BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge...

35
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Electronic Business Menurut Kalakota [2001, pXX], e-business merupakan percampuran yang kompleks antara proses bisnis, aplikasi perusahaan, dan struktur organisasi yang penting untuk menciptakan model bisnis yang memiliki kinerja tinggi. Menurut Ross [2003, 50], e-Business menjelaskan semua hubungan- hubungan bisnis yang ada antara rekan bisnis yang berjalan dan didorong oleh internet. 2.2 Persediaan Berikut adalah pembahasan teori-teori dari berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan safety stock, lead time, alasan memiliki persediaan, sistem informasi persediaan dan pengendalian persediaan. 2.2.1 Pengertian Safety Stock Menurut Pujawan [2005, p104], persediaan pengaman (Safety Stock) berfungsi sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. 2.2.2 Pengertian Lead Time Menurut Pujawan [2005, p111], Lead Time merupakan waktu antara perusahaan memesan sampai material atau barang diterima.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Electronic Business

Menurut Kalakota [2001, pXX], e-business merupakan percampuran

yang kompleks antara proses bisnis, aplikasi perusahaan, dan struktur organisasi

yang penting untuk menciptakan model bisnis yang memiliki kinerja tinggi.

Menurut Ross [2003, 50], e-Business menjelaskan semua hubungan-

hubungan bisnis yang ada antara rekan bisnis yang berjalan dan didorong oleh

internet.

2.2 Persediaan

Berikut adalah pembahasan teori-teori dari berbagai sumber pustaka yang

berkaitan dengan safety stock, lead time, alasan memiliki persediaan, sistem

informasi persediaan dan pengendalian persediaan.

2.2.1 Pengertian Safety Stock

Menurut Pujawan [2005, p104], persediaan pengaman (Safety Stock)

berfungsi sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun

pasokan.

2.2.2 Pengertian Lead Time

Menurut Pujawan [2005, p111], Lead Time merupakan waktu antara

perusahaan memesan sampai material atau barang diterima.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

8

2.2.3 Alasan Memiliki Persediaan

Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal

pengiriman.

3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :

a. Kerusakan mesin

b. Kerusakan komponen

c. Tidak tersedianya komponen

d. Pengiriman komponen yang terlambat

4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.

5. Untuk memanfaatkan diskon.

6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang. [HTTP3].

Menurut Smith [2002, p39], tujuan adanya persediaan adalah :

1. Untuk mempersiapkan ketersediaan produk antara waktu replenishment.

2. Karena persediaan tidak continuous.

3. Sebagai buffer antara proses dalam supply chain.

4. Karena adanya proses atau dalam transit.

5. Sebagai persiapan terhadap hal-hal yang tidak terprediksi dalam

permintaan dan penawaran.

2.2.4 Sistem Informasi Persediaan

Sistem informasi persediaan adalah sebuah sistem manusia atau mesin

yang terpadu (terintegrasi) untuk menyajikan informasi guna mendukung sistem

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

9

pengendalian persediaan dan pengambilan keputusan dalam sistem tersebut.

[HTTP4].

2.2.5 Pengendalian Persediaan

Menurut Pujawan [2005, p100], mengelola aliran material atau produk

dengan tepat adalah salah satu tujuan dari supply chain. Aliran yang tepat berarti

tidak terlalu terlambat dan tidak terlalu dini, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan

dan terkirim ke tempat yang memang membutuhkan.

2.3 Supply Chain Management

Pembahasan teori-teori yang berkaitan dengan pengertian supply, supply

chain, supply chain management, supply chain management system, tujuan

supply chain management, dan keuntungan penerapan SCM.

2.3.1 Pengertian Supply

Pengertian supply menurut Indrajit [2002, p4] adalah sejumlah material

yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan.

2.3.2 Pengertian Supply Chain

Pengertian Supply Chain menurut Pujawan [2005, p5] adalah jaringan

perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan

dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada suatu supply

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

10

chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola yaitu aliran barang, uang

dan informasi.

Sedangkan menurut Indrajit [2002, p5], supply chain adalah suatu

tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para

pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang

saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin

menyelenggarakan pengadaan atau penyalur barang tersebut.

2.3.3 Pengertian Supply Chain Management

Menurut Pujawan [2005, p22], SCM adalah metode atau pendekatan

integrative untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi

yang melibatkan pihak-pihak dari hulu ke hilir yang terdiri dari pemasok, pabrik,

jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistic.

Menurut Chan Kah Sing [2004, p4], SCM adalah manajemen dan

sinkronisasi dari entitas, proses, dan aktifitas untuk memproduksi barang dan

jasa bagi pelanggan. Contoh dari entitas adalah pemasok, pabrik, service

provider, retailer, distributor, carrier, pelanggan

Menurut Kalakota [2001, p275], SCM adalah koordinasi aliran dari

material, uang dan informasi antara semua pihak dalam perusahaan dalam

transaksi bisnis. Aliran material melibatkan produk fisik yang mengalir dari

pemasok hingga pelanggan melalui rantai pasokan, dan juga aliran sebaliknya

(contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi melibatkan

transmisi pesanan, dan laporan status pengiriman. Aliran keuangan melibatkan

informasi kartu kredit, cara pembayaran, jadwal pembayaran, dan perjanjian.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

11

Menurut Chaudhury [2002, p416], SCM adalah manajemen dari

informasi dan arus material dalam keseluruhan rantai proses. Rantai proses ini

terdiri dari pembelian bahan baku atau subassemblies hingga pengiriman barang

jadi ke distributor, pengecer, dan pelanggan.

Menurut Simchi-Lee [2003, p1], SCM adalah sekelompok pendekatan

yang digunakan untuk secara efisien mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang,

dan toko. Jadi barang dapat diproduksi dan didistribusikan sesuai dengan jumlah

yang tepat, di lokasi yang tepat, untuk meminimalkan beban keseluruhan sistem

dan memuaskan kebutuhan pelayanan berbagai level.

Menurut Philips [2003, p38], SCM dalam arti paling sederhananya

adalah manajemen dari aliran produk, informasi dan uang di organisasi.

Menurut Handfield dan Nichols [Ross, 2003, p14], SCM merupakan

integrasi dari seluruh aktivitas yang diasosiasikan dengan alur dan transformasi

barang-barang dari bahan baku sampai end user, dan juga arus informasinya,

melalui hubungan supply chain yang erat untuk mencapai keuntungan

kompetitif.

2.3.4 Pengertian Supply Chain Management System

Menurut Haag [2005, p72], SCM system adalah sistem IT yang

mendukung aktivitas SCM dengan mengautomatisasikan pelacakan inventori dan

informasi diantara proses bisnis dan dalam keseluruhan perusahaan.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

12

2.3.5 Tujuan Supply Chain Management

Menurut Pujawan [2005, p29], Supply Chain bertujuan untuk

menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi.

Menurut Chaudhury [2002, p417], SCM bertujuan untuk menekan biaya

shipment, produksi, dan penyimpanan. Tujuan kedua adalah untuk

memaksimalkan nilai bisnis perusahaan dengan cara merespon perubahan pasar

dan lingkungan kompetitif secara cepat dan fleksibel jadi dapat menyampaikan

produk yang tepat ke pelanggan yang tepat dan pada waktu yang tepat. Hal ini

biasa dikenal sebagai Eficient Customer Response (ECR).

2.3.6 Keuntungan Penerapan Supply Chain

Keuntungan menerapkan supply chain menurut Indrajit [2002, p4] adalah:

1 Mengurangi inventori barang.

Inventori merupakan aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%

sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar 20%-40% dari nilai

barang yang disimpan.

2 Menjamin kelancaran arus barang.

Rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan

diterima oleh pemakai/pelanggan merupakan suatu mata rantai yang

panjang (chain) yang perlu dikelola dengan baik.

3 Menjamin mutu.

Jaminan mutu juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang

harus dikelola dengan baik karena mutu barang jadi ditentukan tidak

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

13

hanya oleh proses produksi tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan

mutu keamanan dalam pengirimannya.

2.3.7 Kegiatan pada Supply Chain

Seorang professor di Wharton School, The University of Pensylvania,

[Kalakota, 2005, p16] membuat klasifikasi kegiatan pada supply chain menjadi

dua, yaitu kegiatan mediasi pasar yang terdiri dari riset pasar, pengembangan

produk, penetapan harga diskon dan pelayanan harga jual. Kegiatan kedua adalah

kegiatan fisik yang terdiri dari sourcing (mencari bahan baku), produksi,

penyimpanan material / produk, distribusi / transportasi, dan pengembalian

produk (return).

Menurut Pujawan [2005, p8-9], apabila mengacu pada perusahaan

manufaktur, kegiatan utama pada SCM adalah kegiatan merancang produk baru,

kegiatan mendapat bahan baku, kegiatan merencanakan produksi dan persediaan,

kegiatan melakukan produksi, kegiatan melakukan distribusi / pengiriman.

Tabel 2.1 Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait

dengan fungsi-fungsi utama supply chain.

Pujawan[2005, p9]

Bagian Cakupan kegiatan antara lain

Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru,

melibatkan pemasok dalam perancangan produk

baru.

Pengadaan Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok,

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

14

melakukan pembelian bahan baku dan komponen,

membina dan memelihara hubungan dengan

pemasok.

Perencanaan & Pengendalian Perencanaan produksi dan perencanaan

persediaan.

Operasi / Produksi Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas.

Pengiriman / Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan

pengiriman, mencari dan memelihara hubungan

dengan perusahaan jasa pengiriman.

Menurut Turban [2000, p201], aktifitas supply chain dapat dipecah

menjadi tiga bagian yaitu aktifitas upstream (pembelian material dan layanan

dari pemasok), aktifitas internal (produksi dan packaging ) dan downstream

(distribusi dan penjualan produk ke distributor dan pelanggan).

Menurut Chaudhury [2002, p31], aktifitas pada SCM adalah logistik,

rencana distribusi, dan manajemen gudang.

2.4 Electronic Supply Chain Management (E-SCM)

Menurut Ross [2003, p18], e-SCM merupakan sebuah filosofi

manajemen taktis dan strategis yang menghubungkan kapasitas produktif secara

kolektif dan sumber daya yang saling bersilangan dalam supply channel melalui

internet dalam mencari solusi inovatif dan sinkronisasi dari kemampuan channel

untuk menciptakan nilai bagi pelanggan yang unik dan terpersonalisasi.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

15

Electronic Supply Chain Management (e-SCM) merupakan optimisasi proses

bisnis dan nilai bisnis pada setiap sudut perusahaan yang luas, baik dari pemasok

hingga pelanggan. [HTTP2].

2.4.1 Internet dan SCM

Menurut Pujawan [2005, p19-21], keberhasilan berbagai supply chain

dalam meningkatkan kinerja mereka tidak bisa dilepaskan dari teknologi

internet. Internet yang membuat kata-kata kolaborasi, koordinasi dan integrasi

menjadi berarti dan bisa terlaksana dalam praktek di lapangan. Dengan adanya

internet pihak-pihak pada supply chain bisa membagi informasi serta melakukan

transaksi dengan lebih cepat, murah dan akurat. Informasi tingkat persediaan,

kapasitas produksi, konfigurasi produk dan sebagainya bisa dengan mudah

dibagi lewat infrastruktur internet.

2.4.2 E-procurement dan E-fulfillment

Ada banyak model aplikasi internet dalam konteks SCM. Secara umum

ada 2 aplikasi utama yaitu electronic procurement (e-procurement) dan

electronic fulfillment (e-fulfillment).

a. E-procurement

E-procurement diklasifikasikan menjadi dua yaitu hubungan jangka

pendek (transactional) dan yang mendukung hubungan jangka panjang

(partnership). Pada transactional, hubungan terjadi dengan melakukan

penawaran harga ke pemasok. Pada partnership hubungan terjadi dengan

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

16

saling berbagi informasi kapasitas dan rencana produksi, informasi

tentang tingkat persediaan, serta informasi-informasi lainnnya.

b. E-fulfillment

Kegiatan dari e-fulfillment adalah menerima order pelanggan, mengelola

transaksi dan pembayaran, manajemen gudang (pengendalian persediaan

produk dan kegiatan administrasi gudang secara umum), manajemen

transportasi (keputusan mode dan rute transportasi termasuk di

dalamnnya), komunikasi dengan pelanggan (status pesanan), kegiatan

reverse logistic (pengembalian produk ke bagian hulu supply chain akibat

pengembalian dari pelanggan).

Menurut Ross [2003, p52], e-procurement merupakan otomatisasi dan

integrasi dari proses pembelian dengan aplikasi dari software e-procurement dan

pertumbuhan pertukaran dagang B2B.

Menurut Ross [2003, p51], e-fullfilment merupakan aktivitas yang secara

fisik mengirimkan produk dan layanan yang ditempatkan di jaringan sistem

persediaan melalui transaksi e-commerce.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

17

2.5 Preliminary Steps

Gambar 2.1 Initial e-SCM strategy stepsRoss [2003, p131]

Tujuan dari preliminary step adalah berfokus pada perusahaan atas

dampak e-business bagi setiap orang baik didalam organisasi maupun rekan kerja

dalam jaringan supply chain.

2.5.1 Energize the organization

Persiapan organisasi untuk e-SCM membutuhkan dua inisatif SDM

[Ross, 2003, p131-132] yaitu :

Strategy Decision

Opportunity Identification

Supply chain Value Assessment

Enterprise Vision

Energize the Organization

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

18

1. Mendapat dukungan top manajemen dan mengintegrasikan bisnis dengan

teknologi e-SCM. Hal-hal yang dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari

top management, yaitu :

SCM dan edukasi e-business

Berperan sebagai sponsor

Mengembangkan sebuah strategi SCM

Mengembangkan sumber daya manusia perusahaan

Investasi peningkatan dalam supply chain

2. Mempersiapkan pengembangan strategi e-SCM.

Menurut Manheim [Ross, 2003, p132], ada 6 faktor pendorong yang

digunakan untuk mengintegrasikan e-SCM dan orang. Faktor pendorong pertama

berperan sebagai fondasi dari strategi bisnis. Lima berikutnya merupakan faktor

pendukung yang menguatkan faktor pertama.

a. Meningkatkan cara orang bekerja.

b. Membangun proses multienteprise yang kuat dengan dukungan IT yang

cukup.

c. Menyeimbangkan peran antara orang dan teknologi.

d. Mengatur proses multienteprise secara fleksibel dan dinamis.

e. Mengatur pengetahuan strategis.

f. Mengembangkan efektifitas individual.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

19

2.5.2 Visi perusahaan

Menurut Ross [2003, p133], visi perusahaan mendefinisikan perilaku dari

kemampuan persaingan yang dimiliki dalam infrastruktur yang sekarang dan

dijaringan supply chain. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperdalam

tingkat kesadaran, akan pentingnya e-bisnis bagi perusahaan. Langkah-langkah

yang diperlukan untuk membangun e-SCM yang efektif dan bagaimana

menterjemahkannya ke dalam proses yang lebih spesifik yang didasarkan pada

internet.

2.5.3 Supply Chain Value Assessment (SCVA)

Menurut Ross [2003, p135], ada tiga langkah mendasar dalam menilai

nilai supply chain, yaitu :

1. Membentuk kolaborasi tim yang terdiri dari perusahaan dan rekan kerja

supply chain. Operasi dasar dari tim adalah mengintegrasikan supply

chain, proses bisnis, dan pengetahuan e-bisnis. Kewajiban tim untuk

mengidentifikasi masalah dalam perusahaan dan supply chain bisnis,

mempersiapkan model as-is dari proses kompetitif, dan mulai merincikan

dampak pendekatan evolusi dan revolusi untuk menggunakan e-bisnis

bagi keuntungan kompetitif.

2. Tim SCVA memecahkan penemuan mereka ke dalam KPI (key

performance indicators) dan peluang jaringan supply. Tim memulai

untuk mengivestigasi dan merincikan pendekatan solusi, halangan dan

resiko dan tolak ukur untuk memvalidasi performance masa depan.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

20

3. Tim SCVA mulai mencocokkan KPI dengan aplikasi internet yang

ditawarkan untuk menentukan point-point keputusan, profil dari resiko,

faktor utama resiko, matrix outcome, proses penambahan nilai pada

dampak, kompetensi yang dibutuhkan, dan dampak keseluruhan dari

supply chain dan organisasi.

Menurut Kalakota [2001, p206], kerangka kerja bisnis pada SCM terdiri

dari banyak aplikasi yang bisa digolongkan ke dalam dua grup yaitu supply chain

planning (SCP) dan supply chain execution (SCE).

a. Supply Chain Planning

Gambar 2.2 Supply Chain Planning

Kalakota [2001, p206]

Advance Scheduling

Order DemandCommitment Planning

Distribution TransportationPlanning Planning

CustomerOrder

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

21

Terdiri dari lima elemen yaitu advance scheduling, demand planning,

order commitment, distribution planning, dan transportation planning. Aplikasi

SCP yang fleksibel harus dapat melakukan evaluasi strategi perencanaan seperti :

1. Profitable to Promise

Pesanan pelanggan dapat diterima saat ini atau tidak.

2. Available to Promise

Inventori yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan telah tersedia.

3. Capable to Promise

Kapasitas produksi yang telah ditetapkan dapat memenuhi pesanan

pelanggan.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

22

b. Supply Chain Execution (E-Fulfillment)

Proses Penyetokan

Proses perencanaan pemesanan Proses Produksi

Proses distribusi

Gambar 2.3 Supply Chain Execution

Kalakota [2001, p209]

Terima dan proses pesanan

Konfirmasi pesanan

Rencana pemenuhan kebutuhan

Ketersediaan bahan baku

Alokasibahan baku

Menjawalkan produksi

Menjadwalkan distribusi

MemuatBarang

Menjadwalkan pengiriman

Layanan pelanggan

Rencana inventori

Rencana kapasitas

sourcing

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

23

Aplikasi SCE mengautomatisasikan rencana pesanan, produksi,

penyetokan kembali, dan distribusi.

2.5.4 Opportunity Identification

Menurut Ross [2003, p135-136], pada langkah ke empat ini, dilakukan

memprioritaskan alternatif-alternatif e-business. Dalam melakukan SCVA ini,

dilakukan dengan membagi inisiatif dalam evolutionary dan revolutionary

model. Pemetaan ini memungkinkan perusahaan untuk memulai proses dalam

menentukan jenis dari implementasi e-SCM yang mereka inginkan, serangkaian

peluang kompetitif yang tersedia dan perkiraan biaya rata-rata yang dikeluarkan

perusahaan dan supply chain partnernya.

2.5.5 Strategy Decision

Menurut Ross [2003, p137], setelah pemetaan peluang e-SCM selesai,

eksekutif perusahaan dapat memulai proses perencanaan. Keputusan ini haruslah

berfokus pada keuntungan yang diharapkan.

2.6 Pengembangan Strategi e-SCM

Berikut adalah pembahasan pengembangan Strategi pada e-SCM yang

terdiri dari Membangun perencanaan nilai bisnis, Mendefinisikan nilai

portofolio, Menyusun Cakupan Kolaborasi, Memastikan keefektifan manajemen

dan sumber Penerusan Pertumbuhan Manajemen.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

24

2.6.1 Membangun perencanaan nilai bisnis

Tujuan dari pembentukan langkah – langkah persiapan untuk

pengembangan strategi e-SCM ini adalah untuk memperoleh perencanaan solusi

e-business, dampak aplikasi dari salah satu solusi yang akan ada dalam

infrastruktur bisnis dan penempatan kompetitif, dan perubahan yang akan dibuat

dalam perencanaan supply chain.

Menurut Bovet dan Martha [Ross, 2003, p139-140], perencanaan nilai

yang efektif harus dapat merespon tiga kemungkinan nilai service dibawah ini:

Super Service

Kemampuan untuk menyediakan service yang handal akan mempertinggi

nilai dari gabungan produk / jasa ke pelanggan dan diferensiasi kompetitif

penyedia. Dua atribut utama yang diberikan oleh super service adalah

kecepatan dan pengiriman yang dapat diandalkan.

Solusi produk / Jasa

Produk dan jasa yang merupakan komoditas dari alam mempunyai nilai

identifikasi yang mudah seperti kepemilikan, ketersediaan, biaya rendah,

convenience of acquisition, dan pengenalan level dari kualitas. Sebaliknya,

produk – produk yang bukan komoditas dilingkupi oleh nilai pelanggan yang

lebih kompleks, seperti barang hak milik, kinerja penyelesaian service, atau

kombinasi layanan informasi produk yang unik yang memgijinkan pelanggan

merperkaya strategi kompetitif mereka sendiri.

Customization

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

25

Sekarang ini, seperti halnya peningkatan pelanggan terhadap solutions

sebagai pengganti barang dan jasa, kemampuan provider untuk menawarkan

configurable, melakukan customize pilihan-pilihan yang tepat untuk

kebutuhan pelanggan meningkat sebagai atribut utama dari strategi

kompetitif. Strategi ini dapat direalisasikan dengan mengikuti assemble-to-

order (ATO), make-to-order (MTO), atau melalui beragam bentuk dari

penangguhan supply chain.

2.6.2 Mendefinisikan nilai portofolio

Menurut Ross [2003, p141-142], untuk menciptakan kemampuan

Internet, perusahaan harus dengan teliti meluruskan strategi e-SCM mereka

dengan kemampuan operasi untuk secara terus menerus menyediakan barang /

jasa yang akan memuaskan kebutuhan unik dari pelanggan. Pengembangan

proses yang lebih lanjut harus disusun agar efektif dalam mendukung

perencanaan nilai bisnis.

Design

Barang dan jasa secara dramatis telah dipengaruhi secara terus menerus oleh

penyusutan daur hidup dan percepatan pengenalan barang / jasa baru.

Contohnya, daur hidup dari setiap konsumen barang elektronik Panasonic,

seperti CD Players, TV, dan VCR adalah 90 hari.

Cost

Manajemen efektifitas biaya membutuhkan perusahaan yang tidak hanya

mendesain produk / jasa dengan penawaran terhadap peningkatan proses

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

26

yang terus-menerus dan pengurangan biaya, tetapi juga memungkinkan untuk

menekan waktu yang diambil dari ide konsep untuk menjual.

Services

Sekarang ini, pelanggan khususnya yang menggunakan teknologi berbasis

Web, mengharapkan produk-produk mereka dapat disertai dengan matriks

layanan nilai tambah. Untuk beberapa produk, packing sering lebih penting

untuk pelanggan daripada produk itu sendiri.

Quality

Sekarang ini, pelanggan-pelanggan mengharapkan pemasok mempunyai

kemampuan untuk membantu mereka dalam memilih kombinasi yang tepat

untuk produk atau menawarkan service. Sebagai contoh, Sistem pemesanan

pelanggan pada IBM berisi translator konfigurasi yang berpengalaman yang

mana dapat mengkonversi model dan features keputusan yang dibuat oleh

pelanggan kedalam produk yang buildable, kemudian menyerahkan

konfigurasi ini ke produksi.

2.6.3 Menyusun Cakupan Kolaborasi

Menurut Ross [2003, p143-145], ada beberapa bagian yang menjelaskan

bagaimana menentukan cakupan kolaborasi ketika membangun strategi nilai

jaringan e-SCM, antara lain :

Menentukan Dimensi Kolaboratif

Menurut Sawhney dan Zabin, penyiasat-penyiasat dapat melihat kolaborasi

ini mempunyai dimensi vertical dan horizontal.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

27

Dimensi Vertical terdiri dari matriks partner jaringan yang membantu dalam

sourcing input bisnis (pemasok) dan pengiriman output (saluran perantara).

Dimensi kolaboratif horizontal terdiri dari channel partners yang

mempertinggi atau memperkuat nilai portofolio perusahaan dan hubungan

dengan pelanggan.

Intensitas kolaboratif

Menurut Prahalad dan Ramaswamy, level intensitas kolaboratif yang dapat

diikuti oleh tim desain strategic adalah Information sharing yaitu kolaborasi

partner dalam menukar informasi yang beragam mulai dari data penjualan

dan pemesanan hingga level stok.

Level Teknis

Menurut Treachy dan Dobrin, ada 4 kemungkinan respon teknis untuk

menemukan konektivitas guna mendukung strategi kolaborasi salah satunya

adalah Visibility, yaitu strategi teknis ini dicari untuk menyediakan

pendekatan open systems, dengan jalan tiap informasi seperti jadwal atau

pesanan disiarkan ke saluran jaringan atau partner dagang menyediakan

kemampuan untuk mengakses data sistem.

2.6.4 Memastikan keefektifan manajemen sumber

Menurut Ross [2003, p148-151], isi dari sumber-sumber perusahaan

terdiri dari aset dan kompetensi inti. Secara umum, sumber-sumber ini dapat

dibagi kedalam tiga area besar: nilai yang terletak dalam pengetahuan manusia;

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

28

modal yang diinvestasikan dalam aset fisik; dan nilai yang ditemukan dalam aset

fisik dan pengetahuan akan pelanggan, pemasok dan partner dagang.

Pengetahuan Manusia

Dalam lingkungan persaingan yang sangat ketat, bisnis-bisnis telah beralih

dari bagian-bagian yang fokus pada Human Resources menjadi jauh lebih

strategik dan luas yang fokus pada Human Capital Management(HCM).

HCM dapat didefinisikan sebagai gudang pengetahuan manusia dan

keahlian-keahlian yang ditemukan dalam organisasi yang akan menciptakan

produk, teknologi, sistem, proses dan perhubungan.

Aset-aset fisik

Aset fisik bisnis adalah yang paling mudah dipahami dan dimanipulasi.

Gudang, kantor, sistem informasi, perlengkapan produksi dan transportasi,

paten, dan inventaris merupakan contoh dari aset yang nyata.

Aset fisik menyediakan mekanisme dimana perusahaan merubah nilai

portfolio menjadi kompetitif barang dan jasa.

Perencana-perencana perusahaan harus menguji rantai nilai dalam upaya

untuk mencapai nilai proses dibawah ini:

a. Menempatkan aset fisik dengan informasi yang real-time.

b. Mengurangi kompleksitas proses.

c. Mengurangi perubahan-perubahan partner supply.

Manajemen sumber jaringan bisnis

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

29

Jaringan partner dagang memperbesar keuntungan kompetitif dengan

menyediakan 2 sumber yang kritis: aset fisik seperti gedung dan inventaris,

dan kompetensi inti seperti desain dan keahlian proses.

Beberapa dimensi penting yang memberi pengaruh pada sumber daya

jaringan partner bisnis adalah sebagai berikut:

a. Sinkronisasi produksi dan pengiriman

Integrasi konektifitas yang erat diantara partner bisnis akan secara

dramatis mempertinggi kemampuan nilai pasar disekelilingnya yang

dapat mempertinggi kecepatan, kemampuan untuk dipercaya, waktu yang

tepat dan efisiensi.

b. Menciptakan solusi kolaboratif

Kolaborasi yang benar terjadi ketika setiap orang susunan jaringan

menerima nilai yang telah disetujui.

2.6.5 Penerusan Manajemen Pertumbuhan

Menurut Forrester [Ross, 2003, p151-154], pertumbuhan e-Business

sekarang ini telah hancur, dan membutuhkan eliminasi atau modifikasi

pengukuran tradisional, seperti ROI, sesuai dengan statitik yang ada.

Masalah utamanya adalah teknik Web sering diimplementasi secara

sembarangan, tanpa adanya metode yang tepat untuk melukiskan nilai

keuntungan dan pertumbuhan yang harus dicapai untuk waktu dan biaya.

Untuk menyempurnakan komponen akhir dari nilai proses strategis

jaringan, penyiasat-penyiasat korporasi harus mempertimbangkan area yang

berfokus pada nilai Supply Chain, yaitu pembentukan strategi e-SCM yang akan

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

30

mempengaruhi jaringan supply untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan harus

secara dramatis memenuhi komitmen dari level tertinggi, kolaborasi, integrasi,

dan sinkronisasi dari karakteristik hubungan channel yang berfokus pada

manajemen biaya.

2.7 Customer and Service Management

Customer and Service Management merupakan bagian dari CRM.

Menurut Greenberg [Ross, 2003, p167], CRM adalah sebuah sistem lengkap

yang :

a. Menyediakan alat dan metode untuk meningkatkan pengalaman

pelanggan individual, sehingga menjadi pelanggan setia.

b. Menyediakan alat-alat fungsional dan teknologi yang bertujuan untuk

mengidentifikasi, menangkap dan mempertahankan pelanggan.

c. Menyediakan pandangan yang menyeluruh mengenai pelanggan.

2.7.1 CRM dan Internet Sales

Menurut Ross [2003, p179], beberapa fungsi aplikasi dasar yang tersedia

di CRM dan Internet Sales adalah sebagai berikut:

• On-line catalogs

Menyediakan peluang kepada pelanggan untuk melakukan perbandingan

produk, harga, dan jasa yang ditawarkan.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

31

• On-line order processing

Merupakan bentuk e-CRM yang dikenal secara meluas. Menyediakan

kemampuan untuk melakukan akses ke informasi produk, harga, dan

pemesanan.

• On-line order configurability

Memungkinkan pelanggan untuk mendesain produk sesuai dengan yang

mereka inginkan.

• Lead capture and profiling

Menyediakan detil data penjualan pelanggan dan informasi profile yang

digunakan untuk personalisasi website dan follow-up bagian Marketing.

• Literature fulfillment

Menyediakan akses yang mudah bagi pelanggan untuk mendapatkan

informasi produk.

2.7.2 Sales Force Automation (SFA)

Menurut Ross [2003, p180-181], ada beberapa fungsi-fungsi dari SFA :

• Contact Management

Fungsi dasar dari software ini adalah untuk memungkinkan

mengorganisasi dan memanajemen data pelanggan, seperti alamat,

nomor telepon, gelar, dan lain-lain. Menurut Dyche [Ross, 2003, p181],

nilai dari Contact Management dari CRM adalah untuk melakukan

pelacakan tidak hanya dimana pelanggan berada, tetapi juga siapa

mereka.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

32

• Account Management

Aplikasi Account Management didesain untuk menyediakan informasi

secara mengenai aktivitas-aktivitas dari sales yang dapat diakses setiap

saat. Sebagai tambahan, manajer dapat secara efektif dapat

mengembangkan dan memberikan tugas kepada tim sales dan marketing

di lapangan yang sesuai dengan karakteristik pelanggan.

• Knowledge Management

Aplikasi ini dapat berperan sebagai tempat penyimpanan untuk semua

bentuk informasi yang akan memudahakan untuk ditambahkan dan

direferensikan melalui tools on-line seperti Lotus Notes dan Browser

berbasis web.

2.7.3 E-CRM Marketing

Menurut Ross [2003, p184], komponen dari E-CRM Marketing yang

salah satunya disebut EMA (Enterprise Marketing Automation) adalah

Marketing Events. Marketing Events memungkinkan pemasar dapat

menyebarkan informasi terbaru marketingnya secara on-line.

2.7.4 Customer Service Management (CSM)

Menurut Ross [2003, p185], teknologi yang sering digunakan dalam

pelayanan CSM (Customer Service Management) adalah Internet call

management. CSM mengatasi frustasi dari pelanggan dengan pelayanan pada

websitenya yaitu on-line chatting dengan perwakilan perusahaan.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

33

2.8 Manufacturing and Supply Chain Planning

Aplikasi manufacturing dibagi menjadi 3 yaitu Manufacturing planning,

Production dan process management,dan Plant maintenance.

2.8.1 Manufacturing planning

Menurut Ross [2003, p211], kemampuan untuk merencanakan,

menjadwalkan, mengkomunikasikan dan mengatur interaksi antar departemen

yang penting untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi merupakan

komponen yang paling dikenal dalam aplikasi manufacturing sekarang. Sistem

yang dapat membantu dalam manufacturing planning adalah Advanced

production and scheduling systems (APS). Tugas dari system APS adalah untuk

menempatkan batas-batas plant-floor dan memungkinkan optimasi, sinkronisasi,

sequencing, dan penjadwalan kebutuhan pabrik dengan kapasitas pabrik

individual, dan total kapasitas supply chain. Sistem APS memanfaatkan semua

material dan sumber daya dalam sebuah pabrik untuk mengkalkulasikan simulasi

dari kemampuan delivery dan batas-batas pabrik.

2.8.2 Production and process management

Menurut Ross [2003, p212], shop floor management pada production dan

process management mencoba menggunakan MES (Manufacturing Execution

systems), sebuah kelompok aplikasi yang mencakupi pengiriman order, operasi,

dan penjadwalan detil, work-in-process (WIP) tracking, penempatan tenaga

kerja, pemeliharaan, kualitas manajemen , dan dokumen kontrol, untuk track

produksi secara real time. Fungsi utama MES adalah mengontrol dan

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

34

mengkoordinasi work cell dan peralatan pengontrol untuk mengoptimasi pabrik

dengan efisien. Sistem MES sebagai pondasi untuk fungsi web base yang

menyediakan penglihatan data secara real time dari manufacturing dan

memperbaiki operasi supply chain.

2.8.3 Plant Maintenance

Menurut Ross [2003, p213], salah satu keuntungan paling penting dari

sistem pabrik yang terintegrasi adalah meningkatnya kapasitas untuk

pemeliharaan pabrik, kualitas, dan keamanan. Proses pengontrol manufacturing

menyediakan data real-time untuk sistem manajemen pabrik mendeterminasi

status perlengkapan dan kualitas proses.

2.9 Supplier Relationship Management

Menurut Ross [2003, p248], Supplier Relationship Management (SRM)

dapat digambarkan dalam dalam fungsi area yang terintegrasi yaitu EBS

backbone functions, e-SRM service functions dan e-SRM processing.

2.9.1 Backbone Functions

Menurut Ross [2003, p252], backbone berisikan fungsi-fungsi penting

sebagai berikut :

1. Procurement History

Kumpulan informasi procurement merupakan dasar untuk SRM.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

35

Data pada area ini mempunyai jangkauan mulai dari catatan statis seperti

transaksi yang lalu, sampai informasi dinamis seperti status PO yang

berjalan dan pemasok yang aktif serta sumber-sumber berkas.

2. Akuntansi

Penyelesaian proses pemesanan pembelian diberikan secara langsung

kedalam EBS backbone perusahaan untuk pemesanan dan penyesuaian

harga, pencatatan invoice dan hutang, manajemen kredit dan keperluan

rekonsiliasi keuangan lainnya.

3. Purchasing Planning

Ketika sejumlah permintaan telah diproses melalui processor MRP, maka

jadwal perencanaan pemesanan pembelian dapat dibuat.

4. Performance Measurement

Jika sejarah penerimaan dan hutang telah dipenuhi, perusahaan

mempunyai kemampuan untuk menghasilkan pelaporan yang berarti dan

pengukuran kinerja yang ditunjukkan oleh nilai hubungan dengan

pemasok mereka dan derajat kesuksesan dari inisiatif peningkatan mereka

yang terus menerus.

2.9.2 e-SRM Services Functions

Menurut Ross [2003, p253], adapun e-SRM Services Functions adalah

sebagai berikut :

1. Supplier Search

Proses pencarian pemasok didapat dari derajat fragmentasi yang tinggi

dan aliran informasi yang terputus. Pembeli dapat menggunakan

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

36

teknologi berbasis web untuk memperdalam hubungan yang ada dengan

pemasok yang lebih disukai, ketika mengembangkan pencarian mereka

untuk pemasok baru dalam skala global.

2. Product Search

Layanan e-SRM menyediakan kreasi, agregasi dan akses internet

berjangkauan luas untuk katalog produk dan jasa on-line yang dapat

secara signifikan mempertinggi usaha.

2.9.3 e-SRM Processing

Menurut Ross [2003, p256-259], ada beberapa fungsi dari e-SRM

Processing, yaitu:

1. Product catalog management

Didefinisikan sebagai pertukaran barang dan jasa melalui pasar elektronik

dimana pembeli mempunyai akses virtual storefronts untuk mencari

beragam barang dan jasa dengan harga yang paling rendah, berdasarkan

pada ketersediaan katalog yang berisi “dynamic content ” yang mana

selalu menyediakan harga yang terbaru, informasi produk, dan spesifikasi

produk.

2. Purchase Order Generation and Tracking

PO dapat dibuat dengan menggunakan fungsi EBS dan kemudian akan

ditransmisikan ke pemasok melalui kertas pesanan atau secara elektronik

melalui fax, EDI atau internet.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

37

3. Logistics

Logistics mempunyai kemampuan untuk menggunakan internet yang

mempertinggi layanan, seperti inventory tracking, pemilihan alat

pengangkut, manajemen pemasok, manajemen pengiriman, dan

manajemen tagihan pengangkutan.

2.10 Logistic Resource Management

Menurut Ross [2003, p292], manajemen sumber daya logistik merupakan

proses perpindahan produk dan jasa dari pemasok, manufaktur, dan ke pelanggan

melalui internet. Ada dua fungsi utama dalam Logistic Resource Management

yaitu Warehouse Management dan Transportation Management.

2.10.1 Warehouse Management

Menurut Ross [2003, p295], Warehouse management systems (WMS)

menyediakan fungsi logistik dengan tools baru untuk mengatur dan

mengoptimasi dalam pergerakan inventori. Toolset WMS yang sekarang juga

terdapat frekuensi radio, integrasi dengan transportasi, produktivitas tenaga kerja,

dan laporan kecepatan barang, dan nilai tambah layanan dalam pengemasan.

2.10.2 Transportation Management

Menurut Ross [2003, p295], eksekusi dari fungsi e-sLRM membutuhkan

sistem transportasi yang sempurna, akurat, dan tepat waktu, yang menjangkau

keseluruhan siklus pemesanan dari tawar menawar hingga pengiriman.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

38

2.11 Arsitektur Lingkungan e-SCM

Menurut Chaudhury [2002, p419-420], platform IT tradisional

(EDI/Electronic Data Interchange), untuk SCM dianggap memiliki beberapa

keterbatasan. Keterbatasan pada EDI berupa standar yang tidak kompatibel,

teknologi yang bergantung pada pemasok, pesan dalam bentuk tekstual, dan

integrasi yang sangat sedikit.

Menurut Chaudhury [2002, p423], platform IT yang baru (web)

membawa keuntungan dibandingkan dengan EDI, yaitu visibility, Availability to

promise, syncronized supply chain, hingga dapat memungkinkan terjadinya

collaborative planning, forecasting, dan replenishment (CPFR) dan vendor

managed inventory (VMI).

2.12 Manajemen Pengadaan (Procurement)

Menurut Pujawan [2005, p137], tugas dari manajemen pengadaan

adalah menyediakan input, berupa barang maupun jasa yang dibutuhkan

dalam kegiatan produksi. Pada perusahaan manufaktur, barang yang harus

dibeli oleh bagian pengadaan bisa diklasifikasikan secara umum menjadi

bahan baku untuk produksi, capital equipment (mesin dan peralatan jangka

panjang lainnya), maintanance, repair dan operating supplies (suku cadang

mesin).

Menurut Pujawan [2005, p141], proses pembelian bisa dilakukan

melalui proses tender atau pembelian rutin. Proses pembelian rutin biasanya

berlaku untuk item-item yang pemasoknya sudah jelas karena sudah ada

kesepakatan jangka panjang antara pemasok dengan perusahaan (item yang

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

39

kebutuhannya berulang-ulang, spesifikasi relatif standar). Proses pembelian

tender, dilakukan untuk item-item yang pemasoknya masih harus dipilih.

2.13 Manajemen Transportasi dan Distribusi

Menurut Pujawan [2005, p173], pada kebanyakan produk yang

kita gunakan, peran jaringan distribusi dan transportasi memungkinkan

produk pindah dari lokasi dimana mereka diproduksi ke lokasi konsumen

yang sering kali dibatasi jarak yang sangat jauh. Kemampuan untuk

mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang

sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukkan apakah produk

tersebut akhirnya akan kompetitif di pasar. Oleh karena itu, kemampuan

untuk mengelola jaringan distribusi merupakan satu komponen keunggulan

kompetitif yang sangat penting bagi kebanyakan industri.

Menurut Pujawan [2005, p174], manajemen distribusi dan

transportasi memiliki arti yang sama dengan manajemen logistik. Pada

dasarnya, managemen logistik memiliki beberapa fungsi yaitu melakukan

segmentasi pasar, menentukan mode transportasi yang akan digunakan,

melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman, melakukan penjadwalan

dan penentuan rute pengiriman, memberikan pelayanan nilai tambah,

menyimpan persediaan, menangani pengembalian (return).

Menurut Haag [2005, p73], logistik adalah sekumpulan proses

yang merencanakan dan mengontrol transportasi dan penyimpanan produk

dari pemasok hingga pelanggan secara efektif dan efisien.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

40

2.14 Graphical User Interface

Pembahasan pengertian GUI (Graphical User Interface), dan delapan

aturan emas perancangan GUI.

2.14.1 Pengertian Graphical User Interface

GUI adalah metode interaksi grafis antara pengguna dengan komputer

dan menjadi faktor penentu kemudahan dalam penggunaan komputer. [ HTTP1 ].

2.14.2 Delapan Aturan Emas Perancangan Antarmuka Pemakai

Menurut Shneiderman [2005, p74], delapan peraturan emas ini adalah

prinsip - prinsip mendasar untuk desain interface.

Berikut ini adalah delapan peraturan emas tersebut :

1. Berusaha untuk konsisten. Konsisten yang dimaksud adalah konsisten dalam

aksi-aksi dalam situasi tertentu, konsisten menu, warna, layout, font, dan

sebagainya.

2. Memungkinkan adanya shortcut. Bagi user yang sudah ahli dalam

menggunakan sistem, ia membutuhkan suatu jumlah interaksi yang lebih

singkat ini dapat diperoleh dengan shortcut.

3. Feedback yang informatif. Untuk setiap aksi yang dilakukan user terhadap

sistem, sistem harus memiliki feedback. Respon sistem terhadap user harus

sopan dan jelas.

4. Membuat dialog yang menghasilkan keadaan akhir. Urutan-urutan aksi diatur

kedalam group-group aksi tersebut harus dapat memuaskan user.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00311-SI Bab 2.pdf · (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi

41

5. Menyediakan pencegahan error dan penanganan error yang sederhana.

Sedapat mungkin, sistem dibuat agar user tidak dapat membuat kesalahan.

Jika user membuat kesalahan, sistem harus dapat mendeteksinya dan

memberikan instruksi sederhana dan membangun untuk recovery.

6. Mengijinkan pembalikan aksi. Sedapat mungkin semua aksi dapat dibalik.

Fitur ini mengurangi kekhawatiran karena user mengetahui bahwa error

dapat diabaikan. Bagian pembalikan ini dapat berupa aksi tunggal, data entry

atau suatu group aksi yang lengkap.

7. Support Internal Focus of Control. User yang sudah berpengalaman

menginginkan suatu perasaan bahwa mereka menguasai sistem dan sistem

harus merespon semua keinginan mereka.

8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek. Terbatasnya kemampuan manusia

untuk ingatan jangka pendek membutuhkan perhatian yang cukup. Untuk

mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensi dan

pergerakan window dan dengan waktu pelatihan yang cukup.

Advance Scheduling

Order