BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf ·...

37
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kerja 1 Sistem kerja adalah suatu batasan atau tata cara kerja yang membatasi fleksibilitas karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga pada akhirnya menghasilkan fungsi produksi yang efisien dan efektif. 2 Perancangan sistem kerja dibuat sebelum perusahaan beroperasi, yang selanjutnya ditinjau ulang pada saat terdapat perubahan dalam metode atau peralatan yang digunakan dalam operasi. Perancangan sistem kerja bertujuan untuk mencapai keefektifan yang maksimum dari sistem kerja perusahaan. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen. Kegiatan ini dalam banyak perusahaan melibatkan bagian terbesar dari karyawan yang mencakup jumlah terbesar dari aset perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan produksi dan operasi menjadi salah satu fungsi utama perusahaan. Perancangan sistem kerja merupakan faktor penting dalam manajemen operasi karena selain berkaitan dengan produktivitas juga menyangkut tenaga kerja yang 1 Wignjosoebroto, Sritomo. (1995). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. PT. Guna Widya, Jakarta, h.56 2 Herjanto, Eddy. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, h.1 dan h.85

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf ·...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Kerja

1Sistem kerja adalah suatu batasan atau tata cara kerja yang membatasi

fleksibilitas karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga pada akhirnya

menghasilkan fungsi produksi yang efisien dan efektif.

2Perancangan sistem kerja dibuat sebelum perusahaan beroperasi, yang

selanjutnya ditinjau ulang pada saat terdapat perubahan dalam metode atau peralatan

yang digunakan dalam operasi. Perancangan sistem kerja bertujuan untuk mencapai

keefektifan yang maksimum dari sistem kerja perusahaan.

Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan

jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen. Kegiatan ini dalam banyak

perusahaan melibatkan bagian terbesar dari karyawan yang mencakup jumlah terbesar

dari aset perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan produksi dan operasi menjadi salah

satu fungsi utama perusahaan.

Perancangan sistem kerja merupakan faktor penting dalam manajemen operasi

karena selain berkaitan dengan produktivitas juga menyangkut tenaga kerja yang

1 Wignjosoebroto, Sritomo. (1995). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. PT. Guna Widya, Jakarta, h.56

2 Herjanto, Eddy. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta, h.1 dan h.85

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

13

melaksanakan kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu

memiliki sistem kerja yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan secara

efisien dan efektif, merangsang karyawan untuk bekerja secara produktif, mengurangi

timbulnya rasa kebosanan dan dapat meningkatkan kepuasan kerja.

2.1.1 Manusia dan Sistem Kerja3

Mutu kehidupan kerja yang baik adalah suatu pekerjaan yang tidak hanya

aman dan kompensasinya sebanding, tetapi juga pekerjaan yang memenuhi

kebutuhan fisik dan psikologis yang cukup.

Keputusan yang diambil tentang manusia banyak dihambat keputusan –

keputusan yang lain. Pertama, bauran produk dapat menentukan apakah karyawan

akan dipekerjakan secara musiman atau tetap. Kedua, teknologi, peralatan dan proses

dapat menimbulkan dampak pada keamanan dan kandungan pekerjaan. Ketiga,

keputusan lokasi dapat menimbulkan dampak pada pekerjaan. Terakhir, keputusan

yang menyangkut tata letak (layout) dapat mempengaruhi sebagian besar pekerjaan.

3 Render, Barry dan Heizer, Jay. (2001). Prinsip – prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat,

Jakarta, h.230 – 231

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

14

2.1.2 Rancangan Pekerjaan

4Rancangan tugas (job design) adalah rincian isi dan cara pelaksanaan tugas

atau kegiatan, yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas, bagaimana tugas itu

dilaksanakan, di mana tugas itu dikerjakan dan hasil apa yang diharapkan. Tujuan

rancangan tugas untuk menciptakan suatu sistem kerja yang produktif dan efisien.

Dengan adanya rancangan tugas, karyawan dapat mengetahui dan menjalankan

tugasnya dengan lebih baik, rendahnya keluar masuknya karyawan serta diperolehnya

kondisi dan lingkungan kerja yang baik.

5Desain pekerjaan menentukan spesifikasi tugas – tugas yang terkandung

dalam pekerjaan untuk seseorang atau suatu kelompok. Ada enam komponen dari

suatu desain pekerjaan yang harus diperhatikan, yaitu :

- Spesialisasi tenaga kerja

- Perluasan pekerjaan

- Unsur kejiwaan tenaga kerja

- Kelompok kerja yang mandiri

- Motivasi dan sistem insentif

- Ergonomis dan cara – cara kerja

4 Herjanto, Eddy. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta, h.85

5 Render, Barry dan Heizer, Jay. (2001). Prinsip – prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat,

Jakarta, h.232

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

15

2.1.3 Syarat – syarat Kerja6

Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk sebagai lingkungan

kerja, sedangkan sebagian lagi tercakup sebagai syarat – syarat kerja. Pada dasarnya

aspek ini membahas apa saja persyaratan yang harus dipenuhi agar karyawan bisa

bekerja dan dipekerjakan lebih manusiawi, efisien, produktif, sehat dan terjamin

keselamatannya. Penelitian mengungkapkan bahwa ada persyaratan minimum yang

harus dipenuhi. Faktor – faktor yang melengkapi persyaratan tersebut adalah :

1. Faktor ergonomi

2. Faktor psikologi kerja

3. Faktor kesehatan kerja dan jam kerja

4. Faktor upah dan jaminan sosial

5. Faktor kebijaksanaan perusahaan

2.2 Ergonomi dan Metode Kerja

7Menurut Bakri, dkk. (2004), Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan

teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang

digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan

6 Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. PT. Guna Widya,

Surabaya, h.146

7 Tarwaka., Bakri, Solichul HA. dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta, h.7

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

16

keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara

keseluruhan menjadi lebih baik.

Sedangkan yang dimaksud dengan kualitas hidup manusia pekerja, sesuai

yang ditetapkan oleh organisasi perburuhan internasional (ILO), secara umum adalah

sebagai berikut :

1. work should respect the workers’ life and health.

2. work should leave the worker with free time for rest and leisure.

3. work should enable the worker to serve society and achieve self-fulfillment by

developing his personal capacities.

Dengan demikian pencapaian kualitas hidup manusia secara optimal, baik di

tempat kerja, di lingkungan sosial maupun di lingkungan keluarga, menjadi tujuan

utama dari penerapan ergonomi.

2.2.1 Tujuan Ergonomi8

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan

penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan

promosi dan kepuasan kerja.

8 Tarwaka., Bakri, Solichul HA. dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta, h.7

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

17

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,

mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan menigkatkan jaminan

sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis, ekoomis,

antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta

kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.2.2 Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi9

Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk

menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan

segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa

pengaruh buruk dari pekerjaannya.

Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan kerja dengan kapasitas kerja

harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang

tinggi. Dalam kata lain, tuntutan tugas pekerjaan tidak boleh terlalu rendah

(underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload). Karena keduanya,

baik underload maupun overload akan menyebabkan stress.

9 Tarwaka., Bakri, Solichul HA. dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta, h.7 – 9

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

18

Kemampuan seseorang dalam bekerja sangat ditentukan oleh :

1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia, jenis kelamin,

antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan,

status kesehatan tubuh, dsb.

2. Physiological Capacity (kemampuan fisiologis); meliputi kemampuan dan daya

tahan cardio vaskuler, syaraf otot, panca indera,dsb.

3. Psycological Capacity (Kemampuan psikologis); berhubungan dengan

kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi, dsb.

4. Biomechanical Capacity (kemampuan bio-mekanik) berkaitan dengan

kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang.

Tuntutan tugas pekerjaan / aktifitas tergantung pada :

1. Task and material characteristics (karakteristik tugas dan material); ditentukan

oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan irama kerja, dsb.

2. Organization characteristics; berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat,

kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen, dsb.

3. Environmental characteristics; berkaitan dengan manusia teman sekerja, suhu

dan kelambaban, bising dan getaran, sosio-budaya, tabu, norma, adat dan

kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dsb.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

19

Performansi atau tampilan seseorang sangat bergantung kepada rasio dari

besarnya kemampuan yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila :

1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan seseorang atau

kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa ketidaknyamanan,

overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan tidak produktif.

2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan seseorang atau

kapasitas kerjanya, maka akan terjadi panampilan akhir berupa understress,

kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif.

3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan dinamis

antara tuntutan tugas dengan kemampuan yang dimiliki sehingga tercapai kondisi

dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.

Untuk mencapai tujuan ergonomi seperti yang telah dikemukakan, maka perlu

keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga pekerja dapat bekerja sesuai

dengan kemampuan dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan dan keterbatasan

manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu umur, jenis kelamin, ras, antropometri,

status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani, pendidikan, keterampilan, budaya, tingkah

laku, kebiasaan, dan kemampuan beradaptasi.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

20

2.2.3 Data Antropometri dan Human Factors Engineering10

Dalam setiap pelaksanaan tugas, manusia selalu menggunakan mesin,

peralatan dan berbagai fasilitas lainnya. Dapat disadari bahwa desain dari benda –

benda tersebut mempengaruhi, baik enak tidaknya manusia bekerja maupun

efektifitas dari pekerjaan sendiri, bahkan dapat mempengaruhi kesehatan dan

keamanan dari pemakainya.

Ukuran dimensi dan karakteristik fisik lain dari tubuh manusia disebut sebagai

Antropometri. Terdapat dua jenis ukuran, yaitu struktural (statis) dan fungsional

(dinamis). Dimensi struktural adalah ukuran dari tubuh manusia yang diambil dalam

posisi yang tetap (statis). Sedangkan dimensi fungsional diambil dalam posisi

manusia sedang mengerjakan suatu aktivitas. Kedua jenis data Antropometri tersebut

dipelajari dan dipakai sebagai dasar untuk mendesain peralatan dan sistem kerja.

Tentunya, dalam penggunaan data Antropometri untuk mendesain suatu benda atau

suatu sistem kerja, data harus mewakili populasi yang akan menggunakan benda

tersebut.

Human Factors Engineering atau Ergonomics merupakan ilmu yang

menerapkan informasi yang relevan tentang karakteristik manusia dan perilakunya

terhadap desain dari produk, peralatan, fasilitas, metode, dan lingkungan tempat

manusia bekerja dan menjalani hidup. Human Factors Engineering mempunyai dua

10 Herjanto, Eddy. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta, h.99

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

21

tujuan. Pertama, meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja dan kegiatan lain yang

dilakukan. Kedua, meningkatkan keselamatan, mengurangi kelelahan dan stress,

meningkatkan keenakan pakai, memperluas kemampuan pakai, meningkatkan

kepuasan kerja dan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan dalam kerja sedapat mungkin

diletakkan dalam daerah kerja sehingga pekerja tidak memerlukan gerakan tambahan,

seperti berdiri atau berpindah tempat untuk menjangkau suatu peralatan atau bahan.

Rancangan peralatan dan tempat kerja dapat memudahkan atau memungkinkan untuk

dilaksanakannya suatu pekerjaan.

2.2.4 Faktor – faktor Ergonomi11

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, di mana Ergo atau kerja dan Nomos

atau tata cara digabung menjadi “ilmu tata cara kerja”. Ergonomi dapat dikatakan

sebagai ilmu penyesuaian pekerjaan dengan keterbatasan manusia.

Pengelola keselamatan dan kesehatan kerja wajib menguasai interaksi ketiga

ilmu biologi (anatomi, fisiologi dan psikologi) dan bukan secara terpisah – pisah. Hal

ini penting karena desain suatu pekerjaan perlu disesuaikan dengan batas – batas

kemampuan manusia.

11 Silalahi, Bennett. (2004). Manajemen Integratif. Edisi VI. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen LPMI,

Jakarta, h.147

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

22

Batas – batas kemampuan manusia dalam bekerja

Kemampuan manusia dalam pekerjaan dibatasi oleh :

a. Energi yang dibutuhkan pekerjaan itu

b. Ukuran – ukuran tubuh manusia

c. Lingkungan pekerjaan itu (termasuk desain peralatan dan sikap tubuh dalam

pelaksanaan kegiatan kerja)

2.2.5 Kondisi Lingkungan Kerja12

Kondisi kerja merupakan salah satu aspek penting dalam rancangan tugas.

Faktor – faktor fisika (seperti temperatur, kelembaban, ventilasi, pencahayaan, warna

dan suara) dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap kinerja para karyawan

dalam produktivitas dan mutu keluaran, serta dapat berpengaruh pada kenyamanan

dan keselamatan kerja. Pencahayaan, suara dan getaran, suhu dan kelembaban, serta

mutu udara merupakan faktor – faktor lingkungan kerja yang akan mempengaruhi

pekerjaan.

Apabila kegiatan kerja dilakukan dalam ruangan atau pada malam hari, perlu

tersedianya penerangan yang memadai yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan.

Berbagai studi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencahayaan yang diperlukan

untuk jenis – jenis pekerjaan tertentu dengan memperhatikan faktor kesehatan pekerja

12 Herjanto, Eddy. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta, h.100 – 101

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

23

dan terlaksananya pekerjaan dengan baik. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang

penting, yaitu brightness distribution, glare (silau), pantulan dan bayangan. Warna

juga dapat mempengaruhi suasana kerja. Dalam banyak hal, warna menghasilkan

efek emosi dan psikologi. Penggunaan warna harus disesuaikan dengan tempat kerja.

Suasana bising atau ribut dapat disebabkan oleh getaran mesin, peralatan dan

manusia. Bunyi dapat mengganggu atau mengacaukan pekerjaan yang menyebabkan

kesalahan , bahkan kecelakaan. Selain itu, bunyi juga dapat merusak pendengaran.

Kebisingan yang dapat menyebabkan ketulian ditunjukkan oleh rentang frekuensi

2000 – 6000 Hz. Para pekerja yang berada pada rentang frekuensi itu harus selalu

dites secara periodik pada kemampuan dengarnya.

Faktor temperatur dan kelembaban merupakan variabel penting dalam

menjaga lingkungan kerja yang menyenangkan.meskipun manusia dapat bekerja pada

berbagai tingkat temperatur namun hasil kerja yang optimal biasanya diperoleh pada

kondisi temperatur yang dianggap nyaman bagi kebanyakan pekerja, yaitu 20 - 27°C.

Ventilasi diperlukan untuk menjaga lingkungan kerja dengan udara yang

bersih dan segar. Bau dan udara kotor dapat mengganggu suasana kerja yang baik,

bahkan dapat berbahaya bagi kesehatan tenaga kerja. Ketidaknyamanan akan

mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh

manusia. Kondisi panas sekeliling yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan

kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja.

Kondisi dingin yang berlebihan akan mengakibatkan rasa malas dan mengurangi

kewaspadaan dan konsentrasi.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

24

2.2.6 Iklim Kerja13

Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur dari perpaduan

antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, dan suhu radiasi.

Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh

manusia. Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang diterima

tubuh manusia atas beban iklim kerja tersebut.

Tubuh manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses

pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran

panas tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan meningkat. Lingkungan kerja dengan

tubuh selalu saling terjadi pertukaran panas, proses pertukaran panas ini tergantung

dari suhu lingkungan.

Tempat kerja yang nyaman merupakan salah satu faktor penunjang gairah

kerja. Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan menurunkan produktivitas

kerja, juga akan membawa dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai oleh

pengeluaran keringat yang meningkat, denyut jantung menurun, dan suhu tubuh

menurun. Proses adaptasi ini biasanya memerlukan waktu 7 sampai 10 hari.

Aklimatisasi dapat juga menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak masuk

kerja selama 1 minggu berturut – turut.

13 Santoso, Gempur. (2004). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka

Publisher, Jakarta, h.52 – 54

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

25

Untuk menimbulkan aklimatisasi, faktor pembebanan dan lama kerja perlu

diperhatikan dengan cara sebagai berikut :

1. Hari pertama masuk kerja, pembebanan fisik dan lama bekerja usahakan tidak

melebihi 50 % dari beban dan lama bekerja yang sebenarnya.

2. Hari kedua kerja, beban kerja dan lama bekerja ditambah 10 %.

3. Hari ketiga kerja dan seterusnya hingga hari keenam, pembebanan fisik dan lama

bekerja akan mencapai 100 %.

Pengendalian iklim kerja dapat dilakukan dengan pengendalian secara fisik

(dengan isolasi sumber panas, shielding, pendinginan setempat dan ventilasi umum),

secara administratif (dengan pengaturan waktu kerja dan istirahat, pengadaan air

minum, aklimatisasi, pemeriksaan kesehatan dan seleksi tenaga kerja) dan pemakaian

alat pelindung diri.

2.2.7 Pemindahan Material Secara Manual14

Pemindahan material secara manual jika tidak dilakukan secara ergonomis

akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri yang disebut

sebagai over exertion – lifting and carrying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang

disebabkan oleh beban angkat yang berlebih. Rasa nyeri yang kronis (injury) ini

14 Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. PT. Guna

Widya, Surabaya, h.147 – 148

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

26

membutuhkan penyembuhan yang cukup lama. Faktor yang berpengaruh terhadap

timbulnya nyeri penggung (back injury) adalah arah beban yang diangkat dan

frekuensi aktivitas pemindahan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Beban yang harus diangkat

2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya

3. Jarak horizontal dari beban terhadap orangnya

4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan

mempunyai jarak CG (Center of Grafity) yang lebih jauh dari tubuh, dan dapat

mengganggu jarak pandangnya).

2.2.8 Faktor Resiko15

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material, yaitu :

1. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan

operator.

2. Jarak horizontal dari beban relatif terhadap operator.

3. Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar akan memiliki

pusat massa yang letaknya jauh dari badan operator, hal tersebut juga akan

menghalangi pandangan dari operator).

15 Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. PT. Guna

Widya, Surabaya, h.149 – 150

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

27

4. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat

beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit dari pada mengangkat beban

dari ketinggian pada permukaan pinggang).

5. Beban puntir (twisting load) pada badan operator selama aktivitas angkat beban.

6. Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk

mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.

7. Stabilitas beban yang akan diangkat.

8. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.

9. Berbagai macam rintangan yang menghalangi ataupun keterbatasan postur tubuh

yang berada pada suatu tempat kerja.

10. Kondisi kerja yang meliputi : pencahayaan, temperatur, kebisingan dan kelicinan

lantai.

11. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.

12. Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkut beban secara tiba – tiba).

13. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team).

14. Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan

membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban di daerah

punggung.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

28

2.2.9 Penyelesaian untuk Permindahan Material Secara Teknis16

Beberapa penyelesaian yang dapat diberikan untuk pemindahan material

secara manual :

- Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan

menggunakan ban berjalan.

- Gunakan meja yang dapat digunakan naik – turun untuk menjaga agar bagian

permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukkan lembaran

logam ataupun benda kerja lainnya ke dalam mesin.

- Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan

turunkan dengan bantuan gaya grafitasi.

- Berikan peralatan yang dapat mengangkat.

- Rancanglah Overhead Monorail dan Hoist diutamakan yang menggunakan tenaga

baik untuk pergerakan vertikal maupun horizontal.

- Rancanglah Hoist atau Fork – Truck yang dikeliling pada permukaan lantai,

diutamakan yang menggunakan tenaga.

- Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang ergonomis

sehingga mudah waktu mengangkat.

- Aturlah peletakkan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat

benda pada ketinggian permukaan pinggang.

16 Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. PT. Guna

Widya, Surabaya, h.150 – 151

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

29

- Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya.

- Siapkan Trolley dan Pengungkit untuk mengangkat ujung drum.

- Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakkan material yang mengganggu jalur

dari operator.

- Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga akan

membahayakan operator pada saat perjalanan pemindahan material.

- Buatlah suatu ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis operator.

- Tempatkan semua material sedekat mungkin terhadap operator.

2.2.10 Batasan Beban yang Boleh Diangkat17

Menurut Nurmianto, Eko (2003), Pendekatan terhadap batasan dari massa

beban yang akan diangkat meliputi :

1. Batasan Angkat Secara Legal (Legal Limitations)

Dalam rangka untuk mendapatkan suasana kerja yang aman dan nyaman

maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Batasan angkat yang

diberlakukan secara internasional antara lain :

- Pria di bawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.

- Pria usia di antara 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg.

- Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.

17 Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. PT. Guna

Widya, Surabaya, h. 151 - 178

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

30

- Wanita usia di antara 16 dan 18 tahun, maksimum angkat adalah 11 kg.

- Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat adalah 16 kg.

Batasan – batasan ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada

tulang belakang. Batasan angkat ini akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada

tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat.

Tabel 2.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai dengan Batasan Angkatnya

Batasan Angkat (kg) Tindakan

Di bawah 16

13 – 16

34 – 55

Di atas 55

Tidak ada tindakan khusus yang perlu dilakukan.

Prosedur administratif dibutuhkan untuk mengidentifikasi

ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa

menanggung resiko yang berbahaya, kecuali dengan

perantaraan alat bantu tertentu.

Sebaiknya operator yang terpilih dan terlatih.

Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih,

harus di bawah pengawasan supervisor.

Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih

dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan

keselamatan kerja dalam industri. Harus di bawah

pengawasan ketat. Sumber : Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama.

PT. Guna Widya, Surabaya, h.153

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

31

Tabel 2.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai dengan Batasan Angkatnya

Level Batasan Angkat (kg) Tindakan

1

2

3

4

= 16

16 – 25

25 – 34

34

Tidak diperlukan tindakan khusus.

Tidak diperlukan alat dalam mengangkat.

Ditekankan pada metode angkat.

Tidak diperlukan alat dalam mengangkat.

Dipilih rancangan ulang terhadap tipe

pekerjaan.

Haruslah dibantu dengan peralatan mekanis. Sumber : Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama.

PT. Guna Widya, Surabaya, h.154

2. Batasan Biomekanika

Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas

kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria

keselamatan adalah berdasar pada beban tekan (compression load) pada

intervertebral disc antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1).

Kebanyakan penyakit – penyakit tulang belakang adalah merupakan hernia

pada intervertebral disc yaitu keluarnya inti intervertebral (pulpy nucleus) yang

disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral disc. Penyakit hernia

yang terjadi karena rusaknya intervertebral disc bagian belakang adalah menekan dan

mengiritasi akar syaraf dan menyebabkan rasa sakit yang kronis. Rasa nyeri tersebut

disebabkan oleh Slipped disc.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

32

Tulang belakang yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih

mudah rusak atau retak jika disebabkan oleh beban yang ditanggung oleh segmen

tulang belakang dan yang terjadi dengan diawali oleh rusaknya bagian atas / bawah

segmen tulang belakang. Degenerasi adalah prasyarat untuk terjadinya hernia pada

intervertebral disc yang pada gilirannya akan menjadi penyebab umum timbulnya

rasa nyeri pada bagian punggung bawah. Untuk gaya tekan atau kompresi selama

postur tegak berlebih atau ekstensi dapat mengakibatkan beban lebih pada sambungan

apophyseal.

3. Batasan Fisiologi

Metode pendekatan ini dengan mempertimbangkan rata – rata beban

metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting), sebagaimana juga

dapat ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar – benar

diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat. Kelelahan

kerja yang terjadi akibat dari aktifitas yang berulang – ulang akan meningkatkan

resiko rasa nyeri pada tulang belakang. Repetitive lifting dapat menyebabkan

Cumulative Trauma Injuries atau Repetitive Starin Injuries.

Ada beberapa bukti bahwa semakin banyak jumlah material yang diangkat

(dan dipindahkan) dalam sehari oleh seseorang, maka akan lebih cepat mengurangi

ketebalan dari intervertebral disc atau elemen yang berada di antara segmen tulang

belakang. Fenomena ini menggambarkan bahwa pengukuran yang akurat terhadap

tinggi tenaga kerja dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi beban kerja.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

33

4. Batasan Psiko – fisik

Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk

mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda –

beda. Para pekerja memonitor perasaannya masing – masing dan mengatur berat

beban sampai menunjukkan kemampuan angkat maksimum. Kemudian aktifitas

angkat yang riil diterapkan dengan melibatkan para pekerja industri pada eksperimen

tersebut. Ada 3 macam kategori posisi angkat yang didapatkan, yaitu :

1. Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan.

2. Dari ketinggian genggaman tangan ke ketinggian bahu.

3. Dari ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan vertikal.

Batasan ini memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam kondisi yang nyata pada

populasi tenaga kerja tertentu.

2.2.11 Kelelahan18

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar

dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan

diatur secara sentral oleh otak. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang

berbeda – beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan

efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan

18 Tarwaka., Bakri, Solichul HA. dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta, h.107 – 113

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

34

diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan

otot adalah merupakan tremor atau perasaan nyeri pada otot. Kelelahan umum

biasanya juga ditandai dengan berkurangnya kemampuan untuk bekerja yang

disebabkan karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan,

sebab – sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. Secara umum gejala

kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai sangat melelahkan.

Faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja sangat bervariasi dan untuk

memelihara / mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus

dilakukan di luar tekanan. Penyegaran terutama terjadi selama waktu tidur malam,

tetapi periode istirahat dan waktu – waktu berhenti kerja juga dapat memberikan

penyegaran.

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang

bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan

dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi /

dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh

tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan

pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara obyektif maupun subjektif.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

35

Gambar 2.1 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan

Sumber : Tarwaka., Bakri, Solichul HA. dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta, h.110

Kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena

berbagai faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak

sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap

paksa dan pengaturan waktu kerja – istirahat yang tidak tepat.

PENYEBAB KELELAHAN 1. Aktivitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 4. Sikap paksa 5. Kerja statis 6. Kerja bersifat monotoni 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis 9. Kebutuhan kalori kurang 10. Waktu kerja – istirahat tidak tepat 11. dan lain - lain

CARA MENGATASI 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja ergonomis 4. Sikap kerja alamiah 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja lebih bervariasi 7. Redesain lingkungan kerja 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori seimbang 10. Istirahat setiap 2 jam kerja 11. dan lain - lain

MANAJEMEN PENGENDALIAN 1. Tindakan preventif melalui

pendekatan inovatif dan partisipatoris

2. Tindakan kuratif 3. Tindakan rehabilitatif 4. Jaminan masa tua

RESIKO 1. Motivasi menurun 2. Performansi rendah 3. Kualitas kerja rendah 4. Banyak terjadi kesalahan 5. Stress akibat kerja 6. Penyakit akibat kerja 7. Cedera 8. Terjadi kecelakaan akibat kerja 9. dan lain - lain

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

36

2.2.12 Beban Kerja

19Dari segi ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus

sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun

keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang

tenaga kerja berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat keterampilan,

kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerja

yang bersangkutan.

Faktor yang mempengaruhi beban kerja :

- Beban kerja karena faktor eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh

pekerja, yaitu pekerjaan itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja.

1. Tugas – tugas yang dilakukan yang bersifat fisik (stasiun kerja, tata ruang tempat

kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, cara angkat – angkut, beban

kerja, alat bantu kerja, sarana informasi, alur kerja, dll) dan tugas – tugas yang

bersifat mental (kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan yang

mempengaruhi emosi pekerja, tanggungjawab terhadap pekerjaan, dll).

2. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya waktu

kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem

kerja, pelimpahan tugas dan wewenang, dll.

19 Tarwaka., Bakri, Solichul HA. dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta, h.67 dan h. 95 – 96

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

37

3. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja

(lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan

lingkungan kerja psikologis).

- Beban kerja karena faktor internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh

pekerja itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Berat dan

ringannya dapat dinilai baik secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian secara

objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian secara

subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan

perilaku.

Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, sistem

kerja harian / borongan, masuk kerja dan insentif dapat berpengaruh terhadap

produktivitas, baik langsung maupun tidak langsung. Jam kerja berlebihan, jam kerja

lembur di luar batas kemampuan akan dapat mempercepat munculnya kelelahan,

menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja. Oleh karena setiap fungsi

tubuh memerlukan keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian

energi (kerja – istirahat), maka diperlukan adanya waktu istirahat pendek dengan

sedikit kudapan (15 menit setelah 1,5–2 jam kerja) untuk mempertahankan

performansi dan efisiensi kerja.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

38

Fisiologi tubuh saat bekerja dan istirahat20

Pada dasarnya aktifitas kerja merupakan pengerahan tenaga dan pemanfaatan

organ-organ tubuh melalui koordinasi dan perintah oleh syaraf pusat. Besar kecilnya

pengerahan tenaga oleh tubuh sangat tergantung dari jenis pekerjaan (fisik atau

mental). Secara umum janis pekerjaan yang bersifat fisik memerlukan pengerahan

tenaga yang lebih besar dibandingkan jenis pekerjaan yang bersifat mental. Namun

demikian, secara kualitatif baik kerja fisik maupun mental fungsi fisiologis tubuh

adalah tetap sama yaitu dengan bekerja maka aktivitas persyarafan bertambah, otot -

otot menegang, meningkatnya peredaran darah ke organ-organ tubuh yang bekerja,

nafas menjadi lebih dalam, denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Sedangkan

secara kuantitatif, antara kerja fisik dan mental adalah berbeda dan sangat

dipengaruhi oleh beban pekerjaan. Pada kerja fisik maka peranan pengerahan tenaga

otot lebih menonjol dan untuk kerja mental peranan kerja otak yang lebih dominan.

Bekerja adalah anabolisme yaitu mengurai atau menggunakan bagian-bagian

tubuh yang telah dibangun sebelumnya. Dalam keadaan demikian, sistem syaraf

utama yang berfungsi adalah komponen simpatis. maka pada kondisi seperti itu,

aktivitas tidak dapat dilakukan secara terus-menerus, melainkan harus diselingi

istirahat untuk memberi kesempatan tubuh melakukan pemulihan. Pada saat istirahat

tersebut, maka tubuh mempunyai kesempatan membangun kembali tenaga yang telah

20 Tarwaka., Bakri, Solichul HA. dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta, h.67 – 68

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

39

digunakan (katabolisme). Pada saat bekerja, otot mengalami kontraksi atau kerutan

dan pada saat istirahat terjadi pengendoran atau relaksasi otot. Dengan kontraksi,

peredaran darah membawa oksigen dan bahan makanan serta menyalurkan keluar

sisa-sisa metabolisme terhambat. Dengan demikian antara kerutan dan pengendoran

otot harus terjadi secara seimbang untuk mencegah terjadinya kelelahan otot yang

lebih awal.

Secara lebih luas lagi, pembagian waktu kerja dan istirahat lazimnya adalah

bekerja pada waktu siang dan istirahat di malam harinya. Setelah pada siang harinya

kita bekerja selama kurang lebih 8 jam mengalami kepenatan, maka pada malam

harinya diupayakan untuk melakukan pemulihan tenaga agar keesokan harinya dapat

bekerja kembali secara bugar. Secara fisiologis, apabila pemulihan pada malam hari

tidak cukup, maka secara otomatis performansi kerja pada hari berikutnya akan

menurun.

Setiap fungsi tubuh manusia dapat dilihat sebagai keseimbangan ritmis antara

kebutuhan energi (kerja) dengan penggantian kembali sejumlah energi yang telah

digunakan (istirahat). kedua proses tersebut merupakan suatu bagian integral dari

kerja otot, kerja jantung dan keseluruhan fungsi biologis tubuh. Dengan demikian

jelas bahwa untuk memelihara performansi dan efisiensi kerja, waktu istirahat harus

diberikan secukupnya, baik di antara waktu kerja maupun di luar jam kerja (istirahat

pada malam hari).

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

40

Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat

21Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengaturan waktu kerja – waktu

istirahat harus disesuaikan dengan sifat, jenis pekerjaan dan faktor lingkungan yang

mempengaruhinya seperti lingkungan kerja panas, dingin, bising, berdebu dll. Namun

demikian secara umum, di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari

maksimum adalah 8 jam kerja dan selebihnya adalah waktu istirahat.

22Jika seseorang bekerja pada tingkat energi di atas 5,2 kcal per menit, maka

pada saat itu akan timbul rasa lelah (fatigue). Kita masih mempunyai cadangan

sebesar 25 kcal sebelum munculnya asam laktat sebagai tanda saat dimulainya waktu

istirahat. Cadangan energi akan hilang jika kita bekerja lebih dari 5,0 kcal per menit.

Selama periode istirahat, cadangan energi tersebut dibentuk kembali.

Lamanya waktu kerja

Untuk mengetahui waktu kerja, digunakan rumus : menit5E

25TW −=

dengan : E = konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit)

(E - 5,0) = habisnya cadangan energi (kcal/menit)

TW = waktu kerja (menit)

21 Tarwaka., Bakri, Solichul HA. dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta, h.68

22 Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. PT. Guna

Widya, Surabaya, h.142 – 143

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

41

Lamanya waktu istirahat

• Lamanya waktu istirahat diharapkan cukup untuk menghasilkan cadangan energi

tersebut.

• Diasumsikan bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1,5 kcal/menit.

• Tingkat energi di mana cadangan energi akan dapat dibangun kembali adalah

(5,0–1,5) kcal /menit

• Periode istirahat yang dibutuhkan adalah : menit 7,1 menit 5,15

25TW =−

=

• Waktu istirahat ini adalah konstan dan diasumsikan berdasarkan pada 25 kcal.

2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.3.1 Sistem Manajemen K – 3 di Lingkungan Kerja23

Keselamatan pekerja merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat

perhatian dalam perancangan tugas, baik dari manajemen, pekerja, maupun

perancang tugas. Dua penyebab utama dalam kecelakaan kerja, yaitu kecerobohan

pekerja dan bahaya kecelakaan. Program keselamatan dan pencegahan kecelakaan

memerlukan kerja sama antara pekerja dan manajemen.

Ini adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,

proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian 23 Santoso, Gempur. (2004). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka

Publisher, Jakarta, h.15

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

42

pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam

rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Guna tercapainya

tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif.

Gambar 2.2 Sistem model manajemen K-3LK

Sumber : Santoso, Gempur. (2004). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka

Publisher, Jakarta, h.15

2.3.2 Syarat – syarat Keselamatan Kerja menurut Undang - Undang

Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 bab III pasal 3 tentang keselamatan

kerja ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja sebagai berikut :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

Peninjauan ulang dan peningkatan

manajemen

Pengukuran

Komitmen dan Kebijaksanaan

Perencanaan

Pelaksanaan

Peningkatan berkelanjutan

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

43

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan

getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun

psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau

barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

44

2.3.3 Kecelakaan Kerja Karena Faktor Manusia24

Hasil penelitian bahwa 80 - 85 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia.

Unsur – unsur tersebut antara lain :

1. Ketidakseimbangan fisik / kemampuan fisik tenaga kerja, antara lain :

b. Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan

c. Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lemah

d. Kepekaan tubuh

e. Kepekaan panca indera terhadap bunyi

f. Cacat fisik

g. Cacat sementara

2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga kerja, antara lain :

a. Rasa takut / phobia

b. Gangguan emosional

c. Sakit jiwa

d. Tingkat kecakapan

e. Tidak mampu memahami

f. Sedikit ide (pendapat)

g. Gerakannya lamban

h. Keterampilan kurang

24 Santoso, Gempur. (2004). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka

Publisher, Jakarta, h.11–13

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

45

3. Kurang pengetahuan, antara lain :

a. Kurang pengalaman

b. Kurang orientasi

c. Kurang latihan memahami tombol – tombol (petunjuk lain)

d. Kurang latihan memahami data

e. Salah pengertian terhadap suatu perintah

4. Kurang trampil, antara lain :

a. Kurang mengadakan latihan praktik

b. Penampilan kurang

c. Kurang kreatif

d. Salah pengertian

5. Stress mental, antara lain :

a. Emosi berlebihan

b. Beban mental berlebihan

c. Pendiam dan tertutup

d. Problem dengan sesuatu yang tidak dipahami

e. Frustasi

f. Sakit mental

6. Stress fisik, antara lain :

a. Badan sakit (tidak sehat badan)

b. Beban tugas berlebihan

c. Kurang istirahat

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

46

d. Kelelahan sensori

e. Terpapar bahan berbahaya

f. Terpapar panas yang tinggi

g. Kekurangan oksigen

h. Gerakan terganggu

i. Gula darah menurun

7. Motivasi menurun (kurang termotivasi), antara lain :

a. Mau bekerja bila ada penguatan / hadiah (reward)

b. Frustasi berlebihan

c. Tidak ada umpan balik (feedback)

d. Tidak mendapat intensif produksi

e. Tidak mendapat pujian dari hasil kerjanya

f. Terlalu tertekan

2.4 Metode Analisis Data

2.4.1 Uji Validitas25

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan

suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. 25 Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung, h.109 – 120

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.

Rineka Cipta, Jakarta, h.144 – 154

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

47

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul

tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Apabila data yang

didapat sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti bahwa instrumennya

sudah baik, sudah valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini, diperlukan teknik uji

validitas.

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan

skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam hal

analisis item ini, Sugiyono (2004) menyatakan “Teknik Korelasi untuk menentukan

validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan”.

Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang

mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi

menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya

syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Jadi kalau

korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid.

Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Moment yang rumusnya

adalah sebagai berikut :

{ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑

−−

−=

2222 )()(

))((

iiii

iiii

YYNXXN

YXYXNr

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01075-TI-bab 2.pdf · 2.1.3 Syarat – syarat Kerja6 Sebagian dari prosedur dan organisasi kerja termasuk

48

2.4.2 Uji Reliabilitas26

Realibilitas menunjukkan suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat

digunakan sebagai alat pengumpul data karena sudah baik. Instrumen yang baik tidak

akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu.

Instrumen yang telah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang

dapat dipercaya juga. Realibilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.

Pengujian realibilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency

dengan teknik belah dua yang dianalisis dengan rumus Sperman Brown. Untuk

keperluan itu, maka butir – butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu

instrumen ganjil dan genap. Selanjutnya skor tiap data kelompok itu disusun sendiri.

Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya

dengan menggunakan rumus ( )( )

( ){ } ( ){ }2222 ∑ ∑∑∑∑ ∑∑

−−

−=

YYNXXN

YXXYNrXY .

Koefisien korelasi ini kemudian dimasukkan dalam rumus Spearman Brown, yaitu :

( )XY

XYrb r

rr

=12

Jika berdasarkan uji coba instrumen sudah valid dan reliabel seluruh butirnya,

maka instrumen itu dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan

data. 26 Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung, h.120 – 128

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.

Rineka Cipta, Jakarta, h.154 – 174