BAB 2 LANDASAN TEORI - dewey.petra.ac.id
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - dewey.petra.ac.id
4 Universitas Kristen Petra
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Inspeksi
Inspeksi yaitu memantau hasil proyek tertentu untuk menentukan apakah
hasil proyek tersebut memenuhi standar kualitas yang sesuai dan megidentifikasi
cara untuk menghilangkan penyebab kinerja yang tidak memuaskan (Project
Management Institute, 2000).
Inspeksi adalah salah satu elemen yang paling penting dari konstruksi
dan kontrak. Tujuan inspeksi adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan
kontraktor sesuai dengan persyaratan kontrak (Brien, 2004).
2.2. Awal Mula Terbentuknya Baja
Diperkirakan, besi telah dikenal manusia kira-kira tahun 1200 SM. Pada
zaman tersebut, manusia berpikir ingin memiliki sebuah benda yang kokoh, bertahan
lama dan ekonomis sebagai pengganti benda-benda yang selama itu dimanfaatkan
dari alam sekitar seperti kayu dan batuan. Penemuan ini dikembangkan sesuai dengan
berkembangnya zaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat terhadap
benda yang lebih kuat dan kokoh. Kemudian timbullah pemikiran untuk membuat
benda yang dinamakan baja sebagai hasil pengembangan dari pembuatan besi.
(Cakrawala, 2003-2004).
Dengan ditemukannya bahan ini maka tampaklah bahwa semua material
bangunan yang telah dikenal dan dipakai dalam konstruksi pada umumnya
mempunyai beberapa kekurangan bila dibandingkan dengan material baja, seperti
misalnya terlalu lemah (kayu), terlalu besar volumenya (batu), terlalu temporer (tanah
liat dan bagian-bagian pohon) atau kurang mempunyai daya tahan terhadap kekuatan
tarik dan terlalu getas terhadap lenturan, seperti batu dan beton. (Amon, Knobloch, &
Mazumder, 1988).
2.3. Baja Dalam Dunia Konstruksi
Konstruksi baja adalah kontruksi yang menggunakan material baja sebagai
struktur utamanya. Contoh dari bangunan konstruksi baja ini adalah gedung,
5 Universitas Kristen Petra
auditorium, teater, gereja, jembatan, stadion, tower, gudang dan lain-lain.
(Peurifoy, 1975).
Material baja sebagaimana diketahui dewasa ini merupakan salah satu
material yang banyak digunakan pada banyak bangunan, baik itu untuk struktur
gedung, jembatan, ataupun untuk bangunan industry. Salah satu keuntungan baja
adalah keseragaman bahan dan sifat-sifatnya yang dapat diduga secara cukup
tepat. Kestabilan dimensional, kemudahan pembuatan, dan cepatnya pelaksanaan
juga merupakan hal-hal yang menguntungkan dari struktur baja ini. Kerugian dari
material ini adalah mudahnya mengalami korosi dan berkurangnya kekuatan baja
pada temperature tinggi. (Soedarsono, 2001).
Pembangunan atau pelaksanaan struktur baja pada umumnya melibatkan
berbagai tahap. Tahapan pembangunan dari struktur baja untuk setiap proyek
mempunyai urutan yang berbeda-beda, sangat tergantung dari volume pekerjaan,
ruang lingkup, jenis konstruksi, metode konstruksi dan lain sebagainya. Pada
umumnya urutan pembangunannya diawali dengan proses desain (engineering) yang
dilanjutkan dengan proses pendetailan, fabrikasi dan ereksi (Spiegel et al, 1991).
2.4. Fabrikasi Struktur Baja
Pengertian fabrikasi struktur baja secara umum adalah suatu proses
pembuatan komponen-komponen struktur baja dari bahan profil baja.
Pelaksanaan proses fabrikasi dapat dilakukan di dalam pabrik dan di luar
pabrik yaitu di lapangan dimana proyek konstruksi berlangsung (Gunadhi,
2003).
Fabrikasi struktur baja umumnya dilakukan di workshop terutama untuk
skala proyek yang cukup besar. Tahapan fabrikasi untuk struktur baja sebagai
berikut (Schfly, 1998):
1. Penandaan material baja.
2. Pemotongan material baja.
3. Pembuatan lubang.
4. Pengelasan.
5. Pengecatan.
6 Universitas Kristen Petra
2.4.1 Inspeksi Fabrikasi Baja
Inspeksi pada fabrikasi memastikan bahwa persyaratan yang ditentukan
berkaitan dengan bahan dan pengerjaan terpenuhi. Baja yang telah dibuat
diperiksa baik oleh inspektor dan oleh pembeli (Australian Institude of Steel
Construction, 1987).
Dari beberapa literatur didapatkan hal-hal yang perlu diinspeksi dalam
fabrikasi baja, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Literatur Inspeksi Fabrikasi Baja
FABRIKASI
Faktor Inspeksi
Taylor,
2006
Departemen
PU, 1982
Darmawan,
1978
Departemen
PU, 1974
Departemen
Permukiman,
2002
Brien,
J.O.,
2004
AISC,
1980
SNI,
2000
Profil Baja
Ukuran Profil √ √ √ √ √ √ √
Kesikuan √ √ √ √ √ √ √
Kelurusan √ √ √ √ √ √ √
Keutuhan √ √ √ √ √
Kerapian pemotongan √
√ √ √
Karat √
√ √
Sambungan Las
Posisi Las √ √ √ √ √
Panjang Las √ √ √ √ √ √
Keserasian tebal
√ √ √
Kelekatan √ √ √ √
Retak √ √ √ √
Lolos Pengujian √ √ √
√
Sambungan Baut
Diameter Lubang √ √ √
√ √ √
Jumlah Lubang √
√
√ √
Posisi Lubang √ √ √
√ √ √
Kerapian Lubang √ √ √ √ √
Kebersihan Lubang √
√
√
Proses Penyimpanan
Tempat Penyimpanan √
√
√
Finishing
Proteksi Karat √ √
√
√ √
Pengecatan √ √
√
√
√ = ada di dalam literatur
7 Universitas Kristen Petra
2.4.2. Identifikasi Bahan Berdasarkan SNI 03-1729-2000
Sebagai panduan bagi fabrikator baja di pabrik, terdapat beberapa
tahapan pengidentifikasian yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan
dalam menerima atau menolak bahan. Ketentuan pengidentifikasian tesebut
diantaranya, yaitu :
a. Bebas dari cacat permukaan.
b. Sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak mengurangi
kekuatan dan kemampuan strukturnya.
2.4.3. Toleransi pada Material Baja Berdasarkan SNI 03-1729-2000
Pada persyaratan fabrikasi ini terdapat beberapa ketentuan toleransi yang
lebih mendetail mengenai penampang dari material baja. Toleransi ini lebih
mengarah pada toleransi material secara utuh. Toleransi tersebut diantaranya
mengenai:
a. Tinggi penampang (d) (lihat Gambar 2.1.):
untuk d<400 mm, ± 3.0 mm
untuk 400≤d<600 mm ± 4,0 mm
untuk d≥600 mm, ± 5,0 mm
b. Lebar sayap ( bf) (lihat Gambar 2.1.):
untuk semua bf ± 3,0 mm
c. Tebal sayap ( tf) (lihat Gambar 2.1.):
untuk tf<16 mm, ± 1,5 mm
untuk 16≤ tf<25 mm, ± 2,0 mm
untuk 25≤ tf<40 mm, ± 2,5 mm
untuk tf≥40 mm, ± 3,0 mm
d. Tebal badan (tw) (lihat Gambar 2.1.):
untuk tw <16 mm, ± 1,0 mm
untuk 16≤tw<25 mm, ± 1,5 mm
untuk 25≤tw<40 mm, ± 2,0 mm
8 Universitas Kristen Petra
untuk tw≥40 mm, ± 2,5 mm
Gambar 2.1. Toleransi Pada Suatu Penampang Melintang.
Sumber: SNI 03-1729-2000
e. Kesikuan Material
Dalam persiapan material perlu diperhatikan juga mengenai kesikuan
material. Beberapa peraturan yang mengatur mengenai kesikuan material,
diantaranya :
• Bentuk kesikuan batang baja dan toleransi penyimpangan ‘k’ untuk baja I
tertera di Tabel 2.2. : (SK-SNI S-05-1989-F Spesifikasi Bahan Bangunan
dari Logam Besi/Baja)
Tabel 2.2. Tabel Kesikuan dan Toleransi Penyimpangan untuk Baja I
9 Universitas Kristen Petra
• Untuk baja kanal seperti tertera di Tabel 2.3. : (SK-SNI S-05-1989-F
Spesifikasi Bahan Bangunan dari Logam Besi/Baja)
Tabel 2.3. Tabel Kesikuan dan Toleransi Penyimpangan untuk Baja Kanal
• Untuk baja siku seperti tertera di Tabel 2.4. : (SK-SNI S-05-1989-F
Spesifikasi Bahan Bangunan dari Logam Besi/Baja)
Tabel 2.4. Tabel Kesikuan dan Toleransi Penyimpangan untuk Baja Siku
f. Kelurusan Material
Dalam persiapan material perlu diperhatikan mengenai kelurusan
material.Penyimpangan kelurusan atau kelengkungan yang diijinkan adalah q dan
besarnya adalah:
• Tinggi badan nominal (h) (lihat Gambar 2.3.):
untuk h≤300 mm, nilai q yang diijinkan 0,2% x L
untuk >300 mm, nilai q yang diijinkan 0,15% x L
10 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.2. Penyimpangan Kelurusan
2.4.4. Pemotongan Meterial
Pemotongan dapat dilakukan dengan menggunakan gunting (shearirtg),
mesin cropping, gergaji (sawing) atau menggunakan api (flame cutting). Bekas
potongan pada ujung material harus dihaluskan dengan digerinda (Australian
Institude of Steel Construction, 1987).
2.4.5. Sambungan Las
Pengelasan dapat dibagi menjadi bermacam-macam tipe sambungan
(Gambar 2.3.), yaitu (Wiryosumarto et al, 1985) :
1. Sambungan Tumpul
2. Sambungan T & Silang
3. Sambungan Sudut
4. Sambungan dengan penguat
5. Sambungan sisi
6. Sambungan tumpang
Persyaratan-persyaratan untuk pekerjaan pengelasan menurut American
Welding Sociely (AWS):
a) Bentuk akhir las harus bebas dari cacat seperti retak, penetrasi yang tidak
sempurna, terak dan lubang udara.
b) Proses pengelasan harus dilakukan dibawah kontrol supervisor las dengan
memperhatikan faktor-faktor arus listrik, voltase listrik, kecepatan las, aliran gas
dan temperatur yang sesuai jenis pengelasan yang akan diterapkan.
11 Universitas Kristen Petra
c) Dalam pengelasan harus dipertimbangkan urutan pengelasan untuk mengurangi
penyusutan dan perubahan bentuk akibat pengelasan.
d) Bila selama proses pengelasan ditemukan retak pada las maka proses
pengelasan harus dihentikan dan dapat dilanjutkan kembali bila bagian retak
sudah dihilangkan.
Sedangkan untuk panjang bersih sambungan las sudut sekurang-kurangnya
40 mm (Departemen Pekerjaan Umum, 1974).
Gambar 2.3. Jenis-jenis Sambungan Dasar
Sumber: Wiryosumarto, Harsono & Okumura, Toshie, Teknologi pengelasan
logam (cetakan ketiga), 1985, p.157.
2.4.6. Pelubangan Berdasarkan SNI 03-1729-2000
Pada proses pelubangan, suatu lubang bundar untuk baut dapat
dihasilkan dengan cara dibor ukuran penuh, atau di-pons/ di-punched 3 mm lebih
kecil dan kemudian diperbesar, atau di-punched ukuran penuh. Dalam hal ini,
pembuatan lubang secara manual dengan mesin pemotong api hanya diijinkan
untuk lubang-lubang pelat landas kolom sebagai perbaikan dilapangan, dan juga
untuk pembuatan lubang selot (slotted hole). Pembuatan lubang selot juga dapat
dibentuk dengan cara di-punched sekaligus atau dibentuk dengan mengebor dua
lubang berdekatan kemudian diselesaikan dengan mesin pemotong api.
12 Universitas Kristen Petra
Untuk lubang baut, diameter nominal yang dibuat harus 2 mm lebih besar
dari diameter nominal baut untuk diameter baut ≤ 24 mm, dan maksimum 3 mm
lebih besar dari diameter nominal baut untuk diameter nominal baut > 24 mm,
terkecuali untuk pelat landas. Beberapa persyaratan mengenai ukuran lubang
diperbesar (oversize) dan lubang yang diijinkan penggunaannya, yaitu diameter
lubang diperbesar maksimum adalah yang terbesar dari nilai 1,25 df atau (df + 8)
mm, dengan pengertian bahwa df adalah diameter baut nominal dalam millimeter.
2.4.7. Karat Berdasarkan ISO 8501
Pada ISO 8501 karat dibagi menjadi 4 tingkatan, dimana yang sering
ditemui di permukaan dari baja. Tingkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Cara pembersihan karat ini antara lain:
1. Brush Off Cleaning
2. Hand and power tool cleaning
3. Flame Cleaning
Gambar 2.4. Pembanding Karat Menurut ISO 8501
Pada karat dengan kode A digunakan cara blast cleaning, sedangkan
untuk karat dengan kode B dan C digunakan cara hand and power tool cleaning.
Dan untuk karat dengan kode D digunakan cara flame cleaning.
2.5. Ereksi Konstruksi Baja
Pengertian proses ereksi pada konstruksi baja secara umum adalah suatu
proses yang terdiri dari perakitan komponen baja sehingga menjadi satu kesatuan
13 Universitas Kristen Petra
yang dilaksanakan di lapangan. Proses ereksi terdiri dari proses pengangkatan dan
menempatkan komponen baja ke posisi yang diinginkan, kemudian
menghubungkan mereka bersama-sama (Gunadhi, 2003).
Dari beberapa literatur didapatkan hal-hal yang perlu diinspeksi dalam
ereksi baja, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Literatur Inspeksi Ereksi Baja
2.5.1 Inspeksi Ereksi Baja
Baja struktural harus diperiksa untuk item berikut sebelum ereksi (Brien,
J.O., 2004) :
EREKSI
Faktor Inspeksi
Taylor,
2006
Departemen
PU, 1982
Darmawan,
1978
Departemen
PU, 1974
Departemen
Permukiman,
2002
Brien,
J.O.,
2004
AISC,
1980
SNI,
2000
Pekerjaan Angker
Jarak antar angker √ √
√ √ √ √ √
Lokasi √ √ √ √
√ √ √
Tegak Lurus √
√ √ √
√ √
Diproteksi √ √
√ √
Kebersihan Ulir √
√ √ √ √
Karat √ √ √ √
√ √
Profil Baja
Posisi
√ √ √
√
Elevasi √
√ √
Lokasi base plate √ √
√
Ukuran base plate √
Sambungan Baut
Mutu √ √
√ √ √
Jumlah
√
√
√ √ √
Diameter √ √
√
√ √
Ring baut √
√ √ √
Tegak lurus
√
√ √
Kunci momen √
√ √ √
Retak √ √
√ √
Kebersihan ulir
√
Karat
√
√
Baut baru √
√ √
Lolos pengujian √
√ √
Penyimpanan
Tempat Penyimpanan √
√
√ = ada di dalam literatur
14 Universitas Kristen Petra
a. Ukuran.
Periksa setiap anggota terhadap gambar untuk kecocokan ukuran dan
bentuk. Periksa juga ukuran dan jenis baut, las dan lokasinya.
b. Kelurusan dan Kerusakan.
Setiap bagian harus bebas dari karat dan tidak bengkok. Tidak ada
material bengkok yang diperbaiki, kecuali diperbolehkan di lapangan dan
disetujui oleh konstruksi manager.
c. Baja yang digunakan Baru.
Pastikan bahwa baja yang digunakan baru dan bukan daur ulang. Baja
harus disimpan dengan benar sehingga bebas dari karat.
2.5.2. Toleransi Baut Angker
Beberapa persyaratan yang dapat digunakan dalam struktur baja untuk
baut angker diantaranya, yaitu (SNI 03-1729-2000):
a. Baut angker harus dipasang tegak lurus terhadap permukaan perletakan
teoritis, ulir harus dilindungi dan bebas dari beton.
b. Batasan posisi pemasangan sesuai dengan gambar kerja tidak boleh
melebihi 3 mm untuk jarak pusat ke pusat antara dua buah sembarang
baut dalam satu kelompok baut angker.
c. Batasan posisi pemasangan sesuai dengan gambar kerja tidak boleh
melebihi 6 mm untuk jarak pusat ke pusat kelompok baut angker yang
berdekatan.
d. Baut angker harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
2.5.3. Sambungan Baut
Beberapa persyaratan yang dapat digunakan dalam struktur baja
diantaranya, yaitu (SNI 03-1729-2000):
a. Panjang baut diatur sedemikian rupa sehingga paling sedikit satu ulir baut
penuh tampak diatas mur dan paling sedikit satu ulir ditambah dengan sisa
ulir yang bersangkutan tampak penuh dibawah mur sesudah
pengencangan.
15 Universitas Kristen Petra
b. Untuk komponen sambungan yang akan disambung dengan menggunakan
baut berkekuatan tinggi atau baut mutu tinggi (BMT), maka permukaan
kontak didaerah lubang baut tersebut harus bersih dari semua minyak,
kotoran, karat lepas, kerak lepas, gram, dan cacat-cacat lainnya yang dapat
mencegah kedudukan rapat daripada sambungan.
2.6. Standar Inspeksi
Dalam melakukan inspeksi fabrikasi terdapat standar yang digunakan, hal
ini dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Standar Inspeksi Fabrikasi
Sedangkan dalam melakukan inspeki terdapat standar inspeksi ereksi yang
digunakan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.7.
FABRIKASI
Faktor Inspeksi Standar Inspeksi
Profil Baja
Ukuran Profil SNI
Kesikuan SNI
Kelurusan SNI
Keutuhan SNI
Kerapian pemotongan AISC
Karat ISO
Sambungan Las
Panjang Las AWS
Lolos Pengujian SNI
Sambungan Baut
Diameter Lubang SNI
Jumlah Lubang SNI
Posisi Lubang SNI
Kerapian Lubang AISC
Kebersihan Lubang SNI
Proses Penyimpanan
Tempat Penyimpanan SNI
Finishing
Proteksi Karat SNI
Pengecatan SNI
16 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.7. Standar Inspeksi Ereksi
EREKSI
Faktor Inspeksi
Standar Inspeksi
Pekerjaan Angker
Jarak antar angker SNI
Lokasi SNI
Tegak Lurus SNI
Diproteksi AISC
Kebersihan Ulir SNI
Karat SNI
Profil Baja
Posisi SNI
Elevasi AISC
Sambungan Baut
Mutu SNI
Jumlah SNI
Diameter SNI
Ring baut SNI
Tegak lurus SNI
Kunci momen SNI
Retak SNI
Kebersihan ulir AISC
Karat SNI
Baut baru AISC
Lolos pengujian SNI
Penyimpanan
Tempat Penyimpanan SNI