Bab 2 Sebagian

38
BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH 2.1 Penetapan Prioritas Masalah Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup. Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi: 1. Menetapkan kriteria 2. Memberikan bobot masalah

Transcript of Bab 2 Sebagian

Page 1: Bab 2 Sebagian

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1 Penetapan Prioritas Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected)

dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang

timbul harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya,

dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan

sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah

pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan

prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data

atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya

pengetahuan yang cukup.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan

pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu

dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara

menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan

mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan

dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan kriteria

2. Memberikan bobot masalah

3. Menentukan skoring tiap masalah

2.1.1Non-Scoring Technique

Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim

digunakan adalah teknik non skoring.

Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh

sebab itu juga disebut “ Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua,

yaitu :

A. Metode Delbecq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui

diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.

Page 2: Bab 2 Sebagian

Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih

dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa

mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang

disepakati bersama.

B. Metode Delphi

Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang

mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi

diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok.

Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas

masalah.

2.1.2 Scoring Technique

Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik

skoring antara lain:

A. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:

1. Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi.

2. Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah

dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka

kesakitan dan angka kematian akibat masalah

kesehatan tersebut.

3. Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan

sumber daya.

4. Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah

kesehatan tersebut.

Parameter diletakkan pada baris, dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu

sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah.

Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk

masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai

tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga

Page 3: Bab 2 Sebagian

memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu

berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.

B. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)

Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan

mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin

dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria

untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian

dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat

lebih objektif. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas

masalah. Kriteria yang dipakai terdiri dari:

1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian

2. Greatest member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi

3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan

4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan

5. Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional

C. Metode Matematik PAHO

Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah

yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk

penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang

dipakai ialah:

1. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau

penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi.

2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan

dengan casefatality rate masing- masing penyakit.

3. Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat

yang efektifuntuk mengatasi masalah tersebut.

4. Community and political concern: Menunjukkan sejauh mana masalah

tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi.

5. Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

Page 4: Bab 2 Sebagian

Parameter diletakan pada kolom, dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada baris. Pengisian dilakukan dari atas ke bawah.

Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut. Masalah yang mempunyai

skor tertinggi, dijadikan sebagai prioritas masalah.

Program KIA merupakan program kesehatan dasar yang berhubungan

dengan permasalahan lintas sektoral. Diputuskan untuk menggunakan metode

MCUA dalam penetapan prioritas masalah untuk program ini karena metode ini

memiliki parameter expanding scope, dimana parameter ini menunjukkan

seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor

kesehatan.

Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah

dengan membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah

tersebut diberikan nilai.

Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan

prioritas masalah pada Puskesmas yang ada di Kecamatan Senen yaitu :

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga

menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam

kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai

berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,

maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun

angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.

Misalnya masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah

angka kematian ibu, dan lain sebagainya.

2. Greatest member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang

terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa

penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate.

Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan

cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program

kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.

Page 5: Bab 2 Sebagian

3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor

lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah

seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah

penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor

kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.

4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin

masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah

ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan,

fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta

ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.

5. Policy

Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah

masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah

masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah

kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal

tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah

yang concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau

organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta

apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian

masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk

dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih

obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot

yang akan digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu

dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot

yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang

mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,

dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.

Page 6: Bab 2 Sebagian

Bobot 5 : paling penting

Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting

Bobot 2 : penting

Bobot 1 : cukup penting

Untuk menentukan Score emergency ditetapkan berdasarkan indikator

AKI ( Angka Kematian Ibu ) dan AKB ( Angka Kematian Bayi ). Berdasarkan je-

nis kegiatan yang menggunakan indikator AKI antara lain cakupan K1, K4, DO

K1-K4, penanganan komplikasi Bumil, persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjun-

gan nifas, sedangkan jenis kegiatan yang menggunakan indikator AKB adalah

cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1) dan kunjungan bayi. Skoring ini di-

dapatkan dengan mencari nilai proxy sebagai nilai analog atau sebagai nilai yang

didapat secara menghubungkan proxy dengan cakupan kegiatan KIA.

Pada tahap awal menentukan score emergency, dilakukan penyetaraan ni-

lai proxy AKI dan AKB ke dalam satuan persen. Dari sumber yang didapat nilai

AKI didapatkan 228/100.000, nilai AKN 19/1000, sedangkan nilai AKB

34/1.000. Setelah dilakukan penyetaraan nilai, didapatkan nilai AKI 228/100.000

AKN 1900/100.000 dan nilai AKB 3400/100.000.

Tabel 2.1 Penentuan Nilai Score Emergency Berdasarkan Proxy

SCORE Nilai

10 138

11 720

12 1072

13 1722

14 1852

15 2892

16 4592

Page 7: Bab 2 Sebagian

Contoh perhitungan :

% cakupan -% target = 51.3% - 50% = 1.3%

Selisih cakupan dan target – AKI = (1.3 x 1000 ) - 228 = 1072

(100 1000 ) 100.000 100.000

Untuk angka yang di jadikan nilai, yang di masukkan ke dalam tabel hanya

pembilangnya saja seperti contoh di atas, yang di masukkan ke dalam tabel hanya

pembilang dari hasil akhir perhitungan yaitu 1072.

Tabel 2.2 Penentuan Score Emergency Berdasarkan Jenis Kegiatan

No Jenis KegiatanProxy

Nilai Score( % )

1Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah

Puskesmas sekecamatan SenenAKI 1072 12

2Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah

Puskesmas sekecamatan SenenAKI 138 10

3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah

Puskesmas Kecamatan SenenAKI 2892 15

4Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di

wilayah Puskesmas sekecamatan SenenAKI 4592 16

5Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di

wilayah Puskesmas sekecamatan SenenAKI 1722 13

6Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas

sekecamatan SenenAKI 1852 14

7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di

wilayah sekecamatan SenenAKN 720 11

Page 8: Bab 2 Sebagian

Tabel 2.3 Penentuan Nilai Score Greetes Member

Berdasarkan Selisih Target dan Cakupan

Score Selisih

1 0.09

2 1.3

3 1.95

4 2.08

5 2.62

6 3.12

7 4.82

Page 9: Bab 2 Sebagian

Tabel 2.4 Penentuan Score Greetes Member

Berdasarkan Target dan Cakupan Indikator

No Jenis Kegiatan

Cakupan Target 6

Bulan

(%)

Selisih Score(%)

1Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah

Puskesmas Sekecamatan Senen51.3 50 1.3 2

2Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah

Puskesmas Sekecamatan Senen47.59 47.5 0.09 1

3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di

wilayah Puskesmas Kecamatan Senen6.88 10 3.12 6

4

Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil

di wilayah Puskesmas Sekecamatan

Senen

44.82 40 4.82 7

5

Cakupan Persalinan oleh Tenaga

Kesehatan di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen

46.95 45 1.95 3

6Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah

Puskesmas Sekecamatan Senen47.08 45 2.08 4

7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama

(KN1) di wilayah Sekecamatan Senen47.62 45 2.62 5

Page 10: Bab 2 Sebagian

Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk

Nilai Jumlah Bumil

5 Jumlah < 200

10 Jumlah 200 –400

15 Jumlah >400

Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu hamil di wilayah

puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012

Nilai Jumlah Bumil Risti

5 Jumlah < 40

10 Jumlah 40–80

15 Jumlah >80

Keterangan : jumlah bumil risti didapatkan dari sasaran ibu hamil risti di

wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012

Nilai Jumlah Bulin

5 Jumlah < 200

10 Jumlah 200 –400

15 Jumlah >400

Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu bersalin di wilayah

puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.

Nilai Jumlah Bufas

5 Jumlah <200

10 Jumlah 200 – 400

15 Jumlah >400

Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran ibu nifas di wilayah

puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.

Page 11: Bab 2 Sebagian

Nilai Jumlah Bayi Lahir Hidup

5 Jumlah < 200

10 Jumlah 200 – 400

15 Jumlah > 400

Keterangan : jumlah bumil didapatkan dari sasaran bayi lahir hidup di wilayah

puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.

Nilai Jumlah Bayi

5 Jumlah < 150

10 Jumlah 150-300

15 Jumlah > 300

Keterangan: jumlah bayi didapatkan dari sasaran jumlah bayi di wilayah

puskesmas sekecamatan Senen periode Januari-Juni 2012.

Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Asas Keterpaduan

Lintas Sektoral

Nilai Lintas Sektoral

5 Tidak ada keterpaduan lintas sektoral

10 Ada keterpaduan lintas sektoral

Tabel 2.7 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah

Nilai Luas Wilayah

5 < 0,5 Km2

10 > 0,5 Km2

Page 12: Bab 2 Sebagian

NO DAFTAR MASALAHJUMLAH BUMIL

LINTAS

SEKTORAL

LUAS WILAYAHSCORE

<200200-

400>400

<0,5

km²>0,5 km²

1Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen15 10 10 35

Tabel 2.8 Scoring Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk, Asas Keterpaduan dan Luas Wilayah di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012

2Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen15 5 10 30

3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah

Puskesmas Kecamatan Senen5 5 10 20

NO DAFTAR MASALAH

JUMLAH BUMIL

RISTI LINTAS

SEKTORAL

LUAS WILAYAH

SCORE

<4040-

80>80

<0,5

km2>0,5 km2

4Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah

Puskesmas Sekecamatan Senen15 5 10 30

Page 13: Bab 2 Sebagian

NO. DAFTAR MASALAH

JUMLAH BULINLINTAS

SEKTORAL

LUAS WILAYAH

SCORE<200

200-

400≥400 <0,5km2 >0,5km2

5Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di

wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen15 10 10 35

NO. DAFTAR MASALAH

JUMLAH BUFASLINTAS

SEKTORAL

LUAS WILAYAH

SCORE<200

200-

400>400 <0,5km2 >0,5km2

6Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen15 5 10 30

NO. DAFTAR MASALAH

JUMLAH BAYI

LAHIR HIDUP LINTAS

SEKTORAL

LUAS WILAYAH

SCORE

<200200-

400>400 <0,5km2 >0,5km2

7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di

wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen15 5 10 30

Page 14: Bab 2 Sebagian

Tabel 2.9 Scoring Feasibility Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk

di wilayah Sekecamatan Senen tahun 2012

PuskesmasJumlah

Tenaga kerja

Jumlah

PendudukPerbandingan Score

Kec. Senen 51 3.928 1 : 77 7

Sekecamatan Senen 83 71.130 1 : 857 6

Kel. Kenari 6 8.138 1 : 1.356 5

Kel. Kwitang 7 11.176 1 : 1.596 4

Kel. Paseban 8 15.611 1 : 1.951 3

Kel. Bungur 5 13.029 1 : 2.605 2

Kel. Kramat 6 19.248 1 : 3.208 1

Tabel 2.10 Penentuan ScoringFeasibility Berdasarkan Ketersediaan

Fasilitas dan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen Periode Januari - Juni 2012

Kategori Ketersediaan Score

ObatAda dan cukup 2

Ada tetapi kurang 1

AlatAda dan cukup 2

Ada tetapi kurang 1

DanaBerlebih 3

Cukup 2

Kurang 1

Page 15: Bab 2 Sebagian

Tabel 2.11 Scoring Feasibility Berdasarkan Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk, Ketersediaan Fasilitas dan

Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012

NO. DAFTAR MASALAH SDMFASILITAS

DANA SCOREOBAT ALAT

1 Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 2 2 12

2 Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 2 2 12

3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan

Senen7 2 2 2 13

4Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen6 2 1 1 10

5Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen6 1 1 1 9

6 Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen 6 2 1 2 11

7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen6 2 1 2 11

Page 16: Bab 2 Sebagian

Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari -Juni 2012

Parameter Score

Penyuluhan dan Media Cetak 15

Salah Satu dari Penyuluhan atau Media Cetak 10

Tidak Ada Satupun 5

Tabel 2.13 Scoring Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen

Periode Januari - Juni 2012

Page 17: Bab 2 Sebagian

No. Daftar Masalah

Penyuluhan

dan Media

Cetak

Penyuluhan

atau Media

Cetak

Tidak ada

Penyuluhan

maupun

Media Cetak

Score

1Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen0 10 0 10

2Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen0 10 0 10

3Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas

Kecamatan Senen0 0 5 5

4Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah

Puskesmas Sekecamatan Senen0 10 0 10

5Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah

Puskesmas Sekecamatan Senen0 10 0 10

6Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas

Sekecamatan Senen15 0 0 15

7Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah

Puskesmas Sekecamatan Senen15 0 0 15

Page 18: Bab 2 Sebagian

Tabel 2.14 Penentuan Masalah 1- 4 Program KIA menurut Metode MCUA di

Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012

No Parameter BobotMS 1 MS 2 MS 3 MS 4

N BN N BN N BN N BN

1 Emergency 5 12 60 10 50 15 75 16 80

2Greetes

Member4 2 8 1 4 6 24 7 28

3Expanding

Score3 35 105 35 105 20 60 30 90

4 Feasibility 2 12 24 12 24 13 26 10 20

5 Policy 1 10 10 10 10 5 5 10 10

Jumlah 207 193 190 228

Keterangan :

MS-1 : Cakupan K1 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode

Januari – Juni 2012

MS-2 : Cakupan K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode

Januari – Juni 2012

MS-3 : Cakupan DO K1-K4 pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan Senen

Periode Januari – Juni 2012

MS-4 : Cakupan Penanganan Komplikasi Bumil di wilayah Puskesmas Sekecamatan

Senen Periode Januari – Juni 2012

Page 19: Bab 2 Sebagian

Tabel 2.15 Penentuan Masalah 5- 8 Program KIA Menurut Metode MCUA di

Puskesmas Sekecamatan Senen Periode Januari – Juni 2012

No Parameter BobotMS 5 MS 6 MS 7

N BN N BN N BN

1 Emergency 5 13 65 14 70 11 55

2Greetes

Member4 3 12 4 16 5 20

3Expanding

Score3 35 105 30 90 30 90

4 Feasibility 2 9 18 11 22 11 22

5 Policy 1 10 10 15 15 15 15

Jumlah

Keterangan :

MS-5 : Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di wilayah Puskesmas Sekecamatan

Senen periode Januari – Juni 2012

MS-6 : Cakupan Kunjungan Nifas di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode

Januari – Juni 2012

MS-7 : Cakupan Pelayanan Neonatal pertama (KN1) di wilayah Puskesmas Sekecamatan

Senen periode Januari –Juni 2012

MS-8 : Cakupan Kunjungan Bayi di wilayah Puskesmas Sekecamatan Senen periode

Januari – Juni 2012

Page 20: Bab 2 Sebagian

Berdasarkan perhitungan tabel MCUA dari 8 masalah di atas, didapatkan dua prioritas

masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena adanya keterbatasan sumber daya,

tenaga, waktu, dan dana, yaitu :

1. Cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode

Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 % dengan

final Score 232

2. Cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas sekecamatan Senen

periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8% dari target 33.3% dengan

final Score 214

2.2 MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah, selanjutnya ditentukan

kemungkinan penyebab masalahnya dengan menggunakan diagram sebab akibat atau

diagram tulang ikan (fishbone diagram/Ishikawa) berdasarkan data puskesmas yang

tersedia. Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input, proses maupun lingkungan.

Input yaitu sumber daya yang diperlukan oleh suatu sistem, diantaranya: Man

(sumber daya manusia), Money (dana), Material (sarana), Methode (cara).

Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi output.

Pada proses, menurut George R. Terry, terdiri dari:

Planning (perencanaan):

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan

menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.

Organizing (pengorganisasian):

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi)

yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai

tujuan organisasi.

Page 21: Bab 2 Sebagian

Actuating (penggerak pelaksanaan):

Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal

menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki

dan dukungan sumber daya yang tersedia.

Controlling (monitoring):

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi

penyimpangan.

Lingkungan merupakan tempat dimana sistem berada, terdiri dari internal

(lingkungan fisik dan kerja) dan eksternal (lingkungan fisik, kondisi masyarakat,

peraturan/undang-undang).

Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan dibuat dengan menggunakan

fishbone diagram/Ishikawa :

1. Cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen periode

Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 % dengan

final Score 232

2. Cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas sekecamatan Senen

periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8% dari target 33.3% dengan

final Score 214

2.3 MENENTUKAN PENYEBAB MASALAH YANG PALING DOMINAN

Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari enam prioritas

masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan

Fishbone (Diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar

penyebab masalah (yang terdapat pada kotak). Dari akar masalah tersebut, dapat dicari akar

penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang dominan adalah penyebab

masalah yang apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah

yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan

dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah

ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program di wilayah kerja puskesmas

sekecamatan Senen.

2.3.1. Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone (diagram tulang

ikan) pada cakupan kunjungan bayi di wilayah puskesmas sekecamatan Senen

Page 22: Bab 2 Sebagian

periode Januari – Mei 2012 di bawah target sebesar 15.28 % dari target 37.5 %

dengan final Score 232

Akar penyebab masalah pada input :

1. Kurangnya penyuluhan pada ibu yang memiliki balita (man)

2. Ibu tidak memiliki uang yang cukup untuk ke puskesmas (money)

3. Tidak tersedianya peralatan yang memadai (material)

4. Adanya posyandu di lingkungan tersebut (methode)

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:

1. Perencanaan program yang kurang baik (planning)

2. Kurang terkoordinasinya pelaksanaan program (organizing)

3. Kurangnya petugas untuk memantau penyuluhan (actuating)

4. Kurangnya pengawasan karena petugas menangani lebih dari satu program di

puskesmas (controlling)

5. Banyaknya bidan yang praktek di lingkungan tersebut (environment)

Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan lima akar penyebab

masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga

pemahaman yang cukup. Kelima akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut

adalah:

1. Kurangnya penyuluhan pada ibu yang memiliki balita (man)

2. Tidak tersedianya peralatan yang memadai (material)

3. Perencanaan program yang kurang baik (planning)

4. Kurangnya petugas untuk memantau penyuluhan (actuating)

1.3.2. Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone (diagram

tulang ikan) cakupan penanganan komplikasi bumil di wilayah puskesmas

sekecamatan Senen periode Januari – Mei 2012 di atas target sebesar 37.8 %

dari target 33.3 % dengan final score 214

Akar penyebab masalah pada input :

1. Banyaknya kunjungan ibu hamil dari luar wilayah kecamatan Senen (man)

Page 23: Bab 2 Sebagian

2. Murahnya biaya untuk melakukan kunjungan di puskesmas daripada di rumah sakit

(money)

3. Peralatan yang tersedia cukup memadai (material)

4. Adanya program jampersal dari pemerintah (methode)

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:

1. Program deteksi dini terhadap ibu hamil dengan risiko tinggi yang berlebihan (planning)

2. Koordinasi yang baik oleh kepala puskesmas (organizing)

3. Banyaknya penyuluhan mengenai risiko yang dapat terjadi selama kehamilan oleh

petugas kesehatan (actuating)

4. Evaluasi program yang baik (controlling)

5. Kecemasan keluarga dan masyarakat sekitar yang berlebihan (environment)

Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan lima akar penyebab

masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga

pemahaman yang cukup. Kelima akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut

adalah:

1. Banyaknya kunjungan ibu hamil dari luar wilayah kecamatan Senen (man)

2. Program deteksi dini terhadap ibu hamil dengan risiko tinggi yang berlebihan

(planning)

3. Banyaknya penyuluhan mengenai risiko yang bisa terjadi selama kehamilan oleh

petugas kesehatan (actuating)

4. Kecemasan keluarga dan masyarakat sekitar yang berlebihan (environment)