sungai dan di Tanah Terlantar

13 Tapos Cimanggis Permukiman Kumuh di Tepian Sungai dan di Tanah Terlantar

14 Sukamaju Baru Cimanggis Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar

15 Curug Cimanggis Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar

16Kemiri Muka Beji

Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Sepanjang Tepi Rel Kereta Api

17 Grogol Limo Permukiman Kumuh di Tepian Sungai dan di Tanah Terlantar

18 Limo Limo Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar

19 Cinere Limo Permukiman Kumuh di Tepian Sungai dan di Tanah Terlantar

20 Gandul Limo Permukiman Kumuh di Tepian Sungai/Situ dan di Tanah Terlantar

Sumber: Masterplan Penataan Kawasan Kumuh Kota Depok

Berdasarkan Dokumen SPPIP Kota Depok, terdapat 4.132 rumah tidaklayak huni yang tersebar di 6 wilayah kecamatan. Penyebaran rumah tidak layak huni di 6 kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Cimanggis merupakan daerah yang paling banyak rumah tidak layak huni, yaitu berjumlah 2.081 rumah.

2. Kecamatan Sawangan 947 rumah, 3. Kecamatan Pancoranmas 557 rumah,

Page 10: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

4. Kecamatan Limo 226 rumah, 5. Kecamatan Sukmajaya 221 rumah dan;6. Kecamatan Beji yang berjumlah 60 rumah.

Jumlah rumah yang berdiri di bantaran sungai mencapai 1249 rumah dan 1354 KK, dengan jumlah terbesar di Kecamatan Cimanggis dengan jumlah bangunan 659 rumah yang didiami oleh 675 KK. Permukiman squatter di bantaran rel KA terdapat di simpang rel KA jalan Dewi Sartika Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas yaitu sebanyak 30 KK. Di sekitar kawasan Situ Rawa Besar terdapat 389 KK dan di bantaran Situ Tipar sebanyak 25 KK. Rumah yang berdiri di bawah jaringan listrik tegangan tinggi mencapai 1406 rumah dan 1453 KK, dengan jumlah dominan terdapat di Kecamatan Cimanggis sebanyak 672 unit rumah yang didiami oleh 684 KK. Permukiman rawan longsor terletak di Kecamatan Cimanggis yang didiami oleh 9 KK, sedangkan permukiman rawan banjir terletak di Kecamatan Sawangan yang didiami oleh 630 KK.2. Sistem Kelembagaan dalam Pengembangan Perumahan di

Kota DepokTerdapat beberapa aktor yang berperan dalam pengembangan

perumahan di Kota Depok, yakni 1) pemerintah, dalam hal ini Dinas Tata Ruang dan Permukiman, 2) developer yang merupakan pengembang untuk perumahan formal, 3) masyarakat yang merupakan target pasar dalam pengembangan perumahan formal maupun masyarakat sebagai pengembang perumahan untuk perumahan swadaya. Pengembangan perumahan formal, membuat masyarakat hanya memiliki interaksi terhadap pihak pengembang, sedangkan interaksi pihak pengembang terjadi tidak hanya pada masyarakat sebagai target pasar, tetapi juga dengan pemerintah Kota Depok sebagai pemberi ijin usaha, kegiatan, dan pengwasan serta pengendalian.

Page 11: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4. 3 Peran dan Interaksi Antar Aktor dalam Pengembangan Perumahan Formal

Sementara itu, dalam pengembangan perumahan swadaya, masyarakat memiliki interaksi secara langsung kepada pemerintah Kota Depok terkait ijin pembangunan. Fungsi masyarakat pada pengembangan perumahan swadaya adalah sebagai pihak pengembang dan yang memberikan usulan untuk membangun.

Gambar 4. 4 Peran dan Interaksi Antar Aktor dalam Pengembangan Perumahan Swadaya

Pemerintah Kota Depok dalam pengembangan perumahan memiliki peran sebagai pemberi ijin usaha dan kegiatan, yang terfokus pada Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok. Adapun tugas dari Dinas tata Ruang dan Permukiman ini sebagai berikut. 1) Perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan permukiman, 2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang tata ruang dan permukiman, 3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang  dan permukiman, 4) Pembinaan terhadap Unit Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (UPT Rusunawa), 5) Pengelolaan urusan ketatausahaan, 6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan bidang tata ruang dan permukiman.

Page 12: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4. 5 Sistem Kelembagaan dan Jenis Pelayanan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok, 2014

3. Permasalahan Perumahan di Kota DepokPermasalahan kawasan kumuh di Kota Depok yang relatif tidak

jauh berbeda dengan permasalahan kumuh di kota Metro dan Besar lainnya di Indonesia. Secara umum permasalahan kawasan kumuh di kota Depok disebabkan oleh:1. Daya tarik Kota Depok, dimana Kota Depok memiliki laju

pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Jawa Barat dari 5,83% menjadi 7,42% dengan Pendapatan Asli Daerah yang juga tertinggi di Jawa Barat yang meningkat hingga 17,56%, menjadikan daya tarik urbanisasi dari desa-desadan wilayah lainnya disekitarnya.

2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Depok yang relatif tinggi, mencapai 4,23% pada tahun 2000-2005, dan 2007-2009 mencapai 3,43% (1 ½ kali lebih besar dari pertumbuhan Nasional), dan diperkirakan penduduk Kota Depok pada tahun 2015 akan

Page 13: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

mencapai 3.061.639 jiwa. Pertumbuhan penduduk ini dibandingkan dengan luas lahan daerah kota Depok yang juga terbatas untuk peruntukan budidaya (perumahan dan permukiman), mengakibatkan pertumbuhan permukiman kumuh.

3. Pertumbuhan perumahan dan permukiman yang pesat tidak didukung oleh ketersediaan prasarana dan sarana fisik, sosial dan ekonomi yang memadai.

4. Aspek pendapatan masyarakat yang dicerminkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah dan kondisi sosialnya yang belum memadai untuk memiliki rumah yang layak dan sehat.

5. Terlambatnya perencanaan kota mengantisipasi lajunya pembangunan khususnya kebutuhan perumahan yang meningkat.

6. Masih rendahnya mekanisme pengawasan aparat Pemkot terhadap penyerobotan tanah-tanah negara: tanah di bantaran sungai, bantaran Situ, sekitar rel kereta api.

7. Belum tersedianya dokumen perencanaan yang memadai dan komprehensif dalam penanganan kawasan kumuh di Kota Depok yang secara terpadu dan multi stakeholder.

Permasalahan spesifik kawasan kumuh di kota Depok disebabkan oleh:1. Apabila terdapat lahan yang tidak termanfaatkan dan tidak

dikontrol (lahan tidur) oleh pemiliknya akan dimanfaatkan oleh penduduk kumuh untuk membangun huniannya.

2. Kemiskinan dan lemahnya daya beli juga menjadi penyebab masyarakat permukiman kumuh ini menempati lahan tanpa kepemilikan yang legal.

Namun, jika potensi dan masalah yang ada dipisahkan berdasarkan jenis perumahannya, yakni perumahan formal/terstruktur yang dikembangkan oleh developer dan perumahan swadaya, maka dapat digolongkan sebagai berikut.

Tabel 4. 7 Potensi dan Permasalahan Kawasan Permukiman di Kota Depok

Perumahan Terstruktur/Formal Perumahan Swadaya

Potensi

1. Daya tarik Kota Depok yang dekat dengan pusat kegiatan

1. Daya tarik Kota Depok yang dekat dengan pusat kegiatan

Page 14: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Perumahan Terstruktur/Formal Perumahan Swadaya

dan ibukota negara.2. Adanya kawasan pemukiman

yang telah tertata dan teratur (641,66 ha) dan dilengkapi dengan sistem jaringan serta fasilitas umum yang memadai.

3. Kondisi lingkungan dan intensitas bangunan pada perumahan formal lebih tertata dan memperhitungkan koefisien dasar hijau serta garis sempadan bangunan

dan ibukota negara.

Masalah

1. Harga lahan dan perumahan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk terhadap perumahan yang diikuti pula dengan peningkatan NJOP.

2. Perijinan dalam pengembangan perumahan formal terabaikan karena tidak seluruh perumahan yang dibangun memiliki ijin pembangunan karena luasan pengembangan lahan yang dibawah 1 ha.

1. Tipologi permukiman masih terdapat kawasan kumuh dan permukiman illegal (bantaran sungai, situ, rel dan tegangan tinggi).

2. Masyarakat harus dapat menyediakan dan memperhitungkan pelayanan sistem jaringan, terutama untuk air limbah dan air bersih agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya.

3. Intensitas bangunan di perumahan swadaya cenderung lebih tinggi dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi pula.

Page 15: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4. 1 Peta Perumahan Formal dan Swadaya di Kota Depok

Page 16: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

4.4.1.2Fasilitas PendidikanPendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Pendidikan juga merupakan salah satu ukuran dalam indeks pembangunan manusia, apakah sebuah Negara dapat dikatakan maju atau tidak. Salah satu Upaya untuk mendukung hal tersebut adalah dengan menyediakan fasilitas pendidikan berupa “bangunan” sekolah yang dapat digunakan oleh seluruh golongan masyarakat tanpa terkecuali. Fasilitas pendidikan merupakan salah satu fasilitas penunjang kegiatan penduduk di kota Depok yang penting. Fasilitas pendidikan kota Depok disediakan guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan Kota Depok. Fasilitas pendidikan di Kota Depok dalam penyediaannya tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah tetapi juga pihak Swasta yang terdiri dari jenjang Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi. Hal ini dilakukan juga untuk mendukung program pemerintah Indoneisa wajib belajar 12 Tahun masyarakat Indonesia.

Kota depok telah memiliki fasiltias pendidikan yang dapat dikatakan telah tersebar diseluruh kecamatan Kota Depok, berikut adanya jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di kota Depok (berdasarkan kecamatan)

Tabel 4.xxx Data Jumlah Fasilitas Pendidikan Tahun 2012No Kecamatan TK SD SMP SMU Universitas1 Sawangan 32 31 16 5 02 Bojongsari 26 30 16 2 03 Pancoranmas 65 62 28 14 04 Cipayung 23 25 16 2 05 Sukamajaya 72 66 15 7 06 Cilodong 42 27 10 2 07 Cimanggis 80 56 22 3 08 Tapos 66 45 13 5 09 Beji 35 35 12 5 3

10 Limo 25 20 11 4 011 Cinere 22 14 5 2 0

Sumber : Kota Depok dalam Angka, 2012Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat bahwa fasilitas pendidikan secara keseluruhan telah tersebar diseluruh kecamatan di Kota Depok,

Page 17: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

tetapi dapat dilihat bahwa fasiltias pendidikan masih berpusat dibeberapa kecamatan yang terdapat dipusat kota yakni pancoranmas, sukmajaya dan cimanggis, dan untuk fasilitas pendidikan paling sedikit terdapat di Kecamatan Bojongsari. Salah satu penyebab hal ini adalah jumlah penduduk yang terdapat di kecamatan pancoranmas, sukmajaya dan cimanggis termasuk besar dan kepadatan tinggi, selain itu fungsi ketiga kecamatan tersebut sebagai Pusat Kota Depok, sedangkan sebaliknya bagi kecamatan Bojongsari. Sedangkan untuk di kecamatan cinere juga relatife sedikit, hal ini dimungkinkan kecamatan cinere terletak di sebelah uara kota depok, dan berbatasan langsung dengan Jakarta. Hal ini dimungkinkan warga depok dapat mengakses pendidikan ke kota Jakarta. Selanjutnya untuk dapat melihat jelas proporsi dan persebaran fasilitas pendidikan, dapat dilihat di peta persebaran fasilitas pendidikan (gambar 4.x)

Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan, kondisi eksisting sara pendidikan di sebagaian besar kota Depok tidak merata untuk kualitas dan fasilitasnya. Sekolah-sekolah di pusat pengembangan kota (ditengan kota) relative mayoritas memiliki fasilitas dan bangunan yang baik, sedangkan untuk sekolah yang terletak di sub pusat pelayanan kota atau jauh dari pusat kota Depok, mayoritas cenderung memprihatinkan untuk fasilitas dan bangunannya baik TK, SD, SMP ataupun SMU. Berikut adalah gambaran mengenai kondisi fisik sekolah dan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah.

Page 18: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4.x Kondisi sekolah di wilayah pusat pelayanan kota depok

Sumber : sumber observasi, 2014

Dari gambar diatas hasil observasi dapat dilihat bahwa fasilitas pendidikan di kawasan pusat kota depok sudah dapat dikatakan baik. Lapangan yang luas, bangunan yang baik, hingga lapangan parkir juga telah disediakan di sekolah tersebut.

Page 19: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4.x Kondisi sekolah di wilayah sub pusat pelayanan kota

Sumber : Hasil Observasi, 2014

Dari beberapa contoh sekolah di sub pusat pengembangan, fasilitas pendukung aktivitas sekolah dan kondisi bangunan sekolah dapat dikatakan berbeda dari segi kelengkapan dan kondisi. Sekolah yang termasuk sup pusat pelayanan kota dan dipinggiran kota Depok, masih kurang baik dan tidak lengkap seperti kondisi di pusat pelayanan kota. Beberapa sekolah di sub pusat pelayanan kota juga masih menggunakan sistem satu gedung sekolah untuk lebih dari satu sekolah. Seperti waktu pagi digunakan untuk SD 01 dan siang digunakan untuk SD 02.

Page 20: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

GAMBAR XXX

PETA PERSEBARAN SEKOLAH DASAR

Page 21: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

GAMBAR XXX

PETA PERSEBARAN SEKOLAH DASAR

Page 22: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

GAMBAR XXX

PETA PERSEBARAN SMP DAN SEDERAJAT

Page 23: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

GAMBAR XXX

PETA PERSEBARAN SMU DAN SEDERAJAT

Page 24: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

4.4.1.3Fasilitas KesehatanFasilitas kesehatan adalah tempat untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan dan dibutuhkan untuk melayani kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota Depok meliputi rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan tempat praktek dokter. Kota Depok memliki 22 rumah sakit yang terpusat di Kecamatan Beji, Pancoran Mas dan Cimanggis. Sebaran rumah sakit hanya tersebar di pusat-pusat kegiatan (PPK). Bila dibandingkan dengan kota pinggiran Jakarta lainnya, kota Depok memiliki fasilitas kesehatan yang memadai dari segi pelayanan dan jumlah. Sedangkan untuk fasilitas pendukung kesehatan lainnya seperti puskesmas, balai pengobatan dan tempat praktek dokter seperti yang dilihat pada tabel dibawah ini belum merata ditiap kecamatan. Untuk jumlah puskesmas yang tersebar di Kota Depok yaitu sebanyak 33 unit, sedangkan balai pengobatan 186 unit, dan tempat praktek dokter 512 unit.

Tabel 4. 8 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Depok Tahun 2012

No Kecamatan RumahSakit Puskesmas

Balai pengobata

nTempat

Praktek Dokter1 Beji 2 3 33 832 Pancaoran

Mas 8 3 33 733 Cipayung 3 2 15 214 Sukmajaya 2 4 43 515 Cilodong 1 3 2 216 Limo 0 1 2 67 Cinere 1 1 9 338 Cimanggis 4 5 29 1849 Tapos 0 5 2 1810 Sawangan 1 4 11 2211 Bojongsari 0 2 7 9

Jumlah 22 33 186 521Sumber : Kecamatan dalam angka Kota Depok, 2013

Berdasarkan Tabel 4.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Depok Tahun 2012 di atas Kecamatan Beji, Pancoran Mas dan Cimanggis memiliki fasilitas kesehatan yang paling banyak karena ketiga kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang lebih maju

Page 25: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

dibandingkan dengan kecamatan lainnya, sehingga pemerintah Kota Depok lebih memfokuskan pembangunan fasilitas kesehatan di daerah tersebut. Sedangkan kecamatan di pinggiran Kota Depok seperti Kecamatan Bojongsari, Tapos memilki jumlah fasilitas yang sangat sedikit. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya meratakan pembangunan fasilitas kesehatan agar kesehatan masyarakat lebih terjamin.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan kondisi bangunan fasilitas kesehatan untuk daerah bagian pusat Kota Depok sudah cukup bagus. Kondisi bangunan fasilitas kesehatan di pinggiran (Kecamatan Bojongsari, Tapos) Kota Depok kurang cukup bagus dan kurang memadai. Seperti di Kecamatan Bojongsari, sepanjang jalan utama tidak ditemukan puskesmas, balai pengobatan dan tempat praktek dokter, sehingga masyarakat lebih memilih untuk berobat di fasilitas kesehatan di luar kota depok karena Bojongsari berbatasan dengan Tanggerang dan Bogor padahal terdapat Rumah Sakit Umum Kota Depok dan Puskesmas Sawangan yang langsung berbatasan dengan Kecamatan Bojongsari.

Gambar 4. 2 RSUD Kota Depok Gambar 4. 3 Puskesmas Sawangan

Sumber : Hasil Observasi 2014

Perbedaan dalam fasilitas kesehatan di Kota Depok dilihat dari sebaran pusat Kota Depok dan kecamatan di pinggiran Kota Depok. Fasilitas kesehatan yang ada di pusat Kota Depok (Beji, Pancoran Mas) terlihat pada rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan praktek dokter yang tegolong lengkap, memenuhi syarat dan setiap kecamatan

Page 26: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

di pusat Kota Depok sudah memliki fasilitas kesehatan tersebut. Sementara di kecamatan pinggiran (Bojongsari, Tapos, Limo) Kota Depok terlihat pada puskesmas, balai pengobatan dan praktek dokter. Persebaran setiap pelayananan ditunjukan oleh Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.5.

Gambar 4. 4 Peta Sebaran Balai Pengobatan

Page 27: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4. 5 Peta Sebaran Puskesmas

Page 28: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4. 6 Peta Sebaran Rumah Sakit

Page 29: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513
Page 30: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

4.4.1.7 Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Perdagangan dan Niaga merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kegiatan perekonomian sebuah wilayah. Aktivitas pedagangan dan jasa di Kota Depok menjadi sangat krusial, karena merupakan indikasi tingkat kemakmuran mayarakat dan perdagangan menjadi urat nadi dalam keberlangsungan sebuah kota bagaimana kedepannya. Dalam analisis Sarana perdagangan dan jasa pada studi ini, yang termasuk dalam sarana perdagangan adalah pasar tradisional dan modern. Kota Depok telah memiliki fasilitas perdagangan yang dapat dikatakan telah tersebar keseluruh kota Depok, khususnya pasar tradisional atau pasar besar dan pusat perbelanjaan yang bersifat tersier di beberapa kecamatan ddi Kota Depok untuk memenuhi kebutuhan masyrakat kota Depok. Berikut adalah jumlah dan persebaran fasilitas perdagangan yang tersedia di kota Depok (berdasarkan kecamatan).

Tabel 4. Tabel data JUmlah fasilitas perdagangan kota depok 2012

Eksisting2012Perdagangan Mall Pasar Kios/ Toko WarungKecamatan Sawangan 1 1 46 1541Kecamatan Bojongsari 1 1 741 1095Kecamatan Pancoran Mas 1 2 2718 2776Kecamatan Cipayung 1 1 377 1376Kecamatan Sukmajaya 1 12 1534 730Kecamatan Cilodong 1 2 2131 3599Kecamatan Cimanggis 1 6 2405 1555Kecamatan Tapos 1 0 1056 2755Kecamatan Beji 3 1 993 1121Kecamatan Limo 0 316 477Kecamatan Cinere 1 16 304 181

Sumber : Depok Dalam Angka, 2013

Melihat tabel diatas, dapat dikatakan bahwa hamper setiap kecamatan di kota depok memiliki pasar besar atau tradisioal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitu juga dengan keberadaan pusat perbelanjaan tersier (mall), hampir setiap kecamatan telah memiliki pusat perbelanjaan tersebut, hanya Kecamatan Limo yang tidak memiliki pesar ataupun pusat perbelajaan, hal ini dikarenakan letak kecamatan limo berdekatan dengan beiji, cinere dan berdekatan dengan kota Jakarta yang kemungkinan memiliki pasar dan pusat

Page 31: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

perbelanjaan yang lebih baik. Selanjutnya untuk dapat melihat jelas persebaran fasilitas perdagangan, dapat dilihat di peta persebaran fasilitas perdagangan (gambar xxx).

Sarana perdagangan dan jasa memiliki standar dalam menunjang aktivitas yang terjadi didalamnya, diperlukan terpenuhinya infrastuktur-infrastruktur tersebut seperti bangunan fisik yang layak sesuai standart, lahan parkir, kebersihan lingkungan termasuk pembuangan dan pengelolaan sampah di dalamnya, termasuk juga kebutuhan air. Dalam observasi yang dilakukan, memperlihatkan bahwa mayoritas semua sarana Perdagangan di Kota Depok khususnya pasar tradisional memiliki permasalahan yang sama seperti tidak tersedianya lahan parkir karena bergabung dengan terminal angkot sampai permasalahan ketidakcukupannya lahan parkir yang tersedia pada pasar tersebut. Tidak hanya ini, permasalahan seperti tidak tersedianya saluran drainase yang baik, tidak terawatnya bangunan fisik pasar dan juga permasalahan persampahan yang kurang terkoordinir dan terselesaikan merupakan permasalahan yang sangat dominan pada hampir setiap pasar tradisonal yang ada di setiap Kecamatan di Kota Depok. Berikut adalah gambaran kondisi fasilitas perdagangan Kota Depok (hasil observasi)

Page 32: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4.x Pusat Perbelanjaan Kota Depok

Pusat perbelanjaan modern memiliki cakupan pelayanan untuk satu kota. Pusat perbelanjaan modern mulai beroperasi dari pukul 09.00 – 22.00 WIB, dengan menjual kebutuhan sehari-hari dan banyak yang bersifat tersier atau hiburan. Kondisi bangunan terlihat baik (modern), fasilitas yang dimiliki cukup lengkap seperti tersedianya lahan parkir yang luas untuk menampung banyak kendaraan (hingga mencapai ratusan kendaraan), tersedianya RTH dengan luas 30% dari luas lahan, hingga kondisi jalan dan drainase yang baik. Lokasi pusat perbelanjaan modern ini (mayoritas) terletak dilokasi yang strategis bersifat komersil seperti di pusat kota (Margo City dan Depok Town Square), dekat dengan fasilitas pendidikan (perguruan tinggi), dekat dengan perkantoran (plaza depok TS) dan dilewati oleh beberapa transportasi umum.

Page 33: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4.xx Pasar Tradisional Kota Depok

Pasar Tradisional di Kota depok rata-rata terletak hampir disetiap kecamatan kota Depok. Skala pelayanan memiliki cakupan pelyanan kecamatan. Pasar trasdisional menjual kebutuhan sehari-hari hingga komuditas perdagangan. Harga yang ditawarkan relative lebih rendah dibandingkan pasar modern. Pasar tradisional memiliki jam operasi (mayoritas) mulai dari pukul 05.00 – 09.00 WIB dan ada pula yang hingga pukul 12.00. kondisi fisik pasar dapat dikatakan tidak baik seperti pasar modern, begitu juga lahan parkir yang buruk dan ketidak sediaan ruang terbuka hijau yang cukup. Kondisi lingkungannya juga buruk, saluran drainase yang dipenuhi dengan sampah pasar. Aksesbilitas pasar tradisional terbilang cukup baik, banyak angkutan yang melewati pasar tradsional tersebut. Hal ini dikarenakan pasar tradisional memiliki lokasi yang sama dengan lokasi terminal (terminal angkutan kota) di Kota Depok. Akibat dari lokasi yang bersamaan dengan terminal angkutan kota dengan kegiatan jual-beli (ekonomi), berdampak terjadinya kemacetan lalu lintas dan munculnya pedagangan kaki lima (liar) di sekitar pasar.

Page 34: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4.xx

Persebaran pusat perdagangan kota depok

Page 35: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

4.4.1.8 Ruang Terbuka Hijau

Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkunga. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya.

RTH perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini.

a. Identifikasi Jenis Ruang Terbuka Hijau Kota Depok

Klasifikasi dan jenis ruang terbuka hijau dapat dibedakan berdasarkan fungsi, tipologi maupun kepemilikannya. Dalam Undang-undang Penataan Ruang dikenal dengan istilah RTH Publik dan RTH Privat. RTH publik adalah ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Sedangkan RTH Privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa pekarangan atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta. RTH juga dapat dibedakan berdasarkan tipologinya, yaitu RTH Alami dan RTH Non Alami/Binaan. Jenis RTH juga dapat dibedakan

Page 36: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

berdasarkan fungsi maupun pengelolanya, seperti RTH Taman (taman kota, taman lingkungan), RTH Olahraga, RTH Makam, RTH Pertanian (sawah, ladang, kebun), RTH Kehutanan (hutan kota, hutan raya), RTH fungsi lainnya seperti Kebun Raya, Arboretum dan RTH lainnya.

i. Hutan Kota Kota Depok memiliki hutan kota seluas 7,2 hektar yang diberi nama

Tahura terletak di Kecamatan Pancoran Mas. Lokasi hutan ini sangat dekat dengan permukiman padat, sehingga sangat rawan terjadi kerusakan. Kondisi seperti ini sangat tidak bagus untuk RTH Publik, terutama RTH yang memiliki fungsi utamanya adalah fungsi kologis.

Gambar 4. 7 Tahura Kota Depok

Sumber : Hasil Observasi dan Google Earth, 2014

ii. SituKota Depok mempunyai 30 situ dengan luas total 126,43 Ha atau

0,63% dari luas Kota Depok. Keberadaan situ-situ tersebut perlu dilindungi agar terjaga fungsi dan kelestariannya. Kriteria kawasan sekitar situ berdasarkan Keppres No.32 tahun 1990 adalah daratan sepanjang tepian danau/situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/situ antara 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah sarat.

Gambar 4. 8 Situ Jatijajar, Kec Tapos Gambar 4. 9 Situ Krukur Kec. Limo

Page 37: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Sumber : Hasil Observasi 2014

Tabel 4. 9 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Depok Tahun 2012

No Kecamatan Kelurahan Nama Setu Luas (Ha)

1 Beji Pondok Cina UI 1 1,23UI 2 5,3UI 3 2,48UI 4 2,29

Tanah Baru Pladen 1,282 Pancaoran

Mas Depok Rawa Besar 12,81Pancoran Mas Pitara 0,52

Rangkapan Jaya Telaga Subur 1,62Pulo 1,20

3 Cipayung Bojong Pondok Terong Citayam 6,51

4 Sukmajaya Cisalak Pengarengan 6,35Sukmajaya Rawa Baru 3,34

5 Cilodong Cilodong Kostrad Cilodong 0,94

Kalibaru Cilodong 6,5Sukamaju Sukamaju 0,68

Bahar 1,596 Limo Gandul Krukur 1,627 Cinere Pangkalan Jati Puri CInere 1,39

Page 38: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

8 Cimanggis Curug Rawa Kalong 8,43Gadog 1,80

Harjamukti Rawa Gede 1,19Cibubur 7,41

Mekarsari Tipar 6,37Tugu Pendongkelan 5,03

9 Tapos Cilangkap Cilangkap 2,86Jatijajar Jatijajar 4,21Tapos Payinggi 2,0

10 Sawangan Bedahan Pasir Putih 0,75Pengasinan Pengasinan 5,06

11 Bojongsari Bojongsari Bojongsari 22,01Jumlah

Sumber : Desain dan Revitalisasi Setu-setu Kota Depok, Dinas PSDA, 2008

iii. Sempadan SungaiBerdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990, sempadan sungai

adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan sempadan sungai berada di sepanjang Wilayah Sungai (WS) Ciliwung, Sungai Panut, Sungai Kali Baru, Kali Cikeas, Kali Pesanggarahan, Kali Krukut dan Kali Angke.

Gambar 4. 10 Kawasan Sempadan Sungai

Sumber : Hasil Observasi 2014

iv. Taman KotaTaman kota adalah ruang di dalam kota yang strukturnya

bersifat alami dan sedikit bagian yang terbangun dan pada dasarnya terdiri dari elemen-elemen pohon perindang, semak atau perdu dan tanaman hias yang ditata rapi, bangku taman, jalan setapak, kolam

Page 39: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

air, serta tempat bermain anak. Di Kota Depok terdapat taman perkemahan yang berada di Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis. Taman dengan luas 19,764 hektar ini biasa digunakan untuk kegiatan pramuka. Keberadaan taman ini perlu dijaga dan dilestarikan, mengingat pembangunan di Kota Depok berkembang sangat cepat. Terutama untuk daerah bagian utara-timur yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, konversi lahan terjadi sangat cepat.

Tabel 4. 10 Distribusi Taman KotaKec Kelurahan Nama Luas (Ha)

Cimanggis Harjamukti taman perkemahan 19,764Beji Pondok Cina Taman Kampus UI 93,33Beji Kukusan Taman Kampus UI 69,09Total 0Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2014

Gambar 4. 11 Bumi Perkemahan Cibubur

Sumber : Hasil Observasi 2014

v. Lapangan Olahraga/Lapangan TerbukaLapangan terbuka merupakan RTH fasilitas umum yang

digunakan oleh masyarakat dengan bebas untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam melakukan aktivitas olahraga. Lapangan terbuka/olah raga yang teridentifikasi di Kota Depok terdapat tiga jenis lapangan, yakni lapangan terbuka, lapangan golf dan lapangan stadion Universitas Indonesia (UI) dengan luas total 405,77 hektar atau 2,03 % dari luas Kota Depok secara keseluruhan.

Page 40: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Tabel 4. 11Kecamatan Luas eksisting (Ha)

Beji 7,34Cimanggis 254,41

Limo 42,69Pancoran Mas 7,06

Sawangan 89,72Sukmajaya 4,54

Kota Depok 405,77 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2014

vi. Taman Pemakaman Umum (TPU)Lokasi kawasan kuburan umum di Kota Depok telah ditentukan

oleh Pemda Kota Depok baik untuk kuburan kristen, islam, dan lainnya. Kawasan kuburan umum mempunyai luas lahan yang cukup besar. Kota Depok memiliki TPU seluas 132,9 ha yang tersebar di Kecamatan Cimanggis, Limo, Sawangan, dan Sukmajaya.

Gambar 4. 12 TPU Limo Gambar 4. 13 TPU Sukmajaya

Sumber : Hasil Observasi 2014

vii. Sempadan instalasi berbahaya (SUTET)Tower atau transmisi dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi

(SUTET) perlu diberi sempadan agar tidak terjadi kerusakan serta membahayakan penduduk sekitar. Sempadan SUTET memiliki fungsi utama sebagai fungsi keamanan, yakni mengamankan penduduk dari bahaya tegangan listrik yang tinggi, baik secara vertikal mapun horisontal. Kecamatan Kota Depok yang dilalui jaringan SUTET adalah

Page 41: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Limo, kecamatan Sawangan dan Kecamatan Sukmajaya.

Gambar 4. 14 Sempadan SUTET

Sumber : Hasil Observasi 2014

viii. Sempadan Rel Kereta Api (KA)Sempadan kereta ditetapkan sebagai sempadan pengamanan

lahan di kiri dan kanan rel kereta api yang berfungsi memberi perlindungan terhadap jaringan dan pergerakan manusia dan kegiatan sekitar. Selain itu tingkat gangguan kereta api yang berupa getaran, suara dan juga asap dapat dikurangi dengan memberikan jarak minimal garis sempadan jalur kereta api, ditetapkan untuk memberikan kelancaran lalulintas kereta api, serta yang lebih penting memberikan keamanan bagi manusia yang hidup disekitar jaringan ini. Garis sempadan jaringan kereta api juga disiapkan untuk mengantisipasi pengembangan jalur/ track apabila ada perkembangan yang menuntut dilakukannya penambahan jalur.

Gambar 4. 15 Sempadan Rel Kereta Api Stasiun Depok Baru

Page 42: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Sumber : Hasil Observasi 2014

ix. Pekarangan Kawasan TertentuKota Depok saat ini

memiliki kawasan dengan karakteristik pengembangan khusus, yang disebut dengan Kawasan Tertentu. Adapun

pengertian Kawasan Tertentu adalah kawasan yang memiliki karakter pengembangan tertentu dan berfungsi strategis bahkan bersifat nasional. Kawasan tertentu ini tidak diperbolehkan dialih fungsikan untuk kegiatan lain, terkecuali mendapat ijin dari pejabat yang berwenang. Selain itu, di sekitar kawasan tertentu terutama kawasan militer tidak diizinkan untuk di bangun kegiatan yang menimbulkan polusi suara.

Tabel 4. 12 Luas Komponen RTH Pekarangan Kawasan Tertentu Nama Kelurahan Kecamatan Luas (Ha)

RRI Cisalak Cimanggis 14,29RRI Tirtajaya Sukmajaya 191,24TVRI Sukmajaya Sukmajaya 36,45Jumlah 241,98Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2014

x. Sempadan JalanJalan merupakan fasilitas publik yang dapat dimanfaatkan oleh

pemerintah/swasta untuk menyediakan RTH Publik. Sempadan Jalan yang berada di kiri-kanan badan jalan dapat dijadikan taman, naik berupa pohon/vegetasi yang besar dan teduh maupun dengan sistem POT. Selain itu, pada kelas jalan Arteri dan Kolektor dapat dibangun RTH pada median jalan, sehingga setiap jalan akan terhubung dengan pepohonan yang menyejukkan. Kota depok memiliki RTH sempadan jalan sebanyak 164,65 Ha.

Tabel 4. 13 Luas Komponen RTH Sempadan JalanJalan TOL(6m)

Jalan Arteri(3m)

Jalan Kolektor (2m)

Jalan Lokal(1,5m)

0 0 3,20 7,01

Page 43: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

17,94 11,33 0,82 36,330 0 0 14,000 0 7,24 15,080 0 8,64 16,100 0,53 5,78 17,65

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2014

Gambar 4. 16 Sempadan Jl.Tole Iskandar Gambar 4. 17 Sempadan Jl.Citayam

Sumber : Hasil Observasi 2014

xi. RTH Privat

RTH privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. RTH privat seluas kurang lebih 1.472,02 Ha atau 7,35% dari luas Deota Depok. Selengkapnya mengenai luas RTH publik dan RTH privat dapat dilihat pada Tabel 4.7. dan Gambar 4.22 Peta Rencana Ruang Terbuka Hijau.

Tabel 4. 14 Jenis RTH Kota Depok 2012No Jenis RTH 2012 Ha %

RTH Publik1 RTH Taman 308,72 1,54

Page 44: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

No Jenis RTH 2012 Ha %2 RTH Hutan Kota 198,45 0,993 Kawasan Lindung 7,60 0,044 Pulau jalan dan median jalan 33,11 0,175 Sempadan rel kereta 90,14 0,456 Sempadan situ 187,80 0,947 Sempadan sungai 464,77 2,328 Sempadan jalur pupa gas 33,56 0,179 Jalur hijau jaringan listrik tegangan

tinggi87,49 0,44

10 Lahan pertanian 0,00 0,0011 RTH Taman Pemakaman 119,18 0,6012 RTH Lapangan olahraga 37,40 0,1913 RTH halaman perkantoran 219,01 1,09

Luas RTH Publik 1.787,23 8,94RTH Privat

1 Pekarangan rumah tinggal 1.441,89 7,202 RTH kawasan perdagangan dan jasa 27,64 0,143 RTH kawasan perkantoran 2,52 0,01

Luas RTH Privat 1.472,02 7,35Luas RTH Kota Depok 3.259,25 16,29

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2014

b. Ketersediaan RTH Setiap Kecamatan Masing-masing kecamatan tentu memiliki karakteristik RTH yang

berbeda antara yang satu dengan yang lain. Persebarab RTH di setiap kecamatan, yang memberikan fakta bahwa terdapat satu kecamatan yang RTHnya tidak mencapai 30% (privat + public). Selain itu, hasil analisis menyebutkan bahwa semua Kecamatan di Kota Depok, tidak ada kecamatan yangemiliki RTH publik 20%. Kecamatan dengan RTH publik tertinggi adalah Kecamatan Beji, dengan prosentase untuk RTH publik adalah 16,29%.

Page 45: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Tabel 4. 15 Rekapitulasi RTH Kota Depok Per Kecamatan

No Kecamatan

EksistingPublik Privat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13Total Publik

14 15 16 17 18TotalPrivat

Total Eksistin

g1 Beji 14.73 33.60 0.0

04.33 32.33 31.02 32.44 9.30 0.00 0.0

011.15 3.39 0.00 172.29 1.14 7.76 0.0

010.57 93.25 112.72 285.01

2 Pancoran Mas

14.87 3.30 7.6 6.08 23.63 19.55 49.54 0.00 12.00

0.00

20.14 0.47 13.10 170.28 2.30 7.00 0.00

23.04 99.84 132.18 302.46

3 Cinere 18.26 0.00 0.00

3.81 0.00 0.39 17.46 0.00 10.40

0.00

7.24 28.3 42.60 128.46 0.44 2.09 0.00

32.31 60.65 95.49 223.95

4 Limo 0.72 0.00 0.00

3.08 0.00 2.62 22.34 5.35 24.34

0.00

11.65 0.84 0.00 70.94 1.50 0.90 0.00

11.60 48.30 62.30 133.24

5 Cimanggis 2.19 85.60 0.00

8.15 0.00 34.24 44.24 6.29 0.00 0.00

19.92 0.00 18.80 219.43 25.73

4.86 0.00

47.12 125.49 203.20 422.63

6 Cipayung 4.02 0.00 0.00

2.42 39.29 10.02 30.34 0.00 1.97 0.00

8.67 0.00 0.00 96.73 0.00 7.45 0.00

40.19 45.16 92.80 189.53

7 Sukmajaya 221.88

25.00 0.00

6.47 0.00 13.39 49.35 5.65 6.73 0.00

9.88 1.50 142.51 482.36 6.43 3.07 0.04

68.04 61.30 138.88 621.24

8 Sawangan 3.69 0.00 0.00

4.65 0.00 34.94 28.75 0.00 6.97 0.00

22.20 0.00 4.20 105.40 3.61 0.80 0.00

16.90 66.09 87.40 192.80

9 Bojongsari 12.83 0.00 0.00

3.81 0.00 6.27 46.31 0.00 12.23

0.00

12.46 0.00 0.00 93.91 4.05 3.80 0.00

17.82 56.65 82.32 176.23

10 Cilodong 2.8 44.45 0.00

4.03 6.39 14.12 26.94 0.00 3.46 0.00

17.35 0.00 0.00 119.54 11.39

0.01 0.70

17.09 49.24 78.43 197.97

11 Tapos 6.01 6.50 0.0 9.56 0.00 21.06 113.1 1.29 9.62 0.0 24.05 2.62 2.00 195.81 20.1 7.62 0.0 26.48 115.76 170.01 365.82

Page 46: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

0 0 0 5 0Total 302.0

0198.4

57.6

056.3

9101.6

4187.6

2460.8

127.8

887.7

20.0

0164.7

137.1

2223.21 1855.1

576.7

445.3

60.7

4311.1

6821.73 1255.7

33110.88

1,855.15

1255.73

9.26 6.27Keterangan : 1. Taman 11. Taman Pemakaman (Ha)

2. Hutan Kota 12. Lapangan Olahraga Milik Pemerintah (Ha)3. Kawasan Lindung Lainnya (Ha) 13. Halaman Perkantoran Milik Pemerintah (Ha)4. Jalur Hijau Jalan (Ha) 14. Industry5. Sempadan Rel Kereta (Ha) 15. Dagang6. Sempadan Situ (Ha) 16. Kantor7. Sempadan Sungai (Ha) 17. Permukiman Terstruktur8. Sempadan Jalur Pipa Gas (Ha) 18. Swadaya9. Jalur Hijau Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (Ha)10. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Ha)

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2014

Gambar 4. 18 Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau

Page 47: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

4.4.1.9 Fasilitas Peribadatan

Kesadaran masyarakat untuk menumbuh kembangkan kehidupan beragama terlihat dari maraknya kegiatan keagamaan dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah yang ditunjang oleh tersedianya sarana peribadatan. Kondisi keberadaan sarana peribadatan di Kota Depok terdiri dari Mesjid Kecamatan/Kota, Mesjid Lingkungan, mushalla untuk agama Islam. Sementara itu, sarana peribadatan bagi penduduk yang menganut agama kristen maupun katolik, Vihara untuk yang menganut agama Budha, dan Pura untuk yang menganut agama Hindu. Sarana peribadatan yang paling banyak terdapat di Kota Depok adalah sarana peribadatan berupa Mushola dengan jumlah 1.322 unit.

Pelayanan sarana peribadatan yang berskala kota terdapat di Kecamatan Limo (Masjid Kubah Emas) dan Kecamatan Pancoran Mas (Masjid Agung Kota Depok). Sementara itu, jika dilihat secara keseluruhan, maka sarana peribadatan mesjid dan musholla tersebar di semua kecamatan yang ada di Kota Depok. Tabel berikut menjelaskan mengenai jumlah masing-masing sarana peribadatan di masing-masing kecamatan.

Tabel 4. 16 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Depok

No KecamatanJumlah

Penduduk (thn 2012)

Jumlah Sarana Peribadatan (unit)

Mes

jid

Mes

jid

Ling

kung

an

Mus

halla

Ger

eja

Viha

ra

Pura

Lita

ng

1 Sawangan 134.943 0 50 135 7 0 0 02 Bojongsari 108.913 0 53 106 5 0 0 0

3Pancoran Mas 229.887 1 79 161 2 0 0 1

4 Cipayung 139.689 0 44 68 5 0 0 15 Sukmajaya 253.687 0 106 143 20 0 1 06 Cilodong 136.519 0 75 96 2 0 0 27 Cimanggis 264.248 0 68 131 18 0 1 28 Tapos 236.113 0 73 224 3 0 0 09 Beji 181.171 0 67 103 9 0 0 010 Limo 96.047 1 28 87 5 0 0 `111 Cinere 117.350 0 68 68 5 0 1 0

Page 48: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

No KecamatanJumlah

Penduduk (thn 2012)

Jumlah Sarana Peribadatan (unit)

Mes

jid

Mes

jid

Ling

kung

an

Mus

halla

Ger

eja

Viha

ra

Pura

Lita

ng

KOTA DEPOK1.898.56

7 2 668 1322 113 0 3 7Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kota Depok Tahun 2012

Persebaran sarana peribadatan di Kota Depok cukup merata, terutama di mushalla, masjid, dan gereja. Persebaran mushalla pada umumnya terpusat pada jalan-jalan lokal maupun pada lingkungan komplek perumahan. Sementara itu, untuk masjid dan gereja tersebar di jalan kolektor. Selain itu, jika dilihat jumlah persebaran sarana peribadatan berdasarkan sub pengembangan kota di Kota Depok, dketahui bahwa persebaran sarana peribadatan yang terbesar terdapat di PPK Margonda sedangkan yang paling sedikit terdapat di SPK Citayam.

Secara keseleuruhan, Kondisi sarana peribadatan di Kota Depok termasuk dalam kondisi baik, baik yang terdapat pada lingkungan perumahan maupun sarana peribadatan skala kota. Berikut merupakan kondisi sarana peribadatan di Kota Depok.

Gambar 4. 6 Kondisi Sarana Peribadatan di Kota Depok

Page 49: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Sumber: Hasil Survei, 2014

Page 50: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Gambar 4. 7 Peta Persebaran Sarana Peribadatan di Kota Depok

Page 51: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

4.4.1.10 Fasilitas Pemadam Kebakaran

Pertumbuhan ekonomi kota Depok dipengaruhi oleh 2 (dua) lapang usaha yang dominan yaitu industri pengolahan dan perdagangan. Hal ini membawa kota Depok mejadi daerah memiliki banyak industri berskala besar, menengah dan kecil, sentra-sentra perdagangan yang bertaraf modern dan tradisional serta kawasan industri perdagangan. Kondisi ini disamping memberikan dampak positif namun juga menimbulkan dampak negatif yakni terciptanya kawasan-kawasan yang rawan gangguan keamanan dan ketertiban, serta meningkatnya resiko bahaya kebakaran yang dapat menyebabkan dampak kerugian cukup besar bagi masyarakat, dunia usaha bahkan pendapatan daerah dari segi perekonomian dan sosial. Mengantisipasi peningkatan bahaya kebakaran ini diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran baik dari segi pengaturan, organisasi dan tata laksana, sumber daya manusia dan peralatan termasuk infrastruktur pendukungnya yang berbasis pada potensi bahaya baik kebakaran maupun bencana lainnya.

Kejadian kebakaran Kota Depok memiliki rata-rata peningkatan 13,75% berdasarkan perhitungan kejadian sejak tahun 2001-2013. Kejadian kebakaran paling rendah terjadi pada tahun 2001, sejumlah 49 kejadian kebakaran, sedangkan kejadian kebakaran paling tinggi terjadi pada tahun 2012, sejumlah 158 kejadian. Kejadian kebakaran di Kota Depok mengalami fluktuasi yang cukup variatif. Adapun jumlah kejadian kebakaran Kota Depok dapat dilihat pada gambar berikut.

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...

Tahun

...0

20406080

100120140160180

4979 78 76

97

57 6075

113138

158142

Kejadian KebakaranGambar 4. 8 Frekuensi Kebakaran Kota Depok 2001-2013

Page 52: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Sumber: Dinas pemadam Kebakaran & Renstra Pemadam Kebakaran Kota Depok (data diolah)

Sementara itu, berdasarkan data kejadian kebakaran pada tahun 2009 dan 2010, maka diketahui kecamatan yang memiliki potensi kebakaran yang cukup besar, yakni Kecamatan Tapos (17 kejadian) dengan Kelurahan Sukamaju Baru sebagai kelurahan dengan jumlah kebakaran terbanyak, Kecamatan Pancoran Mas (16 kejadian) dengan Kelurahan Depok Jaya sebagai kelurahan dengan jumlah kebakaran terbanyak, Kecamatan Cimanggis (14 kejadian) dengan Kelurahan Harjamukti dan Tugu sebagai kelurahan dengan jumlah kebakaran terbanyak, Kecamatan Sukmajaya (10 kejadian) dengan kelurahan Baktijaya dan Mekarjaya sebagai kelurahan dengan jumlah kebakaran terbanyak. Data kejadian kebakaran selama dua tahun terakhir beserta kelurahan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4. 17 Jumlah Kejadian Kebakaran Kota Depok untuk Setiap Kelurahan (2009-2010)

No.Kecamatan (jml kebthn 2009-

10)

JumlahKeluraha

nNama

Kelurahan

Kepadatan

penduduk*

Jumlah Kebakaran

2009 2010

1. Beji (8) 6 Kel. BejiKel. KukusanKel. Tanah BaruKel. Beji TimurKel. Kemiri MukaKel. Pondok Cina

180406310616335

11-111

2----1

2. Bojong Sari (5)

7 Kel. BojongsariKel. Duren MekarKel. Duren SeribuKel. CurugKel. Pondok PetirKel. SeruaKel. Bojongsari Baru

52543025443045

-----1-

-1--21-

3. Cilodong (7) 5 Kel SukamajuKel. CilodongKel. KalibaruKel. KalimulyaKel. Jatimulya

11960514532

13111

4. Cimanggis (14)

6 Kel. Cisalak PasarKel. MekarsariKel. TuguKel. Pasirgunung SltnKel. HarjamuktiKel. Curug

11881180893397

---21-

-23-42

Page 53: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

No.Kecamatan (jml kebthn 2009-

10)

JumlahKeluraha

nNama

Kelurahan

Kepadatan

penduduk*

Jumlah Kebakaran

2009 2010

5. Cinere (7) 4 Kel. CinereKel. GandulKel. Pangkalan JatiKel. Pangkalan J. Baru

66735747

1---

6---

6. Cipayung (7) 5 Kel. CipayungKel Cipayung JayaKel. Ratu JayaKel. Pondok TerongKel. Pondok Jaya

2467113165126

11-1-

12-1-

7. Limo (1) 4 Kel. MeruyungKel. GrogolKel. KrukutKel. Limo

41355034

----

1---

8. Pancoran Mas (16)

6 Kel. PancoranmasKel. DepokKel. Depok JayaKel. Rangkapan JayaKel. Rangkapan J. BaruKel Mampang

9977224836481

111-1-

1172-1

9. Sawangan (3) 7 Kel. SawanganKel. PengasinanKel. BedahanKel. Pasir PutihKel. Sawangan BaruKel. CinangkaKel. Kedaung

54352526413057

-------

-1--11-

10. Sukmajaya (10)

6 Kel. SukmajayaKel. MekarjayaKel. BaktijayaKel. AbadijayaKel. TirtajayaKel. Cisalak

733342723194086

2331-1

11. Tapos (17) 7 Kel. LeuwinanggungKel. SukataniKel. Sukamaju BaruKel. JatijajarKel. CilangkapKel. CimpaeumKel. Tapos

24857982563716

111----

324122-

Sumber: Renstra Pemadam Kebakaran Kota Depok 2012Keterangan : Kelurahan dengan frekuensi kebakaran tinggi atau kelurahan dengan potensi kebakaran tinggi dituliskan dengan warna merah.

Page 54: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Sementara itu, perkembangan kinerja pelayanan dinas pemadam kebakaran Kota Depok salah satunya dapat diukur dengan waktu tanggap ketika kejadian kebakaran terjadi. Pada tahun 2008, Dinas pemadam kebakaran Kota Depok melayani 9 kecamatan dengan tingkat waktu tanggap 20 menit, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010, Dinas pemadam kebakaran Kota Depok melayani 10 kecamatan dengan tingkat waktu tanggap 19 menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan, baik dari cakupan wilayah pelayanan mauun tingkat waktu tanggap. Tabel berikut menunjukkan perkembangan kinerja pelayanan dinas pemadam kebakaran Kota Depok.

Tabel 4. 18 Perkembangan Kinerja Pelayanan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok

No Tahun

Cakupan Pelayanan Bencana

Kebakaran Kota Potensial

Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) Rerata

Menit1. 2008 9 kecamatan 20 menit2. 2009 10 kecamatan 19 menit3. 2010 10 kecamatan 19 menit

Sumber: Renstra Pemadam Kebakaran Kota Depok 2012-2016

Sementara itu, berdasarkan perbandingan antara target dan capaian standar pelayanan minimal Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok, diketahui bahwa sejak tahun 2011-2013 capaian standar pelayanan minimal telah melebihi target yang ditetapkan, dimana tahun 2011 realisasi kinerja SPM mencapai 42,75%, tahun 2012 realisasi kinerja SPM mencapai 53,16%, dan tahun 2013 realisasi kinerja mencapai 58,45%.

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 20130%

10%20%30%40%50%60%

41%50%

58%

42.75%53.16%

58.45%

Target SPM Capaian SPM

Gambar 4. 9 Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Indikator Waktu Tanggap

Sumber: Profil Dinas Pemadam Kebakaran

Page 55: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

Sementara itu, capaian indikator pada tahun 2013 untuk indikator cakupan pelayanan kebakaran telah melebihi target yang ditetapkan (67%), sebesar 69,97%. Sementara itu, berdasarkan capaian indikator waktu tanggap juga telah melebihi target yang ditetapkan (58%), sebesar 58,45%. Selain itu, capaian indikator Persentase Aparatur Pemadam kebakaran yg memenuhi standar kualifikasi juga telah melebihi target yang ditetapkan (60%), sebesar 60,29%. Indikator lainnya berupa jumlah mobil pemadam kebakaran diatas 3000-5000 Ltr pada WMK juga menunjukkan telah melebihi target yang ditetapkan (42%), sebesar 42,86%. gambar berikut menunjukkan target dan capaian standar pelayanan minimum berdasarkan 4 indikator yang telah dijelaskan di atas.

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 40%

10%20%30%40%50%60%70%

67%58% 60%

42%

69.97%58.45% 60.29%

42.86%

Target SPM Capaian SPM

Gambar 4. 10 Target dan Capaian Standar Pelayanan Minimum Berdasarkan 4 Indikator Tahun 2013Sumber: Profil Dinas Pemadam Kebakaran

Keterangan: Indikator 1 : Cakupan Pelayanan bencana kebakaranIndikator 2 : Tingkat Waktu Tanggap (Response Time)Indikator 3 : Persentase Aparatur Pemadam kebakaran yg memenuhi standar kualifikasiIndikator 4 : Jumlah Mobil Pemadam kebakaran diatas 3000-5000 Ltr pada WMK

Berdasarkan kejadian sistem kelembagaan Dinas Pemadam Kebakaran sebagai pihak yang berwenang dalam perencanaan mengenai bahaya kebakaran, maka diketahui bahwa Dinas Pemadam Kebakaran di Kota Depok saat ini memiliki 4 UPT Pemadam Kebakaran yang terletak di Kecamatan Cimanggis, Cinere, Bojongsari, dan Cipayung. Fungsi UPT ini sebagai tim yang diharapkan dapat bertindak lebih cepat ketika terjadi kebakaran. Lokasi UPT tersebut berada pada bagian utara, barat, dan selatan Kota Depok. Selain itu, terdapat pula bidang-bidang yang terfokus pada pencegahan dan penyuluhan

Page 56: Bab 4 Gamum Fasum Fasos 110513

kebakaran, pengendalian operasional, serta sarana dan prasarana kebakaran.

Gambar 4. 19 Sistem Kelembagaan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok