bab 2.1

download bab 2.1

of 23

description

Memuat gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat yang meliputi fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, fokus seni budaya dan olahraga, aspek pelayanan umum yang meliputi capaian kinerja layanan urusan wajib maupun pilihan dan aspek daya saing daerah dengan fokus pada kemanpuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim investasi dan sumber daya manusia

Transcript of bab 2.1

LAMPIRAN

BAB IIGAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH1.1 Aspek Geografi dan Demografi1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas Wilayah Kota Banjar berdasarkan penjelasan Undang-Undang nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat adalah kurang lebih 113,49 km2 atau 11.349 hektar. Sementara berdasarkan pengukuran pada Peta Rupa Bumi Bakosurtanal tahun 2003, luas wilayah Kota Banjar adalah 131,972 km2 atau 13.197,23 hektar. Secara administrasi, Pemerintahan Kota Banjar terdiri atas 4 (empat) kecamatan yaitu: Kecamatan Banjar, Purwaharja, Pataruman dan Kecamatan Langensari.Gambar 2.1

Batas wilayah Kota Banjar berdasarkan letak administrasi mempunyai batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara, Berbatasan dengan Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis serta Kecamatan Dayeuhluhur;

Sebelah Timur, Berbatasan dengan Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis dan kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah;

Sebelah Selatan, Berbatasan dengan Kecamatan Lakbok dan Kecamatan Pamarican kabupaten Ciamis;

Sebelah Barat, Berbatasan dengan Kecamatan Cimaragas dan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.1.1.2 Letak dan Kondisi GeografisSecara geografis Kota Banjar terletak diantara 1082800 - 1084000 Bujur Timur dan 071930 - 072630 Lintang Selatan (berdasarkan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal). Kota Banjar adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian antara 20 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dan menjadi salah satu kawasan andalan (yaitu kawasan yang mampu berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya).

Sebagian besar wilayah Kota Banjar berada pada ketinggian kurang dari 100 mdpl yaitu mencapai 87,10 persen dan sisanya sebesar 12,90 persen berada di ketinggian 100-500 mdpl. Kecamatan yang wilayahnya berada di ketinggian 100 hingga 500 mdpl diantaranya Kecamatan Pataruman yaitu seluas 11,83 km2 atau sekitar 21,89 persen dari luas wilayah kecamatan tersebut. Sedangkan kecamatan yang seluruh permukaan wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 25 mdpl adalah Kecamatan Langensari sehingga sangat cocok sebagai daerah basis pertanian dengan irigasi teknis yang memadai.

Tingkat kesuburan tanah Kota Banjar pada umumnya tergolong sedang (baik) dengan tekstur tanah sebagian besar halus dengan jenis tanah alufial kecuali Kecamatan Langensari selain memiliki jenis tanah alufial juga berjenis tanah podsonik merah kuning meski tidak mempengaruhi tingkat kesuburannya.

1.1.3 Topografi

Bentangan morfologi/topografi wilayah Kota Banjar bervariasi sejak dari puncak perbukitan hingga hamparan dataran. Ketinggian Kota Banjar berkisar antara 0 - 500 mdpl. Posisi tertinggi di atas permukaan laut adalah puncak bukit Gunung Sangkur, dengan ketinggian +356 mdpl, sementara posisi terendah adalah di bagian timur di tepi Sungai Citanduy (Desa Waringinsari Kecamatan Langensari), dengan ketinggian +16 m dpl.

Ada 2 kompleks perbukitan yang utama, dan sejumlah perbukitan/bukit minor (yang lebih kecil). Komplek perbukitan utama yang pertama adalah komplek perbukitan Gunung Sangkur, yang terletak di Kecamatan Pataruman, dan terdiri atas beberapa puncak bukit, yaitu : Gunung Sangkur (+356 m), Pasir Huni (+227 m), Pasir Sireum (+226 m), Pasir Cabe (+251 m), Pasir Batukarut (+253 m), dan lainnya. Komplek perbukitan utama yang kedua adalah komplek perbukitan Gunung Babakan, yang terletak di Kecamatan Purwaharja, dengan puncaknya yaitu Gunung Babakan (+243 m).

Beberapa bukit/perbukitan minor, terutama terletak di Kecamatan Pataruman dan Kecamatan Banjar, serta sedikit di Kecamatan Langensari bagian barat. Perbukitan minor yang terdapat di Kecamatan Pataruman antara lain adalah:

Pasir Tumpeng (perbatasan Desa Hegarsari Desa Pataruman);

Pasir Jengkol/Pasir Loklok (Desa Pataruman);

Pasir Leutik (Desa Pataruman);

Bukit-bukit di Kampung Pananjung (Desa Mulyasari);

Bukit-bukit di Kampung Cibuntu (perbatasan Desa Mulyasari Desa Rejasari dan Bojongkantong Kecamatan Langensari);

Bukit di sebelah selatan PT. Alba (Desa Batulawang).

Perbukitan minor di Kecamatan Banjar antara lain adalah :

Pasir Riunggunung (Desa Binangun);

Pasir Batugending/Pasir Semir (Desa Binangun);

Bukit di sebelah selatan Kampung Pamongkoran (Desa Binangun);

Pasir Tugel/Pasir Pugag (Desa Balokang dan Desa Cibeureum).

Sementara bukit minor di Kecamatan Langensari bagian barat adalah Bukit-bukit di perbatasan Desa Rejasari dengan Desa Mulyasari, dan Bukit di Kampung Bojongsari (Desa Bojongkantong).

Selain perbukitan tersebut di atas, bentang morfologi/topografi yang cenderung merupakan kelerengan atau kemiringan yang cukup signifikan adalah bentang memanjang dengan kelerengan sampai sekitar 30 % yang relatif paralel dengan Sungai Ciseel Sungai Cikembang Sungai Cimaragas, yang terletak di Desa-Desa Binangun, Neglasari, dan Situbatu. Bentangan morfologi/topografi selanjutnya adalah kompleks lahan bergelombang yang diselingi datar setempat-setempat. Bentang morfologi ini relatif tersebar, yang antara lain terdapat di :

Kelurahan Situbatu, Neglasari, Cibeureum, dan Balokang Kecamatan Banjar;

Desa Purwaharja Kecamatan Purwaharja;

Desa Binangun, Batulawang, Karyamukti Kecamatan Pataruman.

Bentangan morfologi datar relatif tersebar di wilayah Kota Banjar, dan yang menonjol terdapat di :

Desa Balokang, Cibeureum, Banjar, Mekarsari di Kecamatan Banjar;

Desa Hegarsari, Pataruman, Mulyasari di Kecamatan Pataruman;

Desa Mekarharja, Raharja, Purwaharja di Kecamatan Purwaharja;

Desa Kujangsari, Bojongkantong, Rejasari, Langensari, Muktisari, Waringinsari di Kecamatan Langensari.1.1.4 Geologi

Aspek fisik dasar wilayah selanjutnya yang diperhatikan adalah aspek geologi. Sebaran batuan secara geologis di Kota Banjar yang menonjol adalah :

Alluvium, yang tersebar di wilayah Kota Banjar, yaitu pada bagian wilayah dengan morfologi datar;

Batuan beku bersusunan andesit berupa lava, breksi aliran, sumbat gunung api, yaitu pada bagian wilayah yang merupakan perbukitan utama (komplek Gunung Sangkur dan komplek Gunung Babakan) dan sebagian perbukitan minor (Pasir Tumpeng, Pasir Jengkol, Pasir Leutik, Pasir Gembok, dan perbukitan Mandalareh-Cadasgantung);

Endapan lahar, yaitu di sebelah barat komplek Gunung Babakan, pada morfologi bergelombang di Kecamatan Purwaharja bagian barat;

Formasi Tapak, terdiri dari batupasir kehijauan kasar (bawah), batupasir dengan sisipan napal (atas), yaitu di bagian barat dan selatan wilayah Kota Banjar di Kecamatan Banjar dan Kecamatan Pataruman pada morfologi perbukitan minor dan bergelombang.

Dari struktur geologi penting dikemukakan bahwa di wilayah Kota Banjar diidentifikasikan adanya kelurusan diperkirakan dan sesar geser dengan arah relatif tenggara barat laut yang melintasi sisi timur komplek Gunung Sangkur dan sisi timur komplek Gunung Babakan.

1.1.5 Hidrologi

Pola aliran air menunjukkan arah aliran yang masing-masing menuju ke sungai-sungai utama yang melintasi dan di sekitar wilayah Kota Banjar, yang selanjutnya dapat disebut sebagai sistem hidrologi/aliran air wilayah. Batas area tangkapan (catchment area) antara sistem hidrologi/aliran air tersebut adalah gugusan punggungan perbukitan dan khusus di tepi Sungai Citanduy ada juga yang dibatasi oleh tanggul Sungai Citanduy. Secara umum penjelasan cakupan area masing-masing sistem tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sistem Citanduy, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang menuju langsung ke Sungai Citanduy, yang areanya mencakup : bagian sebelah barat Kecamatan Purwaharja dan yang dibatasi tanggul Sungai Citanduy, sebagian besar Kecamatan Banjar di sebelah utara, sebagian kecil Kecamatan Pataruman bagian barat dan yang dibatasi tanggul Sungai Citanduy, sebagian kecil Kecamatan Langensari yaitu yang dibatasi tanggul Sungai Citanduy.

Sistem Cijolang, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang menuju ke Sungai Cijolang melalui Sungai Citapen dan yang dibatasi tanggul Sungai Cijolang, yang areanya mencakup : sebagian sebelah timur dan utara Kecamatan Purwaharja.

Sistem Ciseel-Cikembang-Cimaragas, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang menuju langsung ke Sungai Ciseel-Cikembang-Cimaragas di sebelah selatan, yang areanya mencakup : sebagian kecil Kecamatan Banjar di bagian selatan (sebagian Kelurahan Situbatu dan Neglasari), sebagian kecil Kecamatan Pataruman bagian selatan (sebagian Desa Binangun, Batulawang).

Sistem Cilisung, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang menuju ke Sungai Cilisung yang selanjutnya ke Ciseel/Citanduy di bagian hilir di luar wilayah Kota Banjar, yang areanya mencakup : sebagian terbesar Kecamatan Langensari, sebagian Kecamatan Pataruman bagian timur.

1.1.6 Klimatologi

Curah hujan yang terdapat di Kota Banjar cukup tinggi, yaitu berkisar antara 250 400 mm/tahun dan beriklim tropis. Curah hujan yang terdapat di Kota Banjar pada umumnya sedang dengan hari hujan relatif sedikit. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar, pada Tahun 2011 tercatat rata-rata curah hujan dalam setahun mencapai 408,4 milimeter. Curah hujan pada tahun 2011 secara umum menunjukkan peningkatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2009, yang mencapai rata-rata 235,7mm. Intensitas curah hujan di Kota Banjar sepanjang tahun 2011 terlihat bahwa curah hujan di wilayah ini tinggi yang terjadi bulan Januari dan berangsur menurun pada pertengahan tahun 2011, sementara bulan Desember merupakan puncaknya yang mencapai angka 574mm.

Tingginya intensitas curah hujan sangat membantu usaha sektor pertanian yang mengandalkan ketersediaan air yang cukup untuk menanam padi dan palawija, serta tanaman hortikultura (sayuran dan buah-buahan). Walaupun demikian, curah hujan yang tinggi ternyata menjadi dilema pula bagi sebagian masyarakat Kota Banjar yang tinggal di lereng-lereng perbukitan dan sepanjang aliran Sungai Citanduy. Mereka senantiasa didera rasa was-was karena bencana longsor dapat mengintai setiap saat dan sulit diduga.

Oleh karena itu, upaya preventif selayaknya terus dilakukan untuk menghindari kejadian bencana yang lebih besar dan merugikan. Salah satunya adalah memberikan informasi yang cukup pada masyarakat tentang titik-titik wilayah rawan bencana dan ketersediaan lembaga tanggap bencana di tiap-tiap desa/kelurahan mutlak pula diperlukan.

1.1.7 Penggunaan Lahan dan Potensi Pengembangan Wilayah

Penggunaan lahan terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.Kawasan lindung di Kota Banjar meliputi :

a) kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya di Kota Banjar adalah kawasan resapan airyang terdapat di Kecamatan Pataruman dan Kecamatan Banjar. Pengelolaan kawasan resapan air di Kota Banjar direncanakan meliputi:

pemantapan fungsi lindung; perlindungan fungsi ekologis dan hidrologis kawasan resapan air; dan

melakukan rehabilitasi kawasan resapan air.b) kawasan perlindungan setempat;

Kawasan perlindungan setempat di Kota Banjar meliputi, sempadan sungai dan sempadan situ. Kawasan sempadan sungai terdiri atas sungai Citanduy beserta anak sungainya, sungai Ciseel beserta anak sungainya, dan sungai Cijolang beserta anak sungainya. Pengelolaan sempadan sungai diarahkan untuk :

perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai;

mengembalikan fungsi ekologis dan hidrologis sempadan sungai di seluruh wilayah kota secara bertahap; dan

pengembangan jalan inspeksi.

Sempadan situ terdiri atas sempadan Situ Mustika di Kecamatan Purwaharja dan sempadan Situ Leutik di Kecamatan Banjar. Pengelolaan sempadan situ diarahkan untuk :

perlindungan dan penguatan dinding pembatas situ;

penghijauan sempadan situ sebagai perlindungan fungsi ekologis dan hidrologis; dan

pengembangan jalan inspeksi.

c) ruang terbuka hijau;Rencana ruang terbuka hijau kota terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.

Ruang terbuka hijau publik di Kota Banjar, meliputi :

ruang terbuka hijau taman, terdapat di setiap kecamatan dengan alokasi terpadu dengan area pusat pelayanan kecamatan;

ruang terbuka hijau tempat pemakaman (TPU);

ruang terbuka hijau sempadan jalan;

ruang terbuka hijau sempadan sungai; dan

ruang terbuka hijau hutan kota.

Ruang terbuka hijau privat di Kota Banjar, meliputi :

ruang terbuka hijau pekarangan rumah; dan

halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, meliputi :

mempertahankan luasan dan kualitas RTH eksisting;

membangun taman kota di pusat kota dan sub pusat kota;

membangun lapangan olah raga di setiap sub pusat kota dengan jumlah dan luasan sesuai ketentuan berlaku; dan bekerjasama dengan lembaga pemerintah baik Pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota, lembaga penelitian, perguruan tinggi, pihak swasta dan masyarakat dalam perwujudan RTH publik.

d) kawasan cagar budayaKawasan Cagar Budaya di Kota Banjar, meliputi :

Situs Batu Peti di Desa Sukamukti Kecamatan Pataruman;

Situs Rawa Onom di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja;

Situs Rajegwesi di Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman;

Situs Pulo Majeti di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja;

Makam Tambakbaya di Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman;

Makam Cikabuyutan di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman;

Tugu/Menara Pompa Air di Kompleks Pasar Banjar Patroman;

Kantor Lama Walikota (Pendopo) di Kelurahan Banjar;

Stasiun Besar Kereta Api di Kelurahan Hegarsari dan Terowongan Kereta Api Santiong di Desa Binangun;

Kampung Budaya Lembah Pajamben di Desa Binangun Kecamatan Pataruman;

Gedong Opat di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman; dan

Gedong Dalapan di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman.

Kawasan Cagar Budaya di Kota Banjar diharapkan untuk mempertahankan karakteristik bangunan dan lingkungan sekitarnya serta merevitalisasi kawasan cagar budaya. Sementara itu, rencana pengembangan kawasan budidaya di Kota Banjar meliputi :

a) Kawasan peruntukan perumahanKawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi, meliputi Kelurahan Banjar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Pataruman, Kelurahan Hegarsari, Kelurahan Bojongkantong, Kelurahan Muktisari, Kelurahan Purwaharja, Kelurahan Karangpanimbal, Desa Balokang Bagian Tenggara, Desa Cibeureum Bagian Tengah, Desa Jajawar Bagian Barat, Desa Neglasari Bagian Barat, Desa Mekarharja, Desa Raharja, Desa Langensari, Desa Waringinsari, dan Desa Rejasari.

Pengembangan kawasan perumahan kepadatan tinggi terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan (sistem pengelolaan limbah cair domestik dan sistem penanganan persampahan) dan penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;

peningkatan kualitas hunian di kawasan perumahan melalui pembangunan secara vertikal;

menyediakan prasarana dan sarana umum dengan proporsi 20 % (dua puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan; dan

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 80% dalam setiap pembangunan kawasan perumahan.

Kawasan perumahan kepadatan sedang, meliputi Desa Balokang Bagian Utara, Desa Jajawar Bagian Tengah, Desa Neglasari Bagian Selatan, Desa Binangun, Desa Sukamukti, Kelurahan Purwaharja, Desa Sinartanjung Bagian Selatan, Desa Mulyasari Bagian Utara dan Timur, Desa Batulawang, Desa Neglasari, dan Desa Pataruman.

Pengembangan kawasan perumahan kepadatan sedang terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;

menyediakan prasarana dan sarana umum dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan;

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 60% dalam setiap pembangunan kawasan perumahan; dan

mewajibkan bagi para pengembang perumahan untuk menyediakan sumur/ kolam resapan bagi setiap pembangunan kawasan perumahan.

Pengembangan kawasan perumahan kepadatan rendah terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;

menyediakan prasarana dan sarana umum dengan proporsi 60% (enam puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan;

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 40% dalam setiap pembangunan kawasan perumahan; dan

mewajibkan bagi para pengembang perumahan untuk menyediakan sumur/ kolam resapan bagi setiap pembangunan kawasan perumahan.

Perumahan kepadatan rendah, meliputi Desa Neglasari Bagian Selatan, Desa Balokang Bagian Selatan dan Tenggara, Kelurahan Situbatu, Kelurahan Bojongkantong Bagian Barat laut, dan Desa Karyamukti.

b) Kawasan peruntukan hutan produksiKawasan peruntukan hutan produksi hutan produksi di Kecamatan Purwaharja seluas kurang lebih 418,82 hektar, di Kecamatan Pataruman seluas kurang lebih 506,99 hektar dan di Kecamatan Langensari seluas kurang lebih 84,01 hektar.

c) Kawasan peruntukan industri, pergudangan dan pengembangan industri kecil dan rumah tanggaPengembangan kawasan industri ditetapkan sebagai berikut :

mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agrobisnis);

mengembangkan industri pengolahan berbasis agro di Kecamatan Langensari dan Kecamatan Pataruman;

mengarahkan lokasi untuk kawasan industri di Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman, kawasan pergudangan di Desa Langensari Kecamatan Langensari dan Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman;

mengendalikan kegiatan industri yang telah ada dari dampak polusi dan lalu lintas. (mengendalikan dan pencegahan pencemaran dan atau kerusakan komponen lingkungan hidup dari dampak kegiatan industri yang telah ada);

mewajibkan kepada kegiatan industri yang baru untuk membuat dokumen lingkungan hidup sebagai arahan dalam hal upaya pengelolaan dan pemantauan terhadap kualitas lingkungan hidup; dan

membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis untuk kawasan industri untuk melihat kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, prakiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Kawasan Industri dan pergudangan di Kota Banjar antara lain :

kawasan industri di Kecamatan Pataruman seluas kurang lebih 100 Hektar;

kawasan industri di Kecamatan Banjar seluas kurang lebih 70,38 Hektar;

kawasan industri di Kecamatan Purwaharja seluas kurang lebih 20,00 Hektar; dan

kawasan industri di Kecamatan Langensari seluas kurang lebih 25,42 Hektar.

Rencana pengembangan Industri Kecil dan rumah tangga di Kota Banjar, meliputi:

mempertahankan dan mengembangkan industri kecil yang berkembang di perumahan dengan syarat tidak menimbulkan dampak negatif; dan

menata industri kecil di Desa Langensari, Desa Neglasari, Desa Cibeureum, Desa Balokang, dan Kelurahan Purwaharja.

d) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa di Kota Banjar meliputi: pasar tradisional;

pusat perbelanjaan modern;

toko modern; dan

perdagangan dan jasa lainnya.

Rencana pengembangan pasar tradisional di Kota Banjar meliputi :

pengembangan kegiatan pasar agro di Kecamatan Pataruman dan Kecamatan Langensari;

peningkatan kualitas Pasar Bojongkantong; dan

peningkatan kualitas pasar skala pelayanan regional dan/atau kota di Pasar Banjar Patroman.

Rencana pengembangan pusat perbelanjaan modern, meliputi :

pengembangan kawasan pusat perbelanjaan berkualitas regional pada koridor jalan arteri yaitu sepanjang Jalan Brigjen M. Isya, JalanSiliwangi, Jalan Letjen Suwarto dan Jalan Batulawang;

pengembangan pusat perbelanjaan supermarket di setiap pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan; dan

pengembangan pusat perbelanjaan direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan wajib memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk pedagang informal atau kegiatan sejenis lainnya.

Rencana pengembangan toko modern, meliputi di Jalan Didi Kartasasmita dan Jalan Husen Kartasasmita, rencana pengembangan perdagangan dan jasa lainnya meliputi pengembangan jasa pameran (exhibition center) dan jasa pertemuan (convention center) di Desa Langensari, Kelurahan Mekarsari dan Kelurahan Banjar untuk meningkatkan dan mengarahkan pengembangan jasa penginapan di pusat kota dan sub pusat kota.

e) Kawasan peruntukan perkantoranKawasan peruntukan perkantoran pemerintahan, meliputi :

pengembangan kawasan peruntukan perkantoran Pemerintah Kota di Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman dan Kecamatan Banjar;

peningkatan kawasan peruntukan perkantoran pemerintah skala kelurahan dan kecamatan di setiap kecamatan; dan

penyediaan ruang terbuka publik di kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan.

Kawasan peruntukan perkantoran swasta , meliputi:

pengembangan kegiatan perkantoran swasta di Kota Banjar; dan

kawasan peruntukan perkantoran swasta kecil dapat berlokasi di kawasan peruntukan perumahan atau kawasan lainnya dengan memperhatikan akses pelayanan.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan perkantoran, meliputi : penataan kawasan perkantoran di pusat kota;

penambahan kawasan perkantoran baru skala kota di Kecamatan Banjar, Purwaharja Pataruman, dan Kecamatan Langensari; dan

mendorong penciptaan RTH di kawasan perkantoran.

f) Kawasan peruntukan pariwisata, meliputi: pengembangan dan peningkatan wisata air di Sungai Citanduy, Situ Mustika di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja dan Situ Leutik di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar;

pengembangan dan peningkatan Waterpark di Lingkungan Parunglesang Kelurahan Banjar;

pengembangan dan peningkatan wisata kuliner dan belanja di Pusat Kota dan Doboku;

pengembangan dan Peningkatan wisata agro di Desa Batulawang dan di Desa Binangun (Santiong);

pengembangan dan peningkatan wisata religi di Rawa Onom Kecamatan Purwaharja; dan

pengembangan dan peningkatan wisata cagar budaya di :

situs Batu Peti di Desa Sukamukti Kecamatan Pataruman;

situs Rawa Onom di Desa Raharja Kecamatan Purwaharja;

situs Rajegwesi di Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman;

situs Pulo Majeti di Desa Purwaharja Kecamatan Purwaharja;

makam Tambakbaya di Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman;

gedong Opat di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman; dan

gedong Dalapan di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman.

g) Kawasan peruntukan sektor informal di Kota Banjar, meliputi: jalan Dr. Husen Kartasasmita;

Desa Karyamukti dan Desa Mekarharja; dan

jalan R. Hamara Efendi, kawasan alun-alun Kota Banjar, Alun-alun Langensari, jalan Barisan Keamanan Rakyat, dan jalan Dr. Didi Kartasasmita serta disetiap lokasi perkantoran dan sekolah.

pengembangan kawasan peruntukan sektor informal diarahkan melalui :

menempatkan sektor informal di lokasi yang direncanakan;

menata kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan sektor informal;

membatasi pemanfaatan ruang terbuka publik untuk kegiatan sektor informal dengan pembatasan area dan pengaturan waktu berdagang;

mengoptimalkan fungsi pasar untuk mengakomodir kebutuhan ruang sektor informal; dan

mewajibkan setiap pengembang mengalokasikan ruang untuk kegiatan sektor informal.

h) Kawasan peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH), meliputi: pelataran parkir depan alun-alun Kota Banjar di Kecamatan Banjar;

alun-alun Langensari di Kecamatan Langensari; dan

kawasan Terminal Kota Banjar berupa pelataran terbuka seluas kurang lebih 2 hektar.

Kawasan parkir yang terdapat di wilayah kota meliputi pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pariwisata, dan pemerintahan.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau, melalui :

menata kembali RTNH yang telah mengalami degradasi secara fungsi ataupun kualitas ruang;

mengoptimalkan pemanfaatan RTNH untuk kegiatan sosialisasi masyarakat; dan

mengembangkan RTNH di kawasan komersial, perkantoran, dan perumahan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berinteraksi masyarakat.

i) Kawasan peruntukan evakuasi bencana, yang terdiri atas: kantor Kecamatan, alun-alun Kota Banjar, Mesjid Agung Kota Banjar di Kecamatan Banjar;

kantor Kecamatan, Puskesmas Pataruman, Sekolah Tinggi di Kecamatan Pataruman;

kantor Kecamatan, Puskesmas Purwaharja 2 di Kecamatan Purwaharja; dan

kantor Kecamatan, alun-alun Langensari, dan Lapangan Sepakbola di Kecamatan Langensari.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan evakuasi bencana, diarahkan melalui :

menyediakan jalur evakuasi bencana yang terjangkau oleh kendaraan roda empat pada wilayah-wilayah rawan bencana untuk menjamin keamanan dan keselamatan pengungsi;

meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana; dan

menyediakan prasarana sarana penunjang proses evakuasi bencana.

Penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana secara rinci diatur dalam Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

j) Kawasan peruntukan pertanian, yang meliputi: kawasan pertanian hortikulture memiliki luas 3.249 Hektar;

kawasan pertanian perkebunan yang berupa pertanian lahan kering;

kawasan pertanian tanaman pangan; dan

Rencana pengembangan tanaman pangan, diarahkan pada :

mempertahankan mempertahankan lahan sawah beririgasi teknis sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) seluas 1.444,35 Hektar; dan

rehabilitasi kawasan pertanian. kawasan peternakan.

Rencana pengembangan kawasan perternakan meliputi:

lingkungan Cipadung di Kelurahan Purwaharja, Desa Waringinsari, dan Kelurahan Bojongkantong untuk pengembangan kawasan ternak sapi, ternak unggas (bebek dan itik);

Desa Karyamukti, Sukamukti, Binangun, dan Desa Balokang untuk pengembangan ternak domba dan ayam buras; dan

Kelurahan Bojongkantong dan Kelurahan Muktisari untuk pengembangan kawasan ternak kambing dan itik.

k) Kawasan peruntukan perikanan budi daya;

l) Kawasan peruntukan fasilitas pendidikan;

Pengembangan kawasan pendidikan berupa rencana pengembangan kawasan pendidikan tinggi di seluruh Kota. Pengembangan kawasan pendidikan, meliputi:

peningkatan kualitas kawasan pendidikan di Pusat Kota, Sub Pusat Kota dan Pusat Lingkungan melalui pengaturan kawasan dan penataan lingkungan;

pengembangan danpeningkatan status pendidikan tinggi di Pusat Kota yang diarahkan dengan pengintegrasian prasarana pendukungnya berupa asrama mahasiswa, kegiatan komersial pendukung kegiatan pendidikan dan RTH dalam satu kawasan; dan

merelokasi prasarana dan sarana pendidikan yang tidak mampu menyediakan prasarana, sarana dan parkir yang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

m) Kawasan peruntukan fasilitas kesehatan, meliputi: peningkatan Rumah Sakit Tipe A di Kota Banjar;

peningkatan kualitas dan kuantitas Rumah Sakit tipe C dan B di Kota Banjar; dan

rencana peningkatan Puskesmas Non DTP menjadi Puskesmas DTP di Kecamatan Pataruman;

rencana peningkatan Puskesmas DTP menjadi Rumah Sakit;

rencana penyediaan puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah kota.

n) Kawasan peruntukan fasilitas peribadatan, meliputi : pengembangan prasarana dan sarana peribadatan dengan memperhatikan ketersediaan lahan yang layak, memperhitungkan kebutuhan umat dan keharmonisan antar umat beragama; dan

penyediaan fasilitas parkir sesuai hierarki dan ketentuan yang berlaku.

o) Kawasan pertahanan dan keamanan negara.

Pangkalan Udara TNI AU Langensari;

Batalyon 323 Raider BP di Kecamatan Purwaharja;

Koramil Banjar dan Langensari; dan

Polres, Polsek, lembaga permasyarakatan kelas 3 Kota Banjar.Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara diarahkan melalui larangan alih fungsi lahan RTH di kawasan pertahanan dan keamanan menjadi fungsi lain.1.1.8 Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan karakteristik wilayah di Kota Banjar maka lokasi daerah rawan bencana alam meliputi :

Banjir pada umumnya meliputi:

Kelurahan Karangpanimbal dan Desa Mekarharja Kecamatan Purwaharja; dan

Desa Langensari Kecamatan Langensari, Desa Binangun dan Desa Batulawang di Kecamatan Pataruman.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana banjir dilakukan melalui :

Menetapkan tingkat bahaya banjir per masing-masing kawasan;

Memindahkan bangunan dan atau rumah yang ada di kawasan rawan banjir permanen;

Melakukan perlindungan dan penataan fungsi daerah resapan yang ada di sekitar lokasi rawan banjir untuk meningkatkan infiltrasi air larian (run off) ke dalam tanah;

Membuat kanal pengendali banjir; dan

Melakukan normalisasi saluran drainase dan sungai.

Longsor pada umumnya meliputi:

Kelurahan Karangpanimbal Kecamatan Purwaharja;

Desa Situ Batu, Desa Neglasari (Cikapundung) Kecamatan Banjar;

Desa Batulawang, Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana longsor dilakukan, melalui :

menetapkan tingkat bahaya gerakan tanah dan longsor pada masing-masing kawasan;

memindahkan bangunan dan atau rumah di kawasan rawan gerakan tanah dan longsor; dan

menetapkan kawasan rawan gerakan tanah dan longsor sebagai ruang terbuka hijau.

Patahan aktif terdapat di Kelurahan Purwaharja Kecamatan.Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana patahan aktif dilakukan melalui: menetapkan tingkat bahaya rawan bencana patahan aktif;

memindahkan bangunan dan/ atau rumah di kawasan rawan bencana patahan; dan

menetapkan kawasan-kawasan rawan gerakan tanah dan longsor sebagai ruang terbuka hijau. Kawasan rawan kebakaran, meliputi:

kawasan penanggulangan kebakaran di kota;

kawasan penanggulangan kebakaran di lingkungan; dan

kawasan penanggulangan kebakaran di bangunan gedung termasuk ketentuan mengenai satuan relawan kebakaran, serta pembinaan dan pengendaliannya.

Kawasan rawan kegagalan teknologi di Kota Banjar, meliputi : kawasan yang berada didekat instalasi militer;

kawasan disekitar gardu listrik;

kawasan disekitar depo bahan bakar; dan

kawasan yang diidentifikasi ada penerapan rekayasa tenologi dan berpotensi bencana.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana kegagalan teknologi dilakukan melalui :

pengaturan pemanfaatan lahan pada kawasan rawan kegagalan teknologi melalui penerapan rekayasa teknologi; dan

penerapan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini pada kawasan rawan kegagalan teknologi.

1.1.9 Demografi

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjar, jumlah penduduk Kota Banjar tahun 2012 tercatat sebanyak 203.512 jiwa dengan rincian sebanyak 102.137 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 101.375 jiwa berjenis kelamin perempuan, sehingga angka sex ratio (perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan) mencapai sebesar 100,75. Artinya, dari 100 penduduk perempuan di Kota Banjar terdapat 100 penduduk laki-laki.Tabel 2.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk di Kota Banjar Tahun 2012

KecamatanLuas Wilayah(Km2)JumlahPendudukKepadatan Penduduk(Orang/Km2)Distribusi Penduduk(%)

[1][2][3][4][5]

01Banjar26,2457 8652 20528,43

02Purwaharja18,2724 1391 32111,86

03Pataruman54,0562 4441 15530,69

04Langensari33,4159 0641 76729,02

Jumlah131,97203 5121 542100,00

2011131,97197 3381 495100,00

2010131,97185 0431 402100,00

2009131,97183 0461 387100,00

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjar

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratiodi Kota Banjar Tahun 2012

KecamatanPendudukSex Ratio

Laki-LakiPerempuan

[1][2][3][4]

01Banjar28 80829 05799,14

02Purwaharja12 29711 842103,84

03Pataruman31 18531 25999,76

04Langensari29 84729 217102,16

Jumlah102 137101 375100,75

201199 06298 276100,80

201093 80091 243102,80

200992 79190 255102,81

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota BanjarPerkembangan sex ratio penduduk di Kota Banjar yang selalu lebih dari 100 mulai tahun 2007 sampai 2012 menunjukkan bahwa pertambahan penduduk laki-laki yang tercatat dalam administrasi kependudukan lebih dominan dibandingkan dengan penduduk perempuan. Dari sisi kelahiran misalnya, penduduk yang lahir dalam kurun waktu 2008-2012 ternyata lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan, pada tahun 2009 misalnya persentasenya mencapai sebesar 52,20 persen kemudian melambat menjadi 52,00 persen di tahun 2010, dan meningkat lagi di tahun 2011 menjadi 52,04 persen dan sedikit melambat di tahun 2012 menjadi 51,72 persen.

Sementara itu, distribusi penduduk menurut kecamatan, kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Pataruman, yaitu mencapai sebanyak 62.444 jiwa atau mencapai 30,68 persen dari total penduduk Kota Banjar, disusul oleh Kecamatan Langensari yang mencapai sebanyak 59.064 jiwa (29,02 persen), Kecamatan Banjar 57.865 jiwa (28,43 persen) dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Purwaharja, yaitu sebanyak 24.139 jiwa (11,86 persen).

Mencermati konstruksi piramida penduduk Kota Banjar tahun 2012 terlihat bahwa panjang batang penduduk usia muda (0-4) tahun relatif lebih pendek dibandingkan dengan kelompok usia penduduk diatasnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelahiran semakin terus menurun di tiap generasinya, sehingga upaya-upaya pemerintah dalam menggalakan program KB masih terus berjalan walaupun relatif tersendat semenjak era reformasi. Upaya menurunkan tingkat kelahiran dan menekan angka kematian pada bayi dan balita sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk selanjutnya.

Grafik 2.1Persentase Piramida Penduduk di Kota Banjar Tahun 2012

Sumber : Kota Banjar Dalam Angka, Tahun 2012.Sedangkan semakin besarnya komposisi penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kota Banjar yang ditunjukkan dengan panjangnya batang piramida pada kelompok usia tersebut membutuhkan perhatian yang serius pemerintah terutama dalam rangka menanggulangi angkatan kerja baru agar tidak berimplikasi membludaknya jumlah pengangguran.

Bab II - Hal 18RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018

RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018Bab II - Hal 17