BAB 2 TEORI A. Tinjauan Penelitian...

13
6 BAB 2 TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai industri, terutama tentang kesiapan industri dalam menghadapi Msyarakat Ekonomi Asean yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Disini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu : Penelitian yang pertama yaitu mengutip dari Dina Wijaya, Septaria 2011 tentang Strategi Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bordir Di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil industri kerajinan bordir di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal dari tahun 2007-2009 dan untuk mengetahui strategi pengembangan industru kerajinan bordir di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan industri kerajinan bordir dari tahun ke tahun 2007-2009 mengalami pasang surut seperti faktor-faktor perkembangan unit produksi, permodalan, tingkat penjualan dan tenaga kerja. Pada tahum 2008 mengalmi penurunan pada perkembangan permodalan sebesar Rp. 15.000.000 dan penjualan Rp. 50.000.000 pada unt produksi meningkat I unit dan tenaga kerja meningkat 10 tenaga kerja baru. Tahun 2009 peningkatan pada permodalan dan penjualan sebesar 20.000.000, sedangkan pada perkembangan unit produksi dn tenaga kerja masih tetap tanpa ada kenaikan ataupun penurunan.

Transcript of BAB 2 TEORI A. Tinjauan Penelitian...

6

BAB 2

TEORI

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai industri, terutama tentang kesiapan industri

dalam menghadapi Msyarakat Ekonomi Asean yang telah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Disini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian sebagai

bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu :

Penelitian yang pertama yaitu mengutip dari Dina Wijaya, Septaria 2011

tentang Strategi Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bordir Di Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Kendal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui profil industri kerajinan bordir di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten

Kendal dari tahun 2007-2009 dan untuk mengetahui strategi pengembangan

industru kerajinan bordir di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan industri kerajinan bordir

dari tahun ke tahun 2007-2009 mengalami pasang surut seperti faktor-faktor

perkembangan unit produksi, permodalan, tingkat penjualan dan tenaga kerja.

Pada tahum 2008 mengalmi penurunan pada perkembangan permodalan sebesar

Rp. 15.000.000 dan penjualan Rp. 50.000.000 pada unt produksi meningkat I unit

dan tenaga kerja meningkat 10 tenaga kerja baru. Tahun 2009 peningkatan pada

permodalan dan penjualan sebesar 20.000.000, sedangkan pada perkembangan

unit produksi dn tenaga kerja masih tetap tanpa ada kenaikan ataupun penurunan.

7

Strategi yang dapat dilakukan dalam perkembangan industri kecil kerajinan bordir

di Kecamatan Kendal adalah strategi konsentrasi melalui integrasi horisontal.

Penelitian yang kedua yaitu mengutip artikel dari Niken Widiasari tahun 2015

tentang Analisis Kesiapan Industri Kreatif Menghadapi Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA) (Studi Kasus Industri Blangko di Serengan Surakarta). tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan industri kerajinan Blangko dalam

menghadapi MEA. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah 4 indikator

antara lain tenaga kerja terampil, keberlangsungan industri, arus barang bebas dan

dukungan pemerintah.

Pengukuran tenaga kerja menggunakan pendekatan penyesuaian

Westhinghouse dengan mengadopsi faktor ketrampilan dan menggunakan analisis

SWOT. Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa pekerja mempunyai ketrampilan

yang bagus dan dapat bersaing dengan adanya MEA. Indikator yang kedua adalah

keberlangsungan industri ini merupakan industri keluarga atau turun temurun, dri

sisi ini bisa dikatakan industri siap menghadapi MEA. Tetapi modal terbatas

sehingga dapat dikatakan para pengrajin belum dapat besaing dengan MEA

karena nantinya akan kesulita dalam memenuhi permintaaan. Indikator yang

ketiga adalah arus barang bebas yang sudah mendekati kesiapan karena

berdasarkan tabel pemasaran industri blangko diketahui bahwa pemasaran produk

blangko sudah melakukan ekspor dengan rincian 32 pengrajin yang ada baru 9

pengarjin yang melakukan ekspor ke negara ASEAN.

Sedangkan dukungan pemerintah dalam memberikan bantuan cetakan

blangko dan memfasilitasi peresmian dengan membangun gapura sebagai tanda

8

kampung blangko di Kelurahan Serengan. Dari hasil analisis empat indikator

pencapaian MEA bahwa industri blangko di Kelurahan Serengan belum

sepenuhnya siap dalam menghadapi pasar bebas atau pasar MEA. Pada analisis

SWOT dihasilkan perlunya mempertahankan kualitas, perluasan pasar,

peningkatan jumlah produksi, pelatihan tenaga kerja, penggunaan teknologi

informasi, inovasi produk dan peningkatan dukungan pemerintah.

B. Tinjuan Pustaka

1. Pengertian Industri

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Dalam

Disperindag & PM Kab. Kendal, 2008 : 5) , yang menyebabkan bahwa industri

adalah kegiatan ekonomi yang mengeloah bahan mentah, bahan baku, barang

setngah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan dan perekaysaan industri.

Pengertian industri juga meliputi semua perusahaan yang mempunyai kegiatan

tertentu dalam merubah secara mekanik atau secara kimia bahan-bahan organisasi

sehingga menjadi baru.

Industri di Indonesia digolongkan dalam empat kriteria yaitu :

1. Industri besar menggunakan tenaga kerja mencapai 100 orang atau lebih

2. Industri sedang menggunakan tenaga kerja mencapai 20-99 orang

3. Industri kecil menggunakan tenaga kerja 5-19 orang

4. Industri rumah tangga menggunakan tenaga kerja 1-4 orang

9

Untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri (industrialisasi), serta

berkaitan dengan administrasi Departemen dan Perindustrian Perdagangan,

Industri di Indonesia digolongkan berdasarkan arus produknya menajdi :

1. Industri Hulu, terdiri dari :

a. Industri dasar kimia

b. Industri mesin, logam dan dasar elektronika

2. Industri Hilir yang terdiri atas :

a. Aneka Industri

b. Industri Kecil

Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, industri juga dapat

dibedakan berdasarkan tingkat investasinya, yaitu :

1. Industri besar dengan tingkat investasi lebih dari 1 milyar

2. Industri sedang dengan tingkat investasi 1 milyar - 200 juta

3. Industri kecil dengan tingkat investasi 200 juta - 5 juta

4. Industri kerajinan rumah tangga dengan tingkat investasi kurang dari 5 juta

2. Industri Mebel

Menurut Depkes RI (2002), industri meubel kayu adalah pekerja sektor

informal yang menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan baku/utama alam

proses produksinya serta menerapkan cara kerja yang bersifat tradisional. Bahan

baku yang digunakan dalam pembuatan meubel kayu oleh perajin sektor informal

tersebut adalah kayu. Ada 2 jenis bentuk kayu yang bisa digunakan : kayu balok

dan papan serta kayu lapis. Kayu balok biasanya terdiri dari kayu keras semata

dan digunakan sebagai rangka utama suatu meubel, sedangkan kayu papan sering

10

merupakan kayu gubal at aukeras dan dipakai sebagai dinding dan alas dari suatu

meubel. Mesin dan peralatan yang banyak digunakan pada pembuatan meubel

kayu adalah dalam kegiatan penggergajian/pemotongan, pengamatan, pemotongan,

bentuk, pelubangan, pengukiran, pengaluran, penyambungan, pengamplasan, dan

pengecatan. Adapun mesin dan peralatan yang banyak digunakan adalah sebagai

berikut: circular sawing machine, mesin ketam, mesin pembentuk kayu (band

saw), drilling machine, screw driver/obeng tangan, compresor, jig saw, hack

saw,tatah kuku/datar, sprayer, palu basi/kayu, kuas dan lain-lain.

Ada beberapa jenis kayu yang kerap dijadikan mebel, antara lain sungkai,

ramin, kamper dan nyatoh. Setiap jenis kayu yang telah disebutkan tersebut

memiliki karakteristik khusus yang unik untuk dibentuk menjadi mebel.

Karakteristik ini dikenali dari warna, tekstur, urat kayu, permukaan, struktur dan

bau kayu. Untuk membedakanya, ada beberapa karakteristik khusus dan kelebihan

dari masing-masing kayu tersebut, antara lain kayu jati yang terkenal dengan anti

rayap-nya, kamper yang memiliki banyak jenis sehingga bisa disesuaikan dengan

desain perabot yang diinginkan, nyanto yang unggul dengan uratnya yang tampak

lebih nyata dan unik bila dibandingkan dengan kamper, ramin yang tidak berurat

sehingga lebih mudah diolah serta sungkai yang memiliki kelebihan pada urat

kayunya yang bagus dan tampak nyata. Jenis-jenis kayu ini sudah sangat umum

dijadikan mebel. Semuanya sudah tinggal menyesuaiakan dengan minat dan

desaian apa yang akan dibuat (Swasta, 1996)

Jika ingin membuat mebel, sedapat mungkin harus menampilkan keindahan

dan karakteristik dari kayu tersebut, sehingga akan mendapatkan mebel yang

11

cantik dan berkualitas. Aktivitas-aktivitas pemasaran secara langsung atau tidak

langsung membantu menjual produk-produk organisasi yang bersangkutan.

Dengan cara demikian dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan produk-produk

inovatif. Produk-produk baru memungkinkan kebutuhan-kebutuhan yang berubah

yang akhirnya akan memungkinkan perusahaan mencapai lebih banyak laba

(Winardi, 1989).

Pada dasarnya, pembuatan meubel dari kayu melalui lima proses utama yaitu

proses penggergajian kayu, penyiapan bahan baku, proses penyiapan komponen,

pross perakitan dan pembentukan (bending), dan proses akhir (depkes RI, 2002).

a. Penggergajian kayu bahan baku kayu tersedia dalam bentuk kayu

gelondongan sehingga masih perlu mengalami penggergajian agar ukurannya

menjadi lebih kecil seperti balok atau papan. Pada umumnya, penggergajian

ini menggunakan gergaji secara mekanis atau dengan gergaji besar secara

manual. Proses ini menimbulkan debu yang sangat banyak dan juga

menimbulkan bising.

b. Penyiapan bahan baku proses ini dilakukan denganmenggunakan gergaji baik

dalam bentuk manual maupun mekanis, kampak, parang, dan lain-lain. Proses

ini juga menghasilkan debu terutama ukuran yang besar karena menggunakan

mata gergajiatau alat yang lainnya yang relatif kasar serta suara bising.

c. Penyiapan komponen kayu yang sudah dipotong menjadi ukuran dasar bagian

meubel, kemudian dibentuk menjadi komponen-komponen meubel sesuai

yang diinginkan dengan cara memotong, meraut, mengamoplas, melobang,

12

dan mengukir, sehingga jika dirakit akan membentuk meubel yang indah dan

menarik.

d. Perakitan dan pembentukan komponen mebel yang sudah jadi, dipasang dan

dihubungjan satu sama lain hingga menjadi mebel. Pemasangan ini dilakukan

dengan menggunakan baut, sekrup, lem, paku ataupun pasak kayu yang kecil

dan lain-lain untuk merekatkan hubungan antara komponen.

e. Penyelesaian akhir kegiatan yang dilakukan pada penyelesaian akhir ini

meliputi:

a) Pengamplasan /penghalusan permukaan mebel,

b) Pendempulan lubang dan sambungan,

c) Pemutihan mebel dengan H2O2,

d) Pemlituran atau “sanding sealer”,

e) Pengecatan dengan “wood stain” atau bahan pewarna yang lain, dan

f) Pengkilapan dengan menggunakan melamic clear. Pada bagian ini

menimbulkan debu kayu dan bahan kimia serta pewarna yang tersedia di

udara, seperti H2O2, sanding sealer, melamic clear, dan wood stainyang

banyak menguap dan beterbangan di udara, terutama pada penyemprotan

yang menggunakan sprayer

f. Pengepakan proses pengepakan sebenarnya bukan lagi bagian pembuatan

mebel karena sebelum masuk proses ini mebel telah selesai. Tahap ini

merupakan langkah penyiapan mebel untuk dipasarkan dan hanya ditemukan

terutama pada industri mebel sektor formal

13

3. Tenaga Kerja, Permodalan, dan Pemasaran

Di Indonesia banyak terdapat industri kecil dengan beragam jenis usaha.

Dengan keberadaan industri kecil menengah di Indonesia telah memiliki peran

yang sangat penting di dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek -

aspek seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan,

pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan ekspor non-migas, oleh

(Anoraga, 2002 : 249). Selain itu industri kecil telah terbukti tahan terhadap

gejolak pasang surut perekonomian global. Namun demikian, dalam proses

usahanya industri kecil di Indonesia banyak menghadapi berbagai masalah antara

proses produksi dimana dipengaruhi olehg faktor-faktor produksi seperti Tenaga

Kerja, Permodalan dan Pemasaran. Seperti yang telah disebutkan diatas, oleh

(Anoraga, 2002 : 245) bahwa usaha kecil menghadapi berbagai tantangan dan

kendala seperti kualitas sumber daya manusia yang rendah, tingkat produktifitas

dna kualitas produk dan jasa rendah, kurangnya Teknologi dan Informasi, faktor

produksi sarana dan prasarana belum memadai, aspek pendanaan dan pelayanan

jasa pembiayaan, iklim usaha belum mendukung dan koordinasi pembinaan belum

baik.

a. Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja meliputi juga keahlian dan ketrampilan yang mereka

miliki. Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan kepada tiga

gologan berikut (Sukirno, 2002 : 7) :

14

1) Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau

rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang

pekerjaan.

2) Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari

pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan

ahli merepasi TV dan radio.

3) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan

cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan, ahli

ekonomi dan insinyur.

Menurut (Swatha, 2002 : 263) tenaga kerja dapat dibedakan sesuai

dengan fungsinya, yaitu :

1) Tenaga Kerja Eksekutif

Tenaga jerja yang mempunyai tugas dalam pengambilan keputusan dan

melaksanakan fungsi orgnik menajemen, merencanakan mengorganiskan,

mengarahkan, mengordinir dan mengawasi.

2) Tenaga Kerja Operatif

Tenaga kerja pelaksana yang melaksanakan tugas-tugas tertentu yang

dibebankan kepadanya. Tenaga kerja operatif dibagi tiga yaitu :

a) Tenaga kerja terampil (skilled labour)

b) Tenaga kerja setangah terampil (semi skilled labour)

c) Tenaga kerja terampil (unsikilled labour)

15

b. Permodalan

Dalam menjalankan suatu usaha merupakan salah satu faktor yang penting

dalam suatu industri. Modal menurut Polak (Dlam skripsi Hidayat, 2010 : 25)

adalah kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal. Modal dalam

pengertian ekonomi, umumnya mencakup benda-benda seperti tanah, gedung,

mesin-mesin, alat-alat perkkas dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan

usaha.

Modal dala arti sempit ada;ah sejumlah nilai uang yang dipergunakan dalam

membelanjai semua keperluan usaha. Modal dalam pengertian umum mencakup

benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin, alat-alat perkakas dan barang

produktif lainnya untuk kegiatan usaha (Sriyadi, 1991 : 109).

Beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan

pembiayaan untuk modal dasar maupun untuk langkah-langkah pengembangan

usahanya yaitu melalui kredit perbangkan, pinjaman lembaga keuangan, bukan

bank, modal ventura, pinjaman dari dana penyisihan sebagai laba Badan Usaha

Milik Neara (BUMN), hibah, dan jenis-jenis pembiayaan lainnya. Dalam Anoraga

(2002:268), modal ventura adalah suatu bentuk penyertaan moda yang bersifat

sementara ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (PPU) yang ingin

mengembangkan usahanya, namun mengalami kesulitan dalam pendanaan.

c. Pemasaran

Pemasaran merupakan pandangan bisnis secara keseluruhan, sebagai

usaha-usaha untuk menyamankan pembeli dan kebutuhannya serta untuk promosi,

16

menyalurkan produk untuk servis untuk mengisi kebutuhan tersebut. Tujuan

pemasaran itu sendiri yaitu kegiatan untuk menambah peluang bisnis.

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi berbagai faktor

sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Dari pengaruh berbagai faktor

tersebut, masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan

keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang

memiliki nilai komoditas, (Rangkuti, 2009; 48). Pemasaran menurut Kotler dan

Susanto, 2000: 19 (dalam skripsi Hidayat, 2010: 27) merupakan proses sosial dan

manjerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan

mereka dengan menciptakan menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai

satu sama lain.

4. Kerangka Berpikir

Proses penelitian ini dibangun berawal dari potensi industri mebel di

Kelurahan Bukir Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan dalam menghadapi

persaingan dengan produk lain. Persiapan sentra industri mebel dalam

menghadapi produk luar yang sejenis menarik peneliti. Karena industri mebel

Bukir mampu menyerap banyak tenaga kerja serta produk yang berkualitas.

Dengan menggunakan analisis statistik deskriptif diharapkan dapat terlihat

secara keseluruhan mengenai potensi dan pengembangan industri mebel di

Kelurahan Bukir Kecamatan Gadingrejo Kota pasuruan. Dengan menggunakan

metode penelitian kuantitatif yang diharapkan data-data terdeskripsikan sesuai apa

adanya. Peneliti berusaha memahami realita potensi dan pengembang industri

17

mebel yang dilakukan dalam aktivitas perindustrian yang dilakukannya, yaitu

pihak pemerintah dan pemilik industri mebel sebagai subyek penelitian.

Dalam pelaksanaan penelitian melakukan observasi, malakukan wawancara

dan penyelidikan yang dicatat data secara real. Agar data terkumpulkan untuk

dapat dianalisis dan diinterpretasi sesuai fokus permasalahan yang diteliti, sebagai

berikut

18

Keranga Berpikir

Industri Mebel

Bukir

Potensi Industri

Mebel Bukir

Keberlasungan

Industri

Parameter

pengukuran

keberlasungan

industri dilihat

dari modal awal

yang digunakan

dalam pendirian

usaha, pendapatan

yang dihasilkan

serta penunjang

lain seberapa lama

usaha tersebut

berdiri.

Tenaga Kerja

Terampil

Salah satu faktor

penentu apakah

suatu industri

mebel berpotensi

dan dapat

bersaing dengan

produk luar yang

sejenis karena

industri mebel

bukir mampu

mendapatkan

predikat idnustri

prioritas

pemerintah

daerah

Pangsa Pasar dan

Strategi Pemasaran

Untuk memudahkan

pemasaran dari hasil

produksi sehingga

perlu diperhatikan

kuantitas dari

produksinya

sehingga dapat

memenuhi

permintaan pasar,

baik pasar dalam

maupun pasar luar

negeri.

Dukungan

Pemerintah

Dukungan

pemerintah

merupakan

indikator paling

penting dalam

mengembangkan

dan kesiapan

industri mebel

untuk menambah

informasi dan

sarana yang

diperlukan dalam

industri mebel.

Analisis

SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL

KELEMAHAN

(Weaknesses)

PELUANG

(Opportunities)

ANCAMAN (Threats)

KEKUATAN (Strengths)