BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pemberantasan ...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pemberantasan ...
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pemberantasan Sarang Nyamuk
2.2.1 Pengertian Pemberantasan Sarang NyamukPengertian Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk Aedes aegypti.
Kegiatan PSN DBD dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti,
sehingga dapat mengurangi adanya penularan penyakit DBD. Kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk Kegiatan PSN di lakukan di semua tempat baik di rumah maupun di
tempat-tempat umum. Kegiatan PSN di rumah dilakukan oleh semua anggota
keluarga, sedangkan di tempat-tempat umum dilakukan oleh petugas yang telah
ditunjuk atau pengelola tempat -tempat umum. Kegiatan PSN dilakukan di lingkungan dimana nyamuk tersebut dapat
berkembang biak, seperti di selokan, kolam ikan dan lain sebagainya. Ukuran
keberhasilan kegiatan PSN ini dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ).
Apabila ABJ lebih dari atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat
berkurang. 8 - Kegiatan PSN tidak hanya dilakukan dengan melakukan pemberantasan
nyamuk dewasa tetapi juga pemberantasan jentik nyamuk. Kegiatan PSN tidak hanya
dilakukan dengan melakukan pemberantasan nyamuk dewasa tetapi juga pemberantasan
jentik Nyamuk. Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan atau
fogging dengan insektisida, sedangkan pemberantasan jentik nyamuk bisa dilakukan
melalui tiga cara, yaitu fisik, kimia, dan biologi. Cara fisik dilaksanakan dengan prinsip
3M, yang meliputi menguras dan menyikat tempat penampungan air, serta mengubur
dan menyingkirkan barang - barang bekas yang dapat menampung air hujan. Cara
kimia dilakukan dengan cara memberantas jentik nyamuk menggunakan insektisida
pembasmi jentik (larvasida), sedangkan cara biologi misalnya dengan memelihara ikan
pemakan jentik. Kegiatan PSN yang lain yaitu dengan 3M plus. Kegiatan 3M Plus
merupakan kegiatan PSN yang meliputi 3M dan dapat juga ditambah dengan kegiatan
lain.Kegiatan lain tersebut antara lain mengganti air vas bunga, t empat minum burung
dan tempat- tempat lain setiap seminggu sekali. memperbaiki saluran air yang tidak
lancer, menutup potongan pohon/ bamboo, menaburkan bubuk abate, memasang kawat
kasa, menghindari kebiasaan menggantung pakaian, mengupayakan pencahayaan dan
ventilasi yang memadai, menggunakan kelambu dan memakai obat yang dapat mencegah
gigitan nyamuk. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Winarsih tahun 2013, menyatakan
bahwa ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue. Menunjukkan bahwa responden yang tidak menguras
tempat penampungan air mempunyai resiko 3,8 kali lebih besar menderita DBD
dari pada responden yang menguras tempat penampungan air. Pengurasan tempat-
tempat penampungan air perlu di lakukan secara teratur sekurang - kurangnya
seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada
saat ini telah dikenal pula istilah, 3M plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila
PSN dilakukan oleh seluruh masyarakat, maka populasi Nyamuk Aedes aegypti dapat
ditekan serendah -rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi.Tempat penampungan air yang tertutup dapat mencegah nyamuk untuk
bersarang dan bertelur dibandingkan dengan tempat penampungan air yang
kondisinya terbuka. Sistem penyediaan air di masyarakat baik yang melalui perpipaan
maupun sumber lain seperti sungai, sumur gali, sumur pompa, masih memerlukan
tempat penampungan air baik besar maupun kecil berupa ember, drum, maupun bak
permanen.Tempat penampungan air ini juga merupakan media yang cukup di
sukai oleh nyamuk Aedes aegypti. untuk berkembang biak. Dengan cara menutup
berarti kita tidak menyediakan tempat hidup bagi perkembangan nyamuk
Aedes aegypti. Dengan cara menguras berarti berarti kita telah memutus
siklus hidup nyamuk sehingga populasi nyamuk dewasa semakin lama akan
habis. Cara penutupan tempat penampungan air cukup efektif seperti yang kini telah
dilakukan di Thailand. Tempat perkembangabiakan nyamuk selain di tempat
penampungan air juga pada container (barang bekas) yang memungkinkan air hujan
tergenang yang tidak beralaskan tanah. Barang- barang bekas yang tidak beralaskan tanah
sangat disenangi oleh perkembang biak jentik nyamuk DBD, tempat-t empat tersebut
seperti kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang
dibuang di sembarang tempat. Penutupan barang -barang bekas yang bisa menjadi
tempat penampungan air, akan sangat efektif mencegah perkembangbiak jentik
nyamuk.2.2.2 Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti
Aedes Aegypti berukuran lebih kecil jika di bandingkan dengan rata –rata
nyamuklain, mempunyai warna dasar yang hitam kecoklatan. Terdapat bintik –
bintik putih pada bagian- bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal
dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran
lira (lire-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum) terdapat dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan. Ukuran tubuh nyamuk Aedes
Aegypti antara 4-13 cm, dengan mengabaikan panjang kakinya.1,23 Nyamuk jantan
dan betina tidak memiliki perbedaan nyata dalam hal ukuran. Biasanya nyamuk
jantan umumnya lebih kecil dari betina dan terdapat rambut - rambut tebal pada
antenna nyamuk jantan.
2.2.3 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegyti
Nyamuk Aedes aegypti disebut black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai
dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar hitam. Klasifikasi nyamuk
Aedes aegypti termasuk dalam Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Bangsa Diptera, Suku
Culiciadae, Marga Aedes dan Jenis Aedes aegypti. Masa pertumbuhan dan
perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu telur, larva,
pupa dan dewasa sehingga termasuk metamorphosis sempurna (holometrabola).
a Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-
0,8 mm, permukaan poligonal dan berada pada benda-benda yang terapung atau pada
bagian dinding bagian dalam tempat penampungan air. Sebanyak 85 telur nyamuk
melekat di dinding temapat penampungan air dan15% lainnya jatuh ke permukaan.
b Larva
Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu
sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk
berturut-turut disebut larvanistar I, II, III dan IV. Pada bagian kepala larva terdapat
sepasang mata majemuk, Sepanjang antena tanpa duri dan alat-alat mulut tipe
pengunyah. Bagian dada larva tampak paling besar da n terdapat bulu-bulu yang
simetris. Perut tersusun atas 8 ruas, ruas perut ke-8 ada alat untuk bernafas yang
disebut corong pernafasan atau siphon. Siphon tanpa duri, berwarna hitam dan ada
berkas bulu -bulu (tuft). Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan berkas bulu-bulu sikat
(brush) di bagian vetral dan gigi -gigi sisir (comb) yang berjumlah 15-19 gigi yang
tersusun dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi.
Larva ini bertubuh langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif
dan pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang
permukaan air.
c Pupa
Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok dengan bagian kepala dada
(cephalothorax) lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya sehingga
tampak seperti tanda baca koma. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat
bernafas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat penggayuh
yang berguna untuk berenang, alat penggayuh tersebut berjumbai panjang dan
bulu di nomor7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Gerakan pupa lebih lincah dari
pada larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air.
d Nyamuk dewasa
Nyamuk Aedes aegypti tersusun atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang berbulu.
Alat mulut nyamuk Aedes aegypti betina tipe penusuk- penghisap (piercing-
sucking) dan temasuk lebih menyukai darah manusia (anthropophagus) dan
mempunyai antene tipe pilose, Sedangkan nyamuk Aedes aegypti jantan bagian
mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu
lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus) dan mempunyai antene tipe
plumose.
Dada nyamuk Aedes aegypti terdiri dari 3 ruas yaitu porothorax,mesothorax dan
metaphorax. Setiap ruas dada terdapat sepasang kakiyang terdiri dari femur (paha),
tibia (betis) dan tarsus (tampak). Pada ruas- ruas kaki ada gelang –gelang putih,
tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang- gelang putih. Pada
bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda –noda hitam. Bagian
punggung (mesontum) ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk
membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti berupa
sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian
ditengahnya. Perut nyamuk Aedes aegypti terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas
tersebut terdapat bintik –bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes
aegypti tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang di hinggapinya.
2.2.4. Distribusi Aedes Aegypti
Nyamuk Ae. Aegypti merupakan spesias nyamuk yang ditemukan didaerah
tropis dan subtropis, Ae. Aegypti ditemukan di daerah perkotaan, pinggiran kota,
dan pedesaan. Distribusi Aedes aegyti terdiri dari sebagai berikut : 1 Ketinggian
Ketinggian merupakan faktor yang membatasi penyebaran nyamuk Aedes.
Keberadaan Aedes di Asia Tenggara.
2 Perilaku Istirahat Nyamuk Aede ssering beraktifitas di dalam rumah, suka beristirahat di
tempat gelap dan lembab.
5 Tempat Potensial Bagi Penularan Demam Berdarah Dengue
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penularnya. Oleh karena itu tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah.
Meningkatnya kasus penyakit DBD dengan adanya keberadaan kontainer air
sebagai tempat perindukan nyamuk maka diperlukan pengelolaan kontainer secara
benar sehingga dapat mengurangi resiko penyebaran. Salah satu kegiatan yang
dianjurkan dalam pelaksanaan PSN adalah pengurasan TPA dalam 1 minggu sekali.
Tempat penampungan air yang selalu dikuras dengan teratur setiap minggu akan
menyebabkan kelangsungan hidup nyamuk dengan siklus hidup yang berlangsung sekitar
seminggu menjadi terganggu. Sedangkan tempat penampungan air yang tidak dikuras
secara teratur dapat menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup nyamuk.
Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa. sering menguras tempat penampungan
air mempunyai resiko lebih besar menderita Demam Berdarah Dengue Kebiasaan
Menutup Air.6 Ciri – Ciri Aedes aegypti :
1 Siklus Hidup Nyamuk : telur jentik kepompong nyamuk. Perkembangan
dari telur sampai menjadi nyamuk ± 9 – 10 hari.2 Sifat – sifat telur nyamuk Aedes aegypti Setiap nyamuk betina kali bertelur,
keluarkan ± 100 butir yang diletakkan satu – satu pada dinding bejana.3 Telur warna hitam dengan ukuran ± 0,8 mm, di tempat kering (tanpa air) dapat
bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu
kurang dari 2 hari setelah terendam air.4 Sifat – sifat jentik Aedes aegypti Jentik yang menetas dari telur akan tumbuh
menjadi besar, panjang Selalu bergerak aktif dalam air.
2.2.7 Pemberantasan Nyamuk :
a Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus meliputi:
Menurut Soedarto(2009), pencegahan terhadap penularan DBD dapat dilakukan dengan
pemberantasan larva dan nyamuk Aedes aegypti dewasa. Pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti dewasa merupakan cara terbaik mencegah penyebaran virus Dengue. Selain itu,
repellen dapat digunakan untuk mencegah gigitan nyamuk.
b Pemberantasan Nyamuk Dewasa.
Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), pemberantasan nyamuk dewasa dapat dilakukan
dengan cara penyemprotan (pengasapan atau pengabutan, yang sering disebut dengan
istilah fogging) dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat digunakan
antara lain insektisida golongan. membatasi penularan virus dengue, penyemprotan
dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu. Dan waktu singkat, penyemprotan dapat
membatasi penularan virus dengue, akan tetapi jentiknya agar populasi nyamukpenular
dapat ditekanserendah-rendahnya (Depkes RI, 2005).
c Pemberantasan Larva atau Jentik.
MenurutDepkes RI (2005), pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal
dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di
lakukan dengan cara:
1 Menguras
Tempat Penampungan Air (TPA) seperti bak mandi, bak WC dan lain-lain seminggu
sekali secara teratur untuk mencegah perkembang biakkan nyamuk di tempat tersebut.
Pengurasan Tempat Penampungan Air (TPA) perlu dilakukan secara teratur sekurang-
kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat tersebut
2 Menutup
Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, ember, dan lain-lain)
3 Mengubur
Menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas seperti (kaleng, ban, dan lain-
lain) yang dapat menampung air hujan.Selain itu, ditambah dengan cara lain.
2.2.8 Ekologi dan BionomiTelur, larva dan pupa nyamuk Aedes aegypti tumbuh dan berkembang di dalam
air. Genangan yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan
air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut container atau tempat
penampungan air bukan genangan air di tanah. Tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypt i berupa genangan airyang tertampung di suatu wadah disebut kontainer
yang bukan genanganair di permukaan tanah. Kontainer dibedakan menjadi 3
macam yaitu :
a Tempat penampungan air yang bersifat tetap (TPA) Penampungan ini biasanya
dipakai untuk keperluan rumahtangga sehari -hari, pada umumnya keadaan air
jernih, tenang dan tidak mengalir seperti bak mandi, bak WC, ember dan lain-lain.
b Bukan tempat penampungan air (non TPA).
Kontainer atau wadah yang bisa menampung air tetapi bukanuntuk sehari –hari
seperti tempat minum hewan piaraan, barang bekas(ban, kaleng, botol, pecahan
piring / gelas), vas atau tempat pot tanaman.
c Tempat perindukan alami.
Wadah atau tempat yang tidak berfungsi sebagai tempat penampungan air
tetapi secara alami dapat menampung air seperti potongan bambu, lubang pagar,
pelepah daun dan bekas tempurung kelapa yang berisi air. Tempat istirahat yang
disenangi nyamuk Aedes aegypti adalah tempat yang gelap, lembab dan sedikit
dingin seperti pada semak-semak yang ada di luar rumah atau baju -baju
bergantungan.
2.2.9 Siklus HidupTelur nyamuk Aedes aegypti di dalam air dengan suhu 20-40c akan menetas
menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan
larva dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain temperatur tempat, keadaan air
dan kandungan zat makanan yang ada di dalam perindukan. Pada kondisi optimum
larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi
nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi perkembangan dan pertumbuhan telur,
larva, pupa sampai nyamuk dewasa memelukan waktu kurang lebih 7-14 hari.
2.2.10. Lingkungan HidupNyamuk Aedes aegypti bersifat urban hidup di perkotaan dan lebih sering
hidup di dalam dan di sekitar rumah dan sangat erat kaitannya dengan manusia.
Jarak terbang rata - rata nyamuk Aedes aegypti adalah sekitar 100 m tetapi dalam
keadaan tertentu nyamuk ini dapat terbang sampai beberapa kilometer dalam
usahanya untuk mencari tempat perindukan untuk meletakan telurnya. Hubungan
Antara Nyamuk Aedes aegypti dan Virus Dengue. Nyamuk Aedes aegypti dapat
mengandung virus dengue bila menghisap darah penderita Demam berdarah Dengue.
Virus ini kemudian masuk ke dalam intestinum dan masuk ke dalam hemocoelum
bereplikasi dan akhirnya masuk ke kelenjar air liur kemudian ditularkan lewat gigitan.
Fase ini disebut extrinsic incubation period yang memerlukan waktu 7-14 hari. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk Aedes aegypti. 11 Kegiatan PSN DBD
dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga dapat
mengurangi adanya penularan penyakit DBD. Kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk Kegiatan PSN di lakukan di semua tempat baik di rumah maupun di tempat-
tempat umum. Kegiatan PSN di rumah dilakukan oleh semua anggota keluarga,
sedangkan di tempat-tempat umum dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk atau
pengelola tempat-tempat umum. Kegiatan PSN dilakukan di lingkungan dimana nyamuk
tersebut dapat berkembang biak, seperti di selokan, kolam ikan dan lain
sebagainya.12 Ukuran keberhasilan kegiatan PSN ini dapat diukur dengan Angka
Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih dari atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat berkurang.Kegiatan PSN tidak hanya dilakukan dengan melakukan pemberantasan nyamuk
dewasa tetapi juga pemberantasan jentik nyamuk. Pemberantasan nyamuk dewasa
dilakukan dengan cara pengasapan atau fogging dengan insektisida, sedangkan
pemberantasan jentik nyamuk bisa dilakukan melalui tiga cara, yaitu fisik, kimia, dan
biologi. Cara fisik dilaksanakan dengan prinsip 3M, yang meliputi menguras dan
menyikat tempat penampungan air, serta mengubur dan menyingkirkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air hujan. Cara kimia dilakukan dengan
cara memberantas jentik nyamuk menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida),
sedangkan cara biologi misalnya dengan memelihara ikan pemakan jentik.
Kegiatan PSN yang lain yaitu dengan 3M plus. Merupakan kegiatan PSN yang
meliputi 3M dan dapat juga ditambah dengan kegiatan lain. Kegiatan lain tersebut
antara lain mengganti air vas bunga, tempat minum burung dan tempat-tempat lain
setiap seminggu sekali. memperbaiki saluran air yang tidak lancar: menutup potongan
pohon/ bambu; menaburkan bubuk larvasida; memellihara ikan pemakan jentik;
memasang kawat kasa; menghindari kebiasaan menggantung pakaian; mengupayakan
pencahayaan dan ventilasi yang memadai; menggunakan kelambu dan memakai
obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Winarsih tahun 2013, menyatakan bahwa ada hubungan antara menguras tempat
penampungan air dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan
bungurasih Mungkur Kota Surabaya bahwa responden yang tidak menguras tempat
penampungan air mempunyai resiko 3,43. kali lebih besar menderita DBD dari pada
responden yang mengurastempat penampungan air. Pengurasan tempat -tempat
penampungan air perlu di lakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada saat ini
telah dikenal pula istilah 3M plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD
dilakukan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat
ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Tempat
penampungan air yang tertutup dapat mencegah nyamuk untuk bersarang dan bertelur
dibandingkan dengan tempat penampungan air yang kondisinya terbuka. Sistem
penyediaan air di masyarakat baik yang melalui perpipaan maupun sumber lain
seperti sungai, sumur gali, sumur pompa, masih memerlukan tempat penampungan
air baik besar maupun kecil berupa ember, drum, maupun bak permanen. Tempat
penampungan air ini juga merupakan media yang cukup di sukai oleh nyamuk
Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Dengan cara menutup berarti kita tidak
menyediakan tempat hidup bagi perkembangan nyamuk Aedes aegypti. Dengan cara
menguras berarti berarti kita telah memutus siklus hidup nyamuk sehingga populasi
nyamuk dewasa semakin lama akan habis. Cara penutupan tempat penampungan air
cukup efektif seperti yang kini telah dilakukan di Thailand. Tempat perkembang biakan
nyamuk selain di tempat penampungan air juga pada container (barang bekas) yang
memungkinkan air hujan tergenang yang tidak beralaskan tanah.Barang–barang bekas yang
tidak beralaskan tanah sangat di senangi oleh perkembangbiakan jentik nyamuk DBD,
tempat - tempat tersebut seperti kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik,
dan lain-lain yang di buang di sembarang tempat. Penutupan barang-barang bekas yang
bisa menjadi tempat penampungan air, akan sangat efektif mencegah
perkembangbiakan jentik nyamuk.
2.2.11 Keberadaan Jentik Nyamuk Ae. aegyptiKeberadaan jentik nyamuk Ae. Aegyptidi suatu wilayah merupakan Indicator
terdapatnya populasi nyamuk Ae. aegypti di wilayah tersebut. MenurutDepkesRI (2005b),
apabila Angka Bebas Jentik (ABJ) < 95% atau House Indeks(HI) > 5%, berarti di tempat
tersebut terdapat populasi nyamuk penular DBD.Tingginya tingkat kepadatan nyamuk Ae.
aegypti akan meningkatkanresikopenularan virus dengue. Selama jentik yang ada di
tempat-tempat perindukantidak diberantas, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang
menetas dan penularanvirus dengue akan terulang kembali (Depkes RI, 2005b, 2007).
Hasil penelitian Widia (2009), di Kelurahan Ploso, Kecamatan Pacitan,menemukan bahwa
keberadaan jentik dalam container secara statistik mempunyaihubungan yang
bermakna dengan kejadian DBD dengan nilai p = 0,001.Demikian juga halnya dengan
penelitian yang dilakukan oleh Usman (2002) diBandar Lampung yang dipublikasikan
pada tahun 2004, menemukan bahwapenghuni rumah dengan TPA berjentik mendapatkan
resiko terjadinya DBDsebesar 5,2 kali lebih besar disbanding penghuni rumah dengan
TPA tidakberjentik.Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Ae. Aegypti di
suatuwilayah,dilakukan survey jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan
terhadapsemua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 (seratus) rumah
yangdiperiksa dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik.Metode
Surveijentik dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu (Depkes RI, 2005).
2.3 Konsep dasar penyakit Demam Berdarah Dengue
2.3.1 Pengertian :
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti betina. Demam Berdarah
Dengue yang selanjutnya disingkat DBD adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Demam Berdarah Dengue/ DBD (Dengue Haemorrhagic Fever/
DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Demam berdarah adalah
penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan
menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus
dengue, masing -masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun
fatal.16,17, Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit menular yang
timbulnya mendadak secara cepat dalam waktu relatif singkat yang sangat
berbahaya dan mematikan serta sampai saat ini belum diketemukan vaksin
pencegahnya. Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) sekitar
antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada
hari keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam
tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari.
2.3.2 Penyebab penyakit demam berdarah Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus, famili Flaviviridae,
genus flavivirus. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single standar RNA. Virion-
nya terdiri dari nucleocapsid dengan bentuk kubus simetris dan terbungkus dalam
amplop lipoprotein. Genome (rangkaian kromosom) virus Dengue berukuran panjang
sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga gen protein struktural yaitu nucleocapsid atau protein
core (C), membrane-associated protein (M) dan suatu protein envelope (E) serta gen
protein non struktural Terdapat empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3
dan DEN-4. Ke empat serotype virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia.
Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan
kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh
Dengue2, Dengue-1 dan Dengue-Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe
tersebut diatas, akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang
bersangkutan. Meskipun keempat serotipe virus tersebut mempunyai daya antigenis yang
sama namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa
bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari mereka (Kemenkes, 2016).
2.3.3. Tanda dan Gejala DBD
a Demam
Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat yakni antar 2-7 hari, yang dapat
mencapai 40 C. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan
(anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit di daerah
belakang bola mata (retro orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing) (Ginanjar,
2008).
b Tanda-tanda perdarahan
Seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit seperti tes rumpeleed
(+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar berdarah berwarna kehitaman (melena)
Ginanjar, 2008).
c Penderita infeksi virus dengue pada bentuk klinis demam berdarah dengue
selalu disertai tanda pendarahan setelah dilakukan test tourniquet.d Nyeri seluruh tubuh Nyeri pada tubuh dikeluhkan berupa nyeri otot, nyeri sendi,
nyeri punggung, nyeri ulu hati dan nyeri pada bola mata yang semakin meningkat.
2.3.4. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan
peningkatan ekspansi geografis ke negara- negara baru dan, dalam dekade ini, dari
kota ke lokasi pedesaan.21 Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wilayah
tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia.
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah
perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain
Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi
diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan
mengakibatkan 22. kematian setiap tahun; di perkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40
persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi
virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat. Jumlah kasus DBD tidak pernah
menurun di beberapa daerah tropic dan subtropik bahkan cenderung terus
meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak, dan 90% di antaranya
menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi
KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan
jumlah penderita 79. orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih.23,24 Pada
tahun- tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun
secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008
sebanyak 137. orang dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR)
0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154. orang dengan kematian 1.384 orang
atau CFR 0,89%.25.Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk
subgenus Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai
vektor primer dan Aedes polynesiensis, Aedes cutellaris serta Aedes (Finlaya) niveus
sebagai vektor sekunder, selain itu juga terjadi penularan transsexual dari
nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta penularan transovarial
dari induk nyamuk ke keturunannya. 21 Ada juga penularan virus dengue melalui
transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal dari
penderita asimptomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi
adalah penularan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik
(di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsic
(dalam tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.
Penderita DBD yang tercatat selama ini tertinggi adalah pada kelompok umur <15 tahun
(95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya peningkatan proporsi penderita
pada kelompok umur 15 - 44 tahun, sedangkan proporsi penderita DBD pada
kelompok umur >45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar
3,64%. Munculnya kejadian DBD, dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya
kesakitan karena berbagai faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus
dengue), host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan
berkembang biaknya nyamuk Aedes tempat penampungan air, barang-barang bekas yang
bisa menjadi genangan air saat musim hujan dan lain sebagainya.
2.3.5. Penatalaksanaan DBD
Seseorang yang diduga menderita Demam Dengue (DD) atau DBD sebaiknya
dirawat ditempat terpisah dengan yang lain.8 Penderita dirawat dikamar yang bebas dari
nyamuk dan dianjurkan untuk diberi kelambu. Pengobatan DBD bersifat suportif.
Penatalaksanaan didasarkan atas adanya perubahan fisiologis berupa perembesan plasma
dan perdarahan. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau
lebih anggota keluarga diduga terkena DBD yaitu dengan memberikan minum sebanyak-
banyaknya Sebaiknya minum air yang sudah dimasak, seperti air susu, air teh, atau oralit.
Untuk menurunkan demam bisa dilakukan dengan memberikan kompres hangat dan
memberikan obat penurun panas dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mg/Kg
berat badan dalam sehari dan untuk dewasa 3x1 tablet setiaphari.2,8 Selainitu dianjurkan
untuk Memeriksakan Pelayanan Kesehatan, Seperti Dokter, Perawat, Bidan, Atau Ke
Puskesmas /Rumah Sakit Terdekat .
2.3.6. Cara Penularan
Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus dengue dalam
darah selama 4–7 hari mulai 1–2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung
nyamuk. Selanjutnyavirus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira–kira 1 minggu setelah menghisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi
eksentrik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh
karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue ini menjadi penular
(infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk
(menggigit), sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat
tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus
dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Akibat infeksi virus DBD, orang yang
kemasukan virus dengue, maka dalam tubuhnya akan terbentuk zat anti (antibody)
yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk.
2.3.7 Etiologi dan Penularan
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang
termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviruses) atau virus yang disebarkan
oleh artropoda.14,8 Virus tersebut masuk dalam genus Flavivirus, dan family
Flaviviridae. Virus tersebut mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4.8,15 Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Serotipe tersebut dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia,
terutama didaerah endemik.
2.3.8 Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewa gigitan nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes albopictus. Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapathidup didalam
sel hidup. Virus dengue masuk kedalam tubuh kemudian mencapai sel target yaitu
makrofag. Sebelum mencapai sel target maka respon immune non-spesifik dan spesifik
tubuh akan berusaha menghalanginya. Aktivitas komplemen pada infeksi virus dengue
diketahui meningkat menyebabkan terjadinya kenaikan permeabilitas kapiler celah
endotel melebar lagi. Akibat kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler
ke extravaskuler dan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma seperti
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, asites, penebalan dinding vesica fellea dan
syok hipovolemik. Kenaikan permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya
hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya (Kemenkes, 2010).
2.3.9 Ciri-Ciri Dan Cara Penularan
a Cara Penularan (DBD).
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue yaitu
manusia, virus dan faktor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperang.
Nyamuk aedes tersebut dapat mengudang virus dengue pada saat mengigit manusia yang
sedang mengalami penurunan kekebalan tubuh. Kemudian virus yang berada di kelenjar luar
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum ditularkan
kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina
dapat ditularkan kepada telurnya (transovariantransmision), namun perannya dalam
penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh
nyamuk, Nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Tubuh
manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsicincubation period) sebelum
menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2007).
2.3.10 Diagnosis Demam Berdarah Dengue :WHO (1999), dalam Ginanjar, (2008) mengungkapkan terdiri dari dua kriter diia dalam
menegakkan diagnosa Demam Berdarah Dengue (DBD):
a Kriteria klinis.
1 Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas, suhu biasanya tinggi (>39 C) dan
menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin setinggi 40-41
2 Terdapat menifestasi perdarahan hati dan syok.
3 Ketidaknyamanan epigastrik, nyeri tekan pada mergin kosta kanan, dan nyeri
abdominal generalisata umum terjadi ( WHO, 1999).
b Kriteria laboratorium.
1 Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm).
2 Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit >20% (Ginanjar,
2008).
2.3.11 Derajat Demam Berdarah Dengue DBDDerajat DBD dikelompokan dalam empat derajat (pada setiap derajat ditemukan
trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu :
a Derajat I.
Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala perdarahan adalah
uji tourniguet positif.
b Derajat II.
Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah perdarahan spontan, biasanya dalam
bentuk perdarahan di bahwa kulit atau bentuk perdarahan lainnya.
c Derajat III.
Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah,
menyembitnya tekanan nadi (<20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin
dan lembab serta menjadi gelisah.
d Derajat IV.
Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah (Ginanjar, 2008).
e Epidemiologi :
Infeksi virus dengue telah ada ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang dilaporkan
oleh Bylon, seorang dokter berkembangsaan Belanda. Infeksi virus dengue di asia tenggara
hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian, tetapi sejak
tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan menifestasi klinis berat,
yaitu DBD yang ditemukan di manila, Filipina. Kemudian menyebar ke negara lain seperti
Thailand, Vietnam, Malaysia, Dan Indonesia (Depkes R.I., 2007).
Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai di Surabaya pada
tahun 1968 dan Jakarta pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di
Bandung Dan Yogyakarta (1972). Tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh 27 propinsi
di Indonesia. Saat ini DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun 1975
penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan ( Rezaki, S dan Hindra, I, 1999).Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang dapat menyebabkan kematian
dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Flavivirus. Infeksi oleh satu serotipe
virus dengue menyebabkan terjadinya kekebalan yang lama terhadap serotipe virus
tersebut. Pada waktu terjadi epidemi di dalam darah seorang penderita dapat beredar lebih
dari satu serotipe virus dengue. Dengue ditularkan oleh genus Aedes, nyamuk yang
tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Virus dengue ditularkan dari
seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk Aedes (Soedarto, 2012).
Menurut CDC (2003) yang dikutip dari Sembel (2009), endemik demam dengue
pertama dilaporkan terjadi secara simultan pada 1779-1780 di Asia, Afrika, dan Amerika
Utara. Hal ini menunjukkan bahwa virus dan vektor penyakit ini memiliki penyebaran
yang luas di daerah tropis selama lebih dari 200 tahun. Distribusi penderita DBD dapat
digolongkan.
2.3.12 Gejala Klinis DBD
Gambaran klinis DBD biasanya tergantung pada umur penderita. Pada
penderita bayi dan anak -anak biasanya ditandai dengan demam dan ditemukan
ruam makulopopular. Pada dewasa biasanya hanya demam ringan, atau mendadak
demam tinggi, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang kepala, nyeri otot dan
sendi serta ruam. Selain itu, tidak jarang juga ditemukan adanya perdarahan kulit,
biasanya leukopeni atau trombositopeni bahkan tidak jarang demam dengue disertai
dengan adanya perdarahan hebat. Diagnosis DBD bisa ditegakkan berdasarkan criteria
diagnosis WHO 1997, yang terdiri dari criteria klinis dan kriteria
laboratorium. Penggunaan criteria ini dngan maksud untuk mengurangi adanya
diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis). Kriteria klinis atau gejala utama DBD ada 4:
yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Keempat
gejala tersebut adalah sebagai berikut: 1 Demam
Penyakit DBD dimulai dengan adanya demam tinggi yang terjadi secara
mendadak, terus menerus, berlangsung selama 2-7 hari, naik turun dan tidak
mempan dengan obat antipiretik. Suhu tubuh bisa mencapai 40°C dan dapat
juga terjadi kejang demam. Ahir fase demam inilah yang merupakan fase
kritis dari DBD. Pada saat demam mulai menurun dan pasien tampak
sembuh, hati-hati karena pada fase ini dapat terjadi sebagai awal kejadian
syok. Biasanya terjadi pada hari ketiga dari demam. Pada hari ketiga
sampai hari kelima adalah fase kritis yang harus dicermati, dan hari
keenam dapat terjadi syok.
2.3.13 Tanda- tanda perdarahan
Penyebab terjadinya perdarahan pada penderita DBD adalah adanya
vaskulopati, trombositopenia, dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi
intravaskuler yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah
perdarahan pada kulit ditandai dengan uji tornikuet (uji Rumple Leede /uji bendung)
positif, adanya petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Tanda
perdarahan yang paling sering ditemukan adalah adanya petekie. Tanda ini muncul
pada hari-hari pertam demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ketiga
sampai kelima demam. Tanda petekie dan adanya bekas gigitan nyamuk sulit
dibedakan. Untuk membedakannya dapat dilakukan dengan menekan pada bintik-
bintik yang dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris trsansparan, jika
bintik merah menghilang berarti bukan petekie. Tidak semua tanda perdarahan
terjadi pada seseorang yang menderita DBD. Perdarahan yang paling ringan adalah
adanya uji tornikuet positif yang berarti fragilitas kepiler meningkat. Hal itu juga
dapat dijumpai pada penyakit virus lain (misalnya campak, demam chikungunya), infeksi
bakteri (tyifus abdominalis) dan lain-lain. Bentuk perdarahan lain yaitu dapat beruoa
keluarnya darah dari hidung (epistaksis) dan perdarahan pada saluran pencernaan.
Perdarahan pada saluran pencernaan misalnya muntah darah dan buang air besar (BAB)
darah.a Hepatomegali (pembesaran hati)
Pembesaran hati pada umumnya ditemukan padapermulaan penyakit.
Pembesaran bervariasi dari yang hanya sekedar dapat ditaba sampai 2-4 cm di
bawah lengkungan iga kanan. Proses pembesaran hati ini dapat meramalkan
adanya perjalanan penyakit DBD.
b Syok
Pada kasus ringan dan sedang, setelah demam, semua tanda dan gejala klinis
menghilang. Demam menurun disertai dengan keluarnya keringat, perubahan
denyut nadi, dan disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini menunjukkan
adanya gejala gangguan pada sirkulasi akibat dari pembesaran plasma yang
dapat bersifat ringan atau sementara. Kriteria laboratorium meliputi trombosit
openi dan hemokonsentrasi. Trombositopeni dapat dilihat ketika jumlah tromnbosit
kurang dari 100.sedangkan hemokonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan
hematokrit sebanyak 20% atau lebih.2,3
2.3.14 Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Upaya pencegahan penyakit DBD dilakukan secara terorganisir di desa
dan di kota. Upaya pencegahan yang telah dilakukan antara lain dengan
melakukan penyuluhan dan pendeidikan kesehatan kepada masyarakat,
penyelidikan epidemiologi oleh 24 jam petugas, pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), dan pemeriksaan jentik berkala (PJB).2.3.15 Kejadian Demam Berdarah Dengue
Distribusi penderita DBD menurut Thomas Suroso (2000), adapat digolongkan
menjadi
a Distribusi menurut umur, jenis kelamin dan ras Berdasarkan data kasus DBD yang dikumpulkan di Ditjen P2M &PLP
dari tahun 1968 – 1984 menunjukkan bahwa 90% kasus DBD terdiri dari
anak berusia kurang dari 15 tahun. Rasio perempuan dan laki-laki adalah
1,34 Data penderita klinis DHF/DSS yang dikumpulkan di seluruh
Indonesia tahun 1968 – 1973 menunjukkan 88% jumlah penderita adalah
anak-anak dibawah 15 tahun. Faktor ras pada penderita demam berdarah
di Indonesia belum jelas pengaruhnya. b Distribusi menurut waktu
Dari data–data penderita klinis DBD/ DSS 1975–1981 yang dilaporkan di
Indonesia diperoleh bahwa musim penularan demam berdarah umumnya
terjadi pada awal musim hujan (permulaan tahun dan ahir tahun). Hal
ini dikarenakan pada musim hujan vector penyakit meningkat
populasinya dengan bertambahnya sarang- sarang nyamuk di luar rumah
sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih, sedang pada
musim kemarau Aedes aegypti bersarang di bejana-bejana yang selalu
terisi oleh air.c Distribusi menurut tempat
Daerah yang terjangkit demam berdarah pada umunya adalah kota/
wilayah yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan di kota atau
wilayah yang padat penduduk rumah- rumahnya saling berdekatan,
sehingga lebih memungkinkan penularan penyakit demam berdarah ,
mengingat jarak terbang Aedes aegypti yang terbatas ( 50-100 m ). Di
Indonesia daerah yang terjangkit terutama kota, tetapi sejak tahun 1975
penyakit ini juga terjangkit di daerah sub urban maupun desa yang
padat penduduknya dan mobilitas tinggi.