BAB 2 LANDASAN TEORI -...

35
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembelajaran Matematika Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu: matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial dan linguistik. Didasarkan pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar, dan anak berusaha memecahkannya (Hamzah, 2007). Melalui proses belajar matematika peserta didik dapat memiliki sarana berfikir yang jelas dan logis, sehingga diharapkan peserta didik dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah, hendaknya dapat mendorong peserta didik untuk berfikir secara kritis, kreatif dan mempunyi kemampuan kerjasama. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep, atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar (Depdiknas, 2003). Sedangkan pembelajaran ialah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Dari beberapa uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses yang

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...

7

BAB 2LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran MatematikaMatematika merupakan salah satu jenis dari

enam materi ilmu yaitu: matematika, fisika, biologi,psikologi, ilmu-ilmu sosial dan linguistik. Didasarkanpada pandangan konstruktivisme, hakikat matematikayakni anak yang belajar matematika dihadapkan padamasalah tertentu berdasarkan konstruksi pengetahuanyang diperolehnya ketika belajar, dan anak berusahamemecahkannya (Hamzah, 2007). Melalui prosesbelajar matematika peserta didik dapat memiliki saranaberfikir yang jelas dan logis, sehingga diharapkanpeserta didik dapat memecahkan masalah dalamkehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika yangdilakukan di sekolah, hendaknya dapat mendorongpeserta didik untuk berfikir secara kritis, kreatif danmempunyi kemampuan kerjasama.

Ciri utama matematika adalah penalarandeduktif yaitu kebenaran suatu konsep, ataupernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis darikebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalampembelajaran pemahaman konsep sering diawali secarainduktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Prosesinduktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajarikonsep matematika. Selama mempelajari matematika dikelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperolehdari penalaran deduktif maupun induktif seringditemukan meskipun tidak secara formal hal inidisebut dengan belajar bernalar (Depdiknas, 2003).Sedangkan pembelajaran ialah proses yangdiselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswadalam belajar bagaimana belajar memperoleh danmemproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap(Dimyati dan Mudjiono, 2002). Dari beberapa uraianpendapat diatas dapat disimpulkan bahwapembelajaran matematika adalah suatu proses yang

8

diselenggarakan oleh pengajar untuk membelajarkanpeserta didik guna memperoleh ilmu pengetahuan danketerampilan matematika, serta berfikir secara jelas,logis, kritis, dan kreatif dalam memecahkan masalahdikehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran matematika itu sendiriadalah terbentuknya kemampuan bernalar pada dirisiswa yang tercermin melalui kemampuan berpikirkritis, logis, sistimatis dan memiliki sifat obyektif, jujur,disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baikdalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalamkehidupan sehari-hari (PPPG, 2004).

Hambatan Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran pokok disetiap satuan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar(SD) sampai dengan Perguruan Tinggi. Akan tetapi padakenyataannya matematika sering dianggap sebagaipelajaran yang sulit, menakutkan dan membosankanbagi sebagian besar anak sekolah, meskipun tidaksedikit yang menyenangi pelajaran ini. Bukan hal yangmengherankan bila sejak dulu begitu banyakbimbingan belajar atau pun les privat matematikasangat diminati, dan juga banyak metode belajarmatematika yang bermunculan seperti sempoa,jarimatika ataupun jari magic. Semua itu bertujuanagar anak-anak dapat lebih mudah memahamimatematika dan tidak lagi menganggap matematikasebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan.

Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan olehfaktor intelegensi yang rendah, tetapi juga disebabkanoleh faktor-faktor selain intelegensi. Hal tersebut berartibahwa IQ tinggi belum tentu menjamin keberhasilanbelajar. Kesulitan belajar matematika disebut jugadiskalkulia (dyscalculia). Istilah diskalkulia memilikikonotasi medis yang memandang adanya keterkaitandengan gangguan sistem syaraf pusat. Menurut Lerner(1981), ada beberapa karakteristik anak berkesulitan

9

belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalamhubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual,asosiasi visual motor, perseverasi, kesulitan mengenaldan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh,kesulitan dalam bahasa dan membaca, scoreperformance IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbalIQ. Sulit belajar matematika tidak berarti anak tersebuttidak mampu belajar, tetapi mengalami kesulitantertentu yang menjadikannya tidak siap belajar.Kesulitan belajar matematika pada umumnya berkaitandengan ketidakmampuan anak dalam membaca,imajinasi, mengintegrasikan pengetahuan danpengalaman, terutama dalam memahami soal-soalcerita. Anak-anak terkadang sulit untuk mencernasebuah fenomena yang masih abstrak, sehinggasesuatu yang abstrak tersebut harus divisualisasikanatau dibuat konkret sehingga bisa dipahami. MenurutAbdurrahman (2003) kesulitan belajar dapatdisebabkan dua faktor yaitu faktor internal dan faktoreksternal yang meliputi fungsi otak, biokimia, deprivasilingkungan, atau kesalahan nutrisi.

Menurut Soejono (1983) terdapat kesulitankhusus dalam belajar matematika seperti: (a).Kesulitan dalam menggunakan konsep, dalam hal inidipandang bahwa siswa telah memperoleh pengajaransuatu konsep, tetapi belum menguasainya mungkinkarena lupa sebagaian atau seluruhnya. Mungkindikarenakan konsep yang dikuasainya kurang cermat.(b). Kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip.Jika siswa kesulitan dalam menggunakan prinsipanalisisa, tampaklah bahwa pada umumnya sebabkesulitan tersebut antara lain: siswa tidak mempunyaikonsep yang dapat digunakan untk mengembangkanprinsip sebagai butir pengetahuan yang perlu, miskindari konsep dasar secara potensial merupakan sebabkesulitan belajar prinsip yang diajarkan dengan metodekontekstual (contoh nyata), siswa kurang jelas denganprinsip yang telah diajarkan. (c). Kesulitanmemecahkan soal berbentuk verbal. Artinya

10

keberhasilan dalam memecahkan persoalan berbentukverbal tegantung kemampuan pemahaman verbal, yaitukemampuan memahami soal berbentuk cerita dankemampuan mengubah soal verbal menjadi modelmatematika, biasanya dalam bentuk persamaan sertakesesuaian pengalaman siswa dengan situasi yangdiceritakan dalam soal.

Soejono (1983) juga meyatakan bahwa kesulitanbelajar dapat ditunjukkan dengan beberapa gejalayaitu: menunjukkan prestasi yang rendah, hasil yangdicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan,keterlambatan dalam melaksanakan tugas yangdiberikan.

Berdasarkan uraian diatas kesulitan dalambelajar matematika disebabkan karena kurangmemahami konsep, menggunakan konsep,menggunakan prinsip meyelesaikan masalah sertamemecahkan masalah dalam bentuk verbal sehinggamengakibatkan prestasi yang rendah. Oleh karena haltersebut, maka untuk saat ini dalam penyampaianpembelajaran matematika dapat digunakan berbagaimodel pembelajaran yang baru sebagai solusi alternatif.Sehingga dengan menggunakan model baru tersebut,dapat lebih membantu siswa untuk memahami konsep.Salah satu model tersebut adalah PembelajaranMatematika Realistik (PMR). Soedjadi (2001)mengemukakan bahwa pembelajaran matematikadengan pendekatan realistik pada dasarnya adalahpemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahamipeserta untuk memperlancar proses pembelajaranmatematika sehingga mencapai tujuan pendidikanmatematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu.Selain model PMR masih ada model pembelajaran lainyang lebih inovatif, yaitu model pembelajaran kooperatifyang dijelaskan pada subab 2.2.

11

2.2 Pembelajaran KooperatifMenurut Abdurrahman dan Bintoro batasan

model pembelajaran kooperatif yaitu sebagaipembelajaran yang secara sadar dan sistematismengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih,dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihanhidup dalam masyarakat nyata (Nurhadi dan Senduk,2003).

Abdurrahman dan Bintoro mengemukakanbahwa “kelompok belajar siswa kooperatif memilikibeberapa perbedaan dari pada kelompok tradisional”.Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1berikut:

Tabel 2.1Perbedaan kelompok Kooperatif dengan Kelompok

TradisionalKelompok Kooperatif Kelompok Tradisional

Saling ketergantunganpositif.

Adanya anggota yangmendominasi atau bergantungpada kelompok atau anggotalain.

Akuntabilitas individual. Tugas-tugas sering diborongoleh salah seorang anggotakelompok.

Anggota kelompok heterogen. Anggota kelompok homogeny.

Pimpinan kelompok dipilihsecara demokratis.

Pimpinan kelompok seringditentukan oleh guru.

Saling membantu dan salingmemberikan motivasi.

Kadang yang bekerja hanyasatu, dua orang.

Penyelesaian tugasmempertahankan hubunganinterpersonal.

Penyelesaian tugas tanpamemperhatikan hubunganinterpersonal.

12

Keterampilan sosialdibutuhkan.

Tidak membutuhkanketerampilan social.

Guru melakukan observasidan intervensi kelompok.

Guru sering tidak melakukanobservasi dan intervensikelompok.

Guru memperhatikankeefektifan proses kelompokbelajar.

Guru sering tidak pedulidengan keefektifan proses.

(Nurhadi, dkk. 2004: 62).

Pembelajaran kooperatif merupakan modelpembelajaran yang diupayakan untuk dapatmeningkatkan peran serta siswa, memfasilitasi siswadengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuatkeputusan dalam kelompok. Selain itu jugamemberikan kesempatan kepada para siswa untukberinteraksi dan belajar secara bersama, meskipunmereka berasal dari berbagai latar belakang yangberbeda.

Pembelajaran kooperatif menggunakan sistempengelompokan yang terdiri dari empat sampai enamorang yang mempunyai kemampuan akademik, jeniskelamin, suku yang heterogen (Sanjaya, 2007). Padaproses pembelajarannya siswa diberi kesempatanbekerja dalam kelompok kecil untuk mendiskusikandan memecahkan masalah. Tugas kelompok dapatmemacu para siswa untuk bekerjasama dalammengintegrasikan pengetahuan baru denganpengetahuan yang telah dimiliknya.

Pembelajaran kooperatif merupakanpembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantarasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. MenurutDepdiknas (2005), model pembelajaran kooperatifmempunyai ciri-ciri antara lain: Untuk menuntaskanmateri belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secarakooperatif. Sedangkan kelompok dibentuk dari siswayang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah.Serta jika didalam kelas terdapat siswa-siswa yang

13

terdiri dari bebrapa ras, suku, budaya, jenis kelaminyang berbeda. Maka diupayakan agar dalam tiapkelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jeniskelamin yang berbeda pula. Untuk selanjutnyapenghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompokdari pada perorangan.

Untuk penguasaan materi pelajaran, setiap siswadalam kelompok bertanggungjawab secara bersamadengan berdiskusi, saling tukar pendapat, pengetahuandan pengalaman. Kemampuan atau prestasi setiapanggota kelompok sangat menentukan hasilpencapaian belajar kelompok, untuk itu penguasaanmateri pelajaran setiap siswa ditekankan dalamsetrategi pembelajaran kooperatif. Melalui modelpembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapatmengembangkan potensinya secara optimal denganberfikir aktif selama proses belajar berlangsung.

Menurut Depdiknas (2005) pengelolaanpembelajaran dengan menggunakan setrategipembelajaran kooperatif, paling tidak ada 3 tujuan yanghendak dicapai yaitu: Pertama hasil belajar akademik,dimana pembelajaran kooperatif bertujuan untukmeningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik.Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatifunggul dalam membantu siswa dalam memahamikonsep-konsep yang sulit. Kedua pengakuan adanyakeragaman, model kooperatif bertujuan agar siswadapat menerima teman-temannya yang mempunyaiberbagai macam perbedaan latarbelakang. Perbedaantersebut antara lain perbedaan suku, agama,kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Ketigapengembangan keterampilan sosial, pembelajarankooperatif bertujuan untuk mengembangkanketerampilan siswa. Keterampilan yang dimaksudantara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargaipendapat orang lain, mau menjelaskan ide ataupendapat dan bekerja dalam kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enamlangkah pembelajaran (Ismail, 2003) yaitu: Pertamamenyampaikan tujuan dan motivasi siswa, disini guru

14

menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingindicapai pada mata pelajaran tersebut dan memotivasisiswa belajar. Ke-dua menyajikan informasi, dalam halini guru menyajikan informasi kepada siswa dengandemonstrasi atau lewat bahan bacaan. Ke-tigamengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompokbelajar, dengan maksud guru menjelaskan kepadasiswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajarpada saat mereka mengerjakan tugas. Ke-empatmembimbing kelompok bekerja dan belajar, disini gurumembimbing kelompok-kelompok belajar pada saatmengerjakan tugas. Ke-lima evaluasi, gurumengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telahdipelajari atau masing-masing kelompokmempresentasikan hasil kerjanya. Ke-enammemberikan penghargaan, guru mencari cara-carauntuk menghargai upaya atau hasil belajar individumaupun kelompok.

Bila diperhatikan langkah-langkah pembelajarankooperatif diatas maka tampak bahwa prosesdemokratis dan peran aktif siswa dikelas lebih banyakselama pembelajaran. Kendala yang dihadapi dalampenerapan model pembelajaran kooperatif adalah siswayang pandai merasa terbebani oleh temannya yangkurang pandai. Siswa yang pandai ini merasamemberikan kontribusi yang lebih banyak dalam nilaikelompok. Hal ini dapat diatasi denganmenginformasikan sistem penilaian kepada siswa lebihdahulu sebelum pelajaran dimulai.

Menurut Slavin (1995) salah satu perhitungandalam penentuan nilai perkembangan siswa sebagaiberikut:

Langkah 1 : Menetapkan skor dasarMasing-masing siswa diberikan skor dasarberdasarkan skor kuis sebelumnya.

Langkah 2 : Menentukan skor terkiniSiswa memperoleh skor dari kuis yang berkaitandengan materi terkini.

15

Langkah 3 : Menghitung skor perkembanganSetiap siswa memperoleh poin peningkatan individuyang besarnya dihitung dari selisih skor sekarangdan dasar.

Poin tersebut ditentukan dengan menggunakan skalaTabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2Kriteria Poin Perkembangan

Kriteria Nilai perkembangan

Lebih dari 10 poindibawah skor dasar

5 poin

10 poin hingga 1 poindibawah skor dasar

10 poin

Skor dasar hingga 10poin diatas skor dasar

20 poin

Lebih dari 10 poindiatas skor dasar

30 poin

Pekerjaan sempurnatanpa memperhatikanskor dasar

30 poin

Pembelajaran dengan sistem pengelompokan dapatmenyebabkan berpindahnya motivasi dari tataraneksternal pada tataran internal (Joyce, 2009). Ataudengan kata lain, ketika siswa bekerja sama dalammenyelesaikan sebuah tugas, mereka akan tertarikpada materi pembelajaran tersebut karena menyadarikepentingannya sebagai siswa terhadap materitersebut. Secara rinci keuntungan menggunakan modelpembelajaran kooperatif adalah:

a) Dapat memberikan efek yang sangat ampuh padawaktu yang singkat, baik dalam aspekpembelajaran akademik maupun aspek skill.

16

b) Memberikan seorang (atau beberapa orang)pendamping belajar yang menyenangkan danbersama-sama mengembangkan skill bersosialdan berempati terhadap orang lain.

c) Dapat meningkatkan perasaan positif pada dirisendiri maupun orang lain.

Menurut Sanjaya (2008) keunggulan dan kelemahanpembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

Keunggulan yaitu siswa tidak terlalumenggantungkan pada guru, akan tetapi dapatmenambah kemampuan berfikir sendiri. Untukselanjutnya siswa dapat mengembangkan kemampuanide atau gagasan. Kemudian membantu anak untukmerespon orang lain yang ada disekitar mereka danmemberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawabdalam belajar. Siswa mampu meningkatkan prestasiakademik sekaligus kemampuan sosial. Dapatmeningkatkan kemampuan siswa dalammengembangkan ide dan pemahamannya sendiri, saatmenerima umpan balik. Meningkatkan kemampuansiswa menggunakan informasi, dan kemampuan belajarabstrak menjadi nyata. Dapat meningkatkan motivasidan memberikan rangsangan untuk berfikir.

Kelemahan pembelajaran kooperatif yaitu, luasnyapembelajaran sehingga apabila keluasan tersebut tidakdilaksanakan dengan optimal maka tujuan daripembelajaran tersebut tidak akan tercapai. Penilaiankelompok dapat membutakan penilaian secara individuapabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukanwaktu yang panjang.

Selanjutnya dalam buku Isjoni (2009),keunggulan dari pembelajaran kooperatif adalah: Salingketergantungan yang positif. Adanya pengakuan dalammerespon perbedaan individu. Siswa dilibatkan dalamperencanaan dan penglolaan kelas. Suasana kelas yangrileks dan menyenangkan. Terjalinnya hubungan yanghangat dan bersahabat antara siswa dan guru.

17

Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikanpengalaman emosi yang menyenangkan.

Kelemahan pembelajaran kooperatif menurutIsjoni (2009) yaitu, guru harus mempersiapkanpembelajaran secara matang, disamping memerlukanlebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. Agarproses pembelajaran berjalan dengan lancar makadibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yangcukup memadai. Selama kegiatan diskusi kelompokberlangsung, ada kecenderungan topik permasalahanyang dibahas meluas sehingga banyak yang tidaksesuai dengan waktu yang ditentukan. Saat diskusikelas terkadang didominasi seseorang, hal inimengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STADSebuah tim dalam STAD merupakan sebuah

kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yangmewakili heterogenitas kelas ditinjau dari kinerja, sukudan jenis kelamin (Mohamad, 2005). MenurutMohamad (2005) STAD terdiri dari lima komponenutama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skorperbaikan individu dan penghargaan tim.

a. Presentasi KelasPresentasi ini paling sering menggunakan

pengajaran langsung atau ceramah yangdilakukan oleh guru, namun presentasi dapatmeliputi presentasi audio-visual atau penemuankelompok (Mohamad, 2005). Pada kegiatan inisiswa harus sungguh-sungguh memperhatikanpresentasi kelas karena dengan begitu dapatmembantu mengerjakan kuis dengan baik. Sertaskor kuis yang mereka peroleh menetukan skortimnya.

b. Kerja TimDalam setiap kelompok terdiri dari empat

atau lima siswa yang heterogen berdasarkanprestasi belajar, jenis kelamin dan suku. Setelah

18

guru mempresentasikan materi, tim tersebutberkumpul untuk mempeajari materi yang sudahdiberikan dengan menggunkan lembar kerja.Pada tahap kerja kelompok ini siswa secarabersama mendiskusikan masalah dan membantuantar anggota dalam kelompoknya. Kerja timyang paling sering dilakukan adalahmembetulkan setiap kekeliruan ataumisskonsepsi apabila teman sesama timmembuat kesalahan.

c. KuisSejauh mana keberhasilan siswa dalam

belajar, dapat diketahui dengan diadakannyakuis oleh guru mengenai materi yang dibahas.Dalam mengerjakan kuis ini siswa harus bekerjasecara individu, sekalipun skor yang merekaperoleh nanti dapat digunakan untukmenentukan keberhasilan kelompoknya. Kepadasetiap individu, guru memberikan skor yangdigunakan untuk menentukan skor bersama bagisetiap kelompok.

d. Skor Perbaikan IndividuSkor yang diperoleh setiap anggota dalam

kuis berkontribusi pada kelompok mereka, dandidasarkan sejauh mana skor mereka telahmeningkat dibandingkan dengan skor rata-rataawal yang telah mereka capai sebelumnya (Isjonidkk, 2007). Berdasarkan skor awal setiapindividu, dapat ditentukan skor peningkatan atauperkembangan. Rata-rata skor peningkatan daritiap individu dalam suatu kelompok, digunakanuntuk menentukan penghargaan bagi kelompokyang berperestasi.

e. Penghargaan TimKelompok dapat memperoleh sertifikat atau

penghargaan yang lain apabila skor rata-ratayang didapat melampaui kriteria tertentu.

19

Penghargan yang diperoleh menunjukkankeberhasilan dari setiap kelompok, dalammenjalin kerjasama antara anggota kelompok.Penghargaan kelompok dilakukan denganmemberikan penghargaan berupa sertifikat ataupenghargaan lain atas usaha kerja keras yangdilakukan kelompok.Berdasarkan karakteristik sebuah model

pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan.Berikut uraian secara rinci kelebihan model

pembelajaran tipe STAD: (1) Setiap siswa memilikikesempatan untuk memberikan kontribusi yangsubstansial kepada kelompok dan posisi anggotakelompok adalah setara (Slavin, 2005). (2)Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dankerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik(Slavin, 2005) dan (Ahmadi, 2011). (3) Membantu siswauntuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasialyang lebih banyak (Slavin, 2005). (4) Melatih siswadalam mengembangkan aspek kecakapan sosial disamping kecakapan kognitif dan peran guru jugamenjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagaifasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni,2010). (5) Pengelompokan siswa secara heterogenmembuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebihhidup. Prestasi dan hasil belajar yang baik, bisadidapatkan oleh semua anggota kelompok. (6) Kuisyang terdapat pada langkah pembelajaran membuatsiswa lebih termotivasi. (7) Kuis tersebut jugameningkatkan tanggung jawab individu karena nilaiakhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakansecara individu. (8) Adanya penghargaan dari guru,sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalampembelajaran. (9) Anggota kelompok dengan prestasidan hasil belajar rendah memiliki tanggung jawab besaragar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya nilaikelompok baik.

(10) Dalam model ini siswa memiliki dua bentuktanggung jawab belajar, yaitu belajar untuk dirinyasendiri dan membantu sesama anggota kelompok

20

untuk belajar. Selain itu, pada model ini siswa salingmembelajarkan dengan sesama siswa lain ataupembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) yanglebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.Digunakannya model ini dapat mengurangi sifatindividualistis siswa. Hal tersebut dikarenakanbelakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secaraindividual, bersikap tertutup terhadap teman, kurangmemberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanyadengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dansebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahildihasilkan warga negara yang egois, introfert (pendiamdan tertutup), kurang bergaul dalam masyarakat, acuhtak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurangmenghargai orang lain, serta tidak mau menerimakelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti inisudah mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut danmudah terprovokasi (Rusman, 2011).

Selain berbagai kelebihan diatas, model STAD inijuga memiliki kelemahan. Semua model pembelajaranmemang diciptakan untuk memberi manfaat yang baikatau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali denganmodel STAD ini. Namun, terkadang pada sudutpandang tertentu, langkah-langkah model tersebuttidak menutup kemungkinan terbukanya sebuahkelemahan, seperti yang dipaparkan berikut: (1)Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkandengan pembelajaran konvensional (yang hanyapenyajian materi dari guru), pembelajaranmenggunakan model ini membutuhkan waktu yangrelatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STADyang menguras waktu seperti penyajian materi dariguru, kerja kelompok dan tes individual atau kuis. (2)Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru.Guru berperan sebagai fasilitator, mediator, motivatordan evaluator (Isjoni, 2010). Berdasarkan asumsi tidaksemua guru mampu menjadi fasilitator, mediator,motivator dan evaluator dengan baik.

21

Menurut Momamad (2005) ada tiga tingkatanpenghargaan yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat tersebut ditunjukkan pada Tabel2.3 berikut:

Tabel 2.3Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria (rata-rata tim) Pengahargaan

15 TIM BAIK

20 TIM HEBAT

25 TIM SUPER

Sumber: (Mohamad Nur, 2005:36)

Berikut dijelaskan sintaks dari pembelajaran kooperatiftipe STAD yang terdiri atas 6 fase (Trianto, 2007), yaitu:

Fase ke-1: menyampaikan semua tujuan pembelajaranyang ingin dicapai dan memotivasi siswauntuk aktif belajar.

Fase ke-2: menyajikan materi ajar kepada siswa denganjalan mendemonstrasikan atau melaluibahan bacaan.

Fase ke-3: menjelaskan kepada siswa bagaimana caramembentuk kelompok belajar .

Fase ke-4: membimbing setiap kelompok belajar untukbelajar dan bekerja.

Fase ke-5: mengevaluasi hasil belajar dan kerja masing-masing kelompok.

Fase ke-6: Guru memberikan penghargaan kepada parasiswa baik sebagai individu maupunkelompok, karena usaha yang telah merekalakukan maupun karena hasil yang telahmereka capai.

22

2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHTPembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Isjoni

(2010) adalah suatu model pembelajaran dimana siswadalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajardan bekerja secara kolaboratif dengan strukturkelompok yang heterogen. Tujuan pembelajarankooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasisiswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifatkepemimpinan. Pembelajaran kooperatif tipe NumberedHead Together (NHT) merupakan salah satu teknikpembelajaran kooperatif, dimana melibatkan lebihbanyak siswa dalam menelaah materi yang tercakupdalam suatu pelajaran, dan mengecek pemahamanmereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2009).Selanjutnya Anita Lie (2008) menyatakan teknik inimemberi kesempatan kepada siswa untuk salingmembagikan ide - ide dan mempertimbangkan jawabanyang paling tepat.

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010)menyatakan dimana terdapat limalangkah pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu:

Lima Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT:1. Guru membentuk dan membagi siswa dalam

kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dandiberi nomor untuk setiap siswa. Kelompokkooperatif merupakan pencampuran yangditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku,jenis kelamin dan kemampuan belajar berbeda.

2. Guru mengajukan pertanyaan secara langsungatau melalui LKS.

3. Siswa mendiskusikan jawaban bersama-samadan memastikan semua anggota kelompokmengetahui jawabannya. Jika perlu, ada anggotayang berfungsi untuk mengecek jawaban darimasing-masing anggota.

4. Guru memanggil siswa dengan menyebut nomorsecara acak dan siswa dengan nomor tersebut

23

mengangkat tangan dan memberikan jawabanuntuk disampaikan keseluruh siswa di kelas.

5. Pada akhir sesi, guru bersama siswamenyimpulkan jawaban akhir dari semuapertanyaan yang berhubungan dengan materiyang disampaikan.Sedangkan menurut Trianto (2010) sintaks NHT

terbagi menjadi empat fase berikut :Fase Ke-1: Penomoran.

Guru membagi siswa kedalam kelompokberanggota 3-5 orang dan kepada setiapanggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

Fase ke-2: Mengajukan pertanyaan.Guru mengajukan sebuah pertanyaankepada siswa, dimana pertanyaan tersebutdapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifikdan dalam bentuk kalimat tanya. Misalkan,“ berapakah jumlah gigi orang dewasa? ”.Atau arahan, misalkan “ Pastikan setiaporang mengetahui 5 buah ibukota propinsiyang terletak di Pulau Sumatera ”.

Fase ke-3: Berpikir bersama.Siswa menyatukan pendapat terhadapjawaban pertanyaan itu, dan menyakinkantiap anggota dalam timnya mengetahuijawaban tim.

Fase ke-4: Menjawab.Guru memanggil satu nomor tertentu,kemudian siswa yang nomornya sesuaimengangkat tangannya dan menjawabpertanyaan tersebut.

Dari uraian kedua model sintaks diatas, penulisbertujuan untuk dapat membentuk suatu prosespembelajaran yang baik dan tepat bagi siswa ataupeserta didik.

24

Berikut dijelaskan keunggulan atau kelebihandan kelemahan atau kekurangan model pembelajarankooperatif tipe NHT menurut (Arends, 2008).

Keunggulan atau kelebihan model pembelajarankooperatif tipe NHT yaitu: (1) Terjadinya interaksiantara siswa melalui diskusi atau siswa secarabersama-sama dalam menyelesaikan masalah yangdihadapi. (2) Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajarkooperatif. (3) Melalui kerjasama secara kooperatif ini,kemungkinan konstruksi pengetahuan menjadi lebihbesar atau kemungkinan untuk siswa dapat sampaipada kesimpulan yang diharapkan. (4) Memberikankesempatan pada siswa untuk menggunakanketerampilan bertanya, berdiskusi, danmengembangkan bakat kepemimpinan.

Kelemahan atau kekurangan model pembelajarankooperatif tipe NHT yaitu: (1) Siswa yang pandaicenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkansikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. (2)Proses diskusi tidak dapat berjalan dengan lancar, jikaada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yangpandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai. (3)Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempatduduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktukhusus.

2.5 Hasil BelajarBelajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatuperubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksidengan lingkungannya (Daryanto, 2010). Djamarah(2008) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaiankegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahantingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman individudalam interaksi dengan lingkungannya yangmenyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Slameto(2010) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu

25

proses perubahan yaitu perubahan tingkah lakusebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannyadalam memenuhi kebutuhan. Dari beberapa uraianpernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa belajaradalah serangkaian kegiatan jiwa raga untukmemperolah suatu perubahan tingkah laku yang barusecara keseluruhan, dalam memnuhi kebutuhan.

Sedangkan pengertian hasil atau prestasi belajarmenurut Sunarto (2009) yaitu suatu bukti keberhasilanbelajar atau kemampuan seseorang siswa dalammelakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobotyang dicapainya. Pengertian hasil belajar menurut Anni(2004) merupakan perubahan perilaku yang diperolehpembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Nawawi(1981) mengemukakan bahwa hasil belajar adalahkeberhasilan murid dalam mempelajari materipelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuknilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlahpelajaran tertentu. Hasil belajar adalah perubahanperilaku peserta didik akibat belajar (Purwanto, 2011).Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapaipenguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalamproses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi Purwantomengatakan bahwa hasil belajar dapat berupaperubahan dalam aspek kognitif, afektif danpsikomotorik. Sejalan dengan pendapat tersebutSudjana (2003) mengemukakan bahwa hasil belajaradalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidangkognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki olehsiswa setelah menerima pengalaman belajar. MenurutHamalik (2003) hasil belajar adalah sebagai terjadinyaperubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapatdiamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap danketerampilan. Perubahan tersebut dapat di artikansebagai terjadinya peningkatan dan pengembanganyang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjaditahu. Prestasi atau hasil belajar (achievement)merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapanpotensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang(Sukmadinata, 2005). Penguasaan hasil belajar dapat

26

dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentukpenguasaan pengetahuan, keterampilan berpikirmaupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajaratau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaansiswa terhadap mata pelajaran yang telahditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi atau hasilbelajar disebut tes prestasi belajar atau achievementtest yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajarmata kuliah yang bersangkutan. Berdasarkanpendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas,maka dapat dikemukakan bahwa hasil belajar buktikeberhasilan seseorang atau peserta didik dalammempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalambentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlahpelajaran tertentu, serta perubahan tingkah lakupeserta didik setelah menerima pengalaman belajaryang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan,sikap dan keterampilannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar danhasil belajar menurut Djamarah (2008) adalah: faktorlingkungan, instrumental, fisiologis, psikologis.Sedangkan menurut menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibagimenjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dirisiswa (intern) yang terdiri dari: faktor jasmani,psikologi, dan faktor yang berasal dari luar diri siswa(ekstern) yaitu: Faktor keluarga, faktor sekolah, faktormasyarakat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar danHasil belajar Menurut Djamarah (2008:176-202) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajardapat dibagi antara lain:

1. Faktor Lingkungan

(a). Lingkungan alami adalah lingkungan tempattinggal anak didik, hidup, dan berusaha di dalamnya.Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetakabagi anak didik yang hidup di dalamnya. (b).

27

Lingkungan sosial budaya diluar sekolah ternyatadapat menimbulkan sisi kehidupan yangmendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anakdidik di sekolah. Seperti pembangunan pabrik danhiruk pikuk lalu lintas yang tak jauh dari sekolah,dapat menimbulkan kegaduhan suasana kelas.

2. Instrumental

(a). Kurikulum, kurikulum adalah a plan forlearning yang merupakan unsur substansional dalampendidikan. Muatan kurikulum mempengaruhiintensitas dan frekuensi belajar anak didik. (b).Program, setiap sekolah mempunyai programpendidikan. Program pendidikan disusun untukdijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilanpendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknyaprogram pendidikan yang dirancang. (c). Sarana danfasilitas, sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatanbelajar mengajar di sekolah. Anak didik tentu dapatbelajar lebih baik dan menyenangkan bila suatusekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajaranak didik. (d). Guru, guru merupakan unsurmanusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlakdiperlukan di dalam pendidikan. Kalau hanya ada anakdidik, tetapi guru tidak ada, maka tidak terjadi kegiatanbelajar mengajar di sekolah.

3. Fisiologis

(a). Kondisi fisiologis pada umumnya sangatberpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.Orang yang dalam keadaan sehat jasmani akanberlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaankelelahan. (b). Kondisi pancaindra juga tidak kalahpenting, terutama mata sebagai alat untuk melihat dansebagai alat untuk mendengar.

28

4. Psikologis

(a). Minat, adalah suatu rasa lebih suka dan rasaketerikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa adayang menyuruh. Minat pada dasarnya adalahpenerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengnsesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekathubungan tersebut, maka semakin besar minat. (b).Kecerdasan merupakan salah satu faktor dari sekianbanyak faktor yang mempengaruhi keberhasilanseseorang dalam belajar di sekolah. (c). Bakatmerupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadapproses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak adayang membantah, bahwa belajar pada bidang yangsesuai dengan bakat memperbesar kemungkinankeberhasilan. (c). Motivasi, motivasi adalah kondisipsikologis yang mendorong seseorang untukmelakukan sesuatu. jadi motivasi untuk belajar adalahkondisi psikologis yang mendorong seseorang untukbelajar. (d). Kemampuan kognitif, terdapat tigakemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatanuntuk sampai pada penguasaan kognitif, yaitupersepsi, mengingat, dan berpikir.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasilbelajar menurut Slameto (2010:5) dapat dibagi menjadidua macam yaitu faktor yang berasal dari diri siswa(intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa(ekstern).

A. Faktor Internal

1.) Faktor jasmani

a). Kesehatan Agar seseorang dapat belajardengan baik haruslah mengusaha kesehatan badannyatetap terjamin dengan cara selalu mengindahkanketentuan-ketentuan bekerja belajar, istirahat, tidur,makan, olah raga, rekreasi dan ibadah. b)Cacat tubuh

29

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar.Siswa yang cacat badannya, belajarnya juga tergangu.

2.) Faktor psikologi

Faktor psikologis yang mempengaruhikeberhasilan belajar ini meliputi segala hal yangberkaitan dengan kondisi seseorang, di dalam faktorpsikologis ada tujuan faktor yang mempengaruhi hasilbelajar yaitu: 1) Intelegensi; 2) Perhatian; 3) Minat; 4)Bakat; 5) Motif; 6) Kematangan; 7) Kesiapan; dan 8)Cara belajar. 3)Faktor kelelahan Kelelahan padaseseorang dapat di bedakan memjadi dua macam, yaitukelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahanjasmani tubuh akan terasa lemas, dan hal ini akanmembuat siswa belajar nya yang tidak kondusif, danmengantuk. Hal ini berbeda dengan kelelahan rohani,kelelahan rohani berkaitan dengan keleluasan,kelelahan keduanya ini mengakibatkan hasil belajaryang kurang oftimal.

B. Faktor Eksternal

1.) Faktor Keluarga

a.) Cara Mendidik Anak

Orang tua yang kurang atau tidakmemperhatikan pendidikan anak, misalnya merekaacuh tak acuh terhadap belajar anaknya, selanjutnyatidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknyadalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidakmenyediakan atau melengkapi alat belajar, tidakmemperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidakmau tahu bagaimanakah kemajuan belajar dari anak,serta kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajardan lain-lain, dari hal-hal tersebut dapat menyebabkananak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya.

30

b.) Relasi Antara Keluarga

Relasi antara anggota keluarga adalah relasiorang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anakdengan saudaranya atau anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi ituapakah hubungan itu penuh kasih sayang danpengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sebetulnyarelasi antar anggota keluarga ini erat hubungannyadengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaranbelajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakanrelasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuhpengertian dan kasih sayang, disertai denganbimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untukmensukseskan belajar anak sendiri.

c.) Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasiatau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalamkeluarga di mana anak berada dan belajar. Suasanarumah juga merupakan faktor penting yang tidakdisengaja, suasana rumah yang gaduh atau ramai dansemrawut tidak akan memberi ketenangan kepadaanak yang belajar.

d.) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannyadengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selainharus terpenuh kebutuhan pokoknya, missal makan,pakaian, perlindungan kesehatan dan lain – lain, jugamembutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-bukudan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapatterpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang, dalampengertian orang tua perlu memberikan dorongan danperhatian dalam anak belajar. Bila anak sedang belajarjangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tuawajib memberi pengertian dan mendorongnya dan

31

membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialamianak di sekolah, kalau perlu menghubungi guruanaknya untuk mengetahui perkembangannya.

e.) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalamkeluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar.Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaanyang baik, agar mendorong semangat anak untukbelajar.

2. Faktor Sekolah

a.) Metode Mengajar.

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalanyang harus dilalui di dalam mengajar. Menurut Ign. S.Ulih Bukit Karo Karo “Mengajar adalah menyajikanbahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agarorang lain menerima, menguasai danmengembangkannya”.

b.) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatanyang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagianbesar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswamenerima, menguasai dan mengembangkan bahanpelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itumempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurangbaik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Perludiingat bahwa sistem instruksional sekarangmenghendaki proses belajar mengajar yangmementingkan kebutuhan siswa, guru perlumendalami siswa dengan baik, harus mempunyaiperencanaan yang mendetail, agar dapat melayanisiswa belajar secara individual.

32

c.) Relasi Guru dengan Siswa

Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik,siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukaimata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusahamempelajarinya sebaik-baiknya. Hal tersebut jugaterjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, makasiswa segan mempelajari mata pelajaran yangdiberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.

d.) Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkahlaku yang kurang menyenangkan teman lain,mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalamitekanan-tekanan batin, akan diasingkan darikelompok. Akibat makin parah masalahnya dan akanmengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi siswa menjadimalas untuk masuk sekolah dengan alasan- alasanyang tidak-tidak karena di sekolah mengalamiperlakuan yang kurang menyenangkan dari teman –temannya. Menciptakan relasi yang baik antar siswaadalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yangpositif terhadap belajar siswa.

e.) Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengankerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan gurudalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaanadministrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas,gedung sekolah dan lain-lain. Oleh sebab itu agar siswabelajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajarbaik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, agarsiswa disiplin haruslah guru beserta staf yang laindisiplin pula. Alat pelajaran erat hubungannya denganmodel belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakaioleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswauntuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alatpelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar

33

penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepadasiswa.

f.) Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya prosesbelajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi,siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah jugamempengaruhi belajar siswa, jika terjadi siswa terpaksamasuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapatdipertanggungjawabkan, dimana siswa harus istirahattetapi terpaksa harus masuk sekolah sehingga merekamasuk sekolah dengan keadaan mengantuk dansebagainya. Jadi memilih waktu sekolah yang tepatdapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.

g.) Standar Pelajaran

Ukuran Guru berpendirian untukmempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajarandi atas ukuran standar. Bila banyak siswa yang tidakberhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, gurusemacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teoribelajar yang mengingat perkembangan psikis dankepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebuttidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaanmateri harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang terpenting tujuan dari apa yang telahdirumuskan dapat tercapai.

h.) Keadaan Gedung

Jumlah siswa yang banyak serta variasikarakteristik mereka masing-masing, menuntutkeadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalamsetiap kelas. Supaya dimungkin mereka dapat belajardengan baik, meskipun kelas tersebut tidak memadaibagi setiap siswa.

34

i.) Metode Belajar

Banyak siswa malaksanakan cara belajar yangsalah, dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Melaluimetode belajar yang tepat dan efektif, diharapkan hasilbelajar siswa meningkat. Selain itu dalam pembagianwaktu belajar, terkadang siswa belajar tidak teratur,atau terus-menerus, dikarena akan menghadapi tes.

j.) Tugas rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlahdigunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Makadiharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugasyang harus dikerjakan peserta didik di rumah, sehinggaanak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yanglain.

3. Faktor Masyarakat

a.) Kegiatan Siswa

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapatmenguntungkan perkembangan pribadinya. Tetapi jikasiswa mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatyang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnyaakan terganggu, terlebih jika tidak bijaksana dalammengatur waktu.

b.) Mass Media

Mass media adalah bioskop, radio, TV, suratkabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yangbaik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya,tetapi sebaliknya mass media yang buruk jugaberpengaruh buruk terhadap siswa. Maka dari itulahperlu kiranya siswa mendapatkan bimbingan dankontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan

35

pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah danmasyarakat agar tidak terjadi salah langkah.

c.) Teman Bergaul.

Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih dapatmasuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Temanbergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap dirisiswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelekpasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

d.) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa jugaberpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yangterdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi,suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidakbaik, dapat berpengaruh buruk kepada anak (siswa)yang berada di situ. Anak atau siswa tertarik untukikut berbuat seperti yang dilakukan oaring-orang disekitarnya Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan,bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintasdan sebagainya. Misalnya bangunan rumah pendudukyang sangat sempit, lalu lintas yang membisingkan,suasana hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik,polusi udara, iklim yang terlalu panas. semuanya akanmempengaruhi gairah dan minat belajar. Sebaliknyatempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akanmenunjang proses belajar. Keadaan alam yang tenangdengan udara yang sejuk ikut mempengaruhikesegaran jiwa murid sehingga memungkinkan hasilbelajarnya lebih tinggi daripada lingkungan yang gaduhdengan udara yang panas dan kotor.

Selain faktor-faktor yang telah diuraikan diatas,ada faktor lain yang tidak kalah pentingberpengaruhnya terhadap hasil belajar. Faktor tersebutyaitu penggunaan model pembelajaran yang tepat padasaat proses pembelajaran.

36

Menurut revisi taksonomi Bloom (1956) LorinAnderson, domain belajar terbagi menjadi empat yaitu:yaitu domain kognitif, afektif, psikomotorik, dan social,yang disebut sebagai Developing Human Potential inFour Domains for Learning and Doing (Peggy Dettmer,2006). Keempat domain dalam taksonomi Bloom yangdikembangkan tersebut lebih jelasnya dapat dilihatpada tabel berikut:

Tabel 2.4Developing Human Potential in Four Domains for

Learning and DoingDomain Cognitive Affective Sensorimotor Social Unified

Process thinking feelingSensing andmoving

interacting doing

Content intellectual emotional physical sociocultural holistic

PurposeExpandthinking

Enhancefeeling

Cultivatesenses andmovement

Enrichrelationships

Optimizepotential

GoalTo gainknowledge

To developself-understanding

To nurtureself-expression

To cultivateSocialization

To realizeself-fulfillment

Basic

Learning

Know Receive Observe Relate Perceive

Comprehend Respond React Communicate Understand

Applied

learning

Apply Value Act Participate UseAnalyze Organize Adapt Negotiate DifferentiateEvaluate Internalize Authenticate Adjudicate Validate

Ideational

learning

Synthesize Characterize Harmonize Collaborate IntegrateImage Wonder Improvise Initiate VentureCreate Aspire Innovate Convert Originate

Sumber: Peggy Detmer (2006)

Berdasarkan tabel 2.4 juga dilakukanpengembangan pada jenjang atau level pada setiapdomain, dan setiap level tersebut akan dikembangkanlagi menjadi kata operasional yang kemudian akandigunakan untuk membuat butir pertanyaan dalammencapai tujuan setiap domain. Oleh karena itu, perludiidentifikasi kata operasional pada setiap level domainyang berguna untuk mempermudah guru dalammerumuskan pertanyaan yang digunakan sebagaiinstrument pengukur prestasi belajar siswa. Berikutdijelaskan untuk masing-masing domain belajar:

37

Domain Kognitif Versi Baru

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), menggambarkanperilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilanberpikir. Menurut taksonomi Bloom (1956),kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secarahirarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,aplikasi, analisis, seintesis, dan evaluasi. Anderson danKrathwohl's Taksonomi (2000) merevisi level kognitiftersebut menjadi: mengingat, memahami, menerapkan,menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi (LeslieOwen Wilson, 2006). Perbedaan utama versi lama danbaru adalah tidak hanya pada daftar atau rewordingsdari nomina ke verba, atau dalam mengubah nama daribeberapa komponen, atau bahkan di reposisi dari duakategori terakhir. Perbedaan utama terletak dalampenambahan lebih bermanfaat dan komprehensiftentang bagaimana memotong taksonomi dan bertindakatas berbagai jenis dan tingkat pengetahuan - faktual,konseptual, prosedural, dan metakognitif. Versi domainkognitif yang lebih terbaru lagi adalah pengembanganlevel kognitif menjadi 8 level. Pada tabel DevelopingHuman Potential in Four Domains for Learning andDoing di atas, level kognitif ada 8 yaitu pengetahuan(know), pemahaman (comprehend), aplikasi (apply),analisis (analyze), evaluasi (evaluate), sintesis(synthesize), imajinasi (image), dan kreasi (create).

Domain Afektif

Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaiandiri. Level afektif versi lama terdiri dari 5 level yakni:receiving (attending), responding, valuing, organization,dan characterization by a value or value complex. Padaversi terbaru, level domain afektif terdiri dari receive,respond, value, organize, internalize, characterize,wonder, dan aspire (Peggy Dettmer, 2006).

38

Domain SensorimotorVersi lama domain sensorimotor memiliki 7 level

yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakanterbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan,dan kreatifitas. Pada versi yang terbaru, level domainsensorimotor adalah: mengamati (observe), bereaksi(react), bertindak (act), mengadaptasi (adapt),mengotentikasi (authenticate), menyelaraskan(harmonize), memperbaiki (improvise), dan berinovasi(innovate) (Peggy Dettmer, 2006).

Domain Sosial

Domain sosial merupakan versi terbaru dalamdomain tujuan pendidikan. Domain ini mencakuppenilaian terhadap kompetensi sosial siswa dalampembelajaran. Sama seperti domain lainnya, domainsosial juga terdiri dari delapan level yaitu: relate,communicate, participate, negotiate, adjudicate,collaborate, initiate, dan convert (Peggy Dettmer, 2006).

2.6 Penelitian yang RelevanBerikut ditunjukkan beberapa hasil penelitian

yang telah dilakukan dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT, dimanahasil penelitian tersebut mendukung penelitian penulis:

1) Magor (2010), meneliti tentang PerbandinganPenerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD(Student Teams Achievement Divisions) Dan NHT(Numbered Heads Together) Untuk MeningkatkanMotivasi dan Hasil Belajar Ekonomi Kelas VII padaPokok Bahasan Kegiatan Pokok Ekonomi Manusia diSMP Negeri I Singosari. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa hasil belajar yang diajarkandengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknikSTAD lebih efektif dibandingkan dengan kelas yangdiajarkan dengan pendekatan pembelajarankooperatif teknik NHT.

39

2) Nugroho (2011), melakukan penelitian tentangPerbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa yangDiberi Model NHT (Numbered Heads Together) denganSTAD (Student Teams Achievement Divisions) Kelas XIKonsep Laju Reaksi. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa penggunaan model belajar NHTmemberikan pengaruh yang signifkan dibandingkandengan model belajar STAD terhadap hasil belajarkimia siswa pada konsep laju reaksi.

3) Nababan (2012), meneliti tentang PerbedaanPeningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa DenganMenggunakan Metode STAD (Student TeamsAchiviement Divisions) dan NHT (Number HeadTogether) Berbasiskan Peta Konsep Pada MateriHidrokarbon Di Kelas X SMAN 7 Medan. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa metode NHT(Number Head Together) lebih mempengaruhipeningkatan hasil belajar kimia siswa, dibandingkanmetode STAD (Student Teams Achiviement Divisions).

4) Irmadani (2013), meneliti tentang Perbedaan HasilBelajar Ekonomi Siswa yang Belajar Dengan MetodePembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number HeadTogether) Dengan Tipe STAD (Student TeamsAchiviement Divisions) Pada Siswa Kelas X SMANegeri 7 Padang. Hasil penelitian menunjukkanbahwa hasil belajar ekonomi siswa dengan metodepembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi, daripada hasil belajar ekonomi siswa yang diajar denganmetode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5) Pramanik (2013), mengadakan penelitian tentangPerbedaan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar KognitifPada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, NumberedHead Together (NHT) dan Student Teams AchievementDivisions (STAD), (Studi Eksperimen Pada MateriPencemaran dan Kerusakan Lingkungan MataPelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Di Kelas VIIdi SMP Negeri 2 Cilawu Garut). Hasil penelitian inimenunjukkan adanya perbedaan hasil belajarkognitif pada pembelajaran kooperatif Tipe Jigsawdibanding NHT dan STAD pada Materi Pencemaran

40

dan Kerusakan Lingkungan. Perbedaan hasil belajartersebut menunjukkan bahwa pembelajarankooperatif tipe STAD lebih baik dari tipe Jigsaw dantipe NHT.

6) Ramadani (2013), meneliti tentang PerbedaanMotivasi dan Hasil Belajar Kognitif IPA Antara Kelasyang Menggunakan Model Pembelajaran KooperatifTipe Numbered Head Together (NHT) dan StudentTeams Achievement Divisions (STAD). Berdasarkanhasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwapembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektifuntuk meningkatkan motivasi belajar dan hasilbelajar kognitif IPA dibandingkan dengan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT.

2.7 HipotesisHipotesis merupakan suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitiansampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,1996). Suatu hipotesis akan diterima bila data yangdikumpulkan mendukung pernyataan. Hipotesismerupakan asumsi dasar yang kemudian membuatsuatu teori dan masih diuji kebenarannya. Berikutadalah hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini:

a. Ho : µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan hasil belajarsiswa pada matapelajaranmatematika yang diajarmenggunakan model pembelajarankooperatif tipe STAD di kelas VIII A,dan model pembelajaran kooperatiftipe NHT di kelas VIII F, di SMPNegeri 1 Getasan.

41

b. H1: µ1 ≠ µ2 Ada perbedaan hasil belajar siswapada matapelajaran matematikayang diajar menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe STAD dikelas VIII A, dan model pembelajarankooperatif tipe NHT di kelas VIII F,di SMP Negeri 1 Getasan.

2.8 Kerangka BerpikirBerdasarkan penyajian diskripsi teoritik, dapat

disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelasarah dan maksud penelitian dari suatu penelitian.Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabelyang dipakai dalam penelitian, yang mana dipakaiuntuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaanmodel pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajarsiswa pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1Getasan. Keberhasilan dari proses belajar mengajardapat dilihat dari hasil belajar siswa. Terdapat banyakfaktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salahsatu diantaranya adalah model pembelajaran yangdigunakan atau dipakai oleh guru. Penggunaan modelmengajar yang tepat dapat memberi pengaruh yangbesar terhadap keberhasilan guru dalam mengajar.Pemilihan model pengajaran yang tidak tepat dapatmenghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Berikutadalah skema kerangka berfikir:

PembelajaranKooperatif TipeSTAD

PembelajaranKooperatif Tipe NHT

Hasil Belajar