BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II SARWO...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II SARWO...
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Pemasaran
Menurut American Marketing Association di dalam Kotler dan Keller (2012:
27) pemasaran adalah suatu aktifltas sebuah grup yang berisikan institusi-institusi,
dan proses untuk membuat, mengomunikasikan, mengantarkan dan bertukar
penawaran yang mempunyai nilai bagi konsumen, klien, partner dan masyarakat
luas.
Stanton (2008: 5) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah suatu aktifitas dari perusahaan untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
2.2 Bauran Pemasaran
Mc Carthy dalam Kotler dan Keller (2012: 63) menyatakan bahwa bauran
pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
terus menerus mencapai tujuan pemasaranya di pasar sasaran dan mengklasifikasikan
bauran pemasaran menjadi empat besar kelompok yang disebut dengan 4P tentang
pemasaran yaitu produk (product), harga (price), tempat/distribusi (place) dan
promosi (promotion).
Menurut Morrison dalam Dewi (2010: 209) menyatakan bahwa konsep
bauran pemasaran diperluas menjadi 8P, dengan penambahan orang (people),
kemasan (packaging), hubungan (partnership), dan pemrograman (programming).
Jadi marketing mix secara keseluruhan terdiri dari 8P, yaitu:
a. Produk (Product)
Menurut Kotler dan Keller (2012) menyatakan bahwa produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk penawaran
12
secara fisik, merknya, pembungkus, garansi dan servis sesudah penjualan.
Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa kebutuhan dan
keinginan pasarnya. Jika masalah ini telah diselesaikannya, maka keputusan-
keputusan tentang harga, distribusi dan promosi dapat diambil.
b. Harga (Price)
Menurut Kotler dan Keller (2012) menyatakan bahwa harga adalah elemen
dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan profitabilitas tetapi juga
sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proporsi nilai suatu produk. Pemasaran
produk perlu memahami aspek psikologis dari informasi harga yang meliputi harga
referensi (reference price), inferensi kualitas berdasarkan harga (price-quality
inferences)dan petunjuk harga (price clues).
Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak
menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penetapan harga tersebut antara lain biaya, keuntungan, praktik saingan dan
perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan harga ini menyangkut pula penetapan
jumlah potongan, mark-up, mark-down, dan sebagainya.
c. Distribusi (Place)
Ada tiga aspek pokok yang berkaitan dengan keputusan-keputusan tentang
distribusi (tempat). Aspek tersebut adalah:
1) Sistem transportasi perusahaan, termasuk dalam sistem ini antara lain keputusan
tentang pemilihan alat transportasi (pesawat udara, kereta api, kapal, truk, pipa),
penetuan jadwal pengiriman, penentuan rute yang harus ditempuh dan
seterusnya.
2) Sistem penyimpanan, dalam sistem ini bagian pemasaran harus menentukan letak
gudang, jenis peralatan yang dipakai untuk menangani material maupun peralatan
lainnya.
3) Pemilihan saluran distribusi, menyangkut keputusan-keputusan tentang
penggunaan penyalur (pedagang besar, pengecer, agen, makelar), dan bagaimana
menjalin kerjasama yang baik dengan para penyalur tersebut.
d. Promosi (Promotion)
Menurut Kotler dan Keller (2012: 510) menyatakan bahwa promosi adalah
berbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen
secara langsung maupun tidak langsung suatu produk atau brand yang dijual.
e. Orang (People)
13
Menurut Dewi (2011: 79) menyatakan bahwa orang (people) merupakan
penyedia barang dan jasa yang melayani konsumen. Orang (people) sedikitnya
memiliki tiga hal yaitu playanan prsonal (service personnel), poduk itu sendiri (the
product them elves), dan lokasi (local resident). Dalam hal ini pelatihan,
pengendalian kualitas, standardisasi kualifikasi dan sertifikasi kompetensi menjadi
bagian yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu pemasaran.
f. Kemasan (Packaging)
Menurut Morrison (2010) menyatakan bahwa kemasan (packaging) berarti
pengelompokan dua elemen atau lebih dari pengalaman produk (product experience)
ke dalam suatu produk. Kemasan (packaging) adalah kombinasi dari jasa dan daya
tarik produk yang saling berkaitan dalam satu paket penawaran harga. Serangkaian
produk yang dikemas dan dijual dengan menarik akan membentuk pengalaman yang
menarik pula.
g. Pembuatan Program (Programming)
Menurut Morrison (2010) menyatakan bahwa pembuatan program
(programming) adalah suatu teknik yang berkaitan dengan kemasan (packaging),
yaitu pengembangan aktivitas tertentu, acara, atau program untuk menarik dan
meningkatkan pembelanjaan, atau memberikan nilai tambah pada paket atau produk.
pembuatan program (programming) memiliki kaitan dengan packaging yang
melibatkan even spesial aktivitas atau program suatu produk untuk membuatnya
lebih beraneka ragam dan menarik.
h. Hubungan (Partnership)
Suatu hubungan yang dijalin dengan usaha yang sejenis maupun usaha tidak
sejenis yang menciptakan benefit dari pihak tersebut (Morrison, 2010).
2.3 Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan merupakan salah satu program dari promosi yang
dilakukan dalam rangka untuk menawarkan suatu produk kepada konsumen agar
konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut. Promosi merupakan bagian dari
kegiatan pemasaran dan dikenal sebagai unsur dari bauran pemasaran (marketing
mix). Promosi sangat diperlukan oleh perusahaan karena di satu pihak meyakinkan
konsumen terhadap produk yang ditawarkan, sedangkan di pihak lain sangat
menentukan suksesnya perusahaan menghadapi persaingan di pasar.
14
Menurut Kotler dan Keller (2012: 498) marketing communications are means
by which firms attempt to inform, persuade, and remind consumers-directly or
indirectly about the products and brands they sell. Komunikasi pemasaran adalah
sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan,
membujuk, dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak
langsung tentang produk dan merek yang mereka jual.
Menurut Alma (2011: 179) promosi adalah sejenis komunikasi yang
memberikan penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa.
Tujuan promosi ialah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan, dan
meyakinkan calon konsumen. Promosi penjualan merupakan insentif jangka pendek
untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
Kotler dan Armstrong (2014: 77) mendefinisikan promosi penjualan adalah
aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan
untuk membeli produk itu.
Menurut Neha (2013: 43) promosi penjualan merupakan insentif yang
diberikan perusahaan berjangka waktu pendek, dirancang untuk menciptakan dan
meningkatkan jumlah pembeli.
Lupiyoadi (2009: 120) berpendapat bahwa promosi merupakan salah satu
variabel dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan
dalam memasarkan produk jasa.
Aktivitas promosi merupakan usaha pemasaran yang memberikan berbagai
upaya intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli
suatu produk atau jasa. Seluruh kegiatan promosi bertujuan untuk mempengaruhi
perilaku pembelian, tetapi tujuan promosi yang utama adalah memberitahukan,
membujuk dan mengingatkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi
penjualan merupakan insentif yang diberikan perusahaan berjangka waktu pendek,
dirancang untuk menciptakan dan meningkatkan jumlah pembeli.
2.3.1 Tujuan Promosi Penjualan
Tujuan promosi penjualan bersumber pada tujuan komunikasi pemasaran.
Tujuan ini dijabarkan dengan tujuan pemasaran yang lebih mendasar, yang dirancang
untuk produk tertentu. Tujuan khusus yang ditentukan untuk promosi penjualan
akanberaneka ragam tergantung jenis jenis dan pasar sasaran. Tujuan promosi
15
penjualan menurut menurut Saladin (2011: 213) khusus tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Bagi konsumen, tujuan ini mencakup usaha untuk mendorong konsumen
diantaranya:
1) Untuk lebih banyak menggunakan produk.
2) Untuk membeli produk dalam unit yang lebih banyak mencubit merek yang
dipromosikan.
3) Untuk menarik pembeli lainnya yang bersaing dengan merek produk yang
sedang dipromosikan.
b. Bagi pengecer tujuan ini adalah untuk merangsang mereka untuk
mencaripelanggan bari dan menolong penjualan di musim sepi.
1) Membujuk pengecer untuk menjual produk baru dan menimbun lebih banyak
persediaan barang.
2) Mengingatkan penbeli ketika sedang tidak musim.
3) Membujuk agar menimbun barang yang dipromosikan.
4) Mengimbangi promosi pura pesaing.
5) Membuat pengecer agar setia terhadap mereka yang dipromosikan 0
Memperoleh jalur pengecer baru.
c. Bagi wiraniaga bertujuan untuk mendukung atas produk atau model baru, dan
mendorong penjualan dimusi sepi.
Menurut Rangkuti (2009: 51-53) perusahaan melakukan kegiatan promosi
dengan tujuan utamanya untuk mencari laba. Sedangkan menurut Tjiptono (2010:
221) bahwa tujuan dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasaran. Secara rinci ketiga tujuan promosi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menginformasikan (informing), dapat berupa:
1) Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru.
2) Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk.
3) Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
4) Menjelaskan cara kerja suatu produk.
5) Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan.
6) Meluruskan kesan yang keliru.
7) Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli.
8) Membangun citra perusahaan.
16
b. Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk:
1) Membentuk pilihan merek.
2) Mengalihkan pilihan ke merek tertentu.
3) Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk.
4) Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga.
5) Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga.
c. Mengingatkan (remainding), dapat terdiri atas:
1) Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam
waktu dekat.
2) Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan.
3) Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan.
4) Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh apda produk perusahaan.
2.3.2 Alat-alat Promosi Penjualan
Menurut Amstrong dan Kotler (2012: 71) bahwa alat-alat promosi penjualan
meliputi:
a. Alat promosi konsumen (consumer promotion tools)
Alat promosi konsumen yang diberikan oleh perusahaan berupa pembelian
Sample, kupon atauvoucher, rabat, paket harga, dll
b. Alat promosi perdagangan (trade promotion tools)
Alat promosi perdagangan dapat membujuk resellers untuk membawa merek
mempromosikan merek, dan menyalurkannya kepada konsumen, contohnya dengan
potongan harga, pemberian produk gratis dalam jumlah tertentu, dealersales contest
dan seterusnya.
c. Alat promosi bisnis (business promotion tools)
Alat promosi bisnis digunakan untuk menstimulasi peningkatan penjualan,
memberikan penghargaan kepada konsumen, serta memotivasi tenaga penjualan.
Contohnya dengan trade show dan sales contest.
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Promosi Penjualan
Amstrong dan Kotler (2012: 94) menyatakan bahwa kelebihan promosi
penjualan diantaranya adalah:
a. Langsung menarik.
b. Alat yang digunakan unik.
17
c. Pembeli langsung memperoleh hadiah yang konkret seperti kupon, barang hadiah
seperti mwg, kalender, gantungan, kunci dan lain-lain.
d. Membantu menarik calon pelanggan untuk datang ke toko.
e. Dengan kontes, demonstrasi, atau lainnya mereka berkunjung ke lokasi (gerai
atau tempat umum seperti mal).
f. Pembelian terus bertambah.
Sedangkan kekurangan dari promosi penjualan menurut Amstrong dan Kotler
(2012: 96) sebagai berikut:
a. Lebih sukar untuk mengakhiri periode promosi tanpa akibat penjualan.
b. Promosi yang mengambil lokasi di gerai dapat berakibat buruk jika
menggunakan cara dan barang-barang yang terkesan murahan dan "norak” .
c. Hanya berguna untuk menunjang alat promosi lainnya: iklan, personal selling.
dan public relation.
d. Kadangkala peritel hanyut dengan semangat mengiklankan, sehingga lupa pada
hal-hal yang lebih penting, misalnya produk yang bermutu, pelayanan yang baik,
harga yang wajar, dan lain-lain.
2.3.4 Sifat-sifat Promosi Penjualan
Sifat-sifat promosi penjualan menurut Rangkuti (2009: 61) adalah sebagai
berikut:
a. Komunikasi (communicative). Promosi penjualan mendapatkan perhatian dan
biasanya memberikan informasi yang memperkenalkan satu produk kepada
konsumen.
b. Rangsangan (Incentive). Promosi penjualan memberikan rangsangan bagi
pembeli untuk melakukan pembelian dengan segera.
c. Ajakan undangan (Invitation). Promosi penjualan mengundang calon konsumen
untuk berkunjung dan melakukan pembelian. Contoh adanya obral atau sale
mengandung banyak orang datang segera melakukan pembelian.
2.3.5 Langkah-langkah Promosi Penjualan
Promosi penjualan diperlukan adanya suatu langkah-langkan dalam
melakukan promosi penjualan. Langkah-langkah promosi penjualan menurut Saladin
(2012: 222).
a. Menentukan tujuan promosi penjualan.
18
Tujuan umum bersumber pada tujuan komunikasi pemasaran, untuk
mempercepat respon pasar yang ditargetkan. Sedangkan tujuan khusus:
1) Bagi konsumen (consumer promotion) adalah untuk mendorong konsumen agar
lebih banyak menggunakan produk, membeli produk dalam unit yang lebih besar,
mencoba merek yang dipromosikan dan untuk menarik pembeli dari merek
pesaing kepada merek yang dipromosikan
2) Bagi pengecer (trade promotion) adalah unutk membujuk pengecer agar menjual
produk baru, menimbun lebih banyak persediaan barang, mengingatkan
pembelian ketika sedang tidak musim, mengimbangi promosi dari para pesaing,
membuat pengecer agar setia pada barang yang dipromosikan, dan memperoleh
jalur pengecoran baru.
3) Bagi wiraniaga (saies force promotion) adalah untuk mendukung atas produk
atau model baru dan medorong penjualan di musim sepi.
b. Menyeleksi alat-alat promosi penjualan
Penggunaan alat-alat promosi penjualan kita harus memperhitungkan jenis
pasar, tujuan promosi, keadaaan pesaing, dan efektifitas biaya untuk setiap alat.
Secara garis besarnya terdapat tiga macam alat promosi penjualan, yaitu:
1) Alat promosi konsumen (consumer promotion tools) mencakup contoh produk
(sample), kupon, pengembalian uang tunai kemasan dengan harga potongan,
bingkisan, barang iklan khusus, hadiah pelanggan, kontes, imbalan kesetiaan,
promosi gabungan.
2) Alat promosi dagang (trade promotion tools) mencakup diskon, tunjangan, harga
diluar waktu, dan barang gratis.
3) Alat promosi bisnis (business promotion tools), terdiri dari konvensi dan pameran
dagang, kontes penjualan.
c. Menyusun program promosi penjualan.
Keputusan-keputusan dalam menyusun program promosi penjualan yaitu:
1) Besarnya insentif (the size of the insentive), yaitu menentukan insentif yang
diberikan, biasanya ditentukan minimumnya.
2) Syarat-syarat partisipasi (conditions for participation) yaitu menentukan syarat-
syarat pemberian insentif.
3) Waktu promosi (duration of promotion), yaitu menentukan jangka waktu lama
promosi, biasanya lebih baik diprogramkan untuk jangka panjang.
19
4) Wahana distribusi untuk promosi(distribution vehicle), yaitu menentukan cara
melakukan promosi dan pendistribusiannya.
5) Saat-saat promosi (timing of promotion). yaitu menentukan jadwal pelaksanaan
promosi dan pendistribusiannya.
6) Total anggaran promosi penjualan (total sales promotion) yaitu menentukan
besarnya anggaran promosi yang diperlukan.
d. Melakukan pengujian pendahuluan atas program.
Keputusan mengenai tes pengujian pendahuluan promosi penjualan dapat
dilakukan dengan menyusun berbagai peringkat promosi, atau dilakukan didaerah
tertentu yang luasnya terbatas.
e. Melaksanakan dan mengendalikan program.
Pelaksanaan promosi penjualan harus memperhitungkan waktu persiapan dan
waktu penjualan. Waktu persiapan yaitu mulai sejak persiapan program sampai saat
program diluncurkan. Sedangkan waktu penjualan yaitu mulai saat barang
dikeluarkan sampai barang tersebut berada ditangan konsumen.
f. Mengevaluasi hasil
Ada beberapa metode untuk mengevaluasi hasil promosi penjualan, yaitu:
1) Membandingkan penjualan sebelum, sewaktu dan sesudah promosi. Percobaan
mengenai berbagai macam hal, misalnya nilai insentif, jangka waktu dan media
distribusinya.
2) Percobaan mengenai berbagai macam hal, misalnya nilai insentif, jangka waktu
dan media distribusinya.
2.3.6 Dimensi Promosi Penjualan
Menurut Neha (2013) mengungkapkan beberapa dimensi promosi penjualan
adalah:
a. Coupons. Berupa potongan dalam bentuk kupon dari penjualan paket kupon pada
media online untuk waktu pendaftaran.
b. Price Pack. Membuat pilihan paket harga yang sesuai dengan produk/jasa yang
ditawarkan.
c. Free Trial. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk mencoba produk
yang ditawarkan.
d. Contest. Memberi kesempatan untuk memenangkan hadiah melalui pendaftaran
keanggotaan.
20
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
promosi penjualan merupakan insentif yang diberikan perusahaan berjangka
waktu pendek, dirancang untuk menciptakan dan meningkatkan jumlah pembeli,
yang dapat diukur dengan dimensi: coupons, price pack, fee trial, dan contest.
2.4 Kelengkapan Produk
2.4.1 Pengertian Kelengkapan Produk
Sukotjo dan Radix (2010: 64) menyatakan bahwa produk merupakan elemen
penting dalam sebuah program pemasaran. Strategi produk dapat mempengaruhi
strategi pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk bukan hanya sekedar untuk
memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Menurut Kotler (2012: 4) produk mencakup segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi
sehingga dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan.Produk mencakup barang,
jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, organisasi, informasi dan gagasan.
Perreault dan McCarthy (2009: 31) menyatakan produk merupakan pemuas
kebutuhan yang ditawarkan oleh perusahaan dan mencakup produk fisik dan jasa
atau dapat juga merupakan gabungan keduanya.. Konsumen akan memberikan kesan
yang baik terhadap suatu toko apabila toko tersebut dapat menyediakan barang yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu pengecer harus tanggap
terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Wahyu et al. (2013: 3) kelengkapan produk adalah tersedianya
semua jenis produk yang ditawarkan untuk dimiliki, dipakai atau di konsumsi oleh
konsumen yang dihasilkan oleh suatu produsen. Produk dibeli oleh konsumen karena
dapat memenuhi kebutuhan tertentu atau memberi manfaat tertentu, karakteristik
produk tidak hanya meliputi aspek fisik produk (tangible features), tetapi juga aspek
non fisik (intangible features) seperti citra dan jasa yang dapat di lihat. Dapat
disimpulkan bahwa Kelengkapan produk adalah macam-macam produk dalam artian
kelengkapan produk mulai dari merk, kualitas serta ketersediaan produk tersebut
setiap saat di toko.
Hafidzi (2013: 19) menyatakan bahwa kelengkapan produk adalah
tersedianya jenis produk yang sesuai dengan usaha yang dijalani yang ditawarkan
kepada konsumen untuk dimiliki, dipakai atau dikonsumsi konsumen.
21
Utami (2010: 162) menyatakan kelengkapan produk menyangkut
kedalaman, luas, dan kualitas produk yang ditawarkan juga ketersediaan produk
tersebut setiap saat di toko. Penyediaan kelengkapan produk (product assortment)
yang baik tidak hanya akan menarik minat tetapi dapat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk berbelanja. Hal ini memungkinkan mereka menjadi pelanggan
yang setia dan pada akhirnya dapat mencapai sasaran dan tujuan perusahaan.
Kelengkapan produk adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai
dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian, barang
kebutuhan rumah tangga, produk umum, dan lain-lain atau kombinasi) untuk
disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan harga yang sesuai untuk mencapai
sasaran toko atau perusahaan ritel (Ma’ruf, 2005: 67).
Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kelengkapan produk adalah tersedianya jenis produk yang sesuai dengan usaha yang
dijalani yang ditawarkan kepada konsumen untuk dimiliki, dipakai atau dikonsumsi
setiap saat di toko.
2.4.2 Kategori dan Tingkatan Produk
Kelengkapan produk dapat dilihat dari kategori produk yang tersedia di suatu
perusahaan retail atau swalayan. Menurut Wahyu et al. (2013: 7) pemasar membagi
produk berdasarkan proses pembelian dan penggunaannya, menjadi produk konsumsi
dan produk industri.
a. Produk konsumsi (consumption product)
Produk konsumsi merupakan barang atau jasa yang dikonsumsikan oleh
rumah tangga atau individual. Produk yang dibeli konsumen akan langsung
dikonsumsi sendiri. Produk itu tidak akan digunakan sebagai bahan baku produksi
barang lain atau dijual kembali. Berdasarkan perilaku pembelian konsumen,
konsumen digolongkan menjadi:
1) Convenience goods
Adalah barang dan jasa yang harganya relatif tidak mahal, frekuensi
pembeliannya tinggi, dan konsumen mengeluarkan sedikit usaha maupun
pertimbangan sebelum membuat keputusan pembelian.
2) Shopping goods
22
Adalah barang-barang dalam proses pemilihan dan pembelian di bandingkan oleh
konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya alat-alat rumah
tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dll.
3) Special goods
Adalah barang barang yang memiliki karekteristik atau identifikasi merek unik
dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk
membelinya misalnya mobil lamborchini, pakaian rancangan orang terkenal.
4) Unsought goods
Adalah merupakan barang-barang yang tidak di ketahui konsumen atau kalaupun
sudah di ketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk embelinya.
Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia,tanah kuburan dan sebagainya.
b. Produk Industri (Consumption product)
Adalah produk yang dipakai perusahaan untuk operasional menghasilkan
barang atau jasa. Produk industri dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti
produk instalasi, peralatan rumah tangga, persediaan, pelayanan, bahan mentah,
komponen dan lain-lain.
Menurut Tjiptono (2008: 34) ada lima tingkatan produk, yaitu:
a. Produk utama atau inti (core benefit)
Produk utama/inti (core benefit) yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan
akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. Contoh: rumah sakit
menyediakan kamar/ruang untuk pasien.
b. Produk generik
Produk generik yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang
paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi). Contoh: rumah
sakit menyediakan ranjang.
c. Produk harapan (expected product)
Produk harapan (expected product) yaitu produk formal yang ditawarkan dengan
berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati
untuk dibeli. Contoh: rumah sakit menyediakan kenyamanan dan obat-obatan
yang diharapkan pasien.
d. Produk pelengkap (augmental product)
Produk pelengkap yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi
berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan
23
dan bisa dibedakan dengan produk pesaing. Contoh: rumah sakit menyediakan
pelengkap yang lebih menyamankan konsumen seperti AC, TV, dll.
e. Produk potensial
Produk potensial yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin
dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang. Contoh: rumah sakit
membuka cabang di tempat lain.
2.4.3 Faktor Penting Pemilihan Produk yang Akan Dijual
Menurut Gilbert dalam Hafidzi (2013: 19) faktor-faktor yang
dipertimbangkan oleh suatu toko atau department store dalam memilih produk yang
dijualnya yaitu variety, width or breath, depth, consistency dan balance.
a. Variasi (Variety)
Kelengkapan produk yang dijual dapat mempengaruhi pertimbangan konsumen
dalam memilih suatu toko atau department store.
b. Lebar (Width)
Tersedianya produk-produk pelengkap dari produk utama yang ditawarkan.
Contohnya pada toko roti juga menyediakan berbagai macam minuman.
c. Panjang (Depth)
Merupakan macam dan jenis karakteristik dari suatu produk. Misalnya baju yang
dijual di Department Store tidak hanya dari 1 merek saja tetapi juga tersedia
merek-merek lainnya.
d. Konsistensi (Consistency)
Produk yang sudah sesuai dengan keinginan konsumen harus tetap dijaga
keberadaanya dengan cara menjaga kelengkapan. Kualitas dan harga dari produk
yang dijual.
e. Keseimbangan (Balance)
Berkaitan erat dengan usaha untuk menyesuaikan jenis dan macam-macam
produk yang dijual dengan pasar sasarannya. Jenis produk pengecer pun harus
cocok dengan harapan konsumen, di samping itu pilihan produk menjadi unsur
penting dalam ajang persaingan diantara pengecer. Oleh karena itu, pengecer
harus menyusun strategi produk yang berbeda beda.
2.4.4 Atribut Produk
24
Menurut Kotler dan Armstrong (2009: 214) beberapa atribut yang menyertai
dan melengkapi produk (karakteristik dari atribut produk) adalah:
a. Merek (Branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari semua ini yang mana dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk
atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Nama merek
yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada produk.
b. Pengemasan (Packing)
Pengemasan (packing) adalah suatu kegiatan merancang dan membuat wadah
atau pembungkus dari suatu produk.
c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk
melaksanakan fungsinya yang mana meliputi daya tahan keandalan, ketepatan,
kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk
meningkatkan kualitas dari produk, maka perusahaan dapat menerapkan program
“Total Quality Management (TQM)”. Pengertian dari Total Quality Management
sendiri ialah sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali (right first
time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan
memotivasi karyawan. Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas
total adalah untuk meningkatkan nilai konsumen.
2.4.5 Tingkatan Produk
Menurut Harrel (2008) produk secara keseluruhan disebut produk total yang
dibagi menjadi tiga tingkatan yang harus diperhatikan oleh perencana produk. Ketiga
tingkatan yang membentuk konsep produk adalah:
a. Produk Inti (Core Product)
Produk inti (core product) manfaat inti untuk memecahkan masalah yang
dicari pelanggan ketika membeli suatu produk, baik barang atau jasa.
b. Produk Aktual (Branded Product)
Produk aktual (branded product) adalah produk yang ditambah dengan
karakteristik tertentu yang dapat membedakan produk dengan produk lainnya yang
serupa. Perbedaan yang ada dapat dilihat dari lima atribut produk yaitu kualitas, sifat,
rancangan, merek, dan kemasan produk.
25
c. Produk Tambahan (Augmented Product)
Produk tambahan (Augmented product) adalah karakteristik produk yang
telah ditingkatkan nilainya, melebihi nilai yang terdapat pada produk inti dan produk
aktual. Produk tambahan dapat berupa perbaikan dan pelayanan, jasa pengiriman,
pemasangan, garansi pelayanan purna jual dan kemudahan pembayaran.
Tingkat produk selanjutnya yang dijelaskan lebih dalam oleh Kotler (2012: 4)
dijabarkan dalam lima tingkatan produk, yaitu keuntungan inti (core benefit), produk
mendasar (basic product), produk yang diharapkan (expected product), produk
tambahan (augmented product) dan produk potensial (potential product).
1) Tingkatan paling mendasar pada produk yaitu, yaitu keuntungan inti adalah
manfaat dari membentuk produk atau keuntungan mendasar dibeli oleh
pelanggan.
2) Pada tingkatan kedua pemasar menyadari kebutuhan pelanggan dan memenuhi
kebutuhan dengan menyediakan produk mendasar seperti ruang hotel dimana
terdapat tempat tidur, lemari pakaian, handuk, dan lain-lain.
3) Tingkatan ketiga pemasar menyediakan produk oleh pelanggan atau seperangkat
atribut dan kondisi dimana diharapkan oleh pelanggan saat membeli produk
pemasar. Pada contoh hotel, pelanggan biasanya mengharapkan tempat tidur
yang bersih, kamar mandi yang bersih, suasana yang nyaman, pengkondisian
udara yang sesuai dan lain-lain. Tingkatan expected product ini apabila dapat
dipenuhi sepenuhnya oleh pemasar, maka dapat memuaskan pelanggan.
4) Pada tingkatan keempat, pemasar mempersiapkan produk tambahan lebih dari
apa yang diharapkan pelanggan.
5) Pada tingkatan terakhir pemasar melakukan usaha untuk memuaskan pelanggan
ke taraf yang lebih tinggi (delight) dengan meningkatkan segala sesuatu secara
potensial dapat dilakukan atas produk. Kesuksesan perusahaan dalam
menambahkan keuntungan pada produk yang ditawarkan tidak hanya
memuaskan pelanggan tapi juga membuat surprise dan membuat pelanggan
merasa puas.
2.4.6 Dimensi Kelengkapan Produk
Raharjani dalam Hafidzi (2013: 20) mengemukakan variabel kelengkapan
produk meliputi keragaman barang yang dijual di pasar swalayan dan ketersediaan
barang-barang tersebut di pasar swalayan. Dimensi dari kelengkapan produk, yaitu:
26
a. Keragaman produk yang dijual
Keragaman produk yang dijual merupakan macam-macam produk dalam artian
kelengkapan produk mulai dari barang-barang kebutuhan sehari-hari sampai pada
kebutuhan yang dipakai secara berkala.
b. Variasi produk yang dijual
Varasi produk yang dijual merupakan produk-produk yang dijual yang bervariasi
sehingga memberikan alternatif pilihan bagi konsumen dalam menentukan
pilihannya.
c. Ketersediaan produk yang dijual
Ketersediaan produk yang dijual merupakan ketersediaan produk-produk yang
dijual yang dapat diperoleh pada setiap saat di toko tersebut.
d. Macam merek yang tersedia
Berkaitan erat dengan usaha untuk menyesuaikan macam-macam produk dengan
merek yang bervariasi yang dijual dengan pasar sasarannya.
Berdasarkan uraian beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
kelengkapan produk adalah tersedianya jenis produk yang sesuai dengan usaha yang
dijalani yang ditawarkan kepada konsumen untuk dimiliki, dipakai atau dikonsumsi
setiap saat di toko, yang dapat diukur dengan dimensi: keragaman produk, variasi
produk, ketersediaan produk, dan macam-macam merek yang tersedia.
2.5 Gaya Hidup
2.5.1 Pengertian Gaya Hidup
Kotler (2012: 189) menyatakan gaya hidup seseorang adalah pola hidup
seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat
dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Gaya hidup melukiskan keseluruhan pribadi
yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup mencerminkan sesuatu yang
lebih dari kelas sosial di satu pihak dan kepribadian di pihak lain.
Menurut Setiadi (2010: 77) gaya hidup secara luas sebagai cara hidup yang
diidentifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa
yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan) apa dan apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya (pendapat). Gaya
hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat lainnya, bahkan dari masa
ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat.
27
Engel et al. (2004: 383) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola di mana
orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi
konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel lain.
Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen.
Prasetijo (2005: 56) menyatakan gaya hidup adalah pola hidup seseorang
dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan
pendapat (opini) yang bersangkutan yang dapat melukiskan keseluruhan pribadi
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup konsumen dapat berubah,
akan tetapi perubahan ini bukan disebabkan oleh berubahnya kebutuhan. Kebutuhan
pada umumnya, tetap seumur hidup, setelah sebelumnya dibentuk di masa kecil.
Perubahan itu terjadi karena nilai-nilai yang dianut konsumen dapat berubah akibat
pengaruh lingkungan.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara untuk mengelompokkan konsumen
secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang
menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama
kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama
keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki
dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan.
Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan
pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Memahami kepribadian tidaklah lengkap jika
tidak memahami konsep gaya hidup. Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan
lebih mudah terukur dibandingkan kepribadian. Gaya hidup didefinisikan sebagai
pola di mana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup
adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan yang dapat
melukiskan keseluruhan pribadi dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh
individu seprti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-
barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
28
Amstrong dalam Nugraheni (2013: 15) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang adalah sikap, pengalaman dan pengamatan,
kepribadian, konsep diri, motif, persepsi, kelompok referensi, kelas sosial, keluarga,
dan kebudayaan.
a. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman
dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat
dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan, dan lingkungan sosialnya.
b. Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,
pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya di masa lalu dan dapat
dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari
pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
c. Kepribadian
Kepribadian adlaah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku
yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.
Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk
menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek.
Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu
objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku
individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman
dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika
motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk
gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
f. Persepsi
Persepsi adalah proses di mana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti
mengenai dunia.
29
g. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang
memberikan pengaruh langsung adalah kelompok di mana individu tersebut menjadi
anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh
tidak langsung adalha kelompok di mana individu tidak menjadi anggota di dalam
kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada
perilaku dan gaya hidup tertentu.
h. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan
lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para
anggota dalam setiap jenjang itu memiliki minat, dan tingkah laku yang sama. Ada
dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu
kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seesorang dalam
lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini
dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena
kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia
menjalankan suatu peranan.
i. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap
dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan
anak yang secara tidak lagnsung mempengaruhi pola hidupnya.
j. Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari sesuatu yang dipelajari dari pola-pola
perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep
diri, motif, dan persepsi. Sedangkan faktor eksternal meliputi kelompok referensi,
kelas sosial, keluarga, dan kebudayaan.
30
2.5.3 Dimensi Gaya Hidup
Prasetijo (2005: 56) menyatakan bahwa beberapa dimensi dari gaya hidup
meliputi:
a. Aktivitas (Activities)
Aktivitas meliputi apa yang dilakukan konsumen menghabiskan waktunya.
Dikatakan oleh Hughes, Ginnet dan Curphy dalam Fazriach (2011) dimensi ini
berkaitan dengan values yang dianut oleh seseorang seperti motives, values dan
preferences inventory.
b. Minat (Interest)
Minat meliputi bagaimana konsumen memilih sesuatu yang dianggap penting
(preferensi dan prioritas) baginya dan hal ini berkaitan dengan motivasi.
c. Opini (Opinions)
Opini merupakan pandangan dan perasaan konsumen terhadap dirinya atau
orang lain serta terhadap dunia sekitarnya yang dapat dihubungkan dengan persepsi
(Fazriach: 2011). Persepsi disini meliputi proses dari individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan yang ditangkap oleh sensori mereka yang
memunculkan dampak pada nilai, pengalaman, pendidikan, dan lainnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup
adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan yang dapat
melukiskan keseluruhan pribadi dalam berinteraksi dengan lingkungannya, yang
dapat diukur dengan dimensi: aktivitas, minat, dan opini.
2.6 Minat Pembelian Ulang
2.6.1 Pengertian Minat Pembelian Ulang
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh
cukup besar terhadap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan
mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan.
Minat pembelian merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap
mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor dalam Husein (2010: 45) bahwa minat
membeli adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap
mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan
membeli benar-benar dilaksanakan.
31
Kotler dan Keller (2012: 244) berpendapat bahwa setelah konsumen membeli
produk tersebut, konsumen bisa puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku
pasca pembelian. Pelanggan yang puas akan kembali membeli produk, memuji
produk yang membelinya di hadapan orang lain, sedikit menarik perhatian pada
merek dan iklan pesaing dan membeli produk lain dari perusahaan yang sama.
Hawkins (2007: 179) menjelaskan bahwa niat pembelian ulang adalah
kegiatan pembelian yang dilakukan konsumen setelah mereka melakukan pembelian
yang pertama kali dari produk maupun jasa yang dilakukan secara berulang pada
jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif
terhadap suatu produk barang/jasa, didasarkan pada pengalaman yang telah
dilakukan dimasa lampau.
Menurut Suryani (2008: 131) bahwa melakukan pembelian secara teratur
(pembelian ulang) adalah pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk
sebanyak dua kali atau lebih secara teratur.
Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan oleh
konsumen dengan minat beli ulang. Minat beli ulang adalah kecenderungan
pembelian di masa datang. Meskipun pembelian tersebut belum tentu dilakukan
dimasa mendatang, namun pengukuran terhadap kecenderungan pembelian
umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian itu sendiri.
Abdullah dan Tantri (2013: 112) menyatakan bahwa titik tolak memahami
pembeli adalah model rangsangan-tanggapan (stimulus-response model) apa yang
didengar oleh telinga apa yang dilihat oleh mata apa yang dicium oleh hidung itulah
yang disebut stimulus. Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke dalam
kesadaran pembeli. Karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembeli
menghasilkan keputusan pembelian tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai minat beli ulang di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang merupakan kegiatan pembelian yang
dilakukan konsumen setelah mereka melakukan pembelian yang pertama kali dari
produk maupun jasa yang dilakukan secara berulang pada jangka waktu tertentu.
2.6.2 Tipe-tipe Minat Beli Ulang
Riset Akhter (2010) menyatakan bahwa kepuasan tidak secara langsung
berhubungan dengan repurchase, tetapi kepuasan akan mempengaruhi lagi bahwa
tidak salah bahwa kepuasan konsumen berpengaruh pada pembelian ulang jika
32
dilihat dari riset psikologi dimana satisfaction mendorong intentions dan intentions
mendorong behavior. Semakin banyak pengalaman seseorang terhadap suatu merek
atau produk maka akan semakin banyak pembelian ulang yang terjadi terhadap
produk yang mendapat evaluasi baik.
Pembelian ulang juga tidak dapat dikatakan sebagai loyalitas sampai diteliti
lebih dalam. Alfansi (2010: 160) dalam bukunya memberikan bagan tipe-tipe
pembelian ulang yang nantinya mengacu pada loyalitas produk.
Gambar 2.1
Tipe-Tipe Pembelian Berulang Mengacu Pada Loyalitas Produk
Sumber: Alfansi (2010: 160)
a. True Loyalty
Konsumen yang berada di bagian ini adalah konsumen yang memiliki
keterikatan tinggi terhadap perusahaan atau penyedia jasa dan juga tingkat pembelian
ulang yang tinggi.
b. Latent Loyalty
Tipe konsumen ini bisa dikatakan yang mempunyai daya beli rendah atau
light user tipe ini ditandai dengan konsumen yang mempunyai keterikatan bagus atau
positif terhadap perusahaan atau penyedia jasa namun memiliki tingkat pembelian
ulang yang rendah.
c. Spurious Loyalty
33
Tipe ini adalah dimana tingkat keterikatan rendah terhadap penyedia jasa atau
perusahaan namun memiliki tingkat pembelian ulang tinggi. Di sini konsumen
sepintas terlihat loyal terhadap perusahaan namun yang sebenarnya adalah konsumen
enggan berpindah karena faktor-faktor lain contohnya: faktor jarak dan biaya
berpindah produk.
d. No Loyalty
Tipe ini adalah dimana tidak adanya keterikatan yang tinggi terhadap
perusahaan atau penyedia jasa dan juga tidak adanya tingkat pembelian ulang yang
tinggi. Bisa dikatakan perusahaan gagal mengkomunikasikan produk dengan baik
atau konsumen salah memilih produk.
2.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Ulang
Menurut Kotler (2012: 145), ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi
minat seseorang untuk melakukan pembelian ulang, yaitu:
a. Faktor psikologis
Meliputi pengalaman belajar individu tentang kejadian di masa lalu, serta
pengaruh sikap dan keyakinan individu. Pengalaman belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu perubahan perilaku akibat pengalaman sebelumnya. Timbulnya minat
konsumen untuk melakukan pembelian ulang sangat dipengaruhi oleh pengalaman
belajar individu dan pengalaman belajar konsumen yang akan menentukan tindakan
dan pengambilan keputusan membeli. Hal ini dapat dipelajari dari beberapa teori
berkut ini:
1) Teori stimulus respon
Berdasarkan teori stimulus respon dari B.F Skinner, dapat
disimpulkan bahwa konsumen akan merasa puas jika mendapatkan produk, merek,
pelayanan yang menyenangkan. Dan sebaliknya jika produk, merek dan layanan
diperoleh konsumen dengan tidak menyenangkan, akan menjadikan konsumen
merasa tidak puas.
2) Teori Kognitif
Berdasarkan teori kognitif dari Heider & Festinger, perilaku
kebiasaan merupakan akibat dari proses berpikir dan orientasi dalam mencapai suatu
tujuan. Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa keputusan konsumen sangat
dipengaruhi oleh memorinya terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lampau, masa
sekarang dan masa yang akan datang.
34
3) Teori Gestalt dan Teori Lapangan
Berdasarkan teori Gestalt dan teori lapangan, dapat disimpulkan bahwa
faktor lingkungan merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh pada minat
konsumen untuk mengadakan suatu pembelian. Penggunan objek secara keseluruhan
akan lebih baik daripada hanya bagian- bagiannya saja. Misalnya, melayani pembeli
secara “sempurna”, dari awal konsumen masuk pada suatu rumah makan sampai
pada saat ia meninggalkan rumah makan tersebut, akan meninggalkan penilaian
positif dimata konsumen. Dalam hubungan dengan minat beli ulang, sikap dan
keyakinan individu akan pelayanan sebelumnya sangat berpengaruh dalam
menentukan apakah individu tersebut suka dengan apa yang ditampilkan
sebelumnya, atau sebaliknya, individu memilih untuk mencari tempat makan lain
yang dapat memenuhi seleranya.
b. Faktor Pribadi
Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan
pengambilan keputusan dalam membeli. Oleh karena itu, peranan pramuniaga toko
penting dalam memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen. Faktor pribadi
ini termasuk di dalamnya konsep diri. Konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara
kita melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran tentang
upah yang kita pikirkan. Dalam hubungan dengan minat beli ulang, produsen perlu
menciptakan situasi yang diharapkan konsumen. Begitu pula menyediakan dan
melayani konsumen dengan produk dan merek yang sesuai dengan yang diharapkan
konsumen.
c. Faktor Sosial
Mencakup faktor kelompok anutan (small reference group). Kelompok
anutan didefinisikan sebagai suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap,
pendapat, norma dan perilaku konsumen. Kelompok anutan ini merupakan kumpulan
keluarga, kelompok atau orang tertentu. Dalam menganalisis minat beli ulang, faktor
keluarga berperan sebagai pengambil keputusan, pengambil inisiatif, pemberi
pengaruh dalam keputusan pembelian, penentu apa yang dibeli, siapa yang
melakukan pembelian dan siapa yang menjadi pengguna. Menurut Kotler (2007:
158) mengatakan anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling
berpengaruh. Pengaruh kelompok acuan terhadap minat beli ulang anatara lain dalam
menentukan produk dan merek yang mereka gunakan yang sesuai dengan aspirasi
35
kelompoknya. Keefektifan pengaruh niat beli ulang dari kelompok anutan sangat
tergantung pada kualitas produksi dan informasi yang tersedia pada konsumen.
Menurut Devlin yang disadur oleh Hadi, Sumarto (2010) dalam jurnal
yang berjudul “Pentingnya Brand Loyalty terhadap Minat Beli Ulang”
menyebutkan bahwa: Customer service merupakan salah satu strategi positioning.
Customer service dan customer communication decision merupakan salah satu
indikator strategi positioning. Pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan bisa di
lihat dari cara penyampaian karyawan kepada pelanggan, bila pelanggan tidak
merasa kesulitan untuk mendapat fasilitas layanan maka pelanggan akan balik lagi
berkunjung dan akan memilih tempat tersebut untuk arena kunjungan mereka.
2.6.4 Dimensi Minat Pembelian Ulang
Menurut Hawkins (2007: 97) menjelaskan beberapa dimensi minat pembelian
ulang, yaitu:
a. Keinginan untuk menggunakan produk yang sama.
Pelanggan yang memiliki komitmen pada umumnya lebih mudah menerima
perluasan lini produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Kesesuaian
antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan akan memberikan
kepuasan bagi pelanggan dan menghasilkan minat konsumen untuk
menggunakannya kembali di waktu yang akan datang.
b. Pembelian ulang berdasarkan evaluasi produk yang baik
Proses evaluasi konsumen sangat menentukan tingkah motivasi pembelian ulang
terhadap suatu merek. Motivasi tersebut akan menimbulkan keinginan pembelian
ulang untuk memenuhi setiap kebutuhannya atau meningkatkan jumlah
pembeliannya, dan menghasilkan komitmen untuk menggunakan kembali merek
tersebut dimana keinginan itu berkaitan dengan psikologi konsumen.
c. Mereferensikan produk tersebut ke orang lain
Pelanggan yang merasa puas dan menjadi pelanggan yang berkomitmen juga
dapat menjadi sumber rekomendasi positif (positive word-of-mouth) bagi
konsumen lainnya terhadap merek tersebut.
Berdasarkan uraian beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa niat
pembelian ulang adalah kegiatan pembelian yang dilakukan konsumen setelah
mereka melakukan pembelian yang pertama kali dari produk maupun jasa yang
36
dilakukan secara berulang pada jangka waktu tertentu, dapat diukur melalui dimensi:
keinginan, pembelian ulang, dan mereferensikan produk.
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut ini diuraikan penelitian terdahulu yang relevan yang terkait dengan
pengaruh antar variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini, diantaranya:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu yang Relevan
No Judul Peneliti, Vol.
Tahun Metode Hasil
1 Pengaruh Promosi
dan Harga Terhadap
Minat Beli
Pelanggan Indihome
di Provinsi DKI
Jakarta
Ismail Razak,
ISSN: 2338-4794
Vol.4 No.2 Mei
2016
Statistik
deskriptif,
korelasional
Pengaruh promosi
terhadap minat beli
pelanggan diperoleh
persamaan garis
regresi: Y = 8,479 +
0,611X1 dengan
koefisien determinasi
sebesar 0,738 artinya
promosi memberikan
kontribusi kepada
minat beli pelanggan
sebesar 73,8%, sisanya
sebesar 26,2%
disumbangkan faktor
lainnya
2 Pengaruh Lokasi,
Kelengkapan Produk,
Kualitas Produk,
Pelayanan, Harga,
dan Kenyamanan
Berbelanja Terhadap
Minat Beli Ulang
Konsumen Pada
Lotte Mart Bekasi
Rahmi Rosita,
Jurnal Ilmiah
Widya
Ekonomika, ISSN:
2337-6686, Vol. 1
No.2 November
2016
Statistik
deskriptif,
korelasional
Pengaruh kelengkapan
produk terhadap minat
beli konsumen
diperoleh nilai thitung
1,992 > ttabel 1,661 dan
nilai signifikansi 0,049
< 0,050 artinya
variabel kelengkapan
produk berpengaruh
37
No Judul Peneliti, Vol.
Tahun Metode Hasil
Junction positif dan signifikan
terhadap minat beli
ulang konsumen.
3 Pengaruh Gaya
Hidup, Promosi,
dan Kualitas Produk
Terhadap
Keputusan
Pembelian Pada
Cosmic
Debora Kaharu,
Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen,
ISSN: 2461-0593,
Vol.5 No.3, Maret
2016
Statistik
deskriptif,
korelasional
Pengaruh promosi
terhadap keputusan
pembelian diperoleh
nilai thitung 5,688
dengan sig 0,009 <
0,05 artinya bahwa
promosi berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap keputusan
pembelian. Pengaruh
gaya hidup terhadap
keputusan pembelian
diperoleh nilai thitung
4,674 dengan sig 0,000
< 0,005 artinya bahwa
gaya hidup
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
keputusan pembelian
pelanggan.
3 The Role of Retail
Image And
Customer Trust on
Purchase Intention
of Private Label
Product
Eri Besra, Dwi
Kartini, Meydia
Hasan,
International
Journal of
Scientific &
Technology
Research Vol. 4,
Issue 05, May
2015
Structural
equation
modelling
The model showed a
significant effect of
retail image on
customer trust and
purchase intentions of
private label products
4 The Relationship Farbodsouri, Descriptive The results of the
38
No Judul Peneliti, Vol.
Tahun Metode Hasil
Between Internal
Motivation And
Customer
Satisfaction of
Posthaste Purchase
International
Journal of
Scientific &
Technology
Research, Vol.6,
Issue 06, June
2017
statistics
and
inferential
statistics
analysis showing the
existence of a
significant and positive
impact of internal
motivation on customer
satisfaction of
posthaste buying
5 Retail Shoppability:
The Impact Of Store
Atmospherics &
Store Layout On
Consumer Buying
Patterns
Priyanka Singh,
Neha Katiyar,
Gaurav Verma,
International
Journal of
Scientific &
Technology
Research, Vol. 3,
Issue 8, August
2014
Empirical
analysis
The model showed a
significant influence
made by Product
Display (range of
products) to encourage
customer’s buying
decisions
6 Customer
Perception On
Products, Pricing,
Service Quality,
Towards
Customer’s Quality
Relationships And
Loyalty Of Domestic
Airlines, Indonesia
Hasniaty,
International
Journal of
Scientific &
Technology
Research Vol. 4,
Issue 12,
December 2015
Structural
equation
The results of this
studyis theoretical
findings suggests that
the product (range of
product) has a
significant positive
effect on trust,
customer satisfaction
and loyalty
7 Analysis And
Mathematical
Modeling Of
Consumer Behavior
In Mobile
Telecommunications
Industry
Saranga
Gunasekara,
International
Journal of
Scientific &
Technology
Research, Vol. 4,
Linear
regression
The result showed that
promotions have the
potential to provide an
additional incentive or
push to potential
consumers in order to
make them more
39
No Judul Peneliti, Vol.
Tahun Metode Hasil
Issue 06, June
2015
enthusiastic about
purchasing the product
or service
2.8 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menguji pengaruh variabel promosi penjualan, kelengkapan
produk, dan gaya hidup secara parsial maupun secara simultan terhadap terhadap
minat beli ulang. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian
Promosi Penjualan (Variabel X1)
1. Coupons
2. Price Pack
3. Free Trial
4. Contest
Kelengkapan Produk
(Variabel X2)
1. Keragaman
produk
2. Variasi produk
3. Ketersediaan
produk
4. Macam merek
Gaya Hidup
(Variabel X3)
1. Aktivitas
(activities)
2. Minat (interest)
3. Opini (Opinions)
Minat Pembelian Ulang (Variabel Y)
1. Keinginan
2. Pembelian ulang
3. Mereferensikan
produk.
H1
H2
H3
H4
40
2.9 Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara atau pendapat yang masih
lemah sehingga perlu dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2009: 93). Adapun
hipotesis yang digunakan adalah:
1. H1 : Ada pengaruh positif dan signifikan promosi penjualan terhadap minat
pembelian ulang di Hero Supermarket Mall Taman Anggrek.
2. H2 : Ada pengaruh positif dan signifikan kelengkapan produk terhadap minat
pembelian ulang di Hero Supermarket Mall Taman Anggrek.
3. H3 : Ada pengaruh positif dan signifikan gaya hidup terhadap minat pembelian
ulang di Hero Supermarket Mall Taman Anggrek.
4. H4 : Ada pengaruh positif dan signifikan promosi penjualan, kelengkapan
produk, dan gaya hidup secara simultan terhadap minat pembelian ulang
di Hero Supermarket Mall Taman Anggrek.