Bab 2 Sebagian
-
Upload
ana-sandra -
Category
Documents
-
view
180 -
download
11
Transcript of Bab 2 Sebagian
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
2.1 Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected)
dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang
timbul harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya,
dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan
sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah
pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan
prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data
atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya
pengetahuan yang cukup.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
2.1.1Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu juga disebut “ Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua,
yaitu :
A. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.
Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih
dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa
mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang
disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi
diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok.
Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas
masalah.
2.1.2 Scoring Technique
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik
skoring antara lain:
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi.
2. Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah
dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka
kesakitan dan angka kematian akibat masalah
kesehatan tersebut.
3. Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan
sumber daya.
4. Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris, dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu
sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah.
Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk
masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga
memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu
berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
B. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin
dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria
untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian
dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat
lebih objektif. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas
masalah. Kriteria yang dipakai terdiri dari:
1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian
2. Greatest member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi
3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan
4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
5. Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional
C. Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah
yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk
penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang
dipakai ialah:
1. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau
penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi.
2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan
dengan casefatality rate masing- masing penyakit.
3. Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat
yang efektifuntuk mengatasi masalah tersebut.
4. Community and political concern: Menunjukkan sejauh mana masalah
tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi.
5. Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.
Parameter diletakan pada kolom, dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada baris. Pengisian dilakukan dari atas ke bawah.
Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut. Masalah yang mempunyai
skor tertinggi, dijadikan sebagai prioritas masalah.
Program KIA merupakan program kesehatan dasar yang berhubungan
dengan permasalahan lintas sektoral. Diputuskan untuk menggunakan metode
MCUA dalam penetapan prioritas masalah untuk program ini karena metode ini
memiliki parameter expanding scope, dimana parameter ini menunjukkan
seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor
kesehatan.
Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah
dengan membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah
tersebut diberikan nilai.
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah pada Puskesmas yang ada di Kecamatan Senen yaitu :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam
kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai
berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,
maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun
angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
Misalnya masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah
angka kematian ibu, dan lain sebagainya.
2. Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang
terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa
penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate.
Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan
cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program
kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor
lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah
seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah
penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor
kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah
ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan,
fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta
ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah
masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah
kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal
tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah
yang concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau
organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian
masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih
obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot
yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,
dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting
Bobot 4 : sangat penting sekali
Bobot 3 : sangat penting
Bobot 2 : penting
Bobot 1 : cukup penting
Untuk menentukan Score emergency ditetapkan berdasarkan indikator
AKI ( Angka Kematian Ibu ) dan AKB ( Angka Kematian Bayi ). Berdasarkan je-
nis kegiatan yang menggunakan indikator AKI antara lain cakupan K1, K4, DO
K1-K4, penanganan komplikasi Bumil, persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjun-
gan nifas, sedangkan jenis kegiatan yang menggunakan indikator AKB adalah
cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1) dan kunjungan bayi. Skoring ini di-
dapatkan dengan mencari nilai proxy sebagai nilai analog atau sebagai nilai yang
didapat secara menghubungkan proxy dengan cakupan kegiatan KIA.
Pada tahap awal menentukan score emergency, dilakukan penyetaraan ni-
lai proxy AKI dan AKB ke dalam satuan persen. Dari sumber yang didapat nilai
AKI didapatkan 228/100.000, nilai AKN 19/1000, sedangkan nilai AKB
34/1.000. Setelah dilakukan penyetaraan nilai, didapatkan nilai AKI 228/100.000
AKN 1900/100.000 dan nilai AKB 3400/100.000.
Tabel 2.1 Penentuan Nilai Score Emergency Berdasarkan Proxy
SCORE Nilai
10 138
11 720
12 1072
13 1722
14 1852
15 2892
16 4592
Contoh perhitungan :
% cakupan -% target = 51.3% - 50% = 1.3%
Selisih cakupan dan target – AKI = (1.3 x 1000 ) - 228 = 1072
(100 1000 ) 100.000 100.000
Untuk angka yang di jadikan nilai, yang di masukkan ke dalam tabel hanya
pembilangnya saja seperti contoh di atas, yang di masukkan ke dalam tabel hanya
pembilang dari hasil akhir perhitungan yaitu 1072.
Tabel 2.2 Penentuan Score Emergency Berdasarkan Jenis Kegiatan
No Jenis KegiatanProxy
Nilai Score( % )
1Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas sekecamatan SenenAKI 1072 12
2Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas sekecamatan SenenAKI 138 10
3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas Kecamatan SenenAKI 2892 15
4Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di
wilayah Puskesmas sekecamatan SenenAKI 4592 16
5Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
wilayah Puskesmas sekecamatan SenenAKI 1722 13
6Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas
sekecamatan SenenAKI 1852 14
7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di
wilayah sekecamatan SenenAKN 720 11
Tabel 2.3 Penentuan Nilai Score Greetes Member
Berdasarkan Selisih Target dan Cakupan
Score Selisih
1 0.09
2 1.3
3 1.95
4 2.08
5 2.62
6 3.12
7 4.82
Tabel 2.4 Penentuan Score Greetes Member
Berdasarkan Target dan Cakupan Indikator
No Jenis Kegiatan
Cakupan Target 6
Bulan
(%)
Selisih Score(%)
1Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen51.3 50 1.3 2
2Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen47.59 47.5 0.09 1
3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen6.88 10 3.12 6
4
Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil
di wilayah Puskesmas Sekecamatan
Senen
44.82 40 4.82 7
5
Cakupan Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen
46.95 45 1.95 3
6Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen47.08 45 2.08 4
7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama
(KN1) di wilayah Sekecamatan Senen47.62 45 2.62 5
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk
Nilai Jumlah Bumil
5 Jumlah < 200
10 Jumlah 200 –400
15 Jumlah >400
Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu hamil di wilayah
puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012
Nilai Jumlah Bumil Risti
5 Jumlah < 40
10 Jumlah 40–80
15 Jumlah >80
Keterangan : jumlah bumil risti didapatkan dari sasaran ibu hamil risti di
wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012
Nilai Jumlah Bulin
5 Jumlah < 200
10 Jumlah 200 –400
15 Jumlah >400
Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu bersalin di wilayah
puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.
Nilai Jumlah Bufas
5 Jumlah <200
10 Jumlah 200 – 400
15 Jumlah >400
Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu nifas di wilayah
puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.
Nilai Jumlah Bayi Lahir Hidup
5 Jumlah < 200
10 Jumlah 200 – 400
15 Jumlah > 400
Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran bayi lahir hidup di wilayah
puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.
Nilai Jumlah Bayi
5 Jumlah < 150
10 Jumlah 150-300
15 Jumlah > 300
Keterangan: jumlah bayi didapatkan dari sasaran jumlah bayi di wilayah
puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.
Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Asas Keterpaduan
Lintas Sektoral
Nilai Lintas Sektoral
5 Tidak ada keterpaduan lintas sektoral
10 Ada keterpaduan lintas sektoral
Tabel 2.7 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah
Nilai Luas Wilayah
5 < 0,5 Km2
10 > 0,5 Km2
NO DAFTAR MASALAHJUMLAH BUMIL
LINTAS
SEKTORAL
LUAS WILAYAHSCORE
<200200-
400>400
<0,5
km²>0,5 km²
1Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen15 10 10 35
Tabel 2.8 Scoring Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk, Asas Keterpaduan dan Luas Wilayah di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
2Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen15 5 10 30
3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah
Puskesmas Kecamatan Senen5 5 10 20
NO DAFTAR MASALAH
JUMLAH BUMIL
RISTI LINTAS
SEKTORAL
LUAS WILAYAH
SCORE
<4040-
80>80
<0,5
km2>0,5 km2
4Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen15 5 10 30
NO. DAFTAR MASALAH
JUMLAH BULINLINTAS
SEKTORAL
LUAS WILAYAH
SCORE<200
200-
400≥400 <0,5km2 >0,5km2
5Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen15 10 10 35
NO. DAFTAR MASALAH
JUMLAH BUFASLINTAS
SEKTORAL
LUAS WILAYAH
SCORE<200
200-
400>400 <0,5km2 >0,5km2
6Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen15 5 10 30
NO. DAFTAR MASALAH
JUMLAH BAYI
LAHIR HIDUP LINTAS
SEKTORAL
LUAS WILAYAH
SCORE
<200200-
400>400 <0,5km2 >0,5km2
7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di
wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen15 5 10 30
Tabel 2.9 Scoring Feasibility Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk
di wilayah Sekecamatan Senen tahun 2012
PuskesmasJumlah
Tenaga kerja
Jumlah
PendudukPerbandingan Score
Kec. Senen 51 3.928 1 : 77 7
Sekecamatan Senen 83 71.130 1 : 857 6
Kel. Kenari 6 8.138 1 : 1.356 5
Kel. Kwitang 7 11.176 1 : 1.596 4
Kel. Paseban 8 15.611 1 : 1.951 3
Kel. Bungur 5 13.029 1 : 2.605 2
Kel. Kramat 6 19.248 1 : 3.208 1
Tabel 2.10 Penentuan ScoringFeasibility Berdasarkan Ketersediaan
Fasilitas dan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen Periode Januari - Juni 2012
Kategori Ketersediaan Score
ObatAda dan cukup 2
Ada tetapi kurang 1
AlatAda dan cukup 2
Ada tetapi kurang 1
DanaBerlebih 3
Cukup 2
Kurang 1
Tabel 2.11 Scoring Feasibility Berdasarkan Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk, Ketersediaan Fasilitas dan
Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
NO. DAFTAR MASALAH SDMFASILITAS
DANA SCOREOBAT ALAT
1 Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 2 2 12
2 Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 2 2 12
3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan
Senen7 2 2 2 13
4Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen6 2 1 1 10
5Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen6 1 1 1 9
6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 1 2 11
7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen6 2 1 2 11
Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari -Juni 2012
Parameter Score
Penyuluhan dan Media Cetak 15
Salah Satu dari Penyuluhan atau Media Cetak 10
Tidak Ada Satupun 5
Tabel 2.13 Scoring Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen
Periode Januari - Juni 2012
No. Daftar Masalah
Penyuluhan
dan Media
Cetak
Penyuluhan
atau Media
Cetak
Tidak ada
Penyuluhan
maupun
Media Cetak
Score
1Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen0 10 0 10
2Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen0 10 0 10
3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Kecamatan Senen0 0 5 5
4Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen0 10 0 10
5Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen0 10 0 10
6Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas
Sekecamatan Senen15 0 0 15
7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah
Puskesmas Sekecamatan Senen15 0 0 15
Tabel 2.14 Penentuan Masalah 1- 4 Program KIA menurut Metode MCUA di
Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
No Parameter BobotMS 1 MS 2 MS 3 MS 4
N BN N BN N BN N BN
1 Emergency 5 12 60 10 50 15 75 16 80
2Greetes
Member4 2 8 1 4 6 24 7 28
3Expanding
Score3 35 105 35 105 20 60 30 90
4 Feasibility 2 12 24 12 24 13 26 10 20
5 Policy 1 10 10 10 10 5 5 10 10
Jumlah 207 193 190 228
Keterangan :
MS-1 : Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode
Januari – Juni 2012
MS-2 : Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode
Januari – Juni 2012
MS-3 : Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan Senen
Periode Januari – Juni 2012
MS-4 : Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah Puskesmas Sekecamatan
Senen Periode Januari – Juni 2012
Tabel 2.15 Penentuan Masalah 5- 8 Program KIA Menurut Metode MCUA di
Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012
No Parameter BobotMS 5 MS 6 MS 7
N BN N BN N BN
1 Emergency 5 13 65 14 70 11 55
2Greetes
Member4 3 12 4 16 5 20
3Expanding
Score3 35 105 30 90 30 90
4 Feasibility 2 9 18 11 22 11 22
5 Policy 1 10 10 15 15 15 15
Jumlah
Keterangan :
MS-5 : Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah Puskesmas Sekecamatan
Senen periode Januari – Juni 2012
MS-6 : Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode
Januari – Juni 2012
MS-7 : Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah Puskesmas Sekecamatan
Senen periode Januari –Juni 2012
MS-8 : Cakupan Kunjungan Bayi di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode
Januari – Juni 2012
Berdasarkan perhitungan tabel MCUA dari 8 masalah di atas, didapatkan dua prioritas
masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena adanya keterbatasan sumber daya,
tenaga, waktu, dan dana, yaitu :
1. Cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode
Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 % dengan
final Score 232
2. Cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas sekecamatan Senen
periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8% dari target 33.3% dengan
final Score 214
2.2 MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah, selanjutnya ditentukan
kemungkinan penyebab masalahnya dengan menggunakan diagram sebab akibat atau
diagram tulang ikan (fishbone diagram/Ishikawa) berdasarkan data puskesmas yang
tersedia. Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input, proses maupun lingkungan.
Input yaitu sumber daya yang diperlukan oleh suatu sistem, diantaranya: Man
(sumber daya manusia), Money (dana), Material (sarana), Methode (cara).
Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi output.
Pada proses, menurut George R. Terry, terdiri dari:
Planning (perencanaan):
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan
menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
Organizing (pengorganisasian):
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi)
yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai
tujuan organisasi.
Actuating (penggerak pelaksanaan):
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal
menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki
dan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling (monitoring):
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi
penyimpangan.
Lingkungan merupakan tempat dimana sistem berada, terdiri dari internal
(lingkungan fisik dan kerja) dan eksternal (lingkungan fisik, kondisi masyarakat,
peraturan/undang-undang).
Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan dibuat dengan menggunakan
fishbone diagram/Ishikawa :
1. Cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode
Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 % dengan
final Score 232
2. Cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas sekecamatan Senen
periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8% dari target 33.3% dengan
final Score 214
2.3 MENENTUKAN PENYEBAB MASALAH YANG PALING DOMINAN
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari enam prioritas
masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan
Fishbone (Diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar
penyebab masalah (yang terdapat pada kotak). Dari akar masalah tersebut, dapat dicari akar
penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang dominan adalah penyebab
masalah yang apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah
yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan
dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah
ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program di wilayah kerja puskesmas
sekecamatan Senen.
2.3.1. Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone (diagram tulang
ikan) pada cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen
periode Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 %
dengan final Score 232
Akar penyebab masalah pada input :
1. Kurangnya penyuluhan pada ibu yang memiliki balita (man)
2. Ibu tidak memiliki uang yang cukup untuk ke puskesmas (money)
3. Tidak tersedianya peralatan yang memadai (material)
4. Adanya posyandu di lingkungan tersebut (methode)
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:
1. Perencanaan program yang kurang baik (planning)
2. Kurang terkoordinasinya pelaksanaan program (organizing)
3. Kurangnya petugas untuk memantau penyuluhan (actuating)
4. Kurangnya pengawasan karena petugas menangani lebih dari satu program di
puskesmas (controlling)
5. Banyaknya bidan yang praktek di lingkungan tersebut (environment)
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan lima akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Kelima akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut
adalah:
1. Kurangnya penyuluhan pada ibu yang memiliki balita (man)
2. Tidak tersedianya peralatan yang memadai (material)
3. Perencanaan program yang kurang baik (planning)
4. Kurangnya petugas untuk memantau penyuluhan (actuating)
1.3.2. Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone (diagram
tulang ikan) cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas
sekecamatan Senen periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8 %
dari target 33.3 % dengan final score 214
Akar penyebab masalah pada input :
1. Banyaknya kunjungan ibu hamil dari luar wilayah kecamatan Senen (man)
2. Murahnya biaya untuk melakukan kunjungan di puskesmas daripada di rumah sakit
(money)
3. Peralatan yang tersedia cukup memadai (material)
4. Adanya program jampersal dari pemerintah (methode)
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:
1. Program deteksi dini terhadap ibu hamil dengan risiko tinggi yang berlebihan (planning)
2. Koordinasi yang baik oleh kepala puskesmas (organizing)
3. Banyaknya penyuluhan mengenai risiko yang dapat terjadi selama kehamilan oleh
petugas kesehatan (actuating)
4. Evaluasi program yang baik (controlling)
5. Kecemasan keluarga dan masyarakat sekitar yang berlebihan (environment)
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan lima akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Kelima akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut
adalah:
1. Banyaknya kunjungan ibu hamil dari luar wilayah kecamatan Senen (man)
2. Program deteksi dini terhadap ibu hamil dengan risiko tinggi yang berlebihan
(planning)
3. Banyaknya penyuluhan mengenai risiko yang bisa terjadi selama kehamilan oleh
petugas kesehatan (actuating)
4. Kecemasan keluarga dan masyarakat sekitar yang berlebihan (environment)