Bab 4-6

39
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Analisis Situasi 4.1.1. Geografi Puskesmas Ulak Karang terletak di Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, dengan luas wilayah kerja 370 ha, terdiri dari 2 kelurahan yaitu Kelurahan Ulak Karang Selatan dan Kelurahan Lolong Belanti. Wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang termasuk daerah pusat Kota Padang dengan sebagian wilayahnya terletak di sepanjang pantai yaitu Kelurahan Ulak Karang Selatan. Sedangkan Kelurahan Lolong Belanti berada di daerah daratan. Seluruh wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. 4.1.2. Sosial Ekonomi Tabel 4.1.Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2010 No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Pegawai Negeri Sipil 1515 22 2. TNI/Polri 1252 18 44

description

Skripsi

Transcript of Bab 4-6

Page 1: Bab 4-6

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Situasi

4.1.1. Geografi

Puskesmas Ulak Karang terletak di Kecamatan Padang Utara, Kota Padang,

dengan luas wilayah kerja 370 ha, terdiri dari 2 kelurahan yaitu Kelurahan Ulak

Karang Selatan dan Kelurahan Lolong Belanti. Wilayah kerja Puskesmas Ulak

Karang termasuk daerah pusat Kota Padang dengan sebagian wilayahnya terletak di

sepanjang pantai yaitu Kelurahan Ulak Karang Selatan. Sedangkan Kelurahan

Lolong Belanti berada di daerah daratan. Seluruh wilayah kerja Puskesmas Ulak

Karang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.

4.1.2. Sosial Ekonomi

Tabel 4.1.Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2010

No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)1. Pegawai Negeri Sipil 1515 222. TNI/Polri 1252 183. Nelayan 1120 174. Pedagang 988 155. Wiraswasta 857 126. Buruh 791 117. Lainnya 336 5

Sumber : Data Kantor Camat Padang Utara 2010

Tabel 4.1. menunjukkan pekerjaan penduduk yang terbanyak secara berturut-

turut adalah pegawai negeri sipil 22%, TNI/Polri 18%, Nelayan 17%, pedagang 15%,

wiraswasta 12%, buruh 11%, dan lainnya 5%.

44

Page 2: Bab 4-6

4.1.3. Demografi

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk per Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2011

No. Kelurahan Jumlah Jiwa Jumlah RT RW KKLaki-laki Perempuan

1. Ulak Karang Selatan 3969 3973 7942 43 13 -2. Lolong Belanti 4353 4178 8531 33 7 -

Jumlah 8322 8151 16473 76 20 2.386Sumber : Data Kantor Camat Padang Utara 2011

Pada tabel 4.2. diketahui jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ulak

Karang. Jumlah penduduk terbanyak adalah Kelurahan Lolong Belanti 8.531 jiwa

dibandingkan Kelurahan Ulak Karang Selatan 7.942 jiwa. Jumlah penduduk

terbanyak menurut jenis kelamin adalah laki-laki 8.322 jiwa.

4.1.4. Tenaga Kerja Kesehatan

Tabel 4.3. Distribusi Staf Puskesmas Ulak Karang Tahun 2011

No Jenis Tenaga Pendidikan Jumlah Jenis Kelamin

Status Kepegawaian

LK PR PNS PTT1 Dokter Umum S1 4 0 4 4 02 Dokter Gigi S1 4 0 4 4 03 Sarjana Kesehatan

MasyarakatS1 3 0 3 3 0

4. Bidan D4 2 0 2 2 0D3 2 0 2 2 0D1 5 0 5 4 1

5 Perawat D3 7 0 7 7 0SPK 2 0 2 2 0

6 Analis D3 1 0 1 1 0SMAK 2 0 2 2 0

7 Asisten Apoteker D3 1 0 1 1 0SMF/SAA 2 0 2 2 0

8 Gizi D4 1 0 1 1 0D1 1 0 1 1 0

9 Perawat Gigi D3 1 0 1 1 0SPRG 1 1 0 1 0

10 Pekarya Kesehatan

CP Akper 1 0 1 1 0

45

Page 3: Bab 4-6

Sumber : Data Puskesmas Ulak Karang 2011

Pada tabel 4.3. diketahui distribusi staf Puskesmas Ulak Karang yang

terbanyak secara berturut adalah 9 bidan, 9 perawat, 3 dokter umum, 3 dokter gigi, 3

analis, 3 asisten apoteker, 2 ahli gizi, 2 perawat gigi, dan 1 pekarya kesehatan.

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Umur Responden

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui distribusi umur responden yang

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Umur Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Variabel Mean SD±

Umur 29,52 4,925

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui rata-rata umur responden adalah 29,5 tahun

dengan standar deviasi 4,9 tahun.

4.2.2. Pekerjaan Responden

Dari hasil penelitian dapat diketahui distribusi frekuensi pekerjaan responden

yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Jenis Pekerjaan f %Ibu Rumah Tangga 57 65,5PNS 11 12,6Pegawai BUMN 1 1,1Pegawai Swasta 8 9,2Wiraswasta/Pedagang 10 11,5

Jumlah 87 100

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui lebih dari setengah responden pekerjaannya

adalah ibu rumah tangga yaitu 57 dari 87 responden (65,5%).

46

Page 4: Bab 4-6

4.3. Analisis Univariat

4.3.1. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi seperti pada gambar 4.1. berikut :

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Pada gambar 4.1. dapat diketahui lebih dari setengah responden yang

memiliki bayi telah mengimunisasi bayinya dengan lengkap yaitu 56 dari 87

responden (64,4%).

4.3.2. Pendidikan Ibu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi

responden berdasarkan pendidikan seperti pada gambar 4.2. berikut :

Gambar 4.2.Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

47

Page 5: Bab 4-6

Pada gambar 4.2. dapat diketahui sebagian besar responden memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi yaitu SMA keatas dengan 69 orang dari 87 responden

(79,3%).

4.3.3. Pengetahuan Ibu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi

responden berdasarkan pengetahuan seperti pada gambar 4.3. berikut :

Gambar 4.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengetahuan Responden tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Pada gambar 4.3. dapat diketahui lebih dari setengah responden memiliki

pengetahuan yang tinggi mengenai imunisasi dasar lengkap yaitu 56 orang dari 87

responden (64,4%). Hasil pengetahuan responden ini diperoleh dari rekapan

pertanyaan pengetahuan yang terdiri dari 9 pertanyaan seperti pada tabel 4.5 berikut:

48

Page 6: Bab 4-6

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden menurut Pertanyaan Penelitian mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012

No KuesionerMenjawab Benar

f %

1 Manfaat imunisasi 67 77

2 Tempat bayi diimunisasi 15 17,23 Jenis imunisasi yang diberikan pada bayi 44 50,6

4 Sejak kapan pemberian imunisasi diberikan 77 88,5

5 Berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan 20 23

6 Berapa kali imunisasi BCG diberikan 48 55,2

7 Berapa kali imunisasi DPT-HB diberikan 22 25,3

8 Berapa kali imunisasi Polio diberikan 17 19,59 Fungsi imunisasi BCG 37 42,5

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling sedikit

terjawab dengan benar adalah tentang tempat bayi diimunisasi yaitu sebanyak 15 dari

87 responden (17,2%), berapa kali imunisasi Polio diberikan yaitu sebanyak 17 dari

87 responden (19,5%), berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan yaitu sebanyak

20 dari 87 responden (23%) dan berapa kali imunisasi DPT-HB diberikan yaitu

sebanyak 22 dari 87 responden (25,3%).

49

Page 7: Bab 4-6

4.3.4. Sikap Ibu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi

responden berdasarkan sikap seperti pada gambar 4.4. berikut :

Gambar 4.4.Distribusi Frekuensi berdasarkan Sikap Responden tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Pada gambar 4.4. dapat diketahui sebagian besar responden memiliki sikap

yang positif mengenai imunisasi dasar lengkap yaitu 68 orang dari 87 responden

(78,2%). Hasil sikap responden ini diperoleh dari rekapan pernyataan sikap yang

terdiri dari 10 pernyataan sikap positif dan 6 pernyataan sikap negatif seperti pada

tabel 4.7. dan 4.8 berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sikap Positif Responden menurut Pernyataan mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012

No. Pernyataan Positif Frekuensi (f)

Persentase (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Imunisasi penting dilakukana. Setujub. Sangat setuju

3453

39,160,9

2. Imunisasi dapat menunjang tumbuh kembang anaka. Kurang setujub. Setujuc. Sangat setuju

92850

10,332,257,5

50

Page 8: Bab 4-6

(1) (2) (3) (4)

3. Penundaan/penolakan imunisasi akan beresiko terkena penyakit menular

a. Kurang setujub. Setujuc. Sangat setuju

183138

20,735,643,7

4. Vaksin yang diberikan dalam imunisasi merupakan produk yang aman

a. Kurang setujub. Setujuc. Sangat setuju

203730

23,042,534,5

5. Seharusnya bayi diimunisasi sedini mungkina. Tidak setujub. Kurang setujuc. Setujud. Sangat setuju

2223429

2,325,339,133,3

6. Seharusnya bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahuna. Tidak setujub. Kurang setujuc. Setujud. Sangat setuju

1214025

1,124,146

28,77. Rasa sakit, kemerahan di tempat penyuntikan

merupakan reaksi normal dan tidak berbahayaa. Tidak setujub. Kurang setujuc. Setujud. Sangat setuju

6303120

6,934,535,623

8. Jika ragu mengenai efek samping tanyakan pada petugas kesehatan

a. Setujub. Sangat setuju

6324

72,427,6

9. Penyuluhan imunisasi penting dilakukana. Setujub. Sangat setuju

6225

71,328,7

10. Program imunisasi harus ditingkatkana. Setujub. Sangat setuju

5532

63,236,8

Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa pernyataan sikap positif responden

terbanyak yaitu imunisasi penting dilakukan secara berturut-turut adalah sangat

setuju 53 dari 87 responden (60,9%), dan setuju 34 dari 87 responden (39,1%),

program imunisasi harus ditingkatkan secara berturut-turut adalah sangat setuju 32

dari 87 responden (36,8%), dan setuju 55 dari 87 responden (63,2%), penyuluhan

51

Page 9: Bab 4-6

imunisasi penting dilakukan secara berturut-turut adalah sangat setuju 25 dari 87

responden (28,7%), dan setuju 62 dari 87 responden (71,3%).

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Negatif Responden menurut Pernyataan mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012

No. Pernyataan Negatif Frekuensi (f)

Persentase (%)

1. Bayi akan kebal penyakit infeksi walaupun tidak diimunisasi

a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju

205314

2360,916,1

2. Vaksin yang disuntikkan terbuat dari zat harama. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju

135618

14,964,420,7

3. Imunisasi menyusahkan keluarga karena bayi pasti sakit

a. Sangat setujub. Setujuc. Kurang setujud. Tidak setuju

1244913

1,127,656,314,9

4. Jika timbul gangguan setelah diimunisasi, bayi tidak diimunisasi lagi

a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju

214917

24,156,319,5

5. Anak sakit flu tidak boleh diimunisasia. Sangat setujub. Setujuc. Kurang setujud. Tidak setuju

3231186

36,835,620,76,9

6. Anak saya sehat tidak perlu diimunisasia. Sangat setujub. Setujuc. Kurang setujud. Tidak setuju

1184919

1,120,756,321,8

Berdasarkan tabel 4.8. diketahui bahwa pernyataan sikap negatif responden

terbanyak adalah anak sakit flu tidak boleh diimunisasi secara berturut-turut adalah

sangat setuju 32 dari 87 responden (36,8%), setuju 31 dari 87 responden (35,6%),

kurang setuju 18 dari 87 responden (20,7%), dan tidak setuju 6 dari 87 responden 52

Page 10: Bab 4-6

(6,9%), imunisasi menyusahkan keluarga karena bayi pasti sakit secara berturut-turut

adalah sangat setuju 1 dari 87 responden (1,1%), setuju 24 dari 87 responden

(27,6%), kurang setuju 49 dari 87 responden (56,3%), dan tidak setuju 13 dari 87

responden (14,9%), jika timbul gangguan setelah diimunisasi bayi tidak diimunisasi

lagi secara berturut-turut adalah setuju 21 dari 87 responden (24,1%), kurang setuju

49 dari 87 responden (56,3%), dan tidak setuju 17 dari 87 responden (19,5%).

4.3.5. Dukungan Suami

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi

responden berdasarkan dukungan suami seperti pada gambar 4.5. berikut :

Gambar 4.5.Distribusi Frekuensi berdasarkan Dukungan Suami tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Pada gambar 4.5. dapat diketahui lebih dari setengah responden tidak

mendapatkan dukungan suami dalam pemberian imunisasi dasar lengkap yaitu 56

dari 87 responden (64,4%). Hasil dukungan suami responden ini diperoleh dari

rekapan kuesioner yang terdiri dari 4 pernyataan seperti pada tabel 4.9. berikut :

53

Page 11: Bab 4-6

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Responden Menurut Pernyataan mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012

No KuesionerMenjawab Ya

f %

1 Suami menyarankan agar ibu membawa bayi diimunisasi

69 79,3

2 Suami mengingatkan ibu tentang jadwal imunisasi 54 62,13 Suami mengantarkan ibu mengimunisasi bayi 35 40,24 Suami memberikan pujian ibu jika telah

mengimunisasi bayi14 16,1

Berdasarkan tabel 4.9. dapat dilihat bahwa pernyataan dukungan suami yang

paling banyak tidak menjawab ya adalah suami memberikan pujian ibu jika telah

mengimunisasi bayi yaitu 14 dari 87 responden (16,1%), dan suami mengantarkan

ibu untuk mengimunisasi bayi yaitu 36 dari 87 responden (41,4%).

4.4. Analisa Bivariat

4.4.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Tabel 4.10. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Pendidikan

Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Total

OR95% CI

p valueTidak Lengkap

Lengkapf %

f % f %

Rendah 12 66,7 6 33,3 18 100

5,26 1,729-16,023 0,005Tinggi 19 27,5 50 72,5 69 100

Jumlah 31 35,6 56 64,4 87 100

Keterangan f : FrekuensiOR : Odds RatioCI : Confidence Interval

54

Page 12: Bab 4-6

Dari tabel 4.10. terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap

lebih banyak pada ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi (72,5%) dibandingkan

dengan yang berpendidikan rendah (33,3%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi

dasar lengkap pada bayi dengan nilai (p value <0,05) dan Odd Ratio (OR) = 5,26

artinya ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai peluang 5,26 kali untuk

memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

4.4.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Tabel 4.11. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Pengetahuan

Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Total

OR95% CI

p valueTidak Lengkap

Lengkapf %

f % f %

Rendah 16 51,6 15 48,4 31 100

2,916 1,162-7,314 0,037Tinggi 15 26,8 41 73,2 56 100

Jumlah 31 35,6 56 64,4 87 100

Keterangan f : FrekuensiOR : Odds RatioCI : Confidence Interval

Dari tabel 4.11. terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap

lebih banyak pada ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi (73,2%) dibandingkan

dengan yang berpengetahuan rendah (48,4%). Berdasarkan hasil uji statitistik

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai (p value <0,05) dan Odds Ratio (OR)

2,92 artinya ibu dengan pengetahuan tinggi mempunyai peluang 2,92 kali untuk

memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

55

Page 13: Bab 4-6

4.4.3. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Tabel 4.12. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012

Sikap

Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Total

OR95% CI

p valueTidak Lengkap

Lengkapf %

f % f %

Negatif 11 57,9 8 42,1 19 100

3,30 1,155-9,426 0,043Positif 20 29,4 48 70,6 68 100

Jumlah 31 35,6 56 64,4 87 100

Keterangan f : FrekuensiOR : Odds RatioCI : Confidence Interval

Dari tabel 4.12. terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap

lebih banyak pada ibu yang memiliki sikap positif (70,6%) dibandingkan dengan

sikap ibu yang negatif (42,1%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan

yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada

bayi dengan nilai (p value <0,05) dan Odds Ratio = 3,3 artinya ibu dengan sikap

positif mempunyai peluang 3,3 kali untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada

bayi.

56

Page 14: Bab 4-6

4.4.4. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Tabel 4.13. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012.

Dukungan Suami

Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Total

OR95% CI

p valueTidak Lengkap

Lengkapf %

f % f %

Tidak Mendukung

17 30,4 39 69,6 56 100

0,529 0,213-1,313 0,251Mendukung 14 45,2 17 54,8 31 100

Jumlah 31 35,6 56 64,4 87 100

Keterangan f : FrekuensiOR : Odds RatioCI : Confidence Interval

Dari tabel 4.13. terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap

lebih sedikit pada suami yang mendukung (54,8%) dibandingkan dengan suami yang

tidak mendukung (69,6%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara dukungan suami dengan pemberian imunisasi dasar lengkap

pada bayi dengan nilai (p value >0,05).

57

Page 15: Bab 4-6

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross

sectional, dimana dilakukan pada waktu yang bersamaan. Desain tersebut memiliki

keterbatasan yaitu tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat. Hubungan hanya

dapat menunjukkan keterkaitan antara variabel independen dengan dependen.

5.2. Analisis Univariat

5.2.1. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui lebih dari setengah responden yang

memiliki bayi yaitu 64,4% di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan

Padang Utara tahun 2012 telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulnas (2009) di

wilayah kerja Puskesmas Limau Purut Kabupaten Padang Pariaman yaitu didapatkan

pencapaian imunisasi dasar lengkap hanya 35,6%. 26 Penelitian ini juga masih belum

sesuai dengan apa yang diharapkan pemerintah yang menetapkan pencapaian

imunisasi dasar lengkap yaitu minimal 90% secara merata pada bayi di seluruh desa

atau kelurahan.

5.2.2. Pendidikan Ibu

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang

didapatkan bahwa sebagian besar responden 69 orang dari 87 responden (79,3%)

berpendidikan tinggi. Hasil penelitian ini sama dengan yang didapatkan oleh Irfani

58

Page 16: Bab 4-6

(2010) di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Medan yang

diketahui 77,8% responden termasuk dalam kategori pendidikan tinggi dan

memberikan imunisasi dasar lengkap.27

Tingkat pendidikan responden merupakan faktor yang sulit untuk

diintervensi, upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan tingkat pengetahuan

bagi masyarakat melalui promosi kesehatan sehingga ibu-ibu mampu untuk

memahami tentang pentingnya imunisasi untuk anaknya. Kesadaran ibu akan

pentingnya imunisasi pada bayi dapat berpengaruh pada kelengkapan imunisasi. Ibu

yang berpendidikan formal tinggi akan lebih mudah menerima dan menyerap

informasi yang didapat, sebaliknya ibu yang berpendidikan formal rendah akan sulit

menerima dan menyerap informasi yang didapat dalam hal ini adalah informasi yang

tentang imunisasi.28

Tingkat pendidikan formal ibu akan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu

dalam menerima informasi. Tingkat pendidikan formal ibu berkaitan dengan

pengetahuan dalam pemeliharaan anak dalam hal ini imunisasi. Tingkat pendidikan

formal akan mempengaruhi sikap dan tindakan ibu untuk mengimunisasikan anaknya

karena pendidikan berkaitan dengan kemampuan menerima informasi yang

berhubungan dengan kesehatan.

5.2.3. Pengetahuan Ibu

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang didapatkan bahwa

lebih dari setengah responden 56 orang dari 87 responden (64,4%) berpengetahuan

tinggi tentang imunisasi dasar lengkap. Hasil penelitian ini sama dengan yang

didapatkan Effendi dan Astuti (2010) di Banjar Kalimantan Selatan bahwa terdapat

69,8% responden yang berpengetahuan tinggi.13

59

Page 17: Bab 4-6

Ada beberapa pertanyaan dalam menguji pengetahuan responden tentang

pemberian imunisasi secara lengkap yang paling sedikit dijawab responden dengan

benar. Pertanyaan tersebut yaitu tentang tempat bayi diimunisasi, berapa kali

imunisasi Polio, Hepatitis B, dan DPT-HB diberikan kepada bayi.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang

yang terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah dipahami dan

dimengerti dari pada tidak didasari oleh pengetahuan tentang imunisasi.28

5.2.4. Sikap Ibu

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang didapatkan bahwa

sebagian besar 68 orang dari 87 responden (78,2%) memiliki sikap yang positif.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Helmi (2008) di Medan Sumatera

Utara menyatakan bahwa sikap ibu positif mengenai imunisasi lengkap sebanyak

85,8%.29

Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka,

sikap adalah suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan.28,30

5.2.5. Dukungan Suami

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang

Kecamatan Padang Utara tentang dukungan suami terhadap pemberian imunisasi

dasar lengkap kepada bayi didapatkan bahwa lebih dari setengah responden yaitu 56

orang dari 87 responden (64,4%) tidak mendapat dukungan dari suami. Hasil

60

Page 18: Bab 4-6

penelitian ini berbeda dengan yang didapatkan Effendi dan Astuti (2010) di Banjar

Kalimantan Selatan, yang menyatakan bahwa suami yang mendukung pemberian

imunisasi yaitu 66,7%.13

Pada penelitian ini, umumnya responden tidak mendapatkan dukungan dari

suami. Hal ini dapat dilihat dari rekapan kuesioner pernyataan dukungan suami yang

paling banyak tidak menjawab ya adalah suami memberikan pujian jika telah

mengimunisasi dan suami mengantarkan untuk mengimunisasi bayi. Berdasarkan

hasil wawancara dengan responden hal tersebut terjadi karena kesibukan dari

pekerjaan suami yang tidak bisa mengantarkan bayi untuk diimunisasi karena bekerja

di pagi harinya, selain itu juga didukung oleh jadwal imunisasi setiap hari kamis

pada minggu kedua dan keempat yang bertepatan dengan hari kerja dan rutinitas

rutin suami untuk bekerja sehingga tidak bisa mengantarkan bayi untuk diimunisasi.

Menurut teori Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) bahwa dukungan

keluarga merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing) dalam perilaku

kesehatan termasuk dalam hal ini untuk memberikan imunisasi kepada anak.

Dukungan dari suami sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu dalam setiap kegiatan yang

dilakukannya termasuk dalam hal pemberian imunisasi. Ibu yang mendapat

dukungan suami cenderung berperilaku mengimunisasikan anaknya dibanding

dengan ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarga.18

5.3. Analisa Bivariat

5.3.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentase pencapaian imunisasi lebih

banyak pada tingkat pendidikan ibu yang tinggi (72,5%) dibandingkan dengan yang

61

Page 19: Bab 4-6

berpendidikan rendah (33,3%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi dasar

lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 dengan nilai

p value <0,05 dan Odds Ratio (OR) = 5,26 artinya ibu dengan pendidikan tinggi

mempunyai peluang 5,26 kali untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wati (2007)

di Jawa Barat dan Jawa Tengah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pendidikan formal ibu dengan status imunisasi dasar bayi dengan nilai p

value 0,000 (p<0,05) dan Odds Ratio (OR) = 3,14.31

Tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan seseorang tidak menjamin

seseorang untuk berperilaku baik tentang kesehatan. Walaupun tingkat pendidikan

seseorang tersebut tinggi misalnya tamatan Akademi/Perguruan Tinggi belum tentu

mereka mengetahui tentang manfaat imunisasi dan dapat berlaku sebaliknya

walaupun tingkat pendidikan sesorang rendah tetapi mereka dapat mengerti tentang

pentingnya imunisasi untuk anak. Hal ini sangat berhubungan dengan informasi

kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.28

Dalam penelitian ini ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dapat

memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya. Jadi dapat ditarik kesimpulan

bahwa pendidikan dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, dalam hal ini

adalah perilaku kesehatan terutama pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Ibu yang berpendidikan tinggi merasa bahwa imunisasi sangat penting bagi anaknya

sehingga ibu tersebut sadar akan pentingnya imunisasi.

62

Page 20: Bab 4-6

5.3.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar

Lengkap pada Bayi

Beradasarkan hasil penelitian terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi

dasar lengkap lebih banyak pada tingkat pengetahuan ibu yang tinggi (73,2%)

dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah (48,4%). Berdasarkan hasil uji

statitistik terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak

Karang Tahun 2012 dengan nilai p value <0,05 dan Odds Ratio (OR) = 2,92 artinya

ibu dengan pengetahuan tinggi mempunyai peluang 2,92 kali untuk memberikan

imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendi

(2010), dan kawan-kawan di wilayah kerja Puskesmas Dalam Pagar Banjarmasin

bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

ibu dalam memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai p value 0,005

(p<0,05).13

Berdasarkan rekapan pertanyaan pengetahuan dapat dilihat bahwa pertanyaan

yang paling sedikit terjawab dengan benar adalah tentang tempat bayi diimunisasi,

berapa kali imunisasi Polio diberikan, berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan

dan berapa kali imunisasi DPT-HB diberikan. Hal ini disebabkan karena kurangnya

akses informasi masyarakat mengenai informasi kesehatan, dalam hal ini adalah

pengetahuan mengenai imunisasi yang komprehensif. Cakupan imunisasi terkait erat

dengan dengan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap manfaat mendapatkan

imunisasi.32

Ibu yang berpengetahuan tinggi cenderung lebih aktif mengimunisasikan

anaknya dibanding dengan ibu yang berpengetahuan rendah. Hal ini sesuai juga

63

Page 21: Bab 4-6

dengan pengetahuan yang dimiliki oleh ibu sehingga dia mempunyai keinginan

untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat.21,30

Hal ini sesuai dengan teori Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)

bahwa adanya kecendrungan pengetahuan yang tinggi akan lebih berperilaku baik

tentang kesehatan termasuk dalam hal ini untuk berperilaku mengimunisasikan

anaknya. 21,30

5.3.3. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada BayiBeradasarkan hasil penelitian diketahui persentase pemberian imunisasi dasar

lengkap lebih banyak pada sikap ibu yang positif (70,6%) dibandingkan dengan

sikap ibu yang negatif (42,1%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan

yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada

bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 dengan nilai p value

<0,05 dan Odds Ratio (OR) = 3,3 artinya ibu dengan sikap positif mempunyai

peluang 3,3 kali untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Nurapliyanti (2009) di

Kecamatan Pancoran Mas Depok menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara sikap ibu dengan perilaku mengimunisasikan bayinya dengan nilai p value

0,024 (p<0,05) dan Odds Ratio = 3,846.23

Berdasarkan rekapan pernyataan sikap responden diketahui bahwa pernyataan

sikap positif responden terbanyak yaitu imunisasi penting dilakukan, program

imunisasi harus ditingkatkan, dan penyuluhan imunisasi penting dilakukan.

Sedangkan sikap negatif responden terbanyak adalah anak sakit flu tidak boleh

diimunisasi, imunisasi menyusahkan keluarga karena bayi pasti sakit, dan jika timbul

gangguan setelah diimunisasi bayi tidak diimunisasi lagi. Padahal jika anak hanya

sakit flu yang ringan maka boleh saja dilakukan imunisasi, asalkan anak tidak

64

Page 22: Bab 4-6

demam dan tidak rewel. Jika bayi sangat rewel maka tunda melakukan imunisasi 1

hingga 2 minggu. Menurut Seodjatmiko (2009), setiap vaksin memiliki reaksi

berbeda-beda, tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas tiap anak.

Namun, jika para orangtua mengetahui informasi penting mengenai reaksi yang

mungkin timbul setelah imunisasi dan solusinya, sebenarnya orang tua tidak perlu

panik dan dapat mengatasinya serta tidak perlu menghentikan imunisasi.2,32

Berdasarkan rencana operasional promosi kesehatan ibu dan anak

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia masih terdapat permasalahan dalam hal

kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan efek

sampingnya, hal ini disebabkan karena masih kurangnya akses terhadap informasi

kesehatan dan penyuluhan secara aktif yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

Menurut Alport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa

sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan (keyakinan),

kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek dan

kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) artinya sikap adalah merupakan

komponen mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap merupakan ancang-

ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). 21,30

Pada penelitian ini terdapat hubungan antara sikap dengan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi. Karena perilaku seseorang tidak hanya semata-

mata dipengaruhi oleh sikap tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu

predisposing, enabling dan reinforcing. Faktor predisposing antara lain berhubungan

dengan pengetahuan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor enabling seperti

sarana-sarana kesehatan termasuk standar pelayanan di Puskesmas. Faktor

reinforcing berupa dukungan dari pihak terkait seperti peran serta masyarakat dan

peraturan pemerintah dan lain lain. 21,30

65

Page 23: Bab 4-6

5.3.4. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada BayiBerdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa proporsi pemberian imunisasi

dasar lengkap lebih sedikit pada suami yang mendukung (54,8%) dibandingkan

dengan suami yang tidak mendukung (69,6%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja puskesmas ulak karang

kecamatan padang utara tahun 2012 dengan nilai p value >0,05.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendi

(2010), dan kawan-kawan di wilayah kerja Puskesmas Dalam Pagar Banjarmasin

bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan kepatuhan ibu

dalam memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai p value 0,009

(p<0,05).13

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) dapat disimpulkan

bahwa keluarga mempunyai peranan penting dalam perilaku kesehatan dan dalam hal

ini pemberian imunisasi secara lengkap, jika keluarga tidak mendukung maka akan

mempengaruhi perilaku kesehatan terutama dalam kelengkapan imunisasi pada anak.

Bentuk dukungan yang diberikan keluarga dalam penelitian ini adalah suami

menyarankan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi, mengingatkan jadwal

imunisasi, mengantarkan ibu dan bayi ke tempat imunisasi, dan memberikan pujian

pada ibu jika telah mengimunisasi bayinya. 21,30 Berdasarkan rekapan pernyataan

dukungan suami dapat dilihat bahwa pernyataan dukungan suami yang paling banyak

tidak menjawab ya adalah suami memberikan pujian ibu jika telah mengimunisasi

bayi, dan suami mengantarkan ibu untuk mengimunisasi bayi.

66

Page 24: Bab 4-6

Pada umumnya dalam penelitian ini ibu-ibu sudah bisa mengambil keputusan

sendiri untuk kepentingan kesehatan anaknya dan pada saat posyandu ibu-ibu

umumnya sangat mandiri dengan pergi sendiri tanpa harus didampingi oleh suami.

67

Page 25: Bab 4-6

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan menyangkut

faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian imunisasi dasar lengkap pada

bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara, tahun 2012

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Lebih dari separuh responden memberikan imunisasi dasar lengkap pada

bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

2. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi di

wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

3. Lebih dari separuh responden mempunyai tingkat pengetahuan yang

tinggi mengenai pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah

kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

4. Sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif mengenai

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

5. Lebih dari setengah responden tidak mendapatkan dukungan suami dalam

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

6. Adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

68

Page 26: Bab 4-6

7. Adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

8. Adanya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak

Karang Kecamatan Padang Utara.

9. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

6.2. Saran

1. Diharapkan pada petugas posyandu yang memberikan pelayanan

imunisasi agar memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu dan para keluarga

tentang tempat-tempat bayi yang bisa diimunisasi selain di posyandu,

jumlah pemberian tiap-tiap imunisasi, reaksi dan efek samping dari

masing-masing jenis imunisasi dan solusi menanganinya agar

meningkatnya pengetahuan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap.

2. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor lain

yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap melalui

penelitian kualitatif sehingga jawaban yang diperoleh lebih dalam dan

luas.

69