Bab 3 Persamaan Perubahan Tekanan di Sepanjang Pipa · PDF filebiasanya melibatkan perhitungan...
-
Upload
vuongthien -
Category
Documents
-
view
255 -
download
7
Transcript of Bab 3 Persamaan Perubahan Tekanan di Sepanjang Pipa · PDF filebiasanya melibatkan perhitungan...
13
Bab 3
Persamaan Perubahan Tekanan di Sepanjang
Pipa Alir
Bab berikut membahas tentang model matematika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyumbatan aliran (bottleneck) yaitu model persamaan
perubahan tekanan pada aliran multifasa di sepanjang pipa. Persamaan tersebut
merupakan turunan dari konsep kesetimbangan energi yang berlaku di pipa alir.
Persamaan perubahan tekanan yang digunakan pada pembahasan ini adalah
korelasi Beggs-Brill yang berlaku khusus bagi aliran multifasa, selain itu akan
dikombinasikan juga persamaan perubahan tekanan dan debit alir fluida yang
dilalui choke.
3.1 Persamaan Kesetimbangan Energi Persamaan kesetimbangan energi memperlihatkan kesetimbangan energi
antara 2 titik pada sistem aliran fluida yaitu titik 1 (inlet) dan titik 2 (outlet).[1]
Persamaan tersebut merupakan hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa
energi fluida yang memasuki titik 1 ditambah usaha tambahan yang dilakukan
fluida antara titik 1 dan 2, dikurangi dengan energi yang hilang oleh sistem antara
titik 1 dan 2, adalah sama dengan energi dari fluida yang meninggalkan titik 2,
seperti terlihat pada gambar 3.1. Persamaan kesetimbangan energi digunakan
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang menyangkut aliran multifasa
pada pipa, yaitu
2 2
1 1 2 21 1 1 2 2 22 2c c c c
mv mgz mv mgzU p V q W U p Vg g g g
+ + + + − = + + + (3.1)
Masing-masing komponen dari persamaan (3.1) didefinisikan sebagai berikut:
14
1. Energi Dalam, U .
Energi dalam merupakan energi yang termuat di fluida, dapat berupa
energi rotasi, translasi, atau vibrasi dari molekul-molekul. Energi dalam
tidak dapat diukur namun nilai mutlaknya dapat dihitung.
2. Energi Kinetik, 2
2 c
mvg
.
Energi kinetik merepresentasikan energi yang terjadi akibat adanya
kecepatan dari aliran fluida.
3. Energi Potensial, c
mgzg
.
Energi potensial merupakan energi yang dihasilkan akibat dari posisi,
dengan z adalah ketinggian pipa dari suatu titik tertentu. Pada aliran
horizontal komponen ini tidak ada, sebab 0=z , sedangkan untuk arah
aliran vertikal, komponen energi potensial sangat dominan.
Gambar 3.1: Skema Ilustrasi Persamaan Kesetimbangan Energi di Sepanjang Pipa.[1]
4. Volume Tekanan, pV .
1
1 121
1
2 c
c
Up V
mvg
mgzg
+q (panas yang diberikanke fluida)
out
out
Pq
in
in
Pq
, d l
-W (usaha yang dilakukanpompa terhadap fluida)
pompa
θ
2
2 222
2
2 c
c
Up V
mvg
mgzg
15
Komponen ini merupakan energi dari tekanan yang merepresentasikan
usaha aliran, sebagai properti gabungan dari substansi atau energi
potensial akibat tekanan.
5. Perpindahan Kalor, q .
Komponen ini merepresentasikan energi kalor yang mungkin memasuki
atau meninggalkan sistem. Jika q bernilai positif artinya kalor memasuki
sistem, namun jika q bernilai negatif artinya kalor meninggalkan sistem.
6. Usaha, W .
Jika terdapat usaha yang diberikan pada aliran fluida (pompa), maka W
bernilai negatif, sedangkan jika aliran fluida melakukan suatu usaha
terhadap permukaannya (turbin), maka W bernilai positif.
7. Entalpi, H .
Entalpi didefinisikan sebagai
H U pV= + . (3.2)
Karena nilai dari energi dalam,U , tidak dapat diukur, maka nilai entalpi
dari suatu substansi pun tidak dapat diukur. Namun pada kenyataannya,
biasanya melibatkan perhitungan perubahan entalpi dari satu titik ke titik
lainnya.
8. Entropi, S .
Entropi dari suatu sistem ditentukan oleh keadaan sistem tersebut. Maka
dari itu, perubahan entropi selama suatu proses hanya bergantung pada
keadaan awal dan akhir. Entropi didefinisikan sebagai
2 2
2 1 1 1 pdq dTS S mCT T
− = =∫ ∫ , (3.3)
dimana
dq : perpindahan kalor pada suatu proses reversible,
= pdq mC dT ,
m : lb mass,
pC : spesifik kalor,
T : temperatur.
16
Hubungan antara entropi dan energi dalam yaitu
2 2
1 1
( ) efek lainnyaΔ = + − +∫ ∫ ∫S V
S VU Tds p dV , (3.4)
dimana
2
1∫
S
STds : efek kalor dan
2
1
( )−∫V
Vp dV : efek tekanan.
Sehingga entropi dapat ditulis sebagai
2
1
S
Sq lwTds = +∫ . (3.5)
9. Usaha yang hilang, lw .
Secara umum komponen ini merupakan usaha yang hilang akibat
irreversibilitas dari fluida. Usaha yang hilang tersebut dapat berupa
gesekan dinding, kelicinan, efek gesekan antar fasa, efek viskositas, efek
tekanan permukaan, dll.
3.2 Penurunan Persamaan Kesetimbangan Energi Pada subbab ini akan dibahas tentang penurunan persamaan
kesetimbangan energi (3.1) untuk mendapatkan persamaan perubahan tekanan di
sepanjang pipa alir. Berawal dari (3.1), kemudian semua komponen di ruas kanan
dipindahkan ke ruas kiri, diperoleh
( ) ( )2 2
2 1 2 12 1 2 2 1 1 0
2 2⎛ ⎞ ⎛ ⎞
− + − + − + − + − =⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠c c c c
mv mv mgz mgzU U p V p V W qg g g g
,
( )2
02
⎛ ⎞ ⎛ ⎞Δ + Δ + Δ + Δ + − =⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠c c
mv mgzU pV W qg g
. (3.6)
Substitusi (3.4) dengan efek lainnya 0=∫ dan ( )2 2
1 1
+ = Δ∫ ∫V P
V PpdV Vdp pV ke (3.6),
diperoleh
2 2 2 2
1 1 1 1
2
( ) 02
⎛ ⎞ ⎛ ⎞+ − + Δ + Δ + + + − =⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠∫ ∫ ∫ ∫
S V V P
S V V Pc c
mv mgzTds p dV pdV Vdp W qg g
,
17
2 2
1 1
2
02
⎛ ⎞ ⎛ ⎞+Δ + Δ + + − =⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠∫ ∫
S P
S Pc c
mv mgzTds Vdp W qg g
. (3.7)
Kemudian substitusi persamaan (3.5) ke (3.7), diperoleh
2
1
2
02
⎛ ⎞ ⎛ ⎞+ + Δ + Δ + + − =⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠∫
P
Pc c
mv mgzq lw Vdp W qg g
,
2
1
2
02
⎛ ⎞ ⎛ ⎞+ Δ + Δ + + =⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠∫
P
Pc c
mv mgzVdp W lwg g
, (3.8)
dengan komponen Vdp∫ merupakan penjumlahan dari 1 1pV (usaha untuk
memasukkan fluida), 2 2p V (usaha untuk mengeluarkan fluida), dan pdV∫ .
Persamaan (3.8) merepresentasikan persamaan umum energi yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan arah aliran. Persamaan
tersebut dapat ditulis dalam 1 lb-mass yaitu
( )2
02
⎛ ⎞+ Δ + Δ + + =⎜ ⎟
⎝ ⎠∫
c c
v gVdp z W lwg g
, (3.9)
dimana masing-masing komponen memiliki satuan f
m
ft.lblb
.
Selanjutnya (3.9) dapat ditulis dalam bentuk differensial menjadi
144 ( ) 0+ + + + =c
c c
g g vdvVdp dz dW d lwg g g
, (3.10)
dengan 144 satuan merupakan faktor konversi untuk Δp dari lb/sq ft ke lb/sq in .
Diketahui bahwa ρ =mV
dengan 1=m , maka 1ρ =V
. Sehingga (3.10) menjadi
( ) 0ρ+ + + + =
c c
dp g vdvdz dW d lwg g
(3.11)
Dengan mengasumsikan bahwa tidak ada usaha yang dilakukan atau terjadi pada
fluida ( )0W = dan setiap ruas dari persamaan (3.11) dikalikan dzρ , maka
diperoleh
( ) 0ρ ρ ρ+ + + =
c
dp vdv g d lwdz dz g dz
,
18
( ) 0ρ ρ ρ⎛ ⎞= − + + =⎜ ⎟
⎝ ⎠c
dp vdv g d lwdz dz g dz
. (3.12)
Didefinisikan 2( )
2ρ ρ
=c
d lw f vdz g d
, kemudian substitusi ke (3.12) menjadi
2
sin2ρ ρρ θ= + +
c c
dp g f v vdvdz g g d dz
, (3.13)
dengan
sinρ θc
gg
: faktor elevasi elevasi
dpdz
⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠
,
2
2ρ
c
f vg d
: faktor friksi friksi
dpdz
⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠
, dan
ρvdvdz
: faktor akselerasi akselerasi
dpdz
⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠
.
Jadi, secara umum persamaan perubahan tekanan di sepanjang pipa alir
merupakan total dari perubahan tekanan akibat faktor elevasi, friksi, dan
akselerasi yaitu[1]
⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞= + +⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠elevasi friksi akselerasi
dp dp dp dpdz dz dz dz
(3.14)
3.3 Korelasi Beggs-Brill: Persamaan Perubahan Tekanan
Aliran Multifasa di Sepanjang Pipa Alir Persamaan perubahan tekanan pada aliran multifasa yang akan digunakan
pada tugas akhir ini adalah korelasi Beggs-Brill, yang merupakan bentuk khusus
dari (3.14) yaitu
sin
2
1
ρθ
ρ
+=
−
tp tp m m
c c
tp m sg
c
g f G vg g ddp
v vdzg p
, (3.15)
dengan
Simbol Keterangan Satuan Dimensi
19
g Gravitasi lokal 2ft/sec -2Lt
cg Konstanta konversi, 32.174=cg 2ft/sec -2Lt ρtp Densitas dua fasa lbm/cu ft -3mL
θ Sudut terhadap sumbu horizontal - -
tpf Faktor friksi dua fasa - -
mG Debit fluks massa total lbm/sec.sq ft -2 -1mL t
mv Kecepatan campuran ft/sec -1Lt
d Diameter pipa ft L
sgv Kecepatan superficial gas insitu ft/sec -1Lt p Tekanan lbf/sq ft -1 -2mL t
Tabel 3.1: Tabel Variabel-variabel pada Persamaan Perubahan Tekanan dengan Korelasi
Beggs-Brill.
Pada (3.15) komponen-komponen dpdz
dari masing-masing faktor elevasi, friksi,
dan akselerasi yaitu
elevasi
dpdz
⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠
= sintp
c
ggρ
θ , (3.16)
friksi
dpdz
⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠
= 2tp m m
c
f G vg d
, dan (3.17)
akselerasi
dpdz
⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠
= tp mv dvdz
ρ, (3.18)
dengan
sg
c
vdv dpdz g p dz
= . (3.19)
Sehingga apabila (3.16) sampai dengan (3.19) disubstitusi ke (3.14), akan
diperoleh korelasi Beggs-Brill seperti pada (3.15) yaitu
sin2
tp tp m m sgtp m
c c c
g f G v vdp dpvdz g g d g p dz
ρθ ρ= + + ,
20
1 sin2
sg tp tp m mtp m
c c c
v g f G vdp vdz g p g g d
ρρ θ
⎛ ⎞− = +⎜ ⎟
⎝ ⎠,
sin2
1
tp tp m m
c c
sgtp m
c
g f G vg g ddp
vdzv
g p
ρθ
ρ
+=
⎛ ⎞−⎜ ⎟
⎝ ⎠
.
Prosedur perhitungan nilai perubahan tekanan di sepanjang pipa alir
dengan menggunakan korelasi Beggs-Brill, (3.15), sebagai berikut:[1]
1. Diberikan nilai tekanan masukan (inlet), p .
2. Melalui analisa PVT, dapat diperoleh , , , , , , , ,μ μ μ σ σs o w o w g o wR B B dan
gZ pada tekanan dan temperatur rata-rata, p dan T .
3. Hitung spesifik graviti dari minyak, γ o ,
141.5131.5 API
γ =o .
4. Hitung densitas liquid dan gas pada tekanan dan temperatur rata-rata,
ρL dan ρg ,
11 1
ρ ρ ρ ρ ρ⎛ ⎞ ⎛ ⎞= + = +⎜ ⎟ ⎜ ⎟+ +⎝ ⎠ ⎝ ⎠L o w o o w w
WOR f fWOR WOR
,
dengan
350 0.07645.615
γ γρ
+= o s g
oo
RB
,
3505.615
γρ = ww
wB, dan
0.0764 (520)14.7( 460)
γρ =
+g
gg
pT Z
.
5. Hitung debit in situ gas dan liquid, gq dan Lq ,
73.27 10 ( )( 460)−× − += g o s
g
Z q R R Tq
p dan
21
56.49 10 ( )−= × +L o o w wq q B q B .
6. Hitung nilai kecepatan in situ superficial gas, liquid, dan campuran, gv , Lv ,
dan mv ,
= LsL
p
qvA
,
= gsg
p
qv
A, dan
= +m sL sgv v v .
7. Hitung debit flux massa liquid, gas, dan total, LG , gG , dan mG ,
L L sLG vρ= ,
g g sgG vρ= , dan
m L gG G G= + .
8. Hitung the input liquid content (no-slip holdup), λ ,
λ =+
L
L g
qq q
.
9. Hitung bilangan Froude, FRN , viskositas liquid, μL , viskositas campuran,
μm , dan tegangan permukaan liquid, σ L ,
2
= mFR
vNgd
,
μ μ μ= +L o o w wf f ,
( )( )46.72 10 1μ μ λ μ λ−= × + −m L g , dan
σ σ σ= +L o o w wf f .
10. Hitung bilangan Reynolds (no-slip), RensN , dan liquid velocity
number, LVN ,
Re μ= m
nsm
G dN dan
22
0.25
1.938 LLV sL
LN v ρ
σ⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠
= .
11. Tentukan pola aliran melalui analisa parameter 1L , 2L , 3L , dan 4L , dengan
0.3021 316λ=L ,
1.45162 0.1λ−=L ,
2.46843 0.0009252λ−=L , dan
6.7284 0.5λ−=L .
Jika
< 0.01λ dan FR 1N < L atau
0.01λ ≥ dan FR 2N < L ,
maka pola aliran bersifat segregated.
Jika
0.01 < < 0.04λ dan 3 FR 1L < N L≤ atau
0.4λ ≥ dan 3 FR 4L < N L≤ ,
maka pola aliran bersifat intermittent.
Jika
0.01λ ≥ dan 2 FR 3L < N L≤ ,
maka pola aliran bersifat transition.
Jika
< 0.4λ dan FR 1N L≥ atau
0.4λ ≥ dan FR 4N > L ,
maka pola aliran bersifat distributed.
12. Hitung nilai horizontal holdup, ( )LH O ,
( )b
L cFR
aH ONλ= ,
dimana nilai a, b, dan c bergantung pada jenis pola aliran yang diberikan
pada tabel 3.2. (Untuk pola aliran transition, perhitungan nilai a, b, dan c
menggunakan interpolasi antara nilai segregated dan intermittent).
23
Pola Aliran a b c
Segregated 0.98 0.4846 0.0868
Intermittent 0.845 0.5351 0.0173
Distributed 1.065 0.5824 0.0609
Tabel 3.2: Tabel Nilai Konstanta a, b, dan c untuk Masing-Masing Pola Aliran.
13. Hitung nilai inclination correction factor coefficient, C ,
( ) ( )LV FR1 ln N Nλ λ= − e f gC d ,
dimana nilai d, e, f, dan g ditentukan berdasarkan masing-masing kondisi
aliran pada tabel 3.3.
Pola Aliran d e f g
Segregated uphill 0.011 -3.768 3.539 -1.614
Intermittent uphill 2.96 0.305 -0.4473 0.0978
Distributed uphill - - C = 0 C = 0
All Downhill 4.70 -0.3692 0.1244 -0.5056
Tabel 3.3: Tabel Nilai Konstanta d, e, f, dan g untuk Masing-Masing Kondisi Aliran.
14. Hitung nilai liquid holdup inclination correction factor, ψ ,
( ) ( )31 sin 1.8 0.333sin 1.8ψ θ θ⎡ ⎤= + −⎣ ⎦C ,
dengan θ merupakan sudut kemiringan dari pipa alir terhadap sumbu
horizontal.
15. Hitung nilai liquid holdup, ( )θLH , dan densitas dua fasa, tpρ ,
( ) ( )θ ψ=L LH H O dan
( ) ( )( )1ρ ρ ρ= + −tp L L g LH O H O .
16. Hitung nilai rasio faktor friksi,
tp S
ns
fe
f= ,
24
dimana
( )( ) ( )( ) ( )( )( )2 4
ln
0.0523 3.182ln 0.8725 ln 0.01853 ln=
− + − +
yS
y y y
dan
( )( )λθ
=L
yH
.
S terbatas pada interval 1 1.2y< < dan jika nilai y berada pada interval
tersebut, maka perhitungan untuk S menjadi
( )ln 2.2 -1.2=S y .
17. Hitung nilai faktor friksi (no-slip), nsf ,
2
Re
Re
1
2log4.5223log 3.8215
=⎛ ⎞⎛ ⎞⎜ ⎟⎜ ⎟−⎝ ⎠⎝ ⎠
ns
ns
ns
fNN
.
18. Hitung nilai faktor friksi dua fasa, tpf ,
= tptp ns
ns
ff f
f.
19. Hitung nilai perubahan tekanan di sepanjang pipa alir dengan
menggunakan persamaan (3.15).
Catatan:
Khusus untuk kasus aliran horizontal, langkah 14 – 16 tidak diperhitungkan.
3.4 Persamaan Debit Alir dan Perubahan Tekanan pada Aliran
yang Melalui Choke Hubungan antara tekanan, debit alir, dan ukuran choke untuk aliran kritik
dua fasa (gas dan cairan) yang melalui choke adalah
1 =c
La
bq Rpd
, (3.20)
dimana
25
1p : tekanan awal (upstream), psia,
Lq : debit alir liquid, STB/day,
R : rasio antara gas dan liquid, scf/STB,
d : diameter choke, inch, dan
, ,a b c : konstanta choke.
Nilai dari konstanta , ,a b c diberikan pada tabel 3.4 yaitu
Investigator a b c
Ros 2.00 34.25 10−× 0.50
Gilbert 1.89 33.86 10−× 0.546
Baxendell 1.93 33.12 10−× 0.54
Achong 1.88 31.54 10−× 0.65
Tabel 3.4: Tabel Nilai Konstanta Choke , ,a b c .[2]
Pada saat choke dialiri suatu fluida, maka aliran fluida tersebut bersifat
kritik. Secara empirik, penentuan nilai tekanan keluaran dari sistem (choke) dapat
menggunakan persamaan rasio kritik antara tekanan keluaran (downstream), 2p ,
terhadap tekanan masukan (upstream), 1p , yaitu:
Didefinisikan rasio tekanan kritik
1
2
1
⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠−⎛ ⎞= ⎜ ⎟
⎝ ⎠=
kk
cp Nyp D
, (3.21)
dimana
( ) ( )1 1
1
1 11
g
L
X ykNk X
ρρ
− −= +
− dan (3.22)
( ) ( )1 2 1 2
1 1
1 11 2 2
g g
L L
n X Xk n nk X X
Dρ ρ
ρ ρ− −⎡ ⎤
+ + + ⎢ ⎥− ⎣ ⎦= , (3.23)
dengan
1X : fraksi masa gas pada kondisi awal (kualitas),
26
1gρ : densitas gas pada kondisi awal,
2gρ : densitas gas pada kondisi akhir (downstream),
Lρ : densitas liquid pada kondisi awal,
k : rasio dari spesifik kalor untuk gas, /p vC C ,
( )( )
1
1 111 p v
v L
X C CX C X C
n−
+ −= + , (3.24)
dimana
LC : spesifik kalor untuk liquid.
( )
( ) ( )1
0.07640.0764 5.615
g o s
g o s o o o w w w
R f RX
R f R f B f Bγ
γ ρ ρ−
=− + +
, (3.25)
dimana
gγ : spesifik graviti dari gas,
R : GLR, gas liquid rasio, scf/STBL,
of : fraksi dari aliran minyak, ( )/o o wq q q+ ,
wf : fraksi dari aliran air, ( )1 of− ,
sR : rasio larutan gas-minyak pada 1 1, p T , scf/STBO,
oρ : densitas minyak pada 1 1, p T , lbm/ft3,
wρ : densitas air pada 1 1, p T , lbm/ft3,
oB : faktor volume formasi minyak pada 1 1, p T , dan
wB : faktor volume formasi air pada 1 1, p T .
Berdasarkan fungsi utama dari choke yaitu mengontrol debit alir fluida,
maka pada saat fluida memasuki choke, debit alir fluida yang keluar akan
berubah. Debit alir fluida tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
empirik yaitu
27
( )( ) ( )
( )
0.51/2
1121 2
2 1 1
11 10.5251
k kd
L mM L g
X k yX yC dq pC k
ρρ ρ
−⎧ ⎫⎡ ⎤⎪ ⎪⎢ ⎥⎨ ⎬⎢ ⎥⎪ ⎪⎣ ⎦⎩ ⎭
−− −= +
−, (3.26)
dimana
( )
1
112 1/
11
1m k
Lg
XXy
ρρρ
−⎡ ⎤⎢ ⎥⎢ ⎥⎣ ⎦
−= + dan (3.27)
( ) ( )7 52 8.84 10 6.5 10g o s o o o w w wMC R f R f B f Bγ ρ ρ− −= × − + × + . (3.28)
dengan
d : diameter dalam choke, inch,
1p : tekanan masukan (upstream), psia,
ρL : densitas liquid, lbm/ft3,
1ρg : densitas gas pada 1 1, p T , lbm/ft3, dan
1X : kualitas pada 1 1, p T .