BAB 3

download BAB 3

of 20

description

BAB 3

Transcript of BAB 3

41

54

nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc) dan Overall design coefficient of heat transfer (Ud). Selama ini pemahaman mahasiswa tentang heat exchanger hanya sebatas teori yang didapatkan selama proses belajar di perguruan tinggi sehingga perlu dikaji lagi bagian heat exchanger dalam skala industri terutama terkait tentang spesifikasinya

3.3 TujuanAdapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :1. Untuk memahami proses perpindahan panas pada alat Syn Gas Compressor After Cooler di unit ammonia P-1B PT. Pusri Palembang2. Untuk mengetahui nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor design dan aktual pada heat exchanger 124-C

3.4 ManfaatAdapun Manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui kondisi peralatan dari aspek perpindahan panasnya.2. Dapat menjadi informasi tambahan bagi industri dalam evaluasi dari heat exchanger di unit ammonia P-1B PT. Pusri Palembang

3.5 Perumusan MasalahHeat Exchanger 124-C di unit amoniak merupakan alat penukar panas yang mulai beroperasi pada tanggal 4 April 1972. Alat tersebut telah beroperasi selama 41 tahun. Mengingat usia penggunaan yang sudah lama maka perlunya dievaluasi bagaimana kinerja alat secara aktual ditinjau dari koefisien perpindahahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor.

3.6Tinjauan Pustaka3.6.1 Perpindahan PanasPanas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantarafluida panasdan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.Menurut Holman,1995 mekanisme perpindahan panas terdiri atas :a. Perpindahan Panas Secara Konduksi,merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. b. Perpindahan Panas Secara Konveksi, merupakanperpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik.c. Perpindahan Panas Secara Radiasi, merupakanperpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.

Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh :1. Koefisien over all perpindahan panasMenyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi2. Selisih temperature rata-rata logaritmik (LMTD)LMTD merupakan perbedaan temperature yang dipukul rata-rata setiap bagian heat exchanger karena perbedaan temperature tiap bagian tidak sama

3.6.2 Heat ExchangerHeat exchanger adalah suatu alat penukar panas yang digunakan untuk memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida lainnya melalui suatu proses yang disebut dengan proses perpindahan panas (heat transfer).Heat exchanger dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam (kern 1966), yaitu :1. Heat exchanger berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi :a. Shell and Tube Exchanger , merupakan Heat exchanger dengan pipa besar (shell) berisi beberapa tube yang relatif kecil.b. Double Pipe Exchanger, merupakan Heat exchanger dimana pipa yang satu berada di dalam pipa yang lebih besar yang merupakan dua pipa yang konsentrisc. Box Cooler, merupakan Heat exchanger yang memiliki susunan pipa pia atau beberapa bundle pipa dimasukkan ke dalam box berisi air

2. Heat exchanger berdasarkan jenis alirannya dibedakan menjadi :a. Counter Current, merupakan jenis Heat exchanger dimana fluida panas mengalir dengan arah yang berlawan dengan media pendinginnyab. Co Current, merupakan Heat exchanger dimana fluida panas mengalir searah dengan media pendinginnyac. Cross Flow, merupakan Heat exchanger dimana fluida panas mengalir dengan saling memotong arah dengan media pendinginnya. Heat exchanger ini merupakan gabungan dari Counter Current dan Co Current Heat exchanger.

3.6.3 Shell and Tube ExchangerHeat exchanger tipe shell dan tube pada dasarnya terdiri dari berkas tube (tube bundles) yang dipasangkan di dalam shell yang berbentuk silinder. Bagian ujung dari berkas tube dikencangkan pada dudukan tube yang disebut tube sheet dan sekaligus berfungsi untuk memisahkan fluida yang mengalir di sisi shell dan di sisi tube. Pada shell and tube exchanger satu fluida mengalir di dalam tube sedang fluida yang lain mengalir di ruang antara tube bundle dan shell.Komponen penyusun Heat Exchanger jenis shell and tube seperti yang terlihat pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Komponen Penyusun Heat Exchanger Jenis Shell and Tube

a) ShellMerupakan bagian tengah alat penukar panas dan tempat untuk tube bundle. Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang menerima atau melepaskan panas.b) TubeMerupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell yang merupakan tempat fluida yang akan dipanaskan ataupun didinginkan. Tube tersedia dalam berbagai bahan logam yang memiliki harga konduktivitas panas besar sehingga hambatan perpindahan panasnya rendah.c) Tube sheetKomponen ini adalah suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung-ujung tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell dan tube.

d) Tube pitchTube pitch adalah jarak center-to-center diantara tube-tube yang berdekatan. Lubang tube tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak tube yang terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube. Jarak terdekat antara dua tube yang berdekatan disebut clearance. Tube diletakkan dengan susunan bujur sangkar atau segitiga seperti terlihat pada gambar 6 berikut

Gambar 6. Tubes Layout yang Umum Pada HE

e) Channel coverMerupakan bagian penutup pada konstruksi heat exchanger yang dapat dibuka pada saat pemeriksaan dan pembersihan alat.f) Pass dividerKomponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channel untuk membagi aliran fluida tube.g) BafflePada umumnya tinggi segmen potongan dari baffle adalah seperempat diameter dalam shell yang disebut 25% cut segmental baffle. Baffle tersebut berlubang-lubang agar bisa dilalui oleh tube yang diletakkan pada rod-baffle. Baffle digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang lebih tinggi akan diperoleh, seperti yang terlihat pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Segmental baffle

3.7 Pemecahan MasalahPengambilan data dilakukan mulai dari tanggal 29 Juli 2014 sampai 2 agustus 2014 pada jam 09.00 WIB. Pengambilan data dilakukan di control room dan meninjau langsung ke lokasi alat. Data yang diambil di control room merupakan data temperatur inlet untuk synthesis gas disch 103-J pada THI-104 dan temperatur outlet untuk synthesis gas pada TRX-300 sedangkan data yang diambil di lokasi alat yaitu temperatur inlet dan outlet cooling water. Untuk data komposisi komponen inlet syn gas di alat heat exchanger 124-C didapatkan dari laboratorium P-1B PT. Pusri Palembang.Untuk menghitung koefisien perpindahan panas menyeluruh pada alat 124-C (Syn Gas Compressor After Cooler) dapat dilakukan dengan beberapa tahapan penyelesaian sebagai berikut :1. Menghitung Pysical properties Fluida pada bagian shell dan tube (Cp,,k,). Untuk mengevaluasi kinerja Syn Gas Compressor After Cooler (124-C) diperlukan data property fisis fluida, yaitu : fraksi mol (y), fraksi berat (w), viskositas (), kapasitas panas (cp), konduktivitas termal (k) densitas (). Data property fisis fluida untuk fluida nonviscus ( < 1cp) dihitung pada suhu rata-rata (Kern, 1950)

Tavg = (Kern, 1950)Dimana : Tavg = Temperatur rata-rataT1 = Temperatur masukT2 = Temperatur keluar

a. Perhitungan fraksi mol (yi) dan fraksi berat (wi)Perhitungan fraksi mol (yi) dan fraksi berat (wi) dihitung berdasarkan % volume fluida1. Volum fluida = % volum x basis perhitungan2. Mol = volum /22,43. % Mol (yi) = 4. Massa = mol x BM5. % Massa (yi) =

b. Perhitungan kapasitas panas (Cp)a. Menghitung kapasitas panas komponen (cp)Cp = A +BT +CT2 +DT3 (coulson, 1989)A, B, C, D diperoleh dari App. D coulson atau Cp komponen dapat dilihat dari figure 3 Kern, 1950b. Menghitung Cp campuranCp mix = wa.cpa +wb.cpb + wc.cpc (Coulson, 1989)Dimana :Cp = kapasitas panas komponenCp mix = kapasitas panas campuranc. Perhitungan viskositas ()a. Menghitung viskositas komponen () tiap komponen diperoleh dari figure 15. Kernb. Menghitung viskositas campuran ( mix)

(Coulson, 1989)Dimana :w1,w2,w3 = fraksi massa komponen 1,2, dan 3 1, 2, 3 = viskositas komponen 1 dan 2

d. Perhitungan konduktivitas Thermal1. Menghitung konduktivitas termal komponenK tiap komponen diperoleh dari interpolasi tabel 5. Kern dan program 2. Menghitung konduktivitas Termal Campuran (kmix) :K mix = ki.w1 + k2.w2 + k3.w3Dimana : w1,w2,w3 = fraksi massa komponen 1,2, dan 3k1, k2, k3 = konduktivitas termal komponen 1 dan 2

2. Menghitung neraca panas fluida (Qs = Qt)Q Shell = W x Cp x T (Kern, 1950)Q Tube = w x Cp x t (Kern, 1950)

3. Menghitung beda temperature rata-rata logaritmik (t LMTD)t = FT x LMTD

LMTD = ( Kern, 1950)

R =

S = Ft = Figure 19 kernt = F x LMTD

4. Menghitung Temperatur Kalorik (Tc dan tc) Temperatur kalorik ditafsirkan sebagai temperature rata-rata fluida yang terlibat dalam pertukaran panas di dalam penukar panas.Tc = T2 + Fc (T1-T2) (Kern, 1950)tc = t1 + Fc (t2-t1) (Kern, 1950)

Dari Fig. 17 Kern didapat harga Kc dan Fc dengan perbandingan

(Kern, 1950)Tetapi jika nilai viskositas kedua fluida kurang dari 1 ( < 1 cp) maka temperature kalorik sama dengan temperature rata-ratanya (Tc = Tavg dan tc = tavg) dan nilai s = 1 ; t = 1

5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada bagian Tube (hi dan hio)a. Menghitung daerah aliran yang tegak lurus di dalam tube (at)

(Kern, 1950)Dimana : NT = Jumlah Tubeat = Flow area per tube (in2), diperoleh dari tabel 10 Kernn = Jumlah tube passes

b. Menghitung laju alir fluida dingin (Gt)

(Kern, 1950)Dimana :Gt = mass velocity fluida dinginc. Menghitung Reynold number (Ret)

(Kern, 1950)Dimana : Ret=Bilangan Reynold pada bagian tube (tidak bersatuan)D = ID tube (ft), diperoleh dari tabel 10 Kern

d. Mencari nilai jHjH= Figure 24 kern

e. Menghitung nilai Thermal Function (Prandl Number)

1/3 (Kern, 1950)Dimana:Cp = kapasitas panas = viskositas k = konduktivitas thermal

f. Perhitungan Inside Film Coefficient (hi/)

hi/ = jH . (Kern, 1950)

hio = hi x Dimana jH = Faktor untuk heat exchanger (diperoleh dari fig.24, Kern 1950)ID = Diameter bagian dalam shell (m)OD = Diameter bagian luar tube (m)

6. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada Bagian Shell ( ho )a. Menghitung cross flow area pada bagian shell ( as )

(Kern, 1950)Dimana:ID = Diameter bagian dalam shellC = Clearance = PT OD tubePT = Tube PitchB = Baffle Spacing

b. Menghitung laju alir fluida dingin (Gs)

Gs = (Kern, 1950)Dimana :Gs = mass velocity fluida pada sisi bagian shellas = cross flow area pada bagian shell

c. Menghitung Reynold Number (Res)

(Kern, 1950)Dimana :Res = Bilangan Reynold pada bagian shell (tidak bersatuan)De = Shell side equivalent diameter

d. Mencari nilai jHjH= Figure 28 kern

e. Menghitung nilai Thermal Fuction (Prandl Number)

(Kern, 1950)f. Perhitungan Outside film Coefficient (h0/)

h0/ = jH . (Kern, 1950)Dimana :jH = Faktor untuk heat exchanger (diperoleh dari fig.28, Kern 1950)k = konduktivitas thermal zatDe = Shell side equivalent diameter

g. Menghitung Temperatur Dindingtw = tavg + h0/ (Tavg tavg) h0/ + hi0/

7. Menghitung Corrected CooeficientPada tube :t = (/w) 0.14hio =( hio/ ) x Pada shells = (/w) 0.14hio =( ho/ ) x s

8. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan bersih (Uc)

Uc = (Kern, 1950)

9. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor (UD)

UD = (Kern, 1950)A = ax L x NtDimana:Q = Jumlah panas yang dikeluarkanA = Luas permukaanL = Panjang tube (m)Nt = Jumlah tube (buah)a = table 10 kern

3.8 Pembahasan3.8.1 Proses Perpindahan Panas Pada Alat Syn Gas Compressor After CoolerSyn Gas Compressor After Cooler (124-C) merupakan alat heat exchanger jenis shell and tube yang terdapat pada proses pendinginan ammonia (ammonia refrigeration) di Ammonia Plant P-II PT. Pusri Palembang. Syn Gas Compressor After Cooler (124-C) merupakan alat heat exchanger yang terdapat pada proses pendinginan ammonia (ammonia refrigeration) di Ammonia Plant. Alat ini berfungsi untuk menurunkan temperatur synthesis gas yang berasal dari alat 103-J compressor. Hasil keluaran dari alat Syn Gas Compressor After Cooler akan diteruskan ke alat 117-C chiller untuk dilakukan proses pendinginan dengan temperature yang lebih rendah . Tujuan pendinginan syn gas dari compressor sebelum masuk ke chiller yaitu untuk mengkondisikan agar syn gas memiliki temperature yang sesuai untuk masuk ke dalam chiller karena apabila temperatur masih tinggi maka proses tersebut akan menggunakan energi yang lebih tinggi dan bahan pendingin berupa ammonia yang lebih banyak. Syn Gas Compressor After Cooler merupakan alat pendingin syn gas dengan menggunakan media pendingin berupa cooling water dari unit utilitas. Pada gambar 9 dapat dilihat aliran proses yang terjadi pada alat Syn Gas Compressor After Cooler di unit P-II PT. Pusri Palembang. Syn Gas In Cooling Water In 80,250C 32,500C

Syn Gas Out Cooling Water Out 43,500C 46,350CGambar 9. Skema Syn Gas Compressor After Cooler (124-C)

Pada proses pertukaran panas di Syn Gas Compressor After Cooler, fluida panas masuk ke bagian shell yang merupakan syn gas dengan temperature masuk 80,250C dan temperature keluar 43,500C. Syn gas berasal dari alat 103-J merupakan fluida panas dengan komponen yang terdiri atas CH4, H2, N2, Ar dan NH3. Sedangkan fluida dingin masuk pada bagian tube yang merupakan cooling water dengan temperature masuk 32,500C dan temperature keluar 46,350C.Didalam Syn Gas Compressor After Cooler, Syn gas akan mengalir dan melewati baffle yang terpasang pada tube bagian luar. Sedangkan cooling water mengalir sepanjang aliran tube. Pada saat kedua fluida tersebut kontak tak langsung melalui dinding tube dengan rambatan secara konduksi dan konveksi maka terjadi proses transfer panas antara syn gas dan cooling water. Syn gas yang merupakan fluida panas akan mengalami penurunan temperature akibat pertukaran panas dengan cooling water sedangkan cooling water mengalami kenaikan temperature. Sejumlah baffle berfungsi untuk menturbulensikan aliran pada shell sehingga membantu mempercepat proses perpindahan panas yang terjadi.

3.8.1 Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan untuk Permukaan Kotor Kinerja dari alat heat exchanger 124-C perlu dikontrol agar kelangsungan proses dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui kelayakan operasinya maka kinerja heat exchanger harus selalu dievaluasi. Salah satu cara evaluasi dapat dilakukan terhadap nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc) dan Overall design coefficient of heat transfer (Ud).Overall Heat Transfer Coefficient Design (Ud) adalah hantaran perpindahan panas dari heat exchanger setelah dioperasikan dan sudah terdapat endapan atau kotoran. Data kondisi desain alat Syn Gas Compressor After Cooler dapat dilihat pada tabel 16

Tabel 16. Kondisi Desain Syn Gas Compressor After CoolerParameterKeterangan

Shell Side (syn gas)Tube Side (cooling water)

Laju alir masuk (kg/h)56521307665

Temperatur masuk (0F)165,289,6

Temperatur keluar (0F)107,6113

viskositas (lb/fthr)0,03841,7417

kapasitas panas (Btu/lb F )0,88010,98

Konduktivitas (Btu/hr ft 0F)0,06690,3630

Pada saat pengambilan data dilakukan setiap jam 10.00 WIB. Hal tersebut disebabkan agar didapatkan data dengan parameter tetap yaitu jam 10.00 WIB dan parameter yang berubah-ubah seperti temperatur dan laju alir pada alat. Apabila ingin dilakukan pengambilan data pada jam lain diperbolehkan asalkan setiap saat pengambilan data menggunakan parameter jam yang sama. Data kondisi operasi Heat Exchanger 124-C pada tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015 pada pukul 10.00 WIB dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Data Operasi Aktual Syn Gas Compressor After CoolerKeteranganRata-rata

Laju alir masukshell (kg/h)48042,85

Laju alir masuktube (kg/h)261515,25

Temperatur masukshell (0C)80,25

Temperatur keluarshell (0C)43,50

Temperatur masuktube (0C)32,50

Temperatur keluartube (0C)46,35

Setelah didapatkan data kondisi temperature dan laju alir pada alat Syn Gas Compressor After Cooler maka dilakukan proses perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran B. Dari hasil perhitungan ternyata nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor aktual tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu, data yang digunakan untuk menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor aktual menggunakan data hasil rata-rata. Data kondisi aktual operasi rata-rata Syn Gas Compressor After Cooler pada tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015 pada pukul 10.00 WIB dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Data Operasi Rata-Rata Syn Gas Compressor After CoolerParameterKeterangan

Shell Side (syn gas)Tube Side (cooling water)

Laju alir masuk (kg/h)48042,85261515,25

Temperatur masuk (0F)176,4590,5

Temperatur keluar (0F)110,30115,43

viskositas (lb/fthr)0,04051,6933

kapasitas panas (Btu/lb F )0,70811,02

Konduktivitas (Btu/hr ft 0F)0,07020,3638

Setelah didapatkan data kondisi rata-rata kemudian melakukan perhitungan koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor menggunakan metode kern dimana untuk perhitungan desain menggunakan data yang didapatkan dari logsheet dan teknik proses II sedangkan untuk perhitungan data aktual menggunakan data yang didapatkan dari hasil pengambilan data yang dilakukan pada tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015. Pada proses perhitungan untuk spesifikasi alat aktual menggunakan data yang sama dengan desain kecuali pada nilai jumlah tube yang digunakan. Jumlah tube desain dari logsheet yaitu sebanyak 550 buah sedangakan secara aktual jumlah tube sudah berkurang menjadi 546. Hal tersebut karena 4 tube yang ada pada alat tersebut mengalami penyumbatan. Setelah dilakukan perhitungan pada lembar lampiran maka didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 19

Tabel 19. Hasil Perhitungan ParameterDesignAktual

ShellTubeShellTube

Laju Alir (Syn Gas) (lb/hr)56521 -48042,85

Laju Alir (Cooling Water)(lb/hr)-307665 261515,25

Panas Fluida (Btu/hr) 6316821,44204961208,34

LMTD (0F)32,121436,6230

Luas Area (ft2)1,60930,25591,60930,2540

Reynold Number 159624,3835360917,7131128645,4290264862,8496

Ho (Btu/hr ft2 0F)191,3899-139,3581-

Hio (Btu/hr ft2 0F)-574,9497-437,7888

Uc (Btu/hr ft2 0F)143,5911105,7086

Ud (Btu/hr ft2 0F)138,415897,0798

Data yang telah didapatkan tersebut dapat dilihat bahwa nilai Ud desain lebih besar daripada Ud aktual. Hal ini disebabkan karena semakin banyak beban panas yang dapat dilepaskan Q (kalor) maka nilai Ud akan semakin tinggi, jika kalor yang dilepaskan rendah maka nilai Ud yang didapatkan akan rendah sehingga mengurangi laju perpindahan panas pada batas nilai tertentu. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa adanya penurunan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan desain (Ud) pada kondisi aktual kemungkinan disebabkan adanya kotoran, perubahan nilai laju alir serta temperatur antara desain dan aktual. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau mempengaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan atau mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Oleh karena itu perlunya dilakukan pembersihan serta pengecekan pada alat 124-C secara berkala. Perhitungan hasil perbandingan Nilai Ud desain dan Aktual dapat dilihat pada gambar 10 berikut.

. Gambar 10. Grafik hasil Perbandingan Ud Desain dan Aktual

3.9 Kesimpulan dan Saran3.9.1 KesimpulanDari hasil evaluasi terhadap performance Heat Exchanger 124-C di Unit Amoniak P-II PT. Pusri Palembang dapat disimpulkan:1. Syn Gas Compressor After Cooler (124-C) merupakan alat heat exchanger di unit ammonia yang berfungsi untuk menurunkan temperatur synthesis gas yang berasal dari 103-J yang kemudian akan diteruskan ke 117-C. Media pendingin yang digunakan pada alat ini yaitu cooling water dari unit utilitas. 2. Nilai Ud desain lebih besar daripada Ud aktual disebabkan karena semakin banyak beban panas yang dapat dilepaskan Q (kalor) maka nilai Ud akan semakin tinggi3. Penurunan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan desain (Ud) pada kondisi aktual kemungkinan disebabkan adanya kotoran, perubahan nilai laju alir serta temperatur antara desain dan aktual3.9.1 SaranDari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan maka penulis menyarankan pada pihak PT.Pusri Palembang untuk melakukan pengecekan secara berkala pada alat heat exchanger 124-C. Tujuannya untuk mengetahui kondisi pada alat tanpa perlu membongkar dilihat dari sisi kemampuan suatu alat dalam melakukan perpindahan panas keseluruhan.