BAB 2-Pola Aliran

18
BAB 2 SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN GEOMORFOLOGI Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikembangkanm selaras dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih banyak terjadi kerancuan, khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute for Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda. Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya di seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin), selanjutnya disebut dengan sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berbagai macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan geologi, karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan legenda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geomorfologi yang memiliki karakteristik yang jelas. Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem gemorfologi adalah sebagai berikut : 1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek penelitian. 2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala, sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis.

description

laporan mapping

Transcript of BAB 2-Pola Aliran

BAB 2

BAB 2

SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN

GEOMORFOLOGISistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikembangkanm selaras dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih banyak terjadi kerancuan, khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute for Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda.

Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya di seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin), selanjutnya disebut dengan sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berbagai macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan geologi, karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan legenda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geomorfologi yang memiliki karakteristik yang jelas.

Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem gemorfologi adalah sebagai berikut :

1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek penelitian.

2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala, sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis.

3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentuklahan, sehingga sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomorfologi analitik dan geomorfologi sintetik.

4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga dapat menekan biaya pembuatan peta.

2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta

Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base map) dan peta bertema (thematic map).

2.1.1 Peta informasiPeta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak, dengan tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat. Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana, sesuai dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi informasi. Contoh - contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah (atlas) dan peta topografi.

Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau ciri khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang daerah propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai yang terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi memilki kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung, titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kondisi lereng dengan melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta topografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema (thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang hubungan antara elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi.

2.1.2 Peta dasar (base map)Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen tersebut tidak memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan informasi yang dipetakan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi (diplot) dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah saja. Informasi dan peta topografi yang terbaru merupakan kebutuhan yang mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena penggunaan material dasar (peta topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari peta topografi atau foto udara dapat diandalkan, maka kandungan pokok pada peta tujuan akan sangat bermanfaat. Informasi pada peta topografi atau foto udara yang berhubungan langsung dengan unsur - unsur geografi, seperti batas administratif daerah, nama kampung, jalan dan sebagainya sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan lokasi yang baik dan tepat merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar yang baik, misalnya :

- Posisi titik kontrol geodetik

- Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran)

- Posisi danau dan sungai

- Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukit-

bukit kecil, punggungan dan sebagainya).

- Faktor - faktor yang sering berubah, seperti :

Kondisi hidrografi

Batas pemukiman

Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan.

Nama - nama daerah.

Batas sungai dan pantai.

Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geomorfologi atau geologi antara lain :

1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok.

2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti.

3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik

dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan.

4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, ter-

gantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok.

Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan tertentu merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga peta dasar merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memudahkan kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya.

Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan adalah peta topografi yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara umum, seperti titik ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan nama daerah, sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar. Sebagai contoh kerapatan garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka dugaan sementara terhadap lereng yang curam tersebut dapat berupa sesar (patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan batuan atau pola punggungan yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan.

Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau penggunaan lahan, sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih terarah kepada hasil analisis peta topografi tersebut.

2.1.3 Peta bertema ( thematic map)

Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan tertentu untuk maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula. Kandungan informasi tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan penelitian tertentu dengan harapan pemakai peta dapat mengambil keputusan dan kesimpulan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukannya.

Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran batuan secara lateral dengan batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi temuan fosil, bahan galian atau aspek - aspek geologi lainnya. Penggunaan peta geologi yang telah tersusun dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang berhubungan dengan informasi - informasi geologi sebagai landasan kerja yang sedang ditekuninya, misalnya eksplorasi minyak bumi, geologi teknik, pengembangan wilayah dan tataruang.

2.2 Pemahaman peta geomorfologiPeta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia dan memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta menggunakan simbol - simbol warna dan pola hitam putih disertai arsiran, tergantung pada kepentingan pembuatan peta didalam menetapkan aspek - aspek geomorfologi yang dipetakan.

Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis peta, yaitu :

a. Peta geomorfologi analitik.

b. Peta geomorfologi sintetik.

c. Petaa geomorfologi pragmatik.

2.2.1 Peta geomorfologi analitikSecara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik cenderung memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah yang cukup luas, sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau (reconnissance) dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.

Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang sangat luas dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat dimanfaatkan sebagai dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis bentanglahan yang sangat luas dan komponen - komponen geomorfologi yang besar merupakan ciri dari peta geomorfologi analitik. Misalnya bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian gunungapi (volcanous) dan sistem lahan ( land system) struktural, sehingga memerlukan penguraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat berperan untuk digunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi, pulau atau negara.

Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan memiliki arti penting di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam pemetaan geomorfologi, sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan warna. Menurut Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang merupakan faktor - faktor perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan, sehingga harus digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna.

Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut :

KELAS GENETIKSIMBOL WARNA

Bentuklahan asal strukturalUngu / violet

Bentuklahan asal gunungapiMerah

Bentuklahan asal denudasionalCoklat

Bentuklahan asal laut (marine)Hijau

Bentuklahan asal sungai (fluvial)Biru tua

Bentuklahan asal glasial (es)Biru muda

Bentuklahan asal aeolian (angin)Kuning

Bentuklahan asal karst (gamping)Jingga (orange)

Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan oleh lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna hitam atau abu - abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam bentuk simbo; gambar lithologi dengan warna bayangan abu - abu, sehingga informasi morfografi, morfometri dan lithologi (batuan) tampak pada peta dengan warna yang tidak menonjol. Pemilihan warna yang tepat dapat memberikan informasi yang lebih banyak dengan tidak mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu daerah berdasarkan morfogenetik.

Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan menggunakan warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihilangkan. Verstappen (1970) menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk morfokhronologi tidak perlu menggunakan simbol garis, karena biaya untuk pembuatan peta akan menjadi mahal dan umur bentuklahan harus diketahui dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri roman muka bumi dapat ditampilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis berwarna dianjurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir atau sedimentasi.

Tabel 1. Aspek utama peta geomorfologi analitik

ASPEK UTAMA

KRITERIA PEMETAAN

Bentuk permukaan

1. MorfografiAspek yang digambarkan dari morfologi suatu daerah, seperti dataran, perbukitan atau pegunungan.

2. MorfometriNilai aspek geomorfologi daerah, seperti kemiringan lereng, titik ketinggian, panjang lereng dan kekasaran relief.

3. Morfogenesis (asal - usul bentuklahan dan proses terjadinya bentuklahan).

3.1. Morfostruktur pasif.Lithologi / jenis batuan dan struktur batuan dihubungkan dengan proses pengikisan, seperti cuesta, hogback dan kubah.

3.2. Morfostruktur aktif.Aktivitas proses endogen seperti vulaknisma, patahan dan lipatan, seperti gunungapi, pegunungan antiklin, lereng patahan.

3.3. MorfodinamikProses eksogen yang berhubungan dengan gerakan angin, air atau es, seperti gumuk pasir, dataran fluvial, sedimentasi atau gurun.

4. Morfokhronologi (nisbi dan absolut).Waktu proses terjadinya suatu bentuklahan, misalnya " Villafranchian" untuk umur glasial tua dan "Monasterian" untuk dataran pantai muda.

5.Morfo aransemen

Hubungan antara perubahan bentuklahan dengan proses yang sedang berlangsung.

Sumber : Van Zuidam (1985)2.2.2 Peta geomorfologi sintetikKandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan informasi geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah pada suatu tujuan tertentu. Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga informasi geomorfologi semi rinci dapat ditampilkan di dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya unsur - unsur morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun.

Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi 4 tingkat yang mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu bentangan lahan dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar sebagai berikut :

1. Komponen lahan (land component)

2. Satuan lahan (land unit)

3. Bentuklahan (landform)

4. Sistem lahan (land system)

5. Bentanglahan (landscape)

Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan yang menekankan kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan berdasarkan bentuk permukaan lahan sebagai kriteria pengelompokkan. Satuan - satuan lahan yang dibentuk berdasarkan landasan komponen lahan memiliki kesamaan bentuklahan, lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi dan proses. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan komponen lahan adalah 1 : 100, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan khusus seperti keteknikan atau manajemen.

Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpulan komponen lahan yang homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus suatu lahan atau komponen lahan. Tampilan dari satuan lahan menggambarkan ciri eksternal dan internal dari suatu bentuklahan yang dibandingkan dengan satuan lahan sekitarnya pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief), proses dan lithologi merupakan dasar utama pengelompokkan satuan lahan. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk pekerjaan konsultan atau proyek pembangunan.

Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen atau heterogen dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan (morfografi), proses / asal - usul (morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi). Skala peta yang digunakan untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan proyek pembangunan yang bersifat sangat luas.

Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkembangan bentuk permukaan lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan aspek lingkungan, biasanya dibedakan berdasarkan proses, batuan (lithologi) dan iklim. Suatu sistem lahan menggambarkan pengulangan kemiripan pola bentuklahan yang memiliki kesamaan genetik dibandingkan dengan sistem lahan disekitarnya pada suatu daerah yang sama. Skala yang cocok digunakan untuk menampilkan sistem lahan biasanya lebih besar dari 1 : 250.000 dan digunakan untuk kepentingan peta tinjau suatu proyek pembangunan.

Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem lahan, bentuklahan, satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk bentangan yang sangat luas dengan ciri memiliki keseragaman relief dan lithologi secara umum. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan bentang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang akan digunakan suatu proyek atau dijadikan pemandu perencanaan pembangunan.

Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Ban - dung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan rangkaian gunungapi di bagian Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gunungapi Tangkuban Perahu dan bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjutnya bentuklahan gunungapi diuraikan menjadi satuan - satuan lahan (land units) , yaitu puncak gunungapi, lereng atas gunungapi, lereng tengah gunungapai dan lereng kaki gunungapi.

Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungannya dengan kondisi geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemetaan geologi, sehingga peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai peta dasar didalam pemetaan geologi.

2.2.3 Peta geomorfologi pragmatikKandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan informasi geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta geomorfologi pragmatik merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala peta geomorfologi pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga unsur lahan (land element) dari aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci, seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah lelehan lava gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik.

Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen - tingan suatu kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan yang bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfohidrologi (hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gunungapai, dan peta kesesuaian lahan (land suitability map). Contoh peta geomorfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi dan peta hidrogeomorfologi.

Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu kemiringan lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk menghitung dan mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungkinan gerakan tanah yang akan terjadi pada lereng tersebut. Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) membagi kemiringan lereng menjadi 6 kelas lereng, yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 - 150, (4) kelas 150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas diatas 550.

Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri lahan, kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas lereng yang menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses - proses pada lereng tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga dilakukan terhadap satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses yang menonjol atau nilai kelas konservasi. Jika batas satuan bentuklahan digambar dengan garis tebal, maka nama singkatan dari bentuklahan perlu dicantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain yang digambar denga garis hitam dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang sudah tidak aktif tapi masih baru, garis merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk gerakan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat mempengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan lithologi (batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan.

Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membedakan satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang biasa digunakan didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi didasarkan pada kemiringan lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah, potensi air tanah, dan kedalaman air tanah.

Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk membedakan empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran air permukaan, mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan garis arsir, simbol gambar, angka dan huruf dengan warna yang berbeda. Seperti pada peta morfokonservasi yaitu tutupan vegetasi alami, perkebunan dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan informasi topografi dan lithologi yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu atau coklat.

Tabel 2. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan

kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan.

(sumber : Van Zuidam, 1985).Kelas Lereng

Proses, Karakteristik dan Kondisi lahanSimbol warna yang disarankan.

00 - 20(0 - 2 %)

Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar, dapat diolah dengan mudah dalam kondisi kering.

Hijau tua

20 - 40(2 - 7 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng landai, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, pengikisan dan erosi akan meninggalkan bekas yang sangat dalam.

Hijau Muda

40 - 80(7 - 15 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng landai sampai curam, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, sangat rawan terhadap erosi.

Kuning Muda

80 - 160(15 - 30 %)Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam, rawan terhadap bahaya longsor, erosi permukaan dan erosi alur. Kuning Tua

160 - 350(30 - 70 %)Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam sampai terjal, sering terjadi erosi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan - lahan. Daerah rawan erosi dan longsor

Merah Muda

350 - 550(70 - 140 %)Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, sering ditemukan singkapan batuan, rawan terhadap erosi.

Merah Tua

> 550( > 140% )Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, singkapan batuan muncul di permukaan, rawan tergadap longsor batuan.

Ungu Tua

Tabel 3. Sifat - sifat daerah aliran sungai untuk memperkirakan

kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode

Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985).

(100)

Sangat Tinggi

(75)

Tinggi(50)

Normal(25)

Rendah

Relief(25)

Curam,kemiri-

ngan lereng le-

bih dari 30 %.

(20)

Berbukit,kemi-ringan lereng 15 - 30%(12)

Bergelombang

kemiringan le -

reng 7 - 15 %(5)

Datar, kemi-

ringan lereng

0 - 7 %

Batuan(15)

Endapan ber-

butir halus dan

dan betuan ke-

ras.

(10)

Endapan ber-

butir sedang

dan batuan

mudah lapuk(8)

Endapan ber-

butir sedang,

batuan lapuk

dan memiliki

rekahan

(5)

Endapan ber-

butir sedang

sampai kasar,

rekahan tam-

pak jelas

Daya serap

(infiltrasi)

tanah.(20)

Lapisan tanah

penutup tidak

efektif,lapisan

tanah tipis, se-

hingga kapasi-

tas resap tanah

sangat rendah.

(15)

Daya serap

tanah lambat

Lempung atau

tanah memi -

liki kapasitas

daya serap

rendah.(10)

Daya serap

normal, kete-

balan geluh

dengan ke -

mampuan da-

ya serap baik.(5)

Daya serap

tinggi, kete-

balan pasir

atau tanah

mampu me -

nyerap de-

ngan cepat

Tutupan

vegetasi(20)

Tutupan tanam-

an tidak efektif,

jarang atau gun-

dul.

(15)

Jarang sam -

pai sedang,

tidak ada tu-

tupan alami,

kurang dari

10 % aliran

dibawah tu -

tupan baik.

(10)

Jarang sam -

pai baik, 50 %

daerah aliran

tertutup rum-

put dan ta -

naman kayu.(5)

Baik sampai

sempurna,

hampir 90 %

daerah aliran

tertutup rum-

put dan ta -

naman kayu.

Daya tam-

pung per -

mukaan.(20)

Tidak ada, tam-

pak cekungan

dangkal, daerah

aliran curam

dan sempit,

tidak ada kolam

atau rawa.

(15)

Daya tam -

pung kecil,

Pemboran di-

perlukan, da-

erah aliran ke-

cil, tidak ada

kolam atau

rawa.

(10)

Daya tampung

normal, depre-

si cekungan

permukaan,

danau, kolam

dan rawa, ku-

rang dari 2 %

daerah aliran(5)

Daya tam -

pung tinggi,

berbentuk ce-

kungan, tidak

tampak jelas

daerah aliran.

Dikutip dari : Engineering Handbook for Farm Planners

Upper Mississippi Valley Region III United States

Soil Conservation Services, 1953.

EMBED Excel.Sheet.8

_1028836582.xlsSheet1

ASPEK UTAMAKRITERIA PEMETAAN

Bentuk permukaanAspek yang digambarkan dari morfologi suatu

1. Morfografidaerah, seperti dataran, perbukitan atau

pegunugan

2. MorfometriNilai aspek geomorfologi daerah, seperti

kemiringan lereng, titi ketinggian , panjang lereng

dan kekerasan relief.

3. Morfogenesis (asal - usul bentuklahan dan proses terjadinya bentuklahan).

3.1. Morfostruktur pasif.

Lithologi / jenis batuan dan struktur batuan dihubungkan dengan proses pengikisan, seperti cuesta, hogback dan kubah.

3.2. Morfostruktur aktif.

Aktivitas proses endogen seperti vulaknisma, patahan dan lipatan, seperti gunungapi, pegunungan antiklin, lereng patahan.

3.3. Morfodinamik

Proses eksogen yang berhubungan dengan gerakan angin, air atau es, seperti gumuk pasir, dataran fluvial, sedimentasi atau gurun.

4. Morfokhronologi (nisbi dan absolut).

Waktu proses terjadinya suatu bentuklahan, misalnya " Villafranchian" untuk umur glasial tua dan "Monasterian" untuk dataran pantai muda.

5.Morfo aransemen

Hubungan antara perubahan bentuklahan dengan proses yang sedang berlangsung.