BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat-obatan...

download BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat-obatan Tradisionalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40567/4/Chapter II.pdf · 7. Saga (abru precatorius) Menyembuhkan batuk dan sari awan 8.

If you can't read please download the document

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat-obatan...

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Obat-obatan Tradisional

    Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis

    (Salim, 1994). Setiap kelompok masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan untuk

    kehidupan mereka, seperti untuk obat-obatan, peralatan rumah tangga, bermacam-

    macam anyaman/tali-temali, bahan perlengkapan upacara adat, disamping yang

    digunakan untuk kebutuhan sandang pangan serta papan. Bentuk susunan ramuan,

    komposisi dan proses pembuatan/pengolahan dilakukan secara tradisional

    menurut cara suku/kelompoknya masing-masing yang mereka terima secara

    turun-temurun.

    Ramuan tradisional adalah media pengobatan alamiah dengan mmemakai

    tumbuhan tumbuhan sebagai bahan dasarnya. Media ini mungkin merupakan

    media pengobatan tertua. Sampai saat ini, ilmu pengobatan ini tetap mengacu

    pada tradisi kuno. Itulah sebabnya obat-obatan atau ramuan-ramuan dari tumbuh-

    tumbuhan dan tanaman disebut sebagai obat tradisional. Disebut obat karena

    ramuan tradisional tersebut dibuat dari jenis tumbuhan dan tanaman dan diyakini

    dapat menyembuhkan atau mengobati suatu penyakit (Dianawati et al. 2001).

    Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang

    meliputi :

    1. Kebenaran bahan : Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies

    yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran

    bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan.

    2. Ketepatan dosis : Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang

    tak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti

    Universitas Sumatera Utara

  • halnya resep dokter. Buah mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi

    dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan daun mindi baru

    berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu.

    3. Ketepatan waktu penggunaan : Kunyit diketahui bermanfaat untuk

    mengurangi nyeri haid dan sudah turun-temurun dikonsumsi dalam ramuan

    jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan, Akan tetapi

    jika diminum pada awal masa kehamilan beresiko menyebabkan keguguran.

    Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat tradisional

    menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.

    4. Ketepatan cara penggunaan : Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat

    aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat

    kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya.

    Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat

    bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan

    diminum dapat menyebabkan keracunan / mabuk.

    5. Ketepatan telaah informasi : Perkembangan teknologi informasi saat ini

    mendorong derasnya arus informasi yang mudah untuk diakses. Informasi

    yang tidak didukung oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau

    kajian yang cukup seringkali mendatangkan hal yang menyesatkan.

    Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan

    membahayakan (http://obtra29.wordpress.com/).

    Kesesuaian dan kecocokan bahan baku ramuan tradisional untuk mengobati

    suatu penyakit memang didasarkan pada pengalaman turun temurun. Selama ini

    obat tradisional dianggap cukup manjur untuk mengobati berbagai macam

    penyakit. Selain itu, metode farmakologi modern senantiasa berhasil

    mengungkapkan adanya dasar-dasar ilmiah dibalik resep-resep ramuan

    tradisional. Disisi lain rendahnya pengetahuan tentang kandungan senyawa

    Universitas Sumatera Utara

  • berbagai tanaman obat kadang-kadang membuat pengobatan tradisional terasa

    masih meragukan.

    Efek samping negative yang terkandung dalam ramuan tradisisonal sangat

    kecil jika dibandingkan dengan obat-obatan medis modern. Alasannya, bahan

    bakunya sangat alami atau tidak bersifat kimiawi. Selama mengikuti takaran yang

    dianjurkan, proses pembuatannya higienis, dan cara penyimpanannya baik,

    niscaya efek samping negatif obat tradisional tidak perlu dikhawatirkan..

    Tabel 2.1. Jenis Tanaman yang Sering Dimanfaatkan sebagai Obat untuk Penyakit Tertentu:

    NO. Nama Tanaman Khasiat

    1. Daun dewa (Gynura segetum) Menyembuhkan muntah darah, payudara bengkak, pendarahan pada wanita, gigitan ular, dan batuk.

    2. Seledri Menyembuhkan tekanan darah tinggi 3. Belimbing Menyembuhkan tekanan darah tinggi 4. Kelor Mengobati panas dalam atau demam 5. Daun bayam duri Mengobati kurang darah 6. Kangkung Mengobati insomnia 7. Saga (abru precatorius) Menyembuhkan batuk dan sari awan 8. Pacar cina Menyembuhkan penyakit gonorrhea 9. Landep (barlariae prionitis L) Menyembuhkan rematik 10. Miana(Coleus antropupureus

    Benthan) Menyembuhkan wasir

    11. Papaya (carica papaya L) Menyembuhkan demam dan disentri 12. Jinten (coleus ambonicus) Menyembuhkan batu, mules, dan

    sariawan 13. Pegagan (Centela asiatica

    Urban) Menyembuhkan sariawan yang bersifat astringensia

    14. Blustru (luffa cylindrice Roem) Bersifat deuretik (peluruh air seni) 15. Kemuning (Murraye paniculata

    Jack) Menyembuhkan penyakit gonorrhea

    16. Murbei (Morus indica Rumph) Bersifat deuretik 17. Kumis kucing (Orthosiphon

    stamineus Benth) Bersifat deureti

    18. Sirih (Chavica betle L) Menyembuhkan batuk, antiseptika, dan obat kumur

    19. Randu (Ceiba pentandra gaerth) Sebagai obat mencret dan berkumur 20. Salam(Eugenia polyantha

    wight) Bersifat astrigrensia

    21. Jambu biji (Psidium guajava L) Menyembuhkan mencret ( Redaksi Agromedia, 2008)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2. Tanaman Obat

    Penggunaan tumbuhan, baik sebagai obat, bahan makanan, bumbu, kosmetik,

    maupun sebagai bahan ramuan untuk upacara ritual keagamaan, telah dikenal

    sejak zaman kuno seperti yang telah ditemukan didalam berbagai catatan bangsa

    Cina, Mesir, Yunani, dan Roma. Bahkan penemuan terbaru di Pakistan

    membuktikan bahwa penggunaannya telah berlangsung selama 5000 tahun.

    Tetapi dengan kemajuan peradapan modern, yang ditandai dengan

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih cenderung

    menggunakan produk bukan alami atau sintetis, pemanfaatan produk tumbuhan

    sempat mengalami kemunduran beberapa saat, kecuali untuk penggunaan dan

    pemanfaatan sebagai bumbu dan rempah-rempah serta kosmetik. Hal ini karena

    produk artifisial yang cenderung lebih cepat dan praktis.

    Penggunaan produk obat bukan alami atau sintetis ini berubah secara

    global dalam 20 tahun terakhir, yang mengarah kepada penggunaan bahan alam.

    Sebagai konsekuensinya, perhatian terhadap penelitian tumbuhan untuk obat

    sangan meluas, baik dalam bidang maupun kedalaman penelitian, sedangkan

    disiplin ilmu yang terlibat tidak lagi hanya farmasi dan ilmu kimia, melainkan

    juga kedokteran, farmakologi, botani, ekologi, dan sebagainya. Selain itu

    berkembang juga kepentingan ekonomi yang sangat besar dari hasil pertanian

    tumbuhan obat, yang menyebabkan peningkatan penelitian yang ditandai dengan

    meningkatnya jenis, jumlah dan mutu publikasi. Perubahan ini juga diakibatkan

    karena produk obat yang bersifat sintetis memiliki kecenderungan menghasilak

    efek samping yang berbahaya bagi kesehatan.

    Memang, hingga saat ini belum semua tanaman penghasil obat sudah diteliti

    secara farmakologis khasiat dan kandungannya. Pada akhirnya, resep-resep

    tradisional juga harus dapat dipertanggungjawabkan secara medis dan ilmiah.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.2. Tabel Jenis Penyakit yang dapat Disembuhkan Dengan Obat dari Jenis Tanaman Tertentu:

    Jenis penyakit

    Jantung Sistem saraf pusat

    Obat pernapasan

    Obat anti tumor

    Tanaman obat

    Apocynaceae: adenium, acokantera, apocynum, carbera, tangkinia, thevetia, nerium, Carissa, urichites. Asclepidaceae: Gomphocarpus, Callotropis, Pachycarpus. Liliaceae: Urginea, Bowiea, Convallaria. Ranunculaceae: Adonis, Helloborus.

    Ephedrae herba, Ephedrae helpetica, Ephedrae gerardina, Ephedrae intermedia, Ephedrae shennungiana. Kawa-kawa rhizome (Piper methisiticum), Daun Koka (Erythroxylon truxillense), Marihuana (Cannabis indica),

    Rimpang, herba, Asarum europaeum, Althaea officinalis L, Plantago psylium, Plantaginis folium, Cetraria islandica, Malva silvestris, Tussilago farfara, Cephaelis ipecacuanha,

    Catharantus roseus, podophylum peltatum, Bryonia cretica ssp, Citrullus colocyntis, Viscum album L, Aristolochia reticulate, Echinacea angustifolia, Echinacea purpurea, Taxus brevifolia

    ( Wiryowidagdo, 2007)

    2.3. Minyak Karo

    Tanaman obat telah lama digunakan oleh nenek moyang dan memberi hasil yang

    baik dalam pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Selama berabad-

    abad banyak tanaman yang berkhasiat sebagai obat berbagai jenis penyakit.

    Pada zaman dahulu masyarakat mengetahui tanaman yang berkhasiat

    untuk obat dan cara penggunaanya. Bagian dari tanaman obat yang biasa

    dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan obat-obatan tradisional adalah

    akar, batang, daun, dan buah. Sumber pengetahuan itu berasal dari nenek moyang.

    Begitu juga dengan suku Karo, meskipun dunia pengobatan makin berkembang

    dengan pesat bukan berarti penggunaan pengobatan tradisional di Tanah Karo

    menghilang. Secara turun temurun dapat dipastikan mereka telah mampu

    Universitas Sumatera Utara

  • mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang dikenal dan dimanfaatkan untuk

    bahan obat dan pada umumnya hampir semua obat-obatan tradisional Karo

    menggunakan tanaman sebagai bahan utamanya.(Bangun, 2009).

    Tabel 2.3. Jenis-jenis Obat Tradisional yang Sering Digunakan dalam Masyarakat Karo:

    Jenis Bahan Baku Utama Manfaat /pemakaian Minyak urut Akar-akar tumbuhan hutan Kebugaran tubuh ,

    masuk angina, keseleo, patah tulang, luka bakar

    Tawar Campuran dedaunan tumbuhan hutan dengan tanaman pekarangan contoh kencur

    Obat sakit perut, penyakit ringan dan penyakit berat lainnya

    Kuning(Param) Campuran dedaunan dan bunga tumbuhan hutan dan pekarangan

    Meningkatkan stamina terutama ibu hamil dan melahirkan

    Sembur Campuran tumbuhan hutan dan pekarangan

    Obat kepala dan pusing

    (Harianja, 2012)

    Tanaman obat tradisional yang digunakan masyarakat Karo yang

    ditemukan di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo terdiri dari 56

    jenis tanaman. Tanaman obat tradisional ini banyak ditemukan di pinggir-pinggir

    jalan, di ladang-ladang masyarakat, di hutan dan dipekarangan rumah warga.

    Masyarakat Karo pada umumnya lebih sering menggunakan tanaman obat yang

    tumbuh liar daripada tanaman obat yang dibudidayakan karena menurut mereka

    tanaman obat yang tumbuh liar lebih berkhasiat dibandingkan dengan tanaman

    obat yang dibudidayakan. Karena tumbuhan yang sifatnya tumbuhan budidaya

    lebih cenderung terkontaminasi oleh logam-logam berbahaya yang bias berasal

    pupuk, pestisida, dan juga berasal dari asap kendaraan yang berada disekeliling

    perumahan warga.

    Pengolahan tanaman obat tradisional oleh masyarakat Karo di Desa

    Jaranguda yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Bagian tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan yaitu daun, batang,

    buah, biji, rimpang, akar dan lainya. Dari seluruh bagian tanaman yang

    digunakan daun merupakan bagian tanaman yang paling banyak digunakan

    untuk pengobatan , dilanjutkan dengan akar, rimpang, buah, batang dan biji.

    Sebagian tanaman obat dapat dimanfaatkan seluruh bagian tanaman baik yang

    masih segar maupun yang sudah dikeringkan.

    2. Cara pengolahan tanaman obat agar menjadi obat adalah direbus, digiling

    halus, dibakar, ditumbuk, dikomsumsi dan diperas. Dari seluruh cara

    pengolahan tanaman obat tersebut direbus merupakan cara pengolahan yang

    paling banyak digunakan.

    Penggunaan tanaman yang berkhasiat obat tradisional di Desa Jaranguda

    Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo yakni digunakan sebagai bahan pembuat

    minyak urut dan kuning. Ramuan-ramuan yang digunakan berasal dari pinggir-

    pinggir jalan di Desa Jaranguda dan pekarangan rumah warga (Ginting, 2012).

    2.4. Logam Berat

    Logam berat mengacu pada setiap logam yang berat atomnya lebih besar dari

    berkisar 50. Ketika terserap kedalam tubuh, secara langsung logam berat beracun

    (Eugene, 1990).Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih

    dari 5 gr/cm3 (Fardiaz, 1992). Hg mempunyai densitas 13,55gr/cm3. Diantara

    semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya,

    dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat

    antara lain Cd, Ag, Ni, Pb,As, Cr, Sn, Zn (Fardiaz, 1992).

    Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah setiap bahan yang karena sifat

    atau konsenterasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

    mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan

    hidup manusia serta mahluk hidup lain (Pasal 1 (17) UU No. 23 1997) . B3 dalam

    ilmu bahan dapat berupa bahan biologis (hidup/mati) atau zat kimia. Zat kimia B3

    Universitas Sumatera Utara

  • dapat berupa senyawa logam (anorganik) atau senyawa organik, sehingga dapat

    diklasifikasikan sebagai B3 biologis, B3 logam dan B3 organik.

    2.4.1. Logam Cu

    Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia

    melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial standarnya positif, (+0,34 V untuk

    pasangan Cu/Cu2+

    ), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,

    meskipun dengan adanya oksigen ia bias larut sedikit. Asam nitrat yang sedang

    pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga:

    3Cu + 8HNO33Cu2+ + 6NO3- + 2NO + 4H2O (Svehla, 1985)

    Untuk orang-orang tertentu , karena factor keturunan dan factor

    lingkungan dapat menjadi luar biasa rentan terhadap sifat toksik yang

    mempengaruhi ginjal. Contoh beberapa orang tidak tahan terhadap toksin tembaga

    karena tidak mampu memepertahankan konsentrasi normal tembaga didalam

    tubuh penyakit ini disebut penyakit Wilson (WHO, 2005).

    Cu merupakan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah kecil. Apabila jumlah

    Cu telah melampaui batas aman, akan muncul toksitas. Manusia biasanya terpapar

    Cu dari tanah, debu, makanan, serta minuman yang tercemar Cu yang berasal dari

    pipa bocor pada penambangan Cu atau industri yang menghasilkan limbah Cu.

    Kira-kira 75-99% total in take Cu berasal dari makanan dan minuman. Setiap hari,

    manusia bias terpapar Cu yang antara lain berasal dari peralatan dapur ataupun

    koin.

    Keracunan logam berat bersifat kronis dan dampaknya baru terlihat setelah

    beberapa tahun. Logam berat bersifat akumulatif didalam tubuh organisme dan

    konsentrasi mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dalam rantai makanan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Keracunan kronis Cu dapat mengurangi umur, menimbulkan berbagai masalah

    reproduksi dan menurunkan fertilitas (Widowati, 2008).

    2.4.2. Logam Fe

    Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Besi

    membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi(II) atau fero

    diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Garam-garam ini mengandung kation Fe2+

    dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi(III) atau feri diturunkan dari oksida

    besi(III), Fe2O3.

    Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Zat-zat pereduksi

    mengubah ion besi(III) menjadi besi(II) (Svehla, 1990).

    Besi merupakan mikroelemen esensial dalam system mahluk hidup.

    Logam ini banyak digunakan dalam pabrik dan merupakan logam multiguna. Besi

    banyak ditemukan dalam bahan makanan yang jumlahnya bervariasi dari yang

    rendah (dalam sayuran) dan yang tinggi (dalam daging). Kandunganya g rendah

    dari Fe dalam makanan akan menyebabkan naiknya efisiensi absorpsi Fe,

    disamping itu absorpsi logam lain juga meningkat baik esenssial (Co, Mn,Zn)

    maupun toksik (Cd, Pb). Tetapi sebaliknya makanan yang banyak mengandung Fe

    dapat menurunkan absorpsi Zn pada manusia dan Cu pada ruminansia

    (Darmono,1995).

    Salah satu alasan mengapa Fe toksik pada sel adalah karena Fe

    mengkatalis pembentukan hidroksi radikal. Radikal oksigen terkenal toksik pada

    sel-sel hidup karena mampu menginduksi peroksida membrane lisosom yang

    menyebabkan kerusakan endotel dan paru-paru serta agregasi platelet darah

    (Merian,1994).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.3. Logam Pb

    Timbal-senyawa yang mengandung toksik yang tinggi dan lebih dikenal dalam

    masyarakat daripada arsenik saat ini. Polusi timbal dianggap oleh para ahli

    menjadi masalah lingkungan utama yang dihadapi dunia modern (Meyer, 1990).

    Timbel merupakan logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang

    tinggi(11,48 gr/ml pada suhu kamar). Ia mudah terlarut dalam asam nitrat yang

    sedang pekatnya (8 M) (Svehla, 1990).

    1. Sumber dari Alam

    Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg.

    Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir

    (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah

    berkadar sekitar 5 -25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar

    antara 1- 60g/liter.

    Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air

    telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 g/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih

    rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari

    pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 g/liter. Kandungan Pb dalam air danau

    dan sungai di USA berkisar antara 1-10 g/liter.

    2. Sumber dari Industri

    Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua industri

    yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya: Industri

    pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat

    (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).

    Industri batery. Industri ini banyak menggunakan logam Pb terutama lead

    antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya. Industri bahan bakar. Pb

    berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock

    Universitas Sumatera Utara

  • pada bahan bakar, sehingga baik industry maupun bahan bakar yang dihasilkan

    merupakan sum ber pencemaran Pb. Industri kabel. Industri kabel memerlukan Pb

    untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel mulai berkurang,

    walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga

    membahayakan untuk kehidupan makluk hidup. Industri kimia, yang

    menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai Pb karena

    toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang

    lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk

    warna kuning dipakai lead chromate.

    3. Sumber dari Transportasi

    Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) Pb pada bahan bakar kendaraan

    bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam berat Pb yang bercampur

    dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di

    dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas

    buang lainnya (Sudarmaji et al, 2003).

    Daya racun didalam tubuh diantaranya disebabkan oleh penghambatan

    enzim-enzim oleh ion Pb2+. Enzim yang diduga dihambat adalah yang dibutuhkan

    untuk pembentukan hemoglobin . penghambatan tersebut diakibatkan karena

    terbentuknya ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara Pb2+

    dengan grup sulfur

    yang terdapat dalam asam-asam amino (misalnya cistein) dari enzim tersebut

    (Fardiaz, 1992).

    2.5. Akumulasi Logam Berat Dalam Tumbuhan Obat-Obatan Tradisional

    Kemampuan tanaman dalam mengakumulasi logam berat dapat diprediksi dari

    nilai Bioconcentration Factor (BCF) dan Transfer Factor (TF). Bioconcentration

    Factor merupakan kemampuan tanaman untuk mengakumulasi logam berat

    tertentu sebagai tanggapan terhadap konsentrasi logam tersebut di dalam suatu

    Universitas Sumatera Utara

  • substrat. Bioconcentration Factor (BCF) ditentukan oleh rasio logam di akar

    dengan yang terdapat di dalam tanah. Nilai BCF >1 menunjukkan spesies tersebut

    potensial sebagai akumulator. Translocation Factor adalah rasio konsentrasi logam

    pada bagian pucuk terhadap bagian akar, menunjukkan kemampuan transfer

    logam dari akar ke pucuk tanaman. Baker (1981) membagi tanaman menjadi 3

    kategori yaitu akumulator, excluder dan indikator. Akumulator mempunyai nilai

    BCF >1, excluder mempunyai nilai BCF<

  • peroksida. Destruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen,

    timah hitam, timah putih, seng, dan tembaga.

    Ada tiga macam cara kerja destruksi basah dapat dilakukan, yaitu :

    1. Destruksi basah menggunakan HNO3 dan H2SO

    2. Destruksi basah menggunkana HNO4

    3, H2SO4, dan HClO

    3. Destruksi basah menggunakan HNO4

    3, H2SO4, dan H2O2

    (Apriyanto,1989).

    Destruksi kering merupakan penguraian ( perombakan ) senyawa organik

    dalam sampel menjadi anorganik dengab jalan pengabuan sampel dan

    memerlukan suhu pemanasan tertentu (Raimon, 1992).

    Temperatur pengabuaan harus diperhatikan sungguh sungguh karena

    banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu yang tinggi misalnya unsur K,

    Na, S, Ca, Cl, P. selain itu suhu pengabuaan juga dapat menyebabkan

    dekomposisi senyawa tertentu misalnya K2CO3, CaCO3, MgCO3. Menurut

    Whichmann ( 1940 1941 ), K2CO3 terdekomposisi pada suhu 700OC, CaCO3

    terdekomposisi pada suhu 600 650OC, sedangkan MgCO3 terdekomposisi pada

    suhu 300 400O

    C. Tetapi bila ketiga garam tersebut berada bersama sama akan

    membentuk senyawa karbonat kompleks yang stabil. (Sudarmaji, 1989)

    2.8. Peralatan ICP-OES dan SSA

    2.8.1. ICP-OES

    Metode ICP dari atomisasi dan eksitasi sampel telah dikembangkan dalam 10

    sampai 20 tahun dan menawarkan beberapa keuntungan diatas kegunaan suber

    tembakan dan bunga api. Sebuah plasma adalah sebuah gas dalam sebuah fraksi

    signifikan dari atom-atom atau molekul yang terionisasi dan selanjutnya, akan

    berinteraksi dengan medan magnet. Plasma dihasilkan oleh penyemaian dengan

    electron-elektron sebuah gas pembawa (Ar mengalir melalui sebuah tabung, untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • menyediakan konduktifitas, dan dengan cara mengelilingi tabung dengan sebuah

    gulungan induksi yang menghasilkan medan magnet beisolasi (Kennedy,1984).

    Karakteristik analitik ICP-OES membuatnya menjadi sebuah teknik yang

    digunakan untuk menentukan logam. Salah satu ciri-ciri ICP-OES sesuai

    komponen-komponen:

    1. System preparasi sampel

    2. Obor pembakar

    3. Generator frekuensi tinggi

    4. Transfer optik dan spectrometer

    5. Detector

    6. Peralatan komputer

    Untuk analisis, sampel umumnya dilarutkan kedalam bentuk larutan encer

    dari berat dan pelarut yang diketahui. Larutan diaspirasikan kedalam nebulizer,

    dengan mengubah bentuk menjadi aerosol. Aerosol tersebut dijalankan kedalam

    plasma, itu akan diubah menjadi atom-atom dan melepaskan ion, dan atom

    (Unsur) dieksitasi dan emisi cahaya panjang gelombang tertentu. Intensitas dari

    cahaya pada panjang gelombang berhubungan dengan masing-masing elemen

    adalah proporsional terhadap konsentrasi unsur (national research Counsil, 2004).

    ICP-OES dapat menganalisa 35 logam dalam sekali analisa dalam sistem

    periodek unsur (Prichard,1996).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.1. Peralatan Utama dan Lay Out Peralatan ICP-OES

    2.8.2. SSA

    Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap

    cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.

    Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium 358,5 nm, sedangkan kalium

    pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi

    untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.

    Temperature yang digunakan dalam proses atomisasi harus terkendali

    dengan baik supaya proses atomisasi berjalan dengan sempurna.

    Tabel 2.4. Berikut ini Tabel dari Gas Pembakar dengan Gas Oksidan dengan Suhu Maksimum yang dihasilkan.

    Bahan Bakar Oksidan udara Oksidan oksigen N2O

    Hidrogen 2100 2780 -

    Asetilena 2200 3050 2955

    Propan 1950 2800 -

    Khopkar,S.M. 1990).

    Proses atomisasi yang terjadi dalam atomizer pada instrumentasi AAS sebagai

    berikut:

    Gambar 2.2. Proses atomisasi pada SSA

    Universitas Sumatera Utara

  • Proses atomisasi akan menghasilkan sejumlah atom dalam keadaan dasar,

    dimana atom-atom dalam keadaan dasari ini mampu menyerap energy cahaya

    yang panjang gelombang resonansinya khas untuknya, yang pada umumnya

    adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom itu bila

    tereksitasi dari keadaan dasar. Jadi, jika cahaya dengan panjang gelombang

    resonansi itu dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan,

    maka sebagian cahaya itu akan diserap , dan jauhnya penyerapan akan berbanding

    lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala (Basset,J.

    at al. 1994).

    Gambar. 2.3. Bagan Alat SSA (Sumber : http///wordpress.com)

    Hollow cathode merupakan lampu yang bertujuan untuk memberikan garis

    emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu. Lampu ini memiliki dua

    elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama

    dengan unsur yang dianalisis. Dengan pemberian arus tertentu, logam mulia

    memijar, dan atom-atom katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom

    akan tereksitasi kemudian akan mengemisikan radiasi panjang gelombang

    tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat diisolasi dengan suatu monokromator

    (Khopkar, 1990).

    Sistem pengabut atau nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan uji

    menjadi atom-atom gas dan suksesnya metode fotometri nyala bergantung pada

    berfungsinya sistem pembakar pengabut dengan benar (Basset,J.at al. 1994).

    Universitas Sumatera Utara