BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen...

22
x BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS 2.1. Pandangan Tentang Eksistensi Manusia Sebelum penulis membahas beberapa pandangan tentang eksistensi manusia, perlu dimengerti lebih dahulu apakah hakikat manusia itu. Untuk itu kita harus mengerti apakah hakikat itu. Hakikat secara sederhana berarti sesuatu yang mendasar, sesuatu yang esensial dan substansial, yang penting dan yang diutamakan. Hakikat merupakan syarat dari sebuah eksistensi. Hakikat dapat dimengerti sebagai SESUATU yang harus ada pada sesuatu yang jikalau SESUATU itu tidak ada maka sesuatu itu pun tidak terwujud. Dapat juga diterangkan dalam sebuah rumusan, SESUATU ditambah sesuatu sama dengan eksistensi, sedangkan sesuatu dikurangi SESUATU sama dengan noneksistensi, (S + s = E) atau (s – S = NE). Sesuatu (huruf besar) merupakan syarat yang menentukan ada tidaknya sesuatu (garis bawah), sedangkan sesuatu (garis bawah) merupakan simbol- simbol bereksistensi yang eksistensinya ditentukan di dalam diri sesuatu (huruf besar). 4 Jadi tidak ada hakikat maka tidak akan ada eksistensi. Eksistensi dimengerti sebagai perwujudan manusia, bagaimana manusia mewujud atau meng-ada di dalam dan terhadap dunia. Sedangkan hakikat sifatnya lebih mendasar atau substansial, yaitu apa yang menjadikan manusia itu ada. Dengan mempertanyakan hakikat manusia, kita sebenarnya sedang menanyakan apakah manusia itu?, dan bagaimana manusia itu ada? Pertanyaan tersebut walaupun jawabannya telah dipikirkan dan diupayakan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, tetap merupakan pertanyaan 4 Manusia, Filsafat, dan Sejarah, Dr. Juraid Abdul Latief, M.Hum., Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal. 14.

Transcript of BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen...

Page 1: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

x

BAB 2

SENI DAN SPIRITUALITAS

2.1. Pandangan Tentang Eksistensi Manusia

Sebelum penulis membahas beberapa pandangan tentang eksistensi manusia,

perlu dimengerti lebih dahulu apakah hakikat manusia itu. Untuk itu kita harus mengerti

apakah hakikat itu. Hakikat secara sederhana berarti sesuatu yang mendasar, sesuatu yang

esensial dan substansial, yang penting dan yang diutamakan. Hakikat merupakan syarat

dari sebuah eksistensi. Hakikat dapat dimengerti sebagai SESUATU yang harus ada pada

sesuatu yang jikalau SESUATU itu tidak ada maka sesuatu itu pun tidak terwujud.

Dapat juga diterangkan dalam sebuah rumusan, SESUATU ditambah sesuatu sama

dengan eksistensi, sedangkan sesuatu dikurangi SESUATU sama dengan noneksistensi,

(S + s = E) atau (s – S = NE). Sesuatu (huruf besar) merupakan syarat yang menentukan

ada tidaknya sesuatu (garis bawah), sedangkan sesuatu (garis bawah) merupakan simbol-

simbol bereksistensi yang eksistensinya ditentukan di dalam diri sesuatu (huruf besar).4

Jadi tidak ada hakikat maka tidak akan ada eksistensi.

Eksistensi dimengerti sebagai perwujudan manusia, bagaimana manusia mewujud

atau meng-ada di dalam dan terhadap dunia. Sedangkan hakikat sifatnya lebih mendasar

atau substansial, yaitu apa yang menjadikan manusia itu ada. Dengan mempertanyakan

hakikat manusia, kita sebenarnya sedang menanyakan apakah manusia itu?, dan

bagaimana manusia itu ada? Pertanyaan tersebut walaupun jawabannya telah dipikirkan

dan diupayakan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, tetap merupakan pertanyaan

4 Manusia, Filsafat, dan Sejarah, Dr. Juraid Abdul Latief, M.Hum., Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal. 14.

Page 2: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xi

yang penting untuk selalu ditanyakan. Mempertanyakan bukan karena seolah belum ada

jawabannya, tetapi bertanya sebagai tindakan perenungan untuk lebih menyadari dan

mendalami posisi dan peran manusia di bumi.

Menurut Socrates (470-399 sbl.M.) hal yang pertama harus diselesaikan adalah

kenalilah dirimu, siapa saya? Mengenal dengan baik siapa saya dapat mengantar kepada

pengenalan terhadap di luar saya yang lebih asasi. Socrates dapat dinilai sebagai filsuf

pertama yang secara serius menjadikan manusia salah satu tema sentral dalam

pemikirannya. Ia beranggapan bahwa hanya dengan mengetahui dan mengenal siapa

manusia, kita menjadi sadar tentang kedirian kita. Mengenal diri penting artinya untuk

membebaskan manusia dari keterasingan terutama keterasingan terhadap diri sendiri.

Yang dimaksud dengan mengenal diri disini bukan hanya mengenal manusia secara fisik

pada taraf anatomi, tetapi mengenal hakikatnya yang mendasar.

.…hanya dengan cara melepaskan pikiran dari manusia, jalan untuk sampai pada hakikat dapat diretas jelas. Ketika pikiran masih berada dalam manusia maka esensi tentang manusia baru berada dalam taraf anatomi fisis (organisme). Oleh sebab itu, yang paling mendasar dilakukan bagi manusia adalah “Memasukkan manusia dalam pikiran, dan bukan sebaliknya memasukkan pikian dalam manusia”.5

Merujuk pada pernyataan Dr. Juraid tersebut, hanya dengan jalan ‘manusia masuk

dalam pikiran’ manusia dapat melakukan pengenalan atas kediriannya. Jika cara yang

dilakukan masih pada taraf ‘pikiran masuk dalam manusia’ maka pengenalan yang

diperoleh hanya sampai pada taraf fisik. Sedangkan yang terutama adalah mengenal

hakikat, hal yang paling hakiki dan mendasar yang membawa kepada pencerahan

kemanusiaan.

5 Ibid., hal 15

Page 3: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xii

Dalam usaha untuk menjawab pertanyaan mengenai hakikat manusia, telah

muncul banyak pemikiran dengan berbagai macam sudut pandang. Dan dari pemikiran

demi pemikiran tersebut dapat ditemukan suatu kecenderungan yang membandingkan

manusia dengan hewan. Usaha pendefinisian dengan cara membandingkan tersebut

secara garis besar telah menghasilkan dua argumen. Yang pertama beranggapan bahwa

tidak ada perbedaan antara manusia dan hewan, mereka berada dalam timbangan yang

berimbang. Manusia dipandang seperti layaknya mesin yang terjadi dari sebab-sebab

mekanis. Jiwa yang dimiliki manusia dipandang sebagai hasil pertumbuhan badan.

Pandangan ini berkaitan dengan faham materialisme yang memandang tubuh sebagai

wujud eksistensi manusia hanya dari sudut pandang materi.

Anggapan yang kedua sangat berbeda dengan yang pertama. Manusia dikatakan

sangat jauh berbeda dari hewan. Manusia tidak dapat disandingkan dengan hewan karena

manusia memiliki jiwa. Jiwa manusia bukanlah hasil dari pertumbuhan badan, dan tidak

ditentukan oleh badan. Jiwa manusia berasal dari Tuhan. Anggapan tersebut memandang

hakikat manusia dari sudut pandang spiritualitas. Berikut penulis mengutip beberapa

anggapan yang menyatakan dengan tegas perbedaan tersebut :

“ Antara binatang dan manusia terdapat jurang yang tak terseberangi, setidak-tidaknya sejauh menyangkut jiwa manusia, jiwa manusia adalah langsung berasal dari Tuhan.” (Frans Dahler 1971) “Manusia adalah tukang bertanya”; “Kesadaran manusia adalah bersifat bertanya yang sebenar-benarnya” (Prof. R. F. Beerling 1966) “ Perbedaan antara manusia dan hewan serta tumbuh-tumbuhan terletak dalam kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan”. (J. Verkuyl 1960) 6

6 Kutipan ini diambil dari uraian Dr. Juraid Abdul latief dalam bukunya Manusia, Filsafat, dan Sejarah, penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal.18-19

Page 4: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xiii

Anggapan-anggapan tersebut menyatakan dalam sudut pandang spiritualitas bahwa

manusia adalah makhluk yang mulia sangat berbeda dengan hewan. Karena memiliki

jiwa manusia memiliki kesanggupan untuk berbudaya dan mengembangkan kebudayaan,

berbeda dengan binatang yang hanya hidup berdasarkan insting.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembahasan mengenai

manusia bertumpu pada fenomena jasmani (tubuh) dan fenomena rohani (roh). Kedua hal

ini terintegrasi dan melahirkan eksistensi. Setelah terintegrasi keduanya mulai saling

mendominasi satu sama lain. Apabila tubuh fisik yang mendominasi maka cenderung

nilai negatif lah yang dominan dari manusia, manusia akan cenderung untuk memanjakan

keinginan tubuhnya dan menolak nilai-nilai spiritual. Tetapi sebaliknya jika roh

mendominasi maka cenderung nilai positif lah yang dominan. Jika dibandingkan dengan

penjelasan sebelumnya tentang pengertian hakikat, maka roh tersebut dapat dimengerti

sebagai SESUATU (syarat yang menentukan adanya sesuatu), sedangkan tubuh fisik

dapat dimengerti sebagai sesuatu (simbol bereksistensi yang eksistensinya ditentukan

oleh SESUATU itu).

2.1.1. Pandangan Kristen Tentang Eksistensi Manusia.

Sebagai salah satu landasan dan kerangka berpikir penulis mengambil beberapa

pandangan dalam agama Kristen tentang eksistensi manusia. Telah diketahui berdasarkan

uraian diatas bahwa dalam pembahasan mengenai hakikat manusia kita dapat

menemukan fenomena tubuh dan roh yang terintegrasi dan melahirkan eksistensi. Jadi,

jika kita kembali pada pertanyaan semula apakah sebenarnya yang menjadi hakikat

manusia itu? Apakah tubuh semata atau roh semata? Jawabannya adalah kedua-duanya,

Page 5: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xiv

roh dan tubuh yang berintegrasi merefleksikan manusia. Tidak mungkin jika berkaitan

dengan eksistensi kita hanya menekankan pada aspek roh saja atau tubuh saja sebagai

hakikat manusia. Manusia menjadi manusia karena adanya integrasi tubuh dan roh.

Agama Kristen pun memiliki pandangan yang sama, dapat dilihat dalam kutipan ayat

berikut:

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubumu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (I Korintus 6:19) 7 Dari kutipan tersebut kita dapat melihat fenomena tubuh dan roh yang bersatu.

Agama Kristen memandang tubuh sebagai bait tempat berdiamnya Roh Allah. Tubuh

dilihat dari sudut pandang spiritual sebagai tempat atau ruang yang kudus dan sakral.

Keberadaan tubuh bukan hanya untuk dimanjakan atau dipuaskan keinginannya, tetapi

tubuh didedikasikan dan dipersembahkan kepada Tuhan. Pernyataan “...tubuhmu adalah

bait Roh Kudus...”, secara langsung menjelaskan bahwa pribadi manusia itu bersifat roh

yang bersatu dalam tubuh. Sedangkan kalimat berikutnya yaitu “…,-dan bahwa kamu

bukan milik kamu sendiri?” merupakan pernyataan yang menjelaskan eksistensi manusia.

Dalam kalimat tersebut tidak lagi dikatakan “...tubuhmu…”, tetapi langsung dikatakan

“…kamu…”, yang berarti tidak hanya menunjuk kepada tubuh saja atau pada roh saja,

tetapi manusia secara keseluruhan, tubuh dan roh sebagai pribadi.

Tubuh sebagai bait Allah berkaitan dengan konsep chabod dalam kebudayaan

Yahudi yang berarti ‘kehormatan dan kemuliaan’. Bait Allah adalah chabod Allah.

Sebagaimana Allah dalam Perjanjian Lama diceritakan memanifestasikan diri-Nya

dengan berselubung cahaya lambang dari kemuliaan dan kehormatan. Bait Allah adalah

7 Alkitab Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, cetakan ke-174, th.1999.

Page 6: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xv

juga Rumah Allah tempat berdiamnya tabernakel, suatu tempat dimana para imam

berkumpul dan menghadap Tuhan. Rumah Allah merupakan tempat dimana Tuhan dapat

memanifestasikan diri-Nya. Pernyataan tubuh sebagai bait Allah juga menyatakan bahwa

manusia merupakan bagian dari Allah, berasal dari Allah, dan memperoleh kehidupannya

dari Allah. Dapat dikatakan bahwa manusia sebenarnya memiliki sifat-sifat Allah secara

kodratnya. Seperti yang tersirat dalam kutipan berikut:

“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1: 26-27) 8 Kutipan ayat diatas menerangkan posisi manusia dalam hubungannya dengan

Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungannya. Thomas Aquinas9 dalam

ajarannya memiliki konsep pikir yang sama. Ajarannya berkisar pada konsep ‘partisipasi’

(Inggris: participation) atau hal mengambil bagian. Maksudnya adalah segala sesuatu

yang diciptakan mengambil bagian dalam adanya Allah.

Agama Kristen juga mengenal dualisme tubuh dan roh. Tubuh seringkali terkait

pada perkara persanggamaan dan pengorbanan, kehidupan dan kematian, kejatuhan

dalam dosa dan kebangkitan badan. Tubuh seringkali identik dengan keinginan-keinginan

yang bersifat duniawi, dalam hal ini tubuh harus ditundukkan pada roh. Tetapi tubuh juga

merupakan tempat kudus yang dipersembahkan kepada Tuhan. Jika manusia lebih

mengarahkan dirinya pada hal-hal yang sifatnya materi atau keinginan-keinginan

8 ibid. 9 Thomas Aquinas (1225 – 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan filsafat abad pertengahan. Ia adalah murid dari Albertus agung (1205 – 1280) salah satu pempimpin besar Gereja pada masa patristik dan abad pertengahan. Beberapa pokok ajarannya adalah tentang penciptaan, pengenalan akan Allah, hilemorfisme (ajaran tentang materi dan bentuk), dan tentang manusia.

Page 7: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xvi

duniawi, maka tubuh dekat dengan nilai negatif. Tetapi jika diarahkan pada hal-hal yang

sifatnya rohani, maka tubuh dekat dengan nilai-nilail positif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensi manusia lahir dari integrasi tubuh dan

roh. Walaupun tubuh bersifat tidak kekal, tetapi tidak dapat dikesampingkan ia

merupakan salah satu syarat dari sebuah eksistensi. Dalam integrasi tersebut kedua-

duanya harus diarahkan pada Tuhan untuk memuliakan Tuhan. Jadi dapat dikatakan

manusia yang hadir di bumi (exist), kehadirannya atau eksistensinya itu adalah untuk

Tuhan dan bukan dirinya sendiri. Dengan demikian maka manusia tidak akan terhilang

dan kehilangan dirinya sendiri.

2.1.2. Interioritas dan Ekterioritas Tubuh

Telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa tubuh merupakan bagian dari

eksistensi manusia. Bahwa eksistensi manusia merupakan integrasi antara tubuh dan roh.

Memang pribadi manusia yang sesungguhnya adalah bersifat roh karena roh bersifat

kekal. Tetapi roh tersebut mewujud di dalam tubuh. Jadi tubuh dan roh tidak dapat

dipisahkan berkaitan dengan eksistensi. Dalam beberapa pemikiran fenomena tubuh dan

roh ini dipisahkan secara tegas. Beberapa menekankan pada fenomena tubuh sebagai

realitas materil dan sedikit mengesampingkan roh. Sedangkan pemikiran lain lebih

menekankan pada fenomena roh. Dalam hal ini penulis memandang bahwa pemisahan

secara tegas yang bertujuan untuk mementingkan keberadaan yang satu dari yang lain itu

tidak perlu. Karena keberadaan keduanya terintegrasi sebagai satu kesatuan.

Membicarakan eksistensi manusia tidak lepas dari persoalan tubuh dan roh.

Page 8: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xvii

Di bagian ini penulis akan mencoba untuk menjelaskan dua kecenderungan yang

berkaitan dengan fenomena tubuh. Yaitu tubuh sebagai interioritas dan tubuh sebagai

eksterioritas. Keduanya yang memang tampak bertentangan sebenarnya bergantung pada

dari sudut mana tubuh tersebut dialami dan dipersepsi.

Tubuh sebagai interioritas adalah bagaimana tubuh tersebut dialami secara

subjektif oleh si pemilik tubuh. Ada berbagai pemikiran tentang hal ini. Salah satunya

kekristenan sebagai tulang punggung kultur barat klasik memandang tubuh sebagai

semacam rumah atau tempat yang sifatnya sementara bagi roh yang sifatnya kekal.

Tubuh harus ditaklukkan pada roh, tubuh juga berkaitan dengan tindakan pengorbanan

kepada Tuhan. Tubuh dipandang sebagai realitas sementara sedangkan realitas yang

sejati adalah roh.

Manusia dibuat dari debu dan tanah, lalu Tuhan menghembuskan nafas hidup,

maka manusia pertama pun jadilah. Demikian Alkitab menjelaskan bagaimana manusia

itu pertama kali terbentuk. Dari pernyataan ini dapat dimengerti bahwa tubuh fisik

bukanlah realitas yang sejati. Tubuh manusia merupakan kumpulan dari zat-zat yang

terdapat juga di alam. Apabila seseorang meninggal maka tubuhnya yang mati akan

membusuk dan terurai zat-zat pembentuknya ketika dikuburkan di dalam tanah. Jadi roh

yang dikatakan nafas hidup itulah yang membuat tubuh tersebut hidup. Karena itu roh

dipandang sebagai realitas yang kekal dan paling sejati. Karena kejadian manusia itu

merupakan inisiatif Tuhan, dan Tuhanlah yang memberikan bagian dari diri-Nya yang

membuat manusia itu hidup, maka tubuh bernilai sakral dan transenden. Tubuh bukan

untuk diarahkan pada kepentingan duniawi semata, bukan juga hanya untuk dipuaskan

keinginannya, atau untuk dinilai hanya dari fungsinya saja. Tetapi tubuh harus

Page 9: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xviii

ditempatkan pada posisi dimana terdapat semangat cinta akan Tuhan sehingga tubuh

dipersembahkan kepada Tuhan. Penjelasan ini tidak bermaksud memisahkan dua

fenomena tersebut dan menekankan hanya pada salah satunya. Tubuh dan roh tetap

sebagai satu kesatuan integrasi totalitas kedirian. Tubuh sebagai interioritas ini berkaitan

erat dengan transendensi tubuh.

Modernitas yang mengusung semangat rasionalisme dan individualisme telah

membawa manusia pada budaya materialisme, yaitu penekanan pada realitas materil.

Modernitas telah membawa manusia pada pengutamaan rasio dan mulai meninggalkan

pengalaman yang bersifat transenden. Perkembangan modernitas tidak lepas dari apa

yang terjadi pada awal abad 18 yaitu yang dikenal sebagai masa Aufklärung yang berarti

masa pencerahan. Orang Inggris menyebutnya dengan Enlightenment. Pada masa ini

manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Ini adalah masa dimana semangat untuk

mengutamakan rasio menjalar pada manusia barat yang sebenarnya sudah dimulai pada

masa Renaissance. Rene Descartes dan Immanuel Kant adalah tokoh yang pemikirannya

berpengaruh besar pada awal masa ini. Kepercayaan akan rasio pada abad 18 ini

menyebabkan munculnya kecenderungan untuk meluputkan diri dari kewibawaan Wahyu

Ilahi dan Gereja. Pada masa ini salah satu gejala Aufklärung yang terjadi di Inggris yang

patut disebut adalah deisme. Yang dimaksud dengan deisme adalah pendirian pemikir-

pemikir yang sungguhpun menerima adanya Allah, tetapi beranggapan bahwa Allah tidak

menghiraukan penyelenggaraan dunia. Penyelenggaraan dunia dapat dijelaskan dengan

prinsip mekanistis. Karena itu mereka yang termasuk dalam gejala ini mengingkari segala

hal yang adikodrati, misalnya wahyu dan mukjizat.10 Ini titik awal manusia mulai

memandang alam sebagai objek yang harus dieksploitasi dan dikuasai sehingga alam 10 Ringkasan Sejarah Filsafat, Dr. K. Bartens, Yayasan Kanisius, Jakarta, 1976, hal. 51-52

Page 10: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xix

mengalami desakralisasi. Demikian juga dengan tubuh, tubuh kehilangan makna

sakralnya. Pengalaman akan tubuh bukan lagi dilihat dari segi spiritualitas tetapi dari

sudut pandang yang duniawi. Tubuh menjadi objek untuk wahana kesenangan, untuk

dinikmati, untuk bermain, dan bahkan untuk dibeli sebagai komoditas. Dalam hal ini

tubuh lebih dilihat sebagai eksterioritas. Yaitu bagaimana tubuh tersebut dialami dari

dunia luar.

Modernitas telah mensubordinasikan interioritas tubuh pada eksterioritas. Tubuh

tidak lagi ditaklukkan oleh roh tetapi roh dan jiwa ditaklukkan oleh tubuh. Hedonisme

pun masuk sebagai ekses dari modernitas dimana manusia terobsesi pada kesenangan-

kesenangan jasmani atau duniawi dan pada penampilan fisik. Disisi lain juga

individualisme telah membuat manusia terjebak dalam alienasi atau keterasingan. Di

tahap inilah ketika tubuh mengalami desakralisasi, maka manusia kehilangan pengalaman

spiritual dan transenden-nya akan tubuh.

Citra diri dalam masyarakat modern bertransformasi menjadi citraan tubuh.

Manusia modern kehilangan kepekaan dan kesadarannya akan makna kehadiran

(presence). Fenomena ini dapat dilihat dikota-kota besar seperti di pertokoan atau

perkantoran, ketika manusia-manusia berkumpul, berpapasan, saling melihat tetapi

dengan sikap yang terkesan dingin. Masing-masing pribadi menjadi terasing dan terjebak

dalam kesendirian sehingga tercipta atmosfer yang dingin. Manusia-manusia ini menjadi

tidak refleksif. Sebuah paradoks jika dibandingkan dengan apa yang diyakini oleh para

pemikir modern, yaitu bahwa ciri utama modernitas yang matang adalah munculnya citra

diri yang refleksif (refleksif self).

Page 11: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xx

2.2. Spiritualitas Dalam Seni

2.2.1. Seni Spiritual

Perkembangan seni tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kebudayaan. Seni

dalam berbagai bentuk selalu berkaitan dengan persoalan kehidupan manusia. Sebagai

bagian dari kebudayaan seni memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi personal, sosial, dan

fisik. Sebagaimana manusia pun merupakan makhluk individual dan juga makhluk sosial.

Seni yang memiliki fungsi sosial merupakan seni yang ditujukan untuk kemajuan

masyarakat, seniman dipandang sebagai seorang yang mengemban suatu amanat dari

masyarakat sedangkan karya seni merupakan instrumennya yang memuat pesan-pesan

dan nilai-nilai moral dan sosial. Sedangkan seni yang memiliki fungsi personal adalah

seni yang ditujukan untuk ekpresi personal dari seniman. Dalam hal ini karya seni

dianggap sebagai media yang dapat merekam dan menggambarkan ekspresi, perasaan,

dan persepsi seniman yang sangat personal terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

dunia luar. Disini karya seni dibayangkan menjadi semacam jendela bagi setiap orang

untuk dapat melihat berbagai persoalan dari sudut pandang dan persepsi seniman yang

sangat personal. Sehingga mereka yang melihatnya, dapat merasakan apa yang dirasakan

oleh seniman.

Salah satu bagian dari fungsi personal seni adalah fungsi spiritual. Sebelumnya

kita perlu membedakan antara karya seni yang memiliki fungsi spiritual atau seni

spiritual dengan seni religius. Seni religius pada umumnya merepresentasikan nilai-nilai

kolektif religius dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan. Seni religius berkaitan

erat dengan ajaran agama. Karya-karya seni religius biasanya berisi ajaran-ajaran atau

cerita dalam kitab suci, yang ditujukan untuk membangun iman dan mengarahkan

Page 12: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxi

manusia pada perilaku yang sesuai dengan kebenaran dan norma dalam kitab suci.

Lukisan-lukisan kaligrafi atau lukisan-lukisan fresco pada dinding gereja di Eropa

merupakan salah satu contoh karya seni religius. Jika dilihat dari sudut spiritualitas, karya

seni religius dapat memunculkan kualitas spiritual tertentu, terutama apabila sebagai

instrumen, karya tersebut berhasil mencapai tujuannya di masyarakat.

Tetapi berbeda dengan seni spiritual, dimana tema atau subject matter dalam

karya tersebut tidak harus berisi ajaran-ajaran atau cerita-cerita dari kitab suci tetapi dapat

memunculkan kualitas spiritual. Kategori seni spiritual merujuk pada praktek seni yang

lebih mengutamakan pencarian terhadap spiritualitas manusia. Pencarian tersebut

berkisar pada persoalan filosofis tentang hakikat manusia dalam hubungannya dengan

sesamanya, dengan alam semesta, dan dengan Tuhan.

Furthermore, spiritual art expresses the questions an artist may have about man’s place in the universe, whereas religious are tends to deal with the answers which have been institutionally established. We might define spiritual concern, so far as the present discussion is concerned, as the personal search for values through art.11

Seni spiritual dapat dikatakan merepresentasikan pertanyaan-pertanyaan seputar

eksistensi manusia. Sedangkan seni religius secara langsung merepresentasikan jawaban-

jawaban atas pertanyaan tersebut berdasarkan norma-norma dalam kitab suci.

Dilihat dari akar katanya spirit dapat berarti jiwa, sukma, atau roh dan spiritual

berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, atau moral. Dalam bahasa inggris kedua kata

tersebut berarti:

11 Art as Image and Idea, Edmund Burke Feldman, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1967, hal. 24.

Page 13: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxii

Spirit : the force or principle of life that animates the body of living things. Spiritual : relating to the spirit or soul and not to physical nature or matter;

intangible.12 Jadi dapat diartikan bahwa spiritualitas berkaitan dengan sesuatu yang tidak kasat mata,

tidak dapat disentuh tetapi dapat dirasakan, semacam energi atau tenaga yang membuat

makhluk hidup memiliki kehidupannya. Karya-karya seni spiritual adalah karya-karya

yang memiliki atau dapat memunculkan kualitas tersebut. Walaupun tetap harus

dibedakan dengan hal-hal yang bersifat mistis. Peng-kategori-an seni spiritual disini tidak

dimaksudkan untuk mengartikan seni yang mistis yang dekat dengan dunia roh, itu

adalah persoalan yang berbeda sama sekali. Kategori tersebut dimaksudkan untuk

mendefiniskan kecenderungan dari praktek seni yang baik tema atau gagasan dan objek

seni nya secara objektif dapat menghasilkan kesan-kesan yang sublim. Kata sublim,

dalam bahasa inggris sublime berarti : of high moral, intellectual, or spiritual value;

noble; exalted.13

Kesan seperti itu dapat dilihat dalam karya Van Gogh yang cukup terkenal “The

Starry Night” (lihat gambar 1), cara Van Gogh menggambar objek dalam lukisan tersebut

dengan brush stroke yang tegas, memberikan kesan hidup, objek tersebut seolah

bergerak. Seolah dia ingin membawa kita untuk memasuki suatu ruang hidup yang lain

yang belum pernah kita masuki. Hal ini terlihat juga dalam objek-objek lain yang ia

gambarkan baik itu benda bernyawa atau tidak, ia membuat seolah-olah objek tersebut

terlihat hidup, bergerak dan memiliki nyawa bagi orang yang melihatnya. Kesan seperti

ini merupakan kualitas yang membuat karya nya dapat dikategorikan sebagai karya

dengan kecenderungan kearah spiritualitas. Demikian juga dengan karya-karya Edvard

12 The Collins Dictionary and Thesaurus, William T McLeod, HarperCollins Publishers, Great Britain, 1992. 13 Ibid.

Page 14: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxiii

Munch salah satunya yang cukup terkenal berjudul “The Scream” (lihat gambar 2).

Karya-karyanya memperlihatkan suatu ketakutan, depresif, labil, dan gelisah,

menggambarkan pengalaman-pengalaman yang ia alami semasa hidupnya. Ada alasan

mendasar dan latar belakang yang kuat mengapa karya-karyanya seperti itu, karena ia

berangkat dari pengalaman personalnya, ketakutan dan penderitaan yang ia alami pada

saat ibu dan kakak perempuannya meninggal. Kesan-kesan seperti itu dapat merangsang

publik untuk bersikap refleksif terhadap hidup. Terutama jika kita mengetahui

latarbelakang kondisi sosial politik dimana Edvard Munch hidup. Yang dimaksud dengan

sikap refleksif adalah karya tersebut dapat membawa orang untuk menyadari nilai-nilai

mendasar yang berkaitan dengan hidup. Lukisannya secara tidak langsung

memperlihatkan simbolisasi spiritual yang berdasarkan perenungannya akan hidup dan

dapat membawa kepada semacam sublimasi.

“The Starry Nigh”, Vincent Van Gogh (Sumber: http:/ www.vincentvangoghgallery.com)

Page 15: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxiv

“The Scream”, Edvard Munch (Sumber: http:/www.edvard-munch.com)

Penulis mengambil contoh kedua seniman tersebut sebagai contoh bahwa dalam

seni spiritual, seniman tidak harus memunculkan ikon-ikon dan simbol yang berkaitan

dengan agama tetapi tetap dapat memasuki wilayah spiritual, terutama bila karya tersebut

berkaitan dengan pengalaman personal seniman. Sebenarnya dalam kacamata yang lebih

umum dapat dikatakan sebagian besar karya seni dalam seni rupa modern dapat memiliki

kualitas spiritual. Sebelum masa modern agama menyediakan jawaban bagi persoalan-

persoalan spiritual manusia, dalam hal ini kekristenan sebagai tulang punggung

kebudayaan barat. Tetapi setelah memasuki masa modern posisi agama mulai bergeser

sedikit demi sedikit dan disaat yang sama seni mulai menggantikan posisi tersebut.

Penulis tidak mengatakan bahwa seni menggantikan agama atau secara langsung seni

sama dengan agama. Tetapi karena di masa modern pertanyaan akan persoalan

spiritualitas itu pun tetap ada dalam diri manusia, maka manusia modern menemukannya

Page 16: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxv

dalam seni. Istilah fine art yang berarti seni yang halus, yang tinggi, atau seni yang

memiliki kualitas sublim, menjelaskan persoalan ini. Karya seni dalam konsep fine art

merupakan sarana untuk terjadinya pertukaran nilai-nilai antara seniman dengan audiens.

Bicara mengenai pertukaran nilai atau makna sebuah karya seni dapat memiliki beberapa

lapisan makna. Dimulai dari lapisan makna yang paling pertama atau yang paling luar.

Makna yang terbentuk di tahap ini berkaitan erat dengan intensi awal seniman dalam

membuat karya tersebut. Jadi jika seorang seniman secara sadar membuat sebuah karya

sebagai respon terhadap persoalan sosial politik maka dalam lapisan awal, kecenderungan

makna yang dimunculkan memungkinkan karya tersebut menjadi karya seni yang

instrumentalis. Tetapi kemudian dapat muncul makna berikutnya yang mungkin saja

mengarah pada spiritualitas. Hal ini dapat disadari oleh seniman pada saat membuat

karyanya ataupun tidak. Penulis dapat melihat hal tersebut dalam karya Hachivi Edgar

Heap of Birds yang berjudul: “Building Minnesota” (lihat gambar 3). Karya tersebut

terdiri dari instalasi plat aluminium sebanyak 40 buah yang berjajar di sepanjang pinggir

sungai Missisippi. Masing-masing plat bertuliskan nama-nama warga suku Indian yang

menjadi korban pembunuhan etnis oleh warga kulit putih Amerika pada tahun 1862-1865

atas dasar kebencian ras dan keserakahan warga kulit putih untuk merebut potensi

ekonomi suku Indian yang hidup saat itu. Dalam plat tersebut tertulis nama korban, tahun

mereka dibunuh, dan bagaimana mereka dibunuh, termasuk siapa yang memerintahkan

aksi pembunuhan itu. Dalam lapisan makna yang paling luar karya tersebut dapat

dikatakan karya seni instrumentalis karena merupakan sebuah kritikan sosial terhadap

pemerintah Amerika. Tetapi karya tersebut juga memiliki kemungkinan untuk

memunculkan kualitas spiritual karena karya tersebut mengingatkan publik pada

Page 17: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxvi

persoalan hak hidup dan kematian. Publik diharapkan dapat disadarkan oleh fakta yang

tertera pada karya tersebut. Sehingga dapat muncul simpati yang mengarah pada empati

dalam diri publik, hal ini dapat disebut sebagai katarsis berkaitan erat dengan kesan

sublim yang telah disebutkan sebelumnya. Jadi hal ini bergantung pada intensi awal

seniman. Beberapa seniman tidak secara langsung mengolah tema spiritual dalam

karyanya tetapi kemudian karya tersebut memiliki kualitas spiritual. Sedangkan beberapa

seniman secara langsung merespon persoalan-persoalan spiritualitas dalam karyanya.

Berikutnya penulis akan membahas secara lebih spesifik bagaiamana karya seni

mengetengahkan persoalan spiritualitas yang langsung berkaitan dengan manusia sebagai

subject matter-nya.

“Building Minnesota”, Hachivi Edgar Heap of Birds, 1990. (Sumber: http:/www.heapofbirds.com)

Page 18: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxvii

2.2.2. Spiritualitas Manusia Dalam Seni

Pada penjelasan sebelumnya penulis telah memberikan gambaran tentang seni

spiritual secara umum. Penulis telah menjelaskan secara singkat beberapa hal yang

menjadi alasan bahwa suatu karya seni dapat dikatakan sebagai seni spiritual atau karya

seni yang memiliki kualitas spiritual. Suatu karya dapat dikatakan memiliki kualitas

spiritual jika apa yang coba diungkapkan oleh seniman dalam karya tersebut berkaitan

dengan nilai-nilai yang esensial dalam hidup manusia. Juga telah dijelaskan bahwa suatu

karya dapat memiliki beberapa lapisan makna, bergantung pada intensi awal seniman.

Pada sub-bab ini penulis akan sedikit membahas karya seni yang dalam lapisan makna

yang pertama langsung mengacu pada persoalan spiritualitas, dimana manusia menjadi

subject matter-nya.

Sebuah karya seni yang mengangkat persoalan spiritualitas manusia adalah karya

yang secara langsung mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan seputar eksistensi manusia.

Pertanyaan seperti siapa kita?, bagaimana kita ada?, apa yang membuat kita ada?,

merupakan pertanyaan yang secara intens ditanyakan dalam karya-karya seperti ini. Atau

juga pertanyaan-pertanyaan seputar takdir manusia, kehidupan dan kematian , tentang

nilai-nilai abstrak dalam hidup manusia. Pertanyaan seperti ini memang sudah sering

sekali ditanyakan dalam seni. Seniman berusaha untuk mengaitkan persoalan seni dan

kehidupan, saat itulah karya seni memiliki potensi spiritual.

Dalam tulisan ini penulis memilih Antony Gormley sebagai contoh seniman yang

karya-karya nya membahas persoalan spiritualitas. Dalam karya-karyanya Antony

Gormley secara intens membahas persoalan eksistensi manusia. Penulis akan membahas

apa yang menjadi gagasan dasar dalam karya-karya nya dan hal-hal apa saja yang

Page 19: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxviii

membuat karya-karya nya memiliki intensitas spiritual yang cukup kuat. Pembahasan ini

bersifat referensial terhadap karya yang akan dibuat oleh penulis.

Antony Gormley adalah salah satu seniman yang secara intens mengolah

persoalan figur manusia dalam kaya-karya patungnya. Gormley lahir tahun 1950 di

London, Inggris dan sampai saat ini bekerja dan berdomisili disana. Pada tahun 1971-

1973 ia mempelajari vipassana bersama S N Goenka di India. Vipassana adalah teknik

ber-meditasi yang diajarkan oleh penganut agama Budha. Kata ‘insight’ seringkali

digunakan untuk menerjemahkan arti kata ‘vipassana’. Teknik meditasi ini mengajarkan

seseorang akan kesadaran dan konsentrasi terhadap ruang dalam atau batin manusia.

Melalui maditasi ini seseorang dilatih untuk dapat merasakan sebuah sensasi bagaimana

kita dapat berada didalam tubuh, untuk dapat menyadari ruang dalam atau interioritas

tubuh. Teknik ini dilakukan dengan melatih konsentrasi pikiran. Hal inilah yang

tampaknya berpengaruh besar pada gagasannya dalam berkarya.

Gormley memandang tubuh sebagai sebuah ruang atau space. Pemikirannya akan

space dipengaruhi oleh pandangan Aristotle. Menurut Aristotle space terbuat dari place

(untuk lebih jelas penulis akan menggunakan istilah dalam bahasa Inggris space dan

place). Dan place dari sebuah tubuh adalah permukaan paling dalam dari container atau

tempat dimana tubuh tersebut berada. Untuk lebih jelas dapat dijelaskan dengan analogi

sebuah batu yang dimasukan kedalam air. Place dari batu itu bukanlah air yang telah

massanya telah tergantikan oleh batu tersebut, tetapi permukaan dalam dari massa air

yang langsung bersentuhan dengan batu tersebut. Jadi menyerupai kulit yang

membungkus. Menurutnya place bukanlah suatu ruang kosong dari suatu objek dimana

sesuatu dapat ditaruh didalamnya, seperti buah yang ditaruh dalam mangkuk. Karena

Page 20: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxix

menurutnya buah tersebut pada saat ditaruh bukan tidak menggantikan apapun, tetapi

menggantikan udara yang mengisi mangkuk tersebut. 14

Bagi Antony Gormley tubuh menjadi suatu kesatuan dengan alam atau ruang

dimana tubuh tersebut berada. Karyanya menekankan pada kesadaran akan eksterioritas

tubuh dan interioritasnya. Baginya tubuh dipandang sebagai vessels atau tempat semacam

container yang menyediakan ruang dan sekaligus menempati ruang. Gormley mencetak

tubuhnya sendiri untuk memperoleh sensasi ruang dalam tersebut dan mencoba

mematerialkan sensasi tersebut. Dia mengajak publik untuk merasakan kehadiran dari

sosok figur berkaitan dengan ruang tertentu.

“That for me is the real challenge of sculpture. How do you make something out there, material, separate from you, an object amongst other objects, somehow carry the feeling of being-for the viewer to somehow make a connection with it. In a way, where you ended in Art and Illusion is where I want to begin. That idea that in some way there are things that cannot be articulated, that are unavailable for discourse, which can be conveyed in a material way, but can never be given a precise word equivalent for.”15 Dalam karyanya ia mencoba untuk mengajak publik menyadari kehadiran

(presence) yang immaterial dari sosok manusia melalui material. Karyanya

memperlihatkan usaha untuk mempertanyakan kembali eksistensi manusia, mengajak

publik untuk menyadari eksistensinya dan merefleksikan kediriannya. Bahwa eksistensi

manusia terikat pada ruang dan waktu. Karya-karyanya figur-figur yang berdiri sendiri

tanpa ekspresi mengingatkan kita pada persoalan keterasingan dan kesendirian manusia.

Keterasingan merupakan permasalahan yang sering sekali dibicarakan ditengah

14 Dikutip dari tulisan Stephen C levinson “Space and Place” dalam Some Of The Fact-Antony Gormley, katalog pameran yang diterbitkan oleh Tate St. Ives Gallery th.2001. 15 Dikutip dari wawancara E.H. Gombrich dengan Antony Gormley, Antony Gormley, Phaidon Press Limited, London, 2000, hal 12.

Page 21: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxx

masyarakat modern. Itu menjadi semacam efek samping dari modernitas, dari kehidupan

masyarakat perkotaan yang cenderung individual.

Figur manusia atau tubuh manusia telah menjadi tema yang sering dibicarakan

dalam banyak karya patung dalam ruang lingkup seni modern. Dalam banyak karya seni

tersebut tubuh diperlakukan sebagai objek yang mengalami deformasi, dekonstruksi, dan

fragmentasi atau mutilasi. Tubuh diangkat sebagai metaphor dari persoalan gender,

identitas, permasalahan ras, sebagai objek dari kesenangan atau kesaktian dan

penderitaan. Tubuh menjadi objek bukan lagi sebagai subjek. Dalam karya-karya Antony

Gormley tidak diangkat sebagai objek tetapi sebagai subjek, dimana dia menggunakan

tubuhnya sendiri sebagai media yang dicetak. Karya-karya nya tidak mengarahkan kita

pada persoalan gender atau identitas seperti banyak karya-karya patung dengan figur atau

tubuh manusia sebagai subject matter-nya. Tetapi menekankan pada aspek kehadiran

yang immaterial dan bagaimana sosok manusia tersebut dapat meng-ada. Seperti yang

dinyatakan oleh John Hutchinson:

“Gormley, like Merleau-Ponty, is much drawn to the idea of correspondence between the visible and invisible; he has also said that his interest in the body was aroused because embodiment, or being-in-the-world, provided him with a way of escaping from the dualism of dialectics. In other words, to Gormley the body is the articulation of meaning; it is that in which sense is given and out of which sense emerges.”16 Apa yang ingin disampaikan lewat figur-figur nya adalah sebuah embodiment-

perwujudan dari sense of being-kesadaran akan eksistensi tubuh. Tubuh dalam karya

Gormley merupakan artikulasi dari makna. Ia ingin agar terjadi komunikasi antara apa

yang ia rasakan dengan apa yang audiens rasakan, dimana sosok tubuh yang diam itu

menjadi media komunikasi. Dia ingin agar audiens merasakan juga tubuhnya sendiri pada

16 Surveys with John Hutchinson, Antony Gormley, Phaidon Press Limited, London, 2000, hal.42.

Page 22: BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS - · PDF filedengan berselubung cahaya lambang ... Agama Kristen juga mengenal dualisme ... 1274) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan

xxxi

saat berada diantara figur-figur tersebut. Karya Antony Gormley diantaranya adalah

“Land, Sea and Air II” dan “Fathers & Sons, Monuments & Toys, Gods & Artists“.

“Land, Sea and Air II”, 1982, lead, fiberglass, Land (crouching) 45x103x53cm, Sea (standing)

191x50x32cm, Air (kneeling) 118x69x52cm.

“Fathers & Sons, Monuments & Toys, Gods & Artists”, 1985-86, lead, plaster, fiberglass, air,

Large figure 245x57,6x48cm, Small figure 108x24x22cm.

(Gambar 2.4 & 2.5, sumber: Antony Gormley, Phaidon Press Limited, London, 2000)