BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/lhm2006-80-bab...
Transcript of BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/lhm2006-80-bab...
49
BAB 4
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
Dalam penilaian kelayakan rencana usaha produksi garam ini digunakan beberapa aspek-
aspek yang relevan dikaji untuk menentukan suatu rencana usaha yang dapat dikatakan layak
atau tidak layak. Hal ini untuk menghindari keterlanjuran kerugian yang lebih besar karena
menjalankan usaha yang belum tentu layak untuk dijalankan.
Dalam penilaian ini aspek-aspek yang relevan untuk dikaji dalam rencana usaha produksi
garam adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan,
dan aspek keuangan.
4.1 Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
4.1.1 Analisis Pasar
Sebelum membahas aspek lain dalam studi kelayakan bisnis, terlebih dahulu akan
dilakukan analisis terhadap aspek pasar. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat potensi
permintaan dan menentukan target penjualan. Oleh karena itu, dibuat proyeksi penjualan secara
kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode perkiraan kualitatif, sedangkan data-data
perkiraan akan tersaji dalam tabel 4.1.
1. Januari 2006
Perkiraan penjualan pada awal bulan Januari ini diasumsikan sebesar 3 ton. Pada awal bulan
ini direncanakan penjualan dilakukan langsung oleh perusahaan terjun ke pasar-pasar atau
toko-toko untuk memperkenalkan produk.
Asumsi penjualannya ke pasar-pasar:
a. Garam Bata terjual sebanyak 1000 pak (1,2 ton)
b. Garam Meja terjual sebanyak 180 ball (1.8 ton)
50
2. Februari 2006
Perkiraan penjualan bulan Februari adalah 6 ton. Pada bulan ini diperkirakan perusahan
mendapatkan 1 agen. Perkiraan Penjualan untuk 1 agen mampu menjual sebesar 9,6 ton
dalam waktu 1 bulan. Perusahaan memperkirakan agen dapat menjual produk sebanyak
50% nya dari total penjualan agen dalam 1 bulan. Pada bulan ini juga diasumsikan
perusahan masih menjual ke pasar-pasar sebesar 1.2 ton.
Asumsi penjualan:
a. Agen terjual Garam Bata = 4000 pak (4,8 ton)
b. Pasar terjual Garam Meja = 120 bal (1,2 ton)
3. Maret 2006
Perkiraan penjualan bulan Maret diasumsikan sebesar 8 ton. Dengan memperkirakan
perusahaan masih mempunyai 1 agen, tetapi penjualan agen tersebut meningkat.
Diperkirakan perusahaan juga masih menjual produknya kepasar-pasar sebanyak 2 ton untuk
lebih merangsang pasar dan dapat melirik para agen-agen.
Asumsi penjualan:
a. Agen Garam Meja = 120 bal (1,2 ton)
b. Agen Garam Bata 4000 pak (4,8 ton)
c. Pasar terjual Garam Meja = 80 bal (0,8 ton)
d. Pasar terjual Garam Bata sebanyak = 1000 pak (1,2 ton)
4. April 2006
Diperkirakan penjualan bulan ini adalah 12 ton. Dengan perkiraan perusahaan mendapatkan
penambahan 1 agen sehingga bulan ini menjadi 2 agen. Diperkirakan Penjualan agen A
menjual 6 ton untuk garam bata dan agen B mampu menjual sebanyak 5 ton untuk garam
meja. Perusahaan tetap menjual ke pasar-pasar sebanyak 1 ton.
Asumsi penjualan:
51
a. Agen A Garam Bata dan Garam Meja = 6 ton (120 bal dan 4000 pak)
b. Agen B menjual Garam Meja = 500 bal (5 ton)
c. Pasar 500 pak Garam Bata dan 40 bal Garam Meja = 1 ton
5. Mei 2006
Diperkirakan penjualan bulan Mei sebanyak 15 ton. Pada bulan ini diasumsikan perusahaan
tetap masih mempunyai 2 agen. Agen A diperkirakan dapat menjual sebanyak 6 ton dan
agen B sebanyak 6 ton. Sedangkan penjualan pasar diasumsikan meningkat sebanyak 1,2
ton.
Asumsi Penjualan:
a. Agen A Garam Bata = 4000 pak (4, 8 ton)
b. Agen A dapat menjual Garam Meja sebanyak 3 ton (300 bal)
c. Agen B Garam Bata dan Meja = 6 ton (120 bal dan 4000 pak)
d. Pasar terjual Garam Bata = 1000 pak (1.2 ton)
6. Juni 2006
Perkiraan penjualan pada bulan Juni adalah 18 ton. Pada bulan ini diperkirakan perusahan
menambah 1 agen lagi. Tetapi di bulan ini perusaahan tidak menjual produk kepasar-pasar.
Masing-masing agen diperkirakan mampu menjual sebanyak 6 ton dalam sebulan.
Asumsi penjualan:
a. Agen A terjual sebanyak 6 ton untuk Garam Meja dan Garam Bata
b. Agen B terjual = 6 ton (Garam Bata 4000 pak dan Garam Meja 120 bal)
c. Agen C terjual Garam Meja 600 bal = 6 ton
52
7. Juli 2006
Perkiraan penjualan pada bulan Juli 2006 sebesar 20 ton. Pada bulan ini diperkirakan
perusahaan masih tetap mempunyai 3 agen. Tetapi, diantara ke tiga agen tersebut
diantaranya ada yang mengalami peningkatan penjualan.
Asumsi penjualan:
a. Agen A terjual sebanyak 6 ton Garam Meja (600 ball)
b. Agen B terjual 6 ton Garam Bata dan Garam Meja
c. Agen C terjual 500 bal = 5 ton
d. Agen C terjual 2500 pak (3 ton)
8. Agustus 2006
Diperkirakan pada bulan Agustus ini penjualan mengalami peningkatan menjadi sebesar 25
ton. Pada bulan ini di asumsikan perusahaan masih memiliki 3 agen.
Asumsi penjualan:
a. Agen A garam bata 7,2 ton (6000 pak)
b. Agen B terjual = 9,8 ton (4,8 ton Garam Bata dan 5 ton Garam Meja)
c. Agen C terjual = 8 ton (3 ton Garam Bata dan 5 ton Garam Meja)
9. September 2006
Di asumsikan pada bulan ini penjualan sebesar 30 ton. Di asumsikan perusahaan masih tetap
memiliki 3 agen. Pada bulan ini penjualan meningkat dikarenakan konsumsi akan garam
meningkat dan juga dikarenakan bahan baku garam murah karena musim panen.
Asumsi Penjualan:
a. Agen A terjual 12,2 ton (7,2 ton Garam Bata dan 5 ton Garam Meja)
b. Agen B terjual 11,8 ton (4,8 ton Garam Bata dan 7 ton Garam Meja)
c. Agen C terjual 6 ton (3 ton Garam Bata dan 3 ton Garam Meja)
53
10. Oktober 2006
Di perkirakan penjualan pada bulan ini adalah 43 ton. Di asumsikan pada bulan oktober
perusahaan menambah 1 agen sehingga memiliki 4 agen.
Asumsi Penjualan:
a. Agen A terjual 15,2 ton (7,2 ton Garam Bata dan 8 ton Garam Meja)
b. Agen B terjual 13 ton (6 ton Garam Bata dan 7 ton Garam Meja)
c. Agen C terjual 6,8 ton (4,8 ton Garam Bata dan 2 ton Garam Meja)
d. Agen D terjual 8 ton (6 ton Garam Bata dan 2 ton Garam Meja)
11. November 2006
Perkiraan penjualan bulan ini adalah 60 ton. Penjualan pada bulan ini mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dikarenakan, di ramalkan kebutuhan akan garam meningkat
seiring dengan adanya hari raya Idul Fitri. Dan juga di perkirakan perusahaan menambah 1
agen lagi sehingga menjadi 5 agen.
Asumsi Penjualan:
a. Agen A terjual 17,6 ton (9,6 ton Garam Bata dan 8 ton Garam Meja)
b. Agen B terjual 15,2 ton (7,2 ton Garam Bata dan 8 ton Garam Meja)
c. Agen C terjual 13 ton (6 ton Garam Bata dan 7 ton Garam Meja)
d. Agen D terjual 7,2, ton garam bata
e. Agen E terjual 7 ton (3 ton Garam Bata dan 4 ton Garam Meja)
12. Desember 2006
Perkiraan penjualan pada bulan ini adalah 80 ton. Penjualan pada bulan ini mengalami
peningkatan sekitar ± 30% dari bulan sebelumnya. Dikarenakan masih diramalkan kebutuhan
akan garam pada bulan ini juga mengalami peningkatan. Dan juga di asumsikan pada bulan
ini perusahaan mengalami penambahan agen baru, sehingga menjadi 6 agen langgananan.
Asumsi Penjualan:
54
a. Agen A terjual 17,6 ton (9,6 ton Garam Bata dan 8 ton Garam Meja)
b. Agen B terjual 15,2 ton (7,2 ton Garam Bata dan 8 ton Garam Meja)
c. Agen C terjual 13 ton (6 ton Garam Bata dan 7 ton Garam Meja)
d. Agen D terjual 15,2 ton (7,2 ton Garam Bata dan 8 ton Garam Meja)
e. Agen E terjual 13 ton (6 ton Garam Bata dan 7 ton Garam Meja)
f. Agen F terjual 6 ton (3 ton Garam Bata dan 3 ton Garam Meja)
Tabel 4.1 Perkiraan Penjualan Tahun Pertama (2006)
Bulan Penjualan Januari 3 Ton Februari 6 Ton Maret 8 Ton April 12 Ton Mei 15 Ton Juni 18 Ton
Juli 20 Ton Agustus 25 Ton
September 30 Ton Oktober 43 Ton
November 60 Ton Desember 80 Ton
Total 320 Ton Sumber : Data diolah bulanan
Tabel 4.2 Perkiraan Penjualan (Dalam Unit)
Sumber : Data diolah tahunan
1. Tahun ke 1
Berdasarkan keterangan perkiraan penjualan yang terdapat dalam table 4.1 perkiraaan
No Tahun Persentase kenaikan
Total Penjualan
1 2006 -- 320 2 2007 35% 432 3 2008 50% 648 4 2009 20% 778 5 2010 5% 816
55
penjualan tahun 1.
2. Tahun ke 2
Diasumsikan pada tahun ini kenaikan penjualan 35% dari penjualan tahun pertama.
Perhitungannya
a. Kenaikan penjualan pertahun
= (35% X 320)
= 112 Ton
b. Kenaikan rata-rata perbulannya
= 112 ton per 12 bulan
= 9,3 ton per bulan
= 320 ton + 112 ton
= 432 ton untuk total produksi tahun ke 2
3. Tahun ke 3
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 50% dari total penjualan
tahun ke 2.
a. Kenaikan Penjualan tahun ke 3
= (50% X 432)
= 216 ton
b. Total penjualan tahun ke 3
= 432 ton + 216 ton
= 648 ton untuk total produksi tahun ke 3
4. Tahun ke 4
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 20% dari total penjualan
tahun ke 3.
a. Kenaikan Penjualan tahun ke 4
= (20% X 648)
= 129,6
56
b. Total penjualan tahun ke4
= 648 ton + 129,6 ton
= 777,6 ton untuk total produksi tahun ke 4
5. Tahun ke 5
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan 5% dari total penjualan tahun ke 4. Karena
perusahaan menggunakan 1 mesin dengan kapasitas maxsimumnya 750 ton per tahun.
Kelebihan 66 ton pada tahun ke 5, mesin dipaksakan sebesar 5,5 ton per bulannya.
Di asumsikan:
- hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
- kapasitas maxsimum 1 mesin 2,5 ton per hari
- produksi maxsimum perbulan:
= 2,5 ton X 25 hari kerja
= 62,5 ton per bulan
- produksi maxsimum per tahun:
= 62,5 Ton X 12 bulan
= 750 ton
- Kelebihan produksi dalam produksi di perkirakan 20% dari produksi maximumnya.
Sehingga kapasitas maximal produksi tidak boleh lebih dari 900 ton. Perinciannya
sebagai berikut:
= 20% X 750 ton = 150 ton
= 750 ton + 150 ton = 900 ton
4.1.2 Analisis Aspek Pemasaran
Dalam rencana usaha produksi garam, aspek pemasaran merupakan salah satu aspek
yang penting untuk dikaji lebih dalam. Agar dapat meningkatkan penjualan, perusahaan
diharuskan memilih strategi pemasaran yang tepat. Berbicara mengenai strategi pemasaran tidak
57
terlepas dari bauran pemasaran atau yang lebih dikenal dengan marketing mix. Adapun
kombinasi dari ke empat bauran pemasaran tersebut antara lain:
1. Produk
Produk yang di perdagangkan perusahaan ini adalah merupakan produk garam
beryodium. Produk garam beryodium digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
seperti memasak makanan, penyedap rasa makanan dan industri lainnya seperti digunakan
dalam industri pengeboran minyak, dan industri yang menghasilkan produk makanan. Produk
yang di produksi terdiri dari 2 jenis antara lain:
a. Produk Garam Meja atau Garam Masak
Produk garam Meja ini dikemas dalam bentuk kemasan plastik dengan ukuran kemasan ada
1 macam yaitu:
Garam Meja
- Berat 1 bungkus garam meja = 25 gram
- Berat 1 ball garam meja = 10 kg
- 1 ball berisikan 40 kemasan bungkus garam meja
b. Produk Garam Bata atau Garam Briket
Produk Garam Bata ini berbentuk selayaknya seperti bata pada umumnya dan dikemas dalam
kemasan plastik. Bentuk dan berat garam bata yang diproduksi adalah:
Garam Bata
- 1 Pak berisikan 12 garam bata
- Berat 1 paknya = 1,2 kg
- Ukuran berat 1 garam batanya = 10 gram
Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, maka dalam rencana usaha ini juga
mengalami perkembangan produk di masa yang akan datang, misalnya dengan melakukan
terobosan inovatif produk, yaitu dengan perubahan bentuk dan kemasan produk agar lebih
58
menarik. Perkembangan produk tersebut juga dilihat dari kondisi eksternal dan internal
perusahan itu sendiri.
2. Distribusi
Rantai distribusi yang digunakan dalam rencana perusahaan ini terdapat 2 jenis saluran
distribusi yaitu saluran distribusi langsung dimana perusahan secara langsung menawarkan
produknya ke toko-toko atau langsung ke konsumen rumah tangga (saluran I tingkat) dan
saluran distribusi melalui distributor atau agen-agen penyalur garam kemudian dari para agen-
agen disalurkan ke toko-toko (saluran II tingkat) atau ke konsumen. Srtategi distribusi yang
digunakan Dstribusi intensif (Paul dan Jerry, 2000, p268). Berikut ini gambar saluran distribusi
yang digunakan dalam rencana usaha ini:
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.1
Rantai Distribusi Langsung
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.2
Rantai Distribusi Tidak Langsung
3. Harga
Dalam penentuan harga, merupakan salah satu keputusan yang cukup penting bagi
perusahaan. Dimana harga yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat memenuhi semua
biaya-biaya yang dikeluarkan, atau bahkan lebih dari itu, yaitu untuk memperoleh laba
semaksimal mungkin. Perusahaan ini menggunakan sistem pengawasan mutu dan standar
Perusahaan/ pabrik
Distributor Agen / Penyalur
Pengecer / toko-toko
Konsumen
Perusahan / Pabrik
Pengecer /toko-toko
Konsumen
59
perusahaan dimana keseluruhan harga yang ditetapkan disesuaikan dengan tingkat pasar yang
dituju. Pada rencana usaha produksi garam harga ditetapkan sebesar Rp 800,-/pak garam bata
dan Rp 7000,-/bal garam meja. Tetapi, seiring dengan perkembangan perekonomian indonesia di
masa yang akan datang, harga pun dapat meningkat.
4. Promosi
Kegiatan promosi yang dilakukan dalam rencana usaha ini menggunakan perorangan
dalam pelaksanaannya. Individu-individu yang melaksanakan kegiatan personal selling disebut
dengan tenaga penjual (Salesmen). Tenaga penjual (Salesmen) dibekali dengan ilmu pendidikan
tentang pengertian mengenai produk yang akan dijual, pasar yang dituju, serta teknik-teknik
penjualan yang akan digunakan.
Selain dari itu, kegiatan promosi yang akan dilakukan dalam rencana usaha ini adalah
dengan memberikan bonus atau hadiah kepada para pelanggan distributor dan agen-agen,
apabila mereka dapat menjual produk melebihi target penjualan yang telah ditetapkan pada
perusahaan.
Kesimpulan:
Berdasarkan analisis aspek pasar dan pemasaran bahwa rencana usaha ini dinyatakan
layak. Aspek pasar dalam usaha ini adalah bahwa kebutuhan akan garam terus meningkat
sehingga terjadi over demand sedangkan aspek pemasaran hanya ditekankan pada kemampuan
perusahaan untuk menjalin kerja sama yang baik dengan distributor maupun agen-agen. Karena
pemasaran dalam usaha ini terfokus pada kerja sama dengan distributor.
4.2 Analisis Aspek Teknis
Setelah dilakukan analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran, selanjutnya analisis
terhadap aspek teknis segera dilakukan.
Analisis terhadap aspek teknis ini meliputi penilaian alternatif lokasi bisnis, proses produksi,
kapasitas produksi, dan lay out / tata letak pabrik.
60
4.2.1 Penilaian Alternatif Lokasi Proyek
Penentuan lokasi proyek merupakan hal yang cukup penting untuk dipertimbangkan,
karena penentuan lokasi yang tidak tepat akan menimbulkan kendala yang menyebabkan
gagalnya suatu proyek bisnis.
Pada rencana usaha produksi garam sudah terdapat lokasi yang akan dipilih yaitu daerah
Serpong, daerah Mauk dan daerah Parung (Bogor). Untuk pemilihan lokasi menggunakan metode
kualitatif “ subyektif “. Dalam penilaian alternatif lokasi metode kualitatif subyektif ini tidak dapat
tentukan secara pasti maka menggunakan faktor–faktor yang akan dipertimbangkan dalam
penentuan lokasi pabrik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
1. Sarana Transportasi, yaitu memperhitungkan bagaimana akses ke distributor dan agen-
agen. Dan akses bahan baku produksi.
2. Kondisi Geografis, yaitu memperhitungkan kondisi iklim dan kelembaban masing-masing
daerah.
3. Ketersediaan Tenaga kerja, yaitu memperhitungkan tersedianya tenaga kerja terlatih dan
terdidik.
4. Ketersediaan bahan bakar minyak, yaitu memperhitungkan tersedianya bahan bakar untuk
proses produksi.
5. Air dan listrik, yaitu memperhitungkan ketersediaan air dan listrik untuk keperluan
perusahaan.
Dalam penilaian lokasi faktor-faktor diatas ditentukan dengan kriteria-kriteria seperti
sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Perhitungan pemilihan lokasi bisnis pada
tabel 4.3.
61
Tabel 4.3 Mempertimbangkan Faktor-Faktor Berdasarkan Kategori Daerah yang Dipilih
Alternatif lokasi yang dipilih
Serpong Parung Mauk
Faktor yang dinilai Bobot Kriteria Skor Hasil Kriteria Skor Hasil Kriteria Skor Hasil
Sarana Transportasi 0,35 B 4 1,4 C 3 1,05 C 3 1,05
Kondisi Geografis 0,3 B 4 1,2 C 3 0,9 B 4 1,2
Ketersediaan bahan bakar minyak 0,08 C 3 0,24 D 2 0,16 C 3 0,24
Air dan listrik 0,07 C 3 0,21 C 3 0,21 C 3 0,21
Supply tenaga kerja 0,2 B 4 0,8 C 3 0,6 C 3 0,6
Total 1 3,85 2,92 3,3
Sumber : Data diolah
Keterangan:
A = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
E = Sangat Kurang
Untuk memudahkan perhitungan maka kategori-kategori diberi skor masing-masing
sebagai berikut:
A = 5
B = 4
C = 3
D = 2
E = 1
Jika di ranking alternatif lokasi tersebut adalah sebagai berikut:
62
Tabel 4.4 Rangking alternatif lokasi yang dipilih
Lokasi Jumlah Ranking
Serpong 3,85 1
Parung 2,92 3
Mauk 3,3 2
Sumber: Data diolah
Maka dari hasil perhitungan diatas, lokasi yang akan dipilih adalah daerah Serpong,
karena daerah Serpong memiliki skor dan ranking tertinggi.
4.2.2 Produksi
4.2.2.1 Proses produksi
Dalam rencana usaha ini, perusahaan memproduksi 2 jenis produk garam yaitu garam
meja dan garam bata. Berikut ini proses produksi garam meja dan garam bata:
1. Tahapan proses produksi untuk garam meja adalah tahap pertama bahan baku berupa
garam kasar diproses kedalam mesin penggilingan menjadi garam halus, kemudian tahap
kedua, proses pemberian yodium yaitu dengan cara penyemprotan yodium ke dalam mesin
molen. Tahap ketiga, garam halus dikeringkan kedalam mesin dryer sehingga menjadi kering
dan lebih halus. Kemudian tahap terakhir proses packing, yaitu pengemasan dan pengepakan
garam halus berdasarkan berat per bungkusnya. Proses garam meja tersaji dalam gambar
4.3.
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.3 Proses Produksi Garam Meja
Bahan Baku Proses Penggilingan
Proses Pengeringan
Proses PemberianYodium
Proses PackingProduk GaramMeja
63
2. Tahapan proses produksi untuk garam Bata adalah tahap pertama bahan baku berupa garam
kasar diproses kedalam mesin penggilingan menjadi garam halus, kemudian tahap kedua,
proses pemberian yodium dengan cara disemprotkan kedalam mesin molen. Tahap ketiga,
proses pencetakan bata (kotak-kotak). Kemudian tahap keempat, proses pemanggangan
kedalam oven. Tahap terakhir proses packing, yaitu pengemasan garam bata.
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.4 Proses Produksi Garam Bata
4.2.2.2 Bahan baku
Bahan baku dalam produksi ini adalah berupa garam kasar. Garam kasar ini dibuat oleh
petani-petani garam. Para petani garam membuat garam hanya di daerah-daerah yang dekat
dengan laut, tetapi tidak semua daerah yang dekat dengan laut dapat bertani garam, karena
setiap daerah yang dekat dengan laut kadar asinnya berbeda-beda satu dengan daerah yang
lainnya. Daerah yang memilik kadar garam yang tinggi untuk daerah jawa adalah Loh Sarang
Indramayu, Losari Cirebon, dan daerah Gresik .
Dalam pembuatan garam, petani-petani garam hanya bertani setiap musim kemarau.
Musim kemarau bagi para petani garam adalah antara bulan Juli (Ke 7) sampai bulan Oktober (ke
10), sehingga musim panen garam berlangsung selama 3 bulan dalam setahun.
Selama musim panen garam berlangsung, harga garam mengalami penurunan,
dikarenakan garam yang dihasilkan oleh petani-petani garam meningkat, oleh karena itu harga
garam dari petani berkisar antara Rp 100,-/Kg sampai Rp 200,-/Kg. Tetapi, selama tidak musim
panen garam harga garam mengalami peningkatan sampai 50%.
Bahan Baku Proses Penggilingan
Proses Pencentakan
Proses Pemanggangan
Proses Packing
Produk Garam Bata
Proses pemberian yodium
64
Permintaan akan garam kasar sebagai bahan baku produksi garam tidak akan
kekurangan pada saat musim tidak panen, dalam arti tidak akan pernah habis. Stok bahan baku
garam kasar dari para petani mencukupi untuk bulan-bulan pada saat tidak musim panen.
4.2.2.3 Peralatan Produksi
Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam prose produksi adalah:
1. Mesin Penggilingan
Mesin penggiling terbuat dari bahan stainless, yang dapat digunkan dalam jangka waktu
yang cukup lama dengan harga Rp 8,5 juta. Untuk menunjang mesin itu dipakai mesin
genset yang berkekuatan 3PK. Sedangkan, mesin genset itu sendiri digerakan oleh bahan
bakar solar berharga Rp 1,5 juta.
2. Mesin Dryer
Mesin pengering terdiri dari sebuah pipa berdiameter 40 cm dengan panjang 3 meter,
dibawah pipa diletakan kompor yang berfungsi sebagai pengering. Sebagai tenaga pemutar
pipa digunakan genset berkekuatan 3PK dengan harga ± Rp 5 juta.
3. Oven
Oven dalam produksi garam ini tidak seperti 0ven-oven lainnya, tetapi fungsinya sama yaitu
untuk memanggang. Oven terbuat dari batu tembok layaknya seperti kamar mandi atau
kamar tidur. Rencana pembuatan oven ini berukuran panjang 2 meter, lebar 1 m dan tinggi
1,7 m. Oven terdiri dari 3 lantai dan di perkirakan kapasitas panggangan sekali manggang
20 loyang panggangan atau sama dengan 40 pak garam bata. Sistem panggangan dalam
oven menggunakan alat pembakaran seperti gas tabung tetapi berisikan minyak tanah.
Sehingga dalam proses pemanggangan sangat cepat dan suhu panas dalam oven merata
maka hasil panggangan pun baik. Perkiraan dana yang dibutuhkan dalam pembuatan oven
ini adalah ± Rp 2.000.000,-
4. Loyang
Loyang untuk tempat atau wadah memanggang, biasanya terbuat dari bahan almunium
65
yang memiliki panghantar panas cukup baik. Rencana pembuatan loyang ini berukuran
panjang 1 m , lebar 20 cm dan tinggi 3 cm. Dalam usaha produksi garam ini rencananya
menggunakan 50 loyang, satu loyang berisikan 24 garam bata. Perkiraan dana yang
dibutuhkan dalam pembuatan loyang ini adalah ± Rp 50.000,-/loyang.
5. Alat cetak
Alat pencetak garam terbuat dari besi babet. Terlebih dahulu cetakan harus dipesan dengan
jumlah minimal 10 cetakan @Rp 100.000,-.
6. Mesin Pres
Mesin pres digunakan untuk menyegel kemasan, yang memastikan bahwa kemasan tetap
dalam kondisi baik. Untuk menyegel kemasan digunakan 2 unit mesin, masing-masing
berharga ± Rp 250.000,-
7. Mesin Molen
Mesin molen ini digunakan untuk proses pemberian yodium. Mesin ini di gerakan dengan
mesin genset berkekuatan 1,5 Pk. Diperkirakan harga mesin molen ini adalah ± Rp
6.000.000,-
4.2.3 Kapasitas Produksi
Dikarenakan permintaan akan produk garam terus meningkat, sampai over demand
maka kapasitas produksi ditentukan oleh kemampuan mesin berproduksi. Pada rencana usaha
produksi garam ini kemampuan 1 mesin giling = 2,5 ton per hari dan per tahunnya sebesar 750
ton.
Tetapi masih dapat di maksimalkan sebanyak 20% dari produksi per tahunnya. Sehingga
menjadi: 750 ton X 20% = 150 ton/tahun
Kapasitas maksimum produksi sebesar 750 ton + 150 ton = 900 ton/tahun.
66
4.2.4 Layout
Karena tempat yang terbatas maka penentuan tata letak pabrik yang akan didirikan
harus dilakukan secara tepat sehingga lahan babrik dapat efisien. Dengan memperhatikan
bagian-bagian mulai dari proses penyimpanan bahan baku hingga pada penyimpanan barang
jadi. Mesin yang digunakan tidak terlalu banyak, tetapi mengunakan tenaga kerja yang cukup
banyak jika terjadi pesanan yang tinggi, dengan pengawasan membuat proses produksi akan
berjalan lancar dan efisien. Pada Proses ini semua bagian mempunyai peran penting untuk
terbentuknya suatu produk.
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.5 Rencana Layout Pabrik
Keterangan:
1. Gudang Bahan Baku, tempat menyimpan stok bahan baku berupa garam kasar dalam
kemasan karungan.
2. Mesin Giling, mesin yang digunakan untuk menggiling garam kasar menjadi halus.
4a
4b
5b 5a
6
12
7
3
2
8a
8b
1
9
13
14
11
10
67
3. Mesin Pengering, mesin untuk mengeringkan garam halus sehingga menjadi garam yang
halus dan berserbuk (tidak pekat).
4. Pencetakan, tempat mencetak garam bata.
5. Wadah Garam (berupa rak), tempat menyimpan garam bata yang telah di panggang maupun
yang belum dipanggang.
6. Oven, untuk memanggang garam bata.
7. Mesin molen, tempat pengadukan dan pemberian yodium pada garam.
8. Packing, tempat mengemas garam-garam yang telah di proses.
9. Gudang Barang Jadi, tempat menyimpan barang yang sudah jadi dan siap dipasarkan.
10. WC
11. Kantor, tempat bagian administrasi dan keuangan.
12. Pintu Darurat
13. Pintu Gudang
14. Pintu Utama
4.3 Aspek Manajemen
Selanjutnya aspek yang dianalisis adalah aspek manajemen. Rencana manajemen yang
dibahas disini adalah manajemen dalam kegiatan operasional perusahaan yang meliputi:
4.3.1 Jenis pekerjaan dan persyaratan jabatan
a. Jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan.
Jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
manajerial dan kelompok operasional. Kelompok manajerial terdiri dari manajer, sedangkan
kelompok operasional terdiri dari salesman, kepala produksi, dan staff pekerja.
b. Persyaratan kemampuan untuk menduduki bagian kunci.
Untuk mengisi jabatan kunci, dalam hal ini yang dimaksud adalah manajer diperlukan
persyaratan sebagai berikut:
68
Pendidikan minimal : S1
Pengalaman : minimal 1 tahun dibidang yang bersangkutan
c. Struktur organisasi dan uraian pekerjaan
Uraian pekerjaan atau deskripsi pekerjaan adalah suatu daftar tugas-tugas, tanggung jawab,
hubungan laporan, kondisi kerja, tanggung jawab ke penyelia suatu jabatan.
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.6 Rencana Struktur Organisasi
Tugas dan tanggung awab dari struktur organisasi adalah sebagai berikut:
a. Sebagai Pemilik tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan secara menyeluruh atas semua kegiatan produksi dan non
produksi yang terjadi di pabrik.
2. Memeriksa laporan keuangan dan membuat keputusan taktis dan strategis untuk
pengembangan usaha dimasa yang akan datang.
3. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap jalannya operasional dan memperhatikan
kondisi baik material maupun tenaga kerja.
b. Direktur utama
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
Distribusi Salesman Admin & Umum
ProduksiKeuanganPemasaran
Direktur
Akutansi Kepala Produksi Kepala Gudang
Pemilik
69
1. Merumuskan rencana tujuan, sasaran, dan kebijakan umum perusahaan secara
keseluruhan.
2. Mengawasi, mengkoordinasi dan memimpin jalannya aktifitas perusahaan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Bertanggung jawab dan membeli laporan kepada pemilik
c. Bagian Pemasaran
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijaksanaan dibidang pemasaran serta membawahi salesman dan
mengawasi pelaksanaannya.
2. Melakuakan promosi untuk meningkatkan volume penjualan dan mengenal dengan
mencari informasi mengenai pasar.
3. Melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan harga yang ditetapkan perusahaan.
4. Menyampaikan laporan bulanan atau tahunan tentang hasil penjualan.
d. Bagian Keuangan
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pencatatan atas seluruh kegiatan keluar masuknya arus keuangan.
2. Merencanakan,melakukan implementasi dan menyiapkan anggaran perusahaan.
3. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan melaksanakan perekrutan karyawan.
4. Mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan oleh pimpinan dan menyampaikan
laporan secara periodik kepada pimpinan.
e. Bagian Produksi
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan motivasi kepada karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.
2. Mengarahkan karyawan bila menyimpang dari pekerjaannya.
3. Melaksanakan tugas dari pimpinan untuk menyelesaikan produksi yang ditargetkan.
4. Bertanggung jawab atas laporan yang diberikan secara periodik kepada pimpinan.
70
f. Bagian Distribusi
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Mengatur dan mengawasi pengiriman barang hingga tujuan.
2. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu dan kondisi barang agar tetap terjaga.
3. Memperluas pemasaran dengan mencari koneksi distributor baru.
g. Bagian Salesman
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Memasarkan produk kepada pelanggan dan mencari pelanggan baru.
2. Bertanggung jawab atas target penjualan yang diberikan oleh perusahaan.
3. Memberikan laporan kepada bagian pemasaran mengenai tingkat penjualan yang
dicapai.
h. Bagian Admin dan umum
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan organisasi dan keamanan perusahaan.
2. Memperhatikan peningkatan kesejahteraan dan pembinaan karyawan.
3. Melakukan perektutan dan seleksi karyawan baru.
i. Bagian Akutansi
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Membuat laporan laba rugi bulanan maupun tahunan.
2. Membuat jurnal penerimaan dan pengeluaran kas.
3. Bertanggung jawab atas laporan keuangan yang telah dibuat.
j. Kepala Produksi
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pencatatan atas pekerjaan yang telah diproduksi oleh karyawan.
2. Mengawasi jalannya proses produksi dari input menjadi output.
3. Memotivasi karyawan untuk meningkatkan produksi dan kebersihan produk.
71
k. Kepala Gudang
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab dan bertugas untuk mengontrol keluar-masuknya barang.
2. Memberikan laporan kepada bagian produksi atas kondisi barang masuk atau keluar.
4.3.2 Jumlah dan biaya Gaji yang direncanakan
Jumlah tenaga kerja dan biaya yang direncanakan:
Tabel 4.5 Proyeksi Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Perusahaan
No Jabatan Jumlah Gaji per bulan Gaji pertahun 1 Manajer 1 orang Rp1.000.000 * Rp12,000,000 2 Staff giling 1orang Rp450.000 Rp5,400,000 3 Staff Dryer 1orang Rp450.000 Rp5,400,000 4 Staff Molen 1orang Rp450.000 Rp5,400,000 5 Staff Panggang 1orang Rp450.000 Rp5,400,000 6 Kepala Gudang 1orang Rp650.000 Rp7,800,000
Sumber : Data diolah
Keterangan:
Khusus Untuk Gaji Manajer tidak mengikuti kenaikan biaya-biaya pertahunnya pada
setiap skenario. Berikut ini tabel gaji manajer dalam rencana usaha ini:
Table 4.6 Proyeksi Gaji Manajer
Tahun Gaji Bulan Gaji Per Tahun 1 Rp 1.000.000,- Rp 12.000.000,- 2 Rp 1.250.000,- Rp 15.000.000,- 3 Rp 1.500.000,- Rp 18.000.000,- 4 Rp 2.000.000,- Rp 24.000.000,- 5 Rp 2.000.000,- Rp 24.000.000,-
Sumber : Data diolah
Pada rencana usaha produksi garam ini menggunakan 2 jenis tenaga kerja, yaitu tenaga
kerja tetap dan tenaga kerja borongan. Untuk Tenaga kerja tetap terdapat 6 orang, dan tenaga
kerja borongan 10 orang, untuk biaya tenaga kerja borongan sudah termasuk pada biaya
produksi.
72
4.4 Aspek Lingkungan, Sosial dan Ekonomi
Dalam menjalankan usahanya tentunya perusahaan tidak hanya menggunakan tenaga
mesin saja, melainkan juga menggunakan sumber daya manusia. Hal ini membuat perusahaan
secara tidak langsung telah menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup bagi
masyarakat di sekitarnya. Selain itu pula perusahaan juga membantu terciptanya sarana-srana
umum seperti, sarana jalan, tenaga listrik, dan sarana pelatihan dalam pembinaan usaha kecil.
Sedangkan ditinjau dari aspek lingkungan, limbah dari sisa produksi dalam rencana
proyek ini tidak berdampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, misalnya tidak
menimbulkan pencemaran udara, air, dan tanah.
Dari aspek ekonomi, proyek ini memberikan pendapatan domestik dengan menambah
produksi garam dalam negeri dan menyerap tenaga kerja didaerah sekitar proyek ini.
4.5 Aspek Keuangan
4.5.1 Sumber Dana dan Biaya Modal
1. Kebutuhan dana untuk aktiva tetap
Aktiva Tetap Berwujud dianggarkan sebesar Rp 183.750.000,-. Aktiva tetap berwujud
Meliputi:
a. Bangunan dan perlengkapannya Rp 75.000.000,-
b. Sewa Tanah 500 M2 selama 10 tahun Rp 20.000.000,-
c. Aktiva Tetap lainnya dianggarkan sebesar Rp 88.750.000,-
1. Mesin Penggilingan Rp 10.000.000,-
2. Mesin Dryer (Pengeringan) Rp 5.000.000,-
3. Mesin Molen Rp 6.000.000,-
4. Biaya peralatan/perlengkapan produksi dianggarkan Rp 8.000.000,- Dimana biaya-
biaya tersebut meliputi:
a. Alat Pres kemasan 2 unit @ Rp 250.000 = Rp 500.000,-
73
b. Loyang 50 unit @ Rp 50.000 = Rp 2.500.000,-
c. Cetakan garam bata 10 unit @ Rp 100.000 = Rp 1.000.000,-
d. Oven Rp 2.000.000,-
e. Biaya peralatan lainnya Rp 2.000.000,-
5. Inventaris Kantor, biaya inventaris kantor yang dianggarkan sebesar Rp 4.750.000,-
Dimana biaya tersebut meliputi:
a. Pembelian komputer dan printer Rp 3.000.000,-
b. Meja dan kursi Rp 1.000.000,-
c. Pesawat telphone + Intalasi Rp 750.000,-
6. Pembelian kendaraan mobil truk dianggarkan sebesar Rp 55.000.000,-
2. Kebutuhan dana Modal Kerja
Kebutuhan dana modal kerja terdiri dari:
Tabel 4.7 Modal Kerja
Keterangan Modal Kerja Biaya Produksi Rp. 174.477.000,- Biaya gaji karyawan tetap Rp. 41.400.000,- Biaya umum dan administrasi Rp. 12.000.000,- Cadangan kas minimum Rp. 6.000.000,-
Total Rp. 233.877.000,- Sumber : Data diolah
3. Jumlah dana investasi
Dengan demikian jumlah keseluruhan dana investasi untuk rencana usaha produksi garam ini
adalah:
Jumlah dana investasi = dana modal aktiva tetap + dana modal kerja
Jumlah dana investasi = Rp 183.750.000,- + Rp 233.877.000,-
= Rp 417.627.000,-
74
4.5.2 Sumber dana
Untuk mengetahui biaya modal atas dana yang digunakan yaitu dana yang berasal dari
modal sendiri, maka perhitungan biaya modal atas modal sendiri berdasarkan penilaian internal
perusahaan.
Menurut pihak internal perusahaan, biaya modal yang dibebankan atas pemanfaatan
modal sendiri berdasarkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Dimana perusahaan dalam
menentukan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan berdasarkan tingkat pengembalian
resiko, dalam hal ini adalah suku bunga deposito sebesar 7% di tambah resiko atas jenis proyek
ini sebesar 7% sehingga biaya modal atas modal sendiri yang diperhitungkan dalam rencana
usaha ini adalah sebesar 14%.
4.5.3 Skenario Moderat
4.5.3.1 Analisis penjualan
Tabel 4.8 Proyeksi Penjualan Tahun Pertama (2006)
Unit Penjualan Penjualan
Bulan Bata (Pak)
Meja (Ball)
Rp.800,- (Pak)
Rp.7000,- (Ball) Total (Rp)
January 1000 180 800000 1260000 2060000 February 4000 120 3200000 840000 4040000
Maret 5000 200 4000000 1400000 5400000 April 4500 660 3600000 4620000 8220000 Mei 9000 420 7200000 2940000 10140000 Juni 8000 840 6400000 5880000 12280000 Juli 6500 1220 5200000 8540000 13740000
Agustus 12500 1000 10000000 7000000 17000000 September 12500 1500 10000000 10500000 20500000
Oktober 20000 1900 16000000 13300000 29300000 November 27500 2700 22000000 18900000 40900000 Desember 32500 4100 26000000 28700000 54700000
Total 143000 14840 114400000 103880000 Rp 218.280.000,- Sumber : Data diolah bulanan
75
Tabel 4.9 Proyeksi Penjualan (dalam unit)
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan (Unit Penjualan) (Rp) 1 2006 -- Rp 218.280.000,- 2 2007 35% Rp 294.678.000,- 3 2008 50% Rp 442.017.000,- 4 2009 20% Rp 530.420.400,- 5 2010 5% Rp 556.941.420,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan penjualan per tahun di asumsikan berdasarkan kapasitas maximum produksi yaitu
sebesar 750 ton.
- hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
- kapasitas maxsimum 1 mesin 2,5 ton per hari
- produksi maxsimum perbulan:
= 2,5 ton X 25 hari kerja
= 62,5 ton per bulan
- produksi maxsimum per tahun:
= 62,5 Ton X 12 bulan
= 750 ton
Tabel 4.10 Proyeksi Penjualan Setelah Terjadi Pertimbangan Kenaikan Harga Jual
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan Harga (10%) (Rp)
1 2006 --- Rp 218.280.000,-
2 2007 --- Rp 294.678.000,- 3 2008 Rp 44.201.700,- Rp 486.218.700,- 4 2009 --- Rp 583.462.440,- 5 2010 --- Rp 612.635.562,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
76
Kenaikan harga direncanakan terjadi pada tahun 2008, dikarenakan pada tahun sebelumnya
terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 8% oleh karena itu untuk menutupi kenaikan biaya
oprasional tersebut maka pada tahun 2008 menaikan harga yang di asumsikan sebesar 10% dari
penjualan sebelumnya.
4.5.3.2 Analisis Biaya Operasional
Biaya yang termasuk biaya operasional adalah biaya produksi, biaya gaji untuk karyawan
tetap dan biaya umum dan administrasi. Sedangkan biaya-biaya tersebut di asumsikan
mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan rata-rata inflasi, yaitu sebesar 8%.
Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut:
1. Proyeksi Biaya Produksi
Biaya produksi untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp. 174.477.000,- . Berikut ini akan
diuraikan proyeksi biaya produksi setiap tahun sebagai berikut:
Tabel 4.11 Biaya Produksi Garam Bata per pak
Keterangan (Rp) Bahan Baku 360 Tenaga kerja 80 B. Kemasan 50 B. Bahan Bakar Minyak 50 B. Transport 50
Total 590 B. Overhead 10 % 59 Total Biaya Produksi 649
Sumber : Data dari perusahaan sejenis
Keterangan :
- Bahan Baku = 1 pak berat 1,2 kg
1 kg bahan baku = Rp 300,-
Jadi 1 pak = 1,2 X 300 = Rp.360,-
77
Tabel 4.12 Biaya Produksi Garam Meja Per Ball
Keterangan (Rp) Bahan Baku 3000 Tenaga kerja 250 B. Kemasan 1500 B. Bahan Bakar Minyak 50 B. Transport 200
Total 5000 B. Overhead 10 % 500 Total Biaya Produksi 5500
Sumber : Data dari perusahaan sejenis
Keterangan:
- Bahan Baku = 1 ball berat 10 kg
1 kg bahan baku = Rp 300,-
Jadi 1 pak = 10 X 300 = Rp3000,
Tabel 4.13 Proyeksi Biaya Produksi tahun 2006 (dalam bulanan)
Unit Produksi Biaya Produksi
Bulan Bata (pak)
Meja (ball)
Rp.649,- / pak
Rp.5500,- / ball Total (Rp)
January 1000 180 649000 990000 1639000 February 4000 120 2596000 660000 3256000
Maret 5000 200 3245000 1100000 4345000 April 4500 660 2920500 3630000 6550500 Mei 9000 420 5841000 2310000 8151000 Juni 8000 840 5192000 4620000 9812000 Juli 6500 1220 4218500 6710000 10928500
Agustus 12500 1000 8112500 5550000 13662500 September 12500 1500 8112500 8250000 16362500 Oktober 20000 1900 12980000 10450000 23430000
November 27500 2700 17847500 14850000 32697500 Desember 32500 4100 21092500 22550000 43642500
Total 143000 14840 92807000 81670000 Rp 174,477,000 Sumber : Data diolah bulanan
78
Tabel 4.14 Proyeksi Biaya Produksi per tahun
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan biaya produksi per tahun berdasarkan kenaikan rata-rata inflasi sebesar 8%.
Berdasarkan data inflasi tahun 2005 sampai bulan juli sebesar 7,5% (Suara Pembaharuan 19 juli
2005). Maka diperkirakan kenaikan inflasi dari tahun 2006 sampai 2010 adalah 7% sampai 9%
jadi rata-ratanya sebesar 8%.
2. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap
Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp 41.400.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap sebagai berikut:
Tabel 4.15 Proyeksi Biaya Gaji karyawan
No. Tahun Persentase Kenaikan Biaya Gaji Manajer Total Biaya Gaji Gaji Karyawan Gaji Karyawan 1 2006 -- Rp 29.400.000,- Rp 12.000.000,- Rp 41.400.000,-2 2007 8% Rp 31.752.000,- Rp 15.000.000,- Rp 46.752.000,-3 2008 8% Rp 34.292.160,- Rp 18.000.000,- Rp 52.292.160,-4 2009 8% Rp 37.035.533,- Rp 24.000.000,- Rp 61.035.533,-5 2010 8% Rp 39.998.375,- Rp 24.000.000,- Rp 63.998.375,-
Sumber : Data diolah
Keterangan:
No Tahun Persentase kenaikan Total Biaya Produksi
1 2006 -- Rp 174.477.000,-
2 2007 8% Rp 188.435.160,-
3 2008 8% Rp 203.509.973,-
4 2009 8% Rp 219.790.771,-
5 2010 8% Rp 237.374.033,-
79
Tenaga Kerja Tetap (tahun 2006)
1. T.k Giling 1 orang
Gaji = Rp. 450.000,- per bulan
Gaji per tahun = 450.000 X 12 = Rp 5.400.000,-
2. T.k Dryer 1 orang
Gaji per orang = Rp. 450.000,- per bulan
Gaji per tahun = 450.000 X 12 = Rp 5.400.000,-
3. T.k Molen 1 orang
Gaji per orang = Rp. 450.000,- per bulan
Gaji per tahun = 450.000 X 12 = Rp 5.400.000,-
4. T.k Panggang 1 orang
Gaji per bulan = 450.000
Gaji per tahun = 450.000 X 12 = Rp 5.400.000,-
5. Kepala Gudang 1 orang
Gaji per bulan = Rp. 650.000,-
Gaji per tahun = 650.000 X 12 = Rp 7.800.000,-
Total biaya gaji karyawan adalah sebesar Rp.29.400.000.-
Keterangan:
Untuk Gaji Manajer pada rencana usaha produksi garam ini, diperkirakan tidak mengikuti
kenaikan persentasi karyawan lainnya. Perincian mengenai gaji manajer sebagai berikut:
Tahun 2006
Gaji Per bulan 1.000.000
Gaji Per tahun 1.000.000 X 12 bulan = Rp 12.000.000,-
Tahun 2007
Gaji Per bulan diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 250.000 sehingga menjadi Rp
1.250.000,-
Gaji Per tahun 1.250.000,- X 12 bulan = Rp 15.000.000,-
80
Tahun 2008
Diasumsikan gaji per bulan mengalami kenaikan menjadi Rp 1.500.000,-
Gaji per tahun = Rp 18.000.000,-
Tahun 2009
Pada tahun ini diperkirakan gaji manajer mengalami kenaikan sebesar 500.000 sehingga
menjadi Rp 2.000.000,- per bulan.
Gaji per tahun 2.000.000,- X 12 bulan = Rp 24.000.000,-
Tahun 2010
Tahun ini gaji manejer per bulannya tetap, tidak mengalami kenaikan Rp 2.000.000,-
Gaji per tahun = Rp 24.000.000,-
3. Proyeksi Biaya umum dan administrasi
Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut:
Tabel 4.16 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
No Tahun Persentase kenaikan
Total Biaya Adm & umum
1 2006 -- Rp 12.000.000,- 2 2007 8% Rp 12.960.000,- 3 2008 8% Rp 13.996.800,- 4 2009 8% Rp 15.116.544,- 5 2010 8% Rp 16.325.867,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Diasumsikan pada tahun 2006 biaya administrasi dan umum sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut
ini uraian biaya adm dan umum adalah:
Biaya adm & umum per bulan = Rp 1.000.000,-
Per tahun = 1.000.000 X 12 bln = Rp 12.000.000,-
81
Tabel 4.17 Total Biaya Oprasional Per tahun
Tahun Total Biaya
Produksi Total Biaya Gaji Total Biaya
Adm&umum Total Biaya Oprasional2006 Rp 174.477.000,- Rp 41.400.000,- Rp 12.000.000,- Rp 227.877.000,- 2007 Rp 188.435.160,- Rp 46.752.000,- Rp 12.960.000,- Rp 248.147.160,- 2008 Rp 203.509.973,- Rp 52.292.160,- Rp 13.996.800,- Rp 269.798.933,- 2009 Rp 219.790.771,- Rp 61.035.533,- Rp 15.116.544,- Rp 295.942.848,- 2010 Rp 237.374.033,- Rp 63.998.375,- Rp 16.325.867,- Rp 317.698.275,-
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.3.3 Analisis Biaya penyusutan
Biaya-biaya yang termasuk biaya penyusutan adalah penyusutan gedung atau bangunan,
penyusutan mesin-mesin produksi, penyusutan peralatan produksi dan peralatan kantor, dan
penyusutan kendaraan. Perincian mengenai biaya penyusutan sebagai berikut:
Tabel 4.18 Proyeksi Biaya Penyusutan
Jenis Mesin Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Nilai Buku Mesin Giling 980.000 980.000 980.000 980.000 980.000 5.100.000Mesin Molen 1.180.000 1.180.000 1.180.000 1.180.000 1.180.000 100.000Mesin Dryer 990.000 990.000 990.000 990.000 990.000 50.000Peralatan 1.600.000 1.600.000 1.600.000 1.600.000 1.600.000 0
Perlengkapan 950.000 950.000 950.000 950.000 950.000 0Gedung 3.750.000 3.750.000 3.750.000 3.750.000 3.750.000 56.250.000
Kendaraan 7.000.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000 20.000.000Total
Penyusutan 16.450.000 16.450.000 16.450.000 16.450.000 16.450.000 81.500.000Sumber : Data diolah Tahunan Keterangan:
1. Mesin giling
a. Nilai sisa : Rp 200.000,-
b. Umur ekonomis 10 tahun
c. Nilai mesin Rp 10.000.000,-
82
Penyusutan = aktiva tetap – nilai sisa
Umur ekonomis
= 10.000.000 – 200.000
10
= Rp 980.000,- per tahun
2. Mesin molen
a. Nilai sisa : Rp 100.000,-
b. Umur ekonomis 5 tahun
c. Nilai mesin Rp 6.000.000,-
Penyusutan = aktiva tetap – nilai sisa
Umur ekonomis
= 6.000.000 – 100.000
5
= Rp 1.180.000,- per tahun
3. Mesin Dryer
a. nilai sisa : Rp 50.000,-
b. Umur ekonomis 5 tahun
c. Nilai mesin Rp 5.000.000,-
Penyusutan = aktiva tetap – nilai sisa
Umur ekonomis
= 5.000.000 – 50.000
5
= Rp 990.000,- per tahun
4. Peralatan
a. Alat Press 2 unit @ 250.000 = Rp 500.000,-
b. Loyang 50 unit @ 50000 = Rp 2.500.000,-
c. Alat Cetak gram bata 10 unit @ 100.000 = Rp 1.000.000,-
83
d. Oven Rp 2.000.000,-
e. Biaya peralatan lainnya Rp 2.000.000
Total aktiva tetap Rp 8.000.000,- dan nilai sisa nol (0) dengan umur ekonomis 5 tahun.
Penyusutan = aktiva tetap – nilai sisa
Umur ekonomis
= 8.000.000 – 0
5
= Rp 1.600.000,- per tahun
5. Peralatan
a. Komputer dan printer Rp 3.000.000,-
b. Meja dan kursi Rp 1.000.000,-
c. Pesawat telephone dan instalasi Rp 750.000,-
Total aktiva tetap Rp 4.750.000,- dan nilai sisa nol (0) dengan umur ekonomis 5 tahun.
Penyusutan = aktiva tetap – nilai sisa
Umur ekonomis
= 4.750.000 – 0
5
= Rp 950.000,- per tahun
6. Gedung atau Bangunan
a. Nilai sisa = Rp 0
b. Umur ekonomis 20 tahun
c. Nilai Gedung Rp 75.000.000,-
Penyusutan = aktiva tetap – nilai sisa
Umur ekonomis
= 75.000.000 - 0
20
= Rp 3.750.000,- per tahun
84
7. Kendaraan Truk
a. Nilai sisa = Rp 20.000.000,-
b. Umur ekonomis 5 tahun
c. Nilai kendaraan Rp 55.000.000,-
Penyusutan = Rp 7.000.000,-
4.5.3.4 Biaya Pajak
Biaya pajak merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya ditentukan
berdasarkan tarif yang ditentukan oleh pemerintah. Adapun besarnya tarif pajak yang berlaku di
Indonesia berdasarkan UU no 17 tahun 2000 sebagai berikut:
4.5.3.5 Penyusunan Proyeksi rugi atau laba
Proyeksi rugi laba dalam pengembangan rencana usaha ini merupakan selisih antara
jumlah pendapatan perusahaan dengan jumlah biaya-biaya yang harus dikeluarkan karena
kegiatan produksi. Hasil yang diperoleh akan dipergunakan untuk menentukan penilaian atas
kelayakan proyek yang akan dijalankan.
Adapun uraian perhitungan rugi laba dalam rencana usaha ini akan terlampir pada
lampiran I
4.5.3.6 Proyeksi Cash Flow
Cash flow merupakan aliran kas yang dikeluarkan dan diterima oleh perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Terdapat tiga jenis aliran kas yaitu : Initial Cash Flow yang merupakan
aliran kas keluar, Operational Cash Flow dan Terminal Cash Flow merupakan aliran kas masuk.
Pendapatan per tahun Tarif
Rp 50.000.000,- pertama 10%
Rp 50.000.000,- --- Rp 100.000.000,- 15%
Rp 100.000.000,- ke atas 30%
85
1. Aliran kas awal (Initial Cash Flow)
Merupakan dana yang dikeluarkan dalam rencana usaha ini untuk pembiayaan kebutuhan
modal aktiva tetap dan modal kerja awal perusahaan. Jumlah investasi awal dalam
pembiayaan ini adalah sebesar Rp 417.627.000,- yang diperinci sebagai berikut:
- Dana pembiayaan aktiva tetap Rp 183.750.000,-
- Dana pembiayaan modal kerja Rp 233.877.000,-
2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow )
Aliran kas ini berasal dari operasi perusahaan. Aliran operasional di peroleh dengan rumus:
EAT = Laba bersih setelah pajak
Dengan demikian maka besarnya aliran kas operasional bersih adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19 Proyeksi Operational Cash Flow
Tahun EAT (Rp)
Penyusutan (Rp)
OCF (Rp)
2006 -Rp 26.047.000,- Rp 16.450.000,- -Rp 9.597.000,- 2007 Rp 27.072.756,- Rp 16.450.000,- Rp 43.522.756,- 2008 Rp 157.478.837,- Rp 16.450.000,- Rp 173.928.837,- 2009 Rp 207.248.715,- Rp 16.450.000,- Rp 223.698.715,- 2010 Rp 212.441.101,- Rp 16.450.000,- Rp 228.891.101,-
Sumber : Data diolah tahunan
3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow)
Terminal cash flow merupakan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek, biasanya berasal
dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap atau nilai sisa aktiva tetap yang sudah habis
umur ekonomisnya. Jumlah terminal cash flow dapat dihitung berdasarkan rumus:
TCF = Modal Kerja + Nilai sisa
Dengan demikian maka taksiran aliran kas rencana usaha ini adalah:
OCF = EAT + Penyusutan
86
Tabel 4.20 Proyeksi Aliran Kas Perusahaan
Tahun ICF (Rp)
OCF (Rp)
TCF (Rp)
2006 ( Rp 417.627.000,-) -Rp 9.597.000,- -- 2007 -- Rp 43.522.756,- -- 2008 -- Rp 173.928.837,- -- 2009 -- Rp 223.698.715,- -- 2010 -- Rp 228.891.101,- Rp 81.500.000,-
Sumber : data diolah tahunan
4.5.3.7 Metode Penilaian Investasi
Pada penilaian investasi ini akan dinilai dengan metode Pay Back Period, Net Present
Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), serta Profitability Index (PI). Berikut ini perincian
penilaian investasi sebagai berikut:
1. Payback Period
Untuk mengetahui atau mengukur seberapa cepat rencana investasi usaha produksi
garam bisa kembali, maka dasar yang dipergunakan adalah aliran kas.
Perhitungan payback period dalam rencana usaha ini adalah sebagai berikut:
Investasi ( Rp 417.627.000,-)
Cash Flow thn ke I - Rp 9.597.000,-
( Rp 427.224.000,-)
Cash Flow thn ke II Rp 43.522.756,-
(Rp 383.701.244,-)
Cash Flow thn ke III Rp 173.928.837,-
(Rp 209.772.407,-)
Cash Flow thn Ke IV Rp 223.698.715,-
Rp 13.926.308
Cash Flow thn ke V Rp 228.891.101,-
Rp 242.817.409,-
Pay Back Period = 3 tahun + Rp 209.772.407,- X 12 bulan
Rp 223.698.715,-
= 3 tahun 11 bulan
87
Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha produksi
garam akan kembali pada tahun ke 3 bulan ke 11.
2. Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai investasi sekarang dengan nilai sekarang
penerimaan–penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan
datang. Adapun perhitungan NPV pada rencana usaha produksi garam adalah:
Tabel 4.21 Proyeksi Net Present Value
Periode Tahun Ocf 14% NPV 0 0 -Rp 417.627.000,- 1 -Rp 417.627.000,- 1 2006 -Rp 9.597.000,- 0,877192982 -Rp 8.418.421,- 2 2007 Rp 43.522.756,- 0,769467528 Rp 33.489.347,- 3 2008 Rp 173.928.837,- 0,674971516 Rp 117.397.011,- 4 2009 Rp 223.698.715,- 0,592080277 Rp 132.447.597,- 5 2010 Rp 310.391.101,- 0,519368664 Rp 161.207.411,-
NPV Rp 18.495.946,- Sumber : Data diolah tahunan
Dengan demikian hasil perhitungan NPV pada rencana usaha produksi garam ini adalah
bahwa hasil NPV sebesar Rp 18.495.946,- yang menunjukan hasil positif, berarti investasi ini
dinyatakan layak.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan
nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar
dari tingkat bungan relevan (tingkat keuntungan yang diisyaratkan), maka investasi dikatakan
menguntungkan, kalau lebih kecil dikatakan merugikan.
Untuk memperoleh nilai IRR dipergunakan metode uji coba dengan menggunakan
berbagai tingkat suku bunga yang relevan. Setelah dilakukan uji coba maka ditemukan tingkat
suku bunga sebesar 15% dan 16%. Urainnya adalah sebagai berikut:
88
Tabel 4.22 Perhitungan NPV dengan Faktor Diskonto 15% dan 16%
Periode Df (15%) ocf NPV Df (16%) NPV 0 1 -Rp 417.627.000,- -Rp 417.627.000,- 1 -Rp 417.627.000,-1 0,869565217 -Rp 9.597.000,- -Rp 8.345.217,- 0,743162901 -Rp 7.132.134,- 2 0,756143667 Rp 43.522.756,- Rp 32.909.456,- 0,640657674 Rp 27.883.188,- 3 0,657516232 Rp 173.928.837,- Rp 114.361.034,- 0,552291098 Rp 96.059.348,- 4 0,571753246 Rp 223.698.715,- Rp 127.900.466,- 0,476113015 Rp 106.505.870,-5 0,497176735 Rp 310.391.101,- Rp 154.319.234,- 0,410442255 Rp 127.397.623,-
Total Rp 3.517.973,- -Rp 66.913.105,-Sumber : Data diolah tahunan
Interpolasi
Df NPV
16% -66.913.105
15% 3.517.973
70.431.078
IRR = 16% + (-66.913.105) (1%)
70.431.078
= 16% - 0,95 %
= 15,05%
Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih besar dari tingkat keuntungan
yang diisyaratkat, yaitu sebesar 14%, maka rencana usaha diterima.
4. Profitabilitiy Index (PI)
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih masa
mendatang dengan nilai sekarang investasi. Jika PI lebih besar dari 1 maka proyek dikatakan
menguntungkan, tapi jika kurang dari 1 dikatakan merugikan.Perhitungan PI pada rencana usaha
ini adalah:
PI = 436.123.000
417.627.000
= 1,044
Karena PI hasilnya lebih dari 1, yaitu 1,065 maka usulan proyek diterima.
89
Pada tabel 4.21 menunjukan tabel perincian hasil perhitungan keempat metode penilaian
investasi yang telah dilakukan.
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi Moderat
No. Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan 1 Payback Period 5 tahun 3 tahun 11 bulan Diterima 2 NPV Positif 18,495,946 Diterima 3 IRR 14% 15,05% Diterima 4 PI 1 1,044 Diterima
Sumber : Data diolah
4.5.4 Skenario Optimis
Pada skenario optimis ini, diperkirakan perekonomian Indonesia di masa mendatang
cukup baik, bahkan mengalami peningkatan. Inflasi dapat ditekan serendah mungkin dan harga-
harga pun stabil, adapun jika ada yang naik, tidak terlalu besar. Pada rencana skenario optimis
penjualan dalam unit meningkat, sedangkan biaya oprasional dapat ditekan menjadi 5%
kenaikannya. Berikut ini perincian perhitungannya adalah:
4.5.4.1 Analisis Penjualan
Tabel 4.24 Proyeksi Penjualan Optimis
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan (Unit Penjualan) (Rp) 1 2006 -- Rp 218,280,000 2 2007 40% Rp 305.592.000 3 2008 60% Rp 488.947.200 4 2009 20% Rp 586.736.640 5 2010 0% Rp586.736.640
Sumber : Data diolah tahunan
90
Tabel 4.25 Proyeksi Penjualan setelah terjadi Pertimbangan Kenaikan Harga Jual
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan
Harga (10 %) (Rp) 1 2006 --- Rp 218.280.000,- 2 2007 --- Rp 305.592.000,- 3 2008 Rp 48.894.720,- Rp 537.841.920,- 4 2009 --- Rp 645.410.304,- 5 2010 --- Rp 645.410.304,-
Sumber : data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan harga direncanakan terjadi pada tahun 2008, dikarenakan pada tahun sebelumnya
terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 5%, oleh karena itu untuk menutupi kenaikan biaya
operasional tersebut maka pada tahun 2008 menaikan harga yang di asumsikan sebesar 10%
dari penjualan sebelumnya
4.5.4.2 Analisis Biaya Oprasional
Biaya yang termasuk biaya operasional adalah biaya produksi, biaya gaji untuk karyawan
tetap dan biaya umum dan administrasi. Pada scenario optimis biaya-biaya tersebut di asumsikan
mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan rata-rata inflasi, yaitu sebesar 5%. Inflasi dapat
ditekan sampai sebesar 5% dikarenakan pada scenario optimis perekonomian dari tahun 2006
sampai 2010 cukup baik. bahkan diperkirakan meningkat, (kemiskinan, pengangguran, tingkat
kriminalitas menurun) sehingga harga-harga mengalami penurunan. Dan tingkat suku bunga
menurun, sehingga diperkirakan sebesar 13%.
Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi Biaya Produksi
Biaya produksi untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp 174.477.000,-. Berikut ini akan
diuraikan proyeksi biaya produksi setiap tahun sebagai berikut:
91
Tabel 4.26 Proyeksi Biaya Produksi (Optimis) per tahun
No Tahun Persentase kenaikan Total Biaya Produksi 1 2006 -- Rp 174.477.000,- 2 2007 5% Rp 183.200.850,- 3 2008 5% Rp 192.360.893,- 4 2009 5% Rp 201.978.938,- 5 2010 5% Rp 212.077.885,-
Sumber : data diolah tahunan b. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap
Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp 41.400.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap sebagai berikut:
Tabel 4.27 Proyeksi Biaya Gaji karyawan (Optimis)
No. Tahun Persentase Kenaikan Biaya Gaji Manajer Total Biaya Gaji Gaji Karyawan Gaji Karyawan 1 2006 -- Rp 29.400.000,- Rp 12.000.000,- Rp 41.400.000,-2 2007 5% Rp 30.870.000,- Rp 15.000.000,- Rp 45.870.000,-3 2008 5% Rp 32.413.500,- Rp 18.000.000,- Rp 50.413.500,-4 2009 5% Rp 34.034.175,- Rp 24.000.000,- Rp 58.034.175,-5 2010 5% Rp 35.735.884,- Rp 24.000.000,- Rp 59.735.884,-
Sumber : Data diolah tahunan
c. Proyeksi Biaya umum dan administrasi
Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut
ini akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut:
Tabel 4.28 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum (Optimis)
No Tahun Persentase kenaikan Total Biaya Adm &
umum 1 2006 -- Rp 12.000.000,- 2 2007 5% Rp 12.600.000,- 3 2008 5% Rp 13.230.000,- 4 2009 5% Rp 13.891.500,- 5 2010 5% Rp 14.586.075,-
Sumber : data diolah tahunan
92
Keterangan:
Diasumsikan pada tahun 2006 biaya administrasi & umum sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini
uraian biaya adm & umum adalah:
Biaya adm dan umum per bulan = Rp 1.000.000,-
Per tahun = 1.000.000 X 12 bln = Rp 12.000.000,-
Tabel 4.29 Total Biaya Oprasional Per tahun (Optimis)
Tahun Total Biaya
Produksi Total Biaya GajiTotal Biaya
Adm&umum Total Biaya Oprasional2006 Rp 174.477.000,- Rp 41.400.000,- Rp 12.000.000,- Rp 227.877.000,- 2007 Rp 183.200.850,- Rp 45.870.000,- Rp 12.600.000,- Rp 241.670.850,- 2008 Rp 192.360.893,- Rp 50.413.500,- Rp 13.230.000,- Rp 256.004.393,- 2009 Rp 201.978.938,- Rp 58.034.175,- Rp 13.891.500,- Rp 273.904.613,- 2010 Rp 212.077.885,- Rp 59.735.884,- Rp 14.586.075,- Rp 286.399.844,-
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.4.3 Metode Penilaian Investasi Optimis
Berikut ini perincian penilaian investasi sebagai berikut:
2. Payback Period
Investasi (Rp 417.627.000,-)
Cash Flow thn ke I - Rp 9.597.000,-
(Rp 427.224.000,-)
Cash Flow thn ke II Rp 59.174.035,-
( Rp 368.049.965,-)
Cash Flow thn ke III Rp 219.721.269,-
( Rp 148.328.696,-)
Cash Flow thn Ke IV Rp 282.488.984-
Rp 134.160.288
Cash Flow thn ke V Rp 273.742.322,-
Rp 407.902.610,-
Pay Back Period = 3 tahun + Rp 148.328.696,- X 12 bulan
Rp 282.488.984,-
= 3 tahun 6 bulan
93
Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha produksi
garam akan kembali pada tahun ke 3 bulan ke 6.
3. NPV
Pada proyeksi optimis ini tingkat suku bunga mengalami penurunan sehingga
menjadi 13%. Adapun perhitungan NPV pada scenario optimis rencana usaha produksi
garam adalah:
Tabel 4.30 Proyeksi Net Present Value (Optimis)
Periode Tahun ocf 13% NPV 0 0 -Rp 417.627.000,- 1 -Rp 417.627.000,- 1 2006 -Rp 9.597.000,- 0,885 -Rp 8.493.345,- 2 2007 Rp 59.174.035,- 0,783 Rp 46.333.269,- 3 2008 Rp 219.721.269,- 0,693 Rp 152.266.839,- 4 2009 Rp 282.488.984,- 0,613 Rp 173.165.747,- 5 2010 Rp 273.742.322,- 0,543 Rp 148.642.081,-
NPV Rp 94.287.592,- Sumber : Data diolah tahunan
Dengan demikian hasil perhitungan NPV pada rencana usaha produksi garam ini adalah
bahwa hasil NPV sebesar Rp 94.287.592,- yang menunjukan hasil positif, berarti
investasi ini dinyatakan layak.
4. IRR
Tabel 4.31 Perhitungan NPV dengan diskon faktor 15 % dan 16% (Optimis)
Periode Dcf ( 15%) Ocf NPV Dcf ( 16% ) NPV 0 1 -Rp 417.627.000,- -Rp 417.627.000,- 1 -Rp 417.627.000,- 1 0,869565217 -Rp 9.597.000,- -Rp 8.345.217,- 0,743162901 -Rp 7.132.134,- 2 0,756143667 Rp 59.174.035,- Rp 44.744.072,- 0,640657674 Rp 37.910.300,- 3 0,657516232 Rp 219.721.269,- Rp 144.470.301,- 0,552291098 Rp 121.350.101,- 4 0,571753246 Rp 282.488.984,- Rp 161.513.994,- 0,476113015 Rp 134.496.682,- 5 0,497176735 Rp 273.742.322,- Rp 136.098.314,- 0,410442255 Rp 112.355.416,-
Total Rp 60.854.463 -Rp 18.646.636,-Sumber : Data diolah tahunan
94
Interpolasi
Df NPV
16% -18.646.636
15% 60.854463
79.501.099
IRR = 16% + (-18.646.636) (1%)
79.501.099
= 16% - 0,235%
= 15,765%
Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih besar dari tingkat keuntungan
yang diisyaratkat, yaitu sebesar 13%, maka rencana usaha diterima.
5. PI
Perhitungan PI pada rencana usaha ini adalah :
PI = 511.915.000
417.627.000
= 1,225
Karena PI hasilnya lebih dari 1, yaitu 1,065 maka usulan proyek diterima.
Pada tabel 4.32 dibawah ini adalah tabel perincian hasil perhitungan keempat
metode penilaian investasi yang telah dilakukan.
Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi Optimis
No. Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan 1 Payback Period 5 tahun 3 tahun 6 bulan Diterima 2 NPV Positif 94.287.592 Diterima 3 IRR 13% 15,765% Diterima 4 PI 1 1,225 Diterima
Sumber : Data diolah tahunan
95
4.5.5 Skenario Pesimis
Skenario pesimis, diperkirakan perekonomian Indonesia di masa mendatang memburuk,
infalsi meningkat sehingga berdampak pada kenaikan harga-harga. Dalam rencana scenario
pesimis penjualan dalam unit tetap meningkat, tapi tidak terlalu mengalami peningkatan yang
drastis. Biaya oprasional mengalami peningkatan sebesar 10%. Berikut ini perincian perhitungan
skenario pasimis pada rencana usaha ini adalah:
4.5.5.1 Analisis Penjualan Pesimis
Tabel 4.33 Proyeksi Penjualan Pesimis
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan
(Unit Penjualan) (Rp) 1 2006 -- Rp 218,280,000 2 2007 30% Rp 283.764.000 3 2008 50% Rp 425.646.000 4 2009 20% Rp 510.775.200 5 2010 5% Rp 536.313.960
Sumber : Data diolah tahunan
Tabel 4.34 Proyeksi Penjualan setelah terjadi pertimbangan kenaikan harga jual
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan
Harga ( 10% ) ( Rp ) 1 2006 --- Rp 218.280.000 2 2007 --- Rp 294.678.000 3 2008 Rp42.564,600 Rp 468.210.600 4 2009 --- Rp 561.852.720 5 2010 --- Rp 589.945.356.
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Pada asumsi pesimis kenaikan jumlah unit penjualan mengalami penurunan dibandingkan
dengan asumsi moderat. Kenaikan harga direncanakan terjadi pada tahun 2008,
dikarenakan pada tahun sebelumnya terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 10% oleh karena
96
itu untuk menutupi kenaikan biaya operasional tersebut maka pada tahun 2008 menaikan
harga yang di asumsikan sebesar 10% dari penjualan sebelumnya.
4.5.5.2 Analisis Biaya Oprasional
Biaya yang termasuk biaya operasional adalah biaya produksi, biaya gaji untuk karyawan
tetap dan biaya umum dan administrasi. Pada skenario pesimis biaya-biaya tersebut di asumsikan
mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan rata-rata inflasi, yaitu sebesar 10%. Inflasi
mengalami peningkatan sampai sebesar 10% dikarenakan pada skenario pesimis perekonomian
dari tahun 2006 sampai 2010 buruk, bahkan diperkirakan harga-harga kebutuhan hidup
meningkat. Dan tingkat suku bunga juga mengalami peningkatan, sehingga diperkirakan sebesar
15%.
Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi Biaya Produksi
Biaya produksi untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp 174.477.000,-. Berikut ini akan
diuraikan proyeksi biaya produksi setiap tahun sebagai berikut:
Tabel 4.35 Proyeksi Biaya Produksi Pesimis per tahun
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan biaya produksi per tahun berdasarkan kenaikan rata-rata inflasi sebesar 10%.
b. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap
Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp 41.400.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap sebagai berikut:
No Tahun Persentase kenaikan Total Biaya Produksi 1 2006 -- Rp 174.477.000,- 2 2007 10% Rp 191.924.700,- 3 2008 10% Rp 211.117.170,- 4 2009 10% Rp 232.228.887,- 5 2010 10% Rp 255.451.776,-
97
Tabel 4.36 Proyeksi Biaya Gaji karyawan (Pesimis)
No. Tahun Persentase Kenaikan Biaya Gaji Manajer Total Biaya Gaji Gaji Karyawan Gaji Karyawan 1 2006 -- Rp 29.400.000,- Rp 12.000.000,- Rp 41.400.000,-2 2007 8% Rp 31.752.000,- Rp 15.000.000,- Rp 46.752.000,-3 2008 8% Rp 34.292.160,- Rp 18.000.000,- Rp 52.292.160,-4 2009 8% Rp 37.035.533,- Rp 24.000.000,- Rp 61.035.533,-5 2010 8% Rp 39.998.375,- Rp 24.000.000,- Rp 63.998.375,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Pada skenario pesimis biaya untuk tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar 8%.
c. Proyeksi Biaya umum dan administrasi
Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut
ini akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut:
Tabel 4.37 Proyeksi Biaya administrasi dan umum (Pesimis)
No Tahun Persentase kenaikan Total Biaya Adm &
umum 1 2006 -- Rp12,000,000 2 2007 10% Rp13,200,000 3 2008 10% Rp14,520,000 4 2009 10% Rp15,972,000 5 2010 10% Rp17,569,200
Sumber : Data diolah tahunan
Tabel 4.38 Total Biaya Oprasional Per tahun (Pesimis)
Total Biaya Total Total Biaya Total Biaya Tahun Produksi Biaya Gaji Adm & Umum Oprasional 2006 Rp 174.477.000,- Rp 41.400.000,- Rp 12.000.000,- Rp 227.877.000,- 2007 Rp 191.924.700,- Rp 46.752.000,- Rp 13.200.000,- Rp 251.876.700,- 2008 Rp 211.117.170,- Rp 52.292.160,- Rp 14.520.000,- Rp 277.929.330,- 2009 Rp 232.228.887,- Rp 61.035.533,- Rp 15.972.000,- Rp 309.236.420,- 2010 Rp 255.451.776,- Rp 63.998.375,- Rp 17.569.200,- Rp 337.019.351,-
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.5.3 Metode Penilaian Investasi pesimis
Berikut ini perincian penilaian investasi sebagai berikut:
98
1. Payback Period
Investasi ( Rp 417.627.000,-)
Cash Flow thn ke I - Rp 9.597.000,-
( Rp 427.224.000,-)
Cash Flow thn ke II Rp 30.343.570,-
(Rp 396.880.430,-)
Cash Flow thn ke III Rp 155.631.889,-
( Rp 241248.541,-)
Cash Flow thn Ke IV Rp 199.266.410-
( Rp41.982.131,-)
Cash Flow thn ke V Rp 199.483.203,-
Rp 157.501.073,-
Pay Back Period = 3 tahun + Rp 41.982.131,- X 12 bulan
Rp 199.483.203,-
= 4 tahun 2 bulan
Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha produksi
garam akan kembali pada tahun ke 4 bulan ke 2.
2. NPV
Pada proyeksi optimis ini tingkat suku bunga mengalami penurunan sehingga
menjadi 15%. Adapun perhitungan NPV pada skenario optimis rencana usaha produksi
garam adalah:
Tabel 4.39 Proyeksi Net Present Value Pesimis
Periode Tahun ocf 15% NPV 0 0 -Rp 417.627.000,- 1 -Rp 417.627.000,-1 2006 -Rp 9.597.000,- 0,869565217 -Rp 8.345.217,-2 2007 Rp 30.343.570,- 0,756143667 Rp 22.944.098,-3 2008 Rp 155.631.889,- 0,657516232 Rp 102.330.493,-4 2009 Rp 199.266.410,- 0,571753246 Rp 113.931.217,-5 2010 Rp 199.483.203,- 0,497176735 Rp 99.178.408,-
NPV -Rp 87.588.002,-Sumber : Data diolah tahunan
99
Dengan demikian hasil perhitungan NPV pada rencana usaha produksi garam ini adalah
bahwa hasil NPV sebesar -Rp 87.588.002,- yang menunjukan hasil negatif, berarti investasi
ini dinyatakan tidak layak.
3. IRR
Tabel 4.40 Perhitungan NPV dengan Diskon Faktor 8% dan 9%
Periode Ocf Df 8% NPV Df 9% NPV 0 -Rp 417.627.000,- 1 -Rp 417.627.000,- 1 -Rp 417.627.000,-1 -Rp 9.597.000,- 0,9259 -Rp 8.885.862,- 0,91743 -Rp 8.804.576,- 2 Rp 30.343.570,- 0,8573 Rp 26.013.543,- 0,84167 Rp 25.539.273,- 3 Rp 155.631.889,- 0,7938272 Rp 123.544.827,- 0,77218 Rp 120.175.832,- 4 Rp 199.266.410,- 0,73475 Rp 146.410.995,- 0,708425 Rp 141.165.307,- 5 Rp 199.483.203,- 0,680735 Rp 135.795.198,- 0,64993 Rp 129.650.118,-
Total Rp 5.251.700,- -Rp 9.901.046,-Sumber : Data diolah tahunan
Interpolasi
Df NPV
9% -9.901.046
8% 5.251.700
15.152.746
IRR = 9% + (-9.901.046) (1%)
15.152.746
= 9% + 0,654%
= 8,346%
Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih kecil dari tingkat keuntungan yang
diisyaratkat, yaitu sebesar 15%, maka rencana usaha tidak layak.
4. PI
Perhitungan PI pada rencana usaha ini adalah:
PI = 330.038.998
417.627.000
= 0.791
Karena PI hasilnya kurang dari 1, yaitu 0.791 maka usulan proyek ditolak.
100
Pada tabel 4.41 dibawah ini adalah tabel perincian hasil perhitungan keempat
metode penilaian investasi yang telah dilakukan.
Tabel 4.41 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi pesimis
No. Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan 1 Payback Period 5 tahun 4 tahun 2 bulan Diterima 2 NPV Positif -Rp 87.588.002,- Ditolak 3 IRR 15% 8.346% Ditolak 4 PI 1 0.791 Ditolak
Sumber : Data diolah
4.5.6 Hasil Penelitian
Berikut ini hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan metode analisis
sensitifitas, yaitu menggunakan tiga skenario yaitu skenario moderat, skenario optimis, dan
skenario pesimis sebagai berikut:
Tabel 4.42 Hasil Analisis Sensitivitas
Skenario No. Metode Moderat Optimis Pesimis 1 Payback Period 3 tahun 11 bulan 3 tahun 6 bulan 4 tahun 2 bulan 2 NPV 18.495.946 94.287.592 -Rp 87.588.002,- 3 IRR 15,05% 15,765% 8,35% 4 PI 1,044 1,225 0.791
Sumber : Data diolah
Untuk rencana usaha produksi garam ini, berdasarkan tabel diatas jika rencana usaha
menggunakan skenario moderat maka rencana usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan,
dan jika menggunakan skenario optimis dinyatakan lebih layak lagi untuk dijalankan. Jika
menggunakan skenario pesimis maka rencana usaha ini dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.
Tetapi kemungkinan besar dengan peluang pasar domestik yang cukup besar dan produk yang
dihasilkan merupakan produk untuk kebutuhan pokok dengan harga yang relatif terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat. Maka skenario pesimis tidak mungkin terjadi.