BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf ·...

28
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Kelaiklautan Kapal Kelaiklautan kapal sangat erat kaitannya dengan Keselamatan Pelayaran. Kelaiklautan kapal juga dibantu dengan sarana dan prasarana Keselamatan Pelayaran. Apabila hal hal yang bersangkutan diabaikan, maka resiko kecelakaan kapal akan sangat tinggi. Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya persyaratan kelaiklautan kapal dan kenavigasian. Didalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran disebutkan bahwa kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awal kapal dan kesejahteraan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat dan surat kapal (Kuncowati dan Mudiyanto, 2017). Kelaiklautan kapal dapat dibuktikan dengan kelengkapan persyaratan administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi berupa sertifikat sertifikat keselamatan seperti Surat kebangsaan, surat ukur, sertifikat keselamatan, konstruksi kapal, sertifikat keselamatan perlengkapan kapal, sertifikat radio dan ijazah yang dimiliki, serta persyaratan teknis seperti perlengkapan alat pendukung keselamatan di laut harus terlebih dahulu dipenuhi agar kapal mendapatkan status laik laut (Barus, et all, 2017). Sertifikat kelaiklautan kapal dikeluarkan berdasarkan hasil data uji klas dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan Biro Klasifikasi Indonesia meliputi pemeriksaan kontruksi kapal, lambung kapal, instalasi mesin, instalasi listrik serta keseluruhan perlengkapan yang di pakai dalam pengoperasian kapal. Menurut (Sonhaji, 2018) Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan,

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf ·...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Kelaiklautan Kapal

Kelaiklautan kapal sangat erat kaitannya dengan Keselamatan Pelayaran.

Kelaiklautan kapal juga dibantu dengan sarana dan prasarana Keselamatan

Pelayaran. Apabila hal – hal yang bersangkutan diabaikan, maka resiko

kecelakaan kapal akan sangat tinggi.

Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya

persyaratan kelaiklautan kapal dan kenavigasian. Didalam Undang – Undang

Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran disebutkan bahwa

kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan

kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,

pemuatan, kesejahteraan awal kapal dan kesejahteraan penumpang, status hukum

kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan

manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Pemenuhan setiap

persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat dan surat kapal

(Kuncowati dan Mudiyanto, 2017).

Kelaiklautan kapal dapat dibuktikan dengan kelengkapan persyaratan

administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi berupa sertifikat – sertifikat

keselamatan seperti Surat kebangsaan, surat ukur, sertifikat keselamatan,

konstruksi kapal, sertifikat keselamatan perlengkapan kapal, sertifikat radio dan

ijazah yang dimiliki, serta persyaratan teknis seperti perlengkapan alat pendukung

keselamatan di laut harus terlebih dahulu dipenuhi agar kapal mendapatkan status

laik laut (Barus, et all, 2017). Sertifikat kelaiklautan kapal dikeluarkan

berdasarkan hasil data uji klas dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Pengawasan

dan pemeriksaan yang dilakukan Biro Klasifikasi Indonesia meliputi pemeriksaan

kontruksi kapal, lambung kapal, instalasi mesin, instalasi listrik serta keseluruhan

perlengkapan yang di pakai dalam pengoperasian kapal. Menurut (Sonhaji, 2018)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan,

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

9

kapal yang telah memperoleh sertifikat, dilakukan pengecekan secara terus

menerut sampai kapal tidak digunakan lagi. Artinya sertifikat – sertifikat kapal

tersebut tidak berlaku bilamana masa berlaku sertifikat telah berakhir.

2.1.2 Peralatan Keselamatan Pelayaran

Safety Equipment atau perlengkapan keselamatan yaitu segala peralatan

dan perlengkapan yang digunakan untuk melindungi jiwa awak kapal maupun

penumpang pada waktu dalam keadaan darurat (Mutholib, 2013). Dalam upaya

meningkatkan keselamatan angkutan laut dan penyeberangan, pemeriksaan

fasilitas keselamatan harus dilaksanakan pada setiap kapal yang akan berangkat

berlayar.

Penyelamatan jiwa dilaut menyangkut berbagai aspek, antarai lain yang

terpenting ialah kewajiban dan tanggung jawab untuk memberi pertolongan

terhadap orang atau orang – orang yang dalam keadaan bahaya. Sebagai dasar dari

tanggung jawab itu ialah konvensi Internasional yang telah diberlakukan di

Indonesia mengenai keselamatan jiwa manusia di Laut 1974 (SOLAS ’74) Bab V,

peraturan 10, tentang berita – berita bahaya, kewajiban dan prosedur. Untuk

mencapai suatu keberhasilan yang maksimal di dalam proses penyelamatan di laut

selain diperlakukan peratuaran tersebut, juga diperlakukan kesiapan-kesiapan baik

personil atau awak kapal yang dalam keadaan bahaya, serta perlengkapan dan

alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011).

Keselamatan jiwa di laut, tidak saja bergantung dari kapalnya, awak

maupun peralatannya, tetapi juga kesiapan dari peralatan – peralatan tersebut

untuk dapat digunakan setiap saat, baik sebelum berangkat maupun di dalam

perjalanan. Kesiapan peralatan penolong diatur di dalam peraturan Nomor 4

SOLAS ’74 yang berbunyi :

1. Asas umum yang mengatur ketentuan tentang sekoci – sekoci penolong, rakit

penolong dan alat – alat apung di kapal yang termasuk dalam bab ini ialah

bahwa kesemuanya harus dalam keadaan siap untuk digunakan dalam

keadaan darurat.

2. Untuk dapat dikatakan siap, sekoci penolong, rakit penolong dan alat apung

lainnya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

10

a. arus dapat diturunkan ke air dengan selamat dan cepat dalam keadaan

trim yang tidak menguntungkan dan kemiringan 1

b. Embarkasi ke dalam sekoci maupun rakit penolong harus berjalan lancar

dan tertib.

c. Tata susunan dari masing – masong sekoci, rakit penolong dan

perlengkapan – perlengkapan dari alat apung lainnya harus sedemikian

rupa sehingga tidak mengganggu operasi dari alat – alat tersebut.

3. Semua alat penolong harus dijaga supaya berada dalam keadaan baik dan siap

digunakan sebelum meninggalkan pelabuhan dan setiap saat selama

pelayaran.

Menurut (Moni, 2003 dalam Pongky dan Baswan, 2016) Kecelakaan –

kecelakaan kapal yang terjadi umumnya menunjukkan tidak ditaatinya konvensi

pelayaran baik internasional maupun nasional oleh perusahaan pelayaran di dalam

negeri, terutama UU No. 17 Tahun 2008 tentang Keselamatan pelayaran dan

SOLAS. Dengan begitu untuk mencegah kegagalan dalam penggunaan alat – alat

keselamatan yang ada di atas kapal perlu di lakukannya pemeriksaan dan

pengecekan terhadap alat – alat tersebut. Peralatan keselamatan yang dimaksud

meliputi :

a. Peralatan keselamatan perorangan (Personal Life Saving Appliance) terdiri

dari:

1. Sekoci penolong (Life Boat)

2. Pelampung penolong (Life Buoy)

3. Baju Pelampung (Life Jacket)

4. Roket Pelempar Tali (Line Throwing Appliances)

5. Baju Imerson (Immersion Suit)

6. EEBD (Emergency Escape Breathing Device)

b. Alat Pemadam Kebakaran (Fire Fighting Equipment) di atas kapal terdiri

dari:

1. Tekanan Air (Water Pressurized type)

2. CO2 Portable

3. Bubuk Kering (Dry Chemical Powder)

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

11

4. Busa (Chemical Foam Type)

c. Alat – alat keselamatan dengan isyarat Visual (Pyrotechnis) terdiri dari :

1. Parachute Signal

2. Red Hand Flare

3. Smoke Signal

d. Signal Gawat Darurat (Emergency Signal) di atas kapal terdiri dari:

1. EPIRB ( Emergency Position Indication Radio Beacon)

2. SART (Search and Rescue Transponder)

e. Komunikasi Darurat (Communication Emergency) di atas kapal terdiri dari :

1. GMDSS (Globar Maritime Distress Safety System)

2. Navigation Telex/ NAVTEX

3. Digital Selective Calling (DSC) distress alert

4. Radio Frekuensi 2182 KHz

5. Channel 16 VHF

Semua alat – alat keselamatan harus siap digunakan setiap saat, sebelum kapal

meninggalkan pelabuhan dan selama pelayaran. Intruksi pemeliharaan alat – alat

keselamatan di atas kapal harus dilaksanakan (Nirnama,1997 dalam Pongky dan

Baswan, 2016).

2.1.3 KSOP (Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan)

Dalam struktur organisasi kementrian perhubungan yang berhubungan

dengan direktorat jenderal perhubungan laut, terdapat dua kantor yang

menyebutkan kata syahbandar salah satunya yaitu kantor kesyahbadaran dan

otoritas pelabuhan. Menurut (Barus, et al, 2017) KSOP (Kantor Syahbandar dan

Otoritas Pelabuhan) adalah unit pelaksanaan teknis dilingkungan kementrian

perhubungan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur

jenderal perhubungan laut. Terdapat 96 Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan yang terletak di seluruh pelabuhan-pelabuhan kecil di Indonesia mulai

dari KSOP Sabang sampai KSOP Fakfak. Pengaturan mengenai Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan ini tercantum dalam Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

12

KSOP (Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan) dalam tugasnya

menjaga keselamatan pelayaran juga bekerja sama dengan beberapa instansi

terkait dibawah pengawasan direktur jendral perhubungan laut, instansi terkait

tersebut diantaranya :

a. Kesyahbandaran Utama

b. Otoritas Pelabuhan Utama

c. Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)

d. Unit Penyelenggaraan Pelabuhan (UPP)

e. Kantor Pelabuhan Batam

f. Distrik Navigasi

g. Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai

h. Balai Kesehatan Kerja Pelayaran

i. Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran

a. Peran Syahbandar

Definisi Syahbandar menurut etimologisnya terdiri dari kata Syah dan

Bandar. Syah berarti penguasa dan kata Bandar berarti Pelabuhan – Pelabuhan

dan Sungai – Sungai yang digunakan sebagai tempat kepil atau tempat labuh,

tempat – tempat kepil pada jembatan punggah dan jembatan – jembatan muat,

dermaga – dermaga, cerocok – cerocok dan tempat – tempat kepil lain yang lazim

digunakan oleh kapal – kapal, juga daerah laut yang dimaksudkan sebagai tempat

– tempat kepil kapal – kapal yang karena saratnya atau sebab lain, tidak masuk

dalam batas – batas tempat – tempat kepil yang lazim digunakan (Pongky dan

Baswan, 2016). Hal yang dimaksud dari penjelasan di atas terlihat beberapa unsur

yang berhubungan langsung antara satu dengan yang lain yaitu adanya penguasa

laut, sungai, dermaga, dan kapal atau dengan kata lain ada unsur manusia

(pengusaha/pemerintah). Dan unsur sarana serta prasarana yaitu sungai dan laut,

dermaga dan kapal. Sarana dan prasaranan harus di atur dan ditata sedemikian

rupa sehingga dapat menunjang kelancaran lalu lintas angkutan laut.

b. Tugas Syahbandar

Menurut (Suryani, et al, 2018) Berdasarkan Undang – Undang No. 17

Tahun 2008 pasal 207 ayat 1, maka Syahbandar memiliki tugas sebagai berikut :

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

13

1. Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan, dan ketertiban di

Pelabuhan.

2. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur – alur

pelayaran.

3. Mengawasi kegiatan alit muat di perairan pelabuhan.

4. Mengawasi pemanduan dan mengawasi kegiatan penundaan kapal.

5. Mengawasi kegiatan pekerjaan bawah air dan salvage.

6. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya sertaa limbah bahan berbahaya

dan beracun.

7. mengawasi pengisian bahan bakar

8. Mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang.

9. Mengawasi pengerukan dan reklamasi.

10. Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan.

11. Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan.

12. Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadam kebakaran di

pelabuhan, dan

13. Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim.

c. Fungsi Syahbandar

Menurut (Sari, 2014) Dalam melakukan tugas yang dipercayakan sebagai

pemimpin tertinggi di pelabuhan maka Syahbandar memiliki fungsi :

1. Melaksanakan koordinasi kegiatan Pemerintaan di Pelabuhan yang terkait

dengan pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum di bidang

keselamatan dan keamanan pelayaran.

2. Melaksanakan pengawasan dan pemenuhan kelaiklautan kapal, setifikasi

keselamatan kapal, pencegahan pencemaran dari kapal dan penetapan status

hukum kapal.

3. Melaksanakan penyediaan, pengaturan dan pengawasan lahan daratan dan

perairan pelabuhan, pemeliharaan penahanan gelombang, kolam pelabuhan

alur pelayaran dan jaringan jalan serta Sarana Bantu Navigasi Pelayaran.

4. Syahbandar membantu tugas pencarian dan penyelamatan dipelabuhan sesuai

dengan ketentuan perundang – undangan.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

14

d. Kewenangan Syahbandar

Menurut (Bayuputra, 2015) Wewenang syahbandar sebagai seorang kepala

pelabuhan diatur pasal 209 Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran. Dalam pelayaran di Indonesia syahbandar memiliki delapan

kewenangan, yaitu :

1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan pemerintahan di pelabuhan

2. Memeriksa dan menyimpan surat, dokumen dan warta kapal

3. Menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di Pelabuhan

4. Melakukan pemeriksaan kapal

5. Menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

6. Melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal

7. Menahan kapal atas perintah pengadilan, dan

8. Melaksanakan sijil awak kapal

Menurut (Aguw, 2013) Peran Syahbandar dalam bidang pengawasan

sangatlah penting hal ini dapat dilihat dalam Undang – Undang pelayaran

Indonesia mengenai keselamatan kapal ada beberapa hal yang perlu mendapat

perhatian dari Syahbandar dalam pengawasannya yaitu :

1. Material kapal

2. Konstruksi kapal

3. Bangunan kapal

4. Permesinan dan perlistrikan kapal

5. Stabilitas kapal

6. Tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan

radio

7. Elektronika kapal.

Demikian juga dalam rangka mengatur sarana dan prasarana di Bidang

Keselamatan Pelayaran, maka ada beberapa perangkat peraturan yang mengatur

tentang keselamatan kapal antara lain :

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

15

1. Nasional

a. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran.

b. Scheepen Ordonansi 1953 (SO.1953) ScheepenVerordening 1935

(SV.1935) dan peraturan pelaksanaan lainnya yang bersumber dari

ordinansi tersebut.

c. Peraturan lambung timbul 1935

2. Internasional

Safety of life at Sea 1974 diperbaiki dengan Amandemen 1978 berlaku

bagi semua kapal yang melakukan pelayaran antara pelabuhan-pelabuhan di

dunia. Ordonansi dan peraturan tersebut mengatur antara lain :

a. Instansi yang melakukan pengawasan terhadap laik laut suatu kapal.

b. Mengatur persyaratan konstruksi bangunan kapal.

c. Mengatur persyaratan kelengkapan kapal.

d. Mengatur persyaratan alat-alat radio komunikasi kapal.

e. Mengatur persyaratan daerah pelayaran suatu kapal.

f. Mengatur persyaratan navigasi kapal.

g. Mengatur tatacara pemuatan di kapal.

h. Mengatur persyaratan stabilitas kapal.

i. Mengatur persyaratan permesinan dan kelistrikan.

j. Mengatur tentang muatan berbahaya

k. Mengatur persyaratan kapal nuklir.

l. Mengatur persyaratan untuk nahkoda,perwira deck, dan mesin kapal serta

awak kapal.

m. Mengatur bentuk sertifikat Keselamatan Pelayaran.

Dalam (Suryani, et al, 2018) Syahbandar dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya sebagai unsur pelaksana teknis melakukan pengawasan kapal di

pelabuhan. Disamping syahbandar ada pula petugas yang ditunjuk oleh

pemerintah, untuk mengawasi kapal – kapal asing yang dikenal sebagai “Port

State Control Officer” dan pengawasannya meliputi :

1. Sewaktu Kapal datang

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

16

Ada tiga tugas penting yang harus dilakukan oleh syahbandar (Harbour

Master) ialah :

a. menunjuk tempat sandar/labuh kapal

b. Memberikan warta kapal untuk diisi dan ditandatangani oleh Nahkoda

c. Meneliti dokumen pelaut/surat – surat kapal yang diterima dari nahkoda

(Aguw, 2013 dalam Suryani, et al, 2018)

2. Sewaktu Kapal berada di Perairan Bandar

Sewaktu kapal berada di perairan bandar, menunggu selesainya bongkar

muat barang, embarkasi dan debarkasi penumpang, syahbandar mengawasi

dengan ketat ditaatinya ketentuan – ketentuan peraturan bandar oleh

Nahkoda/Awak kapal antara lain :

a. Kapal tidak boleh berpindah tempat.

b. Tidak boleh melakukan perbuatan – perbuatan yang dapat menimbulkan

bahaya kebakaran.

c. Tidak boleh melakukan perbuatan – perbuatan yang dapat menimbulkan

pencemaran kelestarian lingkungan.

d. Tidak boleh melakukan perbuatan – perbuatan yang dapat menyebabkaan

pendangkalan terhadap alur pelayaran.

e. Tidak boleh melakukan perbuatan – perbuatan yang dapat mengganggu

keamanan dan ketertiban umum serta terganggunya tertib hukum di perairan

Bandar.

f. Kesempatan kepada Syahbandar untuk melakukan pemeriksaan di kapal

dalam rangka pemeriksaan terus – menerus mengenai segi keselamatan

pelayaran.

3. Sewaktu kapal akan Berlayar.

Kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan harus mendapatka

Surat Ijin Berlayar (Port Clearance) dari syahbandar sesuai pasal 8 Peraturan

Bandar 1925. Sebelum diberikan Surat Ijin Berlayar oleh Syahbandar perlu

diselesaikan lebih dahulu hal – hal sebagai berikut :

a. Perusahaan pelayaran

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

17

Semua kewajiban – kewajiban perusahaan/ Nahkoda terhadap Bea Cukai,

kesehatan, Imigrasi, perum pelabuhan sudah diselesaikan.

b. Pandu

Harus sudah diminta oleh perusahaan yang bersangkutan dan sudah siap

untuk melakukan pemanduan

c. Nahkoda

Memberikan Clearing Declaration kepada Syahbandar.

d. Hal – hal yang harus diteliti oleh Syahbandar :

a) Apakah dokumen lengkap dan masih berlaku

b) Apakah nahkoda dan awak kapal lengkap dan memenuhi syarat – syarat

ijazah yang ditentukan

c) Apakah awak kapal memiliki buku pelaut dan sertifikat

d) Pengawasan tertib Bandar.

Untuk melaksanakan pengawasan tertib Bandar dan keselamatan kapal,

Syahbandar berwewenang untuk menerapkan perundang – undangan yang

bertujuan untuk :

1. Terjaminnya kelancaran dan Keselamatan keluar masuknya suatu kapal

2. Terjaminnya keselamatan kelancaran bongkar muat barang

3. Terjaminnya kelancaran dan ketertiban naik turun penumpang

4. Terjaminnya tertib hukum dan keamanan di dalam bandar

5. Terjaminnya kelestarian lingkungan di dalam Bandar

2.1.4 ISM Code

International Safety Management Code (ISM Code) diartikan sebagai

peraturan manajemen keselamatan internasional untuk keamanan maupun

keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran yang ditetapkan

oleh Dewan Keselamatan Maritim International Maritim Organization (IMO)

yang masih dimungkinkan untuk diamandemen.

Tujuan diselenggarakannya International Safety Management (ISM Code) adalah

sebagai berikut :

1. Menjamin keselamatan di laut, mencegah kecelakaan dan hilangnya jiwa

manusia serta mengindari terjadinya kerusakan lingkungan laut.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

18

2. Membentuk dan membiasakan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap

terwujudnya fungsi keselamatan kapal dan pencegahan pencemaran.

3. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, kehandalan dan kinerja perusahaan serta

kapal, khususnya pada aspek keselamatan pengoperasian kapal dan

pencegahan pencemaran (Suwestian, et al, 2015)

ISM Code merupakan produk dari IMO (International Maritime

Organization) yang akhirnya diadopsi oleh SOLAS pada tahun 1994 (Safety of

Life at Sea). ISM Code merupakan standard sistem Manajemen Keselamatan

untuk pengoperasian kapal secara aman dan untuk pencegahan pencemaran di

laut. Intinya, ISM Code ini bertujuan untuk menjamin keselamatan di laut,

mencegah kecelakaan atau kematina, dan juga mencegah kerusakan pada

lingkungan dan kapal. Sistem pada ISM Code harus disetujui oleh Flag

Administration (Pemerintah suatu negara yang benderanya digunakan oleh kapal

yang bersangkutan) atau suatu badan yang ditunjuk oleh Flag Administration.

Sebelum perusahaan dan kapalnya dioperasikan keduanya harus disertifikasi

terhadap ISM Code. Sertifikasi ISM Code dapat diartikan sebagai suatu lisensi

untuk menjadi Ship Operator (Nurhasanah, et al, 2015).

Adanya beberapa alasan untuk menjalankan ISM Code diantaranya :

1. ISM Code menjadikan kapal sebagai tempat yang aman untuk bekerja.

2. ISM Code melindungi laut dan lingkungan/wilayah perairan.

3. ISM Code mendefinisikan tugas secara jelas.

4. ISM Code adalah hukum.

a. Target ISM Code

Sesuai SOLAS Consolidated edisi 2004, ISM Code diterapkan pada :

1. Kapal penumpang, termasuk kapal penumpang cepat.

2. Oil tankers, chemical tankers, gas carriers, bulk carriers, dan cargo high-

speed craft diatas 500 gross tonnage.

3. Other cargo ship dan mobile offshore drilling units diatas 500 gross tonnage.

Sedangkan elemen – elemen ISM Code adalah :

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

19

1. Umum, pengenalan secara umum terhadap definisi, sasaran, dan

penerapan ISM Code.

2. Kebijakan Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan, perusahaan harus

mendokumentasikan kebijakan tentang keselamatan dan pencegahan

pencemaran dan memastikan bahwa setiap personil di perusahaannya

mengetahui tentang hal tersebut dan menjalankannya.

3. Tanggung jawab dan wewenang perusahaan, perusahaan harus mempunyai

personil di kantor maupun di kapal dalam jumlah yang cukup dan sesuai

dengan kebutuhan perusahaan, dengan tanggung jawab dan wewenang

yang telah didefinisikan dengan jelas.

4. Designated Person Ashore (DPA). Perusahaan harus menunjuk personil di

kantor yang bertanggung jawab untuk memonitor semua hal yang

berkaitan dengan keselamatan kapal.

5. Tanggung jawab dan wewenang Nahkoda, nahkoda bertanggung jawab

untuk membuat sistem yang tela ditetapkan berjalan di kapal, membantu

awak kapal dalam menjalankan sistem tersebut, dan memberikan

instruksi/panduan bagi ABK jika diperlukan.

6. Sumber Daya dan Tenaga Kerja, perusahaan harus mempekerjakan

personil yang tepat sesuai jabatan yang dibutuhkan di kantor dan di kapal,

dan memastikan bahwa semua personil mengetahui tanggung jawab, dan

wewenangnya.

7. Pengembangan rencana pengoperasian kapal, perusahaan harus membuat

rencana untuk melakukan pekerjaan di atas kapal dan arus menjalankan

apa yang telah direncanakan tersebut.

8. Kesiapan menghadapi keadaan darurat, perusahaan harus mempersiapkan

cara untuk menghadapi keadaan darurat yang dapat terjadi sewaktu –

waktu. Perusahaan harus mengembangkan rencana untuk merespon

keadaan darurat di kapal dan melatih semua personil.

9. Pelaporan dan Analisa Ketidaksesuaian, kecelakaan dan kejadian

berbahaya. Hal baik tentang sistem ini adalah memberikan jalan bagi kita

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

20

semua untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem tersebut. Ketika

menemukan hal yang salah makan dilaporkan dan dianalisis.

10. Pemeliharaan kapal dan perlengkapannya, seluruh perlengkapan kapal

harus dipelihara agar selalu dalam kondisi yang baik.

11. Dokumentasi, sistem kerja manajemen keselamatan selalu

didokumentasikan secara tertulis dan dikontrol pendistribusiannya.

Dokumen penting harus tersedia di kantor dan di kapal.

12. Verifikasi, tinjauan, dan evaluasi perusahaan. Perusahaan harus

mempunyai metode internal sendiri untuk memastikan bahwa sistem yang

ada bekerja seperti yang diharapkan dan selalu ditingkatkan.

13. Setifikasi dan verifikasi, flag administration atau organisasi yang ditunjuk

oleh flag administration adalah yang berhak mengeluarkan sertifikat dan

menunjuk auditor.

2.1.5 Keselamatan Pelayaran

Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat

dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan kecelakaan pada

saat pelaksanaan kerja di bidang pelayaran (Nurhasanah, et al, 2015). Didalam

Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 pasal 1 ayat (32) tentang pelayaran,

definisi Keselamatan dan Keamanan Pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya

persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan,

kepelabuhan dan lingkungan maritim. Sedangkan dalam pasal 1 ayat (33) Undang

– Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menjelaskan kelaikan kapal

adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan

pencemaran dari kapal, pengawakan, pembuatan, kesehatan dan kesejahteraan

awak kapal serta penumpang dan status hukum kapal untuk berlayar di perairan

tertentu (Pongky dan Baswan, 2016).

Keselamatan Pelayaran telah diatur oleh lembaga internasional yang

mengurus atau menangani hal – hal yang terkait dengan keselamatan jiwa, harta

laut, serta kelestarian lingkungan. Lembaga tersebut dinakan International

Maritime Organization (IMO) yang bernaung dibawah PBB. Salah satu faktor

penting dalam mewujudkan keselamatan serta kelestarian lingkungan laut adalah,

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

21

keterampilan, keahlian dari manusia yang terkait dengan pengoperasian dari alat

transportasi (kapal) di laut, karena bagaimanapun kokohnya kontruksi suatu kapal

dan betapapun canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun peralatan yang

ditempatkan di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang tidak

mempunyai keterampilan/keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya maka

semua akan sia – sia. Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang

kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang

berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang

akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan sesuai untuk

melakukan tugasnya di atas kapal berdasarkan jabatannya dengan

mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran. UU

No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40 awak kapal adalah orang

yang bekerja atau diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk

melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya (santoso, 2013).

Menurut (Suryani, et al, 2018) Unsur – Unsur yang berhubungan dengan

Keselamatan Pelayaran sesuai dengan Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang pelayaran adalah sebagai berikut :

a. Pelayaran, pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

angkutan di perairan, kepelabuhan serta keamanan dan keselamatannya.

b. Kapal, kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang

digerakkan dengan tenaga mekanik tenaga angin atau ditunda, termasuk

dengan kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah

permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak

berpindah – pindah.

c. Perairan, perairan adalah perairan yang meliputi laut wilayah, perairan

kepulauan, perairan pedalaman sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang – Undang Nomor 4 Prp. 1960 tentang perairan Indonesia Undang

– Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan United Nations

Convention on the law of the sea (Konvensi Perserikatan Bangsa – Bangsa

tentang hukum laut), serta perairan daratan.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

22

d. Pelabuhan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

di sekitarnya dengan batas – batas tertentu sebagai tempat kegiatan

pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat

kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat

barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan

kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan

antar moda transportasi.

e. Alur pelayaran, alur pelayaran adalah bagian dari perairan yang alami

maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran

lainnya dianggap aman untuk dilayari.

f. Sarana bantu navigasi pelayaran adalah sarana yang dibangun atau

terbentuk secara alami yang berada di luar kapal yang berfungsi membantu

navigator dalam menentukan posisi atau haluan kapal serta

memberitahukan bahaya atau rintangan pelayaran untuk kepentingan

keselamatan berlayar.

g. Telekomunikasi pelayaran adalah setiap pemancaran pengiriman atau

penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara atau informasi dalam bentuk

apapun melalui sistem kawat optik, radio atau sistem elektromagnetik

lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari

keselamatan pelayaran.

h. Pekerjaan bawah air, pekerjaan bawah air adalah pekerjaan yang

berhubungan dengan instalasi, kontruksi atau kapal yang dilakukan di

bawah air yang bersifat kusus (Bayuputra, 2015 ; Barus, 2017 dalam

Suryani, et al, 2018).

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada tabel berikut dijelaskan tentang penelitian terdahulu, variabel

penelitian, teknik analisa serta hasil penelitian adalah sebagai berikut :

2.2.1 Rujukan Jurnal Penelitian Kelaiklautan Kapal

Pada tabel 2.1 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus pada

variabel kelaiklautan kapal.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

23

Tabel 2.1

Rujukan Penelitian untuk Variabel Kelaiklautan Kapal

Pengarang Lazuardi Saputra, Adwani, Mafud Tahun 2013 Volume 2,

No. 2, November 2013 ISSN 2302-0180

Judul Tanggung Jawab Nahkoda Kapal Cepat Angkutan

Penyebrangan Terhadap Kelaiklautan Kapal Dalam

Keselamatan dan Keamanan Pelayaran.

Metode Analisis Metode Pendekatan Yuridis-Empiris

Variabel

Penelitian

Variabel:

X1 : Kelaiklautan Kapal

Indikator:

a. Adanya sertifikat kelaiklautan kapal dan pengawakan

kapal.

b. Tidak melebihi muatan atau penumpang yang

seharusnya.

c. Memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal.

Variabel :

X2 : Nahkoda Kapal

Indikator :

a. Nahkoda mentaati peraturan yang lazim untuk

menjamin kesanggupan berlayar

b. Nahkoda menyimpan dan merawat semua dokumen-

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

24

dokumen kapal

c. Nahkoda Menyelenggarakan buku harian kapal

Hasil Penelitian Nahkoda kapal memikul tanggung jawab penting dalam

sebuah kapal. Untuk membawa sebuah kapal dalam

kegiatan pelayaran, Nahkoda wajib membuat kapalnya

laiklaut agar tanggung jawabnya dalam keselamatan

pelayaran dapat terpenuhi.

Hubungan dengan

Penelitian

Dari Kesimpulan Jurnal Terdahulu Terdapat Variable

Yang Sama Dan Berkaitan Erat Dengan Penelitian

Penulis Yaitu Variabel Kelaiklautan Kapal

Sumber : Jurnal yang dipublikasikan

2.2.2 Rujukan Jurnal Penelitian Peralatan Keselamatan Pelayaran

Pada tabel 2.2 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus pada

variabel Peralatan Keselamatan Pelayaran.

Tabel 2.2

Rujukan Penelitian Untuk Variabel Peralatan Keselamatan Pelayaran

Pengarang Patunru Pongky, Ady Baswan, Volume 1, Nomor 1,

Tahun 2016

Judul Evaluasi Sistem Manajemen Peralatan Keselamatan

Pelayaran Pada Accomodation Work Barge Elang Biru

507 (Studi Kasus : PT. Melindo Elang Indah)

Metode Analisis Metode Penelitian Deskriptif Rasional dan Empiris

Variabel

Penelitian

Variabel:

X1 : Sertifikasi Peralatan Keselamatan Pelayaran

Indikator:

a. Kesiapan Alat Keselamatan di atas kapal

b. Pemeliharaan alat – alat keselamatan di atas kapal

c. Inspeksi (pemeriksaan alat keselamatan dengan

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

25

seksama)

Hasil Penelitian Manajemen pemeriksaan dan pengecekan sertifikasi

peralatan keselamatan yang ada diatas kapal harus terus

di tingkatkan guna mengetahui adanya sertifikasi alat

yang sudah invalid. Karena kapal dikatakan laiklaut

apabila segala aspek – aspeknya terpenuhi termasuk juga

peralatan keselamatannya dan hal tersebut berpengaruh

terhadap keselamatan dalam pelayaran apabila alat

keselamatan tersebut sewaktu – waktu dibutuhkan.

Hubungan dengan

Penelitian

Dari Kesimpulan Jurnal Terdahulu Terdapat Variable

Yang Sama Dan Berkaitan Erat Dengan Penelitian

Penulis Yaitu Variabel Peralatan Keselamatan Pelayaran

Sumber : Jurnal yang dipublikasikan

2.2.3 Rujukan Jurnal Penelitian Peran Syahbandar

Pada tabel 2.3 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus pada

variabel Peran Syahbandar.

Tabel 2.3

Rujukan Penelitian Untuk Variabel Peran Syabandar

Pengarang Julia Purnama Sari, Jom Fisip, Volume 01, Nomor 02,

Tahun 2014

Judul Pengawasan Syahbandar dalam Upaya Mewujudkan

Keselamatan, Keamanan, dan Ketertiban Penumpang

di Pelabuhan Tembilahan

Metode Analisis Analisis metode Deskriptif

Variabel Penelitian Variabel :

X1 : Peran Syahbandar

Indikator :

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

26

a. Pelaksanaan pengawasan keselamatan dan

keamanan

b. Pengaturan lalu lintas kapal

c. Pelaksana pemeriksaan kecelakaan kapal

Hasil Penelitian Syahbandar mempunyai tugas diantaranya

melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum

dibidang keselamatan dan keamanan pelayaran. Peran

dari syahbandar dalam sisi pengawasan harus terus

ditingkatkan karena peran syahbandar sangatlah

penting. Lolosnya pengawasan oleh syahbandar dapat

menyebabkan hal – hal yang tidak di inginkan dalam

keselamatan dan kemanan pelayaran terjadi.

Hubungan dengan

Penelitian

Dari Kesimpulan Jurnal Terdahulu Terdapat Variable

Yang Sama Dan Berkaitan Erat Dengan Penelitian

Penulis Yaitu Variabel Peran Syahbandar

Sumber : Jurnal yang dipublikasikan

2.2.4 Rujukan Jurnal Penelitian ISM Code

Pada tabel 2.4 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus pada

variabel ISM Code.

Tabel 2.4

Rujukan Penelitian untuk Variabel ISM Code

Pengarang Nina Nurhasnah, dkk Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk

Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan

Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat ISBN: 978-979-

3649-81-8

Judul Persepsi crew dan manajemen dalam penerapan ISM

Code bagi keselamatan pelayaran dan perlindungan

lingkungan laut

Metode Analisis Metode penelitian studi kasus dan metode penelitian

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

27

deskriptif

Variabel

Penelitian

Variabel:

X1 : ISM Code

Indikator:

a. Menjamin keselamatan kapal dan awak kapal

b. Mencegah timbulnya kecelakaan dan korban di

atas kapal

c. Mencegah terjadinya pemcemaran lingkungan

Variabel :

X2 : crew Kapal

Indikator :

a. Bagi nahkoda, mualim dan masinis harus

memiliki sertifikat keterampilan laut.

b. Bagi operator radio harus mempunyai sertifikat

kealian pelaut dibidang radio.

c. Bagi rating harus memiliki sertifikat sesuai

dengan jenis tugas, ukuran dan jenis kapal.

Variabel :

X3 : Lingkungan Laut

Indikator :

a. Zona lingkungan salinitas

b. Kedalaman air

c. Kedalaman penetrasi cahaya

Hasil Penelitian ISM Code produk dari IMO (International Maritim

Organization) yang akhirnya diadopsi oleh SOLAS pada

tahun 1994 (Safety of life at sea) . ISM Code merupakan

standar sistem manajemen keselamatan untuk

pengoprasian kapal secara aman dan untuk pencegahan di

laut. Pada manajemen kapal, seharusnya secara periodik

melakukan pelatihan terhadap penanggulangan dan

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

28

pencegahan gangguan keselamatan terhadap aktivitas

pelayaran dari Perusahaan Pelayaran yang bersangkutan.

Untuk menanggulangi dan mencegah keselamatan,

Perusahaan Pelayaran harus memiliki fasilitas dan

peralatan sesuai dengan ketentuan ISM Code.

Hubungan dengan

Penelitian

Dari Kesimpulan Jurnal Terdahulu Terdapat Variable

Yang Sama Dan Berkaitan Erat Dengan Penelitian

Penulis Yaitu Variabel ISM Code.

Sumber : Jurnal yang dipublikasikan

2.2.5 Rujukan Jurnal Penelitian ISM Code

Pada tabel 2.5 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus pada

variabel ISM Code.

Tabel 2.5

Rujukan Penelitian untuk Variabel ISM Code

Pengarang Mudiyanto, Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Pelabuhan,

volume 9, nomor 1, September 2018

Judul Peranan International Safety Management (ISM) Code

sebagai penunjang Keselamatan Pekayaran di atas kapal

pada Perusahaan Pelayaran di Surabaya

Metode Analisis Pendekatan Kuantitatif

Variabel

Penelitian

Variabel:

X1 : ISM Code

Indikator:

a. Sistem Manajemen Keselamatan sesuai tipe kapal

b. Rencana untuk menerapkan Sistem Manajemen

Keselamatan

Variabel :

X2 : SMC (Safety Management Certificate)

Indikator :

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

29

a. Merencanakan audit kapal

b. nahkoda dan perwira telah memahami Sistem

Manajemen Keselamatan

Variabel :

Y : Keselamatan Pelayaran

Indikator :

a. Kelaiklautan Kapal

b. Kenavigasian

Hasil Penelitian Y = 5,072 + 0,382 X1 + 0,324 X2

Hubungan dengan

Penelitian

Dari Kesimpulan Jurnal Terdahulu Terdapat Variable

Yang Sama Dan Berkaitan Erat Dengan Penelitian

Penulis Yaitu Variabel ISM Code.

Sumber : Jurnal yang dipublikasikan

2.2.6 Rujukan Jurnal Penelitian Keselamatan Pelayaran

Pada tabel 2.6 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus pada

variabel Keselamatan Pelayaran.

Tabel 2.6

Rujukan Penelitian untuk Variabel Keselamatan Pelayaran

Pengarang Randy Y.C, Aguw jurnal 1, ex administratum, vol

1/No.01/Jan-Mrt/2013

Judul Tanggung Jawab Syahbandar dalam keselamatan

pelayaran ditinjau dari UU pelayaran No.17 Tahun 2008

Tentang Pelayaran

Metode Analisis Metode penelitian kepustakaan (library research)

Variabel

Penelitian

Variabel:

X1 : Tanggung Jawa Syahbandar

Indikator:

a. Aspek pengawasan kelaiklautan kapal

b. Melaksanakan sijil awak kapal

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

30

c. Pembinaan awak kapal

Variabel :

Y : Keselamatan Pelayaran

Indikator :

a. Keselamatan dan keamanan Kapal

b. Keamanan perairan

c. Tertib bandar

Hasil Penelitian Tanggung jawab Syahbandar sangatlah penting karena

keamanan dan keselamatan pelayaran adalah sudah

menjadi tugasnya. Tindakan – tindakan yang

dilakukannya adalah / agar untuk meningkatkan

pengawasan keamanan dan keselamatan terhadap hal – hal

yang berhubungan dengan pelayaran Tugas pegawasan

yang dilakukan seorang syahbandar dalam rangka

pengaturan sarana dan prasarana pelaksanaan operasional

transportasi laut sangatlah penting.

Hubungan dengan

Penelitian

Dari Kesimpulan Jurnal Terdahulu Terdapat Variable

Yang Sama Dan Berkaitan Erat Dengan Penelitian

Penulis Yaitu Variabel Keselamatan Pelayaran.

Sumber : Jurnal yang dipublikasikan

Pada penelitian terdahulu memiliki variabel yang berbeda – beda. Dalam

hal ini peneliti mengambil satu variabel dan dikembangkan pada penelitian ini

dengan tempat dan sasaran responden yang berbeda. Berharap dengan

pengembangan penelitian ini terdapat perbedaan hasil dimana beberapa variabel

yang digunakan dapat saling mempengaruhi dan menghasilkan kesimpulan yang

baik dan bermanfaat.

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban diberikan baru

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

31

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik (Sugiyono, 2017).

Didalam usulan penelitian ini penulis menarik beberapa anggapan

sementara antara lain :

a. Diduga faktor Kelaiklautan Kapal berpengaruh positif terhadap

Keselamatan Pelayaran

b. Diduga faktor Peralatan Keselamatan Pelayaran berpengaruh positif

terhadap Keselamatan Pelayaran

c. Diduga faktor Peran Syahbandar berpengaruh positif terhadap

Keselamatan Pelayaran

d. Diduga faktor ISM Code berpengaruh positif terhadap Keselamatan

Pelayaran

e. Diduga Faktor Kelaiklautan Kapal, Peralatan Keselamatan Pelayaran,

Peran Syahbandar dan ISM Code berpengaruh positif terhadap

Keselamatan Pelayaran.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

32

2.4 Diagram Alur Penelitian

Latar Belakang Masalah

Pengumpulan Data

Tinjauan Pustaka

Metodologi Penelitian

Pengolahan Data

Implikasi Manajerial

Analisis Data

Data tidak cukup

Pengolahan

Data

Data cukup

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

33

2.1 Diagram Alur Penelitian

2.5 Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

H4

H5

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Kesimpulan dan Saran

Y.3

Y.2

Y.1

X4.3

X4.2

X4.1

X3.3

X3.2

X3.1

X2.3

X2.2

X2.1

X1.3

X1.2

X1.1

Keselamatan

Pelayaran( Y)

Peran

Syahbandar

(X3)

Peralatan

Keselamatan

Pelayaran (X2)

Kelailautan

Kapal

(X1)

ISM CODE

(X4)

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

34

= Indikator = Pengukur

= Variabel = Pengaruh

H = Hipotesis = indikator Simultan

Variabel dalam penelitian ini meliputi Kelaiklautan Kapal, Peralatan

Keselamatan Pelayaran, Peran Syahbandar, ISM Code terhadap keselamatan

pelayaran. Variabel tersebut memiliki indikator sebagai berikut :

1. Kelaiklautan Kapal (Saputra, et all, 2013)

Indikator – indikator Kelaiklautan Kapal antara lain :

a. Adanya sertifikat kelaiklautan kapal dan pengawakan kapal.

b. Tidak melebihi muatan atau penumpang yang seharusnya.

c. Memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal.

2. Peralatan Keselamatan Pelayaran (X2) (Pongky dan Baswan, 2016)

Indikator – indikator Peralatan Keselamatan Pelayaran antara lain :

a. Kesiapan Alat Keselamatan di atas kapal

b. Pemeliharaan alat – alat keselamatan di atas kapal

c. Inspeksi (pemeriksaan alat keselamatan dengan seksama)

3. Peran Syahbandar (X3) (Sari, 2014)

Indikator – indikator Peran Syahbandar antara lain :

a. Pelaksanaan pengawasan keselamatan dan keamanan

b. Pengaturan lalu lintas kapal

c. Pelaksana pemeriksaan kecelakaan kapal

4. ISM Code (X4) (Nurhasanah, et all, Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin

Ilmu dan Call for Papers ISBN: 978-979-3649-81-8).

Indikator - indikator ISM Code antara lain :

a. Menjamin keselamatan kapal dan awak kapalnya

b. Mencegah timbulnya kecelakaan dan korban jiwa diatas kapal

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UNIMAR AMNIrepository.stimart-amni.ac.id/78/3/BAB 2 LYLA BISMILLAH.pdf · alat-alat penolong diatas kapal (Maritim World, 2011). Keselamatan jiwa di laut,

35

c. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan

5. Keselamatan Pelayaran (Y) (Aguw, Randy Y.C, 2013)

Indikator – indikator Keselamatan Pelayaran antara lain :

a. Keselamatan dan keamanan kapal.

b. Keamanan perairan.

c. Tertib Bandar.