BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pemberantasan ...

27
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pemberantasan Sarang Nyamuk 2.2.1 Pengertian Pemberantasan Sarang Nyamuk Pengertian Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan PSN DBD dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga dapat mengurangi adanya penularan penyakit DBD. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Kegiatan PSN di lakukan di semua tempat baik di rumah maupun di tempat-tempat umum. Kegiatan PSN di rumah dilakukan oleh semua anggota keluarga, sedangkan di tempat-tempat umum dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk atau pengelola tempat -tempat umum. Kegiatan PSN dilakukan di lingkungan dimana nyamuk tersebut dapat berkembang biak, seperti di selokan, kolam ikan dan lain sebagainya. Ukuran keberhasilan kegiatan PSN ini dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih dari atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat berkurang. 8 - Kegiatan PSN tidak hanya dilakukan dengan melakukan pemberantasan nyamuk dewasa tetapi juga pemberantasan jentik nyamuk. Kegiatan PSN tidak hanya dilakukan dengan melakukan pemberantasan nyamuk dewasa tetapi juga pemberantasan jentik Nyamuk. Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan atau fogging dengan insektisida, sedangkan pemberantasan jentik nyamuk bisa dilakukan melalui tiga cara, yaitu fisik, kimia, dan biologi. Cara fisik dilaksanakan dengan prinsip 3M, yang meliputi menguras dan menyikat tempat penampungan air, serta mengubur

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pemberantasan ...

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pemberantasan Sarang Nyamuk

2.2.1 Pengertian Pemberantasan Sarang NyamukPengertian Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan yang

dilakukan untuk memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk Aedes aegypti.

Kegiatan PSN DBD dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti,

sehingga dapat mengurangi adanya penularan penyakit DBD. Kegiatan Pemberantasan

Sarang Nyamuk Kegiatan PSN di lakukan di semua tempat baik di rumah maupun di

tempat-tempat umum. Kegiatan PSN di rumah dilakukan oleh semua anggota

keluarga, sedangkan di tempat-tempat umum dilakukan oleh petugas yang telah

ditunjuk atau pengelola tempat -tempat umum. Kegiatan PSN dilakukan di lingkungan dimana nyamuk tersebut dapat

berkembang biak, seperti di selokan, kolam ikan dan lain sebagainya. Ukuran

keberhasilan kegiatan PSN ini dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ).

Apabila ABJ lebih dari atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat

berkurang. 8 - Kegiatan PSN tidak hanya dilakukan dengan melakukan pemberantasan

nyamuk dewasa tetapi juga pemberantasan jentik nyamuk. Kegiatan PSN tidak hanya

dilakukan dengan melakukan pemberantasan nyamuk dewasa tetapi juga pemberantasan

jentik Nyamuk. Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan atau

fogging dengan insektisida, sedangkan pemberantasan jentik nyamuk bisa dilakukan

melalui tiga cara, yaitu fisik, kimia, dan biologi. Cara fisik dilaksanakan dengan prinsip

3M, yang meliputi menguras dan menyikat tempat penampungan air, serta mengubur

dan menyingkirkan barang - barang bekas yang dapat menampung air hujan. Cara

kimia dilakukan dengan cara memberantas jentik nyamuk menggunakan insektisida

pembasmi jentik (larvasida), sedangkan cara biologi misalnya dengan memelihara ikan

pemakan jentik. Kegiatan PSN yang lain yaitu dengan 3M plus. Kegiatan 3M Plus

merupakan kegiatan PSN yang meliputi 3M dan dapat juga ditambah dengan kegiatan

lain.Kegiatan lain tersebut antara lain mengganti air vas bunga, t empat minum burung

dan tempat- tempat lain setiap seminggu sekali. memperbaiki saluran air yang tidak

lancer, menutup potongan pohon/ bamboo, menaburkan bubuk abate, memasang kawat

kasa, menghindari kebiasaan menggantung pakaian, mengupayakan pencahayaan dan

ventilasi yang memadai, menggunakan kelambu dan memakai obat yang dapat mencegah

gigitan nyamuk. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Winarsih tahun 2013, menyatakan

bahwa ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dengan kejadian

Demam Berdarah Dengue. Menunjukkan bahwa responden yang tidak menguras

tempat penampungan air mempunyai resiko 3,8 kali lebih besar menderita DBD

dari pada responden yang menguras tempat penampungan air. Pengurasan tempat-

tempat penampungan air perlu di lakukan secara teratur sekurang - kurangnya

seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada

saat ini telah dikenal pula istilah, 3M plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila

PSN dilakukan oleh seluruh masyarakat, maka populasi Nyamuk Aedes aegypti dapat

ditekan serendah -rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi.Tempat penampungan air yang tertutup dapat mencegah nyamuk untuk

bersarang dan bertelur dibandingkan dengan tempat penampungan air yang

kondisinya terbuka. Sistem penyediaan air di masyarakat baik yang melalui perpipaan

maupun sumber lain seperti sungai, sumur gali, sumur pompa, masih memerlukan

tempat penampungan air baik besar maupun kecil berupa ember, drum, maupun bak

permanen.Tempat penampungan air ini juga merupakan media yang cukup di

sukai oleh nyamuk Aedes aegypti. untuk berkembang biak. Dengan cara menutup

berarti kita tidak menyediakan tempat hidup bagi perkembangan nyamuk

Aedes aegypti. Dengan cara menguras berarti berarti kita telah memutus

siklus hidup nyamuk sehingga populasi nyamuk dewasa semakin lama akan

habis. Cara penutupan tempat penampungan air cukup efektif seperti yang kini telah

dilakukan di Thailand. Tempat perkembangabiakan nyamuk selain di tempat

penampungan air juga pada container (barang bekas) yang memungkinkan air hujan

tergenang yang tidak beralaskan tanah. Barang- barang bekas yang tidak beralaskan tanah

sangat disenangi oleh perkembang biak jentik nyamuk DBD, tempat-t empat tersebut

seperti kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang

dibuang di sembarang tempat. Penutupan barang -barang bekas yang bisa menjadi

tempat penampungan air, akan sangat efektif mencegah perkembangbiak jentik

nyamuk.2.2.2 Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti

Aedes Aegypti berukuran lebih kecil jika di bandingkan dengan rata –rata

nyamuklain, mempunyai warna dasar yang hitam kecoklatan. Terdapat bintik –

bintik putih pada bagian- bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal

dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran

lira (lire-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum) terdapat dua garis

melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan. Ukuran tubuh nyamuk Aedes

Aegypti antara 4-13 cm, dengan mengabaikan panjang kakinya.1,23 Nyamuk jantan

dan betina tidak memiliki perbedaan nyata dalam hal ukuran. Biasanya nyamuk

jantan umumnya lebih kecil dari betina dan terdapat rambut - rambut tebal pada

antenna nyamuk jantan.

2.2.3 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegyti

Nyamuk Aedes aegypti disebut black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai

dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar hitam. Klasifikasi nyamuk

Aedes aegypti termasuk dalam Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Bangsa Diptera, Suku

Culiciadae, Marga Aedes dan Jenis Aedes aegypti. Masa pertumbuhan dan

perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu telur, larva,

pupa dan dewasa sehingga termasuk metamorphosis sempurna (holometrabola).

a Telur

Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-

0,8 mm, permukaan poligonal dan berada pada benda-benda yang terapung atau pada

bagian dinding bagian dalam tempat penampungan air. Sebanyak 85 telur nyamuk

melekat di dinding temapat penampungan air dan15% lainnya jatuh ke permukaan.

b Larva

Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu

sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan

perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk

berturut-turut disebut larvanistar I, II, III dan IV. Pada bagian kepala larva terdapat

sepasang mata majemuk, Sepanjang antena tanpa duri dan alat-alat mulut tipe

pengunyah. Bagian dada larva tampak paling besar da n terdapat bulu-bulu yang

simetris. Perut tersusun atas 8 ruas, ruas perut ke-8 ada alat untuk bernafas yang

disebut corong pernafasan atau siphon. Siphon tanpa duri, berwarna hitam dan ada

berkas bulu -bulu (tuft). Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan berkas bulu-bulu sikat

(brush) di bagian vetral dan gigi -gigi sisir (comb) yang berjumlah 15-19 gigi yang

tersusun dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi.

Larva ini bertubuh langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif

dan pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang

permukaan air.

c Pupa

Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok dengan bagian kepala dada

(cephalothorax) lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya sehingga

tampak seperti tanda baca koma. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat

bernafas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat penggayuh

yang berguna untuk berenang, alat penggayuh tersebut berjumbai panjang dan

bulu di nomor7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Gerakan pupa lebih lincah dari

pada larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air.

d Nyamuk dewasa

Nyamuk Aedes aegypti tersusun atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang berbulu.

Alat mulut nyamuk Aedes aegypti betina tipe penusuk- penghisap (piercing-

sucking) dan temasuk lebih menyukai darah manusia (anthropophagus) dan

mempunyai antene tipe pilose, Sedangkan nyamuk Aedes aegypti jantan bagian

mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu

lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus) dan mempunyai antene tipe

plumose.

Dada nyamuk Aedes aegypti terdiri dari 3 ruas yaitu porothorax,mesothorax dan

metaphorax. Setiap ruas dada terdapat sepasang kakiyang terdiri dari femur (paha),

tibia (betis) dan tarsus (tampak). Pada ruas- ruas kaki ada gelang –gelang putih,

tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang- gelang putih. Pada

bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda –noda hitam. Bagian

punggung (mesontum) ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk

membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti berupa

sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian

ditengahnya. Perut nyamuk Aedes aegypti terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas

tersebut terdapat bintik –bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes

aegypti tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang di hinggapinya.

2.2.4. Distribusi Aedes Aegypti

Nyamuk Ae. Aegypti merupakan spesias nyamuk yang ditemukan didaerah

tropis dan subtropis, Ae. Aegypti ditemukan di daerah perkotaan, pinggiran kota,

dan pedesaan. Distribusi Aedes aegyti terdiri dari sebagai berikut : 1 Ketinggian

Ketinggian merupakan faktor yang membatasi penyebaran nyamuk Aedes.

Keberadaan Aedes di Asia Tenggara.

2 Perilaku Istirahat Nyamuk Aede ssering beraktifitas di dalam rumah, suka beristirahat di

tempat gelap dan lembab.

5 Tempat Potensial Bagi Penularan Demam Berdarah Dengue

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk

penularnya. Oleh karena itu tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah.

Meningkatnya kasus penyakit DBD dengan adanya keberadaan kontainer air

sebagai tempat perindukan nyamuk maka diperlukan pengelolaan kontainer secara

benar sehingga dapat mengurangi resiko penyebaran. Salah satu kegiatan yang

dianjurkan dalam pelaksanaan PSN adalah pengurasan TPA dalam 1 minggu sekali.

Tempat penampungan air yang selalu dikuras dengan teratur setiap minggu akan

menyebabkan kelangsungan hidup nyamuk dengan siklus hidup yang berlangsung sekitar

seminggu menjadi terganggu. Sedangkan tempat penampungan air yang tidak dikuras

secara teratur dapat menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup nyamuk.

Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa. sering menguras tempat penampungan

air mempunyai resiko lebih besar menderita Demam Berdarah Dengue Kebiasaan

Menutup Air.6 Ciri – Ciri Aedes aegypti :

1 Siklus Hidup Nyamuk : telur jentik kepompong nyamuk. Perkembangan

dari telur sampai menjadi nyamuk ± 9 – 10 hari.2 Sifat – sifat telur nyamuk Aedes aegypti Setiap nyamuk betina kali bertelur,

keluarkan ± 100 butir yang diletakkan satu – satu pada dinding bejana.3 Telur warna hitam dengan ukuran ± 0,8 mm, di tempat kering (tanpa air) dapat

bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu

kurang dari 2 hari setelah terendam air.4 Sifat – sifat jentik Aedes aegypti Jentik yang menetas dari telur akan tumbuh

menjadi besar, panjang Selalu bergerak aktif dalam air.

2.2.7 Pemberantasan Nyamuk :

a Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus meliputi:

Menurut Soedarto(2009), pencegahan terhadap penularan DBD dapat dilakukan dengan

pemberantasan larva dan nyamuk Aedes aegypti dewasa. Pemberantasan nyamuk Aedes

aegypti dewasa merupakan cara terbaik mencegah penyebaran virus Dengue. Selain itu,

repellen dapat digunakan untuk mencegah gigitan nyamuk.

b Pemberantasan Nyamuk Dewasa.

Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), pemberantasan nyamuk dewasa dapat dilakukan

dengan cara penyemprotan (pengasapan atau pengabutan, yang sering disebut dengan

istilah fogging) dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat digunakan

antara lain insektisida golongan. membatasi penularan virus dengue, penyemprotan

dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu. Dan waktu singkat, penyemprotan dapat

membatasi penularan virus dengue, akan tetapi jentiknya agar populasi nyamukpenular

dapat ditekanserendah-rendahnya (Depkes RI, 2005).

c Pemberantasan Larva atau Jentik.

MenurutDepkes RI (2005), pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal

dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di

lakukan dengan cara:

1 Menguras

Tempat Penampungan Air (TPA) seperti bak mandi, bak WC dan lain-lain seminggu

sekali secara teratur untuk mencegah perkembang biakkan nyamuk di tempat tersebut.

Pengurasan Tempat Penampungan Air (TPA) perlu dilakukan secara teratur sekurang-

kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat tersebut

2 Menutup

Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, ember, dan lain-lain)

3 Mengubur

Menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas seperti (kaleng, ban, dan lain-

lain) yang dapat menampung air hujan.Selain itu, ditambah dengan cara lain.

2.2.8 Ekologi dan BionomiTelur, larva dan pupa nyamuk Aedes aegypti tumbuh dan berkembang di dalam

air. Genangan yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan

air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut container atau tempat

penampungan air bukan genangan air di tanah. Tempat perindukan nyamuk Aedes

aegypt i berupa genangan airyang tertampung di suatu wadah disebut kontainer

yang bukan genanganair di permukaan tanah. Kontainer dibedakan menjadi 3

macam yaitu :

a Tempat penampungan air yang bersifat tetap (TPA) Penampungan ini biasanya

dipakai untuk keperluan rumahtangga sehari -hari, pada umumnya keadaan air

jernih, tenang dan tidak mengalir seperti bak mandi, bak WC, ember dan lain-lain.

b Bukan tempat penampungan air (non TPA).

Kontainer atau wadah yang bisa menampung air tetapi bukanuntuk sehari –hari

seperti tempat minum hewan piaraan, barang bekas(ban, kaleng, botol, pecahan

piring / gelas), vas atau tempat pot tanaman.

c Tempat perindukan alami.

Wadah atau tempat yang tidak berfungsi sebagai tempat penampungan air

tetapi secara alami dapat menampung air seperti potongan bambu, lubang pagar,

pelepah daun dan bekas tempurung kelapa yang berisi air. Tempat istirahat yang

disenangi nyamuk Aedes aegypti adalah tempat yang gelap, lembab dan sedikit

dingin seperti pada semak-semak yang ada di luar rumah atau baju -baju

bergantungan.

2.2.9 Siklus HidupTelur nyamuk Aedes aegypti di dalam air dengan suhu 20-40c akan menetas

menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan

larva dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain temperatur tempat, keadaan air

dan kandungan zat makanan yang ada di dalam perindukan. Pada kondisi optimum

larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi

nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi perkembangan dan pertumbuhan telur,

larva, pupa sampai nyamuk dewasa memelukan waktu kurang lebih 7-14 hari.

2.2.10. Lingkungan HidupNyamuk Aedes aegypti bersifat urban hidup di perkotaan dan lebih sering

hidup di dalam dan di sekitar rumah dan sangat erat kaitannya dengan manusia.

Jarak terbang rata - rata nyamuk Aedes aegypti adalah sekitar 100 m tetapi dalam

keadaan tertentu nyamuk ini dapat terbang sampai beberapa kilometer dalam

usahanya untuk mencari tempat perindukan untuk meletakan telurnya. Hubungan

Antara Nyamuk Aedes aegypti dan Virus Dengue. Nyamuk Aedes aegypti dapat

mengandung virus dengue bila menghisap darah penderita Demam berdarah Dengue.

Virus ini kemudian masuk ke dalam intestinum dan masuk ke dalam hemocoelum

bereplikasi dan akhirnya masuk ke kelenjar air liur kemudian ditularkan lewat gigitan.

Fase ini disebut extrinsic incubation period yang memerlukan waktu 7-14 hari. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan yang dilakukan untuk

memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk Aedes aegypti. 11 Kegiatan PSN DBD

dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga dapat

mengurangi adanya penularan penyakit DBD. Kegiatan Pemberantasan Sarang

Nyamuk Kegiatan PSN di lakukan di semua tempat baik di rumah maupun di tempat-

tempat umum. Kegiatan PSN di rumah dilakukan oleh semua anggota keluarga,

sedangkan di tempat-tempat umum dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk atau

pengelola tempat-tempat umum. Kegiatan PSN dilakukan di lingkungan dimana nyamuk

tersebut dapat berkembang biak, seperti di selokan, kolam ikan dan lain

sebagainya.12 Ukuran keberhasilan kegiatan PSN ini dapat diukur dengan Angka

Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih dari atau sama dengan 95% diharapkan

penularan DBD dapat berkurang.Kegiatan PSN tidak hanya dilakukan dengan melakukan pemberantasan nyamuk

dewasa tetapi juga pemberantasan jentik nyamuk. Pemberantasan nyamuk dewasa

dilakukan dengan cara pengasapan atau fogging dengan insektisida, sedangkan

pemberantasan jentik nyamuk bisa dilakukan melalui tiga cara, yaitu fisik, kimia, dan

biologi. Cara fisik dilaksanakan dengan prinsip 3M, yang meliputi menguras dan

menyikat tempat penampungan air, serta mengubur dan menyingkirkan barang-

barang bekas yang dapat menampung air hujan. Cara kimia dilakukan dengan

cara memberantas jentik nyamuk menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida),

sedangkan cara biologi misalnya dengan memelihara ikan pemakan jentik.

Kegiatan PSN yang lain yaitu dengan 3M plus. Merupakan kegiatan PSN yang

meliputi 3M dan dapat juga ditambah dengan kegiatan lain. Kegiatan lain tersebut

antara lain mengganti air vas bunga, tempat minum burung dan tempat-tempat lain

setiap seminggu sekali. memperbaiki saluran air yang tidak lancar: menutup potongan

pohon/ bambu; menaburkan bubuk larvasida; memellihara ikan pemakan jentik;

memasang kawat kasa; menghindari kebiasaan menggantung pakaian; mengupayakan

pencahayaan dan ventilasi yang memadai; menggunakan kelambu dan memakai

obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Winarsih tahun 2013, menyatakan bahwa ada hubungan antara menguras tempat

penampungan air dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan

bungurasih Mungkur Kota Surabaya bahwa responden yang tidak menguras tempat

penampungan air mempunyai resiko 3,43. kali lebih besar menderita DBD dari pada

responden yang mengurastempat penampungan air. Pengurasan tempat -tempat

penampungan air perlu di lakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu

sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada saat ini

telah dikenal pula istilah 3M plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD

dilakukan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat

ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Tempat

penampungan air yang tertutup dapat mencegah nyamuk untuk bersarang dan bertelur

dibandingkan dengan tempat penampungan air yang kondisinya terbuka. Sistem

penyediaan air di masyarakat baik yang melalui perpipaan maupun sumber lain

seperti sungai, sumur gali, sumur pompa, masih memerlukan tempat penampungan

air baik besar maupun kecil berupa ember, drum, maupun bak permanen. Tempat

penampungan air ini juga merupakan media yang cukup di sukai oleh nyamuk

Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Dengan cara menutup berarti kita tidak

menyediakan tempat hidup bagi perkembangan nyamuk Aedes aegypti. Dengan cara

menguras berarti berarti kita telah memutus siklus hidup nyamuk sehingga populasi

nyamuk dewasa semakin lama akan habis. Cara penutupan tempat penampungan air

cukup efektif seperti yang kini telah dilakukan di Thailand. Tempat perkembang biakan

nyamuk selain di tempat penampungan air juga pada container (barang bekas) yang

memungkinkan air hujan tergenang yang tidak beralaskan tanah.Barang–barang bekas yang

tidak beralaskan tanah sangat di senangi oleh perkembangbiakan jentik nyamuk DBD,

tempat - tempat tersebut seperti kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik,

dan lain-lain yang di buang di sembarang tempat. Penutupan barang-barang bekas yang

bisa menjadi tempat penampungan air, akan sangat efektif mencegah

perkembangbiakan jentik nyamuk.

2.2.11 Keberadaan Jentik Nyamuk Ae. aegyptiKeberadaan jentik nyamuk Ae. Aegyptidi suatu wilayah merupakan Indicator

terdapatnya populasi nyamuk Ae. aegypti di wilayah tersebut. MenurutDepkesRI (2005b),

apabila Angka Bebas Jentik (ABJ) < 95% atau House Indeks(HI) > 5%, berarti di tempat

tersebut terdapat populasi nyamuk penular DBD.Tingginya tingkat kepadatan nyamuk Ae.

aegypti akan meningkatkanresikopenularan virus dengue. Selama jentik yang ada di

tempat-tempat perindukantidak diberantas, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang

menetas dan penularanvirus dengue akan terulang kembali (Depkes RI, 2005b, 2007).

Hasil penelitian Widia (2009), di Kelurahan Ploso, Kecamatan Pacitan,menemukan bahwa

keberadaan jentik dalam container secara statistik mempunyaihubungan yang

bermakna dengan kejadian DBD dengan nilai p = 0,001.Demikian juga halnya dengan

penelitian yang dilakukan oleh Usman (2002) diBandar Lampung yang dipublikasikan

pada tahun 2004, menemukan bahwapenghuni rumah dengan TPA berjentik mendapatkan

resiko terjadinya DBDsebesar 5,2 kali lebih besar disbanding penghuni rumah dengan

TPA tidakberjentik.Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Ae. Aegypti di

suatuwilayah,dilakukan survey jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan

terhadapsemua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 (seratus) rumah

yangdiperiksa dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik.Metode

Surveijentik dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu (Depkes RI, 2005).

2.3 Konsep dasar penyakit Demam Berdarah Dengue

2.3.1 Pengertian :

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti betina. Demam Berdarah

Dengue yang selanjutnya disingkat DBD adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus. Demam Berdarah Dengue/ DBD (Dengue Haemorrhagic Fever/

DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi

klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,

limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Demam berdarah adalah

penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk

Aedes Aegypti. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan

menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus

dengue, masing -masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun

fatal.16,17, Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit menular yang

timbulnya mendadak secara cepat dalam waktu relatif singkat yang sangat

berbahaya dan mematikan serta sampai saat ini belum diketemukan vaksin

pencegahnya. Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) sekitar

antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada

hari keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam

tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari.

2.3.2 Penyebab penyakit demam berdarah Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus, famili Flaviviridae,

genus flavivirus. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single standar RNA. Virion-

nya terdiri dari nucleocapsid dengan bentuk kubus simetris dan terbungkus dalam

amplop lipoprotein. Genome (rangkaian kromosom) virus Dengue berukuran panjang

sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga gen protein struktural yaitu nucleocapsid atau protein

core (C), membrane-associated protein (M) dan suatu protein envelope (E) serta gen

protein non struktural Terdapat empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3

dan DEN-4. Ke empat serotype virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia.

Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan

kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh

Dengue2, Dengue-1 dan Dengue-Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe

tersebut diatas, akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang

bersangkutan. Meskipun keempat serotipe virus tersebut mempunyai daya antigenis yang

sama namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa

bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari mereka (Kemenkes, 2016).

2.3.3. Tanda dan Gejala DBD

a Demam

Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat yakni antar 2-7 hari, yang dapat

mencapai 40 C. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan

(anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit di daerah

belakang bola mata (retro orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing) (Ginanjar,

2008).

b Tanda-tanda perdarahan

Seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit seperti tes rumpeleed

(+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar berdarah berwarna kehitaman (melena)

Ginanjar, 2008).

c Penderita infeksi virus dengue pada bentuk klinis demam berdarah dengue

selalu disertai tanda pendarahan setelah dilakukan test tourniquet.d Nyeri seluruh tubuh Nyeri pada tubuh dikeluhkan berupa nyeri otot, nyeri sendi,

nyeri punggung, nyeri ulu hati dan nyeri pada bola mata yang semakin meningkat.

2.3.4. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue

Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan

peningkatan ekspansi geografis ke negara- negara baru dan, dalam dekade ini, dari

kota ke lokasi pedesaan.21 Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wilayah

tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia.

Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah

perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain

Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi

diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan

mengakibatkan 22. kematian setiap tahun; di perkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40

persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi

virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat. Jumlah kasus DBD tidak pernah

menurun di beberapa daerah tropic dan subtropik bahkan cenderung terus

meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak, dan 90% di antaranya

menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi

KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan

jumlah penderita 79. orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih.23,24 Pada

tahun- tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun

secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008

sebanyak 137. orang dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR)

0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154. orang dengan kematian 1.384 orang

atau CFR 0,89%.25.Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk

subgenus Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai

vektor primer dan Aedes polynesiensis, Aedes cutellaris serta Aedes (Finlaya) niveus

sebagai vektor sekunder, selain itu juga terjadi penularan transsexual dari

nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta penularan transovarial

dari induk nyamuk ke keturunannya. 21 Ada juga penularan virus dengue melalui

transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal dari

penderita asimptomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi

adalah penularan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik

(di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsic

(dalam tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.

Penderita DBD yang tercatat selama ini tertinggi adalah pada kelompok umur <15 tahun

(95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya peningkatan proporsi penderita

pada kelompok umur 15 - 44 tahun, sedangkan proporsi penderita DBD pada

kelompok umur >45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar

3,64%. Munculnya kejadian DBD, dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya

kesakitan karena berbagai faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus

dengue), host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan

berkembang biaknya nyamuk Aedes tempat penampungan air, barang-barang bekas yang

bisa menjadi genangan air saat musim hujan dan lain sebagainya.

2.3.5. Penatalaksanaan DBD

Seseorang yang diduga menderita Demam Dengue (DD) atau DBD sebaiknya

dirawat ditempat terpisah dengan yang lain.8 Penderita dirawat dikamar yang bebas dari

nyamuk dan dianjurkan untuk diberi kelambu. Pengobatan DBD bersifat suportif.

Penatalaksanaan didasarkan atas adanya perubahan fisiologis berupa perembesan plasma

dan perdarahan. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau

lebih anggota keluarga diduga terkena DBD yaitu dengan memberikan minum sebanyak-

banyaknya Sebaiknya minum air yang sudah dimasak, seperti air susu, air teh, atau oralit.

Untuk menurunkan demam bisa dilakukan dengan memberikan kompres hangat dan

memberikan obat penurun panas dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mg/Kg

berat badan dalam sehari dan untuk dewasa 3x1 tablet setiaphari.2,8 Selainitu dianjurkan

untuk Memeriksakan Pelayanan Kesehatan, Seperti Dokter, Perawat, Bidan, Atau Ke

Puskesmas /Rumah Sakit Terdekat .

2.3.6. Cara Penularan

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan

sumber penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus dengue dalam

darah selama 4–7 hari mulai 1–2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit

nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung

nyamuk. Selanjutnyavirus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh

nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira–kira 1 minggu setelah menghisap darah

penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi

eksentrik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh

karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue ini menjadi penular

(infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk

(menggigit), sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat

tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus

dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Akibat infeksi virus DBD, orang yang

kemasukan virus dengue, maka dalam tubuhnya akan terbentuk zat anti (antibody)

yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk.

2.3.7 Etiologi dan Penularan

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang

termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviruses) atau virus yang disebarkan

oleh artropoda.14,8 Virus tersebut masuk dalam genus Flavivirus, dan family

Flaviviridae. Virus tersebut mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,

DEN-4.8,15 Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain

sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap

serotipe lain tersebut. Serotipe tersebut dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia,

terutama didaerah endemik.

2.3.8 Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewa gigitan nyamuk Aedes aegypti

atau Aedes albopictus. Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapathidup didalam

sel hidup. Virus dengue masuk kedalam tubuh kemudian mencapai sel target yaitu

makrofag. Sebelum mencapai sel target maka respon immune non-spesifik dan spesifik

tubuh akan berusaha menghalanginya. Aktivitas komplemen pada infeksi virus dengue

diketahui meningkat menyebabkan terjadinya kenaikan permeabilitas kapiler celah

endotel melebar lagi. Akibat kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler

ke extravaskuler dan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma seperti

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, asites, penebalan dinding vesica fellea dan

syok hipovolemik. Kenaikan permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya

hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya (Kemenkes, 2010).

2.3.9 Ciri-Ciri Dan Cara Penularan

a Cara Penularan (DBD).

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue yaitu

manusia, virus dan faktor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies

lain juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperang.

Nyamuk aedes tersebut dapat mengudang virus dengue pada saat mengigit manusia yang

sedang mengalami penurunan kekebalan tubuh. Kemudian virus yang berada di kelenjar luar

berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum ditularkan

kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina

dapat ditularkan kepada telurnya (transovariantransmision), namun perannya dalam

penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh

nyamuk, Nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Tubuh

manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsicincubation period) sebelum

menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2007).

2.3.10 Diagnosis Demam Berdarah Dengue :WHO (1999), dalam Ginanjar, (2008) mengungkapkan terdiri dari dua kriter diia dalam

menegakkan diagnosa Demam Berdarah Dengue (DBD):

a Kriteria klinis.

1 Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas, suhu biasanya tinggi (>39 C) dan

menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin setinggi 40-41

2 Terdapat menifestasi perdarahan hati dan syok.

3 Ketidaknyamanan epigastrik, nyeri tekan pada mergin kosta kanan, dan nyeri

abdominal generalisata umum terjadi ( WHO, 1999).

b Kriteria laboratorium.

1 Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm).

2 Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit >20% (Ginanjar,

2008).

2.3.11 Derajat Demam Berdarah Dengue DBDDerajat DBD dikelompokan dalam empat derajat (pada setiap derajat ditemukan

trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu :

a Derajat I.

Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala perdarahan adalah

uji tourniguet positif.

b Derajat II.

Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah perdarahan spontan, biasanya dalam

bentuk perdarahan di bahwa kulit atau bentuk perdarahan lainnya.

c Derajat III.

Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah,

menyembitnya tekanan nadi (<20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin

dan lembab serta menjadi gelisah.

d Derajat IV.

Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah (Ginanjar, 2008).

e Epidemiologi :

Infeksi virus dengue telah ada ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang dilaporkan

oleh Bylon, seorang dokter berkembangsaan Belanda. Infeksi virus dengue di asia tenggara

hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian, tetapi sejak

tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan menifestasi klinis berat,

yaitu DBD yang ditemukan di manila, Filipina. Kemudian menyebar ke negara lain seperti

Thailand, Vietnam, Malaysia, Dan Indonesia (Depkes R.I., 2007).

Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai di Surabaya pada

tahun 1968 dan Jakarta pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di

Bandung Dan Yogyakarta (1972). Tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh 27 propinsi

di Indonesia. Saat ini DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun 1975

penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan ( Rezaki, S dan Hindra, I, 1999).Demam

Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang dapat menyebabkan kematian

dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Flavivirus. Infeksi oleh satu serotipe

virus dengue menyebabkan terjadinya kekebalan yang lama terhadap serotipe virus

tersebut. Pada waktu terjadi epidemi di dalam darah seorang penderita dapat beredar lebih

dari satu serotipe virus dengue. Dengue ditularkan oleh genus Aedes, nyamuk yang

tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Virus dengue ditularkan dari

seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk Aedes (Soedarto, 2012).

Menurut CDC (2003) yang dikutip dari Sembel (2009), endemik demam dengue

pertama dilaporkan terjadi secara simultan pada 1779-1780 di Asia, Afrika, dan Amerika

Utara. Hal ini menunjukkan bahwa virus dan vektor penyakit ini memiliki penyebaran

yang luas di daerah tropis selama lebih dari 200 tahun. Distribusi penderita DBD dapat

digolongkan.

2.3.12 Gejala Klinis DBD

Gambaran klinis DBD biasanya tergantung pada umur penderita. Pada

penderita bayi dan anak -anak biasanya ditandai dengan demam dan ditemukan

ruam makulopopular. Pada dewasa biasanya hanya demam ringan, atau mendadak

demam tinggi, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang kepala, nyeri otot dan

sendi serta ruam. Selain itu, tidak jarang juga ditemukan adanya perdarahan kulit,

biasanya leukopeni atau trombositopeni bahkan tidak jarang demam dengue disertai

dengan adanya perdarahan hebat. Diagnosis DBD bisa ditegakkan berdasarkan criteria

diagnosis WHO 1997, yang terdiri dari criteria klinis dan kriteria

laboratorium. Penggunaan criteria ini dngan maksud untuk mengurangi adanya

diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis). Kriteria klinis atau gejala utama DBD ada 4:

yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Keempat

gejala tersebut adalah sebagai berikut: 1 Demam

Penyakit DBD dimulai dengan adanya demam tinggi yang terjadi secara

mendadak, terus menerus, berlangsung selama 2-7 hari, naik turun dan tidak

mempan dengan obat antipiretik. Suhu tubuh bisa mencapai 40°C dan dapat

juga terjadi kejang demam. Ahir fase demam inilah yang merupakan fase

kritis dari DBD. Pada saat demam mulai menurun dan pasien tampak

sembuh, hati-hati karena pada fase ini dapat terjadi sebagai awal kejadian

syok. Biasanya terjadi pada hari ketiga dari demam. Pada hari ketiga

sampai hari kelima adalah fase kritis yang harus dicermati, dan hari

keenam dapat terjadi syok.

2.3.13 Tanda- tanda perdarahan

Penyebab terjadinya perdarahan pada penderita DBD adalah adanya

vaskulopati, trombositopenia, dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi

intravaskuler yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah

perdarahan pada kulit ditandai dengan uji tornikuet (uji Rumple Leede /uji bendung)

positif, adanya petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Tanda

perdarahan yang paling sering ditemukan adalah adanya petekie. Tanda ini muncul

pada hari-hari pertam demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ketiga

sampai kelima demam. Tanda petekie dan adanya bekas gigitan nyamuk sulit

dibedakan. Untuk membedakannya dapat dilakukan dengan menekan pada bintik-

bintik yang dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris trsansparan, jika

bintik merah menghilang berarti bukan petekie. Tidak semua tanda perdarahan

terjadi pada seseorang yang menderita DBD. Perdarahan yang paling ringan adalah

adanya uji tornikuet positif yang berarti fragilitas kepiler meningkat. Hal itu juga

dapat dijumpai pada penyakit virus lain (misalnya campak, demam chikungunya), infeksi

bakteri (tyifus abdominalis) dan lain-lain. Bentuk perdarahan lain yaitu dapat beruoa

keluarnya darah dari hidung (epistaksis) dan perdarahan pada saluran pencernaan.

Perdarahan pada saluran pencernaan misalnya muntah darah dan buang air besar (BAB)

darah.a Hepatomegali (pembesaran hati)

Pembesaran hati pada umumnya ditemukan padapermulaan penyakit.

Pembesaran bervariasi dari yang hanya sekedar dapat ditaba sampai 2-4 cm di

bawah lengkungan iga kanan. Proses pembesaran hati ini dapat meramalkan

adanya perjalanan penyakit DBD.

b Syok

Pada kasus ringan dan sedang, setelah demam, semua tanda dan gejala klinis

menghilang. Demam menurun disertai dengan keluarnya keringat, perubahan

denyut nadi, dan disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini menunjukkan

adanya gejala gangguan pada sirkulasi akibat dari pembesaran plasma yang

dapat bersifat ringan atau sementara. Kriteria laboratorium meliputi trombosit

openi dan hemokonsentrasi. Trombositopeni dapat dilihat ketika jumlah tromnbosit

kurang dari 100.sedangkan hemokonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan

hematokrit sebanyak 20% atau lebih.2,3

2.3.14 Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Upaya pencegahan penyakit DBD dilakukan secara terorganisir di desa

dan di kota. Upaya pencegahan yang telah dilakukan antara lain dengan

melakukan penyuluhan dan pendeidikan kesehatan kepada masyarakat,

penyelidikan epidemiologi oleh 24 jam petugas, pemberantasan sarang nyamuk

(PSN), dan pemeriksaan jentik berkala (PJB).2.3.15 Kejadian Demam Berdarah Dengue

Distribusi penderita DBD menurut Thomas Suroso (2000), adapat digolongkan

menjadi

a Distribusi menurut umur, jenis kelamin dan ras Berdasarkan data kasus DBD yang dikumpulkan di Ditjen P2M &PLP

dari tahun 1968 – 1984 menunjukkan bahwa 90% kasus DBD terdiri dari

anak berusia kurang dari 15 tahun. Rasio perempuan dan laki-laki adalah

1,34 Data penderita klinis DHF/DSS yang dikumpulkan di seluruh

Indonesia tahun 1968 – 1973 menunjukkan 88% jumlah penderita adalah

anak-anak dibawah 15 tahun. Faktor ras pada penderita demam berdarah

di Indonesia belum jelas pengaruhnya. b Distribusi menurut waktu

Dari data–data penderita klinis DBD/ DSS 1975–1981 yang dilaporkan di

Indonesia diperoleh bahwa musim penularan demam berdarah umumnya

terjadi pada awal musim hujan (permulaan tahun dan ahir tahun). Hal

ini dikarenakan pada musim hujan vector penyakit meningkat

populasinya dengan bertambahnya sarang- sarang nyamuk di luar rumah

sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih, sedang pada

musim kemarau Aedes aegypti bersarang di bejana-bejana yang selalu

terisi oleh air.c Distribusi menurut tempat

Daerah yang terjangkit demam berdarah pada umunya adalah kota/

wilayah yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan di kota atau

wilayah yang padat penduduk rumah- rumahnya saling berdekatan,

sehingga lebih memungkinkan penularan penyakit demam berdarah ,

mengingat jarak terbang Aedes aegypti yang terbatas ( 50-100 m ). Di

Indonesia daerah yang terjangkit terutama kota, tetapi sejak tahun 1975

penyakit ini juga terjangkit di daerah sub urban maupun desa yang

padat penduduknya dan mobilitas tinggi.