BAB 2.doc

44
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Komunikasi 1. Pengertian Beberapa ahli komunikasi memberi pengertian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, maksudnya kurang lebih sama. a. Komunikasi dalam teori dan praktek, Susanto:"Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti". b. Human Relation at Work, Davis : "Komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain". c. Effendy: "Komunikasi mencakup ekspresi wajah, sikap dan gerak gerik suara, kata-kata tertulis, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegraf, telepon dan lain-lain".

Transcript of BAB 2.doc

Page 1: BAB 2.doc

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Komunikasi

1. Pengertian

Beberapa ahli komunikasi memberi pengertian

yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain,

maksudnya kurang lebih sama.

a. Komunikasi dalam teori dan praktek,

Susanto:"Komunikasi adalah proses pengoperan

lambang-lambang yang mengandung arti".

b. Human Relation at Work, Davis : "Komunikasi

adalah proses lewatnya informasi dan pengertian

seseorang ke orang lain".

c. Effendy: "Komunikasi mencakup ekspresi wajah,

sikap dan gerak gerik suara, kata-kata tertulis,

kata-kata tertulis, percetakan, kereta api,

telegraf, telepon dan lain-lain".

d. Oxford Dictionary, (1956) : "Komunikasi adalah

pengiriman atau tukar menukar informasi, ide dan

sebagainya".

e. Komunikasi merupakan suatu alat untuk

berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi juga

merupakan dasar bagi persepsi seseorang.

9

Page 2: BAB 2.doc

10

Koordinasi interaksi, managemen hubungan dengan

orang lain dan memudahkan orang lain (Abraham :

1997)

2. Macam dan bentuk Komunikasi

a.Macam Komunikasi

Ada 3 macam komunikasi antara lain :

1). Komunikasi searah

Disini komunikator mengirim pesannya

melalui saluran atau media dan diterima

oleh komunikan. Sedangkan komunikan

tersebut tidak memberikan umpan balik feed

back.

2). Komunikasi dua arah

Komunikator mengirim pesan

(berita) diterima oleh komunikan,

setelah disimpulkan kemudian

komunikan mengirimkan umpan balik

kepada sumber berita atau komunikator.

3). Komunikasi berantai.

Komunikan menerima pesan atau berita

dari komunikator kemudian disalurkan kepada

komunikan kedua, dari komunikan kedua

disampaikan kepada komunikan ketiga dan

seterusnya. Terdapat kelemahan dalam

Page 3: BAB 2.doc

11

komunikasi berantai, karena kadang-kadang

pesan yang disampaikan sudah tidak murni

atau terjadi distorsi informasi sehingga

pesan dapat menyimpang dari yang

sebenarnya.

b.Bentuk komunikasi

Bahwa manusia sebagai makhluk individu

dan makhluk sosial didalam kehidupan ini

memerlukan suatu hubungan antara satu dengan

yang lainnya. Hubungan disini maksudnya yaitu

dengan mengirimkan lambang-lambang yang

mengandung arti. Misalnya melalui udara dan

lain-lain.

Adapun bentuk kegiatannya dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1). Komunikasi verbal (verbal communication)

Komunikasi verbal menggunakan kata-

kata, mencakup komunikasi bahasa lisan.

Bahasa terbanyak dan terpenting digunakan

dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan

karena "bahasa" selain dapat mewakili

kenyataan kongkrit dalam dunia sekeliling,

juga dapat mewakili hal-hal yang abstrak.

Sebagai contoh pengertian seseorang tentang

Page 4: BAB 2.doc

12

"kursi" disatu pihak akan mengatakan

sebagai tempat duduk. Mungkin dipihak lain

akan mengatakan sebagai "kedudukan" atau

"jabatan".

2). Komunikasi non verbal, (non verbal

communication).

Yakni yang menyangkut gerak-gerik,

sikap, ekspresi wajah, penampilan, dan lain

sebagainya.

3. Komponen - komponen Komunikasi

Ada lima faktor yang berperan dalam berkomunikasi

antara lain sebagai berikut :

a. Comunicator (pembawa berita)

Komunikator (pembawa berita) bisa

individu, keluarga maupun kelompok yang

mengambil inisiatif dalam menyelenggarakan

komunikasi dengan individu atau kelompok lain

yang menjadi sasarannya. Komunikator bisa juga

berarti tempat berasalnya sumber pengertian

yang dikomunikasikan.

b. Message (pesan atau berita)

Message (pesan) adalah berita yang

disampaikan oleh komunikator melalui lambang,

pembicaraan, gerakan dan sebagainya di rumah,

Page 5: BAB 2.doc

13

pesan ini bisa berupa penyuluhan/nasehat dokter

atau perawat, hasil konsultasi pasien, laporan

dan sebagainya.

c. Chanel (media atau sarana)

Chanel (saluran) adalah sarana tempat

berlakunya lambang, saluran tersebut maliputi:

1).Pendengaran (lambang berupa suara)

2).Penglihatan (lambang berupa sinar, gambar)

3).Penciuman (lambang berupa bau-bauan)

4).Rabaan (lambang yang berupa rangsangan

rabaan)

d. Reseptor (penerima berita)

Reseptor adalah obyek sasaran dari

kegiatan komunikasi atau orang yang menerima

berita atau lambang, bisa berupa pasien,

individu, keluarga maupun masyarakat.

e. Feed Back (umpan balik atau tanggapan)

Feed back yaitu arus umpan balik dalam

rangka proses berlangsungnya komunikasi. Hal

ini bisa juga dijadikan tolak ukur, sejauhmana

pencapaian dari pesan yang telah disampaikan.

Page 6: BAB 2.doc

14

4. Hal - Hal yang Mempengaruhi Komunikasi

a. Dilihat dari komunikator (pengirim berita)

1).Pengetahuan komunikator

Komunikator yang kaya pengetahuan dan

menguasai secara mendalam akan lebih mudah

memberikan uraian. la juga menemukan atau

membuat contoh.

2).Sikap komunikator

Hasil komunikasi dipengaruhi pula

oleh sikap komunikator, sikap angkuh dan

sombong menyebabkan pendengar menolak

uraian dari komunikator, sikap ragu

menyebabkan pendengar kurang percaya.

3).Keterampilan komunikator

Pengiriman berita yang baik menguasai

cara—cara menyampaikan buah pikiran baik

secara lisan maupun tulisan

4).Sistem sosial

Sebelum mengadakan komunikasi, kita

harus tahu dulu kebiasaan, aliran, agama,

kepercayaan dan sebagainya.

5).Saluran atau alat tubuh dari komunikator

Terutama dalam komunikasi lisan,

suara yang mantap ucapan yang jelas,

Page 7: BAB 2.doc

15

tingkah laku yang baik akan menyebabkan

pembicaraannya menarik.

b. Dilihat Dari Segi Reseptor

Pengaruh dari pihak reseptor adalah sebagai

berikut:

1) Kecakapan berkomunikasi

Kecakapan ini terutama kecakapan

mendengarkan dan membaca.

2) Sikap penerima

3) Pengetahuan reseptor

Pengetahuan yang banyak seorang

reseptor dapat dengan cepat menangkap isi

dari suatu pembicaraan atau suatu bacaan,

karena ia mudah menafsirkan maksud dari

pembicara atau penulis.

4) Sistem sosial

Artinya si pendengar atau pembaca

harus memahami kedudukan si pembicara.

5) Saluran komunikasi (pendengaran,

penglihatan dan sebagainya) dari pihak

reseptor.

Page 8: BAB 2.doc

16

5. Proses Komunikasi

Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai

berikut:

a.Komunikator

1).Mengembangkan ide atau pikiran yang

ingin disampaikan

2).Mengkode ide atau pikiran dalarrv bentuk

lambang, verbal atau non verbal.

3).Menyampaikan pesan melalui saluran

komunikasi dan menggunakan metode tertentu

4).Menunggu umpan balik dari komunikan

untuk mengetahui keberhasilan komunikasi

b.Komunikan

1).Menerima lambang-lambang yang

disampaikan oieh komunikator

2).Membaca atau menyandi lambang verbal atau

non verbal yang disampaikan oleh

komunikator

3).Menggunakan pesan yang telah disampaikan

4).Memberikan umpan balik kepada komunikator.

6. Faktor-faktor penghambat komunikasi

a. Kemampuan pemahaman yang berbeda.

b. Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena

pengalaman masa lalu.

Page 9: BAB 2.doc

17

c. Komunikasi satu arah.

d. Kepentingan yang berbeda.

e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin.

f. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada

pasien.

g. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.

h. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan

dari pasien mengenai tindakannya.

i. Memberikan kritik mengenai perasaan pasien.

j. Menghentikan/mengalihkan pembicaraan.

k. Terlalu banyak bicara yang seharusnya

mendengarkan.

l. Memperlihatkan sifat jemu maupun pesimis.

B. Komunikasi Terapeutik

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunikasi

therapeutik memegang peranan penting untuk membantu

pasien dalam memecahkan masalah, kemampuan komunikasi

tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku seseorang yang

melibatkan aktivitas fisik, mental disamping juga

dipengaruhi latar belakang sosial, pengalaman, usia,

pendidikan dan tujuan yang ingin dicapai. (Stuart and

Sundeen, 1987).

Page 10: BAB 2.doc

18

1. Pengertian

Komunikasi therapeutik adalah komunikasi yang

rencanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya

di pusatkan untuk kesembuhan klien (Purwanto :

1994).

2. Tujuan

a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi

beban perasaan dan pikiran serta dapat

mengembil tindakan.

b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal

mengambil tindakan yang efektif.

c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan

dirinya sendiri.

d. Komunikasi therapeutik merupakan

keterampilan dasar untuk melakukan

wawancara dan penyuluhan dalam praktek

keperawatan, wawancara digunakan untuk berbagai

tujuan misalnya : pengkajian, memberi

penyuluhan kesehatan dan perencanaan perawatan

dan sebagai memadai terapeutik.

Page 11: BAB 2.doc

19

3. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut

Rogers (1994) adalah :

a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang

berarti menghayati, memahami dirinya sendiri

serta nilai yang dianut.

b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling

menerima, saling menghargai dan saling percaya.

c. Perawat harus memahami, menghayati, nilai-nilai

yang dianut oleh pasien.

d. Perawat harus menciptakan suasana yang

memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk

mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya

sehingga tumbuh makin matang dan dapat

memecahkan masalah yang dihadapi.

e. Perawat harus menciptakan suasana yang

memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa

takut.

f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri

secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi

perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan

maupun frustasi.

g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan

dapat mempertahankan konsistennya.

Page 12: BAB 2.doc

20

h. Memahami betul arti empati sebagai tindakan

yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan

tindakan yang terapeutik.

i. Kejujuran dan komunikasi yang terbuka merupakan

dasar dari hubungan yang terapeutik.

j. Mampu berperan sebagai role model agar dapat

menunjukkan dan menyakinkan orang lain tentanng

kesehatan, oleh karena itu perawat perlu

mempertahankan suatu keadaan sehat fisik,

mental, spiritual maupun gaya hidup.

k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila

dianggap mengganggu.

l. Altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong

orang lain secara manusiawi.

m. Berpegangan pada etika dengan cara berusaha

sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan

prinsip kesejahteraan manusia.

n. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu

tanggung jawab pada din sendiri atas tindakan

yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap

orang lain.

4. Sikap perawat dalam Komunikasi

Perawat hadir secara utuh (fisik dan

psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien.

Page 13: BAB 2.doc

21

Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik

komunikasi tetapi yang sangat panting adalah sikap

atau penampilan dalam berkomunikasi.

Egan (1975, dikutip oleh, Kozier dan Erb.

1983) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk

menghadirkan diri secara fisik, yaitu :

a. Berhadapan, Arti dari posisi ini adalah "saya

siap untuk anda".

b. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada

level yang sama berarti menghargai klien dan

menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

c. Membungkuk kearah klien, Posisi ini

menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau

mendengar sesuatu.

d. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat

kaki tangan menunjukkan keterbukaan untuk

berkomunikasi.

e. Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol

keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi

dalam memberi respon pada klien.

5. Tehnik Komunikasi Terapeutik

a. Mendengarkan dengan aktif (active listening)

Mendengarkan semua keluhan pasien dengan

penuh perhatian dapat memperlihatkan kepada

Page 14: BAB 2.doc

22

pasien bahwa perawat memperhatikan semua cerita

pasien dan terlihat selalu mempunyai waktu

untuk pasien.

b. Memberi kesempatan pada pasien untuk memulai

pembicaraan

Hal ini membuat pasien untuk memillih

topik pembicaraan yang dia inginkan. Selain itu

ciptakan suasana sehingga pasien merasa

terlibat penuh dengan topik pembicaraan

tersebut. Bila pasien terlihat tampak ragu-

ragu, perawat dapat menanyakan apakah pasien

tersebut mempunyai masalah yang ingin

dibicarakan oleh perawat.

c. Memberikan penghargaan

Memberikan penghargaan dalam artian

menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya

yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas

dirinya sendiri sebagai individu.

d. Mengulang kembali

Mengulang sebagian pertanyaan pasien

dengan menggunakan bahasa sendiri dapat

menunjukkan kepada pasien bahwa perawat

memperhatikan semua keluhannya.

Page 15: BAB 2.doc

23

e. Refleksi

Perawat mengulang kembali apa yang

dibicarakan pasien untuk menunjukkan kepada

pasien bahwa perawat memperhatikan semua

keluhannya. Refleksi ini memberi kesempatan

kepada pasien untuk memahami sikapnya sendiri,

mengerti perasaan dan kebingungannya, keragu-

raguannya, serta persepsi yang benar,

diungkapkan oleh orang lain dengan caranya

sendiri.

f. Klarifikasi

Menjelaskan kembali ungkapan pikiran yang

dikemukakan pasien yang kurang jelas bagi

perawat, agar tidak terjadi salah pengertian.

g. Mengarahkan pembicaraan

Perawat membantu pasien untuk memfokuskan

pembicaraan agar lebih spesifik dan terarah.

Biasanya teknik ini diperlukan bila

menginginkan informasi yang lebih mendalam

tentang suatu masalah.

h. Membagi persepsi

Perawat megungkapkan persepsinya tentang

pasien dan meminta umpan balik dan pasien.

Page 16: BAB 2.doc

24

i. Diam

Fase diam ini dapat memberikan waktu

kepada pasien untuk berfikir dan menimbang

alternatif beberapa tindakan yang dapat

dilakukan kepadanya. Hal ini tetap akan

memberikan kesan bahwa pasien tersebut terlibat

terutama dalam proses perawatan yang dilakukan

padanya.

j. Memberi informasi

Memberikan informasi mengenai hal-hal

yamg belum jelas atau mungkin yang belum

diketahui oleh pasien dapat meningkatkan rasa

percaya pasien pada perawat.

k. Memberi saran

Merupakan cara yang baik bila digunakan

pada waktu yang tepat dan cara yang

konstruktif, sehingga pasien bisa memilih.

l. Open-Ended Question (pertanyaan terbuka)

Pertanyaan ini memberikan kesempatan

kepada pasien untuk menjelaskan semua

jawabannya dan tidak terbatas pada jawaban ya

atau tidak.

Page 17: BAB 2.doc

25

m. Eksplorasi

Menggali lebih dalam ide-ide, pengalaman,

masalah pasien yang perlu diketahui. Karena

banyak pasien yang menyepelekan permasalahan

masa lalu dan hanya berbicara yang ringan-

ringan saja, seperti sedang menguji apakah

perawat cukup tertarik untuk mengetahui lebih

banyak tentang diri dan permasalahan pasien itu

sendiri.

Dengan mengerti proses komunikasi dan

mempunyai berbagai keterampilan berkomunikasi,

diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara

utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek

terapeutik pada klien.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

terapeutik

a. Lingkungan saat berkomunikasi

b. Pemberi/penerima Komunikasi

c. Ketrampilan dalam berkomunikasi

d. Cara penyampaian

e. Bahasa yang digunakan

f. Kesempurnaan media

Page 18: BAB 2.doc

26

C. Hubungan Terapeutik Perawat Klien

Hubungan therapeutik klien merupakan pengalaman

untuk memperbaiki emosi klien (Keliat, 1996).

1. Tujuan Hubungan terapeutik

Adapun tujuan dari hubungan tersebut adalah untuk

perkembangan klien, yaitu:

a. Kesadaran diri, penerimaan diri dan penghargaan

terhadap diri yang meningkat.

b. Pengertian yang jelas tentang identitas diri dan

integritas diri ditingkatkan

c. Kemampuan membina hubungan intim,

interdependent, pribadi dengan kecakapan

menerima dan memberi kasih sayang.

d. Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dan

e. Mencapai tujuan pribadi yang realistik.

Hubungan therapeutik tersebut dapat digambarkan

dalam skema di bawah ini:

Gambar 2.1. Proses Hubungan Terapeutik Perawat Klien

Perawat PerawatHubungan Terapeutik

Perkembangan Klien (Emosi)

Page 19: BAB 2.doc

27

2. Tahapan-Tahapan hubungan terapeutik Perawat-Klien

Adapun tahapan-tahapan interaksi perawat klien

meliputi :

a. Prainteraksi

Prainteraksi mulai sebelum kontak pertama

dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan,

fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran

dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan

dengan klien dapat dipertanggung jawabkan

Perawat yang Sudan berpengaiaman dapat

menganalisa diri sendiri serta nilai tambah.

Pengalamannya berguna agar lebih efektif dalam

memberi asuhan keperawatan. la seharusnya

mempunyai konsep diri yang stabil dan harga

diri yang adekuat, mempunyai hubungan

konstruktif dengan orang lain, dan berpegang

pada kenyataan dalam menolong klien (Stuart dan

Sundeen, 1987).

Pemakaian diri secara terapeutik berarti

memaksimaikan pemakaian kekuatan dan

meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam

memberi asuhan keperawatan pada klien.

Page 20: BAB 2.doc

28

Tugas tambahan pada tahap ini adalah

mendapatkan informasi tentang kiien dan

menentukan kontak pertama.

b. Perkenalan atau orientasi

Tahap ini dimulai dengan pertemuan dengan

klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah

alasan klien minta pertolongan yang akan

mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.

Dalam memulai hubungan, tugas utama

adalah membina rasa percaya; penerimaan dan

pengertian; komunikasi yang terbuka dan

perumusan kontrak dengan klien. Elemen - elemen

kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien

sehingga kerjasama perawat-klien dapat optimal.

Elemen kontrak Perawat-Kiien

1). Nama individu (perawat dan klien)

2). Reran perawat dan klien

3). Tanggung jawab perawat dan klien

4). Harapan perawat dan klien

5). Tujuan hubungan

6). Tempat dan waktu pertemuan

7). Situasi terminasi

8). Kerahasiaan

(Sumber: Stuart-Sundeen, 1987)

Page 21: BAB 2.doc

29

Diharapkan klien berperan serta

secara penuh dalam kontrak, namun pada

kondisi tertentu, misalnya klien dengan

gangguan realita, maka kontrak dilakukan

sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak

jika kontak realitas klien meningkat.

Perawat dan klien mungkin mengalami

perasaan tidak nyaman, bimbang karena memulai

hubungan yang baru. Klien, yang mempunyai

pengalaman hubungan interpersonal yang

menyakitkan akan sukar menerima dan terbuka

pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa

aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa

dikritik atau dihukum.

Tugas perawat adalah mengeksplorasi

pikiran, perasaan, perbuatan klien, dan

mengidentifikasi masalah, serta merumuskan

tujuan bersama klien.

c. Kerja

Pada tahap ini, perawat dan klien

mengeksplorasi stressor yang tepat dan

mendorong perkembangan kesadaran diri dengan

menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan

perbuatan klien. Perawat membantu klien

Page 22: BAB 2.doc

30

mengatasi kecemasan; meningkatkan kemandirian

dan tanggungjawab diri sendiri; dan

mengembangkan mekanisme koping yang

konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif

menjadi adaptif merupakan fokus tahap ini.

d. Terminasi

Terminasi merupakan tahap yang sangat

sulit dan penting dari hubungan terapeutik.

Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik

sudah terbina dan berada pada tingkat optimal.

Keduanya, perawat dan klien akan

merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi

pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit

tertentu atau klien pulang

Adapun alasan terminasi, tugas perawat

pada tahap ini adalah menghadapi realitas

perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien

dan perawat bersama-sama meninjau kembali

proses perawatan yang telah dilalui dan

pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih,

penolakan perlu dieksplorasi dan diekspresikan.

Tahap terminasi harus diatasi dengan

memakai konsep proses kehilangan. Proses

terminasi yang sehat akan memberi pengalaman

Page 23: BAB 2.doc

31

yang positif dalam membantu klien mengembangkan

koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam

menghadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien

mungkin mengingkari perpisahan atau mengingkari

manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan

perasaan marah dan bermusuhannya dengan tidak

menghadiri pertemuan atau bicara yang dangkal.

Terminasi yang mendadak dan tanpa

persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai

penolakan. Atau perilaku klien kembali pada

perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat

tidak akan mengakhiri hubungan karena klien

masih memeriukan bantuan.

D. Kecemasan

1. Pengertian Cemas

Banyak sekali para ahli jiwa dari seluruh

dunia mendefisikan arti cemas itu, baik secara

umum/merupakan respon psikologis biasa maupun yang

sudah masuk sebagai gangguan mental/berupa penyakit

psikologis.

Cemas adalah suatu keadaan patologik yang

ditandai dengan perasaan ketakutan disertai tanda

somatik pertanda sistem saraf otonom yang

Page 24: BAB 2.doc

32

hiperaktif dibedakan dari rasa takut yang merupakan

respon terhadap sesuatu yanng jelas (Kaplan

MD/Sadock, 1986).

Ansietas merupakan respon multidimensional

terhadap rangsangan lingkungan seseorang atau

respon individu terhadap stimulus internal (seperti

hipokondrium pada lambung) dihasilkan dari

kombinasi proses biologik dan fisiologis individu

secara umum. (http:// www.Anxiety/help/orgi/index.htm)

Menurut Pusdiknakes-Depkes RI (1990),

kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan

kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi

sesuatu yang tidak menyenangkan, yang sumbernya

sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari

dalam diri (intra psikis). Rasa tidak aman dan

kekhawatiran yang timbul dari sumber yang tidak

diketahui secara jelas ini dapat mengancam

kepribadian seseorang baik fisik maupun psikologis.

Reaksi-reaksi fisiologis yang ditimbulkan antara

lain berupa palpitasi, keringat dingin, tekanan

darah meningkat, respirasi meningkat, peristaltik

usus meningkat, peningkatan asam lambung sehingga

menimbulkan mual bahkan muntah, gugup, tegang, rasa

tidak enak bahkan sangat mudah terkejut.

Page 25: BAB 2.doc

33

2. Sumber Kecemasan

a. Ancaman internal dan eksternal terhadap ego

(Freud)

Misalnya : gangguan pemenuhan kebutuhan dasar

(makan/minum dll)

b. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan

harga diri (Sullivan)

1). Tidak menemukan integritas diri.

2). Tidak menemukan prestise

3). Tidak memperoleh aktualisasi/pengakuan dari

orang

4). Malu/ketidaksesuaian antara pandangan diri

dan lingkungan nyata

3. Teori yang menjelaskan terjadinya kecemasan (Faktor

Predisposisi)

a.Teori Psikoanalitik

Menurut Freud struktur kepribadian

terdiri dari 3 elemen yaitu : id, ego, dan

superego.

Id melambangkan dorongan insting dan

impuls primitif, superego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma,

budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan

sebagai mediator antara tuntutan dari id dan

Page 26: BAB 2.doc

34

superego. Cemas merupakan konflik emosional

antara id dan superego yang berfungsi untuk

memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang

perlu diatasi. (Stuart and Sundeen, 1987).

b.Teori Interpersonal

Cemas terjadi dari ketakutan akan

penolakan interpersonal, hal ini juga

dihubungkan dengan trauma pada masa

pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan

yang menyebabkan seseorang menjadi tidak

berdaya, individu yang mempunyai harga diri

rendah biasanya sangat mudah untuk

mengalami kecemasan berat. (Stuart and Sundeen,

1987).

c.Teori Perilaku

Cemas merupakan hasil frustasi dari

segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Para ahli perilaku menganggap cemas

merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari

berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa

sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang

pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa

takut yang berlebihan akan menunjukkan

Page 27: BAB 2.doc

35

kemungkinan cemas yang berat pada kehidupan

masa dewasanya. (Stuart and Sundeen, 1987).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Kecemasan

a. Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih berfikir matang

dan bekerja (Rusmi, T.W.,1999)

b. Pendidikan

Semakin meningkat tingkat pendidikan makin

mudah mendapat informasi sehingga semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki,

sedangkan pendidikan yang kurangakan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-

nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat,

1993)

c. Pekerjaan

Kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga

(Thomas, 1996)

d. Dukungan sosial

Adanya dukungan sosial yang tinggi membuat

individu mengalami hal yang positif dalam

kehidupan, mempunyai harga diri yang tinggi dan

Page 28: BAB 2.doc

36

mempunyai pandangan yang lebih optimis terhadap

hidupanya (Hurlock EB, 1992)

5. Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat

dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara

keseimbangan pengalaman, kecemasan seseorang tidak

sama pada beberapa situasi dan hubungan

interpersonal. Namun demikian secara umum 2 ancaman

besar yang dapat menimbulkan kecemasan.

a. Ancaman integritas diri, meliputi

ketidakmampuan Fisiologis atau gangguan

terhadap kebutuhan dasar

b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman

terhadap identitas diri, harga diri dan

hubungan interpersonal, kehilangan serta

perubahan status/peran.

6. Penilaian Tingkat Kecemasan

Ada tes-tes kecemasan dengan pertanyaan

langsung, mendengar pertanyaan langsung, mendengar

cerita klien serta mengobservasi terutama non

verbal. Ini sangat berguna dalam menentukan adanya

kecemasan dan menetapkan tingkatannya (Maramis WF,

1990)

Page 29: BAB 2.doc

37

Menurut Stuart dan Sundeen, (1987) bahwa

tingkatan kecemasan ada empat tingkat yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan

peristiwa kehidupan sehari - hari. Pada tingkat

ini lapang persepsi melebar, individu akan

berhati - hati dan waspada. Individu terdorong

untuk belajar yang akan mengahasilkan

pertumbuhan dan kreativitas ditandai dengan :

1) Perilaku

Tenang, Isi pembicaraan tepat dan normal

2) Afektif

a) Perhatian berkurang

b) Nyaman dan aman

3) Kognitif

a) Lapang persepsi luas

b) Mampu berkonsentrasi

c) Mampu memecahkan masalah

4) Fisiologis

a) Napas pendek

b) Denyut pendek

c) Denyut jantung meningkat

Page 30: BAB 2.doc

38

d) Kadang ditemukan gejala ringan pada

lambung

e) Penginderaan lebih tajam menyiapkan

diri untuk bertindak.

b. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap

lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan

pada hal penting saat ini dan mengesampingkan

hal lain, ditandai dengan :

1) Perilaku

a) Tremor halus pada tangan

b) Tidak dapat duduk dengan tenang

c) Banyak bicara dan cepat

d) Tekanan suara meningkat secara

intermiten dan volume suara lebih

keras.

2) Afektif

a) Perhatian tertuju pada apa yang terjadi

b) Kuatir dan nervous

3) Kognitif

a) Lapang persepsi menyempit

b) Lebih mampu memusatkan pada fakta yang

penting

Page 31: BAB 2.doc

39

c) Kurang sadar pada detail di sekitar

yang berkaitan

4) Fisiologis

a) Napas pendek

b) Denyut jantung memngkat tekanan darah

meningkat

c) Mulut kering

d) Anoreksia

e) Diare / konstipasi

f) Susah tidur

c. Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat lapang persepsi

menjadi sangat sempit individu cenderung

memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan

hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir

berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/

tuntutan ditandai dengan:

1) Perilaku

a) Pergerakan menyentak saat menggunakan

tangan

b) Posisi tubuh selalu berubah

c) Banyak bicara

d) Kecepatan bicara meningkat cepat

Page 32: BAB 2.doc

40

e) Tekanan suara meningkat dan volume

suara keras

2) Afektif

a) Tidak adekuat, tidak aman

b) Merasa tidak berguna

c) Takut terhadap apa yang terjadi

d) Emosi masih dapat dikontrol

3) Kognitif

a) Lapang persepsi sangat menyempit

b) Tidak mampu membuat kaitan

c) Tidak mampu melihat secara luas

4) Fisiologi

a) Napas pendek

b) Naucea

c) Gelisah

d) Respon terkejut bertambah

e) Ekspresi ketakutan

f) Badan gemetar

d. Panik

Pada tingkat ini lapang persepsi sudah

terganggu, sehingga individu sudah tidak dapat

mengendalikan diri lagi dan tidak dapat

melakukan apa-apa, walaupun sudah diberi

pengarahan/tuntutan ditandai dengan:

Page 33: BAB 2.doc

41

1) Perilaku

a) Tidak dapat mengendalikan motor kasar

b) Aktivitas yang dilaksanakan tidak

bertujuan

c) Pembicaraan sulit dimengerti

d) Suara melengking berteriak

e) Agitasi hiperaktif

2) Afektif : Merasa kaget terjebak

3) Kognitif : Sulit membuat penilaian

4) Fisiologi

1) Napas pendek

2) Rasa tercekik atau tersumbat

3) Nyeri dada

4) Gerah involunter

5) Tubuh bergetar

6) Expresi wajah mengerikan

7. Alat ukur kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat

kecemasan/derajat kecemasan sesorang, baik ringan,

sedang atau berat digunakan skor ZUNG SAVERITY

ANXIETY SCALL (ZSAS) dari ZUNG.

Dari penjumlahan skor masing-masing kelompok gejala

dapat diketahui tingkat/derajat kecemasan

seseorang, yaitu :

Page 34: BAB 2.doc

42

Skor ZSAS 0-23 : Tidak ada Kecemasan

Skor ZSAS 24-37 : Kecemasan ringan

Skor ZSAS 38-60 : Kecemasan sedang

Skor ZSAS > 60 : Kecemasan berat

8. Gejala kecemasan menurut ZUNG

a.Saya merasa lebih gelisah (gugup) dan cemas

b.Saya merasa takut tanpa alasan

c.Saya merasa seakan-akan tubuh saya berantakan

(hancur berantakan)

d.Saya merasa marah, tersinggung (panik)

e.Saya merasa selalu kesulitan mengerjakan segala

sesuatu, saya merasa sesuatu yang buruk terjadi

f.Kedua tangan dan kaki saya gemetar atau bergetar

g.Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri

leher/nyeri otot

h.Saya merasa badan saya lemah dan mudah capek

i.Saya tidak dapat istirahat/saya tidak dapat duduk

tenang

j.Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan

keras dan cepat

k.Saya sering mengalami pusing

l.Saya sering pingsan dan merasa seperti pingsan

m.Saya mudah sesak napas (tersengal-sengal)

n.Saya merasa kaku atau mati rasa

Page 35: BAB 2.doc

43

o.Saya sering sakit perut/mengalami gangguan

pencernaan

p.Saya lebih sering kencing dari biasanya

q.Saya merasa tangan saya dingin dan basah oleh

keringat

r.Wajah saya terasa panas dan kemerahan

s.Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam

t.Saya mengalami mimpi-mimpi buruk

9. Intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami

stress secara umum (Long, 1996)

1. Mendukung mekanisme perlindungan

2. Menyediakan informasi atau penjelasan

3. Menggali perasaan

4. mendukung mekanisme koping

5. Memfasilitasi pemecahan masalahan masalah

6. Melakukan tehnik relaksasi

Page 36: BAB 2.doc

44

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan

atau kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang

lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,

1993). Adapun kerangka konsep dari penelitian adalah

sebagai berikut :

: Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 2.2. : Kerangka Konsep Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap di Ruang VIP B RSUD Bima

Komunikasi

Satu ArahDua ArahBerantai

VerbalNon Verbal

Faktor yang mempengaruhi :Lingkungan

Pemberi/penerimaCaraBahasa

Kesempurnaan media

Komunikasi Terapeutik

Tingkat Kecemasan

RinganSedangBeratPanik

Kecemasan

TujuanPrinsipMateri

Sikap dan Tehnik

Page 37: BAB 2.doc

45

F. Hipotesis

H1 : “Ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap

penurunan tingkat kecemasan pasien rawat inap

di Ruang VIP B RSUD Bima”

Ho : “Tidak Ada pengaruh komunikasi terapeutik

terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien

rawat inap di Ruang VIP B RSUD Bima”