BAB 2 TEORI A. Tinjauan Penelitian...
Transcript of BAB 2 TEORI A. Tinjauan Penelitian...
6
BAB 2
TEORI
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai industri, terutama tentang kesiapan industri
dalam menghadapi Msyarakat Ekonomi Asean yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Disini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian sebagai
bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu :
Penelitian yang pertama yaitu mengutip dari Dina Wijaya, Septaria 2011
tentang Strategi Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bordir Di Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui profil industri kerajinan bordir di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Kendal dari tahun 2007-2009 dan untuk mengetahui strategi pengembangan
industru kerajinan bordir di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan industri kerajinan bordir
dari tahun ke tahun 2007-2009 mengalami pasang surut seperti faktor-faktor
perkembangan unit produksi, permodalan, tingkat penjualan dan tenaga kerja.
Pada tahum 2008 mengalmi penurunan pada perkembangan permodalan sebesar
Rp. 15.000.000 dan penjualan Rp. 50.000.000 pada unt produksi meningkat I unit
dan tenaga kerja meningkat 10 tenaga kerja baru. Tahun 2009 peningkatan pada
permodalan dan penjualan sebesar 20.000.000, sedangkan pada perkembangan
unit produksi dn tenaga kerja masih tetap tanpa ada kenaikan ataupun penurunan.
7
Strategi yang dapat dilakukan dalam perkembangan industri kecil kerajinan bordir
di Kecamatan Kendal adalah strategi konsentrasi melalui integrasi horisontal.
Penelitian yang kedua yaitu mengutip artikel dari Niken Widiasari tahun 2015
tentang Analisis Kesiapan Industri Kreatif Menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) (Studi Kasus Industri Blangko di Serengan Surakarta). tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan industri kerajinan Blangko dalam
menghadapi MEA. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah 4 indikator
antara lain tenaga kerja terampil, keberlangsungan industri, arus barang bebas dan
dukungan pemerintah.
Pengukuran tenaga kerja menggunakan pendekatan penyesuaian
Westhinghouse dengan mengadopsi faktor ketrampilan dan menggunakan analisis
SWOT. Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa pekerja mempunyai ketrampilan
yang bagus dan dapat bersaing dengan adanya MEA. Indikator yang kedua adalah
keberlangsungan industri ini merupakan industri keluarga atau turun temurun, dri
sisi ini bisa dikatakan industri siap menghadapi MEA. Tetapi modal terbatas
sehingga dapat dikatakan para pengrajin belum dapat besaing dengan MEA
karena nantinya akan kesulita dalam memenuhi permintaaan. Indikator yang
ketiga adalah arus barang bebas yang sudah mendekati kesiapan karena
berdasarkan tabel pemasaran industri blangko diketahui bahwa pemasaran produk
blangko sudah melakukan ekspor dengan rincian 32 pengrajin yang ada baru 9
pengarjin yang melakukan ekspor ke negara ASEAN.
Sedangkan dukungan pemerintah dalam memberikan bantuan cetakan
blangko dan memfasilitasi peresmian dengan membangun gapura sebagai tanda
8
kampung blangko di Kelurahan Serengan. Dari hasil analisis empat indikator
pencapaian MEA bahwa industri blangko di Kelurahan Serengan belum
sepenuhnya siap dalam menghadapi pasar bebas atau pasar MEA. Pada analisis
SWOT dihasilkan perlunya mempertahankan kualitas, perluasan pasar,
peningkatan jumlah produksi, pelatihan tenaga kerja, penggunaan teknologi
informasi, inovasi produk dan peningkatan dukungan pemerintah.
B. Tinjuan Pustaka
1. Pengertian Industri
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Dalam
Disperindag & PM Kab. Kendal, 2008 : 5) , yang menyebabkan bahwa industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengeloah bahan mentah, bahan baku, barang
setngah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan dan perekaysaan industri.
Pengertian industri juga meliputi semua perusahaan yang mempunyai kegiatan
tertentu dalam merubah secara mekanik atau secara kimia bahan-bahan organisasi
sehingga menjadi baru.
Industri di Indonesia digolongkan dalam empat kriteria yaitu :
1. Industri besar menggunakan tenaga kerja mencapai 100 orang atau lebih
2. Industri sedang menggunakan tenaga kerja mencapai 20-99 orang
3. Industri kecil menggunakan tenaga kerja 5-19 orang
4. Industri rumah tangga menggunakan tenaga kerja 1-4 orang
9
Untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri (industrialisasi), serta
berkaitan dengan administrasi Departemen dan Perindustrian Perdagangan,
Industri di Indonesia digolongkan berdasarkan arus produknya menajdi :
1. Industri Hulu, terdiri dari :
a. Industri dasar kimia
b. Industri mesin, logam dan dasar elektronika
2. Industri Hilir yang terdiri atas :
a. Aneka Industri
b. Industri Kecil
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, industri juga dapat
dibedakan berdasarkan tingkat investasinya, yaitu :
1. Industri besar dengan tingkat investasi lebih dari 1 milyar
2. Industri sedang dengan tingkat investasi 1 milyar - 200 juta
3. Industri kecil dengan tingkat investasi 200 juta - 5 juta
4. Industri kerajinan rumah tangga dengan tingkat investasi kurang dari 5 juta
2. Industri Mebel
Menurut Depkes RI (2002), industri meubel kayu adalah pekerja sektor
informal yang menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan baku/utama alam
proses produksinya serta menerapkan cara kerja yang bersifat tradisional. Bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan meubel kayu oleh perajin sektor informal
tersebut adalah kayu. Ada 2 jenis bentuk kayu yang bisa digunakan : kayu balok
dan papan serta kayu lapis. Kayu balok biasanya terdiri dari kayu keras semata
dan digunakan sebagai rangka utama suatu meubel, sedangkan kayu papan sering
10
merupakan kayu gubal at aukeras dan dipakai sebagai dinding dan alas dari suatu
meubel. Mesin dan peralatan yang banyak digunakan pada pembuatan meubel
kayu adalah dalam kegiatan penggergajian/pemotongan, pengamatan, pemotongan,
bentuk, pelubangan, pengukiran, pengaluran, penyambungan, pengamplasan, dan
pengecatan. Adapun mesin dan peralatan yang banyak digunakan adalah sebagai
berikut: circular sawing machine, mesin ketam, mesin pembentuk kayu (band
saw), drilling machine, screw driver/obeng tangan, compresor, jig saw, hack
saw,tatah kuku/datar, sprayer, palu basi/kayu, kuas dan lain-lain.
Ada beberapa jenis kayu yang kerap dijadikan mebel, antara lain sungkai,
ramin, kamper dan nyatoh. Setiap jenis kayu yang telah disebutkan tersebut
memiliki karakteristik khusus yang unik untuk dibentuk menjadi mebel.
Karakteristik ini dikenali dari warna, tekstur, urat kayu, permukaan, struktur dan
bau kayu. Untuk membedakanya, ada beberapa karakteristik khusus dan kelebihan
dari masing-masing kayu tersebut, antara lain kayu jati yang terkenal dengan anti
rayap-nya, kamper yang memiliki banyak jenis sehingga bisa disesuaikan dengan
desain perabot yang diinginkan, nyanto yang unggul dengan uratnya yang tampak
lebih nyata dan unik bila dibandingkan dengan kamper, ramin yang tidak berurat
sehingga lebih mudah diolah serta sungkai yang memiliki kelebihan pada urat
kayunya yang bagus dan tampak nyata. Jenis-jenis kayu ini sudah sangat umum
dijadikan mebel. Semuanya sudah tinggal menyesuaiakan dengan minat dan
desaian apa yang akan dibuat (Swasta, 1996)
Jika ingin membuat mebel, sedapat mungkin harus menampilkan keindahan
dan karakteristik dari kayu tersebut, sehingga akan mendapatkan mebel yang
11
cantik dan berkualitas. Aktivitas-aktivitas pemasaran secara langsung atau tidak
langsung membantu menjual produk-produk organisasi yang bersangkutan.
Dengan cara demikian dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan produk-produk
inovatif. Produk-produk baru memungkinkan kebutuhan-kebutuhan yang berubah
yang akhirnya akan memungkinkan perusahaan mencapai lebih banyak laba
(Winardi, 1989).
Pada dasarnya, pembuatan meubel dari kayu melalui lima proses utama yaitu
proses penggergajian kayu, penyiapan bahan baku, proses penyiapan komponen,
pross perakitan dan pembentukan (bending), dan proses akhir (depkes RI, 2002).
a. Penggergajian kayu bahan baku kayu tersedia dalam bentuk kayu
gelondongan sehingga masih perlu mengalami penggergajian agar ukurannya
menjadi lebih kecil seperti balok atau papan. Pada umumnya, penggergajian
ini menggunakan gergaji secara mekanis atau dengan gergaji besar secara
manual. Proses ini menimbulkan debu yang sangat banyak dan juga
menimbulkan bising.
b. Penyiapan bahan baku proses ini dilakukan denganmenggunakan gergaji baik
dalam bentuk manual maupun mekanis, kampak, parang, dan lain-lain. Proses
ini juga menghasilkan debu terutama ukuran yang besar karena menggunakan
mata gergajiatau alat yang lainnya yang relatif kasar serta suara bising.
c. Penyiapan komponen kayu yang sudah dipotong menjadi ukuran dasar bagian
meubel, kemudian dibentuk menjadi komponen-komponen meubel sesuai
yang diinginkan dengan cara memotong, meraut, mengamoplas, melobang,
12
dan mengukir, sehingga jika dirakit akan membentuk meubel yang indah dan
menarik.
d. Perakitan dan pembentukan komponen mebel yang sudah jadi, dipasang dan
dihubungjan satu sama lain hingga menjadi mebel. Pemasangan ini dilakukan
dengan menggunakan baut, sekrup, lem, paku ataupun pasak kayu yang kecil
dan lain-lain untuk merekatkan hubungan antara komponen.
e. Penyelesaian akhir kegiatan yang dilakukan pada penyelesaian akhir ini
meliputi:
a) Pengamplasan /penghalusan permukaan mebel,
b) Pendempulan lubang dan sambungan,
c) Pemutihan mebel dengan H2O2,
d) Pemlituran atau “sanding sealer”,
e) Pengecatan dengan “wood stain” atau bahan pewarna yang lain, dan
f) Pengkilapan dengan menggunakan melamic clear. Pada bagian ini
menimbulkan debu kayu dan bahan kimia serta pewarna yang tersedia di
udara, seperti H2O2, sanding sealer, melamic clear, dan wood stainyang
banyak menguap dan beterbangan di udara, terutama pada penyemprotan
yang menggunakan sprayer
f. Pengepakan proses pengepakan sebenarnya bukan lagi bagian pembuatan
mebel karena sebelum masuk proses ini mebel telah selesai. Tahap ini
merupakan langkah penyiapan mebel untuk dipasarkan dan hanya ditemukan
terutama pada industri mebel sektor formal
13
3. Tenaga Kerja, Permodalan, dan Pemasaran
Di Indonesia banyak terdapat industri kecil dengan beragam jenis usaha.
Dengan keberadaan industri kecil menengah di Indonesia telah memiliki peran
yang sangat penting di dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek -
aspek seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan,
pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan ekspor non-migas, oleh
(Anoraga, 2002 : 249). Selain itu industri kecil telah terbukti tahan terhadap
gejolak pasang surut perekonomian global. Namun demikian, dalam proses
usahanya industri kecil di Indonesia banyak menghadapi berbagai masalah antara
proses produksi dimana dipengaruhi olehg faktor-faktor produksi seperti Tenaga
Kerja, Permodalan dan Pemasaran. Seperti yang telah disebutkan diatas, oleh
(Anoraga, 2002 : 245) bahwa usaha kecil menghadapi berbagai tantangan dan
kendala seperti kualitas sumber daya manusia yang rendah, tingkat produktifitas
dna kualitas produk dan jasa rendah, kurangnya Teknologi dan Informasi, faktor
produksi sarana dan prasarana belum memadai, aspek pendanaan dan pelayanan
jasa pembiayaan, iklim usaha belum mendukung dan koordinasi pembinaan belum
baik.
a. Tenaga Kerja
Pengertian tenaga kerja meliputi juga keahlian dan ketrampilan yang mereka
miliki. Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan kepada tiga
gologan berikut (Sukirno, 2002 : 7) :
14
1) Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau
rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang
pekerjaan.
2) Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari
pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan
ahli merepasi TV dan radio.
3) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan
cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan, ahli
ekonomi dan insinyur.
Menurut (Swatha, 2002 : 263) tenaga kerja dapat dibedakan sesuai
dengan fungsinya, yaitu :
1) Tenaga Kerja Eksekutif
Tenaga jerja yang mempunyai tugas dalam pengambilan keputusan dan
melaksanakan fungsi orgnik menajemen, merencanakan mengorganiskan,
mengarahkan, mengordinir dan mengawasi.
2) Tenaga Kerja Operatif
Tenaga kerja pelaksana yang melaksanakan tugas-tugas tertentu yang
dibebankan kepadanya. Tenaga kerja operatif dibagi tiga yaitu :
a) Tenaga kerja terampil (skilled labour)
b) Tenaga kerja setangah terampil (semi skilled labour)
c) Tenaga kerja terampil (unsikilled labour)
15
b. Permodalan
Dalam menjalankan suatu usaha merupakan salah satu faktor yang penting
dalam suatu industri. Modal menurut Polak (Dlam skripsi Hidayat, 2010 : 25)
adalah kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal. Modal dalam
pengertian ekonomi, umumnya mencakup benda-benda seperti tanah, gedung,
mesin-mesin, alat-alat perkkas dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan
usaha.
Modal dala arti sempit ada;ah sejumlah nilai uang yang dipergunakan dalam
membelanjai semua keperluan usaha. Modal dalam pengertian umum mencakup
benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin, alat-alat perkakas dan barang
produktif lainnya untuk kegiatan usaha (Sriyadi, 1991 : 109).
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan
pembiayaan untuk modal dasar maupun untuk langkah-langkah pengembangan
usahanya yaitu melalui kredit perbangkan, pinjaman lembaga keuangan, bukan
bank, modal ventura, pinjaman dari dana penyisihan sebagai laba Badan Usaha
Milik Neara (BUMN), hibah, dan jenis-jenis pembiayaan lainnya. Dalam Anoraga
(2002:268), modal ventura adalah suatu bentuk penyertaan moda yang bersifat
sementara ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (PPU) yang ingin
mengembangkan usahanya, namun mengalami kesulitan dalam pendanaan.
c. Pemasaran
Pemasaran merupakan pandangan bisnis secara keseluruhan, sebagai
usaha-usaha untuk menyamankan pembeli dan kebutuhannya serta untuk promosi,
16
menyalurkan produk untuk servis untuk mengisi kebutuhan tersebut. Tujuan
pemasaran itu sendiri yaitu kegiatan untuk menambah peluang bisnis.
Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi berbagai faktor
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Dari pengaruh berbagai faktor
tersebut, masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang
memiliki nilai komoditas, (Rangkuti, 2009; 48). Pemasaran menurut Kotler dan
Susanto, 2000: 19 (dalam skripsi Hidayat, 2010: 27) merupakan proses sosial dan
manjerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
mereka dengan menciptakan menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai
satu sama lain.
4. Kerangka Berpikir
Proses penelitian ini dibangun berawal dari potensi industri mebel di
Kelurahan Bukir Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan dalam menghadapi
persaingan dengan produk lain. Persiapan sentra industri mebel dalam
menghadapi produk luar yang sejenis menarik peneliti. Karena industri mebel
Bukir mampu menyerap banyak tenaga kerja serta produk yang berkualitas.
Dengan menggunakan analisis statistik deskriptif diharapkan dapat terlihat
secara keseluruhan mengenai potensi dan pengembangan industri mebel di
Kelurahan Bukir Kecamatan Gadingrejo Kota pasuruan. Dengan menggunakan
metode penelitian kuantitatif yang diharapkan data-data terdeskripsikan sesuai apa
adanya. Peneliti berusaha memahami realita potensi dan pengembang industri
17
mebel yang dilakukan dalam aktivitas perindustrian yang dilakukannya, yaitu
pihak pemerintah dan pemilik industri mebel sebagai subyek penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian melakukan observasi, malakukan wawancara
dan penyelidikan yang dicatat data secara real. Agar data terkumpulkan untuk
dapat dianalisis dan diinterpretasi sesuai fokus permasalahan yang diteliti, sebagai
berikut
18
Keranga Berpikir
Industri Mebel
Bukir
Potensi Industri
Mebel Bukir
Keberlasungan
Industri
Parameter
pengukuran
keberlasungan
industri dilihat
dari modal awal
yang digunakan
dalam pendirian
usaha, pendapatan
yang dihasilkan
serta penunjang
lain seberapa lama
usaha tersebut
berdiri.
Tenaga Kerja
Terampil
Salah satu faktor
penentu apakah
suatu industri
mebel berpotensi
dan dapat
bersaing dengan
produk luar yang
sejenis karena
industri mebel
bukir mampu
mendapatkan
predikat idnustri
prioritas
pemerintah
daerah
Pangsa Pasar dan
Strategi Pemasaran
Untuk memudahkan
pemasaran dari hasil
produksi sehingga
perlu diperhatikan
kuantitas dari
produksinya
sehingga dapat
memenuhi
permintaan pasar,
baik pasar dalam
maupun pasar luar
negeri.
Dukungan
Pemerintah
Dukungan
pemerintah
merupakan
indikator paling
penting dalam
mengembangkan
dan kesiapan
industri mebel
untuk menambah
informasi dan
sarana yang
diperlukan dalam
industri mebel.
Analisis
SWOT
INTERNAL
EKSTERNAL
KELEMAHAN
(Weaknesses)
PELUANG
(Opportunities)
ANCAMAN (Threats)
KEKUATAN (Strengths)