BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sistemrepository.stimart-amni.ac.id/759/2/BAB 2.pdf ·...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sistemrepository.stimart-amni.ac.id/759/2/BAB 2.pdf ·...
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sistem
Ada dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem. Ada yang
menekankan prosedurnya dan ada yang menekankan pada komponen atau
elemennya, diantaranya pendapat pertama menekankan sistem pada
komponennya. Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu, pendapat kedua menekankan pada
prosedurnya. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan
atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. (Fanny Andalia, Eko Budi
Setiawan 2015)
Pengertian sistem menurut Romney dan Paul (2006) dalam Yudi
Fajriansyah (2018), merupakan sekumpulan beberapa komponen atau lebih yang
saling berhubungan satu sama lain dan berinteraksi untuk mencapai tujuannya.
(Yudi Fajriansyah, Stanly W. Alexander 2018)
Secara umum, sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan, unit, atau
integritas yang bersifat komprehensif yang terdiri dri komponen-komponen yang
saling mendukung dan bekerja sama mengintegrasikan sistem tersebut. Dengan
demikian kalau salah satu komponen rusak, maka rusak pulalah sistem tersebut.
Contoh sistem misalnya sistem rumah tangga yang terdiri dari komponen-
komponen bapak, ibu, dan anak; sistem/struktur organisasi yang terdiri dari
komponen-komponen bidang, bagian dan seksi-seksi, sistem pemerintahan yang
mencakup komponen-komponen departemen, badan-badan, pemerintahan daerah,
dan lain-lain. (Fidel Miro, 2012)
2.2. Pengertian Pelayanan
Gronroos, 1990 dalam Bambang Sancoko (2010) mendefinisikan pelayanan
(service) sebagai suatu aktivitas atau rangkaian aktivitas, terjadi interaksi dengan
seseorang atau mesin secara fisik dan penyediaan kepusan pelanggan. Pelayanan
(service) adalah sesuatu manfaat yang bersifat intangible, yang dibayar langsung
7
atau tidak langsung dan biasanya meliputi komponen fisik besar atau kecil atau
teknikal (Lehtinen dan Andressen, tt; Gronroos, 1990). Kotler dan Bloom dalam
Gronroos (1990) memberi definisi pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Gronroos (1990)
sendiri memberi definisi pelayanan sebagai suatu aktivitas baik yang sifat
intangible-nya banyak atau sedikit, berlangsung dalam interaksi antara pelanggan
dan pegawai pelayanan dan/atau sumber daya fisik atau barang dan/atau sistem
penyedia pelayanan, yang disediakan sebagai penyelesaian masalah pelanggan.
(Bambang Sancoko, 2010)
2.3. Pengertian Kapal
Menurut Undang-undang No.17 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 36 kapal adalah
kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik dan ditunda, termasuk kendaraan
yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat
apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Menurut (Lasse,
2015) deskripsi beberapa di antara jenis kapal, sebagai berikut:
Tanker, yakni kapal yang dirancang untuk mengangkut muatan cair dalam
jumlah besar.
Car Carrier, yakni kapal Ro-Ro yang dirancang untuk mengangkut kargo
beroda seperti mobil, truk, semi-trailer truck, trailer, atau mobil kereta angkut.
Cellular Ship, yakni kapal pengangkut unitized cargo dalam peti kemas
(container) yang lebih menjamin keamanan barang dan dengan kecepatan
bongkar muat yang tinggi.
Ore or Oil Carrier (Kapal O/O) yakni kapal yang dirancang untuk
mengangkut bijih besi (iron ore) dan minyak (oil) secara bergantian.
Ore, Bulk, or Oil (Kapal OBO) yakni kapal jenis bulk carrier yang
konstruksinya sedemikian kuat sehingga mampu mengangkut hasil tambang
berupa bijih besi, curah hasil tambang lainnya, dan muatan cair minyak.
8
Ferry Vessel, yakni kapal penyeberangan yang dibangun untuk mengangkut
penumpang dan/atau kendaraan kargo maupun pribadi yang dapat berjalan
sendiri tatkala muat (embarkation) dan bongkar (debarkation).
2.4 Peran, Fungsi, dan Tanggung Jawab KSOP
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Pasal 207 ayat 1 dalam Dedeh
Suryani. et all (2018), maka syahbandar memiliki tugas sebagai berikut:
1. Mengawasi Kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan, dan ketertiban di
pelabuhan.
2. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur-alur
pelayaran.
3. Mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan.
4. Mengawasi pemanduan dan mengawasi kegiatan penundaan kapal.
5. Mengawasi kegiatan pekerjaan bawah air dan salvage.
6. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya
dan beracun.
7. Mengawasi pengisian bahan bakar.
8. Mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang.
9. Mengawasi pengerukan dan reklamasi. Mengawasi kegiatan pembangunan
fasilitas pelabuhan.
10. Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan.
11. Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadam kebakaran di
pelabuhan.
12. Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim.
Peran syahbandar secara khusus diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun
2008 Tentang Pelayaran. Sekalipun telah ada peraturan yang mengatur tentang
peran seorang syahbandar dalam mengeluarkan surat persetujuan berlayar, tidak
jarang juga kita temui beberapa kecelakaan transportasi laut yang disebabkan
oleh kelalaian seorang syahbandar dalam menjalankan tugas kesyahbandarannya,
yaitu dengan memberi izin pelayaran dan surat kelaiklautan kapal kepada kapal
9
yang tidak layak untuk berlayar dan kapal yang tidak lulus uji Biro Klasifikasi
Indonesia.
Dalam melakukan tugas yang dipercayakan sebagai pemimpin tertinggi di
pelabuhan maka syahbandar memiliki fungsi yaitu:
1. Melaksanakan koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan yang terkait
dengan pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum di bidang
keselamatan dan keamanan pelayaran.
2. Melaksanakan pengawasan dan pemenuhan kelaiklautan kapal, sertifikasi
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran dari kapal dan penetapan sttus
hukum kapal.
3. Melaksanakan penyediaan, pengaturan, dan pengawasan lahan daratan dan
perairran pelabuhan, pemeliharaan penahanan gelombang, kolam pelabuhan,
alur pelayaran dan jaringan jalan serta Sarana Bantu Navigasi Pelayaran.
4. Syahbandar membantu tugas pencarian dan penyelamatan dipelabuhan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas diatas maka syahbandar memiliki
kewenangan sebagai berikut:
1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemerintahan di pelabuhan.
2. Memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal.
3. Menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan melakukan
pemeriksaan kapal.
4. Menerbitkan surat persetujuan berlayar.
5. Melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal.
6. Melaksanakan sijil awak kapal.
2.5. Pengertian Pelabuhan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang
Kepelabuhanan yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
10
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran,
pelabuhan diartikan sebagai tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun 12
penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi.
Sedangkan pengertian dari kepelabuhanan menurut Undang-Undang No. 17
Tahun 2008 adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi
pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas
kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat
perpindahan intramoda dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
(Edy Hidayat, 2009)
Menurut Lasse (2014) pelabuhan diartikan juga sebagai area tempat kapal
dapat melakukan kegiatan pemuatan atau pembongkaran kargo, termasuk dalam
area dimaksud suatu lokasi di mana kapal dapat antri menunggu giliran atau
tunggu perintah beraktivitas, atau Port means an area whitin which ships are
loaded with ad/or discharge of cargo and includes the usual places where ships
wait for their turn or are ordered or obliged to wait for their turn no matter the
distanse from the area. Pengertian Hopkins tentang pelabuhan mencakup lokasi
perairan tempat menunggu atau yang disebut sebagai lokasi labuh jangkar
(anchorage area).
Pelabuhan sebagai prasarana transportasi yang mendukung kelancaran
sistem transportasi laut memiliki fungsi yang erat kaitannya dengan faktor-faktor
sosial dan ekonomi. Secara ekonomi, pelabuhan berfungsi sebagai salah satu
11
penggerak roda perekonomian karena menjadi fasilitas yang memudahkan
distribusi hasil-hasil produksi sedangkan secara sosial, pelabuhan menjadi fasilitas
publik dimana didalamnya berlangsung interaksi antar pengguna (masyarakat)
termasuk interaksi yang terjadi karena aktivitas perekonomian. Secara lebih luas,
pelabuhan merupakan titik simpul pusat hubungan (central) dari suatu daerah
pendukung (hinterland) dan penghubung dengan daerah di luarnya.
Menurut jenisnya, terdapat 2 (dua) macam pelabuhan yaitu:
1. Pelabuhan umum yaitu pelabuhan yang digunakan untuk melayani
kepentingan umum, contoh: Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara,
Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya
dan Pelabuhan Makassar di Ujung Pandang.
2. Pelabuhan khusus (Pelsus dan sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
terminologinya adalah Tersus/Terminal Khusus) yaitu pelabuhan yang
dioperasikan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu,
contoh pelabuhan-pelabuhan milik Pertamina, milik pabrik Semen Gresik,
pabrik pulp PT Riau Andalan Pulp & Paper, milik PT Pabrik Baja Krakatau
Steel dan lain-lain.
Pelabuhan umum dapat dibedakan atas:
1. Pelabuhan Umum yang tidak diusahakan (tidak mengutamakan profit)
dimana penyelenggaraannya adalah pemerintah melalui UPT (Unit Pelaksana
Teknis)/Satuan Kerja Pelabuhan.
2. Pelabuhan yang diusahakan (mengutamakan profit) dimana
penyelenggaraannya adalah BUP (Badan Usaha Pelabuhan) yang saat ini
menjadi PT Pelabuhan Indonesia I, II, III, IV (Persero). (Edy Hidayat, 2009)
2.5.1. Fungsi dan Peran Pelabuhan
Menurut Lasse (2014) pelabuhan memiliki fungsi sebagai gateway, link,
interface, dan indutrial Entity.
Gateway berasal dari kata pelabuhan atau port yang berasal dari kata latin
porta telah bermakna sebagai pintu gerbang atau Gateway. Pelabuhan
12
berfungsi sebagai pintu yang dilalui orang dan barang ke dalam maupun ke
luar negeri pelabuhan yang disebut.
Link dari batasan pengertian yang telah diapaparkan terdahulu, keberadaan
pelabuhan pada hakikatnya memfasilitasi pemindahn barang muatan antara
moda transportasi darat (inland transport) dan moda transportsi laut
(maritime transport) menyalurkan barang masuk dan keluar daerah pabean
secepat dan seefisien mungkin.
Interface barang muatan yang diangkut via maritime transport setidaknya
melintasi area pelabuhan dua kali, yakni satu kali di pelabuhan muat, dan satu
kali di pelabuhan bongkar.
indutrial Entity pelabuhan yang diselenggarakan secara baik akan bertumbuh
dan akan menyuburkan bidang usaha lain sehingga area pelabuhan menjadi
zona industri terkait dengan kepelabuhanan.
Menurut (Lasse, 2014) peran pelabuhan ialah dalam kedudukan pelabuhan
sebagai sub sistem terhadap pelayaran, dan mengingat pelayaran sendiri adalah
pembawa bendera mengikuti pola perdagangan (ship follows the trade), maka
pelabuhan menjadi salah satu unsur penentu terhdap aktivitas perdagangan.
Pelabuhan yang dikelola secara efisien akan mendorong kemajuan perdagangan,
bahkan industri di daerah belakang akan melaju dengan sendirinya.
2.6. Operasional Pelabuhan
Operasi pelayanan kapal dimulai ketika Otoritas Pelabuhan (OP) selaku
penyelenggara pelabuhan menerima Rencana Kedatangan Saran Pengangkut
(RKSP) atau Pemberitahuan Kedatangan Kapal (PKK) yang disampaikan
perusahaan pelayaran/operator kapal atau agen, untuk ditindaklanjuti dengan
persiapan penyediaan fasilitas labuh, tambat, pandu, tunda, kepil, dan personel
CIQ (kepabeanan, keimigrasian, dan kekarantinaan). (Edy Hidayat, 2009)
Menurut Haryono dan Benny Agus Setiawan (2012) di dalam melaksanakan
jasa pandu, semua kegiatannya diatur di dalam peraturan yang telah ditetapkan
oleh Menteri Perhubungan. Semua itu diharapkan agar kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan lancar. Peraturan yang berkaitan dengan jasa pandu adalah
13
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 24 Tahun 2002 tentang penyelenggaraan
pemanduan, anatara lain Penyelenggaraan Pemanduan, pasal 7 ayat 1 “Setiap
kapal yang berukuran tonnase kotor GT 500 atau lebih yang berlayar di perairan
wajib pandu, wajib menggunakan pelayanan jasa pemanduan”. Pasal 9 ayat 1,
penyelenggara pemanduan dalam menyelenggarakan pemanduan wajib:
a) Menyediakan petugas pandu yang memenuhi persyaratan.
b) Menyediakan saran bantu dan prasarana pemanduan yang memenuhi
persyaratan.
c) Memberi pelayanan pemanduan secara wajar dan tepat.
d) Melaporkan apabila terjadi hambatan dalam pelaksanaan pemanduan kepada
pengawas pemanduan.
e) Melaporkan kegiatan pemanduan setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktorat
Jenderal
2.6.1. Pemanduan
Jasa pemanduan yaitu kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran
dan informasi kepada nakhoda tentang keadaan perairan setempat agar navigasi
pelayaran dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar demi keselamatan
kapal dan lingkungan pelabuhan.
Peraturan Menteri Perhubungan tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal
No 57 Tahun 2015 Pasal 1 (4), pandu adalah pelaut yang memiliki keahlian di
bidang nautika yang telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pemanduan
kapal. Personel pandu akan membantu nakhoda dalam memberikan nasihat
(advisor), informasi serta petunjuk kepada nakhoda tentang keadaan perairan
setempat yang artinya tanggung jawab kapal sepenuhnya tetap berada pada
Nakhoda. Personel pandu juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menciptakan tingkat keselamatan kapal-kapal yang akan keluar masuk suatu
pelabuhan, sekaligus memperlancar distribusi logistik nasional.
Jasa pelayanan pemanduan kapal merupakan pelayanan pertama dan
terakhir yang diberikan kepada kapal yang akan singgah di suatu pelabuhan. Oleh
14
karena itu hal ini menjadi sangat penting untuk terus meningkatkan kualitas
pelayanannya. (Ika Citra Sari. et all, 2016)
Menurut Edy Hidayat (2009) pandu adalah pelaut nautis yang telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk melaksanakan
tugas pemanduan. Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu nahkoda
kapal dalam olah gerak kapal, sehingga dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib,
dan lancar dengan memberikan informasi tentang keadaan perairan setempat.
Menurut ordonansi Ordonansi Dinas Pandu tahun 1927 (Loods Dients
Ordonnantie) Stb. 1927 Nomor 63. Ordonansi dan Keputusan Dinas Pandu
mengatur berbagai hal, di antara lainnya:
Kegiatan pemanduan kapal dilaksanakan di perairan wajib pandu dan di
perairan pandu luar biasa.
Syahbandar bertugas sebagai superintendent (pengawas) dinas kepanduan.
Pandu yang menjalankan tugas pemanduan berkedudukan di bawah perintah
nahkoda kapal, sehingga tanggung jawab tetap pada nahkoda. Köninklijk
Besluit 1915 No. 110 membebaskan pandu dari tanggung jawab berdasarkan
status pandu sebagai pandu negara dan sebagai pejbat negara.
Pandu bertindak sebagai syahbandar muda mengawasi pelanggaran
pencegahan dan penanggulangan pencemaran minyak.
Sertifikat pandu yang ditandatangai nahkoda kapal adalah bukti bahwa kapal
telah dipandu.
Superintendent berwenang menjatuhkan hukuman terhadap pandu yang tidak
tertib menjalankan tugasnya.
1. Perairan wajib pandu
Perairan wajib pandu adalah suatu wilayah perairan yang membutuhkan
pemanduan karena kondisi perairannya terutama bagi kapal karena kondisi
perairan utama bagi kapal berukuran tonase kotor tertentu.
2. Perairan Pandu Luar Biasa
Perairan luar biasa adalah suatu wilayah perairan yang karena kondisi
perairannya tidak wajib dilakukan pemanduan, namun bila nahkoda atau
15
pemimpin kapal memerlukan pemanduan dapat mengajukan permintaan untuk
menggunakan fasilitas pemanduan.
Dalam pelaksanaan pelayanan pemanduan di pelabuhan yang memiliki alur
pelayaran pada umumnya dibagi dua:
Pandu Bandar, yang memandu kapal-kapal di kolam pelabuhan.
Pandu laut, yang memandu kapal-kapal dari kolam pelabuhan batas perairn
wajib pandu atau sebaliknya.
Tugas lain dari Pandu adalah membantu Syahbandar dalam tugas-tugas
keselamatan pelayaran dan juga mengawasi serta mengamati alur pelayaran, baik
pendangkalan maupun pencemaran perairan.
Tarif pemanduan berdasarkan:
Besarnya kapal yang dipandu (Gross Register Ton)
Jauh dekatnya jarak pemanduan
Faktor sulit tidaknya alur pelayaran
Untuk dapat melaksanakan tugas pemanduan dengan baik diperlukan sarana
penunjang yaitu:
Motor pandu yaitu kapal untuk menjemput atau mengantar pandu di tengah
laut.
Kapal tunda yaitu untuk membntu menyandarkan kapal maupun mengawal
pada laur pelayaran yang sempit.
Regu kepil (regu kepil laut dan regu kepil darat), untuk membantu
mengikat/melepas tali kapal.
Ada tiga indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelayanan
pandu atau kinerja operasional pandu yaitu:
Keselamatan, tidak terjadinya kecelakaan pada saat dilaksanakan pemanduan
(zero accident).
Waiting time atau waktu tunggu pelayanan pandu, dihitung sejak permintaan
pandu oleh perusahaan pelayaran sampai pandu naik ke kapal.
16
Approach time adalah jumlah jam yang digunakan pelayanan pemanduan,
sejak kapal bergerak dari lego jangkar sampai ikat tali tambatan atau
sebaliknya.
2.6.2. Penundaan
Penundaan kapal adalah pekerjaan mendorong, mengawal, menajaga,
menarik atau menggandeng kapal yang berolah gerak, untuk bertambat atau untuk
melepas dari tambatan, pelampung, breasthing dolphin, pinggiran dan kapal
lainnya dengan mempergunakan kapal tunda. Departemen perhubungan
memberikan pedoman tentang jumlah dan ukuran PK kapal tunda untuk
melaksanakan penundaan sebagai berikut:
Panjang kapal 70 M s.d 100 M minimal ditunda dengan 1 unit kapal tunda
dengan daya minimal 800 PK.
Panjang kapal 101 M s.d 150 M minimal ditunda dengan 2 unit kapal tunda
dengan daya minimal 1600 PK.
Panjang kapal 151 M s.d 200 M minimal ditunda dengan 2 unit kapal tunda
dengan daya minimal 3.400 PK sd 5.000 PK.
Panjang kapal 201 M s.d 300 M minimal ditunda dengan 2 unit kapal tunda
dengan daya minimal 5.000 PK sd 10.000 PK.
Panjang kapal 301 M keatas minimal ditunda dengan 4 unit kapal tunda
dengan daya minimal 10.000.
Tarif penggunaan kapal tunda untuk membantu pandu dihitung berdasarkan
besaran kapal yang ditunda (GRT) dan lamanya penggunaan kapal tunda.
Lamanya penggunaan kapal tunda dihitung sejak kapal tunda berangkat dari
pangkalan hingga kapal tersebut ditunda sampai kembali lagi ke pangkalan.
2.7. Cara menggunakan Marine Operating System (MOS)
Langkah awal untuk menggunakan suatu sistem adalah login ke dalam
sistem tersebut.
a. Proses Marine Operating System (MOS)
17
Gambar 1. Halaman Login Marine Operating System (MOS)
Sumber: PT. Jasa Armada Indonesia Tbk
1) Masuk ke portal login marine pada web browser dan login dengan
username dan password.
2) Klik pada icon job planner pada portal utama halaman.
3) Untuk mengalokasi resource secara manual (contoh Pilot Tug atau
Pilot Boat/Transport) kepada sebuah pekerjaan, keterkaitan dengan
pekerjaan dengan pekerjaan akan dibuat ketika tombol plan di klik.
Setelah pekerjaan dibuat, pekerjaan tersebut akan tampil pada
schedule.
b. Login sebagai Petugas Pandu
- System Setting
18
Gambar 2. Halaman Login Petugas Pandu
Sumber: PT. Jasa Armada Indonesia Tbk
1) Masukkan username dan password pada kotak isian yang telah
disediakan, klik login untuk masuk ke halaman utama.
2) Berdasarkan warna tombol koneksi, user dapat mengetahui status
koneksi seperti berikut:
- Warna merah menandakan tidak ada koneksi internet.
- Warna kuning menandakan menghubungkan ke server.
- Warna hijau menandakan terkoneksi dengan server.
3) Archieve message (Job History), bagian ini meyediakan fungsi
untuk menelusuri semua riwayat pekerjaan di iPad.
4) Settings Screen, bagian ini menyediakan 6 (enam) pilihan yaitu
Pilot Info, House Keeping, Debug Mode, Server Settings, Night
Mode.
19
- Pilot App
Pilot App dirancang untuk pilot sebagai perangkat jinjing merek
untuk proses pelaporan. Pilot akan melaporkan pada setiap kegiatan
kunci pekerjaan seperti (Tiba, Onboard, Mulai, Perkiraan Akhir, dan
Akhir). Di antara kegiatan-kegiatan tersebut, pilot diizinkan untuk
mengirim laporan kegiatan lain seperti, Informasi Penundaan, Tinggi
Kapal, Permintaan Pembaruan Lokasi, dan sebagainya.
Aplikasi Pilot juga dirancang untuk mengurangi jumlah kertas yang
harus dibawa pilot untuk membantu mereka dalam melakukan pekerjaan.
Dokumen panduan pemanduan, SOP persyaratan keselamatan, dan
prosedur keselamatan dimasukkan ke dalam aplikasi mobile pilot dan
tersedia untuk dilihat kapan saja ketika pilot melakukan pekerjaannya.
Pilot App menggabungkan kemmpuan untuk melihat dan menelusuri
semua riwayat pekerjaan di iPad untuk digunakan sebagai referensi.
1) Pilot Job, pekerjaan pilot dikerahkan dari Marine Control Center
oleh Job Planner. iPad akan menerima peringatan yang
menunjukkan peringatan yang menunjukkan pekerjaan baru/
amandemen/ penghapusan telah tiba.
2) Pilot dapat melakukan swipe untuk menyelesaikan setiap tahap dan
waktu akan direkam dan ditampilan di Updating Job Stage.
3) Saat melakukan pekerjaa, jika ada perubahan mendadak karena tidak
mengharuskan pilot untuk berada di kapal, pekerjaan Pilot On-board
Not Required (PONR) akan dikirimkan ke iPad.
4) Selanjutnya, pilot diberikan beberapa fungsi Sending Other Events
yang memungkinkan mereka dengan mudah melaporkan kembali
peristiwa yang terjadi saat melakukan pekerjaan.
5) Jika ketinggian kapal dalam informasi pekerjaan tidak sesuai dengan
ketinggian kapal yang sebenarnya, pilot harus mengirimkan
informasi ketinggian kapal yang diperbarui kembali ke PKS melalui
Send Vessel Height.
20
6) Ketika melakukan pekerjaan, pilot harus mengirim Send Job Delay
agar pekerjaan dapat dijadwal ulang atau ditetapkan ke sumber daya
lain.
7) Ketika melakukan pekerjaan, pilot diminta untuk mengirim Send
Estimate End Time untuk pekerjaan saat ini ke operator.
8) Send Estimate Time to Tug Pickup berlaku untuk pekerjaan yang
tidak memutuhkan pekerjaan pemanduan dan pekerjaan penundaan
untuk dimulai pada waktu yang sama (pergerakan kedatangan).
9) Ketika Job Planner menerima permintaan Send Request Tug Info,
sistem akan mengirimkan daftar tunda ke iPad.
10) Proof of Job Completion merupakan bukti penyelesaian untuk
layanan pandu.
Gambar 3. Built-in On Screen Signature
Sumber: PT. Jasa Armada Indonesia Tbk
21
11) Pilotage Dokuments merupakan bagian yang bertujuan untuk
mengurangi jumlah kertas yang harus dibawa pilot untuk membantu
mereka dalam melakukan pekerjaan.
c. Login Sebagai Petugas Tunda
1) Aplikasi Shipboard App terdiri dari dua jenis aplikasi, Tug Mobile
Application dan Launch Mobile Application. Rincian login yang
disediakan akan menentukan jenis aplikasi yang akan diakses
pengguna di Aplikasi Shipboard.
2) Tug Mobile App dirancang untuk kapal tunda akan melaporkan
semua peristiwa penting seperti (Move, Arrive, Start, End).
3) Launch Mobile App dirancang untuk pilot boat/pilot car akan
melaporkan semua peristiwa penting seperti (Move, Arrive, Start,
End).
4) Tug Job
Gambar 4. Tug Job
Sumber: PT. Jasa Armada Indonesia Tbk
22
Master Tug perlu mengetuk “Ok” untuk melihat detail pekerjaan,
konfirmasi akan dikirim ke Job Planner setelah Tug master mengetuk
“Ok”.
5) Tug Master dapat menekan tombol untuk menyelesaikan setiap tahap
dan waktunya akan direkam dan ditampilkan.
6) Ketika tarikan tidak digunakan untuk operasi penyerangan, pekerjaan
Receiving Tug Arrived Not Used (TANU) akan digunakan untuk iPad.
7) iPad akan menerima peringatan menunjukkan pekerjaan baru/
amandemen/ penghapusan telah tiba. Launch Master perlu mengetuk
“Ok” untuk melihat detail pekerjaan, konfirmasi akan dikirim ke Job
Planner setelah Launch Master tap pada “Ok”
Gambar 5. Logistic Jobs
Sumber: PT. Jasa Armada Indonesia Tbk
23
8) Updating Job Stage untuk menyelesaikan tahap dan tidak ada koneksi,
pesan akan disimpan di iPad dan dikeluarkan secara otomatis ketika
sinyal kembali.
2.8. Tujuan Dibuatnya Marine Operating System (MOS)
Marine Operating System (MOS) merupakan sistem yang didesain guna
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan pemanduan dan penundaan
kapal kargo dengan menggunakan kapal tugboat. Tujuaan dibuat Marine Operating
System (MOS) yaitu:
1) Marine Operating System (MOS) merupakan aplikasi layanan pemanduan
dan penundaan kapal secara daring dalam rangka mempercepat proses
pelayanan terhadap pergerakan keluar masuk kapal di pelabuhan. Selama
ini pelayanan permohonan pandu/tunda kapal (towage dan pilotage)
dilakukan secara manual, sebelum dilakukan digitalisasi masih
menggunakan buku sebagai pencatatan kerja. Sekarang pilot pandu dan
pilot bandar dibekali alat kerja miniPad, iPad dan iPad Pro. (Hermanta,
Mulyadi, 2018)
2) Marine Operating System (MOS) merupakan sistem yang di desain guna
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan pemanduan dan
penundaan kapal di pelabuhan. (Hermanta, Mulyadi, 2018)
3) Untuk mewujudkan Pelindo II/IPC sebagai world class
port operator perlu operational excellence. (Hermanta, Mulyadi, 2018)
4) Layanan pemanduan menjadi salah satu aspek yang mendapatkan
perhatian khusus dalam rangka mewujudkan visi dan misi perseroan.
(Hermanta, Mulyadi, 2018)
5) Mempermudah dan lebih mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
(Prasetyadi, 2019)
6) Tidak ada tambahan biaya yang dibebankan pada kapal kargo yang
dilayani. (Prasetyadi, 2019)
24
7) Pelayanan otomastis melalui Marine Operating System (MOS), semua data
dapat terlacak dan termonitor, memangkas waktu pelayanan, dan tidak
ada koreksi nota. (Prasetyadi, 2019)
8) Meningkatkan pelayanan dan tidak ada tambahan biaya yang dibebankan
pada kapal kargo yang dilayani. (Prasetyadi, 2019)
9) Marine Operating System (MOS) merupakan aplikasi yang terintegrasi
dengan aplikasi pelayanan kapal, sekaligus merupakan bentuk dukungan
terhadap sistem layanan kapal Inaportnet Kementerian Perhubungan.
(Hermanta, Mulyadi, 2018)
10) Perbedaan tingkat efisiensi kerja kapal tugboat, yakni sebelum dilakukan
sistem digitalisasi dulu kapal tugboat melayani kapal kargo harus
bergantian dan antre serta setiap kapal harus balik ke pangkalan untuk
menyelesaikan administrasi pekerjaannya. Digitalisasi pelabuhan telah
meningkatkan kinerja operasional dan pelayanan. (Hermanta, Mulyadi,
2018)
2.9. Kelebihan dan Kekurangan Marine Operating System (MOS)
a. Kelebihan dari Marine Operating System (MOS) dalam pelayanan
pemanduan dan penundaan yaitu:
1) Memberikan kemudahan dan efisiensi bagi planner dalam
optimalisasi dan penyesuaian kebutuhan kapal terhadap resource,
real time record pelayanan. (Hermanta, Mulyadi, 2018)
2) Adanya status track and tracing resources. (Hermanta, Mulyadi,
2018)
3) Berkurangnya running hours dan meningkatkan efisiensi pergerakan
untuk tug boat dan efisiensi perjalanan untuk pilot boats. (Hermant,
Mulyadi, 2018)
4) Penghematan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). (Hermanta,
Mulyadi, 2018)
5) Untuk pengguna jasa, yakni kepastian waktu pelayanan. (Prasetyadi,
2019)
25
6) Tidak ada koreksi nota, pelayanan otomatis berjalan melalui sistem
Marine Operating System (MOS). (Prasetyadi, 2019)
7) Semua data terlacak dan dapat dimonitor serta meringkas waktu
pelayanan. (Prasetyadi, 2019)
8) Mempermudah dan lebih mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
(Prasetyadi, 2019)
9) Pergerakan kapal tunda dan kapal pandu semakin efisien.
(Prasetyadi, 2019)
10) Tagihan atas penggunaan jasa jadi lebih akurat dan tepat waktu.
(Prasetyadi, 2019)
11) Aktivitas lebih aman karena ada panduan lokasi dan profil kapal
yang dilayani. (Prasetyadi, 2019)
b. Kekurangan Marine Operating System (MOS) yaitu
1) Akses sistem yang bermasalah sehingga pekerja melakukan kegiatan
masih manual
2) Cuaca yang kurang baik/buruk
3) Kesalahan manusia (Human error).
4) Kurangnya kemampuan penguasaan teknologi sehingga sulit diterima
dan diikuti oleh seluruh pemangku kepentingan lainnya.
5) Proses bisnis yang semi otomatis menjadi otomatis melalui platform
digital.
6) Terkendala infrastruktur teknologi informasi. (Saut, 2019)