A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan...

18
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi masih dalam tema yang sama dengan peneliti. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang sama-sama membahas peningkatan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas yaitu: 1. Penelitian atas nama Meidinar Ragil Pawening (Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya Jawa Timur) yang dilakukan pada tahun 2013 dengan judul skripsi ialah “Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat Melalui Rehabilitasi Sosial pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Timur.” Hasil dari penelitian tersebut adalah upaya peningkatan kesejahteraan sosial melalui bimbingan sosial perorangan, kelompok, masyarakat dan bimbingan ketrampilan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan mampu memberikan peningkatan kesejahteraan batiniah, lahiriah dan sosial sehingga penyandang cacat mendapatkan perlakuan yang sama dalam hak dan kewajiban dengan tidak ada rasa kasihan sebagai perlakuan khusus dalam lingkungan sosial sehingga mencapai peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat tubuh. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Fokus penelitian adalah bimbingan sosial dan bimbingan ketrampilan. Dengan sasaran kajian yaitu bimbingan sosial perorangan, bimbingan sosial kelompok, bimbingan

Transcript of A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan...

Page 1: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjelaskan beberapa hasil penelitian yang sudah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi masih dalam tema yang sama dengan

peneliti. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang sama-sama membahas

peningkatan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas yaitu:

1. Penelitian atas nama Meidinar Ragil Pawening (Mahasiswa Jurusan Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya Jawa Timur) yang dilakukan pada

tahun 2013 dengan judul skripsi ialah “Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial

Penyandang Cacat Melalui Rehabilitasi Sosial pada Unit Pelaksana Teknis

Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi

Jawa Timur.” Hasil dari penelitian tersebut adalah upaya peningkatan kesejahteraan

sosial melalui bimbingan sosial perorangan, kelompok, masyarakat dan bimbingan

ketrampilan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat

Tubuh di Pasuruan mampu memberikan peningkatan kesejahteraan batiniah,

lahiriah dan sosial sehingga penyandang cacat mendapatkan perlakuan yang sama

dalam hak dan kewajiban dengan tidak ada rasa kasihan sebagai perlakuan khusus

dalam lingkungan sosial sehingga mencapai peningkatan kesejahteraan sosial

penyandang cacat tubuh. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Fokus

penelitian adalah bimbingan sosial dan bimbingan ketrampilan. Dengan sasaran

kajian yaitu bimbingan sosial perorangan, bimbingan sosial kelompok, bimbingan

Page 2: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

9

sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan

sablon/percetakan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara.

Analisa data dalam Penelitian ini dengan menggunakan model interaktif. Hasil dari

penelitian Meidinar hampir sama dengan peneliti, hanya saja objek penelitian

dilakukan di Komunitas Shining Tuli Batu dengan fokus kegiatannya pelatihan

bahasa isyarat untuk umum, dan juga kampanye media.

2. Penelitian atas nama Oca Pawalin (Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar Lampung) yang

dilakukan pada tahun 2017 dengan judul ialah “Peran Dinas Sosial Kota Metro

Dalam Pemberdayaan Penyandang Disabilitas di Dinas Sosial Kota Metro di

Provinsi Lampung” Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa peran Dinas Sosial

kota metro dalam pemberdayaan penyandang disabilitas meliputi peran fasilitator,

peran perwakilan pendidikan dan teknis dilakukan dengan baik tetapi tidak untuk

itu adalah potensi penuh. Hal ini ditandai dengan pelatihan dan bantuan sosial yang

diberikan belum merata masih banyak penyandang disabilitas yang belum

merasakan pelatihan dan bantuan sosial. Jadi harus ada evaluasi untuk peran Dinas

Sosial Kota Metro dalam pemberdayaan penyandang disabilitas. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui peranan Dinas Sosial Kota Metro dalam

pemberdayaan penyandang disabilitas. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif dan deskriptif dan berfokus pada peran teori peran, yaitu peran peran

fasilitatif peran pendidikan dan teknis sebagai patokan representatif. Teknik

pengumpulan data adalah teknik wawancara observasi dan dokumentasi. Teknik

triangulasi sumber data digunakan sebagai teknik validitas data. Hasil penelitian

Page 3: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

10

Oca hampir sama dengan peneliti, hanya saja objek penelitian dilakukan di

Komunitas Shining Tuli Batu dengan fokus kegiatannya pelatihan bahasa isyarat

untuk umum, dan juga kampanye media.

3. Penelitian atas nama Mahendra Ramadhianto (Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya Malang) yang dilakukan pada tahun 2013 dengan judul

“Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat Studi

Implementasi Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009

Tentang Kesejahteraan Sosial di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong

Kabupaten Ponorogo”. Hasil dari penelitian tersebut ialah peneliti memperoleh

jawaban atas permasalahan yang ada bahwa upaya meningkatkan kesejahteraan

sosial penyandang cacat yaitu pemerintah melakukan rehabilitasi sosial terhadap

warga penyandang cacat di Kabupaten Ponorogo dengan cara Pendekatan terhadap

tokoh masyarakat Ds. Karangpatihan, Pendataan terhadap penyandang Cacat yang

ada di Ds. Karangpatihan, Bimbingan lanjut terhadap penyandang cacat di Ds.

Karangpatihan dan pada tahun 2011 kementerian sosial Republik Indonesia

mendirikan Rumah Kasih sayang untuk membina para penyandang disabilitas

intelektual dengan berbagai keterampilan. Akan tetapi upaya meningkatkan

kesejahteraan sosial penyandang cacat di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong

Kabupaten Ponorogo masih terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya,

diantaranya minimnya anggaran APBD Kab. Ponorogo untuk penangannan cacat

idiot, selain itu warga idiot rata – rata sudah lansia jadi susah untuk diberdayakan.

Solusi terkait hambatan-hambatan yang terjadi dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan sosial penyandang cacat di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong

Kabupaten Ponorogo yaitu Pemerintah lebih mengoptimalkan bantuan yang

Page 4: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

11

diberikan kepada masyarakat penderita Keterbelakangan mental atau idiot di Desa

Karangpatihan dengan cara mendirikan atau membangun Rumah Kasih Sayang

yang berfungsi untuk membina para penyandang disabilitas intelektual dengan

berbagai keterampilan. Hasil penelitian Mahendra hampir sama dengan peneliti,

hanya saja objek penelitian dilakukan di Komunitas Shining Tuli Batu dengan fokus

kegiatannya pelatihan bahasa isyarat untuk umum, dan juga kampanye media.

B. Kesejahteraan Sosial

1. Konsep Kesejahteraan Sosial

Menurut Su’adah,dkk (2007:1), secara historis usaha manusia dalam

mengusahakan adanya kesejahteraan hidup bersama dalam masyarakat dimulai

sejak awal manusia membentuk kelompok. Pada zaman primitive dorongan-

dorongan untuk melakukan usaha perlindungan diri sendiri, kesejahteraan keluarga

dan kesejahteraan kelompok mereka dalam kehidupan bersama telah terbentuk.

Namun di abad ke 6, islam telah memberikan tuntutan hidup yang mengacu pada

tujuan utama bermasyarakat yaitu mencapai kesejahteraan sosial bersama

Di Indonesia, kesejahteraan sosial sebagai kegiatan pelayanan telah dibuka

ketika Indonesia belum merdeka. Pada zaman colonial Belanda, usaha

kesejahteraan sosial dilaksanakan dan diserahkan pada badan/lembaga bukan resmi

atau lembaga keagamaan dan kemasyarakatan.

Pada dasarnya pengertian kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”.

Sejahtera ini mempunyai arti dari Bahasa Sansekerta “Catera” yang berarti payung.

Dalam hal ini, kesejahteraan yang terkandung dalam artian payung di ibaratkan

adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari

Page 5: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

12

kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman

tenteram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang

berarti kawan, teman, dan kerja sama. Orang yang sosial adalah orang yang

mempunyai peduli dengan orang yang disekitarnya juga dapat berelasi dengan

orang lain dengan baik.

Menurut Fridlander (Fahrudin, 2012:9) mendefinisikan kesejahteraan sosial

adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi yang

dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna

mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dengan relasi-relasi personal

dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan

serta kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga juga

masyarakatnya. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang menjadi

dasar bagi pembentukan negara Indonesia, disebutkan bahwa salah satu tugas

pemerintah serta juga tugas warga negara Indonesia adalah untuk memajukan

kesejahteraan umum. Kesejahteraan umum ini bisa melingkupi lingkungan sosial.

Didalam ilmu kesejahteraan sosial tentu bermasyarakat merupakan hal yang

penting dalam kehidupan dan bersosialisasi.

Didalam undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

pasal 1 ayat 1 berbunyi:

“Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”

Fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi

tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosial-

ekonomi, menghindari terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang negatif

Page 6: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

13

akibat pembangunan kesejahteraan masyarakat. Tujuan kesejahteraan sosial yaitu

untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan

pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi yang

harmonis dengan lingkungannya. Selanjutnya untuk mencapai penyesuaian diri

baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya menggali sumber-

sumber, meningkatkan, serta mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.

Dalam undang-undang No. 6 Tahun 1974 pasal 2 ayat 2 disebutkan bahwa:

“Usaha kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program, kegiatan, yang

ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan, dan

mengembangkan kesejahteraan sosial”

Sementara dalam undang-undang No 11 Tahun 2009 dinyatakan Usaha

kesejahteraan sosial itu merupakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yaitu

upaya yang terarah, terpadu, juga berkelanjutan yang dilakukan pemerintah,

pemerintah daerah, serta masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna

memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitas sosial,

jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

2. Kesejahteraan Sosial dan Kualitas Hidup

Kesejahteraan sosial juga selalu dikaitkan dengan konsep kualitas hidup

(Quality Of Life). Konsep kualitas hidup selalu digunakan untuk mendeskripsikan

“kehidupan yang lebih baik” dalam beberapa disiplin ilmu termasuk ekonomi,

sosiologi, psikologi, pekerjaan sosial, kedokteran, dan keperawatan. World Health

Organization (WHO) (Kwan, 2000:9) mendefenisikan kualitas hidup atau quality

of life sebagai persepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupan dilihat

dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal serta hubungannya

dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal lain yang menjadi perhatian individu

Page 7: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

14

tersebut. Berdasarkan definisi Calman dan WHO mengimplikasikan bahwa kualitas

hidup ditentukan oleh persepsi individual mengenai kondisi kehidupannya saat ini.

Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang

dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikologi, tingkat kemandirian, serta

hubungan sosial individu dengan lingkungannya. Kualitas hidup juga tidak

mencakup hanya ruang lingkup yang fisik saja tetapi kualitas hidup bisa

mencangkup kinerja seseorang dalam memainkan peran sosial, keadaan emosional,

fungsi-fungsi intelektual juga pengalaman seseorang berdasar pengetahuan yang

individu alami, serta perasaan sehat dan kepuasan hidup.

Pengertian kualitas hidup tersebut di atas sesungguhnya relevan jika dikaitkan

dengan pengertian kesejahteraan dalam UU No. 13 Tahun 1998. Dalam UU No 13

Tahun 1998 tentang kesejahteraan penyandang disabilitas, pasal 1 ayat 1 juga

menyatakan bahwa “kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan

sosial yang baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,

kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara

untuk mengadakan pemenuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya

bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat, dengan menjunjung tinggi hak dan

kewajiban asasi manusia dengan Pancasila”

Dengan demikian kesejahteraan penyandang disabilitas merupakan gambaran

penyandang permasalahan kesejahteraan sosial (PMKS). Penyandang disabilitas

merupakan bagian masyarakat Indonesia yang memiliki kedudukan, hak,

kewajiban, dan kesempatan serta peran yang sama dalam segala aspek kehidupan

maupun penghidupan seperti halnya orang non disabilitas. Pengakuan tersebut

dikuatkan secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 diikuti

Page 8: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

15

terbitnya Peraturan Pemerintah nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan

Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat (disabilitas). Mengenai peningkatan

kesejahteraan sosial penyandang disabilitas, tujuan undang-undang yang sudah

dijelaskan diatas, tujuan dalam undang-undang ini adalah agar tercipta kemandirian

dan kesejahteraan bagi penyandang disabilitas, juga meliputi kesamaan kesempatan

rehabilitas, pemberian bantuan sosial, dan pemeliharaan kesejahteraan sosial. Hal

tersebut menjadi tanggung jawab bersama dari pemerintah,masyarakat, keluarga

serta penyandang disabilitas itu sendiri. Maupun juga penyedian aksesbilitas baik

fisik maupun non fisik menjadi salah satu kunci dalam perwujudan kesejahteraan

sosial bagi penyandang disabilitas. Pengawasan, Lembaga koordinasi, dan

pengendalian kesejahteraan sosial penyandang disabiilitas ada di peraturan ini.

Oleh karena itu, untuk dapat menciptakan kondisi kesejahteraan sosial dan

kualitas hidup yang tinggi maka diperlukan penciptaan lingkungan yang

mendukung, responsive dan memberdayakan individu dan masyarakat. Para

pekerja sosial harusnya memberi perhatian sungguh-sungguh tentang bagaimana

para pembuat kebijakan dari pemerintah baik di pusat maupun daerah dalam

merespon dan mengambil tindakan yang cepat dan tepat guna memenuhi kebutuhan

dasar rakyat, penanganan masalah sosial dan perbaikan kualitas rakyat. Aktivitas

seperti ini dapat memperbaiki perundang undangan, kebijakan, program, dan

mekanisme penyampaian pelayanan kepada masyarakat

3. Keberfungsian sosial

Keberfungsian sosial (social functioning) adalah konsep kunci untuk

memahami kesejahteraan sosial, dan merupakan konsep pembeda antara profesi

pekerjaan sosial dengan profesi lainnya, pekerjaan berhubungan dengan

Page 9: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

16

keberfungsian sosial semua orang tapi prioritasnya yaitu pada masalah pemenuhan

kebanyakan anggota-anggota masyarakat yang rentan. Pada dasarnya masyarakat

yang rentan ini adalah korban dari situasi pengabaian, ketidakadilan sosial,

diskriminasi dan penindasan. Termasuk juga didalamnya anak-anak dan remaja,

lansia, perempuan, individu yang hidup dalam kemiskinan, individu yang

mempunyai keterbatasan fisik, orang yang sakit mental dan emosional, gay dan

lesbian, dan kelompok minoritas. Oleh karena itu peran pekerjaan sosial ialah

memberfungsikan kembali peran peran sosial yang ada di dalam masyarakat agar

menjadi lebih baik dan sejahtera. Juga dukungan sosial bagi penyandang disabilitas

merupakan sumber daya sosial yang dapat membantu mereka dalam menghadapi

suatu kejadian menekan dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. Besarnya

pengaruh dukungan sosial yang dirasakan penyandang disabilitas terhadap

peningkatan keberfungsian sosial yang dipengaruhi oleh factor dukungan

emosional,dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informasional.

4. Kebutuhan dasar manusia

Menurut Abraham Maslow menjelaskan ada 5 kebutuhan dasar manusia,

seperti diagram 1 berikut:

Page 10: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

17

Diagram 1 Kebutuhan Dasar Manusia

a. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar dan memiliki

prioritas yang tertinggi dalam kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan fisiologis

ini pun harus terpenuhi oleh manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut

terdiri dari pemenuhan oksigen, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi

(makanan), istirahat dan tidur, aktifitas , keseimbangan untuk tubuh, dan

kebutuhan seksual,

b. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

Kebutuhan ini dibagi lagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan

psikologis. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap

tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan

Manusia

Keberfungsian Fisiologis

(oksigen,Makan, Mnum)

Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

Kebutuhan Rasa Cinta dan Ksih

Sayang

Kebutuhan Harga Diri

Kebutuhan Aktualisasi Diri

Page 11: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

18

sebagainya, sedangkan perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas

ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya kekhawatiran

seseorang memasuki sekolah pertama kali, karena harus berinteraksi dengan

orang lain dan sebagainya.

c. Kebutuhan Rasa Cinta dan Kasih Sayang

Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima

kasih sayang, seperti persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga, kelompok

sosial, dan sebagainya.

d. Kebutuhan Harga Diri

Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapat kekuatan, meraih

prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu manusia juga

membutuhkan pengakuan dari orang lain.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki maslow berupa kebutuhan

untuk berkontribusi pada orang lain/ lingkungan serta mencapai potensi diri

sepenuhnya.

5. Kriteria Ukuran Kesejahteraan Penyandang Disabilitas

Sesuai yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial dan keputusan Menteri Sosial No.82/HUK/2005 tentang

Tugas dan Tata Kerja Departemen Sosial menyatakan bahwa focal point (titik

fokus) dalam penanganan permasalahan penyandang disabilitas di Indonesia adalah

Kementerian Sosial RI. Tugas tersebut lebih diarahkan pada upaya pelayanan dan

Page 12: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

19

rehabilitasi sosial, yaitu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk

memungkinkan penyandang disabilitas mampu melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, kementrian ini juga

menjelaskan kriteria ukuran kesejahteraan sosial penyandang disabilitas dalam UU

No. 4 tahun 1997 pasal 6 yang menjelaskan setiap penyandang disabilitas berhak

memperoleh :

a. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan

b. Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat

kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya.

c. Perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati

hasil-hasilnya.

d. Aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya.

e. Rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

f. Hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampu-an, dan

kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam

lingkungan keluarga dan masyarakat.

B. Penyandang Disabilitas

1. Pengertian penyandang disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) penyandang diartikan dengan

orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas merupakan

kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris disability

(jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Kementrian sosial

menyebut penyandang disabilitas sebagai penyandang cacat, kementrian

Pendidikan nasional menyebut dengan istilah berkebutuhan khusus, sedangkan

Page 13: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

20

kementrian kesehatan menyebut dengan istilah penderita cacat. Riyadi (2012:293)

Penyandang disabilitas juga sering dianggap sebagai warga masyarakat yang tidak

produktif, tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga hak-

haknya pun diabaikan. Menurut WHO mendefinisikan penyandang disabilitas

merupakan pembatasan atau ketidakmampuan untuk melakukan suatu kegiatan

dengan cara dalam rentang dianggap normal bagi manusia,sebagaian besar akibat

penurunan kemampuan.

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-

Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu orang yang memiliki

keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang

dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui

hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan

kesamaan hak. Setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan mental, yang dapat

menganggu atau merupakan rintangan serta hambatan baginya untuk melakukan

secara selayaknya, yang terdiri dari, penyandang cacat fisik; penyandang cacat

mental; penyandang cacat fisik dan mental (UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang

Penyandang cacat)

2. Jenis-jenis Penyandang Disabilitas

Penyandang disabilitas dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Disabilitas Mental

Disabilitas mental atau kelainan mental terdiri dari:

Page 14: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

21

1. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di

mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga

memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.

2. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas

intelektual/IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu penyandang lamban belajar (slow learnes)

yaitu penyandang disabilitas yang memiliki IQ (Intelligence Quotient)

antara 70-90. Sedangkan penyandang yang memiliki IQ (Intelligence

Quotient) di bawah 70 dikenal dengan penyandang disabilitas

berkebutuhan khusus.

3. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan

prestasi belajar (achievment) yang diperoleh.

b. Disabilitas Fisik

Disabilitas Fisik atau kelainan fisik terdiri dari:

1. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tuna daksa adalah individu yang

memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-

muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat

kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh.

2. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah individu

yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat

diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low

vision.

3. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu yang

memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak

Page 15: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

22

permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu

tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa

disebut tunawicara.

4. Kelainan Bicara (Tunawicara). Tunawicara adalah seseorang yang

mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa

verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini

dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan disebabkan karena

ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya

ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ

motorik yang berkaitan dengan bicara.

c. Tunaganda (disabilitas ganda)

Tunaganda atau penderita cacat lebih dari satu kecacatan (cacat fisik

dan mental) merupakan mereka yang menyandang lebih dari satu jenis

keluarbiasaan, misalnya penyandang tuna netra dengan tuna rungu

sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan tuna grahita atau bahkan

sekaligus.

3. Asas dan hak-hak penyandang disabilitas

Pada undang-undang Republik Indonesia No 8 tahun 2016 menyatakan

bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kelangsungan hidup setiap

warga negara, termasuk para penyandang disabilitas yang mempunyai kedudukan

hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai Warga Negara

Indonesia dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari warga negara dan

Page 16: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

23

masyarakat Indonesia merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa,

untuk hidup maju dan berkembang secara adil dan bermartabat. Sebagian besar

penyandang disabilitas di Indonesia hidup dalam kondisi rentan, terbelakang,

dan/atau miskin disebabkan masih adanya pembatasan, hambatan, kesulitan, dan

pengurangan atau penghilangan hak penyandang disabilitas. Untuk mewujudkan

kesamaan hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas menuju kehidupan

yang sejahtera, mandiri, dan tanpa diskriminasi diperlukan peraturan

perundangundangan yang dapat menjamin pelaksanaannya.

Sehingga membentuk undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun

2016 dalam pasal 2 mengenai Pelaksanaan dan Pemenuhan hak Penyandang

Disabilitas berasaskan penghormatan terhadap martabat, otonomi individu, tanpa

Diskriminasi, partisipasi penuh, keragaman manusia dan kemanusiaan, Kesamaan

Kesempatan, kesetaraan, Aksesibilitas, kapasitas yang terus berkembang dan

identitas anak, inklusif, perlakuan khusus dan Pelindungan lebih. Pelaksanaan

dan Pemenuhan hak Penyandang disabilitas undang-undang Republik Indonesia

Nomor 8 tahun 2016 pasal 3 bertujuan:

a. mewujudkan Penghormatan, pemajuan, Pelindungan, dan Pemenuhan

hak asasi manusia serta kebebasan dasar Penyandang Disabilitas

secara penuh dan setara;

b. menjamin upaya Penghormatan, pemajuan, Pelindungan, dan

Pemenuhan hak sebagai martabat yang melekat pada diri Penyandang

Disabilitas;

c. mewujudkan taraf kehidupan Penyandang Disabilitas yang lebih

berkualitas, adil, sejahtera lahir dan batin, mandiri, serta bermartabat;

Page 17: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

24

d. melindungi Penyandang Disabilitas dari penelantaran dan eksploitasi,

pelecehan dan segala tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak

asasi manusia; dan

e. memastikan pelaksanaan upaya Penghormatan, pemajuan,

Pelindungan, dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas untuk

mengembangkan diri serta mendayagunakan seluruh kemampuan

sesuai bakat dan minat yang dimilikinya untuk menikmati, berperan

serta berkontribusi secara optimal, aman, leluasa, dan bermartabat

dalam segala aspek kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat.

C. Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang

berbagi lingkungan, umunya memiliki keterkaitan dan habitat yang sama. Dalam

komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,

kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah

kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang

berarti "kesamaan" (digilib.unila.ac.id). Menurut Kertajaya Hermawan (2008)

komunitas merupakan sekelompok orang yang mempunyai kepedulian yang sama

satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dalam sebuah komunitas terjadi juga

relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya

kesamaan interest atau values . Menurut Crow dan Allan, komunitas dibagi menjadi

2 komponen, pertama berdasasrkan lokasi dan tempat, dalam komponen pertama

Page 18: A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/46360/3/BAB II.pdf · sosial kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan sablon/percetakan. Metode yang digunakan

25

ini dapat diliat sebagi tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang

sama secar geografis, juga mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi bagi

lingkungannya. Kedua berdasarkan minat dan kelompok orang yang mendirikan

suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, sebagai

contoh agama, ras, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual