BAB 3 alk

30
A. PENDAHULUAN Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran dimasa depan dalam bentuk uang, jasa, atau aset lainnya. Kewajiban merupakan klaim pihak luar atas aset dan sumber daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan atau operasi dan biasanya didahulukan dari pada pemegang ekuitas. Kewajiban pendanaan merupakan seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel berjangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka pendek, dan sewa. Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan. Investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi, setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko. Pengembalian (return) adalah bagian dari investor ekuitas atas laba atau reinvestasi laba. Distribusi laba (earning distribution) adalah pembayaran dividen kepada pemegang saham. Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk tunai atau dividen saham, atau secara tidak langsung melalui pembelian kembali

description

semoga bermanfaat

Transcript of BAB 3 alk

Page 1: BAB 3 alk

A. PENDAHULUAN

Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban

merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran dimasa depan

dalam bentuk uang, jasa, atau aset lainnya. Kewajiban merupakan klaim pihak luar atas aset dan

sumber daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan atau operasi

dan biasanya didahulukan dari pada pemegang ekuitas. Kewajiban pendanaan merupakan

seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel berjangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka

pendek, dan sewa.

Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam

perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan.

Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang saham)

dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung

pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan.

Investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi,

setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko.

Pengembalian (return) adalah bagian dari investor ekuitas atas laba atau reinvestasi laba.

Distribusi laba (earning distribution) adalah pembayaran dividen kepada pemegang saham.

Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk tunai atau dividen saham, atau secara tidak

langsung melalui pembelian kembali saham. Pembayaran dividen (dividend payout) mengacu

pada proporsi laba yang didistribusikan, yang sering dinyatakan dalam rasio atau prosentase,

yaitu rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio).

Page 2: BAB 3 alk

B. PEMBAHASAN

Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam

perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan.

Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang

saham) dan kreditor (pemberi pinjaman).

Analisis Aktiva Pendanaan dibagi menjadi 6 komponen, yaitu :

1. Tinjauan Kewajiban.

2. Sewa.

3. Imbalan Pasca Pensiun.

4. Kontijensi dan Komitmen.

5. Pendanaan di Luar Neraca.

6. Ekuitas Pemegang Saham.

1. KEWAJIBAN

a. Kewajiban Lancar.

Kewajiban lancar (atau jangka pendek) merupakan kewajiban yang

pelunasannya memerlukan penggunaan aset lancer atau munculnya kewajiban lancar

lainnya. Terdapat dua jenis kewajiban lanvar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operas,

meliputi utang pajak, pendanaan diterima dimuka (unearned revenue), uang muka, utang

usaha, dan beban operasi akrual lainnya, seperti utang gaji. Jenis kedua kewajiban lancar

timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek, bagian utang jangka

panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.

b. Kewajiban Tak Lancar

Kewajiban tak lancar (atau jangka panjang) merupakan kewajiban jatuh

temponya tidak dalam waktu satu tahun satu siklus operasi, mana yang lebih panjang.

Kewajiban ini meliputi pinjaman obligasi, utang, dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar

Page 3: BAB 3 alk

beragam bentuknya, dan penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas

seluruh batasan dan ketentuan.

c. Analisis Kewajiban

Auditor merupakan salah satu sumber keyakinan dalam identifikasi dan

pengukuran kewajiban. Auditor menggunakan teknik seperti konfirmasi lansung.,

melakukan telaah atas notulen rapat, membaca kontrak dan perjanjian, serta bertanya

kepada pihak-pihak yang memahami kewajiban perusahaan untuk meyakinkan diri

mereka bahwa perusahaan mencatat seluruh kewajiban. Fitur Penting dalam Analisis

Kewajiban :

1) Ketentuan utang (seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, pola

pembayaran, dan jatuh tempo).

2) Pembatasan pemikiran sumber daya dan pelaksanaa aktivitas bisnis.

3) Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan selanjutnya,

4) Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas (debt to

equity), dan ukuran keuangan lainnya.

5) Fitur konversi kewajiban yang bersifat difusi.

6) Larangan atas pembayaran-pembayaran sperti deviden.

2. SEWA

Sewa merupakan bentuk pendanaan yang popoler, khususnya dalam beberapa industry

tertentu. Sewa (lease) meru0pakan perjanjian kontraktual antara pemilik dan penyewa.

Perjanjian tersebut memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan asset yang dimiliki oleh

lessor, selama masa sewa. Terdapat dua metode alternative untuk akuntansi sewa mencerminkan

perbedaan dalam kontrak sewa. Sewa yang mengalihkan manfaat resiko kepemilikan secara

subtansial. Metode tersebut yaitu :

Page 4: BAB 3 alk

a. Sewa Pendanaan (capital lease). Jika diklasifikasikan sebagai sewa guna modal usaha ini,

baik asset yang disewakan maupun kewajiban sewa diakui dalam neraca.

b. Sewa Operasi (operating lease). Dalam hal operating lease, lessee mencatatat MLP sebagai

beban pendapatan sewa, dan tidak ada aset atau kewajiban yang diakui dalam neraca.

A. Akuntansi dan Pelaporan Sewa

Klasifikasi dan Pelaporan Sewa

Lessee mengklasifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease jika pada saat

terjadinya, transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat kriteria sebagai berikut :

1) Terdapat transfer kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa.

2) Terdapat opsi untuk membeli aset pada harga murah.

3) Masa sewa 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aset.

4) Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa minimum sebesar 90%

atau lebih dari nilai wajar aset dikurangi dengan kredit pajak investasi yang

ditahan oleh lessor.

B. Analisis Sewa

Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease terhadap analisis laporan

keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk yang spesifik tentang bagaimana menyesuaikan

laporan keuangan untuk operating lease yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.

1) Dampak Operating Lease

Walaupun standar akuntansi memperbolehkan metode alternatif untuk mencerminkan

perbedaan ekonomi yang mendasari transaksi sewa, pilihan ini sangat sering disalah gunakan

oleh lessee yang menstrukturkan kontrak sewa sehingga mereka dapat menggunakan metode

operating lease. Insentif bagi lessee untuk menstrukturkan sewa sebagai operating lease

terkait dengan dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba rugi. Ringkasan

dampak pada laporan keuangan ini adalah sebagai berikut :

1) Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya dengan tidak

menyajikan pendanaan sewa dalam neraca.

Page 5: BAB 3 alk

2) Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya.

3) Operating lease menundan pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease.

4) Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya dengan

tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun

dalam neraca.

5) Operating lease memasukan bunga dalam beban sewa.

Kemampuan operating lease untuk meningkatkan rasio utama dalam analisis kredit dan

analisi profitabilitas tetap menjadi unsentif utama bagi lessee untuk melakukan pendanaan diluar

neraca.

3. MANFAAT PASCA PENSIUN

Penyedia kerja sering menyediakan manfaat bagi pekerja pascapensiun. Terdapat dua

bentuk manfaat pascapensiun, yaitu :

1) Manfaar pension, dimana pemberi kerja menjanjikan manfaat moneter kepada

pekerja pascapensiun.

2) Manfaat lain pascapensiun pekerja, dimana pemberi kerja menyediakan manfaat lain

terutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.

Kedua jenis menfaat menghadirkan tantangan konseptual yang sama bagi akuintansi dan

analisis. Standar akuntansi saat ini mensyaratkan pengakuan beban manfaat pascapensiun saat pekerja

aktit memberikan jasa.

a. Manfaat Pensiun

Akuntansi pension mensyaratkan pemahaman ekonomi yang mendasari transaksi dan

peristiwa pension. Dengan demikian, kita membahas sifat transaksi dan peristiwa pensiun terlebih

dahulu, bersama dengan ekonomi yang mendasari akuntansi pensiun, sebelum membahas

ketentuan pensiun.

Page 6: BAB 3 alk

b. Sifat Kewajiban Pensiun

Perusahaan memformalkan komitmen pensiun dalam bentuk program pensiun. Program

pensiun merupakan perjanjian pemberi kerja untuk menyediakan manfaat pensiun bagi pekerja,

dan perjanjian tersebut melibatkan tiga pihak, yaitu : pemberi kerja, yang memberikan kontribusi

pada program pensiun; pekerja yang menerima manfaat; dan dana pensiun. Dana pensiun

terpisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh pihak yang ditunjuk. Dama pensiun

menerima kontribusi, menginvestasikan kontribusi tersebut dengan cara yang tepat, dan

membagikan manfaat pensiun kepada pekerja.

Program pensiun secara pasti menentukan manfaat, hak dan tanggung jawab pemberi

kerja dan pekerja. Program pensiun dapat dibagi menjadi dua krategori utama. Program pensiun

manfaat pasti menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh pemberi kerja untuk disediakan

bagi pensiunan. Program pensiun iuran pasti menentukan jumlah kontribusi pemberi kerja ada

program pensiun.

4. Persyaratan Akuntansi Pensiun

Kerangka dasar akuntansi pensiun dijelaskan pertama kali oleh GAAP dalam

SFAS 87. Focus SFAS 87 adalah tercapainya ukuran biaya pensiun yang stabil dan

permanen. Oleh karena itu, beban pensiun yang termasuk dalam laba bersih disebut biaya

pensiun periode bersih, meratakan komponen volatilitas biaya pensiun dengan cara

menunda pengakuannya melalui proses ditangguhkan atau amortisasi.

Status yang diakui dalam neraca. Akuntansi pensiun terkini mengakui status

pendanaan bagi program pensiun pada neraca. Status pendanaan merupakan perbedaan

antara nilai pasar terkini asset program pensiun dan kewajiban pensiun.

Biaya pensiun yang diakui. Pengakuan biaya pensiun yang dimasukkan dalam

laba bersih adalah versi rata dari biaya pensiun ekonomi actual untuk periode tersebut.

Proses perataan menangguhkan pos volatilitas dan sesekali seperti keuntungan dan

kerugian aktuarial serta biaya jasa lalu.

Artikulasi sekuritas neraca dan laporan laba rugi. Oleh karena semua

perubahan atas status pendanaan tidak dimasukkan dalam biaya pensiun yang diakui,

sekuritas pensiun dalam neraca dan laporan laba rugi tidak akan diartikulasikan. Untuk

Page 7: BAB 3 alk

mengartikulasikan kedua sekuritas, penangguhan bersih untuk periode tersebut

dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya untuk periode yang bersangkutan,

sementara kumulatif penangguhan bersih dimasukkan dalam akumulasi laba

komprehensif lainnya, yaitu merupakan komponen ekuitas pemegang saham.

5. Manfaat Karyawan Pascapensiun Lainnya

Manfaat pascapensiun selain pensiun atau manaat lain pascapensiun karyawan

merupakan manfaat yang diberikan oleh pemberi kerja kepada pensiunan dan anggota

keluarga. Komponen dasar dari OPEB adalah manaat perawatan kesehatan. Sebagai

tambahan, perusahaan member asuransi jiwa, dan pada kasus lain yang jarang terjadi,

perusahaan meyediakan bantua 132, yang mengharuskan format pengungkapan yang

sama bagi OPEB dan manfaat pensiun. Perusahaan jarang melaporkan secara terpisah

baik antara status pendanaan dalam neraca maupun biaya manfaat pascapensiun didalam

laporan laba rugi. Namun, standar SFAS 132 ini meminta pengungkapan catatan kaki

yang panjang lebar, meliputi rincian tentang ekonomi dan jumlah yang dilaporkan terkait

dengan status pendanaan dan biaya manfaat pascapensiun, rincian asumsi aktuaria dan

informasi yang relevan lainnya.

6. Analisis Manfaat Pascapensiun

Analisis pengungkapan manfaat pascapensiun penting dilakukan, karena besarnya

kewajiban maupun karena kompleksitas aturan akuntansi. Terdapatprosedur lima langkah

untuk analisis manfaat pascapensiun, yaitu :

a) Rekonsiliasi Angka Ekonomis dan Angka yang Dilaporkan

b) Menyesuaikan Laporan Laba Rugi dan Neraca

c) Asumsi Aktuaria dan Analisis Sensitivitas

d) Paparan Risiko Pensiun

1) Program pensiun dapat menghadapkan perusahaan pada risiko

tertentu. Risiko ini timbul dalam hal asset program mempunyai profil

risiko yang berbeda dengan kewajiban pensiun khususnya ketika

Page 8: BAB 3 alk

perubahan nilai pasar suatu asset program tidak memounyai korelasi

dengan perubahan pada nilai kewajiban pensiun.

e) Implikasi Arus Kas atas Manfaat Pascapensiun

1) Imolikasi arus kas manfaat pascapensiun langsung dirasakan. Yaitu

bahwa arus kas keluar sama dengan kontribusi yang disiapkan perusahaan

untuk program ini.

7. KONTINJENSI DAN KOMITMEN

a. Kontinjensi

Kontinjensi merupakan keuntungan dan kerugian potensial yang penyelesainnya

bergantung pada satu atu lebih peristiwa di masa depan. Kerugian kontinjensi yang

disebut kewajiban kontinjen/bersyarat merupakan klaim potensial atas sumber daya

perusahaan.

Kerugian kontinjensi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat sebagai

kerugian. Pertama, “besar kemungkinan” bahwa asset akan turun nilainya atau kewajiban

akan timbul. Kondisi kedua adalah jumlah kerugian harus “dapat diestimasikan dengan

memadahi”. Contoh untuk kedua kondisi ini adalah kerugian piutang tak tertagih dan

kewajiban garansi produk. Untuk kedua kasus tersebut, kerugian maupun kewajiban

diestimasi dicatat dalam laporan keuangan.

b. Analisis Kewajiban Kontinjen

Kewajiban kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa dan jaminan merupakan

estimasi. Keakuratan analisis atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan estimasi

tersebut, yang seringkali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan atau harapan

dimasa depan.

Disini kita juga harus menganalisis pengungkapan atas seluruh kerugian

(keuntungan) kontnjensi. Pengungkapan kontinjensi umumnya meliputi :

a) Deskripsi kewajiban kontinjen dan tingkat risiko.

Page 9: BAB 3 alk

b) Jimlah kontinjensi potensial dan bagaimana partisipasi pihak lain diperlakukan

dalam penentuan risiko.

c) Pembebanan estimasi kerugian kontinjen, jika ada.

Analisis kita harus mengakui bahwa perusahaan terkadang kurang mengestimasi

atau tidak mengakui kewajiban tersebut. Contohnya adalah penerbangan gratis bagi

pelanggan setia yang mengumpulkan poin berdasarka kilometer penerbangan. Frequent

flyer mileage yang belium diklaim memberikan bermiliar-miliar kilometer penerbangan

gratis bagi para penumpang. Dan juga menjamin kesetiaan pelanggan dan menawarkan

manfaat pemasran yang tidak gratis. Oleh karena realisasi kewajiban mungkin terjadi dan

dapat diestimasi, kewajiban tersebut harus diakui dalam neraca dan laporan laba rugi.

c. Komitmen

Komitmen merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan berdasarkan

kinerja di masa depan sesuai kontrak. Komitmen tidak diakui dalam laporan keuangan

karena peristiwa seperti penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan pembelian

bukan merupakan transaksi yang lengkap. Contoh tambahan adalah kontrak jangka

panjang yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli barang atau jasa pada harga tertentu,

dan kontrak pembelian asset tetap yang harus dibayar selama masa konstruksi. Semua

komitmen merupakan pengungkapan faktor-faktor penting atas kewajiban komitmen,

termasuk jumlah, kondisi, dan waktu.

8. PENDANAAN DI LUAR NERACA

Pendanaan di luar neraca adalah tidak tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu. Selain

sewa, terdapat rancangan pendanaan di luar neraca lainnya, mulai dari yang sederhana

sampai yang sangat kompleks. Rancangan ini merupakan bagian dari tatanan yang selalu

berubah, di mana saat ketentuan akuntansi atas transaksi pendanaan di luar neraca diterapkan

untuk lebih menerminkan kewajiban, diciptakan transaksi baru yang inivatif untuk

menggantikannya.

Page 10: BAB 3 alk

9. PENDANAAN DI LUAR NERACA

a. Entitas Bertujuan Khusus

Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entitas-SPE) telah menjadi

mekanisme pendanaan yang sah selama lebih dari 2 dekade dan menjadi bagian yang tak

terpisahkan dari keuangan perusahaan saat ini. konsep dari SPE adalah :

1) SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi ekuitas,

beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang didependen.

2) SPE meningkatkan investasi ekuitas dengan meminjam dari pasar kredit dan

membeli asset dari atau untuk perusahaa sponsor.

3) Arus kas dari asset digunakan untuk membayar utang dan menyediakan

pengembalian bagi investor ekuitas.

Terdapat 2 alasan atas kepopuleran SPE, yaitu :

a) SPE dapat menyediakan alternative pendanaan berbiaya rendah daripada meminjam

langsung dari pasar kredit. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas SPE yang dibatasi

dan akibatya para investor membeli arus kas yang dijamin dengan baik, yang tidak

dihadapkan pada risiko bisnis yang terdapat dalam penyediaan modal langsung kepada

perusahaan sponsor.

b) Dalam GAAP sekarang, selama SPE distrukturkan dengan benar, SPE diperlukan

sebagai entitas terpisah, tidak dikonsolidasikan dengan perusahaan sponsor.

Banyak SPE yang tidak berbentuk perusahaan dan tidak mempunyai kepemilikan

saham. FASB mengklasifikasikan perusahaan jenis ini sebagai “perusahaan dengan

berbagai kepentingan” (variable interest entitie –VIE) jika total ekuitas yang

dipertaruhkan tidak mampu membiayai operasinya atau jika VIE kurang salah satu dari

kondisi :

a) Kemampuan mengambil keputusan,

b) Kewajiban untuk menyerap kerugian,

Page 11: BAB 3 alk

c) Hak untuk menerima tingkat pegembalian.

Dalam hal tersebut, VIE dikonsolidasi dengan badan yang mempunyai

kemampuan mengambil keputusan, kewajiban untuk menyerap kerugian, dan hak untuk

menerima tingkat pengembalian. Hasil dari konsolidasi adalah penggabungan lapora

keuangan dari Penerima Utama dan VIE, sehingga mengeliminasi manfaat apa pun yang

dihasilkan dari perlakuan di luar neraca oleh VIE.

10. EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik atau pemegang saham perusahaan.

Pemegang saham dihadapkan pada risiko tertinggi perusahaan. Pada saat yang bersamaan,

pemegang saham memiliki kemungkinan pengembalian maksimum karena mereka berhak

atas seluruh pengembalian setelah hak para kreditor terpenuhi. Analisis terhadap ekuitas

harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan. Analisis tersebut meliputi :

1. Mengklasifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas.

2. Mempelajari hak untuk kelompok pemegang saham dan prioritas mereka dalam likuidasi.

3. Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.

4. Menelaah kontrak, ketentuan hukum, dan pembatasan atas distribusi saldo laba.

5. Menilai ketentuan dan provisi sekuritas yang dapat dikonversi.

a. Modal Saham

1) Pelaporan Modal Saham

Pelaporan modal saham meliputi penjelasan atas perubahan jumlah lembar

modal yang diungkapkan dalam laporan keuangan atau catatan terkait. Alasan

perubahan modal saham berdasarkan kenaikan dan penurunan, yaitu :

2) Sumber kenaikan modal saham yang beredar

1) Penerbitan saham.

Page 12: BAB 3 alk

2) Konversi utang dan saham preferen.

3) Penerbitan dividen saham dan pemecahan saham.

4) Penerbitan saham dalam akuisis dan merger.

5) Penerbitan untuk opsi saham dan weran.

3) Sumber penurunan modal saham yang beredar :

1) Pembelian dan penghentian saham.

2) Pembelian kembali saham.

3) Pemecahan saham terbaik.

Aspek penting yang lain dalam analisis modal saham adalah evaluasi atau opsi

yang dimiliki oleh pihak lain, saat dilaksanakan, menyebabkan kenaiakan jumlah

saham beredar dan medilusi kepemilikan. Hal tersebut meliputi :

1) Hak konversi utang dan saham preferen menjadi saham biasa.

2) Waran yang dapat ditukarkan dengan saham dalam kondisi tertentu.

3) Opsi saham untuk kompensasi dan bonus memerlukan penerbitan modal

saham selama periode tertentu pada harga tetap.

4) Komitmen untuk menerbitkan modal saham.

Dampak dilusi pada laba dan nilai buku per lembar saham bergantung pada

faktor – faktor seperti jumlah yang diterima atau hak lain yang diberikan saat

konversi sekuritas dilakukan. Dilusi merupakan biaya nyata perusahaan, biaya yang

sedikit diakui secara formal dalam lapran keuangan.

Page 13: BAB 3 alk

b. Klasifikasi Modal Saham

Modal saham (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada

pemegang ekuitas sebagai pembayaran asset dan jasa. Terdapat 2 jenis modal saham,

yaitu :

a. Saham preferen (preferred stock). Kelompok khusus saham yang memiliki fitur yang

tidak dimiliki oleh saham biasa. Ciri – ciri saham preferen :

1) Prioritas atas distribusi dividen.

2) Prioritas atas likuiadasi.

3) Dapat dikonversi menjadi saham biasa.

4) Tidak memiliki hak suara.

5) Harga pembelian kembali.

Perbedaan antara pemegang saham preferen dengan kreditor yaitu pemegang saham

preferen tidak memiliki hak untuk meminta penarikan (redemption) saham mereka.

b. Saham biasa (common stock). Kelompok saham yang mencermikan hak kepemilikan

serta memiliki risiko tiggi dan pengembalian tinggo atas kinerja perusahaan.

c. Analisis Modal Saham

a. Saldo Laba (retairned earnings)

Saldo laba merupaka modal yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Akun saldo laba

mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya

perusahaan.

b. Dividen Tunai dan Dividen Saham

Page 14: BAB 3 alk

Dividen tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.

Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat diumumkan menjadi

kewajiban bagi perusahaan.

Dividen saham (stock dividend) merupakan distribusi saham perusahaan itu sendiri

kepada pemegang saham secara proporsional. Dividen ini mencerminkan kapitalisasi

laba secara permanen. Pemegang saham menerima tambahan saha, sebagai pengalih

saldo laba ke akun modal.

d. Pembatasan Saldo Laba

Pembatasan atau persyaratan saldo laba (restrictions or covenant of retained

earnings) merupakan pembatasan atas ketentuan saldo laba sejumlah tertentu.

Pembatasan penting meliputi pembatasan distribusi dividen. Ketentuan dari obligasi dan

kesepakatan merupakan sumber utama pembatasan.

e. Spin Off dan Split Off

Suatu perusahaan sering melakukan divestasi anak perusahaan dengan cara dijual

langsung ataupun dibagikan kepada pemegang sahamnya. Pembagian anak perusahaan

kepada pemegang saham dapat mengambil salah satu dari 2 bentuk, yaitu :

a. Spin Off, yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham sebagai

dividen.

b. Split Off. Yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang dimiliki perusahaan dengan

saham yang dimiliki oleh para pemegang saham.

Apabila transaksi tersebut mempengaruhi para pemegang saham atas dasar pro rata,

investasi dalam anak perusahaan dibagikan dengan nilai bukunya. Pada pembagian bukan

pro rata, investasi pertama dinyatakan dalam nilai pasar, sehingga menghasilkan

keuntungan pada distribusi, kemudian investasi nilai pasar ini dibagikan kepada

parapemegang saham.

Page 15: BAB 3 alk

f. Penyesuaian Periode Lalu

Penyesuaian periode lalu (prior period adjustments) merupakan koreksi dari

kesalahan di periode laporan keuangan lalu. Perusahaan tidak melaporkannya dalam

laporan laba rugi, tetapi melaporkan sebagai penyesuaian.

11. NILAI BUKU per LEMBAR SAHAM

1. Perhitungan Nilai Buku per Lembar Saham

Nilai buku per lembar saham (book value pershare) adalah angka per lembar yang

berasal dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca. ”Nilai

buku” (book value) merupakan istilah konvensional yang mengacu pada nilai asset

bersih, yaitu total asset dikurangi dengan kewajiban dan klaim sekuritas yang

diprioritaskan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca.

2. Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham

Aplikasi dalam nilai buku dalam analisis laporan keuangan, yaitu :

a. Nilai buku, dengan potensi penyesuaian, sering kali digunakan dalam penilaian

kesepakatan merger.

b. Analisis perusahaan dengan komposisi besar asset likuid sangat bergantung pada nilai

buku.

c. Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan penutupan

asset.

Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi dalam perhitungan nilai

buku per lembar saham. Nilai tercatat sebagai asset, khususnya asset jangka panjang.

Asset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan asset kontijen dengan

kemungkinan terjadi yang tinggi sering kali tidak tercermin dalam nilai buku.

Page 16: BAB 3 alk

3. Saham Preferen yang Dapat Ditarik Kembali

SEC menyatakan bahwa saham preferen yang dapat ditarik kembali berbeda

dengan modal ekuitas konvensional dan bukan merupakan ekuitas pemegang saham dan

tidak digabungkan dengan sekuritas ekuitas yang tidak dapat ditarik kembali. SEC

mensyaratkan pengungkapan ketentuan penarikan kembali dan data nilai jatuh tempo

selama 5 tahun. Standar akuntansi mensyaratkan pengungkapan ketentuan penarikan

kembali saham preferen untuk setiap tahun selama 5 tahun setelah tanggal neraca.

12. AKUNTANSI DAN ANALISIS SEWA – LESSOR

Akuntansi sewa bagi lessor mirip dengan akuntansi sewa bagi lesse. Jika

diklasifikasikan sebagai operating lease, asset sewa tetap berada dalam neraca lessor dan

pembayaran sewa diperlakukan sebagai pendapatan saat diterima. Sewa dibedakan menjadi

dua, yaitu :

1) Sewa penjualan (sales type lease). Biaya asset sewa berbeda dari nilai wajar

pasarnya pada tanggal sewa.

2) Sewa pendanaan langsung (direct financing lease). Nilai sewa sama dengan harga

perolehan asset yang dibeli dan tidak ada pencatatan penjualan atau laba kotor.

13. IMPLIKASI ANALISIS

Implikasi analisis sewa sama dengan implikasi kredit lainnya. Ada beberapa risiko

yang terkandung dalam pemberian kredit, yaitu ketersediaan cadangan untuk piutang sewa

yangtidak tertagih dibandingkan dengan kerugian yang pernah dialami lessor, piutang sewa

akan ditagih selama bertahun – tahun dan dibandingkan umur rata – rata portofolio sewa

dengan kewajiban perusahaan. Utang jangka pendek berbunga mengambang tidak tepat

digunakan untuk mendanai sewa berjangka menengah dengan pembayaran berjumlah tetap.

Page 17: BAB 3 alk

14. PENJUALAN DAN PENYEWAAN KEMBALI (SALE – LEASEBACK)

Transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale – leaseback) merupakan penjualan

asset yang dimiliki dan penyewaan asset yang sama. Perusahaan sering menggunakan sale –

leaseback untuk membebaskan kas dari asset yang ada, terutama real estate.

15. AKUNTANSI KHUSUS UNTUK MANFAAT PASCAPENSIUN

1. EKONOMI AKUNTANSI PENSIUN

1) Kewajiban Pensiun

Definisi dari kewajiban pension :

1) Akumulasi kewajiban manfaat (accumulated benefit obligation – ABO) merupakan

nilai sekarang aktuaria kewajiban manfaat pensiuan di masa depan kepada pekerja

pada saat pensiun berdasarkan kompensasi saat ini dan jasa sampai saat ini.

2) Proyeksi kewajiban manfaat (projected benefit obligation – PBO) merupakan

estimasi aktuaria atas utang manfaat pension di masa depan kepada pegawai pada saat

pension berdasarkan kompensasi yang diharapkan masadepan dan jasa sampai saat

ini.

2. Asset Pensiun dan Status Pendanaan

Selisih antara nilai asset program dan PBO disebut dengan status pendanaan

(funded status) atas program yang mempresentasikan posisi ekonomi bersihnya. Sebuah

program disebut dengan ”didanai lebih” (overfunded) bila nilai asset pension lebih besar

dari PBO, dan disebut “didanai kurang” (underfunded) bila nilai asset pension lebih kecil

dari PBO. Terdapat alasan terjadinya pendanaan kurang 9underfunded), termasuk kinerja

investasi yang buruk, perubahan aturan pension seperti pemberian manfaat retroaktif, dan

kontribusi oleh pemberi kerja yang tidak memadai.

Page 18: BAB 3 alk

3. Biaya Pensiun

Biaya pensiun ekonomi (economic pension cost) merupakan biaya bersih yang

timbul dari perubahan posisi ekonomi bersih atau status pendanaan selama periode

bersangkutan. Biaya pension ekonomi meliputi komponen yang berulang atau normal

maupun yang tidak berulang atau abnormal. Biaya pension yang berulang (recurring

pension cost) terdiri atas dua komponen, yaitu :

a. Biaya jasa (service cost) merupakan nilai sekarang aktuaria atas manfaat pension

yang dihasilkan oleh pegawai berdasarkan rumus manfaat pension.

b. Biaya bunga (interest cost) merupakan penambahan atas PBO yang timbul karena

pembayaram pensiun menjadi satu periode lebih dekat. Biaya ini muncul karena PBO

merupakan nilai sekarang atas manfaat pensiun di masa depan, di mana kenaiakn

terkait dengan “nilai waktu dari uang” (time value of money).

Biaya pensiun yang tidak berulang juga memiliki dua komponen, yaitu :

a. Keuntungan atau Kerugian aktuaria (actuarial gain or loss0 merupakan perubahan

PBO yang terjadi saat asumsi aktuaria dalam perhitungan PBO direvisi.

b. Biaya jasa lalu (priorservice cost) timbul karena perubahan ketentuan program

pensiun atas PBO. Biaya jasa lalu meliputi manfaat pensiun retroaktif yang diberikan

pada awal program pensiun atau manfaat pensiun yang dibentuk oleh amandemen

program yang umumnya terjadi karena negosiasi tenaga kerja dan tawar – menawar

secara kolektif.

16. KETENTUAN AKUNTANSI PENSIUN

1. Biaya Pensiun yang Diakui

a. Pengembalian atas asset program yang diharapkan. Karena program pensiun

berinvestasi untuk jangka panjang, biaya pensiun dikurangi oleh pengembalian asset

program yang diharapkan. Penggunaan pengembalian actual menyebabkan biaya

pensiun mengikuti fluktuasi pasar keuangan sehingga menjadi terlalu fluktuasi.

Page 19: BAB 3 alk

b. Penangguhan atas keuntungan kerugian actuarial. Keuntungan kerugian actuarial

dihitung dari perubahan asumsi actuarial. Perubahan yang umum terjadi adalah

sehubungan dengan perubahan tingkat diskonto, yang terhubung dengan fluktuasi

suku bunga dalam perekonomian.

c. Amortisasi keuntungan atau kerugian bersih. Penangguhan dan amortisasi

keuntungan atau kerugian serta perbedaan antara tingkat pengembalian actual dengan

yang diharapkan ditangguhkan digabungkan yang disebut dengan keuntungan

(kerugian) bersih. Jumlah net ditambahkan pada saldo yang belum diamortisasi yang

terbawa dari masa lalu carry – forward untuk menentukan total keuntungan kerugian

bersih yang belum diakui.

d. Penangguhan dan amortisasi biaya jasa lalu. Biaya jasa lalu adalah manfaat

yangretroaktif yang timbul terutama melalui negosiasi ulang darei kontrak pensiun.

Biaya jasa lalu relevan selama beberapa periode dan sifatnya tak berulang. Akuntansi

pensiun menangguhkan dan mengamortisasi pengaruh biaya jasa lalu selama rata –

rata sisa masa manfaat dari program pegawai dengan menggunakan metode garis

lurus.

17. SEKILAS AKUNTANSI OPEB

1. Status yang Diakui di Neraca

Titik awal dalam menentukan kewajiban OPEB adalah mengestimasi kewajiban

manfaat pascapensiun yang diharapkan (expected postretirement benefit obligation –

EPBO), yang merupakan nilai sekarang dari pembayaran OPEB di masa depan yang

berhubungan dengan pekerja. Keseluruhan dari EPBO tidak diakui secara langsung,

melainkan dengan cara bertahap.

2. Mengakui Biaya OPEB

Komponen biaya OPEB yang diakui dalam laba bersih, yaitu :

a. Biaya jasa. Nilai sekarang aktuaria dari manfaat yang dihasilkan oleh pegawai

selama satu periode, bagian dari OPEB yang diatribusikan pada tahun berjalan.

Page 20: BAB 3 alk

b. Biaya bunga. Pertumbuhan APBO selama satu periode menggunakan asumsi

tingkat diskonto.

c. Pengembalian yang diharapkan atas asset program. Merupakan nilai pembukaan

pasar wajar dari asset program OPEB dikalikan dengan tingkat pengembalian

jangka panjang yang diharapkan dari asset tersebut.

d. Amortisasi keuntungan dan kerugian bersih. Dalam pensiun, keuntungan

(kerugian) actuarial dapat timbul ketika asumsi aktuarial. Keuntungan dan

kerugian aktuarial ditambahkan kepada perbedaan antara tingkat pengembalain

asset program aktual dengan yang diharapkan, dan jumlah bersih tersebut

ditangguhkan.

e. Amortisasi biaya jasa lalu. Biaya yang timbul akibat perubahan dari amandemen

program, atau biaya jasa lalu, ditangguhkan dan diamortisasi secara garis lurus

selama periode jasa yang tersisa di masa depan.

3. Artikulasi Neraca dan Lba Bersih

Proses pemerataan biaya manfaat pascapensiun bersih tidak akan diartikulasi

dengan perubahan status pendanaan pada neraca. Penangguhan bersih selama setahun

dimasukkanb dalam laba komprehensif lainnya untuk tahun tersebut dan akumulasi

penangguhan bersih dimasukkan dalam akumulasi laba komprehensif lainnya.

Page 21: BAB 3 alk

C. PENUTUP

1. KESIMPULAN

Aktivitas pendanaan adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk

memperoleh uang untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Sumber pendanaan

eksternal ada dua yaitu pemilik atau pemegang saham, dan pemberi pinjaman.

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang pelunasannya menggunakan aset lancar

atau munculnya kewajiban lancar lainnya. Pada praktiknya kewajiban lancar dicatat pada

nilai temponya bukn pada nilai waktu sekarang. Ada dua jenis kewajiban lancar yaitu

yang timbul dari aktivitas pendanaan dan yang timbul dari aktivitas operasi.