BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre...

64
28 Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Pre Test dan Po st Test Pada bab ini, penulis akan menganalisis data – data penelitian kelas yang telah penulis kumpulkan selama kurang lebih sebulan, guna mengetahui hasil daripada metode pengajaran yang penulis terapkan pada masing – masing kelas penelitian, dalam hal ini kelas 04 PBN dan 04 PCN. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis persentase nilai pengajaran onomatope melalui lagu, yang penulis terapkan pada mahasiswa – mahasiswi Universitas Bina Nusantara kelas 04 PCN, serta analisis persentase nilai pengajaran onomatope tidak lewat lagu, yang diterapkan pada mahasiswa – mahasiswi Universitas Bina Nusantara kelas 04 PBN. 3.1.1 Analisis Persentase Nilai Pre Test dan Post Test pada Responden yang Mendapat Pengajaran Onomatope Lewat Lagu Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada responden, yakni pengajaran onomatope lewat lagu, maka dapat terlihat bahwa sebagian besar responden yang terlibat penelitian ini mengalami kenaikan nilai. Responden yang menjadi objek penelitian penulis dalam menerapkan metode pengajaran lewat lagu, berjumlah sepuluh orang mahasiswa – mahasiswi Universitas Bina Nusantara, yang memiliki rata – rata nilai pre test dan post test sebagai berikut ;

Transcript of BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre...

Page 1: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

28

Bab 3

Analisis Data

3.1 Analisis Pre Test dan Post Test

Pada bab ini, penulis akan menganalisis data – data penelitian kelas yang telah

penulis kumpulkan selama kurang lebih sebulan, guna mengetahui hasil daripada metode

pengajaran yang penulis terapkan pada masing – masing kelas penelitian, dalam hal ini

kelas 04 PBN dan 04 PCN.

Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis

persentase nilai pengajaran onomatope melalui lagu, yang penulis terapkan pada

mahasiswa – mahasiswi Universitas Bina Nusantara kelas 04 PCN, serta analisis

persentase nilai pengajaran onomatope tidak lewat lagu, yang diterapkan pada

mahasiswa – mahasiswi Universitas Bina Nusantara kelas 04 PBN.

3.1.1 Analisis Persentase Nilai Pre Test dan Post Test pada Responden yang

Mendapat Pengajaran Onomatope Lewat Lagu

Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada responden, yakni pengajaran

onomatope lewat lagu, maka dapat terlihat bahwa sebagian besar responden yang terlibat

penelitian ini mengalami kenaikan nilai. Responden yang menjadi objek penelitian

penulis dalam menerapkan metode pengajaran lewat lagu, berjumlah sepuluh orang

mahasiswa – mahasiswi Universitas Bina Nusantara, yang memiliki rata – rata nilai pre

test dan post test sebagai berikut ;

Page 2: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

29

Tabel 3.1

Nilai Rata – Rata Pre Test Responden Pengajaran Lewat Lagu

Nilai Pre Test Persentase Nilai Rata - rata Nilai Rata – Rata Pre Test Responden

Pengajaran Lewat Lagu 67 67 %

Tabel 3.2

Nilai Rata – Rata Post Test Responden Pengajaran Lewat Lagu

Nilai Post Test Persentase Nilai Rata - rata Nilai Rata – Rata Post Test

Responden Pengajaran Lewat Lagu 87 87%

Melalui tabel – tabel di atas, dapat dilihat bahwa perbandingan nilai rata – rata Pre

Test dan Post Test Responden Pengajaran Lewat Lagu, mengalami kenaikan sebesar 20

poin, yang apabila dipersenkan menjadi sebesar 20% kenaikan.

Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan keseluruhan grafik nilai pre test dan

post test responden pengajaran lewat lagu masing – masing responden.

Page 3: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

30

Tabel 3.3

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Pengajaran Lewat Lagu

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Pengajaran Lewat Lagu

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Liana Sylvia Lidya Tania Veni C IndahRevita

IndahApriani

Gelia Git a Miriam Paramitha

Responden

Nila

i

Series1 Series2

Grafik di atas ini menunjukkan perbandingan nilai pre test dan post test responden

yang mendapat pengajaran lewat lagu. Nilai pre test responden ditandai dengan grafik

batang yang berwarna biru, sedangkan nilai post test responden ditandai dengan grafik

batang berwarna ungu.

Dari grafik di atas, dapat dilihat ada peningkatan nilai yang signifikan. Apabila pada

pre test yang mendapat nilai tertinggi adalah Liana dan Gita, yaitu sebesar 80 poin,

maka pada post test, disamping Liana dan Gita mengalami kenaikan nilai sebesar 20

poin, terdapat tiga responden lain yang juga mendapat nilai sempurna, yakni 100 poin.

Mereka adalah Indah Revita, Indah Apriani, dan juga Paramitha. Nilai keseluruhan rata

– rata post test pada pengajaran lewat lagu ini, naik sebesar 20 poin, yaitu menjadi 87

poin.

Page 4: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

31

Dari perbandingan kedua grafik ini, dapat diamati bahwa sebagian besar responden

yang mendapat pengajaran onomatope melalui lagu, mengalami kenaikan nilai yang

signifikan.

3.1.2 Analisis Persentase Nilai Pre Test dan Post Test pada Responden yang

Mendapat Pengajaran Onomatope Tanpa Lagu

Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada responden, yakni pengajaran tidak

melalui lagu, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian responden yang terlibat

penelitian ini mengalami penurunan nilai. Responden yang menjadi objek penelitian

penulis dalam menerapkan metode pengajaran tidak lewat lagu, berjumlah sepuluh orang

mahasiswa – mahasiswi Universitas Bina Nusantara, yang memiliki rata – rata nilai pre

test dan post test sebagai berikut ;

Tabel 3.4

Nilai Rata – Rata Pre Test Responden Pengajaran Tidak Lewat Lagu

Nilai Pre Test Persentase Nilai Rata - rata Nilai Rata – Rata Pre Test Responden

Pengajaran Tidak Lewat Lagu 66 66 %

Tabel 3.5

Nilai Rata – Rata Post Test Responden Pengajaran Tidak Lewat Lagu

Nilai Post Test Persentase Nilai Rata - rata Nilai Rata – Rata Post Test

Responden Pengajaran Tidak Lewat

Lagu 42 42%

Page 5: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

32

Melalui tabel – tabel di atas, dapat dilihat bahwa perbandingan nilai rata – rata Pre

Test dan Post Test Responden Pengajaran Tidak Lewat Lagu, mengalami penurunan

sebesar 24 poin, yang apabila dipersenkan menjadi sebesar 24% penurunan.

Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan keseluruhan grafik nilai pre test dan

post test responden pengajaran tidak lewat lagu masing – masing responden.

Tabel 3.6

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Pengajaran Tanpa Lagu

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Pengajaran Tanpa Lagu

0102030405060708090

100

Sherly Stephanie Devina Yurida Paulana Sri M Vivi Sheela Erwin Nadindra

Responden

Nila

i

Series1 Series2

Grafik di atas ini menunjukkan perbandingan nilai pre test dan post test responden

yang mendapat pengajaran tidak lewat lagu. Nilai pre test responden ditandai dengan

grafik batang yang berwarna biru, sedangkan nilai post test responden ditandai dengan

grafik batang berwarna ungu.

Dari Grafik di atas, dapat diamati bahwa terdapat dua responden yang mendapatkan

nilai tertinggi, yaitu sebesar 90 poin. Para responden tersebut adalah Yurida dan Erwin.

Page 6: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

33

Sedangkan nilai keseluruhan rata – rata kelas pada pre test pengajaran onomatope tidak

melalui lagu, sebesar 66 poin (66%).

Dapat diamati pula, bahwa ada penurunan nilai pada beberapa responden. Apabila

pada pre test yang mendapat nilai tertinggi adalah Yurida dan Erwin, yaitu sebesar 90

poin, maka pada post test, Yurida dan Erwin mengalami penurunan nilai. Nilai Yurida

turun menjadi 60, sedangkan nilai Erwin turun menjadi 70.

Yang menduduki peringkat tertinggi adalah Sherly, yang juga mengalami kenaikan

nilai apabila dibandingkan pre test dan post test. Pada saat pre test, Sherly mendapat

nilai sebesar 80, dan mengalami kenaikan sebesar 10 poin menjadi 90 pada post test.

Nilai keseluruhan rata – rata post test responden pengajaran tidak melalui lagu adalah

42 poin (42%), dimana mengalami penurunan sebanyak 24 poin dari pre test.

Dari perbandingan kedua grafik ini, dapat diamati bahwa sebagian besar responden

pengajaran onomatope tidak melalui lagu, mengalami penurunan nilai.

3.2 Hubungan Analisis Strategi Pengajaran Melalui Media Lagu Dengan Strategi

Pembelajaran

Kemp ( 1995 ) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif dan efisien. Hal ini berarti ada dua poin penting yang diperlukan

dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu pengajar dan juga pemelajar. Oleh karena itu,

pada sub bab ini, penulis akan menganalisis metode pengajaran onomatope lewat lagu,

yang telah penulis terapkan dalam kelas penelitian, dihubungkan dengan strategi

pembelajaran, yang ditinjau dari sudut pandang penulis selaku pengajar, serta dari sudut

pandang responden selaku pemelajar.

Page 7: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

34

Untuk lebih jelasnya, analisis tersebut akan penulis bahas dalam sub bab yang

terpisah di bawah ini.

3.2.1 Hubungan Analisis Strategi Pengajaran Melalui Lagu Dengan Strategi

Pembelajaran Ditinjau dari Sudut Pandang Pengajar

Sesuai dengan metode pengajaran bahasa Jepang yang dikatakan Maeda, et.al.

( 1995 : 91 ) bahwa dalam pengajaran sebuah bahasa, ada metode umum dan juga

metode khusus yang dapat dipergunakan agar pemelajar bahasa dapat belajar dengan

efisien, sehingga membuahkan hasil. Dalam hal ini, metode khusus yang penulis

gunakan dalam pengajaran onomatope pada kelas penelitian yang diadakan, adalah

metode pengajaran lewat lagu. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan Jensen ( 2008 :

32 ) bahwa beberapa aplikasi – aplikasi praktis yang dapat dipakai untuk mendukung

dalam pengajaran adalah dengan cara menggunakan nada lagu tertentu yang

dihubungkan dengan lirik – lirik yang merepresentasikan pembelajaran baru.

Menurut analisis data pada sub bab sebelumnya, dapat terlihat kenaikan nilai yang

signifikan, yang dicapai para responden yang mendapat pengajaran onomatope lewat

lagu. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode pengajaran lewat lagu, dapat menjadi

salah satu pilihan pengajaran bahasa dengan metode khusus yang dapat dipraktekkan,

sehingga membuahkan hasil.

Ziliang dan Renfu dalam Tjahjadi (1996 : 165) juga mengatakan bahwa pengajaran

bahasa harus didistribusikan ke dalam empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis.

Sesuai dengan teori di atas, maka dapat penulis katakan bahwa pengajaran lewat lagu,

telah menjadi salah satu alternatif metode pengajaran onomatope yang penulis pilih,

Page 8: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

35

sehingga disamping menguasai tentang materi pelajaran yang diberikan, yaitu

onomatope, para pemelajar juga sekaligus mempunyai empat keterampilan dalam

penguasaan sebuah bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Untuk lebih jelasnya kegiatan yang dilakukan oleh penulis selaku pengajar di kelas,

dalam meningkatkan keterampilan berbahasa para responden, akan penulis gambarkan

dengan tabel pada halaman selanjutnya ;

Tabel 3.7

Kegiatan yang Dilakukan Pengajar di Kelas

Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Para Responden

Empat Keterampilan Berbahasa

Kegiatan yang Dilakukan

Menyimak Penulis memperdengarkan lagu yang berhubungan dengan

onomatope yang diajarkan, kepada para responden

Berbicara Bersama – sama responden bernyanyi

Membaca Mengajak responden membaca syair lagu

(dalam bahasa Jepang )yang berhubungan dengan onomatope

Menulis Membagikan soal – soal latihan dan tes dalam bentuk tertulis

untuk dikerjakan di setiap pertemuan

Pada tabel di atas, dapat dilihat dengan jelas hal – hal yang telah penulis, selaku

pengajar lakukan, di kelas penelitian untuk meningkatkan keterampilan berbahasa para

responden.

Hal ini, penulis mulai dengan cara, penulis bernyanyi untuk memperdengarkan lagu

yang telah penulis buat, yang berhubungan dengan onomatope yang diajarkan, kepada

para responden. Melalui cara ini, ketrampilan responden dalam hal menyimak dapat

Page 9: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

36

terlatih. Setelah itu penulis membagikan syair lagu yang penulis nyanyikan, lalu

meminta responden untuk membaca sekilas, untuk melatih ketrampilan mereka dalam

hal membaca, kemudian menyanyikan lagu tersebut. Sehingga pada saat bernyanyi, para

responden melatih ketrampilan mereka dalam hal berbicara. Di bawah ini, penulis

sertakan contoh syair lagu onomatope yang berhubungan dengan berbicara, yang

dipergunakan penulis dalam metode pengajaran lewat lagu.

にほんご ぺらぺら、 おしゃべり ぺちゃくちゃ

はっきり はきはき、 ひみつ ひそひそ

いいわけ だめ です、 もごもご はなせない

Lagu di atas, penulis bersama – sama responden, nyanyikan sesuai dengan nada lagu

Twinkle – Twinkle Little Star yang memiliki nada sederhana dan telah diketahui oleh

para responden sebelumnya.

Pada setiap pertemuannya, disertakan pula soal – soal latihan maupun tes, untuk

dikerjakan para responden. Soal latihan dan tes yang diberikan sangatlah beragam.

Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal

post test serta latihan lainnya, dalam bentuk isian.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah contoh soal pre test , latihan, maupun post

test yang diberikan penulis pada responden.

Contoh soal pre test atau latihan yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda ;

A : この 映画、 おもしろい ?

B : おもしろいよ。 ( a. くすくす b. げらげら ) 笑いすぎて、 おなか が 痛く

なかった。

Page 10: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

37

Contoh soal post test atau latihan yang diberikan dalam bentuk isian ;

A : お子さん はお元気? もう すぐ 1歳 でしたね。

B : ええ、 最近 は _________________ 歩くんですよ。

Seperti contoh soal – soal di atas, yang penulis berikan kepada responden tiap

pertemuan pada kelas penelitian, hal ini tentu saja sekaligus melatih para responden

untuk mengasah ketrampilan membaca dan menulis mereka.

Melalui penjelasan di atas, dapat penulis katakan bahwa, hal – hal yang penulis

lakukan dalam kelas penelitian, sesuai dengan teori empat kemampuan bahasa, dimana

pengajaran bahasa itu harus didistribusikan ke dalam empat ketrampilan, yaitu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Pengajaran onomatope lewat lagu yang penulis terapkan, juga didukung oleh strategi

pembelajaran yang penulis gunakan, yang adalah strategi pembelajaran secara langsung.

Dalam pengajaran onomatope lewat lagu ini, strategi pembelajaran secara langsung yang

penulis terapkan adalah strategi pembelajaran kognitif ( ninchi sutoratejii ), dan strategi

pembelajaran memori ( kioku sutoratejii ).

Untuk lebih jelasnya analisis metode pengajaran onomatope melalui lagu ini, akan

penulis hubungkan dengan strategi pembelajaran kognitif dan juga memori, dalam sub

bab yang dipisah, di bawah ini.

Page 11: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

38

3.2.1.1 Hubungan Analisis Strategi Pengajaran Onomatope Melalui Lagu Dengan

Strategi Pembelajaran Kognitif ( 認知 ストラテジー ) Ditinjau dari Sudut

Penulis Selaku Pengajar

Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya pada bab dua, berisikan tentang teori

yang penulis pakai sebagai dasar penelitian kelas ini, bahwa salah satu strategi

pembelajaran yang penulis gunakan adalah strategi kognitif ( 認知 ストラテジー ),

yang menurut Oxford ( 1995 : 43 ) adalah hal tentang melakukan latihan, menerima dan

mengirim pesan, melakukan analisa dan penarikan kesimpulan, serta membuat struktur

input dan output.

Untuk lebih jelasnya mengenai hal – hal yang penulis lakukan di kelas penelitian

yang penulis adakan, akan digambarkan dengan tabel di bawah ini.

Tabel 3.8

Strategi Pembelajaran Kognitif (認知 ストラテジー )

yang Telah Dilakukan Penulis pada Kelas Penelitian

Strategi Kognitif Hal yang dilakukan Ya Tidak

Repetisi atau pengulangan √

Latihan dengan sistem suara dan tulisan √

Memakai ekspresi yang tepat untuk mengingat √

Membuat kombinasi yang baru √

Melakukan

Latihan

( 練習をする)

Latihan di dalam kondisi yang sebenarnya √

Menerima maksud atau pengertian dengan cepat

Mendapat dan Mengirim Informasi

( 情報内容を受け

取ったり、 送ったりする)

Menggunakan bermacam – macam data untuk

mendapat dan mengirim isi informasi

Menarik kesimpulan dengan cara meringkas √

Page 12: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

39

Menganalisis ekspresi √

Melakukan analisis, sambil membandingkan bahasa √

Menerjemahkan √

Melakukan analisis dan penarikan kesimpulan

( 分析したり、 推論したりする) Melakukan transfer bahasa ibu √

Membuat catatan

Membuat ringkasan

Membuat struktur input dan output (インプット と アウトプット の

ための 構造を作る)

Membuat penegasan √

Dari tabel di atas, dapat diamati dengan jelas, hal – hal apa saja yang telah penulis

lakukan, selaku pengajar di kelas penelitian yang penulis adakan. Sesuai dengan strategi

pembelajaran kognitif yang pertama, bahwa yang perlu dilakukan pengajar adalah

berlatih, maka pada setiap pertemuannya, penulis selalu melakukan persiapan dengan

cara mengadakan latihan dalam bentuk pengulangan atau repetisi, latihan dengan sistem

suara dan tulisan, latihan dengan memakai ekspresi yang tepat, membuat kombinasi baru,

serta latihan di dalam kondisi yang sebenarnya ( Oxford, 1995 : 43 ).

Salah satu latihan dalam bentuk pengulangan yang penulis lakukan, adalah

mengulang terlebih dahulu materi pelajaran yang akan penulis ajarkan pada kelas

penelitian, dengan cara mengulang lagu – lagu yang telah penulis siapkan untuk

diajarkan, serta membuat soal soal latihan dalam bentuk pilihan ganda maupun isian

untuk setiap pertemuannya. Sehingga dengan pengulangan atau repetisi, penulis benar –

benar yakin serta menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan kepada responden.

Strategi kognitif tentang latihan dengan berulang ini, juga penulis selaku pengajar

terapkan pada responden, dengan cara memberi latihan dalam bentuk pengulangan –

Page 13: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

40

pengulangan materi di kelas, serta latihan dalam bentuk tertulis setiap pertemuannya

( Oxford, 1995 : 45 ).

Melalui pengajaran onomatope lewat lagu, penulis berlatih dengan sistem suara dan

tulisan dengan cara, berlatih terlebih dahulu lagu yang akan dipakai responden sebagai

materi pelajaran, untuk menghindari kesalahan pada saat penyampaian materi pelajaran.

Selain itu, penulis juga berlatih membuat soal yang tepat dan sesuai bagi responden,

sehingga apa yang diajarkan di dalam kelas, sesuai dengan apa yang menjadi soal latihan

bagi para responden. Latihan dengan sistem suara dan tulisan juga penulis terapkan pada

kelas penelitian penulis dengan cara memberi latihan – latihan dan tes yang mendukung

sistem suara dan tulisan, yaitu dengan cara bernyanyi dan pemberian latihan atau tes

dalam bentuk tertulis ( Oxford, 1995 : 45 ).

Pengajaran onomatope lewat lagu yang dipraktekkan, juga memberikan penulis dan

responden suasana latihan di dalam kondisi yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan

dengan cara, bukan hanya penulis selaku pengajar yang aktif di kelas, namun penulis

juga mengajak responden untuk turut serta mengambil bagian dalam kegiatan

pembelajaran yang diadakan, dengan cara bernyanyi bersama – sama. Sehingga

keterlibatan pengajar dan juga pemelajar dapat dirasakan dalam suasana belajar dengan

media lagu ( Oxford, 1995 : 45 ).

Selain membuat kombinasi yang baru dalam kegiatan pembelajaran, yakni

mengkombinasikan lagu sebagai salah satu media dalam penyampaian materi pengajaran,

sambil bernyanyi, penulis juga mengekspresikan maksud atau isi dari lagu yang

diajarkan tersebut, melalui gerakan sehari – hari yang tepat dan sesuai. Hal ini bertujuan

agar responden dapat lebih menangkap makna yang terdapat dalam lagu tersebut

( Oxford, 1995 : 45 ).

Page 14: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

41

Untuk lebih jelasnya hal – hal yang penulis selaku pengajar lakukan dalam kelas

penelitian yang diadakan, yang sesuai dengan strategi pembelajaran kognitif yang

pertama, yaitu melakukan latihan, akan penulis sertakan contoh lagu yang diajarkan,

dihubungkan dengan strategi yang digunakan, di bawah ini ;

あかちゃん よちよち

いそいで すたすた

しつれん とぼとぼ

まわる うろうろ

ふとった おきい ひと、 のしのし あるく

Di atas adalah contoh lirik dari salah satu onomatope yang penulis ajarkan, yaitu

onomatope yang berhubungan dengan cara berjalan. Lagu di atas, penulis nyanyikan tiap

pertemuannya, sesuai dengan nada lagu Twinkle – Twinkle Little Star. Ekspresi yang

penulis pakai untuk membantu responden dalam mengingat adalah, misalkan pada lirik

あかちゃん よちよち , penulis akan meniru cara jalan bayi yang masih belum

seimbang, belum mantap, dan mempunyai langkah kecil. Sedangkan, pada lirik

selanjutnya, いそいで すたすた, penulis akan berjalan tegap, terburu - buru, langkah

orang dewasa, dan berjalan lemah, letih, tidak bersemangat, berjalan dengan perasaan

kecewa pada lirik しつれん とぼとぼ. Pada lirik まわる うろうろ, penulis berjalan

tidak tentu arah, berjalan berputar – putar di tempat, seperti orang tidak bertujuan yang

kebingungan, serta menirukan gaya berjalan pesumo dan hewan – hewan besar seperti

beruang, untuk mengekspresikan lirik ふとった おきい ひと、 のしのし あるく.

Page 15: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

42

Sedangkan contoh soal yang penulis berikan sehubungan dengan onomatope di atas

adalah seperti di bawah ini;

A : お子さん はお元気? もう すぐ 1歳 でしたね.

B : ええ、 最近 は _________________ 歩くんですよ.

Strategi pembelajaran kognitif yang kedua, yaitu mendapat dan mengirim informasi,

yang berarti pengajar mengirimkan info berupa materi pelajaran yang telah ia pelajari

kepada murid – murid didiknya. Hal ini penulis lakukan dalam bentuk mempelajari dan

mengerti terlebih dahulu bahan pelajaran yang akan penulis sampaikan di kelas,

sehingga tidak terjadi kesalahan penyampaian materi pelajaran dan para pelajar dapat

menangkap maksud pengajaran yang diberikan dengan cepat. Penulis juga menggunakan

berbagai sumber dari bermacam – macam buku yang berhubungan, sebagai pedoman

dalam materi pengajaran yang penulis sampaikan di kelas, serta untuk membuat soal

latihan bagi para responden, yang kemudian soal – soal tersebut dibagikan penulis

kepada para responden untuk dikerjakan sebagai latihan di kelas penelitian pada setiap

pertemuannya. Buku – buku yang penulis gunakan sebagai pedoman dalam mempelajari

terlebih dahulu materi pelajaran yang akan penulis sampaikan di kelas, diantaranya

adalah buku karangan Hiroko Fukuda, Yamamoto Hiroko, Hinata Shigeo, serta Hibiya

Jyunko ( Oxford, 1995 : 46 ).

Pada strategi pembelajaran kognitif yang ketiga, yaitu melakukan analisis dan

penarikan kesimpulan, terdapat lima hal yang perlu dilakukan baik oleh pengajar

maupun pemelajar. Hal – hal tersebut adalah menarik kesimpulan dengan cara

peringkasan, menganalisis ekspresi, melakukan analisis sambil membandingkan bahasa,

menerjemahkan, serta melakukan transfer bahasa ibu ( Oxford, 1995 : 46 ).

Page 16: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

43

Penulis selaku pengajar, telah menerapkan kelima hal ini dalam strategi pengajaran

lewat lagu, dimana untuk membuat lagu – lagu tersebut, penulis melakukan penarikan

kesimpulan dengan cara membuat ringkasan dari bahan – bahan atau data yang penulis

pakai sebagai panduan dalam materi pelajaran yang penulis sampaikan dalam kelas

penelitian. Sehingga dari ringkasan yang penulis buat, dapat penulis tarik kesimpulan

dan kemudian penulis kembangkan menjadi kata – kata yang terdapat di dalam sebuah

lagu yang akan penulis pakai sebagai materi pengajaran pada kelas penelitian. Penulis

juga melakukan analisis ekspresi dari data – data yang menjadi panduan penulis dalam

memberi materi pelajaran onomatope, sehingga ekspresi yang penulis sampaikan di

kelas penelitian, tepat dan sesuai. Kemudian penulis akan menerapkan hal ini juga

kepada para pemelajar, dengan cara meminta mereka untuk menganalisis ekspresi yang

penulis berikan di kelas. Sambil melakukan analisis, penulis juga membandingkan

bahasa Jepang yang menjadi bahasa pengantar penulis dalam memberikan materi

pengajaran onomatope dalam bentuk lagu, dengan bahasa Indonesia yang merupakan

bahasa ibu pemelajar, sehingga dalam penyampaian materi pelajaran, dirasa lebih mudah

dan lebih dimengerti oleh para pemelajar. Hal menerjemahkan dan melakukan transfer

bahasa ibu juga penulis lakukan pada saat mempelajari bahan – bahan sebagai materi

pelajaran onomatope yang akan disampaikan. Pertama – tama, pada saat penulis

mempelajari materi pelajaran tersebut, penulis menerjemahkan isi dari bahan tersebut

yang menggunakan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia secara satu - satu

sehingga dapat penulis pahami maksudnya, lalu penulis sesuaikan arti terjemahan

tersebut dengan konteks kalimat, yang kemudian penulis kembangkan dalam bentuk

lagu dan latihan – latihan yang penulis berikan pada para responden pada tiap pertemuan.

Contohnya pada onomatope yang berhubungan dengan cara berbicara. Salah satu

Page 17: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

44

onomatope yang penulis ajarkan yang berhubungan dengan cara berbicara adalah はき

はき 話す。Dikatakan Yamamoto ( 1993 : 22 ) bahwa はきはき 話す mempunyai

maksud 大きい声で、 一語一語 よく わかるように話す。Setelah membaca

maksud dari pada はきはき 話す yang dijelaskan oleh Yamamoto ( 1993 : 22 ) dalam

bahasa Jepang, penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, menjadi suara besar

dengan, satu kata satu kata baik mengerti supaya berbicara, yang kemudian apabila

disesuaikan dengan bahasa Indonesia menjadi, dengan suara besar, berbicara per kata

supaya dapat dimengerti. Kemudian, penulis analisis ekspresi , menarik kesimpulan dari

onomatope yang dijelaskan, lalu mengembangkannya menjadi sebuah lirik lagu singkat,

tapi mempunyai inti atau maksud yang sama, menjadi はっきり はきはき, yang はっ

きり sendiri mempunyai arti dengan jelas.

Strategi terakhir yang merupakan strategi pembelajaran kognitif adalah membuat

struktur input dan output, yang didalamnya terdiri dari tiga hal yang perlu dilakukan,

yaitu membuat catatan, membuat ringkasan, serta membuat penegasan ( Oxford, 1995 :

47 ). Sebagai pengajar, penulis telah melakukan tiga hal tersebut dengan cara, membuat

catatan serta meringkas apa saja yang menjadi input penulis selaku pengajar, dari para

responden. Input dari para responden, penulis dapat dari nilai – nilai latihan tiap

pertemuannya, saran – saran ataupun pertanyaan dari para responden.

Contoh input yang penulis terima dalam bentuk nilai, akan penulis gambarkan pada

tabel di bawah ini, yang adalah tabel nilai pre test responden pengajaran onomatope

lewat lagu.

Page 18: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

45

Tabel 3.9

Nilai Pre Test Responden

Pengajaran Onomatope Lewat Lagu

Nama Mahasiswa Nilai yang Diperoleh

Liana 80

Sylvia 70

Lidya Tania 60

Veni C 60

Indah Revita 70

Indah Apriani 60

Gelia 60

Gita 80

Miriam 70

Paramitha 60

Tabel di atas yang adalah tabel nilai pre test responden pengajaran onomatope lewat

lagu, yang menjadi input bagi penulis, sebagai tolak ukur kemampuan responden pada

mulanya.

Sedangkan input lain yang penulis terima dari responden, misalnya dari Indah Revita,

yang pada pertemuan kedua, hari Senin, 6 April 2009, memberi masukkan bahwa lagu

yang digunakan pada onomatope yang berhubungan dengan tertawa, sedikit sulit untuk

diingat. Hal ini menjadi masukkan bagi penulis untuk mencari lagu lain yang lebih

memudahkan para responden mengingat materi yang disampaikan.

Page 19: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

46

Oleh karena itu, input dari para responden kepada pengajar sangatlah penting,

sehingga pengajar dapat melihat ada atau tidaknya perkembangan dengan metode

pengajaran yang diterapkan.

Hal pembuatan input ini juga penulis terapkan pada responden dengan cara meminta

mereka membuat catatan, ringkasan, maupun penegasan pada saat penulis memberi

materi pengajaran di kelas.

Sedangkan output dari penulis selaku pengajar adalah hal – hal yang menjadi materi

pengajaran yang disampaikan oleh penulis kepada para responden yang penulis

sampaikan dalam bentuk nyanyian. Untuk menyampaikan output yang penulis punya

kepada para responden, penulis juga membuat catatan dan ringkasan, sehingga pada saat

mengajar, penulis telah tahu dengan pasti apa saja yang akan penulis bicarakan, bahas,

dan latih pada tiap – tiap pertemuan penelitian kelas.

Catatan yang penulis buat, berupa rangkuman atau ringkasan setiap penjelasan bahan

– bahan onomatope yang akan penulis ajarkan di kelas penelitian, kata – kata sulit yang

terdapat dalam bahan pengajaran yang akan disampaikan, juga langkah – langkah yang

harus penulis lakukan tiap pertemuannya. Contoh catatan mengenai langkah – langkah

yang harus penulis lakukan, misalnya pada catatan untuk pertemuan pertama, di bawah

ini ;

Pertemuan 1 :

a) Penjelasan kelas penelitian yang diadakan, waktu serta jam untuk pertemuan –

pertemuan berikutnya.

b) Tanyakan pada responden apa sudah mengenal tentang onomatope yang akan

menjadi materi pengajaran dalam empat pertemuan kelas penelitian.

Page 20: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

47

c) Beri pre test dalam bentuk soal pilihan ganda, dengan waktu mengerjakan lebih

kurang sepuluh menit.

d) Setelah itu, mengajarkan onomatope yang berhubungan dengan わらう dan のむ

dalam bentuk lagu

e) Mengingatkan kembali hal – hal yang perlu dilakukan selanjutnya oleh para

responden.

Hal lain yang juga menjadi catatan penulis berupa saran maupun pertanyaan –

pertanyaan yang diajukan para responden yang dapat berguna bagi penulis dikemudian

hari dalam mengajar pada kelas penelitian selanjutnya.

Penulis juga membuat penegasan pada setiap onomatope yang penulis ajarkan dengan

melakukan penekanan – penekanan suara pada lirik yang dianggap perlu saat beryanyi,

serta meminta responden untuk menggaris bawahi, atau memberi tanda pada kata – kata

yang mereka anggap sulit, pada saat materi tersebut disampaikan. Hal ini tentunya juga

penulis lakukan pada saat mempersiapkan materi pengajaran, yaitu menandai hal – hal

yang penulis anggap penting untuk disampaikan pada responden.

Melalui analisis di atas, dapat dikatakan bahwa keseluruhan strategi pembelajaran

kognitif ( ninchi sutoratejii ) telah penulis praktekkan, guna memberikan pengajaran

kepada seluruh responden penelitian kelas yang mendapat pengajaran onomatope lewat

lagu.

Page 21: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

48

3.2.1.2 Hubungan Analisis Strategi Pengajaran Onomatope Melalui Lagu Dengan

Strategi Pembelajaran Memori ( 記憶 ストラテジー ) Ditinjau dari Sudut Penulis

Selaku Pengajar

Selain strategi pembelajaran kognitif ( 認知 ストラテジー), sebagai dasar penelitian

kelas ini, penulis juga menggunakan strategi memori ( 記憶 ストラテジー ), yang

menurut Oxford ( 1995 : 21 ) adalah hal tentang membuat rangkaian kecerdasan,

menerapkan gambar dan suara, pengulangan dan memeriksa ulang, serta pemakaian

gerakan.

Untuk lebih jelasnya mengenai hal – hal yang penulis lakukan di kelas penelitian

yang penulis adakan, akan digambarkan dengan tabel pada halaman selanjutnya.

Tabel 3.10

Strategi Pembelajaran Memori (記憶 ストラテジー )

yang Telah Dilakukan Penulis pada Kelas Penelitian

Strategi Memori Hal yang dilakukan Ya Tidak

Membagi menjadi kelompok √

Menghubungkan dengan pemikiran secara cukup

jelas

Membuat rangkaian kecerdasan secara

fisik ( 知的連鎖を作る)

Memasukkan kata baru ke dalam konteks √

Memakai gambar √

Membuat peta arti √

Memakai keyword atau kata kunci √

Menerapkan gambar

dan suara

(イメージや音を

Suara yang telah diingat, diekspresikan √

Page 22: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

49

結びつける)

Pengulangan dan memeriksa ulang

(繰り返し 復習する)

Memeriksa ulang secara sistematik

Secara fisik menggunakan reaksi dan perasaan √ Pemindahan gerakan

(働作に移す) Secara mekanik menggunakan tehnik √

Dari tabel di atas, dapat diamati dengan jelas, hal – hal apa saja yang telah penulis

lakukan selaku pengajar pada kelas penelitian yang penulis adakan. Sesuai dengan

strategi pembelajaran memori yang pertama, bahwa pengajar perlu membuat rangkaian

kecerdasan secara fisik, yang terdiri dari tiga hal yang perlu dilakukan, yaitu membagi

menjadi kelompok, menghubungkan dengan pemikiran secara cukup jelas, serta

memasukkan kata baru ke dalam konteks, maka penulis telah menerapkan ketiga hal

tersebut dalam metode pengajaran yang penulis terapkan pada kelas penelitian ( Oxford,

1995 : 40 ).

Materi pelajaran yang penulis berikan, yaitu onomatope, telah penulis bagi menjadi

lima kelompok, sesuai kegunaannya, yakni onomatope yang berhubungan dengan

menangis ( 泣く), berbicara ( 話す ), minum ( 飲む ), tertawa ( 笑う), dan juga tidur

( 寝る). Misalnya kelompok onomatope yang berhubungan dengan tertawa ( 笑う),

terdapat empat macam yang penulis ajarkan di dalamnya, yaitu にこにこ笑う、 にや

にや笑う、 くすくす 笑う、dan juga げらげら笑う . Onomatope yang telah

berkelompok inilah yang kemudian penulis jadikan materi pengajaran yang penulis

sampaikan tiap pertemuannya kepada para responden. Sehingga tiap minggunya para

Page 23: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

50

responden belajar onomatope sesuai dengan klasifikasi yang telah penulis rancang. Hal

ini dimaksudkan agar pengajaran yang diberikan dapat lebih mudah diingat oleh

pemelajar, sehingga suasana pembelajaran berlangsung efektif ( Oxford, 1995 : 40 ).

Pembuatan lagu yang akan dipakai dalam pengajaran onomatope, juga penulis

hubungkan dengan jelas, dari segi lirik yang sesuai dengan pemahaman yang dapat

dipahami para responden ( Oxford, 1995 : 40 ). Misalnya pada lirik ひみつ ひそひそ.

ひそひそ 話す adalah berbicara pelan – pelan seperti berbisik, dan pada umumnya, kita

berbicara pelan – pelan secara berbisik, apabila kita membicarakan rahasia. Oleh karena

itu penulis menghubungkannya dengan ひみつ yang mempunyai arti sebuah rahasia,

dan lalu menjelaskannya kepada para responden sehingga mereka mengerti dan

melakukan strategi ini.

Sedangkan, pemasukkan kata – kata baru ke dalam konteks, penulis lakukan dengan

cara memasukkan onomatope yang menjadi bahan pengajaran penulis, ke dalam nada

lagu sederhana yang dipakai dalam penyampaian materi pengajaran, yang onomatope

tersebut dianggap baru oleh para responden ( Oxford, 1995 : 40 ). Contohnya

memasukkan onomatope yang berhubungan dengan tertawa / tersenyum ( 笑う) yang

terdiri dari にこにこ、 にやにや、 げらげら、 くすくす、sebagai pengganti kata

dalam lagu sederhana yang dikenal dengan judul “ Si Semut “.

Pada strategi pembelajaran memori yang kedua, yaitu menerapkan gambar dan suara,

terdapat empat hal yang perlu dilakukan yaitu memakai gambar, membuat peta arti,

memakai keyword / kata kunci, serta mengekspresikan suara yang telah diingat. Dari

keempat hal tersebut, penulis menerapkan pemakaian gambar dan pembuatan peta arti

pada metode pengajaran lewat lagu ini. Gambar yang penulis pakai, berupa gambar kecil

Page 24: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

51

yang menggambarkan ekspresi dari onomatope yang berhubungan, yang apabila ditarik

garis antara gambar dan juga kata – kata dalam lagu tersebut, terdapat kesesuaian.

Gambar tersebut penulis tempelkan pada setiap syair lagu berisikan onomatope yang

diajarkan, sehingga pada saat bernyanyi, para responden juga mendapat gambaran

mengenai ekspresi yang berhubungan dengan lagu tersebut. Contohnya pada salah satu

lirik onomatope yang berhubungan dengan suara tidur ( dengkuran ), yaitu いびき の

おと は うるさい があがあ。Pada lirik lagu ini, yang mempunyai maksud suara

dengkuran yang berisik, penulis tempelkan gambar kecil, ada orang sedang tidur, dengan

tanda bahwa suara dengkuran yang dikeluarkan sangatlah keras. Hal ini penulis lakukan

sehingga onomatope yang diajarkan, dapat lebih diingat oleh para responden ( Oxford,

1995 : 41 ).

Pengulangan dan memeriksa ulang, adalah strategi pembelajaran memori yang ketiga.

Hal ini penulis lakukan dengan cara, mengulang materi pelajaran tiap minggunya secara

sekilas, dan selalu memeriksa ulang latihan – latihan yang penulis berikan pada

responden tiap pertemuannya, sehingga dapat diketahui kenaikan / penurunan yang

diperoleh masing – masing responden ( Oxford, 1995 : 42 ). Hasil dari pemeriksaan

ulang secara sistematik yang penulis lakukan adalah, seperti digambarkan tabel nilai

secara keseluruhan, empat pertemuan kelas penelitian yang telah diadakan.

Page 25: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

52

Tabel 3.11

Keseluruhan Nilai Latihan dan Tes yang Diperoleh Responden

Nama Responden Pre Test Latihan 1 Latihan 2 Post Test

Liana 80 100 90 100

Sylvia 70 87 100 90

Lidya Tania 60 100 100 80

Veni C 60 62 90 90

Indah Revita 70 100 95 100

Indah Apriani 60 100 85 100

Gelia 60 87 85 30

Gita 80 100 95 100

Miriam 70 100 100 80

Paramitha 60 100 100 100

Keterangan :

a) Nilai Pre Test penulis dapatkan dan penulis periksa pada pertemuan pertama,

Kamis 2 April 2009

b) Nilai Latihan 1 penulis dapatkan dan penulis periksa pada pertemuan kedua,

Senin 6 April 2009

c) Nilai Latihan 2 penulis dapatkan dan penulis periksa pada pertemuan ketiga,

Kamis 16 April 2009

Page 26: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

53

d) Nilai Post Test penulis dapatkan dan penulis periksa pada pertemuan keempat,

Kamis 7 Mei 2009

Hal ini juga penulis sarankan pada para responden untuk mengulang pelajaran yang

telah diberikan apabila ada kesempatan.

Pada strategi pembelajaran ini, penulis menggunakan perasaan penulis dalam

memahami onomatope yang akan penulis ajarkan dengan cara membayangkan perasaan

yang sesuai dengan teks lagu yang dinyanyikan, kemudian dilakukan pemindahan ke

dalam bentuk gerakan. Dalam hal ini, penulis juga mengajak para responden untuk

melakukan hal yang sama dengan yang penulis lakukan. Hal ini sesuai dengan strategi

belajar – mengajar yang keempat, yaitu pemindahan gerakan ( Oxford, 1995 : 43 ).

Melalui analisis di atas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar strategi pembelajaran

memori ( 記憶 ストラテジー ) telah penulis praktekkan dan diterapkan guna

memberikan pengajaran kepada seluruh responden penelitian kelas yang mendapat

pengajaran onomatope lewat lagu.

3.2.2 Hubungan Analisis Strategi Pengajaran Melalui Lagu Dengan Strategi

Pembelajaran Ditinjau dari Sudut Pandang Pemelajar

Analisis metode pengajaran melalui strategi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang

responden selaku pemelajar, memiliki hubungan yang erat, apabila dibandingkan dari

sudut pandang penulis selaku pengajar.

Untuk lebih jelasnya, pada sub bab ini, penulis akan menganalis is metode pengajaran

onomatope lewat lagu yang diterapkan para responden, sebagai salah satu cara

Page 27: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

54

menerima pengajaran, dihubungkan dengan strategi pembelajaran, yang ditinjau dari

sudut pandang responden, selaku pemelajar.

Sesuai dengan metode pengajaran bahasa Jepang yang dikatakan Maeda, et.al.

( 1995 : 91 ) bahwa dalam pengajaran sebuah bahasa, ada metode umum dan juga

metode khusus yang dapat dipergunakan agar pemelajar bahasa dapat belajar dengan

efisien, sehingga membuahkan hasil. Dalam hal ini, metode khusus yang menjadi cara

bagi para responden belajar di kelas, adalah responden belajar melalui lagu yang telah

pengajar siapkan.

Analisis data pada sub bab sebelumnya menunjukkan kenaikan nilai yang dicapai

para responden pada latihan – latihan serta tes tentang onomatope yang diajarkan lewat

lagu. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode pengajaran lewat lagu, dapat menjadi

salah satu pilihan cara belajar bahasa dengan metode khusus, yang dapat dipraktekkan

para responden sehingga membuahkan hasil. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan

Jensen ( 2008 : 342 ) bahwa beberapa aplikasi – aplikasi praktis yang dapat dipakai

untuk mendukung dalam pengajaran adalah dengan cara menggunakan nada lagu

tertentu yang dihubungkan dengan lirik – lirik yang merepresentasikan pembelajaran

baru.

Ziliang dan Renfu dalam Tjahjadi (1996 : 165) juga mengatakan bahwa pengajaran

bahasa harus didistribusikan ke dalam empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis.

Sesuai dengan teori di atas, maka dapat penulis katakan bahwa pengajaran lewat lagu,

telah menjadi salah satu alternatif metode pengajaran onomatope yang responden

terapkan, sehingga disamping menguasai tentang materi pelajaran yang diberikan, yaitu

Page 28: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

55

onomatope, para pemelajar juga sekaligus mempunyai empat keterampilan dalam

penguasaan sebuah bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Untuk lebih jelasnya kegiatan yang dilakukan oleh responden selaku pemelajar di

kelas dalam meningkatkan keterampilan berbahasa, akan penulis gambarkan dengan

tabel di bawah ini.

Tabel 3.12

Kegiatan yang Dilakukan Pemelajar di Kelas

Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa

Empat Keterampilan Berbahasa

Kegiatan yang Dilakukan

Menyimak Responden menyimak lagu yang berhubungan dengan

onomatope yang diajarkan oleh pengajar

Berbicara Responden bersama – sama penulis, bernyanyi

Membaca Sebelum bernyanyi, responden membaca terlebih dahulu syair

lagu (dalam bahasa Jepang )

yang berhubungan dengan onomatope

Menulis Soal – soal latihan dan tes secara tertulis

yang dikerjakan para responden di setiap pertemuan

Pada tabel di halaman sebelumnya, dapat dilihat dengan jelas hal – hal yang telah

responden, selaku pemelajar lakukan, di kelas penelitian untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa.

Hal ini dimulai dengan cara, responden menyimak lagu yang telah pengajar buat,

yang berhubungan dengan onomatope yang diajarkan. Melalui cara ini, keterampilan

responden dalam hal menyimak dapat terlatih. Setelah itu, responden membaca sekilas

Page 29: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

56

syair lagu yang penulis bagikan, yang dengan hal ini, responden melatih kemampuan

mereka dalam membaca. Lalu para responden menyimak dan turut bernyanyi bersama

pengajar sesuai nyanyian pada syair lagu yang dibagikan . Sehingga pada saat bernyanyi,

para responden melatih keterampilan mereka dalam hal berbicara. Pada setiap

pertemuannya, responden melakukan latihan – latihan maupuan tes secara tertulis yang

telah disediakan pengajar, sesuai dengan topik pengajaran yang disampaikan. Hal ini

tentu saja sekaligus melatih para responden untuk mengasah keterampilan membaca dan

menulis mereka.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa, hal – hal yang pemelajar lakukan dalam

kelas penelitian, sesuai dengan teori empat kemampuan bahasa, dimana pengajaran

bahasa itu harus didistribusikan ke dalam empat keterampilan, yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.

Pengajaran onomatope lewat lagu yang diterapkan para pemelajar, juga didukung

oleh strategi belajar – mengajar yang digunakan, yang adalah strategi pembelajaran

secara langsung. Dalam pengajaran onomatope lewat lagu ini, strategi pembelajaran

secara langsung yang diterapkan responden adalah strategi pembelajaran kognitif (認知

ストラテジー), dan strategi belajar – mengajar memori (記憶 ストラテジー).

Untuk lebih jelasnya analisis metode pengajaran onomatope melalui lagu, yang

ditinjau dari sudut responden selaku pemelajar ini, akan penulis hubungkan dengan

strategi pembelajaran kognitif dan juga memori, dalam sub bab yang dipisah, di bawah

ini.

Page 30: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

57

3.2.2.1 Hubungan Analisis Strategi Pengajaran Onomatope Melalui Lagu Dengan

Strategi Pembelajaran Kognitif (認知 ストラテジー ) Ditinjau dari Sudut

Responden Selaku Pemelajar

Apabila pada sub bab sebelumnya penulis menganalisis metode pengajaran

onomatope melalui lagu dihubungkan dengan strategi pembelajaran kognitif dari sudut

penulis selaku pengajar, maka pada sub bab ini akan penulis analisis dari sudut

responden selaku pemelajar.

Strategi kognitif (認知 ストラテジー), menurut Oxford ( 1995 : 43 ) adalah hal

tentang melakukan latihan, menerima dan mengirim pesan, melakukan analis is dan

penarikan simpulan, serta membuat struktur input dan output.

Untuk lebih jelasnya mengenai hal – hal yang dilakukan para pemelajar di kelas

penelitian yang penulis adakan, akan digambarkan dengan tabel di halaman selanjutnya.

Tabel 3.13

Strategi Pembelajaran Kognitif (認知 ストラテジー )

yang Telah Dilakukan Responden pada Kelas Penelitian

Strategi Kognitif Hal yang dilakukan Ya Tidak

Repetisi atau pengulangan √

Latihan dengan sistem suara dan tulisan √

Memakai ekspresi yang tepat untuk mengingat √

Membuat kombinasi yang baru √

Melakukan

Latihan

( 練習をする)

Latihan di dalam kondisi yang sebenarnya √

Menerima maksud atau pengertian dengan cepat

Mendapat dan Mengirim Informasi

( 情報内容を受け Menggunakan bermacam – macam data untuk

Page 31: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

58

取ったり、 送ったりする)

mendapat dan mengirim isi informasi √

Menarik kesimpulan dengan cara meringkas √

Menganalisis ekspresi √

Melakukan analisis sambil membandingkan bahasa √

Menerjemahkan √

Melakukan analisis

dan penarikan kesimpulan

( 分析したり、 推論したりする)

Melakukan transfer bahasa ibu √

Membuat catatan

Membuat ringkasan

Membuat struktur input dan output (インプット と アウトプット の

ための 構造を作る)

Membuat penegasan √

Dari tabel di atas, dapat diamati dengan jelas, hal – hal apa saja yang telah

responden lakukan, selaku pemelajar di kelas penelitian yang penulis adakan. Sesuai

dengan strategi pembelajaran kognitif yang pertama, bahwa yang perlu dilakukan

pemelajar adalah latihan pada setiap pertemuannya, maka para responden selalu

mengadakan latihan dalam bentuk pengulangan atau repetisi, latihan dengan sistem

suara dan tulisan, latihan dengan memakai ekspresi yang tepat, membuat kombinasi baru,

serta latihan di dalam kondisi yang sebenarnya ( Oxford, 1995 : 43 ).

Salah satu latihan dalam bentuk pengulangan yang responden lakukan, adalah dengan

cara mengulang kembali materi pelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas, berupa

lagu - lagu yang diajarkan pada tiap pertemuan, serta mengerjakan latihan – latihan

dalam bentuk soal pilihan ganda maupun isian pada setiap pertemuannya, yang berisikan

materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Sehingga dengan pengulangan atau

repetisi, para pemelajar lebih hafal, serta menguasai materi pelajaran yang diajarkan

( Oxford, 1995 : 45 ).

Page 32: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

59

Melalui pengajaran onomatope lewat lagu, para responden bersama – sama

menyanyikan lagu yang telah diajarkan, kemudian mengerjakan latihan yang diberikan

secara tertulis. Dengan bernyanyi, para responden berlatih dengan sistem suara, dan

dengan mengerjakan latihan yang penulis berikan secara tertulis, para responden berlatih

dengan sistem tulisan. Sehingga latihan dengan sistem suara dan tulisan, dapat

dipraktekkan melalui cara tersebut ( Oxford, 1995 : 45 ).

Pengajaran onomatope lewat lagu yang dipraktekkan responden, juga memberikan

para responden suasana latihan di dalam kondisi yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan

dengan cara, bukan hanya pengajar yang aktif di kelas, namun responden juga ikut turut

serta mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaran yang diadakan, dengan cara

bernyanyi bersama – sama, sehingga keterlibatan pengajar dan pemelajar sangat terasa

melalui cara belajar lewat lagu ini ( Oxford, 1995 : 45 ).

Selain membuat kombinasi yang baru dalam kegiatan pembelajaran, yakni

mengkombinasikan lagu sebagai salah satu media dalam mempelajari materi pengajaran

yang diberikan, sambil bernyanyi, responden bersama – sama penulis, mengekspresikan

maksud atau isi dari lagu yang diajarkan tersebut, melalui gerakan sehari – hari yang

tepat dan sesuai. Responden penulis ajak untuk ikut berekspresi dengan cara

membayangkan ekspresi yang penulis ekspresikan di depan kelas serta ikut serta

berekspresi. Hal ini membuat responden lebih mudah menangkap makna yang terdapat

dalam lagu tersebut ( Oxford, 1995 : 45 ).

Untuk lebih jelasnya hal – hal yang responden lakukan dalam kelas penelitian yang

diadakan, yang sesuai dengan strategi pembelajaran kognitif yang pertama, yaitu

melakukan latihan, akan penulis sertakan contoh lagu yang dinyanyikan dan soal yang

dikerjakan responden, di bawah ini ;

Page 33: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

60

あかちゃん よちよち

いそいで すたすた

しつれん とぼとぼ

まわる うろうろ

ふとった おきい ひと、 のしのし あるく

Lirik lagu di atas adalah salah satu lagu yang dinyanyikan para responden untuk

mempelajari onomatope yang berhubungan dengan cara berjalan. Lirik lagu ini

dipelajari responden pada pertemuan kedua, yang kemudian diulang kembali pada

pertemuan ke 3. Hal ini sesuai dengan salah satu strategi pembelajaran kognitif yaitu

melakukan latihan dengan pengulangan ( Oxford, 1995 : 45 ).

Contoh soal yang dikerjakan responden sehubungan dengan onomatope di atas yang

dapat melatih sistem suara dan tulisan mereka, adalah seperti pada halaman selanjutnya:

A : 山田さん の 足 の けがはもう だいじょうぶですか?

B : ええ、 もう 元気 に ( a. すたすた b. うろうろ )歩いていますよ.

Strategi pembelajaran kognitif yang kedua, yaitu mendapat dan mengirim informasi,

yang berarti responden mendapat informasi berupa materi pelajaran yang disampaikan

penulis selaku pengajar, dalam bentuk lagu – lagu yang berhubungan dengan onomatope

yang diajarkan. Setelah mendapat pelajaran dan belajar, responden kembali

mengirimkan informasi kepada penulis berupa hasil dari tes ataupun latihan yang

dikerjakan, serta pertanyaan, saran, maupun pendapat mereka tentang belajar onomatope

melalui lagu ( Oxford, 1995 : 46 ). Dari informasi yang dikirim oleh responden, dapat

Page 34: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

61

menjadi acuan penulis untuk membuat kesimpulan apakah responden tersebut telah

paham dan mengerti materi yang selama ini penulis ajarkan.

Contoh hasil tes atau latihan yang menjadi informasi bagi penulis selaku pengajar

adalah nilai pre test, nilai latihan pada pertemuan kedua, ketiga, serta nilai post test.

Pada strategi pembelajaran kognitif yang ketiga, yaitu melakukan analisis dan

penarikan kesimpulan, terdapat lima hal yang perlu dilakukan baik oleh pengajar

maupun pemelajar. Hal – hal tersebut adalah menarik kesimpulan dengan cara

peringkasan, menganalisis ekspresi, melakukan analisis sambil membandingkan bahasa,

menerjemahkan, serta melakukan transfer bahasa ibu. Responden selaku pemelajar, telah

menerapkan kelima hal ini dalam strategi pengajaran lewat lagu.

Penarikan kesimpulan dengan cara peringkasan, dilakukan para responden pada saat

pengajar menerangkan onomatope melalui lagu yang dinyanyikan dengan cara yang

disesuaikan masing – masing responden. Responden juga menganalisis ekspresi yang

pengajar gunakan sambil bernyanyi, sehingga ekspresi yang dtangkap responden,

membantu mereka untuk lebih memahami onomatope yang disampaikan. Contohnya

pada lirik lagu onomatope yang berhubungan dengan senyuman ( 笑う), yang salah satu

liriknya adalah きこえない ようにくすくすわらう。Pada saat menyanyikan lirik ini,

penulis menyanyikannya dengan suara yang terdengar berbisik, sambil tersenyum, yang

kemudian dianalisis para responden bahwa onomatope ini bisa dipergunakan pada saat

kita ingin menertawakan orang di dekat kita, tanpa ingin diketahui orang tersebut,

sehingga ekspresi yang ditunjukkan adalah tertawa atau senyum kecil secara diam –

diam.

Page 35: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

62

Sambil melakukan analisis, responden juga membandingkan bahasa Jepang yang

menjadi bahasa yang digunakan pengajar dalam memberikan materi pengajaran

onomatope dalam bentuk lagu, dengan bahasa ibu responden, yaitu bahasa Indonesia,

sehingga dapat lebih menangkap maksud yang disampaikan pengajar (Oxford, 1995 :

46 ).

Hal menerjemahkan dan melakukan transfer bahasa ibu juga responden lakukan pada

saat mempelajari materi pelajaran onomatope yang disampaikan pengajar. Pertama –

tama, pada saat responden mempelajari materi pelajaran tersebut, responden

menerjemahkan isi dari bahan tersebut yang menggunakan bahasa Jepang ke dalam

bahasa Indonesia secara satu – satu, kemudian disesuaikan dengan konteks kalimat,

sehingga dapat responden pahami maksudnya, lalu responden kembangkan dalam

bentuk imajinasi ataupun kalimat yang bagi responden itu sendiri, mudah dimengerti,

yang tentunya sesuai dengan bahasa ibu para responden, yang adalah bahasa Indonesia.

Hal ini juga responden lakukan saat mengerjakan materi onomatope yang diberikan di

kelas setiap pertemuannya.( Oxford, 1995 : 46 ). Untuk lebih jelasnya akan penulis

paparkan beserta contoh kalimat, di bawah ini ;

たのしい うれしい にこにこします。 Pada saat responden menyanyikan lirik lagu

onomatope yang berhubungan dengan 笑う seperti contoh ini, maka responden

menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti pada saat senang, bahagia,

ekspresi senyuman yang dapat dipakai dalam bahasa Jepang adalah にこにこ. Dan pada

umumnya orang baiklah yang selalu memiliki senyuman yang manis, dan tanpa maksud

jahat di belakangnya. Tidak seperti にやにや yang senyumannya memiliki maksud

Page 36: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

63

buruk. Sehingga pada salah satu latihan yang dikerjakan responden, misalkan pada soal

latihan seperti di bawah ini;

A : 田中 さん は どの 人 ですか?

B : いつも ( a にこにこ b にやにや ) して、 感じ が いい ですよ。

responden mengetahui bahwa jawaban yang sesuai untuk pertanyaan di atas adalah

jawaban a, yaituにこにこ .Hal ini dapat dicapai para responden dengan menerjemahkan

soal tersebut, melakukan transfer bahasa ibu, serta melakukan analisis sambil

membandingkan bahasa tentunya.

Strategi terakhir yang merupakan strategi pembelajaran kognitif adalah membuat

struktur input dan output, yang didalamnya terdiri dari tiga hal yang perlu dilakukan,

yaitu membuat catatan, membuat ringkasan, serta membuat penegasan ( Oxford, 1995 :

47 ).

Sebagai pemelajar, responden telah melakukan tiga hal tersebut dengan cara,

membuat catatan serta meringkas apa saja yang menjadi input responden selaku

pemelajar, dari pengajar. Input dari pengajar, responden dapat dari onomatope yang

diajarkan tiap pertemuannya, dalam bentuk lagu – lagu yang menjadi bahan pelajaran

onomatope yang bersangkutan. Dari materi tersebut, responden mencatat dan juga

membuat ringkasan yang responden anggap penting, pada kertas lagu yang dibagikan

pengajar. Catatan yang responden buat berupa hal – hal yang penulis ajarkan di kelas

yang dianggap penting oleh responden, yang kemudian diringkas oleh para responden

menurut pengertian mereka masing – masing. Oleh karena itu input dari pengajar kepada

para pemelajar sangatlah penting, karena input yang baik, akan menghasilkan output

yang baik pula. Sedangkan output dari responden adalah jawaban, hasil daripada latihan

Page 37: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

64

– latihan yang diulang tiap pertemuannya, maupun tes yang diberikan, yaitu nilai pre test,

latihan pada pertemuan kedua, ketiga, serta nilai post test. Responden juga membuat

penegasan dengan cara menggaris bawahi pengertian tiap – tiap onomatope atau intinya

yang ada dalam teks lagu yang dibagikan. Sehingga bagian – bagian yang menurut

masing – masing responden penting, dapat mendapat perhatian yang lebih dari

responden, dengan adanya penegasan berupa penggaris bahawan, maupun penandaan

kata – kata yang dianggap penting oleh masing – masing responden.

Melalui analisis di atas, dapat dikatakan bahwa keseluruhan strategi pembelajaran

kognitif ( ninchi sutoratejii ) telah responden praktekkan dalam metode pengajaran

onomatope lewat lagu yang diterapkan pengajar.

3.2.2.2 Hubungan Analisis Strategi Pengajaran Onomatope Melalui Lagu Dengan

Strategi Pembelajaran Memori ( 記憶 ストラテジー ) Ditinjau dari Sudut

Responden Selaku Pemelajar

Selain strategi pembelajaran kognitif ( 認知ストラテジー ) yang diterapkan

responden dalam kelas ini, responden juga menggunakan strategi memori ( 記憶 スト

ラテジー ), yang menurut Oxford ( 1995 : 21 ) adalah hal tentang membuat rangkaian

kecerdasan, menerapkan gambar dan suara, pengulangan dan memeriksa ulang, serta

pemakaian gerakan.

Untuk lebih jelasnya mengenai hal – hal yang responden lakukan di kelas penelitian

diadakan, akan digambarkan dengan tabel di bawah ini.

Page 38: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

65

Tabel 3.14

Strategi Pembelajaran Memori ( 記憶 ストラテジー )

yang Telah Dilakukan Responden pada Kelas Penelitian

Strategi Memori Hal yang dilakukan Ya Tidak

Membagi menjadi kelompok √

Menghubungkan dengan pemikiran secara cukup

jelas

Membuat rangkaian kecerdasan secara

fisik ( 知的連鎖を作る)

Memasukkan kata baru ke dalam konteks √

Memakai gambar √

Membuat peta arti √

Memakai keyword atau kata kunci √

Menerapkan gambar

dan suara

(イメージや音を

結びつける) Suara yang telah diingat, diekspresikan √

Pengulangan dan memeriksa ulang

(繰り返し 復習する)

Memeriksa ulang secara sistematik

Secara fisik menggunakan reaksi dan perasaan √ Pemindahan gerakan

(働作に移す) Secara mekanik menggunakan tehnik √

Dari tabel di atas, dapat diamati dengan jelas, hal – hal apa saja yang telah responden

lakukan sehubungan dengan strategi pembelajaran memori yang digunakan. Sesuai

dengan strategi pembelajaran memori yang pertama, bahwa pemelajar perlu membuat

rangkaian kecerdasan secara fisik, yang terdiri dari tiga hal yang perlu dilakukan, yaitu

membagi menjadi kelompok, menghubungkan dengan pemikiran secara cukup jelas,

serta memasukkan kata baru ke dalam konteks, maka pemelajar telah menerapkan ketiga

hal tersebut dalam metode pengajaran yang penulis terapkan pada kelas penelitian

( Oxford, 1995 : 40 ).

Page 39: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

66

Materi pelajaran onomatope yang diberikan kepada responden, dikelompokkan

menjadi lima kelompok, sesuai kegunaannya, yakni onomatope yang berhubungan

dengan menangis ( 泣く), berbicara ( 話す ), minum ( 飲む ), tertawa ( 笑う), dan juga

tidur ( 寝る). Misalnya onomatope yang berhubungan dengan tertawa ( 笑う), terdapat

empat macam di dalamnya, yaitu にこにこ 笑う、 にやにや 笑う、 くすくす 笑う、

dan juga げら げら 笑う. Sehingga onomatope – onomatope yang dipelajari responden

adalah dalam bentuk kelompok , dengan tujuan agar tidak tercampur dengan banyaknya

kata atau jenis dalam onomatope lainnya, sehingga mudah diingat dan memberi

keefektifitasan dalam proses pembelajaran.

Responden juga menghubungkan lirik lagu onomatope yang diberikan penulis

dengan pemikiran mereka masing – masing, yang mereka anggap jelas ( Oxford, 1995 :

40 ). Misalnya pada salah satu lirik lagu onomatope yang berhubungan dengan

berbicara, yaitu ひみつ ひそひそ. Dari lirik ini, responden hubungkan dengan ひみつ

yang mempunyai arti rahasia, yang berarti ひそひそ 話す adalah berbicara pelan –

pelan seperti berbisik, dan pada umumnya, kita berbicara pelan – pelan secara berbisik,

apabila kita membicarakan rahasia yang tidak ingin diketahui orang lain.

Sedangkan, pemasukkan kata – kata baru ke dalam konteks, responden lakukan pada

saat responden mengerjakan latihan yang diberikan penulis. Hal ini dilakukan dengan

cara memasukkan onomatope yang diajarkan melalui lagu, ke dalam konteks baru, yaitu

sebuah kalimat, yang ada di dalam latihan – latihan maupun tes yang diberikan.

Contohnya pada salah satu lirik onomatope yang berhubungan dengan cara minum, yaitu

カバ のように、 がぶがぶ のみます。Pertama – tama responden mengartikan

Page 40: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

67

kalimat ini bahwa がぶがぶ のみます adalah cara minum dengan membuka mulut

besar – besar seperti kuda nil. Namun mari kita lihat soal seperti di bawah ini.

テニスのあと、 のどがかわいて、 水を ( a ちびちび b がぶがぶ) 飲んだ。

Pada soal di atas, jawabannya adalah b, がぶがぶ. Melalui latihan seperti ini, para

responden memasukkan kata がぶがぶ ke dalam konteks kalimat yang berbeda, yaitu

bisa juga dipakai pada saat seseorang sangat haus, sehingga pada saat minum, ia

membuka mulut dengan lebar, dan minum dengan kuantitas air yang banyak.

Pada strategi belajar – mengajar memori yang kedua, yaitu menerapkan gambar dan

suara, terdapat empat hal yang perlu dilakukan responden yaitu memakai gambar,

membuat peta arti, memakai keyword atau kata kunci, serta mengekspresikan suara yang

telah diingat ( Oxford, 1995 : 41 ).

Dari keempat hal tersebut, responden menerapkan pemakaian gambar dan pembuatan

peta arti pada metode pengajaran lewat lagu. Gambar yang sengaja penulis tempelkan

pada teks lagu yang dibagikan untuk responden pelajari di kelas, akan membantu

responden untuk lebih mengerti onomatope yang sedang dipelajari. Sehingga sambil

bernyanyi, responden juga melihat gambar yang sesuai dengan teks lagu tersebut.

Contohnya pada salah satu lirik onomatope yang berhubungan dengan suara tidur

( dengkuran ), yaitu いびき の おと は うるさい があがあ。Pada lirik lagu ini, yang

mempunyai maksud suara dengkuran yang berisik, terdapat gambar kecil yang dapat

diamati responden, bahwa ada orang sedang tidur, dengan tanda bahwa ada suara

dengkuran yang keluar dengan kerasnya. Dengan responden belajar juga memakai

gambar, onomatope yang diajarkan oleh penulis, dapat lebih diingat oleh para responden.

Page 41: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

68

Pengulangan dan memeriksa ulang, adalah strategi pembelajaran memori yang ketiga,

yang dilakukan responden dengan cara mendapat pengajaran materi onomatope secara

berulang, serta memeriksa ulang latihan – latihan maupun tes yang diberikan, sebelum

latihan atau tes tersebut dikumpulkan. Setelah dikumpulkan, responden bersama – sama

penulis juga turut memeriksa kembali jawaban sebenarnya dari soal – soal tersebut,

dengan tujuan tidak terjadi pengulangan kesalahan pada latihan – latihan selanjutnya

( Oxford, 1995 : 42 ).

Sehubungan dengan strategi pembelajaran memori yang keempat, yang adalah

pemindahan gerakan, pengajar meminta pemelajar untuk menggunakan perasaan mereka

dalam memahami onomatope yang diajarkan dengan cara membayangkan perasaan yang

sesuai dengan teks lagu yang sedang dinyanyikan. Misalnya pada lagu onomatope yang

berhubungan dengan tertawa ( 笑う) yang mempunyai lirik sebagai berikut ;

たのしい うれしい にこにこします

わるいわらいかたにやにやわらう

きこえないようにくすくすわらう

おきくて わらいます げらげら

Pada lirik yang pertama, たのしい うれしい にこにこします , responden diajak

penulis untuk membayangkan wajah senang, tersenyum bahagia, sambil mengeluarkan

perasaan bahagia tersebut dalam ekspresi senyuman bahagia. Sedangkan pada lirik

selanjutnya, わるいわらいかたにやにやわらう , responden membayangkan wajah

orang tersenyum, tapi memiliki maksud jahat dibaliknya, sambil mengekspresikannya

dalam bentuk menyeringai. Pada lirik yang ketiga, yaitu きこえないようにくすくす

Page 42: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

69

わらう, responden penulis ajak untuk membayangkan ada tiga orang yang berada di

sebuah tempat yang sama, namun ada dua orang lainnya sedang tertawa kecil ( diam –

diam ), menertawakan satu orang yang berada tidak jauh dari mereka ( ekspresi

menggosip ). Sedangkan untuk lirik おきくて わらいます げらげら, bayangan yang

ada pada responden adalah orang yang tertawa terbahak – bahak, berisik, karena suatu

hal yang sangat lucu dan menarik. Hal ini tentu saja sesuai dengan strategi belajar –

mengajar yang keempat, yaitu pemindahan gerakan ( Oxford, 1995 : 43 ).

Melalui analisis di atas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar strategi belajar –

mengajar memori ( 記憶 ストラテジー) telah responden praktekkan di dalam kelas

penelitian yang mendapat pengajaran onomatope lewat lagu.

3.3 Hubungan Analisis Angket Responden Dengan Perolehan Nilai Responden

Pengajaran Onomatope Lewat Lagu

Dalam sub bab ini, penulis akan menghubungkan masing – masing nilai para

responden dengan angket yang telah penulis bagikan pada pertemuan terakhir penelitian

kelas yang telah penulis adakan.

Seperti yang telah penulis cantumkan sebelumnya, keseluruhan responden yang

mendapat pengajaran onomatope lewat lagu, mengalami kenaikan nilai yang cukup

signifikan. Hal ini diakui sebagian besar responden pengajaran lewat lagu, pada angket

yang diberikan tanggal 7 Mei 2009, bahwa belajar lewat lagu adalah salah satu metode

pengajaran yang menarik, karena lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Lagu

yang dipakai dalam pengajaran onomatope, diakui responden pada angket tanggal 7 Mei

2009, menarik karena responden mengetahui lagu tersebut. Sebagian besar para

Page 43: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

70

responden juga berpendapat, bahwa belajar lewat lagu membantu mereka dalam

mengingat pelajaran yang diberikan di kelas penelitian.

Di bawah ini adalah analisis masing – masing responden yang mendapat pengajaran

onomatope lewat lagu, dihubungkan dengan angket yang telah dibagikan.

3.3.1 Hubungan Analisis Angket Responden Pertama Dengan Perolehan Nilai

Responden Pertama

Responden pertama yang akan penulis analisis, bernama Liana. Responden yang

telah mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina

Nusantara, telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 4.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, ia belum pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran.

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 80, yang kemudian mengalami kenaikan

sebanyak 20 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

responden berhasil mencapai nilai sempurna, yaitu 100 pada tes akhir yang diberikan

(post test). Di bawah ini adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test responden

pertama.

Page 44: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

71

Tabel 3.15

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Pertama

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden (Liana)

80

100

0102030405060708090

100

Pre test Post test

Nila

i yan

g di

pero

leh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena lebih menyenangkan

sehingga tidak membosankan.

Lagu – lagu yang dipakai dalam pengajaranpun, dirasa menarik oleh responden,

karena lagu – lagu tersebut mudah untuk dipelajari, walaupun ia belum tahu tentang lagu

tersebut sebelumnya. Hal ini diakui responden pada angket yang penulis bagikan tanggal

7 Mei 2009 pertanyaan nomor 4.

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan. Hal

ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009,

pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang telah diajarkan lewat lagu,

tanpa disadari dapat diingat olehnya sehingga ia dapat mengingat – ingat kembali

onomatope tersebut di waktu luangnya, seperti misalnya di rumah. Pernyataan ini

dinyatakan responden dalam angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Page 45: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

72

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

pertama, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan

oleh responden pertama, sehingga responden pertama mendapat kenaikan nilai yang

signifikan.

3.3.2 Hubungan Analisis Angket Responden Kedua Dengan Perolehan Nilai

Responden Kedua

Responden kedua yang akan penulis analisis, bernama Sylvia. Responden yang telah

mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina Nusantara,

telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 4.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

masih tidak paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 2,

diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari pelajaran pada

buku Minna no Nihongo.

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 70, yang kemudian mengalami kenaikan

sebanyak 20 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

Page 46: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

73

responden berhasil mencapai nilai 90 pada tes akhir yang diberikan (post test). Di bawah

ini adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test responden kedua.

Tabel 3.16

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kedua

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kedua ( Sylvia )

70

90

0102030405060708090

100

pre test post test

Nila

i yan

g d

iper

oleh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena lebih menyenangkan

sehingga tidak membosankan.

Lagu – lagu yang dipakai dalam pengajaranpun, dirasa menarik oleh responden,

karena responden pernah menyimak dan tahu tentang lagu – lagu yang diajarkan penulis

dalam mengajarkan onomatope. Hal ini diakui responden pada angket yang penulis

bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 4.

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan. Hal

ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009,

pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang telah diajarkan lewat lagu,

Page 47: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

74

tanpa disadari dapat diingat olehnya sehingga ia dapat mengingat – ingat kembali

onomatope tersebut di waktu luangnya. Pernyataan ini dinyatakan responden dalam

angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

kedua, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan oleh

responden kedua, sehingga responden kedua mendapat kenaikan nilai yang signifikan.

3.3.3 Hubungan Analisis Angket Responden Ketiga Dengan Perolehan Nilai

Responden Ketiga

Responden ketiga yang akan penulis analisis, bernama Lidya Tania. Responden yang

telah mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina

Nusantara, telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 4.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

masih tidak paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 2,

diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari komik – komik

Jepang.

Page 48: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

75

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 60, yang kemudian mengalami kenaikan

sebanyak 20 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

responden berhasil mencapai nilai 80 pada tes akhir yang diberikan (post test). Di bawah

ini adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test responden ketiga.

Tabel 3.17

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Ketiga

Grafik Nilai Pre test dan Post Test Responden Ketiga ( Lidya Tania )

60

80

01020

3040

50

6070

8090

100

Pre test Post test

Nila

i yan

g di

pero

leh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3,

responden mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena memudahkan

responden dalam mengingat pelajaran yang diajarkan. Lagu – lagu yang dipakai dalam

pengajaranpun, dirasa menarik oleh responden, karena responden pernah menyimak dan

tahu tentang lagu – lagu yang diajarkan penulis dalam mengajarkan onomatope. Hal ini

diakui responden pada angket yang penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan

nomor 4.

Page 49: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

76

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan. Hal

ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009,

pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang telah diajarkan lewat lagu,

tanpa disadari sering terngiang di telinga responden, sehingga ia dapat mengingat – ingat

kembali onomatope tersebut di waktu luangnya. Pernyataan ini dinyatakan responden

dalam angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

ketiga, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan oleh

responden ketiga, sehingga responden ketiga mendapat kenaikan nilai yang signifikan.

3.3.4 Hubungan Analisis Angket Responden Keempat Dengan Perolehan Nilai

Responden Keempat

Responden keempat yang akan penulis analisis, bernama Veni C. Responden yang

telah mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina

Nusantara, telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 4.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

Page 50: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

77

masih tidak paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 2,

diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari komik – komik

Jepang.

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 60, yang kemudian mengalami kenaikan

sebanyak 30 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

responden berhasil mencapai nilai 90 pada tes akhir yang diberikan (post test). Di bawah

ini adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test responden keempat.

Tabel 3.18

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Keempat

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Keempat ( Veni C )

60

90

01020304050

60708090

100

Pre test Post test

Nila

i yan

g d

iper

oleh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena memudahkan responden

dalam mengingat pelajaran yang diajarkan. Lagu – lagu yang dipakai dalam

pengajaranpun, dirasa menarik oleh responden, karena responden pernah menyimak dan

Page 51: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

78

tahu tentang lagu – lagu yang diajarkan penulis dalam mengajarkan onomatope. Hal ini

diakui responden pada angket yang penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan

nomor 4.

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan. Hal

ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009,

pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang telah diajarkan lewat lagu,

tanpa disadari dapat diingat olehnya sehingga ia dapat mengingat – ingat kembali

onomatope tersebut di waktu luangnya. Pernyataan ini dinyatakan responden dalam

angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

keempat, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan

oleh responden keempat, sehingga responden keempat mendapat kenaikan nilai yang

signifikan.

Page 52: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

79

3.3.5 Hubungan Analisis Angket Responden Kelima Dengan Perolehan Nilai

Responden Kelima

Responden kelima yang akan penulis analisis, bernama Indah Revita. Responden

yang telah mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina

Nusantara, telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 4.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

masih kurang paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor

2, diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari anime yang

ditonton.

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 70, yang kemudian mengalami kenaikan

sebanyak 30 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

responden berhasil mencapai nilai sempurna, yaitu 100 pada tes akhir yang diberikan

(post test). Di halaman selanjutnya adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test

responden kelima.

Page 53: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

80

Tabel 3.19

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kelima

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kelima ( Indah Revita )

70

100

01020304050

60708090

100

Pre Test Post Test

Nila

i yan

g d

iper

oleh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena responden memang

menyukai musik dan bernyanyi. Lagu – lagu yang dipakai dalam pengajaranpun, dirasa

menarik oleh responden, karena responden pernah menyimak dan tahu tentang lagu –

lagu yang diajarkan penulis dalam mengajarkan onomatope. Hal ini diakui responden

pada angket yang penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 4.

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan,

karena responden mengaku bahwa cara menghafal lewat lagu lebih mudah daripada cara

menghafal tidak dengan lagu. Hal ini dikatakan responden pada saat menjawab

pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009, pertanyaan nomor 5. Menurut responden,

onomatope yang telah diajarkan lewat lagu, tanpa disadari dapat diingat olehnya

Page 54: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

81

sehingga ia dapat mengingat – ingat kembali onomatope tersebut di waktu luangnya.

Pernyataan ini dinyatakan responden dalam angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

kelima, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan oleh

responden kelima, sehingga responden kelima mendapat kenaikan nilai yang signifikan.

3.3.6 Hubungan Analisis Angket Responden Keenam Dihubungkan dengan

Perolehan Nilai Responden Keenam

Responden keenam yang akan penulis analisis, bernama Indah Apriani. Responden

yang telah mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina

Nusantara, telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 4.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

masih tidak paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 2,

diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari pelajaran pada

buku Minna no Nihongo.

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 60, yang kemudian mengalami kenaikan

Page 55: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

82

sebanyak 40 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

responden berhasil mencapai nilai sempurna, yaitu 100 pada tes akhir yang diberikan

(post test). Di bawah ini adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test responden

keenam.

Tabel 3.20

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Keenam

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Keenam ( Indah Apriani )

60

100

0102030405060708090

100

pre test post test

Nila

i yan

g d

iper

oleh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena lebih menyenangkan

sehingga tidak membosankan. Lagu – lagu yang dipakai dalam pengajaranpun, dirasa

menarik oleh responden, karena responden pernah menyimak dan tahu tentang lagu –

lagu yang diajarkan penulis dalam mengajarkan onomatope. Hal ini diakui responden

pada angket yang penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 4.

Namun responden berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu maupun

tidak lewat lagu sama saja. Hal ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan

angket tanggal 7 Mei 2009, pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang

telah diajarkan lewat lagu, tanpa disadari sering terngiang pada ingatan responden

Page 56: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

83

sehingga responden dapat mengingat – ingat kembali onomatope tersebut di waktu

luangnya. Pernyataan ini dinyatakan responden dalam angket 7 Mei 2009 pertanyaan

nomor 9.

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

keenam, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan

oleh responden keenam, sehingga responden keenam mendapat kenaikan nilai yang

signifikan.

3.3.7 Hubungan Analisis Angket Responden Ketujuh Dengan Perolehan Nilai

Responden Ketujuh

Responden ketujuh yang akan penulis analisis, bernama Gelia. Responden yang telah

mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina Nusantara,

telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 4.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

masih kurang paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor

2, diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari komik – komik

Jepang.

Page 57: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

84

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 60, yang kemudian mengalami penurunan

sebanyak 30 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

mendapat nilai 30 pada tes akhir yang diberikan (post test). Di bawah ini adalah grafik

penurunan nilai pre test dan post test responden ketujuh.

Tabel 3.21

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Ketujuh

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Ketujuh ( Gelia )

60

30

01020304050

60708090

100

pre test post test

Nila

i yan

g d

iper

oleh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena lebih menyenangkan

sehingga tidak membosankan. Lagu – lagu yang dipakai dalam pengajaranpun, dirasa

menarik oleh responden, karena mudah dipelajari, walaupun responden belum pernah

menyimak lagu yang diajarkan sebelumnya. Hal ini diakui responden pada angket yang

penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 4.

Page 58: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

85

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan. Hal

ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009,

pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang telah diajarkan lewat lagu,

tanpa disadari sering terngiang di telinga responden sehingga ia dapat mengingat – ingat

kembali onomatope tersebut di waktu luangnya. Pernyataan ini dinyatakan responden

dalam angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Namun penurunan nilai sebesar 30 poin yang didapat responden saat post test,

menyimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu belum berhasil diterapkan oleh

responden ketujuh, sehingga responden ketujuh mendapat penurunan nilai akhir.

3.3.8 Hubungan Analisis Angket Responden Kedelapan Dengan Perolehan Nilai

Responden Kedelapan

Responden kedelapan yang akan penulis analisis, bernama Gita. Responden yang

telah mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina

Nusantara, telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 3.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

masih kurang paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor

2, diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari komik – komik

Jepang, anime, dan juga pelajaran pada buku Minna no Nihongo.

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 80, yang kemudian mengalami kenaikan

Page 59: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

86

sebanyak 20 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

responden berhasil mencapai nilai sempurna, yaitu 100 pada tes akhir yang diberikan

(post test). Di bawah ini adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test responden

kedelapan.

Tabel 3.22

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kedelapan

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kedelapan ( Gita )

80

100

01020304050

60708090

100

pre test post test

Nila

i yan

g d

iper

oleh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena responden memang

menyukai musik dan bernyanyi. Lagu – lagu yang dipakai dalam pengajaranpun, dirasa

menarik oleh responden, karena responden pernah menyimak dan tahu tentang lagu –

lagu yang diajarkan penulis dalam mengajarkan onomatope. Hal ini diakui responden

pada angket yang penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 4.

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan. Hal

Page 60: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

87

ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009,

pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang telah diajarkan lewat lagu

sering terngiang pada ingatan responden sehingga tanpa disadari dapat diingat oleh

responden. Responden juga terkadang mengingat kembali onomatope yang telah

diajarkan di waktu luangnya. Pernyataan ini dinyatakan responden dalam angket yang

diberikan pada tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

kedelapan, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan

pada responden kedelapan, sehingga responden kedelapan mendapat kenaikan nilai yang

signifikan.

3.3.9 Hubungan Analisis Angket Responden Kesembilan Dengan Perolehan Nilai

Responden Kesembilan

Responden kesembilan yang akan penulis analisis, bernama Miriam. Responden yang

telah mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina

Nusantara, telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 3.

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

Page 61: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

88

masih kurang paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor

2, diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari komik – komik

Jepang dan juga pelajaran pada buku Minna no Nihongo.

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 70, yang kemudian mengalami kenaikan

sebanyak 10 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

responden berhasil mencapai nilai 80 pada tes akhir yang diberikan (post test). Di bawah

ini adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test responden kesembilan.

Tabel 3.23

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kesembilan

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Reponden Kesembilan ( Miriam )

7080

01020304050

60708090

100

pre test post test

Nila

i yan

g d

iper

oleh

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena terasa lebih menyenangkan

dan tidak membosankan. Lagu – lagu yang dipakai dalam pengajaranpun, dirasa menarik

oleh responden, karena responden pernah menyimak dan tahu tentang lagu – lagu yang

Page 62: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

89

diajarkan penulis dalam mengajarkan onomatope. Hal ini diakui responden pada angket

yang penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 4.

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan. Hal

ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009,

pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang telah diajarkan lewat lagu

tanpa disadari dapat diingat oleh responden. Responden juga terkadang mengingat

kembali onomatope yang telah diajarkan di waktu luangnya. Pernyataan ini dinyatakan

responden dalam angket yang diberikan pada tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

kesembilan, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan

pada responden kesembilan, sehingga responden kesembilan mendapat kenaikan nilai

yang signifikan.

3.3.10 Hubungan Analisis Angket Responden Kesepuluh Dengan Perolehan Nilai

Responden Kesepuluh

Responden kesepuluh yang akan penulis analisis, bernama Paramitha. Responden

yang telah mempelajari bahasa Jepang selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Bina

Nusantara, telah lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (Noryoku Shiken) level 4.

Page 63: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

90

Pada angket yang telah penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 1,

responden mengakui bahwa sebelumnya, responden pernah mengetahui tentang

onomatope yang telah penulis pilih untuk dijadikan sebagai materi pengajaran, namun

masih tidak paham tentang onomatope. Menurut angket 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 2,

diketahui bahwa responden mengetahui onomatope sebelumnya dari anime dan juga

pelajaran pada buku Minna no Nihongo.

Pada test yang penulis berikan untuk pertama kalinya dalam format soal pilihan

ganda (pre test), responden memperoleh nilai 60, yang kemudian mengalami kenaikan

sebanyak 40 poin pada post test yang penulis berikan dalam format soal isian. Sehingga

responden berhasil mencapai nilai sempurna, yaitu 100 pada tes akhir yang diberikan

(post test). Di bawah ini adalah grafik kenaikan nilai pre test dan post test responden

kesepuluh.

Tabel 3.24

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kesepuluh

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kesepuluh ( Paramitha )

60

100

010

2030

4050

6070

8090

100

Pre Test Post Test

Nila

i yan

d di

pero

leh

Page 64: BAB 3 Analisis Datathesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2009-2-00332-JP Bab 3.pdf · Mulai dari soal pre test atau latihan – latihan dalam bentuk pilihan ganda, maupun soal post test serta

91

Melalui angket tanggal 7 Mei 2009, dalam menjawab pertanyaan nomor 3, responden

mengatakan bahwa belajar lewat lagu dirasa menarik, karena terasa lebih menyenangkan

dan tidak membosankan. Lagu – lagu yang dipakai dalam pengajaranpun, dirasa menarik

oleh responden, karena responden pernah menyimak dan tahu tentang lagu – lagu yang

diajarkan penulis dalam mengajarkan onomatope. Hal ini diakui responden pada angket

yang penulis bagikan tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 4.

Responden juga berpendapat bahwa pengajaran onomatope lewat lagu yang telah

penulis berikan sangat membantunya dalam mengingat onomatope yang diajarkan. Hal

ini dikatakan responden pada saat menjawab pertanyaan angket tanggal 7 Mei 2009,

pertanyaan nomor 5. Menurut responden, onomatope yang telah diajarkan lewat lagu

tanpa disadari dapat diingat oleh responden. Responden juga terkadang mengingat

kembali onomatope yang telah diajarkan di waktu luangnya. Pernyataan ini dinyatakan

responden dalam angket yang diberikan pada tanggal 7 Mei 2009 pertanyaan nomor 9.

Hal ini juga sesuai dengan teknik memori yang dikemukakan Gunawan (2003 : 108),

bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi adalah dengan cara

memasukkan informasi ke dalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak. Yang salah

satunya adalah dengan cara melibatkan irama atau musik.

Melalui analisis angket yang dihubungkan dengan nilai yang diperoleh responden

kesepuluh, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran lewat lagu berhasil diterapkan

pada responden kesepuluh, sehingga responden kesepuluh mendapat kenaikan nilai yang

signifikan.