BAB 2.doc
-
Upload
hirsanhusairi -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of BAB 2.doc
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Komunikasi
1. Pengertian
Beberapa ahli komunikasi memberi pengertian
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain,
maksudnya kurang lebih sama.
a. Komunikasi dalam teori dan praktek,
Susanto:"Komunikasi adalah proses pengoperan
lambang-lambang yang mengandung arti".
b. Human Relation at Work, Davis : "Komunikasi
adalah proses lewatnya informasi dan pengertian
seseorang ke orang lain".
c. Effendy: "Komunikasi mencakup ekspresi wajah,
sikap dan gerak gerik suara, kata-kata tertulis,
kata-kata tertulis, percetakan, kereta api,
telegraf, telepon dan lain-lain".
d. Oxford Dictionary, (1956) : "Komunikasi adalah
pengiriman atau tukar menukar informasi, ide dan
sebagainya".
e. Komunikasi merupakan suatu alat untuk
berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi juga
merupakan dasar bagi persepsi seseorang.
9
10
Koordinasi interaksi, managemen hubungan dengan
orang lain dan memudahkan orang lain (Abraham :
1997)
2. Macam dan bentuk Komunikasi
a.Macam Komunikasi
Ada 3 macam komunikasi antara lain :
1). Komunikasi searah
Disini komunikator mengirim pesannya
melalui saluran atau media dan diterima
oleh komunikan. Sedangkan komunikan
tersebut tidak memberikan umpan balik feed
back.
2). Komunikasi dua arah
Komunikator mengirim pesan
(berita) diterima oleh komunikan,
setelah disimpulkan kemudian
komunikan mengirimkan umpan balik
kepada sumber berita atau komunikator.
3). Komunikasi berantai.
Komunikan menerima pesan atau berita
dari komunikator kemudian disalurkan kepada
komunikan kedua, dari komunikan kedua
disampaikan kepada komunikan ketiga dan
seterusnya. Terdapat kelemahan dalam
11
komunikasi berantai, karena kadang-kadang
pesan yang disampaikan sudah tidak murni
atau terjadi distorsi informasi sehingga
pesan dapat menyimpang dari yang
sebenarnya.
b.Bentuk komunikasi
Bahwa manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial didalam kehidupan ini
memerlukan suatu hubungan antara satu dengan
yang lainnya. Hubungan disini maksudnya yaitu
dengan mengirimkan lambang-lambang yang
mengandung arti. Misalnya melalui udara dan
lain-lain.
Adapun bentuk kegiatannya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1). Komunikasi verbal (verbal communication)
Komunikasi verbal menggunakan kata-
kata, mencakup komunikasi bahasa lisan.
Bahasa terbanyak dan terpenting digunakan
dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan
karena "bahasa" selain dapat mewakili
kenyataan kongkrit dalam dunia sekeliling,
juga dapat mewakili hal-hal yang abstrak.
Sebagai contoh pengertian seseorang tentang
12
"kursi" disatu pihak akan mengatakan
sebagai tempat duduk. Mungkin dipihak lain
akan mengatakan sebagai "kedudukan" atau
"jabatan".
2). Komunikasi non verbal, (non verbal
communication).
Yakni yang menyangkut gerak-gerik,
sikap, ekspresi wajah, penampilan, dan lain
sebagainya.
3. Komponen - komponen Komunikasi
Ada lima faktor yang berperan dalam berkomunikasi
antara lain sebagai berikut :
a. Comunicator (pembawa berita)
Komunikator (pembawa berita) bisa
individu, keluarga maupun kelompok yang
mengambil inisiatif dalam menyelenggarakan
komunikasi dengan individu atau kelompok lain
yang menjadi sasarannya. Komunikator bisa juga
berarti tempat berasalnya sumber pengertian
yang dikomunikasikan.
b. Message (pesan atau berita)
Message (pesan) adalah berita yang
disampaikan oleh komunikator melalui lambang,
pembicaraan, gerakan dan sebagainya di rumah,
13
pesan ini bisa berupa penyuluhan/nasehat dokter
atau perawat, hasil konsultasi pasien, laporan
dan sebagainya.
c. Chanel (media atau sarana)
Chanel (saluran) adalah sarana tempat
berlakunya lambang, saluran tersebut maliputi:
1).Pendengaran (lambang berupa suara)
2).Penglihatan (lambang berupa sinar, gambar)
3).Penciuman (lambang berupa bau-bauan)
4).Rabaan (lambang yang berupa rangsangan
rabaan)
d. Reseptor (penerima berita)
Reseptor adalah obyek sasaran dari
kegiatan komunikasi atau orang yang menerima
berita atau lambang, bisa berupa pasien,
individu, keluarga maupun masyarakat.
e. Feed Back (umpan balik atau tanggapan)
Feed back yaitu arus umpan balik dalam
rangka proses berlangsungnya komunikasi. Hal
ini bisa juga dijadikan tolak ukur, sejauhmana
pencapaian dari pesan yang telah disampaikan.
14
4. Hal - Hal yang Mempengaruhi Komunikasi
a. Dilihat dari komunikator (pengirim berita)
1).Pengetahuan komunikator
Komunikator yang kaya pengetahuan dan
menguasai secara mendalam akan lebih mudah
memberikan uraian. la juga menemukan atau
membuat contoh.
2).Sikap komunikator
Hasil komunikasi dipengaruhi pula
oleh sikap komunikator, sikap angkuh dan
sombong menyebabkan pendengar menolak
uraian dari komunikator, sikap ragu
menyebabkan pendengar kurang percaya.
3).Keterampilan komunikator
Pengiriman berita yang baik menguasai
cara—cara menyampaikan buah pikiran baik
secara lisan maupun tulisan
4).Sistem sosial
Sebelum mengadakan komunikasi, kita
harus tahu dulu kebiasaan, aliran, agama,
kepercayaan dan sebagainya.
5).Saluran atau alat tubuh dari komunikator
Terutama dalam komunikasi lisan,
suara yang mantap ucapan yang jelas,
15
tingkah laku yang baik akan menyebabkan
pembicaraannya menarik.
b. Dilihat Dari Segi Reseptor
Pengaruh dari pihak reseptor adalah sebagai
berikut:
1) Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan ini terutama kecakapan
mendengarkan dan membaca.
2) Sikap penerima
3) Pengetahuan reseptor
Pengetahuan yang banyak seorang
reseptor dapat dengan cepat menangkap isi
dari suatu pembicaraan atau suatu bacaan,
karena ia mudah menafsirkan maksud dari
pembicara atau penulis.
4) Sistem sosial
Artinya si pendengar atau pembaca
harus memahami kedudukan si pembicara.
5) Saluran komunikasi (pendengaran,
penglihatan dan sebagainya) dari pihak
reseptor.
16
5. Proses Komunikasi
Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
a.Komunikator
1).Mengembangkan ide atau pikiran yang
ingin disampaikan
2).Mengkode ide atau pikiran dalarrv bentuk
lambang, verbal atau non verbal.
3).Menyampaikan pesan melalui saluran
komunikasi dan menggunakan metode tertentu
4).Menunggu umpan balik dari komunikan
untuk mengetahui keberhasilan komunikasi
b.Komunikan
1).Menerima lambang-lambang yang
disampaikan oieh komunikator
2).Membaca atau menyandi lambang verbal atau
non verbal yang disampaikan oleh
komunikator
3).Menggunakan pesan yang telah disampaikan
4).Memberikan umpan balik kepada komunikator.
6. Faktor-faktor penghambat komunikasi
a. Kemampuan pemahaman yang berbeda.
b. Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena
pengalaman masa lalu.
17
c. Komunikasi satu arah.
d. Kepentingan yang berbeda.
e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin.
f. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada
pasien.
g. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.
h. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan
dari pasien mengenai tindakannya.
i. Memberikan kritik mengenai perasaan pasien.
j. Menghentikan/mengalihkan pembicaraan.
k. Terlalu banyak bicara yang seharusnya
mendengarkan.
l. Memperlihatkan sifat jemu maupun pesimis.
B. Komunikasi Terapeutik
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunikasi
therapeutik memegang peranan penting untuk membantu
pasien dalam memecahkan masalah, kemampuan komunikasi
tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku seseorang yang
melibatkan aktivitas fisik, mental disamping juga
dipengaruhi latar belakang sosial, pengalaman, usia,
pendidikan dan tujuan yang ingin dicapai. (Stuart and
Sundeen, 1987).
18
1. Pengertian
Komunikasi therapeutik adalah komunikasi yang
rencanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
di pusatkan untuk kesembuhan klien (Purwanto :
1994).
2. Tujuan
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi
beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengembil tindakan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal
mengambil tindakan yang efektif.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan
dirinya sendiri.
d. Komunikasi therapeutik merupakan
keterampilan dasar untuk melakukan
wawancara dan penyuluhan dalam praktek
keperawatan, wawancara digunakan untuk berbagai
tujuan misalnya : pengkajian, memberi
penyuluhan kesehatan dan perencanaan perawatan
dan sebagai memadai terapeutik.
19
3. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut
Rogers (1994) adalah :
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang
berarti menghayati, memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling
menerima, saling menghargai dan saling percaya.
c. Perawat harus memahami, menghayati, nilai-nilai
yang dianut oleh pasien.
d. Perawat harus menciptakan suasana yang
memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya
sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah yang dihadapi.
e. Perawat harus menciptakan suasana yang
memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri
secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi
perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun frustasi.
g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan
dapat mempertahankan konsistennya.
20
h. Memahami betul arti empati sebagai tindakan
yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.
i. Kejujuran dan komunikasi yang terbuka merupakan
dasar dari hubungan yang terapeutik.
j. Mampu berperan sebagai role model agar dapat
menunjukkan dan menyakinkan orang lain tentanng
kesehatan, oleh karena itu perawat perlu
mempertahankan suatu keadaan sehat fisik,
mental, spiritual maupun gaya hidup.
k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila
dianggap mengganggu.
l. Altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong
orang lain secara manusiawi.
m. Berpegangan pada etika dengan cara berusaha
sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan
prinsip kesejahteraan manusia.
n. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu
tanggung jawab pada din sendiri atas tindakan
yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap
orang lain.
4. Sikap perawat dalam Komunikasi
Perawat hadir secara utuh (fisik dan
psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien.
21
Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik
komunikasi tetapi yang sangat panting adalah sikap
atau penampilan dalam berkomunikasi.
Egan (1975, dikutip oleh, Kozier dan Erb.
1983) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk
menghadirkan diri secara fisik, yaitu :
a. Berhadapan, Arti dari posisi ini adalah "saya
siap untuk anda".
b. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada
level yang sama berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk kearah klien, Posisi ini
menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau
mendengar sesuatu.
d. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat
kaki tangan menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi.
e. Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberi respon pada klien.
5. Tehnik Komunikasi Terapeutik
a. Mendengarkan dengan aktif (active listening)
Mendengarkan semua keluhan pasien dengan
penuh perhatian dapat memperlihatkan kepada
22
pasien bahwa perawat memperhatikan semua cerita
pasien dan terlihat selalu mempunyai waktu
untuk pasien.
b. Memberi kesempatan pada pasien untuk memulai
pembicaraan
Hal ini membuat pasien untuk memillih
topik pembicaraan yang dia inginkan. Selain itu
ciptakan suasana sehingga pasien merasa
terlibat penuh dengan topik pembicaraan
tersebut. Bila pasien terlihat tampak ragu-
ragu, perawat dapat menanyakan apakah pasien
tersebut mempunyai masalah yang ingin
dibicarakan oleh perawat.
c. Memberikan penghargaan
Memberikan penghargaan dalam artian
menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya
yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas
dirinya sendiri sebagai individu.
d. Mengulang kembali
Mengulang sebagian pertanyaan pasien
dengan menggunakan bahasa sendiri dapat
menunjukkan kepada pasien bahwa perawat
memperhatikan semua keluhannya.
23
e. Refleksi
Perawat mengulang kembali apa yang
dibicarakan pasien untuk menunjukkan kepada
pasien bahwa perawat memperhatikan semua
keluhannya. Refleksi ini memberi kesempatan
kepada pasien untuk memahami sikapnya sendiri,
mengerti perasaan dan kebingungannya, keragu-
raguannya, serta persepsi yang benar,
diungkapkan oleh orang lain dengan caranya
sendiri.
f. Klarifikasi
Menjelaskan kembali ungkapan pikiran yang
dikemukakan pasien yang kurang jelas bagi
perawat, agar tidak terjadi salah pengertian.
g. Mengarahkan pembicaraan
Perawat membantu pasien untuk memfokuskan
pembicaraan agar lebih spesifik dan terarah.
Biasanya teknik ini diperlukan bila
menginginkan informasi yang lebih mendalam
tentang suatu masalah.
h. Membagi persepsi
Perawat megungkapkan persepsinya tentang
pasien dan meminta umpan balik dan pasien.
24
i. Diam
Fase diam ini dapat memberikan waktu
kepada pasien untuk berfikir dan menimbang
alternatif beberapa tindakan yang dapat
dilakukan kepadanya. Hal ini tetap akan
memberikan kesan bahwa pasien tersebut terlibat
terutama dalam proses perawatan yang dilakukan
padanya.
j. Memberi informasi
Memberikan informasi mengenai hal-hal
yamg belum jelas atau mungkin yang belum
diketahui oleh pasien dapat meningkatkan rasa
percaya pasien pada perawat.
k. Memberi saran
Merupakan cara yang baik bila digunakan
pada waktu yang tepat dan cara yang
konstruktif, sehingga pasien bisa memilih.
l. Open-Ended Question (pertanyaan terbuka)
Pertanyaan ini memberikan kesempatan
kepada pasien untuk menjelaskan semua
jawabannya dan tidak terbatas pada jawaban ya
atau tidak.
25
m. Eksplorasi
Menggali lebih dalam ide-ide, pengalaman,
masalah pasien yang perlu diketahui. Karena
banyak pasien yang menyepelekan permasalahan
masa lalu dan hanya berbicara yang ringan-
ringan saja, seperti sedang menguji apakah
perawat cukup tertarik untuk mengetahui lebih
banyak tentang diri dan permasalahan pasien itu
sendiri.
Dengan mengerti proses komunikasi dan
mempunyai berbagai keterampilan berkomunikasi,
diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara
utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek
terapeutik pada klien.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
terapeutik
a. Lingkungan saat berkomunikasi
b. Pemberi/penerima Komunikasi
c. Ketrampilan dalam berkomunikasi
d. Cara penyampaian
e. Bahasa yang digunakan
f. Kesempurnaan media
26
C. Hubungan Terapeutik Perawat Klien
Hubungan therapeutik klien merupakan pengalaman
untuk memperbaiki emosi klien (Keliat, 1996).
1. Tujuan Hubungan terapeutik
Adapun tujuan dari hubungan tersebut adalah untuk
perkembangan klien, yaitu:
a. Kesadaran diri, penerimaan diri dan penghargaan
terhadap diri yang meningkat.
b. Pengertian yang jelas tentang identitas diri dan
integritas diri ditingkatkan
c. Kemampuan membina hubungan intim,
interdependent, pribadi dengan kecakapan
menerima dan memberi kasih sayang.
d. Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dan
e. Mencapai tujuan pribadi yang realistik.
Hubungan therapeutik tersebut dapat digambarkan
dalam skema di bawah ini:
Gambar 2.1. Proses Hubungan Terapeutik Perawat Klien
Perawat PerawatHubungan Terapeutik
Perkembangan Klien (Emosi)
27
2. Tahapan-Tahapan hubungan terapeutik Perawat-Klien
Adapun tahapan-tahapan interaksi perawat klien
meliputi :
a. Prainteraksi
Prainteraksi mulai sebelum kontak pertama
dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan,
fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran
dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan
dengan klien dapat dipertanggung jawabkan
Perawat yang Sudan berpengaiaman dapat
menganalisa diri sendiri serta nilai tambah.
Pengalamannya berguna agar lebih efektif dalam
memberi asuhan keperawatan. la seharusnya
mempunyai konsep diri yang stabil dan harga
diri yang adekuat, mempunyai hubungan
konstruktif dengan orang lain, dan berpegang
pada kenyataan dalam menolong klien (Stuart dan
Sundeen, 1987).
Pemakaian diri secara terapeutik berarti
memaksimaikan pemakaian kekuatan dan
meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam
memberi asuhan keperawatan pada klien.
28
Tugas tambahan pada tahap ini adalah
mendapatkan informasi tentang kiien dan
menentukan kontak pertama.
b. Perkenalan atau orientasi
Tahap ini dimulai dengan pertemuan dengan
klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah
alasan klien minta pertolongan yang akan
mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.
Dalam memulai hubungan, tugas utama
adalah membina rasa percaya; penerimaan dan
pengertian; komunikasi yang terbuka dan
perumusan kontrak dengan klien. Elemen - elemen
kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien
sehingga kerjasama perawat-klien dapat optimal.
Elemen kontrak Perawat-Kiien
1). Nama individu (perawat dan klien)
2). Reran perawat dan klien
3). Tanggung jawab perawat dan klien
4). Harapan perawat dan klien
5). Tujuan hubungan
6). Tempat dan waktu pertemuan
7). Situasi terminasi
8). Kerahasiaan
(Sumber: Stuart-Sundeen, 1987)
29
Diharapkan klien berperan serta
secara penuh dalam kontrak, namun pada
kondisi tertentu, misalnya klien dengan
gangguan realita, maka kontrak dilakukan
sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak
jika kontak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin mengalami
perasaan tidak nyaman, bimbang karena memulai
hubungan yang baru. Klien, yang mempunyai
pengalaman hubungan interpersonal yang
menyakitkan akan sukar menerima dan terbuka
pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa
aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa
dikritik atau dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi
pikiran, perasaan, perbuatan klien, dan
mengidentifikasi masalah, serta merumuskan
tujuan bersama klien.
c. Kerja
Pada tahap ini, perawat dan klien
mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan
perbuatan klien. Perawat membantu klien
30
mengatasi kecemasan; meningkatkan kemandirian
dan tanggungjawab diri sendiri; dan
mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif
menjadi adaptif merupakan fokus tahap ini.
d. Terminasi
Terminasi merupakan tahap yang sangat
sulit dan penting dari hubungan terapeutik.
Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik
sudah terbina dan berada pada tingkat optimal.
Keduanya, perawat dan klien akan
merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi
pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit
tertentu atau klien pulang
Adapun alasan terminasi, tugas perawat
pada tahap ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien
dan perawat bersama-sama meninjau kembali
proses perawatan yang telah dilalui dan
pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih,
penolakan perlu dieksplorasi dan diekspresikan.
Tahap terminasi harus diatasi dengan
memakai konsep proses kehilangan. Proses
terminasi yang sehat akan memberi pengalaman
31
yang positif dalam membantu klien mengembangkan
koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam
menghadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien
mungkin mengingkari perpisahan atau mengingkari
manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan
perasaan marah dan bermusuhannya dengan tidak
menghadiri pertemuan atau bicara yang dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa
persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai
penolakan. Atau perilaku klien kembali pada
perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat
tidak akan mengakhiri hubungan karena klien
masih memeriukan bantuan.
D. Kecemasan
1. Pengertian Cemas
Banyak sekali para ahli jiwa dari seluruh
dunia mendefisikan arti cemas itu, baik secara
umum/merupakan respon psikologis biasa maupun yang
sudah masuk sebagai gangguan mental/berupa penyakit
psikologis.
Cemas adalah suatu keadaan patologik yang
ditandai dengan perasaan ketakutan disertai tanda
somatik pertanda sistem saraf otonom yang
32
hiperaktif dibedakan dari rasa takut yang merupakan
respon terhadap sesuatu yanng jelas (Kaplan
MD/Sadock, 1986).
Ansietas merupakan respon multidimensional
terhadap rangsangan lingkungan seseorang atau
respon individu terhadap stimulus internal (seperti
hipokondrium pada lambung) dihasilkan dari
kombinasi proses biologik dan fisiologis individu
secara umum. (http:// www.Anxiety/help/orgi/index.htm)
Menurut Pusdiknakes-Depkes RI (1990),
kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan
kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi
sesuatu yang tidak menyenangkan, yang sumbernya
sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari
dalam diri (intra psikis). Rasa tidak aman dan
kekhawatiran yang timbul dari sumber yang tidak
diketahui secara jelas ini dapat mengancam
kepribadian seseorang baik fisik maupun psikologis.
Reaksi-reaksi fisiologis yang ditimbulkan antara
lain berupa palpitasi, keringat dingin, tekanan
darah meningkat, respirasi meningkat, peristaltik
usus meningkat, peningkatan asam lambung sehingga
menimbulkan mual bahkan muntah, gugup, tegang, rasa
tidak enak bahkan sangat mudah terkejut.
33
2. Sumber Kecemasan
a. Ancaman internal dan eksternal terhadap ego
(Freud)
Misalnya : gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
(makan/minum dll)
b. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan
harga diri (Sullivan)
1). Tidak menemukan integritas diri.
2). Tidak menemukan prestise
3). Tidak memperoleh aktualisasi/pengakuan dari
orang
4). Malu/ketidaksesuaian antara pandangan diri
dan lingkungan nyata
3. Teori yang menjelaskan terjadinya kecemasan (Faktor
Predisposisi)
a.Teori Psikoanalitik
Menurut Freud struktur kepribadian
terdiri dari 3 elemen yaitu : id, ego, dan
superego.
Id melambangkan dorongan insting dan
impuls primitif, superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma,
budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan
sebagai mediator antara tuntutan dari id dan
34
superego. Cemas merupakan konflik emosional
antara id dan superego yang berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang
perlu diatasi. (Stuart and Sundeen, 1987).
b.Teori Interpersonal
Cemas terjadi dari ketakutan akan
penolakan interpersonal, hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa
pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan
yang menyebabkan seseorang menjadi tidak
berdaya, individu yang mempunyai harga diri
rendah biasanya sangat mudah untuk
mengalami kecemasan berat. (Stuart and Sundeen,
1987).
c.Teori Perilaku
Cemas merupakan hasil frustasi dari
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Para ahli perilaku menganggap cemas
merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa
sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang
pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa
takut yang berlebihan akan menunjukkan
35
kemungkinan cemas yang berat pada kehidupan
masa dewasanya. (Stuart and Sundeen, 1987).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Kecemasan
a. Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih berfikir matang
dan bekerja (Rusmi, T.W.,1999)
b. Pendidikan
Semakin meningkat tingkat pendidikan makin
mudah mendapat informasi sehingga semakin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki,
sedangkan pendidikan yang kurangakan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-
nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat,
1993)
c. Pekerjaan
Kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga
(Thomas, 1996)
d. Dukungan sosial
Adanya dukungan sosial yang tinggi membuat
individu mengalami hal yang positif dalam
kehidupan, mempunyai harga diri yang tinggi dan
36
mempunyai pandangan yang lebih optimis terhadap
hidupanya (Hurlock EB, 1992)
5. Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat
dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara
keseimbangan pengalaman, kecemasan seseorang tidak
sama pada beberapa situasi dan hubungan
interpersonal. Namun demikian secara umum 2 ancaman
besar yang dapat menimbulkan kecemasan.
a. Ancaman integritas diri, meliputi
ketidakmampuan Fisiologis atau gangguan
terhadap kebutuhan dasar
b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman
terhadap identitas diri, harga diri dan
hubungan interpersonal, kehilangan serta
perubahan status/peran.
6. Penilaian Tingkat Kecemasan
Ada tes-tes kecemasan dengan pertanyaan
langsung, mendengar pertanyaan langsung, mendengar
cerita klien serta mengobservasi terutama non
verbal. Ini sangat berguna dalam menentukan adanya
kecemasan dan menetapkan tingkatannya (Maramis WF,
1990)
37
Menurut Stuart dan Sundeen, (1987) bahwa
tingkatan kecemasan ada empat tingkat yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan
peristiwa kehidupan sehari - hari. Pada tingkat
ini lapang persepsi melebar, individu akan
berhati - hati dan waspada. Individu terdorong
untuk belajar yang akan mengahasilkan
pertumbuhan dan kreativitas ditandai dengan :
1) Perilaku
Tenang, Isi pembicaraan tepat dan normal
2) Afektif
a) Perhatian berkurang
b) Nyaman dan aman
3) Kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Mampu berkonsentrasi
c) Mampu memecahkan masalah
4) Fisiologis
a) Napas pendek
b) Denyut pendek
c) Denyut jantung meningkat
38
d) Kadang ditemukan gejala ringan pada
lambung
e) Penginderaan lebih tajam menyiapkan
diri untuk bertindak.
b. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap
lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan
pada hal penting saat ini dan mengesampingkan
hal lain, ditandai dengan :
1) Perilaku
a) Tremor halus pada tangan
b) Tidak dapat duduk dengan tenang
c) Banyak bicara dan cepat
d) Tekanan suara meningkat secara
intermiten dan volume suara lebih
keras.
2) Afektif
a) Perhatian tertuju pada apa yang terjadi
b) Kuatir dan nervous
3) Kognitif
a) Lapang persepsi menyempit
b) Lebih mampu memusatkan pada fakta yang
penting
39
c) Kurang sadar pada detail di sekitar
yang berkaitan
4) Fisiologis
a) Napas pendek
b) Denyut jantung memngkat tekanan darah
meningkat
c) Mulut kering
d) Anoreksia
e) Diare / konstipasi
f) Susah tidur
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lapang persepsi
menjadi sangat sempit individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan
hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir
berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/
tuntutan ditandai dengan:
1) Perilaku
a) Pergerakan menyentak saat menggunakan
tangan
b) Posisi tubuh selalu berubah
c) Banyak bicara
d) Kecepatan bicara meningkat cepat
40
e) Tekanan suara meningkat dan volume
suara keras
2) Afektif
a) Tidak adekuat, tidak aman
b) Merasa tidak berguna
c) Takut terhadap apa yang terjadi
d) Emosi masih dapat dikontrol
3) Kognitif
a) Lapang persepsi sangat menyempit
b) Tidak mampu membuat kaitan
c) Tidak mampu melihat secara luas
4) Fisiologi
a) Napas pendek
b) Naucea
c) Gelisah
d) Respon terkejut bertambah
e) Ekspresi ketakutan
f) Badan gemetar
d. Panik
Pada tingkat ini lapang persepsi sudah
terganggu, sehingga individu sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa, walaupun sudah diberi
pengarahan/tuntutan ditandai dengan:
41
1) Perilaku
a) Tidak dapat mengendalikan motor kasar
b) Aktivitas yang dilaksanakan tidak
bertujuan
c) Pembicaraan sulit dimengerti
d) Suara melengking berteriak
e) Agitasi hiperaktif
2) Afektif : Merasa kaget terjebak
3) Kognitif : Sulit membuat penilaian
4) Fisiologi
1) Napas pendek
2) Rasa tercekik atau tersumbat
3) Nyeri dada
4) Gerah involunter
5) Tubuh bergetar
6) Expresi wajah mengerikan
7. Alat ukur kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kecemasan/derajat kecemasan sesorang, baik ringan,
sedang atau berat digunakan skor ZUNG SAVERITY
ANXIETY SCALL (ZSAS) dari ZUNG.
Dari penjumlahan skor masing-masing kelompok gejala
dapat diketahui tingkat/derajat kecemasan
seseorang, yaitu :
42
Skor ZSAS 0-23 : Tidak ada Kecemasan
Skor ZSAS 24-37 : Kecemasan ringan
Skor ZSAS 38-60 : Kecemasan sedang
Skor ZSAS > 60 : Kecemasan berat
8. Gejala kecemasan menurut ZUNG
a.Saya merasa lebih gelisah (gugup) dan cemas
b.Saya merasa takut tanpa alasan
c.Saya merasa seakan-akan tubuh saya berantakan
(hancur berantakan)
d.Saya merasa marah, tersinggung (panik)
e.Saya merasa selalu kesulitan mengerjakan segala
sesuatu, saya merasa sesuatu yang buruk terjadi
f.Kedua tangan dan kaki saya gemetar atau bergetar
g.Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri
leher/nyeri otot
h.Saya merasa badan saya lemah dan mudah capek
i.Saya tidak dapat istirahat/saya tidak dapat duduk
tenang
j.Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan
keras dan cepat
k.Saya sering mengalami pusing
l.Saya sering pingsan dan merasa seperti pingsan
m.Saya mudah sesak napas (tersengal-sengal)
n.Saya merasa kaku atau mati rasa
43
o.Saya sering sakit perut/mengalami gangguan
pencernaan
p.Saya lebih sering kencing dari biasanya
q.Saya merasa tangan saya dingin dan basah oleh
keringat
r.Wajah saya terasa panas dan kemerahan
s.Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam
t.Saya mengalami mimpi-mimpi buruk
9. Intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami
stress secara umum (Long, 1996)
1. Mendukung mekanisme perlindungan
2. Menyediakan informasi atau penjelasan
3. Menggali perasaan
4. mendukung mekanisme koping
5. Memfasilitasi pemecahan masalahan masalah
6. Melakukan tehnik relaksasi
44
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan
atau kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang
lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
1993). Adapun kerangka konsep dari penelitian adalah
sebagai berikut :
: Diteliti : Tidak diteliti
Gambar 2.2. : Kerangka Konsep Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap di Ruang VIP B RSUD Bima
Komunikasi
Satu ArahDua ArahBerantai
VerbalNon Verbal
Faktor yang mempengaruhi :Lingkungan
Pemberi/penerimaCaraBahasa
Kesempurnaan media
Komunikasi Terapeutik
Tingkat Kecemasan
RinganSedangBeratPanik
Kecemasan
TujuanPrinsipMateri
Sikap dan Tehnik
45
F. Hipotesis
H1 : “Ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien rawat inap
di Ruang VIP B RSUD Bima”
Ho : “Tidak Ada pengaruh komunikasi terapeutik
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien
rawat inap di Ruang VIP B RSUD Bima”